Asuhan keperawatan dbd
-
Upload
iriani-setiawan -
Category
Education
-
view
1.758 -
download
0
Transcript of Asuhan keperawatan dbd
Asuhan Keperawatan DHF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang ditemukan didaerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip
dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satudari empat serotype virus dan genus
Flavivirus, Family flaviviridae. Setiap serotype cukup berbeda sehingga taka da proteksi
silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotype (hiperendemisitas) dapat terjadi.
Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk aedes aegypti.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang biasa juga disebut dalam lingkup
medis dengan Dengue Haemoragik Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus, yang
mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Kondisi masyarakat saat ini, masih banyak yang terkena demam berdarah dengue.
Masyarakat masih belum menyadari apa yang mereka lakukan yaitu dapat merugikan orang-
orang disekitarnya. Dari tahun ketahun penderita penyakit demam berdarah dengue semakin
meningkat.
Penyakit demam berdarah ini sangat penting untuk dibahas, karena banyak warga di
Indonesia yang masih menganggap penyakit ini adalah penyakit yang biasa, Terutama pada
anak-anak sering terkena demam berdarah dengue.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan tersebut diatas, dapar dirumuskan masalah yang akan di bahas
dalam makalah ini, adalah :
1. Apa pengertian demam berdarah dengue ?
2. Apa ciri-ciir nyamuk aedes aegypti ?
3. Apa gejala demam berdarah dengue ?
4. Bagaimana cara pengobatan DHF ?
5. Bagaimana cara mencegah DHF ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar pembaca dan khususnya mahasiswa bisa mengetahui gejala demam berdarah dengue.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan demam berdarah dengue.
3. Untuk mengetahu bagaimana pencegahan demam berdarah dengue.
4. Untuk mengetahui bagaimana tindakan keperawatan demam berdarah dengue, khususnya
bagi mahasiswa keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropodborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes Albopictus dan aedes aegypti),
(Ngastiyah, 2005).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan /syok dan kematian
(DEPKES RI, 1992).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama (Mansjoer, 1999).
B. Etiologi
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia, maupun sel-sel anthropoda misalnya
sel aedes Albopictus. Virus ini tergolong arbovirus, berbentuk batang bersifat termolabil dan
stabil pada suhu C.
2. Vector : nyamuk aedes aegypti dan nyamuk aedes albopictus
Menginfeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype jenis yang
lainnya.
3. Host : pembawa
Jika seorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan
imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi
virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
C. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, petekie, hiperemi tenggorokan dan hal lain
yang mungkint terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesarah hati dan
pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit lebih dari 20%) menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk
Patoka pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi
terjadi.
Infeksi Virus Dengue
Menstimulasi Pusat Termoregulasi (Hipotalamus)
Mengirim Impuls Ke Pusat Vasomotor
Ekstraksi Cairan Intravascular Ke Ekstravaskular
Thrombositopenia
Agregasi Trombosit Meningkat
Pelepasan Pirogen Kedalam Darah
Agregasi Thrombosit
Permeabilitas Vascular Meningkat
Thrombositoposis Destruksi Thrombosit Dalamdarah Anak
Reaksi Imunologis
Virus Mengeluarkan Toksin
Kebocoran Plasma (Hemokonsentrasi, Hipoproteinuria, Efusi Pleura Dan Asites)
PK Thrombositopenia
Factor Koagulasi Menurun
Peningkatan Suhu Tubuh
Pathway
Mukosa Mulut/Lidah Kotoran/tidak Nyaman
Kesalahan Interpretasi
Hipovolemia (akibat kehilangan plasma)
Hipotensi
Vasodilatasi arterial
Kulit menjadi panas
Intake Nutrisi Tidak Adekuat
Manifestasiperdarahan ringan-berat
Vasodilatasi Menurun
Resiko terhadap cedera, perdarahan lebih lanjut
Penumpukan Asam Laktat di otak dan sendi
Suplai dan zat makanan ke tubuh menurun
PK Perdarahan
Penguapan cairan permukaan tubuh meningkat
Intoleransi Aktivitas
Kondisi tubuh yang lemah/kelemahan fisik
Defisit Volume Cairan
Nyeri Akut
Daya Tahan Tubuh
Perubahan Nutrisi
Mual Anoreksia
Resiko Infeksi
Kecemasan
Hospitalisasi
Kurang Pengetahuan
D. Gambaran klinis
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
1. Deman tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38° C – 40° C ).
2. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan,
konjungtiva, epitaksis, melena dan sebagainya
3. Hepatomegali ( pembesaran hati )
4. Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau
lebih rendah
5. Trombositopeni, pada hari 3 – 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3
6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit
7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit
perut, diare, kejang dan sakit kepala
8. Pendarahan pada hidung dan gusi
9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.
Gejala klinis untuk diagnosis DBD menurut patokan WHO, 1975 :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu bentuk
perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau
hematemesis.
3. Pembesaran hati/hepatomegaly (sudah dapat diraba sejak permulaan penyakit).
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang) tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembap terutama terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).
2. Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.
Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya.
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosit
4. Lg. D. dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan
hiponatremia.
6. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolic : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan GCO3 rendah.
8. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
2. Manifestasi perdarahan :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekia, purpura, ekimosi
c. Epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis, melena.
3. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ).
Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
5. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
F. Derajat DHF Menurut WHO
1. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita
sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang
paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
H. Pencegahan
Vaksin pencegahan DBD hingga saat ini belum tersedia, oleh sebab itu
pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan penyemprotan insektisida
dan upaya membasmi jentik nyamuk yang dilakukan dengan 3 M.
1. Gerakan 3 M
a. Menguras tempat – tempat penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya sekali
seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
b. Menutup rapat tempat penampungan air.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air.
2. Pemberantasan vektor :
a. Fogging ( penyemprotan )
Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b. Abatisasi
Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan
jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram)
abate untuk 100 liter air
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Adapun hal-hal yang dapat dikaji yang menunjang dalam penentuan diagnose, adalah
:
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat demam dengue, dengan minum penurun panas dan istirahat demam tidak dirasakan
lagi.
b. Lingkungan rumah yang berdempet, banyak air tergenang, pembuangan barang-barang bekas
dan kaleng-kaleng bekas sembarangan.
c. Riwayat demam kembali dengan tanda-tanda perdarahan (tanda-tanda perdarahan yang khas
dari demam berdarah dengue/petekia).
2. Pola nutrisi metabolic
a. Intake menurun karena mual dan muntah.
b. Ada penurunan berat badan dan kesulitan menelan.
c. Demam tinggi yang tiba-tiba sampai kadang menggigil selama 2-7 hari.
3. Pola eliminasi
a. Konstipasi
b. Diare
c. Tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat
d. Produksi urin menurun (kurang dari 1cc/kgbb/jam) pada syok
4. Pola aktivitas
a. Badan lemah, nyeri otot dan sendi
b. Tidak bisa beraktivitas, pegal seluruh badan
5. Pola istirahat tidur
a. Istirahat dan tidur terganggu karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, gelisah
6. Pola persepsi kognitif
a. Apakah yang diketahui klien dan keluarga mengenai penyakitnya.
b. Adakah yang diharapkah klien dan keluarga terhadap sakitnya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Apakah klien merasa puas terhadap keadaan dirinya.
b. Ada perasaan malu terhadap penyakitnya.
8. Pola mekanisme koping dan dan toleransi terhadap penyakitnya
a. Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya.
b. Ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit.
9. Pola reproduksi seksual
a. Pada anak perempuan apakah ada perdarahan pervagina (bukan menstruasi).
10. Pola system kepercayaan
a. Menyerahkan penyakitnya pada tuhan.
b. Menyalahkan tuhan akan penyakitnya.
c. Memanggil pemuka agama untuk mendo’akan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang
intravascular ke ruang ekstravaskular.
3. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
C. Rencana Keperawatan
DX 1 : Hipertermi yang b/d proses infeksi virus dengue
Tujuan : hipertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran : Suhu tubuh normal ( C).
Intervensi Rasional
Observasi TTV : suhu, nadi,
tekanan darah, pernapasan
TTV merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien
Berikan penjelasan tentang
penyebab demam atau peningkatan
suhu tubuh
keterlibatan keluarga sangat berarti
dalam proses penyembuhan pasien
di rumah sakit
Anjurkan klien banyak minum ± 1-
2 liter / hari
peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat antipiretik
antipiretik berfungsi dalam
menurunkan suhu tubuh
DX 2 : Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular b/d
pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Sasaran :
1. Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai
dengan TTV stabil dalam batas normal
2. Produksi urine 1 cc/KgBb/jam
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
Kaji tanda dan gejala kurang
volume cairan (selaput mukosa
kering, rasa haus dan produksi urine
menurun)
deteksi dini kurang volume cairan
Monitor dan catat cairan yang
masuk dan keluar
mengetahui keseimbangan cairan
yang masuk dan keluar
Beri minum yang cukup dan
sesuaikan dengan jumlah cairan
infuse
minum cukup untuk menambah
volume cairan dan sesuaikan
dengan cairan infuse untuk
mencegah kelebihan cairan
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan intravena
program cairan intravena sangat
penting bagi pasien yang
mengalami deficit volume cairan
dengan keadaan umum yang jelek
karena cairan yang masuk langsung
ke pembuluh darah
DX 3 : Risiko tinggi syok hipovolemik yang b/d perdarahan
Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Sasaran :
1. TTV stabil dalam batas normal
2. Hematokrit dalam batas normal ( L : 40-52 %, P : 35-47 % )
3. Hemoglobin dalam batas normal ( L : 11,5-16,5 g/dL, P : 13-17,5 g/dL )
4. Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 /mm3 )
5. Tidak terjadi tanda-tanda syok
Intervensi Rasional
Monitor tanda-tanda perdarahan perdarahan yang tepat diketahui
dapat segera diatasi sehingga pasien
tidak sampai ke tahap hipovolemik
akibat perdarahan hebat
Observasi perkembangan bintik-
bintik merah di kulit, keringat
dingin, kulit lembab dan dingin
serta tanda-tanda sianosis
mengetahui tanda-tanda terjadinya
syok sehingga dapat menentukan
intervensi secepatnya
Bila terjadi syok hipovolemik,
baringkan pasien dalam posisi datar
menghindari kondisi yang lebih
buruk
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian tranfusi dan cairan
parenteral
untuk menggantikan volume dan
komponen darah yang hilang dan
untuk memenuhi keseimbangan
cairan tubuh
DX 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Sasaran :
1. Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu menghabiskan 1
porsi makanan yang disediakan.
2. Mual, muntah hilang.
3. Berat badan dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji keluhan mual, muntah dan
anoreksia yang dialami pasien
untuk menentukan intervensi yang
sesuai dengan kondisi pasien
Kaji pola makan pasien, catat porsi
makan yang dihabiskan setiap hari
mengetahui masukan nutrisi pasien
Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makan dalam porsi
kecil tetapi sering
mencegah pengosongan lambung
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy antiemetik dan
vitamin
antiemetik untuk mengatasi mual
dan muntah, vitamin untuk
meningkatkan selera makan dan
daya tahan tubuh pasien
DX 5 : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Tujuan : pasien mampu untuk beraktivitas setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Sasaran :
1. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
2. Klien dapat mandiri untuk mandi, makan, eliminasi dan berpakaian
Intervensi Rasional
Kaji tingkat kemampuan pasien
dalam beraktivitas
Untuk mengetahui kemampuan
pasien dalam beraktivitas
Libatkan keluarga/orang tua dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
pasien
memberikan dorongan kepada
pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
Anjurkan mobilisasi secara bertahap
sesudah demam hilang sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien
agar klien berpartisipasi dalam
perawatan diri
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh normal (36-370 C).
2. Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
3. Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan seperti hematemesis,
melena, perdarahan gusi, epistaksis dan ptekiae.
4. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
5. Aktivitas dan latihan pasien dapat dilakukan secara mandiri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak,
disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan /syok dan kematian.
Yang biasanya di tandai dengan adanya demam, hepatomegaly, perdarahan dan syok.
Dengan derajat menurut patokan WHO :
1. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
B. Saran
Pencegahan terhadap infeksi virus dengue harus dilakukan sedini mungkin untuk
mencegah resiko-resiko yang dapat menimbulkan masalah yang tidak di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien ed. 3, EGC: Jakarta.
http://nurse87.wordpress.com/2011/10/28/asuhan-keperawatan-anak-dengan-dhf/
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-dengue-
hemoragic-fever-dhf/
http://efrialfred.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC Jakarta.