laporan pendahuluan dan kesimpulan asuhan keperawatan CHF.docx
Asuhan Keperawatan chf.docx
Transcript of Asuhan Keperawatan chf.docx
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
1/15
Kumpulan Asuhan Keperawatan
Kamis, 13 Januari 2011
Asuhan Keperawatan Decompensasio Cordis (Gagal Jantung)
A. Konsep DasarJantung merupakan struktur kompleks yang terdiri dari jaringan fibrosa, otot-otot
jantung dan jaringan konduksi listrik.jantung mempunyai fungsi utama untuk
memompakan darah. Untuk memenuhi kebutuhan metabolisme badan, jantung yangbertindak sebagai pompa sentral akan memompa darah untuk menghantarkan bahan-
bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa-
sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh. Kebutuhan metabolisme badan selalu
berubah-ubah, bervariasi dari keadaan metabolisme basal dalam keadaan istirahat
sampai kepada kebutuhan metabolisme untuk gerak badan yang berat.
Hal ini dapat dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompa
cukup baik. Sistem katupnya sendiri serta irama pemompaan yang baik. Bila
ditemukan ketidaknormalan pada salah satu di atas maka akan mempengaruhi
efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa.
Berkenaan dengan kasus yang penulis bahas yakni asuhan keperawatan pada klien
Decompensasio Cordis atau gagal jantung maka dalam landasan teori lebihmemfokuskan pada jantung atau yang berkenaan dengan penyakit Decompensasio
Cordis itu sendiri.
1. DefenisiBeberapa defenisi Decompensasio Cordis atau gagal jantung antara lain :
Keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini
adalah pertama, definisi gagal jantung adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik
tubuh dan kedua, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan.
(Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 1994 : 583)
http://askep-topbgt.blogspot.com/http://askep-topbgt.blogspot.com/http://3.bp.blogspot.com/_DNF0mICS8pk/TS7j-Slih9I/AAAAAAAAAIM/G0MCRS4_ah8/s1600/11.jpghttp://3.bp.blogspot.com/_DNF0mICS8pk/TS7j-Slih9I/AAAAAAAAAIM/G0MCRS4_ah8/s1600/11.jpghttp://askep-topbgt.blogspot.com/ -
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
2/15
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
3/15
Jantung adalah alat pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus
atrial. Kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak
melalui berkas his dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas
dua jenis yaitu kontraksi atau systole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari
kedua atrium terjadi serentak dan disebut systole atrial, pengendorannya adalahdiastole atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga
systole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap
pengendorannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus menerus,
siang malam selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat selama diastole
ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih
kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena mendorong darah ke
seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun
ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya
mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih kuat. (Pearce, Evelyn
C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)d. Bunyi jantung
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh
katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup
atroventrikuler dan kontraksi dari ventrikel, bunyi kedua karena menutupnya katup
aortic dan pulmoner sesudah kontraksi dari ventrikel. Yang pertama adalah panjang
terdengar lub dan yang kedua pendek dan tajam terdengar dub. Dalam keadaan
normal jantung tidak mempunyai bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada
kelainan pada katup atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi bunyi lain, biasanya
disebut bising. (Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
e. Daya pompa jantung
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan
memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan
demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan
jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang
membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.
Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan
tetapi bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-
vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam
vena naik. Dan kalau keadaan in tidak cepat ditangani maka terjadi edema. (Pearce,
Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, 2000)f. Katup-katup pada jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan
peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1) Valvula Trikuspidalis. Terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang
terdiri dari 3 katup.
2) Valvula Bikuspidalis. Terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang
terdiri dari 2 katup.
3) Valvula semilunaris arteri pulmonalis. Terletak antara ventrikel dekstra dengan arteri
pulmonalis, dimana darah mengalir menuju ke paru-paru.
4) Valvula semilunaris aorta. Terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta dimana
darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.g. Sirkulasi darah
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
4/15
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui
arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut peredaran
darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran darah ventrikel kanan melalui paru-paru ke
atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau sirkulasi pulmonal.
1) Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a) Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dekstramenuju ke paru-paru.
Mempunyai 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang
banyak mengandung CO2di dalam darahnya.
b) Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru-paru
masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalamnya berisi darah yang banyak
mengandung O2.
2) Pembuluh darah pada peredaran darah besar, terdiri atas :
a) Aorta, merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung bagian
ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke belakang melalui radiks
pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma lalu
menurun ke bagian perut.Jalannya arteri terbagi 3 (tiga) bagian :
(1) Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya 5 cm, cabangnya arteri
koronaria masuk ke jantung.
(2) Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung arah ke kiri, di depan trakea sedikit
ke bawah sampai vena torakalis IV.
Cabang-cabangnya : arteri brakia sefalika atau arteri anomina, arteri subklavia sinistra
dan arteri karotis komunis sinistra.
(3) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun mulai dari vertebra torakalis IV sampai
vertebra lumbalis IV.
Letaknya :
(a) Aorta torakalis. Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menembus diafragma.
Percabangannya sampai pada dinding toraks dan alat-alat visceral yang ada di dalam
rongga toraks.
(b) Aorta abdominalis. Pada vertebra torakalis XII terbagi 2 : arteri iliaka komunis
dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra. Percabangannya sampai pada dinding perut
dan alat dalam rongga perut, panggul dan anggota gerak bawah.
Peredaran darah kecil, darah dari jantung ventrikel destra valvula semilunaris
arteri pulmonalis paru-paru kiri dan kanan vena pulmonalis.
Peredaran darah besar, darah dari jantung bagian ventrikel sinistra valvula
semilunaris aorta aorta arteri arteriole kapiler arteri kapiler vena venolus vena kava atrium dekstra.
(Syaifudin, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, 1992)
3. EtiologiPenyebab terjadinya gagal jantung ialah :
a. Kegagalan miokard
Yaitu ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna.
Penyebab kegagalan miokard adaah iskemia miokard, infark miokard, miokarditis,
kardiomiopati.
b. Beban tekanan berlebihan (abnormal pressure overload)
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
5/15
Beban tekanan berlebihan yang dihadapi ventrikel pada waktu kontraksi
(sistolik), dalam batas tertentu yang dapat ditanggulangi oleh kemampuan
kontraktilitas miokard ventrikel. Beban sistolik yang berlebihan di luar kemampuan
ventrikel (sistolik overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel
sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup. Contoh keadaan ini yaitu :
stenosis aorta, hipertensi, koarktasio aorta.c. Beban volume yang berlebihan (abnormal volume overload)
Beban isian berlebihan pada waktu diastolic dalam batas tertentu dapat ditampung
oleh ventrikek (preload yang meningkat). Jika preload ini berlebihan dan melampaui
kapasitas ventrikel (diastolik overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada
akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Contoh keadaan ini yaitu : insufisiensi aorta,
insufisiensi mitral, insufisiensi tricuspid, tranfusi berlebihan/over transfusion,
hypervolemia sekunder (gangguan ekskresi cairan), shunt dalam jantung.
d. Kebutuhan metabolik yang meningkat (increased metabolic demand)
Beban karena kebutuhan metabolik badan yang meningkat akan merangsang jantung
bekerja lebih keras untuk menambah sirkulasi, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untukmemenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Contoh keadaan yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan metabolisme badan yaitu anemia, tirotoksikosis, beri-beri,
penyakit paget, fistula arterio-venosus.
e. Hambatan pengisian ventrikel (ventricular filling disorders)
Hambatan pengisian ventrikel ini karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel
atau pada aliran balik vena, akan menyebabkan output ventrikel berkurang dan curah
jantung menurun. Timbulnya hambatan ini disebabkan : gangguan distensi diastolic
misalnya pada perikarditis restriktif, tamponade jantung.
(Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, 2000)
4. KlasifikasiNew York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional gagal jantung
dalam 4 kelas yaitu :
Kelas I : keluhan timbul pada aktifitas lebih dari sehari-hari.
Kelas II : keluhan timbul pada aktifitas sehari-hari.
Kelas III : keluhan timbul pada aktifitas ringan.
Kelas IV : keluhan timbul pada istirahat.
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung
terbagi atas :
a. Gagal jantung kirib. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kongestif
(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
5. PatofisiologiKelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup atau
menurunnya curah jantung kiri sehingga meningkatkan volume residu ventrikel.
Dengan meningkatnya volume akhir diastolic ventrikel, maka terjadi pula peningkatantekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Derajat peningkatan tekanan tergantung dari
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
6/15
kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya tekanan akhir diastolic ventrikel kiri,
maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan tekanan atrium kiri diteruskan ke
belakang ke dalam anyaman vaskuler paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan
vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi
tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstitial.Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan
terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat meningkatkan cairan
merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru dengan segala keluhan
dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi paru yang meninggi. Keadaan
yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa
darah untuk sirkulasi kecil. Bila beban pada ventrikel kanan tersebut terus bertambah,
akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami
hypertropi dan dilatasi sampai batas kemampuannya dan bila beban tersebut diatas
tetap meninggi maka pada suatu saat tidak teratasi lagi oleh ventrikel kanan, maka
terjadilah gagal jantung kanan.
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri juga dapat terjadi padajantung kanan dimana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema. (Price,
Sylvia A, et al, Patofosiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 1994)
Kardiak output (curah jantung) yang tidak adekuat memicu beberapa respon
kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ tubuh yang
vital (lihat tabel berikut)
Respon-respon terhadap ketidakadekuatan kardiak output
Respon Pengaruh awal Pengaruh akhir
Rangsanganterhadapsarafsimpati
Peningkatan kecepatan dankekuatan kontraksi miokardium,vasokonstriksi perifer -arus darahke organ-organ vital, peningkatanarus balik vena, peningkatantekanan darah.
Meningkatnya kebutuhan oksigenuntuk miokardium, meregangkanserabut-serabut miokardium dibawah garis kemampuankontraksi
Pengaktifansistemrenin-angiotensin
Peningkatan reabsorbsi sodiumdan air-peningkatan volumedarah, vasokonstriksi perifer
Meningkatnya beban jantung
Hypertrofiventrikuler
Peningkatan kontraktilitasmiokardium
Peningkatan kebutuhan oksigenuntuk miokardium
(Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, 1996)
6. Manifestasi klinisa. Pada gagal jantung kiri terdapat gejala :
1) Badan lemah, cepat lelah, dan berdebar-debar
2) Anoreksia
3) Batuk dan keringat dingin
4) Dyspnoe (dysnoe deffort)
5) Orthopnoe
6) Paroksismal noktural dyspnoe7) Ronkhi basah di bagian basal paru
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
7/15
8) Suara jantung III/bunyi derap S3
9) Tachycardia
b. Pada gagal jantung kanan terdapat gejala :
1) Edema tumit dan tungkai
2) Pembesaran hati (hepatomegali)
3) Peningkatan tekanan vena jugularis4) Gangguan gastrointestinal : perut kembung, anoreksia, nausea, ascites, dan perasaan
tidak enak pada epigastrium
5) Berat badan bertambah akibat edema tungkai
6) Irama derap atrium kanan atau murmur
c. Sedangkan pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung
kiri dan gagal jantung kanan.
(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
7. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan radiology
Foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali; pembesaran jantung dengan kongestif
paru.
b. Eletrokardiogram (EKG)
EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial akut, guna
mengkaji aritmia dan untuk mengenal respon-respon kompensatori seperti terjadinya
hypertropi ventrikel.
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
Hemoglobin dan eritrosit menurun sedikit karena hemodilusi. Kadar hemoglobin di
bawah 5% sewaktu-waktu dapat menimbulkan gagal jantung, setidaknya keadaan
anemi akan menyebabkan bertambahnya beben jantung. Jumlah leukosit dapat
meninggi; bila sangat meninggi mungkin terdapat superinfeksi, endokarditis atau
sepsis yang akan memberatkan jantung. Laju endap darah (LED) biasanya menurun,
bila gagal jantung dapat diatasi tapi infeksi atau karditis masih aktif ada maka LED
akan meningkat. Kadar natrium dalam darah sedikit menurun walaupun natrium total
bertambah. Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan
kalori, keadaan paru, besarnya shunt dan fungsi ginjal.
2) Urine
Jumlah pengeluaran urine berkurang, berat jenis meninggi, terdapat albuminuria
sementara.
d. Kateterisasi jantungBiasanya ditemukan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, atrium kiri dan tekanan
vena pulmonalis meninggi, sedangkan tekanan atrium kanan baru meninggi pada
keadaan lanjut.
(Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, 1996; Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, 1987)
8. KomplikasiKomplikasi lebih lanjut yang dapat terjadi akibat Decompensasio Cordis yaitu
renjatan (shock) kardiogenik, dimana ventrikel kiri sudah tidak mampu berfungsi lagi.
Selain itu dapat terjadi gagal nafas total akibat perluasan edema paru yang hebat dan
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
8/15
ketidakmampuan compliance maupun recoil paru. (Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam,
1987)
9. Penatalaksanaana. Perawatan
1) Tirah baring/bedrest
Kerja jantung dalam keadaan decompensasi harus benar-benar dikurangi dengan
bederest, mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.
2) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2 liter/menit dalam keadaan
sianosis sekali dapat lebih tinggi.
3) Diet
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan) garam. Jumlah
kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori tinggi
protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.b. Pengobatan medik
1) Digitalisasi
Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat dan memperkuat
kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung.
Dosis digitalis :
a) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,52 mg dalam 46 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 24 hari.
b) Cedilanid IV 1,21, 6 mg dalam 24 jam
Dosis penunjang untuk gagal jantung :
Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
2) Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian yang berlebihan
dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan. Yang digunakan :
furosemid 4080 mg. pemberian dosis penunjang bergantung pada respon, rata-rata
20 mg sehari.
3) Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan
menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :a) Nitrogliserin 0,40,6 mg sublingual atau 0,22 mg/kgBB/menit IV
b) Nitroprusid 0,51 mg/kgBB/menit IV
4) Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik
a) Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa ferosus, atau
tranfusi darah jika anemia berat
b) Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotik
c) Untuk penderita gagal jantung anak-anak yang gelisah, dapat diberikan penenang;
luminal dan morfin dianjurkan terutama pada anak yang gelisah.
(Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 1999; Long, Barbara C, Perawatan
Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 1996)
10.Pencegahan
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
9/15
Pada umumnya Decompensasio Cordis merupakan akibat lanjutan atau komplikasi
dari penyakit yang mempengaruhi kerja jantung. Misalnya ketidakpatuhan menjalani
pengobatan hipertensi, anemia, tirotoksisosis, dan pengobatan anti gagal jantung,
aritmia akut atau endokarditis.
Karena itu setiap penyakit yang berpengaruh langsung pada kerja jantung mestilah
secara dini diobati dan lakukan pengobatan tersebut secara teratur.Selain itu pola perilaku pengkonsumsian makanan yang tidak menunjang kesehatan
harus dihindari seperti asupan garam dan gula yang berlebihan, ataupun asupan lemak
yang berlebihan yang mengakibatkan atherosclerosis yang pada akhirnya dapat
menghambat aliran darah dan mengganggu kerja jantung.
(Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, 1999; Ganong WF, Buku Ajar Fisiologi
Pencegahan, 1999 )
B. Asuhan KeperawatanAsuhan keperawatan merupakan penerapan dari proses keperawatan yang terdiri dari
lima tahapan yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi/pelaksanaan dan evaluasi dalam upaya pemecahan masalah dan
dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan.Proses keperawatan tersebut juga dilakukan secara komprehensif yang meliputi aspek
bio-psiko-sosio-spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
melalui penerapan serangkaian tindakan yang telah direncanakan guna mencapai
tujuan keperawatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Mengenai asuhan keperawatan dengan kasus Decompensasio Cordis, berikut akan
penulis uraikan tentang teoritis asuhan keperawatan kepada klien dengan
Decompensasio Cordis dari pengkajian hingga evaluasi.
Lima tahap proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar memberi arah kepada
tindakan keperawatan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang
dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data yang dilakukan berkenaan dengan kasus Decompensasio Cordis
adalah meliputi :
a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
seterusnya.
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan tentang riwayat penyakit penderita dahulu yang pernah dialaminya
berhubungan dengan penyakitnya saat ini.
c. Riwayat penyakit sekarangPengkajian mengenai perjalanan penyakitnya mulai dari pertama sampai sekarang
seperti keluhan sesak nafas, yang makin bertambah berat bila beraktifitas, orthopnoe,
batuk yang dirasakan mulai awal hingga saat ini. Adakah edema tungkai,
hepatomegali, ataupun nafsu makan yang menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Dalam membuat riwayat penyakit keluarga perlu membuat genogram yang diambil
dari keterangan pasien ataupun keluarga pasien.
e. Data biologis
Mengkaji pola-pola fungsi kesehatan atau data biologis terutama yang berhubungan
dengan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut seperti :
1) Pola nutrisi dan metabolisme
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
10/15
Disini peran perawat untuk mengkaji secara cermat bagaimana pola atau kebiasaan
dalam mengkonsumsi makanan, berapa kali frekuensi makan dalam sehari, adakah
mual, muntah, dan anoreksia.
2) Pola minum
Mengkaji jumlah air minum yang dikonsumsi setiap hari dan perubahan yang terjadi
setelah sakit. Pada klien Decompensasio Cordis intake cairan perlu disesuaikandengan edema yang terjadi.
3) Pola eliminasi
Dalam pola eliminasi ini ditanyakan bagaimana defekasinya baik warna, bentuk, dan
bau feses. Mictienya juga bagaimana apakah lancar atau spontan .
4) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari pasien sebelum sakit apakah banyak tidur atau aktif sekali
sehingga tidak ada waktu untuk istirahat ataupun waktu untuk makan.
5) Pola tidur dan istirahat
Disini bisa diketahui pola tidur penderita berapa lama istirahat, dan bagaimana
pengaruh sesak terhadap tidur klien.
f. Pemeriksaan fisika. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan umum klien, kesadaran, tekanan darah, peningkatan frekuensi
respirasi, frekuensi nadi dan bagaimana suhu tubuh klien. Adanya sesak nafas,
orthopnoe, batuk iritasi, hepatomegali, edema tungkai dan penurunan nafsu makan.
b. Inspeksi
Bagaimana bentuk postur tubuh klien, apakah ada perubahan di bandingkan dengan
keadaan normal sebelum terserang penyakit ini. Bagaimana keadaan thorax klien,
apakah tampak ictus cordis dan pulsasi jantung, adanya penggunaan otot otot
asesoris pernafasan, respriasi yang dangkal, dan adanya tanda tanda sianosis pada
ekstremitas klien ataupun edema.
c. Palpasi
Ictus cordis teraba atau tidak bagaimana stem fremitus dan ada pemeriksaan abdomen
adanya ascites, pada kuadran kanan atas terdapat hepatomegali.
d. Auskultasi
Bagaimana perubahan yang terjadi pada irama jantung dan suara jantung 1 dan 2,
yang dijumpai juga suara jantung 3 dan 4 ( Gallop). Pada auskultasi paru
paru terdapat suara tambahan yakni ronchi basah sedangkan pada auskultasi abdomen
diperiksa apakah ada peningkatan peristaltik usus.
e. Perkusi
Pemeriksaan perkusi pada thorax ; adanya dullnes pada ICS II V kiri dan pada
abdomen terjadi tympanism (kembung) .g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin untuk menentukan anemia atau tidak.
b) Leukosit dan LED untuk menentukan adanya infeksi.
c) Urine : apakah berat jenis meninggi dan tidaknya Albuminuria.
1) Pemeriksan radiologi
Untuk menentukan pembesaran jantung dan kongesti paru.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
EKG untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial akut, guna mengkaji aritmia
dan untuk mengenal respon kompensatori seperti terjadinya hipertropi ventrikel.
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
11/15
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
12/15
Agar dapat dipantau perubahan respirasi yang terjadi secara kontinyu
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik.
Rasional :
Diuretik mengurangi edema jantung dan paru serta dapat memperbaiki fungsinya
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi miokard
sekunder terhadap gagal jantungTujuan :
Kardiak output adekuat dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Tandatanda vital dalam batas normal
Lemah berkurang, keadaan umum klien membaik.
Kulit perifer terutama ekstremitas hangat.
Rencana Tindakan :
1) Istirahatkan / bedrest secara fisik dan mental
Rasional :
Dengan istirahat maka beban volume dan kontraksi jantung tidak berat.
2) Observasi dan catat tandatanda vital tiap 6 jam serta amati tandatanda perfusijaringan.
Rasonal :
Untuk mengetahui kelainan lanjutan yang terjadi dan sebagai dasar penetapan
selanjutnya.
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian digitalis.
Rasional :
Obat digitalis diharapkan dapat memperkuat kontraksi miokard
4) Amati pengaruh negatif pemberian obat digitalis.
Rasional :
Mencegah alergi ataupun efek samping yang tidak diinginkan.
5) Berikan diet makanan rendah garam
Rasional :
Kelebihan garam meningkatkan retensi cairan dan dapat meningkatkan volume
vaskuer dan beban kerja jantung.
c. Perubahan pola pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan anoreksia.
Tujuan :
Masukan nutrisi adekuat dalam 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Porsi makan habis.
Mual berkurang bahkan hilang.Tidak terjadi penurunan berat badan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji frekuensi dan porsi makan klien
Rasional :
Mengetahui jumlah frekuensi dan banyaknya porsi makan klien.
2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat, menarik, bervariasi, namun tetap sesuai
dengan diet rendah garam.
Rasional :
Agar klien dapat berselera makan.
3) Anjurkan agar tidak mengkonsumsi makan yang terlalu panas, dingin, terlalu pedas,
atau terlalu asam.Rasional :
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
13/15
Mencegah sekresi asam lambung yang berlebihan.
4) Anjurkan klien makan dengan porsi sedikit tapi sering dan tingkatkan porsi makan
secara bertahap.
Rasional :
Agar pencernaan tidak langsung bekerja terlalu keras dan makanan yang masuk
dapat ditolerir5) Pantau berat badan setiap hari.
Rasional :
Memantau perkembangan berat badan berhubungan dengan status nutrisi.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi mual dan muntah.
Rasional :
Dengan hilangnya mual dan muntah maka nafsu makan dapat meningkat.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktivitas
kehidupan seharihari.
Tujuan :
Kebutuhan dan pemenuhan O2 seimbang dengan aktifitas, dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :Mudah lelah dapat berkurang bahkan hilang.
Klien dapat beraktifitas secara bertahap.
Tandatanda vital dalam batas normal.
Rencana :
1) Bantu dan bimbing klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
Rasional :
Dengan bantuan dan bimbingan diharapkan kebutuhan ADL primer klien dapat
terpenuhi .
2) Tingkatkan aktifitas klien secara bertahap dan sesuai dengan kondisi atau
kemampuannya.
Rasional :
Kemajuan aktifitas bertahap diarahkan melalui toleransi klien, meningkatkan fungsi
fisiologis kerja jantung .
3) Pantau tandatanda vital setelah beraktifitas dan kaji respon abnormal terhadap
peningkatan aktifitas.
Rasional :
Untuk menilai respon fisiologis dan perubahan yang terjadi setelah melaksanakan
aktifitas dan respon abnormal mengindikasikan intoleransi terhadap peningkatan
aktifitas.
4) Rencanakan periode istirahat adekuat sesuai jadual harian klien.
Rasional :Periode istirahat memberikan tubuh interval untuk penggunaan energi yang rendah.
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan dyspnoe noktural.
Tujuan :
Kebutuhan tidur klien terpenuhi dalam 2 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien dapat tidur dengan tenang.
Klien dapat tidur dengan nyenyak dengan jumlah jam tidur 7 - 8 jam per hari.
Klien terlihat segar.
Rencana Tindakan :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi jumlah pengunjung terutama saat jam
tidur klien.Rasional :
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
14/15
Agar klien dapat tidur dengan baik dan tidak mengganggu tidur klien.
2) Atur posisi klien pada saat akan tidur senyaman mungkin.
Rasional ;
Dengan posisi yang mengenakkan, klien dapat lebih rileks dan tidak gelisah.
3) Buat jadual tindakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu tidur klien.
Rasional :Agar tidak mengganggu tidur klien.
4) Bila tindakan dilakukan saat klien sedang tidur, lakukanlah dengan hatihati .
Rasional :
Agar klien tidak terbangun.
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan :
Rasa cemas teratasi dalam 30 menit.
Kriteria hasil :
Klien tenang .
Pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat .
Klien kooperatif dengan program perawatan dan pengobatan.Rencana tindakan :
1) Kaji rasa cemas klien.
Rasional :
Untuk mengetahui sejauhmana cemas yang dialami klien dan pengaruhnya terhadap
kondisi mental.
2) Bina hubungan yang baik dengan klien.
Rasional :
Agar timbul rasa saling percaya dan hubungan yang harmonis.
3) Beri kesempatan klien bertanya dan mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional :
Pengungkapan perasaan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberikan
kesempatan memperbaiki konsep yang tidak benar.
4) Beri penjelasan pada klien dan keluarganya tentang keadaan penyakit dan prosedur
yang akan dilakukan.
Rasional :
Penjelasan yang baik dan tepat akan memberikan pemahaman yang baik pula dan
dapat mengurangi kecemasan.
5) Beri penguatan dan perilaku koping positif kepada klien dan keluarganya.
Rasional :
Koping positif menimbulkan kepercayaan akan perubahan keadaan penyakitnya ke
arah kesembuhan.g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan aliran darah ginjal
sekunder terhadap gagal jantung kanan.
Tujuan :
Tidak terjadi kelebihan cairan dalam tubuh.
Kriteria Hasil :
Edema tidak terjadi.
Tidak terjadi distensi vena.
Terjadi keseimbangan antara intake dan output cairan.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tandatanda kelebihan cairan.
Rasional :Untuk mendeteksi secara dini adanya kelebihan cairan dalam tubuh .
-
8/13/2019 Asuhan Keperawatan chf.docx
15/15
2) Berikan klien makanan sesuai dengan dietnya yaitu rendah garam.
Rasional :
Dengan pemberian makan yang sesuai dengan diet maka dapat dihindari retensi
cairan dalam tubuh.
3) Catat intake dan output cairan setiap hari .
Rasional :Untuk mengukur dan mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional :
Untuk mengetahui perubahan berat badan berhubungan dengan kemungkinan
timbulnya oedema.
5) Jika klien dipasang infus, awasi dengan ketat tetesan infus sesuai dengan program
pengobatan.
Rasional :
Pemantauan dalam terapi infus secara ketat dapat menghindari kelebihan cairan yang
masuk.
(Hudak, Carolyn M, et al, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, 2000; Carpenito,Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, 1999; Tucker, Susan
M, et al, Standar Perawatan Pasien, 1998)
4. Implementasi
Tahap keempat dari proses asuhan keperawatan adalah implementasi. Implementasi
keperawatan merupakan aplikasi dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan
masalah klien guna mencegah, memelihara, mengatasi, serta meningkatkan derajat
kesehatan klien. Implementasi dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psilologis dilindungi serta dilakukan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi adalah suatu sistem untuk menilai keberhasilan
dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan mengukur tercapai atau
tidaknya tujuan yang diharapkan. Halhal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien serta pencapaian
tujuan dan juga ketepatan dalam melakukan implementasi keperawatan.
Evaluasi ada dua yaitu evaluasi proses (formatif) berupa respon klien segera setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang didokumentasikan kedalam catatan
keperawatan. Evaluasi yang kedua adalah evaluasi hasil (sumatif) yang merupakan
evaluasi tahap akhir untuk menilai apakah tujuan perawatan tercapai atau tidak, yang
didokumentasikan dalam catatan perkembangan berupa respon subjektif dan objektif,analisa perawat tentang masalah keperawatan yang terjadi serta yang terakhir
perencanaan selanjutnya.
(Carpenito, Lynda Juall, Diagnosis Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinis, 1998;
Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, 1999