Asuhan Keperawatan Bph

52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior darikandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang selanjutnya dapat

description

wendy goxil

Transcript of Asuhan Keperawatan Bph

Page 1: Asuhan Keperawatan Bph

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar

periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.Prostat

adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior darikandung

kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior

difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.

Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan

berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra

eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada

saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran

prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor

menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor ini

disebut fase kompensasi.

Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami

dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang

selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh karenaitu

penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik

dan asuhankeperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

beserta keluarganya.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum :

Dalam penulisan karya tulis ini bermaksud untuk menambah wawasan serta pengalaman nyata

dalam merawat dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatannya.

Page 2: Asuhan Keperawatan Bph

b. Tujuan Khusus :

1.Mampu mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyakitnya.

2.Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan BPH secara komprehensif

3.Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH . Mampu menganalisa dan

menentukan masalah keperawatan pada klien BPH. Mampu melakukan intervensi dan

implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul padaklien BPH. Mampu

mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien BPH

4.Agar semua mahasiswa, khususnya para pembaca mengetahui bahwa apa sebenarnya yang

dimaksud dengan BPH, apa saja yang menjadi penyebab terjadinya, gejala yang ditimbulkan dan

bagaimana proses perawatan dan pengobatannya.

C. Metode Penulisan

1.  Metode Diskriptif yang menggunakan pendekatan studi kasus melalui pendekatan proses

keperawatan dengan langkah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Sumber data :

Studi kepustakaan dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan seminar/presentasi keperawatan penulis membagi 3 BAB :

1.    BAB I: Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan serta sistematika penulisan.

2.    BAB II: Berisi tinjauan teoritis, pengertian penyakit, etiologi, anatomi fisiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan. Dan

Konsep Asuhan Keperawatan secara nyata dalam proses keperawatan melalui pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.    BAB III: Penutup yang berisi tentang simpulan dan saran

Daftar pustaka

Page 3: Asuhan Keperawatan Bph

BAB II

KONSEP TEORITIS

1. TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A. Definisi   

BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar

prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran

keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat

Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi

prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretra lah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya

bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut

kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma

prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak

jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

Benigna Prostat Hipertropi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan

oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar /

jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu

Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua

dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius

( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).

Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara

umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan

pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal 671).

Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika

dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).

Page 4: Asuhan Keperawatan Bph

B.     Anatomi Dan Fisiologi Sistem Urogenital

1.       Uretra

Uretra merupakan tabung yg menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui proses miksi.

Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi

dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter

uretra skterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Pada saat buli-buli

penuh sfingter uretra interna akan terbuka dengan sendirinya karena dindingnya terdiri atas otot

polos yang disarafi oleh sistem otonomik. Sfingter uretra ekterna terdiri atas otot bergaris yang

dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan

tetap tertutup pada saat menahan kencing.

Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra

anterior. Kedua uretra ini dipisahkan oleh sfingter uretra eksterna. Panjang uretra wanita ± 3-5

cm, sedangkan uretra pria dewasa ± 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan

keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior pada pria

terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan

uretra pars membranasea.

Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu benjolan verumontanum, dan

disebelah kranial dan kaudal dari veromontanum ini terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari

pars deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir kiri dan kanan verumontanum,

sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di uretra

prostatika.

Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra

anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare dan meatus uretra eksterna.

Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam

proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada di dalam diafragma urogenitalis bermuara di

uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre yaitu kelenjar parauretralis yang bermuara di uretra pars

pendularis.

Page 5: Asuhan Keperawatan Bph

2.    Kelenjar Postat

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak tepat dibawah leher kandung kemih, di

belakang simfisis pubis dan di depan rektum ( Gibson, 2002, hal. 335 ). Bentuknya seperti buah

kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya + 20 gr, kelenjar ini mengelilingi uretra dan

dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas deferen.

Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan gladular yang terbagi dalam beberapa

daerah arau zona, yaitu perifer, sentral, transisional, preprostatik sfingter dan anterior.

( Purnomo, 2000, hal.7, dikutip dari Mc Neal, 1970)

Asinus setiap kelenjar mempunyai struktur yang rumit, epitel berbentuk kuboid sampai

sel kolumner semu berlapis tergantung pad atingkat aktivitas prostat dan rangsangan androgenik.

Sel epitel memproduksi asam fostat dan sekresi prostat yang membentuk bagian besar dari cairan

semen untuk tranpor spermatozoa. Asinus kelenjar normal sering mengandung hasil sekresi yang

terkumpul berbentuk bulat yang disebut korpora amilasea. Asinus dikelilingi oleh stroma

jaringan fibrosa dan otot polos. Pasokan darah ke kelenjar prostat berasal dari arteri iliaka interna

cabang vesika inferior dan rectum tengah. Vena prostat mengalirkan ke pleksus prostatika

sekeliling kelenjar dan kemudian ke vena iliaka interna.

Prostat berfungsi menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari

cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretoriusmuara di uretra posterior

untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini

merupakan + 25 % dari volume ejakulat.

Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat

membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih. Kelenjar

prostat dapat terasa sebagai objek yang keras dan licin melalui pemeriksaan rektal. Kelenjar

prostat membesar saat remaja dan mencapai ukuran optimal pada laki-laki yang berusia 20-an.

Pada banyak laki-laki, ukurannya terus bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70

tahun, dua pertiga dari semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang dapat menyebabkan

obstruksi pada mikturisi dengan menjepit uretra sehingga mengganggu perkemihan.

Page 6: Asuhan Keperawatan Bph

C.      Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun

yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat

kaitannya dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan

penyebab antara lain :

1. Dihydrotestosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari

kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

2.   Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron

Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron

yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

3. Interaksi stroma – epitel

Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunantransforming

growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

4.  Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari

kelenjar prostat.

5.   Teori sel stem

Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga

menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan

(Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel

transit ( Roger Kirby, 1994 : 38 ).

Page 7: Asuhan Keperawatan Bph

D.      Patofisiologi

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya

usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi

Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke

dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya

sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329;

Poernomo, 2000 hal 74).

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan

lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan

peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi

lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan

daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi

atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,

maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk

berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329; Poernomo, 2000 hal 76).

Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak

terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan

aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika

berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi

gagal ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).

Teori-teori tentang terjadinya BPH :

1.       Teori Dehidrosteron (DHT)

Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel

prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi

pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.

2.     Teori hormon

Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan

oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen

berperan pada kemunculan dan perkembangan  hiperplasi prostat.

Page 8: Asuhan Keperawatan Bph

3.      Faktor interaksi stroma dan epitel

Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF)

dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien

dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF

dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.

4.      Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus

urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran

kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,

resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan

merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.

Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka

detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk

berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan

disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :

           Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan

menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang

membesar.

           Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan

waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.

           Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi

resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi

terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.

           Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak

lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.

           Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks

berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.

           Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang

terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,

Page 9: Asuhan Keperawatan Bph

           Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin

keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum,

tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.

           Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat

yang membesar.

           Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,

sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi

ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.

           Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada

dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.

           Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini

dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula

menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.

           Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan

hernia dan hemoroid.

E.       Manifestasi Klinik

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar

saluran kemih.

1.            Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiri

atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.

Gejala iritatif meliputi:

          (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari

(Nocturia) dan pada siang hari.

           (nokturia),  terbangun untuk miksi pada malam hari

           (urgensi)  perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan

           (disuria).nyeri pada saat miksi

Gejala obstruktif meliputi:

           rasa tidak lampias sehabis miksi.

Page 10: Asuhan Keperawatan Bph

        (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang

disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama

meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.

           (straining)  harus mengejan

           (intermittency)  yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena

ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya

miksi dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia

karena overflow. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah,

beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung

sendiri oleh pasien.

2.         Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa gejala

obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari

hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan

tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer.

3.          Gejala di luar saluran kemih

Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan

hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78; Mansjoer,

2000, hal 330).

4.            warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.

Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam empat  (4) derajat

gradiasi sebagai berikut :

Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine

I

II

III

IV

Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba.

Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat mudah

dicapai.

Batas atas prostat tidak dapat diraba

< 50 ml

50 – 100 ml

> 100 ml

Retensi urine total

Page 11: Asuhan Keperawatan Bph

Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai tanda dan

gejala:

1. Hemorogi

a. Hematuri

b. Peningkatan nadi

c. Tekanan darah menurun

d. Gelisah

e. Kulit lembab

f. Temperatur dingin

2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat

3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:

a. bingung

b. agitasi

c. kulit lembab

d. anoreksia

e. mual

f. muntah

F.   Komplikasi

1.         Retensi Urine

2.         Perdarahan

3.         Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi

4.         Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi

5.         Hidroureter

6.         Hidronefrosis

7.         Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.

8.         Hipertensi, Uremia

9.         Prolaps ani/rectum, hemorroid.

10.     Gagal ginjal

Page 12: Asuhan Keperawatan Bph

G.      Pemeriksaan Diagnostik

1.      Laboratorium

Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

2.      Radiologis

Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto

polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,

ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal

Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula

menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,

tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

3.      Prostatektomi Retro Pubis

4.      Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik

dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.

5.      rostatektomi Parineal

Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum

a.         Prostatektomy

merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong

uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.

H.      Penatalaksanaan

1.         Non Operatif

a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron

b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi

c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek

d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan

e. Pemasangan kateter.

Page 13: Asuhan Keperawatan Bph

2.         Operatif

Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml

a.    TUR (Trans Uretral Resection)

b.    STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)

c.    Retropubic Extravesical Prostatectomy)

d.   Prostatectomy Perineal

3.    Terapi medikamentosa

a.    Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin.

b.    Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).

c.    Fitoterapi

Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain: eviprostat. Substansinya misalnya

pygeum africanum, sawpalmetto, serenoa repelus.

4.    Terapi bedah

a.    TURP

b.    TUIP

c.    Prostatektomi terbuka

5.    Terapi invasif minimal

a.    TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)

b.    Dilatasi balon trans uretra (TUBD)

c.    High Intensity Focus Ultrasound

d.    Ablasi jarum trans uretra

e.    Stent Prostat

Page 14: Asuhan Keperawatan Bph

I.  Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)

1) Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian ini penulis menggunakan teori konseptual menurut

GORDON dengan 11 pola kesehatan fungsional sesuai dengan post operasi benigna prostat

hipertrophy.

a.       Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan

Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat dan bagaimana

memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu tentang status dan riwayat kesehatan,

hubungannya dengan aktivitas dan rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang

dilakukan pasien untuk menjaga kesehatannya.

b.      Pola Nutrisi – Metabolik

Mengambarkan pola konsumsi makanan dan cairan untuk kebutuhan metabolik dan

suplai nutrisi, kualitas makanan setiap harinya, kebiasaan makan dan makanan yang disukai

maupun penggunaan vitamin tambahan. Keadaan kulit, rambut, kuku, membran mukosa, gigi,

suhu, BB, TB, juga kemampuan penyembuhan.

c.       Pola Eliminasi

Yang menggambarkan:

1)    pola defekasi (warna, kuantitas, dll)

2)    penggunaan alat-alat bantu

3)    penggunaan obat-obatan.

d.    Pola Aktivitas

1)    pola aktivitas, latihan dan rekreasi

2)    pembatasan gerak

3)    alat bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.

e.       Pola Istirahat – Tidur

Yang menggambarkan:

1)    Pola tidur dan istirahat

2)    Persepsi, kualitas, kuantitas

3)    Penggunaan obat-obatan.

Page 15: Asuhan Keperawatan Bph

f.    Pola Kognitif – Perseptual

1)    Penghilatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan

2)    Kemampuan bahasa

3)    Kemampuan membuat keputusan

4)    Ingatan

5)    Ketidaknyamanan dan kenyamanan

g.    Pola persepsi dan konsep diri

Yang menggambarkan:

1)    Body image

2)    Identitas diri

3)    Harga diri

4)    Peran diri

5)    Ideal diri.

h.    Pola peran – hubungan sosial

Yang menggambarkan:

1)    Pola hubungan keluarga dan masyarakat

2)    Masalah keluarga dan masyarakat

3)    Peran tanggung jawab.

i.     Pola koping toleransi stress

Yang menggambarkan:

1)    Penyebab stress`

2)    Kemampuan mengendalikan stress

3)    Pengetahuan tentang toleransi stress

4)    Tingkat toleransi stress

5)    Strategi menghadapi stress.

j.     Pola seksual dan reproduksi

Yang menggambarkan:

1)    Masalah seksual

2)    Pendidikan seksual.

k.   Pola nilai dan kepercayaan

Page 16: Asuhan Keperawatan Bph

Yang menggambarkan:

1)    Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan

2)    Realisasi dalam kesehariannya.

Data subyektif :

           Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.

           Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.

           Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.

           Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

Data Obyektif :

           Terdapat luka insisi

           Takikardi

           Gelisah

           Tekanan darah meningkat

           Ekspresi w ajah ketakutan

           Terpasang kateter

2) Diagnosa Keperawatan

a.         Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

b.         Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder

c.         Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

d.        Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui

kateterisasi

e.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,

perawatannya.

3) Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

Page 17: Asuhan Keperawatan Bph

Tujuan :

      Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat

kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil:

a.Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang

b.Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi:

a.Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.

b.Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah

dan denyut nadi.

c.Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah

d.Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)

e.Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik

terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat

2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.

Tujuan :

      Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin

Kriteria :

      Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.

Intervensi :

a.Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril

b.Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup

c.Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi,

dispnea)

d.Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan

alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan

e.Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post

operasi)

Page 18: Asuhan Keperawatan Bph

f.Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak

ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu,

anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

3.   Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya

fungsi tubuh

Tujuan :

      Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi

seksualnya

Kriteria hasil :

      Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara

optimal.

Intervensi :

a.Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan perubahannya

b.Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat

c.Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi

dalam fungsi seksual

d.Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual

e.Beri penjelasan penting tentang:

a.  Impoten terjadi pada prosedur radikal

b.  Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

c.  Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual

selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.

4.   Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme melalui

kateterisasi

Tujuan :

      Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi

Kriteria hasil:

Page 19: Asuhan Keperawatan Bph

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri

c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik

Intervensi:

a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.

b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)

c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage

d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing

e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

5.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya

Tujuan :

      Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari

Kriteria :

      Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan

perawatan

Intervensi :

a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,

perawat

b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:

      Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter

      Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi

4) Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1

a. Memonitor dan mencatat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta

penghilang nyeri.

b. Mengobservasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan

tekanan darah dan denyut nadi.

Page 20: Asuhan Keperawatan Bph

c. Memberi kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah

d. Menganjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)

e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan

aseptik terapeutikg. Melaporkan pada dokter jika nyeri meningkat

Diagnosa Keperawatan 2

a. Melakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril

b. Mengatur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup

c. Mengobservasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,

takikardi, dispnea)

d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah

menggunakan alat dan mengobservasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan

e. Memonitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua

post operasi)

f. Mengukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000

ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam

selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

Diagnosa Keperawatan 3

a. Memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan

perubahannya

b. Menjawab setiap pertanyaan pasien dengan tepat

c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek

prostatektomi dalam fungsi seksual

d. Melibatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual

e. Memberi penjelasan penting tentang:

a.  Impoten terjadi pada prosedur radikal

b.  Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

Page 21: Asuhan Keperawatan Bph

c.  Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual

selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.

Diagnosa Keperawatan 4

a. Melakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.

b. Mengobservasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan,

kebocoran)

c. Melakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage

d. Memonitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing

e. Memonitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

Diagnosa Keperawatan 5

a. Memotivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,

perawat

b. Memberikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:

      Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter

      Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi

5) Evaluasi

Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan keperawatan melalui

proses keperawtan pada klien dengan Benigna Prostatic Hypertrophy berdasarkan tujuan

pemulangan adalah :

1.      Pola berkemih normal.

2.      Nyeri/ ketidaknyamanan hilang.

3.      Komplikasi tercegah minimal.

4.      Proses penyakit/ prognosis dan program terapi dipahami.

Page 22: Asuhan Keperawatan Bph

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

   A. Identitas

      1). Klien

Nama                           : Tn. Y. W

Umur                           : 68 Tahun

Tempat/Tanggal lahir  : Lemoh, 20 Januari 1940

Jenis kelamin               : laki-laki

Alamat                        : Lemoh, Kec. Tombariri

Pendidikan terakhir     : SMP

Pekerjaan                     : Tani

Suku bangsa                : Minahasa/ Indonesia

Agama                         : Kristen Protestan

Status perkawinan       : Kawin

Tgl M R S                   : 26 Juni 2008

Tgl Operasi                  : 30 Juni 2008/ jam 18.00 – 20.00 wita

Tgl Pengkajian            : 01 Juli 2008/ jam 10.00 wita

Sumber data                : Klien dan istri klien serta dari status klien di ruangan

            Diagnosa Medis          : Post Op. Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

2). Penanggung Jawab

            Nama                           : Ny. A. B

            Umur                           : 42 Tahun

            Jenis kelamin               : Perempuan

            Alamat                                    : Lemoh, Kec. Tombariri

            Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga

            Agama                         : Kristen Protestan

            Hubungan dengan klien: Istri Klien

   B. Riwayat Kesehatan

      1). Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit

Nyeri saat BAK san susah BAK, klien masuk rumah sakit untuk operasi BPH.

2). Riwayat kleuhan Utama

Klien mengatakan sudah menderita neri BAK dan susah BAK sejak ± 1 tahun, namun baru diketahui

pada bulan April saat klien memeriksakan diri ke rumah sakit Bethesda. Dokter mendiagnosa klien, BPH

dan harus dioperasi, namun kerena belum memiliki biaya, akhirnya klien belum dioperasi. Selama di

rumah (sejak bulan April samapi bulan juni), klien menggunakan kateter sebagai alat untuk BAK. Klien

mengeluh nyeri saat BAK da sulit BAK. Setelah memiliki biaya yang cukup, klien datang kerumah sakit

untuk dioperasi. Klien masuk ke rumah sakit tanggal 26 juni 2008, dan doter merencanakan untuk

dioperasi pada tanggal 30 juni 2008.

Page 23: Asuhan Keperawatan Bph

3). Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat pengkajian (tanggal 1 juli 2008), klien sudah dioperasi (tanggal 30 juni 2008, jam 18.00-20.00 wita).

Klien mengatakan nyeri aerah perut bagian bawah/ pada daerah luka operasi prostatektomi. Klien tampak

terbaring diatas temapt tidur, terpasang IVFD NaCl 0, 9 %, 20 tts/ menit, terapsang pada ektremitas

bagian atas kiri, terpasang kateter urine (volume urine 10 jam: 1200 cc), keadaan umum, klien tampak

sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 15), ada keterbatasan mobilitas karena terpasang

drainase dan kateter. Klien mengatakan tidak ada yang diraskan oleh klien selain nyeri pada luka operasi.

4). Riwayat Operasi (prostatektomi)

Klien dioperasi tanggal 30 juni 2008, dengan tindakan operasi protatektomi, jenis anatesi; regional,

operasi dipimpin oleh Dr. Sumanti, berlangsung selama 2 jam. Pada jam 20.00 wita, selesai operasi, klien

dipindahkan keruangan Lukas untuk pemulihan dan mendapat perawatan lanjutan.

5). Riwayat Kesehatan Lalu

Klien mengatakan, selain penyakit yang saat ini diderita oleh klien, klien tidak menderita penyakit lain.

Klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya karena penyaikit cacing tambang, dan dirawat di RSU

Bethesda Tomohon, namun klien lupa, waktunya, karena menurut klien itu sudah lama terjadinya.

6). Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan, diantara keluarga klien (orang tua dan saudara-saudara klien), tidak ada yang

menderita penyakit yang seperti klien derita saat ini. Klien juga mengatakan diantara keluarga tidak ada

yang menderita penyakit kronis/ menahun seperti penyakit jantung, paru-paru, hipertensi,

atau diabetes mellitus.

C. Riwayat Psiko-Sosial

1). Psikososial

Klien tampak tenang, klien mengatakan tidak takut lagi, karena sudah dioperasi. Klien mengatakan

sebelum operasi, klien meras takut karena baru kali pertama dioperasi, namun setelah operasi, klien

sudah tidak takut lagi, klien sangat kooperatif, menerima perawat dengan baik, dan menjawab

pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan.

2). Sosial

Tampak, klien mempunyai hubungan yang baik dengan istri dan anak-anaknya. Klien mengatakan

selama sakit, istri klien selalu menemani dan ank-anaknya juga selalu mengunjungi dan menjaga klien.

Hubungan dengan orang disekitar tempat tinggal klien, baik. Klien mengatakn saat dirumah sakit,

tetangga dan kerabatnya sering datang mengunjungi klien.

D. Riwayat Spiritual

Klien menganut agama Kristen protestan. Klien yakin dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Klien mengatakan rajin ke ibadah, baik hari minggu atau ibadah-ibadah kolom di jemaat. Klien juga

percaya akan kesembuhan penyakitnya.

E. Pemeriksaan Fisik

Page 24: Asuhan Keperawatan Bph

1. Keadaan Umum Klien

Klien terbaring diatas tempat tidur, pergerakan terbatas, ekspresi wajah meringis menahan sakit.

Kesadaran compos mentis (GCS 15), penampilan klien sesuai usia klien (68 tahun), wajah sedikit keriput,

kebersihan cukup, terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ m di ekstremitas kiri atas, terpasang kateter urine,

terpasang drainase pada luka operasi, pernapasan spontan tanpa kanule O2. Klien bersikap kooperatif,

menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan.

2. Tanda-tanda Vital

Suhu badan        : 37, 2 ºC                     Pernapasan      : spontan, 20 x/ menit 

Nadi                   : 74 x/ menit                Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

3. Sistem Pernapasan

a. Hidung     : Lubang hidung ada, pernapasan baik (20 x/ menit), tampak ada sekret, tidak ada nyeri tekan daerah sinus.

b. Leher        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba tekanan vena jugularis

c. Dada         : Bentuk dada normal, pergerakan dada, simetris kiri dan kanan. Auskultasi bunyi nafas: tidak ada ronkhi/

whezzing, auskultasi jantung S1-S2; Lub-Dub, irama; regular, Hearth Rate; 70-an.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Pola Irama Jantung

- Irama       : regular

- HR          : 70 – 90

- tidak ada palpitasi, auskultasi: tidak ada murmur.

- Pemeriksaan EKG tgl 26/ 6 – 2008

- Irama                      : Reguler

- HR                         : 60 – 80 (sinus ritme)

- PR Interval            : 0, 10

- QRS Compleks      : 0, 06

- ST segmen             : ST Elevasi II, III, AVF (Inferior)

- AXIS                     : 55 – 60 º

b. Pembuluh Darah

- Vena jugularis                 : teraba

- Nadi (frekwensi)             : 84 x/ menit (nadi radialis)

- Kekuatan nadi                : Kuat

c. warna bibir dan konjungtiva : pucat, tidak ada sianosis perifer atau central.

5. Sistem Pencernaan

a. Sclera           : tidak ikterus

b. Bibir            : pucat

c. Mulut           : mukosa mulut lembab, jumlah gigi masih lengkap

d. Abdomen    : tampak lemas, ada luka operasi, melintang di perut bagian bawah diatas simpisis, panjang luka ± 16 cm,

terbungkus perban, perban tampak basah. Nyeri tekan dan nyeri lepas pada daerah luka operasi.

e. Anus            : tampa lubang anus, kebersihan cukup, klien mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu.

6. Sistem Indera

a. Mata      : tidak ada odema, klien mengatakan mata sebelah kanan pernah dioperasi karena katarak. Klien

mengatakan, jika mata kiri digunakan untuk melihat, klien dapat melihat dengan jarak ± 500 m, namun

penglihatan kabur.

Page 25: Asuhan Keperawatan Bph

b. Hidung  : penciuman baik, tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus, tampak ada sekret.

c. Telinga   : daun telinga tampak bersih, tidak ada sekret, pendengaran baik (saat berkomunikasi, walau dengan

menggunakan suara yang kecil/tidak terlalu keras, klien tetap dapat mendengar dan menjawab sesuai

dengan apa yang ditanyakan).

7. Sistem Saraf

Status mental     : orienatsi tempat, orang dan waktu; baik, klien masih mampu mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

Klien mampu berkonsentrasi/perhatian pada pembicaraan. Klien menggunakan bahasa Indonesia

dengan dialeg minahasa.

b. Kesadaran         : Compos mentis. GCS; Respon mata; 4, respon suara; 5, respon motorik; 6.

c. Bicara                : Klien berbicara dengan jelas, menjawab sesuai dengan yang ditanyakan.

d. Pergerakan        : pergearakan terbatas pada etremitas yang terpasang IVFD dan ekstremitas bawah, karena nyeri.

8. Sistem Integumen

a. Rambut  : Distribusi rambut merata, warna hitam beruban, kebersihan cukup.

b. Kulit      : teraba hangat, warna sawo matang, tampak kerusakan kontinuitas kulit akibat luka operasi didaerah

abdomen.

c. Kuku     : warna putih, kebersihan cukup.

9. Sistem Endokrin

a. Kelenjar tiroid   : tidak ada pembesaran

b. Riwayat penyakit DM: klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM.

c. Suhu tubuh        : stabil/normal (37, 2 ºC)                 

10. Sistem Perkemihan

a. Tidak ada odema palpebra

b. Tidak ada moon face

c. Tidak ada odema anasarka

d. Klien menggunakan kateter urine (volume urine 10 jam; 1200 cc)

11. Sistem Reproduksi

a. Jenis kelamin: laki-laki

   - Terpasang kateter urine, saat dikaji, klien merupakan pasien post-op (Prostatektomi) karena menderita

BPH.

12. Sistem Immun

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi (makanan, obat, asap/debu, cuaca, bulu binatang, atau zat

kimia).

F. Pola kebiasaan sehari-hari.

1). Nutrisi/ cairan

a. sebelum sakit        : Makan 3x/ hari, jenis; nasi, ikan, sayur, klien tidak terlalu suka makan buah.

                                         Minum 7-8 gelas/ hari. Jenis; air putih, teh, kopi.

b. saat pengkajian     : Nafsu makan baik, klien makan bubur, sayur, dan ikan. Saat dikaji, pada jam 08.00, klien makan bubur ±

100 cc dan air minum ± 200 cc. pada jam 12.00 klien makan bubur, ikan, sayur. Porsi makan tidak

dihabiskan. Makan dibantu oleh keluarga/ istri dan perawat.

                         Minum: sejak pagi jam 06.00, klien minum ± 800 cc

2). Istirahat dan Tidur

Page 26: Asuhan Keperawatan Bph

      a. sebelum sakit        : Malam 7-8 jam/ hari.

                                         Siang, ± 1 jam (tidak setiap hari)

b. saat pengakjian     : Malam ± 7-8/ hari

                                         Siang ± 2-3 jam/ hari

3). Eliminasi

a. sebelum sakit        : BAB; klien biasa BAB ± 2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning.

                         BAK; klien mengatakan sulit BAK, dan jika BAK, hanya sedikit-sedikit. Saat memeriksakan diri pada bulan

April, klien didiagnosa oleh dokter, menderita BPH.

b. saat pengakjian     : BAB; sudah 2 hari belum BAB

                         BAK; menggunakan kateter urine, (volume urine 10 jam: 1200 cc).

4). Personal Hygiene

a. sebelum sakit        : Mandi 1-2 x/ hari, cuci rambut, sikat gigi, ganti baju sesuai kebutuhan.

b. saat pengkajian     : Klien dibersihkan tubuhnya setiap hari 2 x (pagi dan sore). Tubuh dibersihkan menggunakan kain basah.

5). Aktifitas dan Olahraga

a. sebelum sakit        :  Klien melakukan pekerjaannya sebagai petani. Olahraga kadang-kadang.

b. saat pengkajian     : Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, aktifitas terbatas arena nyeri dan terpasangnya alat-alat invasif,

aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat

6). Ketergantungan

   a. rokok           : klien mengatakan sudah ± 2 tahun berhenti merokok

   b. alkohol        : klien mengatakan sudah ± 2 tahun, berhenti minum alcohol.

   c. obat                         : tidak ada.

G. Pemeriksaan Penunjang.

1. Tanda Vital

Suhu badan     : 37, 2 ºC                     Pernapasan      : spontan, 20 x/ menit 

Nadi                : 74 x/ menit                Tekanan darah : 120/80 mmHg

2. Pemerikasaan Penunjang

a. Laboratorium tanggal 26/ 6 – 2008

- ureum         : 18, 9 mg/dl                (normal: 10 0 50 mg/ dl)

- Creatinin    : 1,3 mg/ dl                  (normal: 0,5 – 1,1 mg/dl)

- HGB          : 12, 7 g/dl                   (normal: 14 – 18 g/100 ml)

- HCT           : 34,4 L %                   (normal: 42 % - 51%)

- MCV          : 79, 1 L fl                   (normal: 80 – 95 fl)

- MCH          : 29, 2 Pg                     (normal: 27 – 31 Pg)

- McHc         : 36, 9 H g/dl               (normal: 32 % - 36 % atau g/100ml)

- Hematologi Lengkap;

> LED                            : 50

> Hb                               : 12, 7

> HT                               : 34, 4

> Leuko                          : 11.000

> Hitung jenis leuko       : - N. segmen   : 66

  - Limfosit      : 31

Page 27: Asuhan Keperawatan Bph

  - monosit       : 3

b. Pemeriksaan EKG, tanggal 26/ 6 – 2008

- irama                   : regular

- HR                      : 60 – 80 (sinus ritme)

- PR Interval         : 0, 10

- QRS Compleks   : 0, 06

- ST segmen          : ST elevasi II, III, AVF (inferior)

- AXIS                  : 55 – 60 º

c. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27/ 6 – 2008

- GOT-AST           : 13, 3 u/l

- GPT                    : 9 u/l

H. Terapi Medis.

- tradyl/ Rolac       : drips/ 8 jam      (13.30 - 21.30 – 05.30)

- Actacef               : 2 x 1 gr / IV     (10.30 – 22.30)

- Kalnex                : 3 x 1 am/ IV     (13.30 – 21.30 – 05.30)

I. Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

- klien mengatakan nyeri daerah luka operasi

- klien mengatakan nyeri pada skala sedang (skala 1 – 5)

- klien mengatakan takut menggerakan badan karena nyeri

- klien mengatakan tidak dapat makan tanpa dibantu keluarga atau perawat

- klien mengatakan membersihkan badan dibantu oleh perawat

2. Data Objektif

- klien tampak sedikit meringis karena nyeri pada luka operasi         

- skala nyeri 3 (nyeri sedang)

- tampak luka operasi terbungkus perban, panjang luka kira-kira 16 cm

- perban pembungus luka, tampak basah

- terpasang kateter urine 9vol; 10 jam adlah 1200 cc)

- terpasang drainase pada luka operasi

- terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kiri

- klien tampak terbaring di atas tempat tidur

- aktifitas sehari-hari dibantu oleh perawat dan keluarga

- pergerakan terbatas

- Tanda-tanda vital, TD; 120/80 mmHg, N; 74 x/m, R; 20 x/m, SB; 37, 2 ºC

Analis Data Askep BPH:

Page 28: Asuhan Keperawatan Bph

 

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan luka operasi prostatektomi, ditandai dengan:

DS:

- klien mengatakan nyeri daerah luka operasi

- klien mengatakan nyeri pada skala sedang (skala 1 – 5)

Page 29: Asuhan Keperawatan Bph

- klien mengatakan takut menggerakan badan karena nyeri

DO:

- klien tampak sedikit meringis karena nyeri pada luka operasi

- skala nyeri 3 (nyeri sedang)

- tampak luka operasi terbungkus perban, panjang luka kira-kira 16 cm

- perban pembungus luka, tampak basah

2.      Kerusakan Mobilitas Fisik, berhubungan dengan nyeri dan terpasangnya alat-alat invasive, ditandai

dengan:

DS:

- klien mengatakan takut menggerakan badan karena nyeri

- klien mengatakan tidak dapat makan tanpa dibantu keluarga atau perawat

- klien mengatakan membersihkan badan dibantu oleh perawat

DO:

- klien tampak sedikit meringis karena nyeri pada luka operasi         

- terpasang kateter urine 9vol; 10 jam adlah 1200 cc)

- terpasang drainase pada luka operasi

- terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kiri

- klien tampak terbaring di atas tempat tidur

- aktifitas sehari-hari dibantu oleh perawat dan keluarga

- pergerakan terbatas.

3.      Resiko Tinggi Infeksi, berhubungan dengan adanya luka operasi prostatektomi dan terpasngnya alat-alat

invasive, ditandai dengan:

DS:

-

DO:

- tampak luka operasi terbungkus perban, panjang luka kira-kira 16 cm

- perban pembungus luka, tampak basah

- terpasang kateter urine 9vol; 10 jam adlah 1200 cc)

- terpasang drainase pada luka operasi

- terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kiri

- Tanda-tanda vital, TD; 120/80 mmHg, N; 74 x/m, R; 20 x/m, SB; 37, 2 ºC

Page 30: Asuhan Keperawatan Bph

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, INTERVENSI, RASIONAL)

Ruangan: Lukas (ICU)                                                                                                                                              Nama pasien    : Tn. Y. W

RSU Bethesda Tomohon                                                                                                                                           Umur               : 68 tahun

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 01/07/08 Nyeri (akut) berhubungan dengan

luka operasi prostatektomi,

ditandai dengan:

DS:

- klien mengatakan nyeri daerah

luka operasi

- klien mengatakan nyeri pada

skala sedang (skala 1 – 5)

- klien mengatakan takut

menggerakan badan karena nyeri

- klien tampak sedikit meringis

karena nyeri pada luka operasi

- skala nyeri 3 (nyeri sedang)

- tampak luka operasi terbungkus

perban, panjang luka kira-kira 16

cm

- perban pembungus luka, tampak

basah

Nyeri berkurang sampai

hilang atau dapat

dikontrol, dengan

kriteria hasil:

- klien dapat melaporkan

nyeri berkurang atau

terkontrol

- klien dapat menunjukan

penggunaan

ketrampilan relaksasi

dan aktifitas terapeutik

sesuai indikasi untuk

situasi individu

- klien dapat riles, istirahat

dengan tepat

1.      Kaji nyeri, perhatikan lokasi,

intensitas nyeri (skala 1 – 5)

2.      Pertahankan patensi kateter dan

sistem drainase. Prtahankan

selang bebas dari lekukan dan

bekuan.

3.      Berikan pasien informasi akurat

tentang kateter, drainase serta

keadaan luka operasi.

4.      Berikan tindakan kenyamanan

(beri posisi yang nyaman, ajarkan

teknik relaksasi).

5.      Koaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik

1.  Nyeri tajam, intermiten dengan

dorongan berkemih/ passase urine

sekitar kateter menunjukan spasme

kandung kemih. Nyeri pada luka

operasi yang tak kunjung hilang, dapat

merupakan tanda adanya inflamasi.

2.  Mempertahankan fungsi kateter dan

drainase sistem, menurunkan

resikoditensi/ spasme andung kemih.

3.  Infomasi yang akurat dapat mencegah

ansietas yang dapat memperberat nyeri

dan meningkatan kerjasama klien.

4.  Menurunan tegangan otot,

memfokuskan perhatian dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

5.  Analgetik dapat membantu mengurangi

nyeri.

2 01/07/08 Kerusakan Mobilitas Fisik,

berhubungan dengan nyeri dan

terpasangnya alat-alat invasive,

ditandai dengan:

Mobilitas fisik kembali

normal, dengan kriteria

hasil:

- klien dapat berespon

1. Ubah/ atur posisi dengan sering

(miring kiri, miring kanan,

menaikan kepala tempat tidur

atau tidur terlentang)

1. Meningkatkan supali oksigen dan

meminimalkan tekanan pada area

tertentu untuk mencegah terjadinya

kerusakan jaringan.

Page 31: Asuhan Keperawatan Bph

- klien mengatakan takut

menggerakan badan karena nyeri

- klien mengatakan tidak dapat

makan tanpa dibantu keluarga

atau perawat

- klien mengatakan membersihkan

badan dibantu oleh perawat

DO:

- klien tampak sedikit meringis

karena nyeri pada luka

operasi                       

- terpasang kateter urine 9vol; 10

jam adlah 1200 cc)

- terpasang drainase pada luka

operasi

- terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20

tts/ menit, di tangan kiri

- klien tampak terbaring di atas

tempat tidur

- aktifitas sehari-hari dibantu oleh

perawat dan keluarga

- pergerakan terbatas.

secara positif terhadap

tindakan perawtan diri

- klien dapat

meningkatkan aktifitas

dan ambulasi sehari-

hari

- klien dapat menunjukan

tanda-tanda nyeri

bekurang, yang dapat

membantu klien dalam

beraktifitas dan

mobilisasi.

2. Bantu dalam ambulasi, bila

dibutuhkan

3. Bantu klien dalam pemenuhan

kebuthan klien (personal hygiene,

nutrisi dan cairan, istirahat dan

tidur, kebutuhan perawatan)

4. Anjurkan klien untuk istirahat

setelah melakukan aktifitas.

5. Anjurkan keluarga untuk

membantu/ menemani klien saat

klien melakukan aktifitas.

2. Mencegah terjadinya cedera.

3. Membantu memenuhi kebutuhan klien

4. Meningkatkan istirahat, untuk

menyediakan energi yang digunakan

untuk penyembuhan dan aktifitas

selanjutnya.

5. Melibatkan keluarga untuk perawatan,

membantu meningkatkan kepercayaan

diri klien yang dapat membantu untuk

proses pemulihan.

3 01/07/08 Resiko Tinggi Infeksi,

berhubungan dengan adanya luka

operasi prostatektomi dan

terpasngnya alat-alat invasive,

ditandai dengan:

DS:

-

DO:

- tampak luka operasi terbungkus

tidak terjadi infeksi,

dengan kriteria hasil:

- klien dapat menunjukan

pencapaian pemulihan

luka tepat waktu/

secara optimal

- klien dapat menunjukan

tanda-tanda luka kering

- luka bebas dari drainase

1.    Pantau kadaan umum klien,

observasi tanda-tanda vital,

perhatikan peningkatan suhu

tubuh.

Page 32: Asuhan Keperawatan Bph

perban, panjang luka kira-kira 16

cm

- perban pembungus luka, tampak

basah

- terpasang kateter urine 9vol; 10

jam adlah 1200 cc)

- terpasang drainase pada luka

operasi

- terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20

tts/ menit, di tangan kiri

- Tanda-tanda vital, TD; 120/80

mmHg, N; 74 x/m, R; 20 x/m, SB;

37, 2 ºC

purulen/ eritema atau

hemoragi

- bebas dari tanda-tanda

infeksi (panas,

bengkak, merah, nyeri,

kehilangan fungsi)

2.    Kaji luka terhadap tanda-tanda

infeksi (panas, bengkak, merah,

nyeri, kehilangan fungsi)

3.    Observasi penyatuan luka,

karakter drainase, adanya

inflamasi.

4.    Pertahankan perawatan luka

septic, pertahankan balutan

kering.

5.    Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian

Page 33: Asuhan Keperawatan Bph

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Ruangan: Lukas (ICU)                                                                       Nama: Tn. Y. W

RSU GMIM Bethesda Tomohon                                                       Umur: 68 tahun

NoDX

Tanggal/Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan

1 01/07/08

10.00

10.15

10.30

1.  Mengobservasi nyeri, memantau keadaan umum klien, mengobservasi lokasi dan intensitas nyeri.

- nyeri daerah luka operasi, skala nyeri 3 (skala 1 – 5), nyeri sedang.

- KU; tampak sakit sedang2.  Mempertahankan patensi kateter dan

sistem drainase. Kateter difiksasi dengan baik, begitu juga dengan selang drainase.

3.  Memberikan informasi pada klien- mengatakan bahwa klien terpasang

kateter untuk membantu pengeluaran urine, juga ada drainase pada luka operasi, perban luka operasi tampak basah, untuk itu akan diganti dengan perban/ balutan kering.

4.  Memberikan tindakan kenyamanan- mengatur posisi; menaikan kepala

tempat tidur- mengajarkan teknik relasasi yaitu

menarik nafas dalam, jika datang nyeri.

tgl; 01/07/08, jam; 13.45

S: Klien mengatakan dapat mengontrol nyeri, saat nyeri datang.

O: - Ekspresi wajah tenang - Klien mendemonstrasikan cara

penggunaan teknik relaksasi (nafas dalam)

 - Tidak tampak kecemasan pada klien

 - Klien tampak terbaring di atas tempat tidur.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan tindakan perawatan no 5

- layani terapi analgetik hasil kolaborasi dengan dokter.

2 01/07/08

10.15

10.35

12.00

12.2513.30

1.  Mengatur posisi klien- menaikan kepala temapt tidur2.  Membantu klien saat klien

melakukan pergerakan3.  Membantu memnuhi kebutuhan

klien- memberi minum pada klien (± 100

cc)- meminta keluarga untuk membantu

klien makan.- menggunting kuku klien4.  Menganjurkan klien untuk

beristirahat

tgl: 01/07/08, jam: 13.45

S: Klien mengatakan sudahy dapat menggerakan kaki

O: - Klien terbaring di tempat tidur- Klien dapat menggerakan kaki- Kuku klien sudah digunting- Klien sudah makan bubur, ikan

dan sayur, porsi makan tidak dihabiskanA: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan perawatan

Page 34: Asuhan Keperawatan Bph

5.  Meminta keluarga untuk membantu menemani klien saat klien melakukan aktifitas.

3 01/07/08

10.00

12.00

12.15

10.30

1.  Memantau keadaan umu klien, mengobservasi tanda-tanda vital klien

- TD; 120/80 mmHg, N; 74 x/m, R; 20 x/m, SB; 37, 2 ºC

- Mengobservasi tanda-tanda vital: TD; 140/80 mmHg, N; 84 x/m, R; 20 x/m, SB; 37, 4 ºC

2.  Memantau/ mengobservasi keadaan luka

- klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi

- balutan tampak kering- luka tidak merah, bengkak, atau

terjadi perdarahan3.  Mengobservasi penyatuan luka- penyatuan luka baik- luka tampak kering- klien mengatakan nyeri pada daerah

luka operasi- tidak ada drainase purulen, eritema,

atau perdarahan4.  Merawat luka dengan teknik aseptic- luka dirawat menggunakan set/

instrument rawat luka steril- luka dirawat menggunakan alcohol

dan betadine- perawat menggunakan handscoen

steril saat merawat luka- membalut luka dengan balutan

kering5.  Memberi obat/ terapi hasil

kolaborasi dengan dokter. Actacef 2 x 1 gr / iv

tgl: 01/07/08, jam: 13.45

S: klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi dapat dikontrol dan sudah berkurang

O: - klien tampak tenang- klien terbaring diatas tempat

tidur- luka telah dirawat

menggunakan teknik aseptic- luka dibalut dengan balutan

kering- bebas dari drainase purulen,

eritema, dan perdarahan- tanda-tanda vital dalam batas

normal

A: Masalah tidak terjadi

P: Lanjutkan perawatan- rencanakan untuk intervensi no

4- lanjutkan intervensi no 5.

Page 35: Asuhan Keperawatan Bph

V. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

HARI II POST-OP (02/07/2008)

Ruangan: Markus (bedah pria)                                                            Nama: Tn. Y. W

RSU Bethesda Tomohon                                                                    Umur: 68 Tahun

NoDX

Tanggal/ waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan

1 02/07/08

10.00

10.15

1. Memantau keadaan umum klien- KU; tampak sakit sedang- kesadaran compos mentis (GCS 15)- klien mengatakan nyeri berkurang

4. Mengatur posisi klien- posisi: miring kanan5. Melayani terapi Rolac/ tradyl (drips)

tgl; 02/07/08, jam; 11.00

S: -

O: - klien tampak tidur di atas tempat tidur

- posisi; miring kanan- terapi rolac/ tradyl sudah

dilayani- keadaan luka bebas dari

tanda-tanda infeksi (panas, merah, bengkak, nyeri, kehilangan fungsi)

- tidak ada drainase purulen/ eritema, dan perdarahan

A: Masalah teratasi sebagian untuk diagnosa 1 dan 2, dan untuk diagnosa 3, masalah tidak terjadi.

P: lanjutkan tindakan perawatan

2 02/07/08

10.00

10.30

1.  Mengatur posisi klien- posisi: miring kanan

3. Membantu/ memberi minum klien (± 200 cc, air putih)

4. Menganjurkan klien untuk beristirahat, jika tidak melakukan aktifitas

3 02/07/08

10.00

10.10

10.30

1.Mengobservasi tanda-tanda vital- tanda vital: TD; 120/80 mmHg,

N; 80 x/m, R; 18 x/m, SB; SB; 36, 8 ºC2.Memantau keadaan luka- klien mengatakan nyeri pada daerah

luka sudah berkurang.- balutan luka tampak kering- tidak ada tanda-tanda infeksi (merah,

bengkak, panas, nyeri, kehilangan fungsi dan juga perdarahan)

- tidak ada drainase purulen/ eritema dan perdarahan

5. Memberi terapi hasil kolaborasi: actacef 2 x 1 gr / iv

Page 36: Asuhan Keperawatan Bph

VI. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

HARI III POST-OP (03/07/2008)

Ruangan: Markus (bedah pria)                                                            Nama: Tn. Y. W

RSU Bethesda Tomohon                                                                    Umur: 68 Tahun

NoDX

Tanggal/ waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan

1 03/07/0810.00 1. Memantau keadaan umum klien

- KU; tampak sakit sedang- kesadaran compos mentis (GCS 15)- klien mengatakan nyeri berkurang

4. Mengatur posisi klien- posisi: tidur terlentang

tgl; 03/07/08, jam; 11.00

S: - klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang

- klien mengatakan sudah mampu melakukan aktifitas seperti makan dan minum

O: - klien tampak tenang- posisi: tidur terlentang- terapi actacef sudah dilayani- drainase telah dicabut- tidak ada drainase purulen/

eritema, dan perdarahan- penyatuan luka baik.- keadaan luka bebas dari

tanda-tanda infeksi (panas, merah, bengkak, nyeri, kehilangan fungsi)

- luka telah dibalut dengan balutan kering.

- tanda vital: TD; 110/80 mmHg, N; 84 x/m, R; 18 x/m, SB; SB; 36, 6 ºC

A: Masalah teratasi sebagian untuk diagnosa 1 dan 2, dan untuk diagnosa 3, masalah tidak terjadi.

P: lanjutkan tindakan perawatan, dorong klien untuk dapat melaksanakan aktifitas secara mandiri

2 03/07/0810.00 2.  Mengatur posisi klien

- posisi: tidur terlentang3. Membantu/ memberi minum klien (± 100 cc, air

putih)

3 03/07/0810.00

10.10

10.30

1. Mengobservasi tanda-tanda vital- tanda vital: TD; 110/80 mmHg,N; 84 x/m, R; 18 x/m, SB; SB; 36, 6 ºC

2. Memantau keadaan luka- klien mengatakan nyeri pada daerah luka sudah

berkurang.- balutan luka tampak kering- tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak,

panas, nyeri, kehilangan fungsi dan juga perdarahan)

- tidak ada drainase purulen/ eritema dan perdarahan3. Mengobservasi penyatuan luka.

- penyatuan luka baik- luka tampak kering

4. Merawat luka/ mengganti balutan/ melepaskan drainase

- lua dirawat dengan teknik aseptic- drainase telah dicabut, bebas dari drainase

purulen, eritema, atau perdarahan.

Page 37: Asuhan Keperawatan Bph

- membalut luka dengan balutan kering.5. Memberi terapi hasil kolaborasi: actacef 2 x 1

gr / iv

BAB IV

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu

disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:

1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih

2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung

kemih dan cystitis.

Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a.

Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing. Miksi yang tidak puas. Frekuensi

kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf.

Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria). Massa pada abdomen bagian bawah.

Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin).

Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi. Kolik renall. Berat badan turun.

Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat

berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung

kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

B.       Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :

Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran

kemih,pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud

pencegahan atau menjaga kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air

mineral,minimal 8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan pencernaan dan

kinerja fungsi ginjal.