ASUHAN-KEPERAWATAN-HEMODIALISA
-
Upload
wendy-goxil -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of ASUHAN-KEPERAWATAN-HEMODIALISA
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. LANDASAN TEORITIS MEDIS
A. DEFINISI
Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat
membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu
mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan
asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381).
Hemodialise adlah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati
membran semi permiable ( alat dialysis) ke dalam dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)
Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari satu kempartemen cairan ke
kompatemen lain melewatai membran semipermeabel ( Hudak, M. C. 1996 : 39).
Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah
melewati membran semipermiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan
aultrafiltrasi ( engram, B. 1998 : 164).
Hemodialisa adlah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal
buatan dimana pembuangan kelebihan zat terlarut can cairan terjadi ( Engram. B.
1998 : 164)
B. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia
berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa
diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-fkator
yang harus dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal
kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.
Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.
Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt,
yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian
yang lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-gejala
uremia.
D. PATHWAY
A.
B.
C.
D.
E.
Gagal Ginjal
Kreatinin menurun
Fungsi ginjal menurun
Terapihemodialisis
Ketergantungan pada dialisis karena sifat
penyakit
Ketidakberdayaan
Pendarahan
Kurang Vol cairan
EfekUltrafiltrasi
Akses vascular + Komplikasi
sekunder terhadap
penusukan dan akses vaskuler
emboli.
Resiko Cedera
Ketidaktahuanpenyakit dan kebutuhan
dialisis
KurangPengetahuan
E. TERAPI DIALISIS
a. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealian oleh
model kinetik urea.
b. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat.
c. membuang kelebihan air dengan mempengaruhitekanan bending antara darah dan
bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan
negatif ( penghisap ) dalam kompartemen dialisat ( ultrafiltrasi ).
d. Mempertahankan / mengembalikan ssytem buffer tubuh.
F. PROSEDUR DIALISA
Alat
Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel.
Kompsisinya terdiri 10.000 serabut berdiameter kecil dimana darah bersirkulasi
melaui serabut serabut tersebut.
Piringan paralel terdiri dari lempengan-lempengan membran, disusun secara paralel
yang membentuk kompartemen untuk darah dan dialisat.
Bahan yang digunakan :
- Kuprotan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer sintesis berlubang-lubang kecil
( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon.
- Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :
Pompa darah
Pompa infus untuk pemberian heparin
Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketdakamanan,
konsentrasi dialisa,
perubahan tekanan , udara, dan bocoran darah.
- System dialisis terbaru terdiri aras unit tunggal yang mencagkup alat pelepasan
dialisat dan komponen untuk memonitor darah.
F. PROSEDUR PEMASANGAN
Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan
beragam diantara pasien-pasien, yang meliputi tahap penyakit, masalah-masalah lain,
keseimbangan cairan dan elektrolit, nilai-nilai laboratorium, remuan klinis lain,
respon terhadap tindakan dialysis sebelumnya, status emosional dan observasi.
Prosedur
Setelah pengkajian pra dialysis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan perlatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis.
Akses ke system sirkulasidi capai melaui satu beberapa pilihan-pilihan fitsula atau
tandur arteriovenosa ( AV ) atau kateter hemodialisis dua lumen.
Dua jarum berlubang besar ( diameter 15/16 ) dibutuhkan untuk mengkanulasi fitsula
atau tandur AV.
Kateter dua lumen yang di pasang baik pada vena subklavia, jugularis interna
atau femoralis, harus di buka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.
Jika akses vesculae telah di tetapkan, darah mulai mengalir di bantu oleh pompa
darah> Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran
“arterial” keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalam nya sebagai
darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum arterial
di letakan paling dekat dengan anastomis AV pada fitsula atau tandur untuk
memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang diklep selalu di
hubungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah
yang mengalir dan pasien dapat di klem sementara cairan normal salin yang diklem di
buka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.
Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat di sambungkan ke sirkuit pada
keadaan ini dan di biarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah tergantung
perlalatan yang digunakan.
1. Diliser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuti. Darah mengalir
kedalam kempartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan
sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam yang
mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara pada
kondisi seperti ini setiap obat-obat yang akan di berikan pada dialysis diberikan
melaui port obat-obatan. Penting untuk di ingat bagaimanapun bahwa kebanyakan
obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialsys selesai kecuali memang di
perintahkan lain.
2. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien mel;aui “venosa” atau
selang posdialiser. Setelah waktu tindakan yang di resepkan, dialysis diakhiri
dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang cairan normal salin, dan
membilas sirkuit untuk menegmbalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang
kedalam perangkat akut, meskipun program dialysis kronik sering membeli
perlatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
Tindakan kewaspadaan umum harus dikuti teliti sepanjang tindakan
dialisis karena pemanjanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung
tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.
G. KOMPOSISI DIALISAT
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Komsentrasi
natrium dan kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium
dapat digunakan pada terapi hiperkalasemia akut dan kronik.
Dapar basa dialisat dapat berupa asetat ataupun bikaebonat. Pada keadaan tidak
bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. asetat dapat
menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala.
Dialisis bikarbonat walaupun lebih mahal biasanya dapat mencegah gejala – gejala
tersebut.Tindakan ini merupakan terapi pilihan pada pasien dengan gangguan
pernafasan, ketidakstabilan hemodinamika, penyakit hati dan asidosis metabolicberat,
dan pada pasien yang menjalani dialisis aliran cepat.
hemodialisa mencakup shunting / penglihatan arus darah dari tubuh pasien ke
dialisator dimana terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kembali ke sirkulasi pasien.
Sekarang ada 4 cara utama agar masuk ke aliran darah pasien ini terdiri dari :
1. Fistula aeteriola vena
2. Eksternal arteriovenus shunt arus arteriovena eksternal.
3. Kateterisasi vena femoral
4. Kateterisasi vena subklavia
H. PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL
1. Siapkan pasien untuk pemasangan kateter dan prosedur dialisis dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur secara menyeluruh, formulir ijin
tindakan di tandatangani sesuai kebijakan rumah sakit.
2. Kandung kemih harus dikosongkan tepat sebelum prosedur untuk menghindari
kecelakaan tusukan trokar.
3. Pasien dapat menerima obat pra operasi untuk meningkatkan relaksasi selama
tidur.
4. Cairan pendialisis dihangatkan sampai sushu tubuh atau sedikit hangat,
menggunakan alat yang dibuat khusus umtuk tujuan ini tidak dianjurkan
menghangatkan dilisis peritonial dalam oven gelombang mikro karena
penghangatan cairan ridak sama dan inkonsistensi dari satu oven gelombang.
5. TTV dasar seperti suhu, nadi, pernafasan dan berat badan dicatat. Sebuah tempat
tidur berskala sangat ideal untuk mementau berat badab pesien dengan sering dan
karenanya haeus digunakan bila memungkinkan. Memindahkan pasien letargi
atau disorientasi pada temapt tidur berskala akan menimbulakan masalah seperti
perubahan lrtak kateter.
6. Dilakukan pengkajian fisik abdomen atau trauma sebelum pemasangan kateter.
7. Instruksi khusus tentang pembuangan cairan, penggantian dan pemberian obat
harus ditulis dokter sebelum prosedur.
I. TEKNIK
1. Dengan kondisi steril, insisi kecil garis median dibuat dibawah umbilikus.
2. Trokar dimasukkan melalui insisi kedalam rongga peritonial, obturator di
lepaskan kateter dilepaskan.
3. Cairan dialisis mengalir kedalam rongga abdomen melalui gaya gravitasi secepat
mungkin ( 5 – 10 menit ) bila mengalirnya terlalu lambat mungkin perlu
dikateterisasi.
4. Saat larutan di infuskan selang diklem, dan larutan dibiarkan dalam rongga
abdomen selama 30 – 45 menit.
5. Botol larutan / kantong diletakkan dibawah rongga abdomen, dan dialirkan keluar
rongga abdomen oleh gaya gravitasi.
6. Bila sistemnya paten dan letak kateternya baik larutan akan mengalir keluar
dengan baik dan mengalir kuat, drainase harus berlangsung lebih daei 20 menit.
7. Siklus ini diulang secara kontinyu selama waktu yang telah ditentukan yang
bervariasi dari 12 – 36, tergantung pada tujuan pengobatan kondisi pasien dan
ketetapan fungsi sistem.
8. Harus digunakan sarung tangan selama menanganinya.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi teknis
1. Pemulihan cairan tidak sempurna
Cairan yang keluar harus berbanding /lebih banyak dari gairan yang
dimasukkan kemasan preparat dialysis komersial berisi 1000 – 2000 lm cairan
bila sete;ah beberapa kali pertukaran volume yang dikeluarkan kurang ( sampai
500 ml lebih ) dari jumlah yang dimasukkan,harus evaluasi tanda – tanda retensi
cairan meliputi distensi abdomen / keluhan begah. Indikasi yang paling akurat
tentang jumlah cairan yang terkumpul kembali adalah berat badan,bila cairan
keluar dengan lambat,ujung kateter mungkin terbenam dalam omentum /
tersumbat fibrin.
2. Kebocoran disekitar kateter
Kebocoran superficial setelah operasi dapat dikontrol dengan penjahitan
ekstra dan mengurangi jumlah dialisat yang dimasukkan dalam
peritoneal.Peningkatan tekanan intra abdomen juga menyebabkan kebocoran
dialisat,oleh karena itu harus dihindari terjadinya muntah kontinyu, batuk, dan
gerakan selama periode awal pasca operasi.
3. Cairan peritoneal bersemu darah
Warna ini ditemukan pada awal aliran keluar tetapi harus bersih setelah
beberapa waktu.Perdarahan banyak setiap waktu merupakan indikasi masalah
yang serius dan harus diselidiki dengan cepat.
Komplikasi fisiologis
1. Hipotensi
2. Kram otot
3. Sindrom ketidak seimbangan dialysis
4. Hipoksemia
5. Aritmia
6. Perdarahan
7. Nyeri
K. LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
L. Pengkajian
1. Sebelum dialisa
a. Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alas an perawatan di rumah
sakit.
Ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan.
Fistula tersumbat bekuan.
Pembuatan fistula.
b. Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah,jumlah cairan yang diijinkan,
obat – obatan yang saat ini digunakan, jadwal hemodialisa, jumlah haluaran
urin.
c. Kaji kepatenan fistula bila ada. Bilapaten, getaran ( pulsasi ) akan terasa
desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tak adanya pulsasi dan
bunyi desiran menandakan fistulatersumbat.
d. Kaji terhadapmanifestasi klinis dan laboratorium tentang kebutuhan tentang
dialisa :
Peningkatan berat badan 3 pon / lebih diatas berat badan pada tindakan
dialisa terakhir.
Rales, pernafasan cepat pada saat istirahat,peningkatan sesak nafas
dengan kerja fisik maksimal.
Kelelahan dan kelemahan menetap.
Hipertensi berat
Peningkatan kreatinin, BUN, dan elektrolit khususnya kalium.
Kemungkinan perubahan EKG pada adanya hiperkalemia.
2. Sesudah dialisa
Kaji terhadap hipotensi dan perdarahan. Volume besar dari pembuangan
cairan selama dialisa dapat mengakibatkan hipotensi ortostatik dengan
menggunakan anti koagulan selama tindakan menempatkan pasien pada resiko
perdarahan dari sisi akses dan terhadap perdarahan internal.
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialysis:
a. Kaji TTV : BB, masukan dan haluaran pradialisis.
b. Kaji derajat penumbunan cairan dalam jaringan pradialisis.
c. Tentukan ketepatan derajat dan ketepatan ultrafiltrasi untuk tindakan.
d. Berikan cairan pengganti sesuai instruksi dan indikasi.
e. Periksa kadar kalsium, natrium, kalium, CO2 pradialisis.
2. Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk dialysis
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang fungsi ginjal dan
alas an dialysis.
b. Kaji kesiapan untuk belajar.
c. Berikan informasi yang sesuai untuk kesiapan dan kemampuan belajar
termasuk alas an pasien kehilangan fungsi ginjal: tanda dan gejala yang
b.d kehilangan fungsi ginjal.
d. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan takut dan ansietas.
3. Ketidakberdayaan b.d perassan kurang kontrol,ketergantungan pada dialysis,
sifat kronis penyakit.
a. Mendiskusikan perasaan pasien,meyakinkan bahwa perasaan tersebut
normal.
b. Beri dukungan pasien dan keluarga.
c. Bantu pasien untuk tetap terorientasi terhadap realitas,untuk tetap optimis
bahwa fungsi ginjal akan pulih normal bila keadaannya memungkinkan.
4. Resiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi sekunder
terhadap penusukan dan pemeliharaan akses vascular, emboli
udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat.
a. Mempertahankan lingkungan steril selama pemasukan kateter.
b. Melakukan radiografi dada setelah pemasukan kateter kevena subklavia.
c. Amati tanda pneumothorak, ketidakteraturan jantung, perdarahan hebat,
dan periksa bunyi nafas bilateral.
d. Ganti balutan kateter secara rutin sesuai kebijakan unit.
e. Pastikan bahwa detektor udara telah terpasang dan berfungsi baik selama
dialisis.
BAB IIIPENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas diri klienNama : Tn. UUmur : 55 tahunJenis kelamin : Laki-LakiAlamat : labun 01/01 Ngombol PurworejoStatus perkawinan : KawinAgama : IslamSuku : JawaPendidikan : SMAPekerjaan : PNSSumber informasi : Klien dan keluargaTgl pengkajian : 23 Maret 2013 II. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama Klien mengeluhkan lemas, sesak, dan batuk.
2. Riwayat penyakit sekarangKlien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 22 maret 2013 dengan keluhan sesak, mual, badan terasa lemah, terdapat edema pada ekstremitas bawah. Tanda-tanda vital ketika masuk rumah sakit yaitu tekanan darah : 170/100, Nadi : 88x/i, RR : 28 x/i, S : 36,7 °C.
3. Riwayat penyakit dahulu Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya dengan keluhan sakit hipertensi. Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat penyakit Diabetes militus, hipertensi dan asma.
4. Diagnosa medisGagal ginjal stadium V
III. Pengkajian1. Persepsi dan pemeliharan kesehatan
Menurut penuturan keluarga, Pasien memandang kesehatan sanggat penting untuk dijaga. Jika klien merasakan sakit, demam, atau sekedar flu biasanya klien memeriksakan diri ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Pola nutrisiProgram di RS: Tinggi proteinIntake makanan: klien makan 3x sehari.Intake Cairan: Klien minum 4 gelas/hari, air putih dan teh.Balance cairan :
- Input cairan :Makan+minum :1500 ccAir metabolisme :275 cc (5cc/kg bb/hari) +1775 cc
-output cairan : Urine : 300 cc/ hari/24jam
Fases : 100 cc + : 400 cc-IWL = 15xBB = 15x63kg = 39,37 cc/jam/ 24 jam 24 jamBalance cairan :Input – output-IWL : 1775 cc – 400 cc - 39,37 :+1335,63 cc
4. Pola eliminasi:Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa BAB 1x/hari pagi hari. Dan Saat sakit klien belum pernah BAB, terpasang cateter dengan urin keluar 300 cc per 12 jam. 5. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3Makan / minum √Mandi √Toileting √Berpakaian √Mobilitas di tempat tidur √Berpindah / berjalan √Ambulasi / ROM √
Keterangan:0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: tergantung total
6. Pola tidur dan istirahatSebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai tidur malam sekitar jam 22.00 kemudian subuh jam 04.30 bangun untuk melaksanakan solat subuh. Saat ini klien hanya terbaring ditempat tidur, klien mengatakan badannya lemah.
7. Pola perceptualKlien mengatakan nafasnya sesak, batuk tetapi tidak berdahak, badan terasa lemah, klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas, klien hanya mampu berbaring ditempat tidur, semua kegiatan dilakukan di tempat tidur, termasuk toileting. Mata sedikit kurang jelas, lapang pandang normal, pupil reaktif terhadap cahaya, Pendengaran tidak ada masalah, Klien masih bisa merasakan rasa asin, manis, pahit, asem. Pengecapan klien masih normal, nyeri dirasakan ketika ditusuk jarum pemasangan ases. Nyeri dirasakan selama 5 menit setelah dilakukan pemasangan asses, nyeri terasa pada tangan kanan dan pangkal paha.
8. Pola persepsi diriKlien mengatakan dirinya sangat ingin cepat sembuh, kembali kerumah dengan keadaan sehat, dan ingin kembali melakukan aktifitas seperti biasa seperti sebelum masuk rumah sakit. Klien berorientasi dan berhubungan baik dengan keluarga, petugas kesehatan dan pengunjung. Klien tidak menunjukkan adanya menarik diri atau minder.
9. Pola seksulitas dan reproduksi Klien sudah menikah dan mempunyai 3 anak dan saat ini istri klien sudah menopouse.
10. Pola peran dan hubunganSaat ini klien tinggal bersama istri, klien mengatakan selama ini tidak ada masalah dalam keluarga baik kepada istri maupun mertuanya. Klien juga mengatakan selama ini berhubungan baik dengan semua anggota keluarga dan tetangga. Saat klien dirawatpun keluarga terutama istri dan anaknya senantiasa mendampingi beliau.11. Pola managemen koping stressDari penuturan keluarga pasien dalam memanagement stress keluarga membiasakan berekreasi bersama atau hanya sekedar menonton TV.12. Sistem nilai dan keyakinanKlien dan keluarga beragama islam. Klien melakukan berbagai ikhtiar untuk keadaan nya sekarang.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keluhan yang dirasakan saat ini:Kesadarannya compos mentis, GCS 14. Klien merasakan badannyalemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°CBB pre HD : 63 kg
a. KepalaBentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan sebagian beruban, lebat, kebersihan kepala baik, rambut klien panjang lurus, tidak ada benjolan dan kelainan pada kepala, penyebaran rambut merata
b. TelingaTelinga simetris, tidak terdapat serumen
c. MataTerdapat ikterik pada sklera, tidak strabismus, pupil Isokor, skrera anikterik mata anemis dan tidak ada udema palpebra.
d. HidungSimetris kiri dan kanan, terpasang kanul oksigen 3 lpm
e. MulutBibir lembab, gigi terdapat karies, mulut dan lidah bersih
f. LeherPosisi leher baik, terdapat kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar tyroidg. Thorax
Pergerakan dinding dada simetris, suara nafas vesikuler, perkusi: sonor.h. Abdomen
perkusi: suara timpani, peristaltik usus 12x/menit.i. Ekstremitas
Tidak ada luka dan dapat melakukan pergerakan dengan baik, terdapat udem pada ekstremitas bawah, capillary refil 4 detik.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darahTanggal 24 Maret 2012
Parameter Nilai normal HB 8,5 mg/dl 12-16 NORMALUREA 197 mg/dl 10-50 HIGHCREATININ 8,46 mg/dl 0,5-1,2 HIGHK 4,8 mmol/dl 3,4-5,4 NORMALNA 149 mmol/dl 135-155 NORMALCl 97 mmol/dl 95-108 NORMALURIC ACID 7,8 mg/dl 3,4-7 HIGH
IV. ANALISA DATADATA PROBLEM ETIOLOGI
DO : klien tampak bernafas mengunakan Terpasang nasal kanul 3L/mnt Kesadarannya compos mentis, GCS 14.
Klien merasakan badannya lemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°CDS :
Klien mengatakan nafas terasa sesak. klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas. klien mengatakan batuk tetapi tidak ada dahak
Pola nafas tidak efektif
Depresi pusat pernafasan
DS : Klien mengatakan BB terakhir adalah 63 kg
DO : Ke dua kaki terlihat edema BAK kurang lebih 300 cc Capillary raffyl kurang lebih 4 detik Balance cairan +1335,63 cc
Kelebihan volume cairan
Mekanisme pengaturan melemah
DS : Klien mengatakan lemes
Kesadarannya compos mentis, GCS 14.Klien merasakan badannya lemes
TD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit
Gangguan pefusi jaringan renal
penurunan suplai oksigen di ginjal
HR: 78x/menit S:36°C
Urea 197 mg/dl Creatinin 8,46 mg/dl Kedua kaki edema
DO : klien hanya tiduran klien tampak terbaring lemah Terpasang nasal kanul 3L/mnt konjungtiva anemis aktivitas dibantu keluarga Kesadarannya compos mentis, GCS 14.
Klien merasakan badannya lemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°CDS:
klien mengatakan mengatakan badannya lemas. klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas.
Intoleransi aktivitas
Kelemahan menyeluruh
V. DIAGNOSA KEPERAWATANBerdasar analisa data dapat di simpulkan dianosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah3. Gangguan pefusi jaringan renal berhubungan dengan penurunan suplai oksigen di ginjal4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dari
kebutuhan oksigen VI. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
HARI/TANGGAL
DX. KEPERAWATA
N
NOC NIC
1 Sabtu, 23 maret 2013
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jampasien menunjukkan keefektifan pola
· Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
· Pasang mayo bila perlu
nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
vMendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
vMenunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
vTanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
· Lakukan fisioterapi dada jika perlu
· Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
· Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
· Berikan bronkodilator
· Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
· Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi Monitor vital
sign Informasikan
pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
2 Sabtu 23 maret 2013
Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Mekanisme pengaturan melemah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria:
v Terbebas dari edema, efusi, anaskara
v Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
v Terbebas dari distensi vena jugularis,
v Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
v Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
bingung edema, distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai interuksi
Kolaborasi pemberian obat
Monitor berat badan
Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala dari odema
Perfusi jaringan renal tidak efektifberhubungan dengan gangguan transport O2
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam ketidakefektifan perfusi jaringan renal teratasi dengan kriteria hasil:
v Tekanan systole dan diastole dalam batas normal
v Tidak ada gangguan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
v Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat dan Biknat dalam
v Observasi status hidrasi (kelembaban membran mukosa, TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)
v Monitor HMT, Ureum, albumin, total protein, serum osmolalitas dan urin
v Observasi
batas normalv Tidak ada distensi
vena leherv Tidak ada bunyi
paru tambahanv Intake output
seimbangv Tidak ada oedem
perifer dan asitesv Tdak ada rasa haus
yang abnormalv Membran mukosa
lembabv Hematokrit dbnv Warna dan bau
urin dalam batas normal.
tanda-tanda cairan berlebih/ retensi (CVP menigkat, oedem, distensi vena leher dan asites)
v Pertahankan intake dan output secara akurat
v Monitor TTVPasien Hemodialisis:
v Observasi terhadap dehidrasi, kram otot dan aktivitas kejang
v Observasi reaksi tranfusi
v Monitor TDv Monitor
BUN, Creat, HMT dan elektrolit
v Timbang BB sebelum dan sesudah prosedur
v Kaji status mental
v Monitor CTPasien Peritoneal Dialisis:
v Kaji temperatur, TD, denyut perifer, RR dan BB
v Kaji BUN, Creat pH, HMT, elektrolit selama prosedur
v Monitor adanya respiratory distress
v Monitor banyaknya dan penampakan cairan
v Monitor tanda-tanda infeksi
Intoleransi aktivitasBerhubungandengan ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
v Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
v Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
v Keseimbangan aktivitas dan istirahat
v Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
v Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
v Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
v Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
v Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
v Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
v Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkanv Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.
VII. IMPLEMENTASINO
DX. KEPERAWATAN
TANGGAL
JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1 Kelebihan Volume Cairanberhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
27 maret 2013
Mempertahankan cintake dan output yang akurat
Input : 1775cc
Output : 400cc
Memonitor vital sign dan keadaan umum
Kesadarannya compos mentis, GCS 14. Klien merasakanbadannyalemes
TD pre HD : 159/ 83mmHg
TD post HD: 150/79mmHg
RR: 26x/menit
HR: 78x/menit
S:36°C BB pre HD :
63 kg Memonitor
indikasi retensi / kelebihan cairanyang ditandai dengan adanya edema pada ekstremitas
Mengkaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan
- Makan+minu
S : Klien mengatak
an BB terakhir adalah 63 kgO :
Kedua kaki terlihat edema
BAK kurang lebih 300 cc
Capillary raffyl kurang lebih 4 detik
Balance cairan+1335,63 ccA :
Masalah teratasi sebagianP :
Lanjutkan intervensi
m :1500 cc- Air
metabolisme : 275 cc (5cc/kg bb/hari)
Memonitor berat badan : BB pre HD : 63 kg
Memberikan posisi kaki agak tinggi
Pola Nafas tidak efektifberhubungandengan depresi pusat pernafasan
23 maret 2013
· Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yaitu posisi semifowler dan memberikan O² 3 lpm
· Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
· Mengatur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Makan+minum :1500 cc
- Air metabolisme : 275 cc (5cc/kg bb/hari)
S : Klien
mengatakan lemes
Kesadarannya compos mentis, GCS 14.
Klien merasakan badannyalemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°C
Urea 197 mg/dl
Creatinin 8,46 mg/dl
Kedua kaki edemaA
Masalah teratasi sebagianP
Lanjutkan intervensi
Perfusi jaringan renal tidak efektifberhubungan
23 maret 2013
v Memonitor HMT, Ureum, albumin, total
S: klien
mengatakan
dengan gangguan transport O2
protein, serum osmolalitas dan urin. Hasil laboraturium tanggal 22 maret 2013 :
Urea 197 mg/dl
Creatinin 8,46 mg/dl
v Pertahankan intake dan output secara akurat
- Intake = 1775 cc
- Output= 400 cc
v Memonitor TTV TD pre HD :
159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHg
RR: 26x/menit
HR: 78x/menit
S:36°CPasien Hemodialisis:
v Mengobservasi terhadap dehidrasi, kram otot dan aktivitas kejang
v Memonitor TD TD pre HD :
159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHg
v Timbang BB sebelum dan sesudah prosedur
BB pre HD : 63 kg
mengatakan badannya lemas.
klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas. O :
klien hanya tiduran
klien tampak terbaring lemah
Terpasang nasal kanul3L/mnt
konjungtiva anemis
aktivitas dibantu keluarga
Kesadarannya compos mentis, GCS 14.
Klien merasakan badannyalemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°CA :
Masalah teratasi sebagianP :
Lanjutkan intervensi
Pasien Peritoneal Dialisis:
v Mengkajitemperatur, TD, denyut perifer, RR dan BB
TD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHg
RR: 26x/menit
HR: 78x/menit
S:36°CIntoleransi aktivitasBerhubungandengan ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen
23 maret 2013
v Mengobservasiadanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
Klien mengatakan klien merasa sesak pada saat beristirahat
v Memantau respon oksigen pasien terhadap aktifitas dan perawatan diri
Pada saat berbaringRR: 26x/menit HR: 78x/menit
v Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Klien
DS : Klien
mengatakan lemes
Kesadarannya compos mentis, GCS 14.
Klien merasakan badannyalemesTD pre HD : 159/ 83mmHg TD post HD: 150/79mmHgRR: 26x/menit HR: 78x/menit S:36°C
Urea 197 mg/dl
Creatinin 8,46 mg/dl
Kedua kaki edema