ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. N P 1 A 0 … · Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. N P 1 A 0 … · Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan...
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. N P1 A0
DENGAN MASTITIS DI BPS RIRIT INDAH
WAHYUNI BOJONEGORO
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
MONICHA IGA P.
NIM. B10 093
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii �
iii �
iv �
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. N P1 A0
dengan Mastitis di BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro Tahun 2013”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ambarsari, S.ST., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Ririt Indah Wahyuni, A.Md., Keb., selaku Pimpinan BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
mengambil data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kebidanan Kusuma Husada Surakarta terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
v �
6. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka penulis
mengharapkan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
vi �
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
� Janganlah kamu merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman.
� Sesulit apapun kehidupanmu hadapilah dan janganlah pernah menghindar dan
mengatakan sulit, yakinlah setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
� Orang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan tapi
orang yang segera bertaubat dan memperbaiki diri jika terjatuh dalam
kesalahan atau dosa.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan Ibuku tercinta yang paling aku
sayangi menjadi tumpuan hidup yang selalu
memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis.
3. Sahabat-sahabat Princess (Defi, Dika, Evi,
Puput) dan 3 serangkai (Andi, Adi, Ali)
terimakasih atas support dan terima kasih sudah
menjadi sahabat yang baik.
4. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta.
5. Almamater tercinta.
vii �
viii �
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
MONICHA IGA P.
B 10.093
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. N DENGAN MASTITIS
DI BPS RIRIT INDAH WAHYUNI BOJONEGORO
TAHUN 2013
(xii halaman + 88 halaman + 1 tabel + 11 lampiran)
INTISARI
Latar Belakang: SDKI tahun 2007 AKI di Indonesia masih berada pada angka
228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu maternal paling banyak
adalah sewaktu bersalin sebesar (49,5%), kematian waktu hamil (26,5%), pada
waktu nifas (24,0%). Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau
lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Studi
pendahuluan di BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro pada bulan Januari-Oktober
2012 didapatkan data jumlah ibu nifas dengan mastitis sebanyak 13 (10.48%).
Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis yang
menggunakan proses manajemen 7 langkah Varney. Penulis mampu menganalisa
kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan. Penulis mampu
memberikan alternatif pemecahan permasalahan.
Metodologi: Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi di Ririt
Indah Wahyuni Bojonegoro. Subyek studi kasus ibu nifas Ny. N dengan mastitis,
waktu studi kasus pada bulan Januari-Februari 2013. Teknik pengambilan data
antara lain data primer, meliputi pemeriksaan fisik, wawancara serta observasi dan
data sekunder, meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil: Setelah 5 hari asuhan yang diberikan pada Ny. N P1 A0 didapatkan hasil
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 82 x/ menit, respirasi 24 x/ menit, suhu 37° C, payudara sudah tidak ada
pembengkakan dan lecet pada puting susu sudah berkurang.
Kesimpulan: Pada kasus Ny. N P1 A0 dengan mastitis tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan, hal ini dikarenakan rencana
asuhan telah sesuai dan dilakukan dengan baik.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Nifas, Mastitis
Kepustakaan : 34 literatur (2003 – 2012)
ix �
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
CURICULUM VITAE ............................................................................. vii
INTISARI ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus .................................................... 5
E. Keaslian Studi Kasus ................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis ............................................................. 9
1. Masa Nifas ............................................................. 9
x �
2. Involusi Uterus ....................................................... 19
3. Mastitis ................................................................... 25
B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................... 29
C. Landasan Hukum ......................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ......................................................... 48
B. Lokasi Studi Kasus ....................................................... 48
C. Subyek Studi Kasus ..................................................... 48
D. Waktu Studi Kasus ....................................................... 49
E. Instrumen Studi Kasus ................................................. 49
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 49
G. Alat-alat yang Dibutuhkan ........................................... 52
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................. 53
B. Pembahasan .................................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 85
B. Saran ............................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi �
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses Involusi Uteri ................................................................... 20
xii �
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Studi Kasus
Lampiran 5. Surat Balasan Studi Kasus
Lampiran 6. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8. SAP Perawatan Payudara
Lampiran 9. Leaflet Perawatan Payudara
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Menurut Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia masih berada
pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu
maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar (49,5%), kematian
waktu hamil (26,5%), pada waktu nifas (24,0%) (Dinkes, 2011).
Penyebab terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) terbesar di Indonesia
adalah pendarahan (28%), infeksi (11%) dan eklamsi (24%)
(Saifuddin, 2006). Morbiditas pada minggu pertama pospartum biasanya
disebabkan karena endrometritis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau
laserasi, infeksi traktus urinerius, dan penyakit lain (Depkes RI, 2008). Untuk
menurunkan angka kematian ibu melalui MDG’s pada tahun 2015 AKI dapat
turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Ada empat strategi utama
bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama, meningkatkan
akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif
melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga,
mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan
2
masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan
bayi baru lahir (Dinkes, 2012).
Penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu nifas sangatlah penting.
Pada masa ini terjadi beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada
payudara untuk mempersiapkan masa laktasi atau menyusui, banyak kesulitan
yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi
antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak,
saluran susu tersumbat, mastitis dan abses pada payudara
(Setyaningrum, 2008).
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih
segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis
merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan
sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal
penting yang mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena
mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk
berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi
vertikal pada beberapa penyakit. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6
minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3),
meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada
wanita yang sementara tidak menyusui (Alasiry, 2012).
Studi terbaru menunjukkan kasus mastitis meningkat hingga
(12-35 %) pada ibu yang puting susunya pecah-pecah dan tidak diobati
dengan antibiotik. Namun bila minum obat antibiotik pada saat putting
susunya bermasalah kemungkinan untuk terkena mastitis hanya sekitar (5%).
Menurut penelitian Morton mendefinisikan bahwa kasus mastitis terjadi pada
3
tahun pertama seusai persalinan yakni sekitar (17,4%) dan sekitar (41%)
kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan. Masalah
payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah
dengan dilakukannya perawatan payudara sebelum dan setelah melahirkan
(Setiyaningrum, 2009).
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara
hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1- 2 hari setelah bayi dilahirkan dan
dilakukan dua kali sehari (Huliana, 2003). Perawatan payudara yang
dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan payudara,
pengompresan payudara dan perawatan puting susu (Huliana, 2003).
Hasil studi pendahuluan awal yang penulis lakukan di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro pada bulan Januari-Oktober 2012 didapatkan data
jumlah ibu nifas sebanyak 124. Jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas normal
sebanyak 100 (80.65%), ibu nifas yang mengalami kejadian mastitis sebanyak
13 (10.48%) dan ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 11
(8.87%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih ada kejadian mastitis
di BPS Ririt Indah Wahyuni cukup banyak. Banyaknya kasus tersebut
membuat penulis tertarik untuk melakukan pengkajian lebih lanjut tentang
”Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. N dengan Mastitis di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro” dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut
manajemen Varney.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N dengan
mastitis di BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman yang nyata untuk memberikan asuhan kebidanan pada
ibu nifas Ny. N P1A0 dengan mastitis dengan menggunakan manajemen
kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap pada ibu nifas
Ny. N P1A0 dengan mastitis.
2) Menginterprestasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. N P1A0 dengan mastitis.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas Ny. N P1A0
dengan mastitis.
4) Melakukan antisipasi/tindakan segera pada ibu nifas Ny. N P1A0
dengan mastitis.
5) Mengidentifkasi rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
Ny. N P1A0 dengan mastitis.
5
6) Melaksanakan rencana tindakan pada ibu nifas Ny. N P1A0 dengan
mastitis.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N P1A0
dengan mastitis.
b. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek pada
ibu nifas Ny. N P1A0 dengan mastitis.
c. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap
kesenjangan teori dan praktek pada ibu nifas Ny. N P1A0 dengan
mastitis.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang nyata serta menerapkan
teori dan praktik kebidanan tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan mastitis.
2. Bagi profesi
Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan untuk meningkatkan
mutu pelayanan profesi sesuai standar asuhan kebidanan khususnya pada
kasus mastitis.
3. Bagi institusi
a. BPS
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
6
b. Pendidikan
Dapat menambah buku referensi dan sumber bacaan diperpustakaan,
untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pemberian
asuhan pada ibu nifas dengan mastitis.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus ini, sudah pernah dilakukan oleh:
1. Indarti (2006), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. S
dengan Mastitis di Puskemas Kedawung II Sragen”. Hasil dari studi
kasus ini memerlihatkan adanya mastitis yang dialami oleh Ny. S dapat
menerapkan asuhan kebidanan secara efektif dan efisein dengan
memberikan terapi: Amoxilin 500 gram 3x1, Antasid 500 gram 3x1,
Dexametason 500 gram 3x1. Evaluasi akhir didapat mastitis dapat
disembuhkan dalam waktu 3 hari dengan penanganan memantau dalam
mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS) ibu,
memberikan dukungan, memberi penjelasan tentang penyebab nyeri,
melakukan kompres hangat dan dingin, melakukan kolaborasi dengan
dokter, TFU dan PPV, melakukan perawatan payudara pasca persalinan
dan teknik menyusui yang benar.
2. Rahayu (2008), dengan judul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. J
dengan Mastitis RB. An-Nissa Surakarta”. Asuhan kebidanan yang
diberikan memantau di dalam mengobrsevasi keadaan umum (KU) dan
Vital Sign (VS) ibu, memberi dukungan, memberi penjelasan tentang
nyeri, melakukan pemeriksaan TFU dan PPV, melakukan perawatan
7
pasca persalinan dan teknik menyusui yang benar serta pemberian
Amoxlilin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol 500 mg 2 x 1 selama
3 hari, Antasid 0.5 mg 3 x 1 selama 3 hari. Setelah diberikan asuhan
kebidanan selama 4 hari ASI keluar sehingga ibu dapat menyusui
bayinya.
Perbedaan dari kedua keaslian kasus di atas adalah mengenai, waktu, dan
subyek studi kasus, sedangkan persamaan dengan studi kasus ini terletak
pada judul yaitu pada ibu nifas dengan mastitis.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus,
keaslian studi kasus, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori medis meliputi: pengertian nifas, periode nifas,
tujuan asuhan nifas, perubahan fisologi masa nifas, kebutuhan
dasar pasca persalian, tanda bahaya nifas. Pengertian masitis,
Etiologi mastitis, patofisiologi mastitis, tanda dan gejala,
komplikasi, dan pencegahan. Teori kebidanan yang meliputi 7
langkah Varney yang meliputi: pengkajian data, interpretasi data,
diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan
8
evaluasi, data perkemabangan menggunakan SOAP dan landasan
hukum.
BAB III METODOLOGI
Dalam bab ini menguraikan jenis studi kasus, lokasi studi kasus,
subyek studi kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus,
teknik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, interpretasi
data, diagnosa potensial, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi
dan data perkembangan dengan SOAP serta pembahasan yang
menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran untuk
menjawab tujuan penulisan dan menyatakan inti dari pembahasan,
sedangkan saran dirumuskan untuk menanggapi kesenjangan dari
merumuskan alternatif pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Kala puerpurium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting dalam masa
nifas, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
b. Periode nifas
Menurut Suherni (2008) Nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerpurium dini
Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan atau dalam agama Islam,
dianggap bersih.
2) Puerpurium intermedial
Puerpurium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
10
3) Remote puerpurium
Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
c. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati, A. (2009) asuhan yang diberikan kepada
ibu nifas bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan
bayi.
2) Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.
3) Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu.
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga.
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus.
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang
baik antara ibu dan anak.
d. Kunjungan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
1) Kunjungan pertama
Dilakukan 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya adalah:
11
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) Kunjungan kedua
Dilakukan pada 6 hari setelah persalinan, tujuannya adalah :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
12
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan ketiga
Dilakukan 2 minggu setelah persalinan, tujuannya sama dengan
kunjungan kedua.
4) Kunjungan keempat
Dilakukan 6 minggu setelah persalinan, tujuannya adalah :
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Saifudin, 2002).
e. Fase dalam Masa Nifas
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik.
13
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu,
perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
ini (Huliana, 2003).
f. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1) Kebersihan diri
a) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah
14
sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.
d) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
menyarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.
2) Istirahat
a) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b) Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan,
(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
15
3) Latihan Kegel
a) Mendiskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul
kembali narmal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.
b) Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari sangat membantu, seperti:
(1) Tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5.
Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
(2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (latihan kegel).
c) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan
dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap kali
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
16
4) Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minumsetiap kali menyusui).
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI-nya.
5) Cara Perawatan Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting
susu.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak
lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1
tablet setiap 4-6 jam
17
f) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain
basah dan hangat selama 5 menit.
(2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z”
menuju puting.
(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak.
(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan
tangan.
(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Sanggama
a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
b) Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
18
7) Keluarga Berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
b) Biasanya ibu tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan haidnya selama ia meneteki
(amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi
dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2%
kehamilan.
c) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila
ibu sudah haid lagi.
d) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu:
(1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya,
(2) Kelebihan atau keuntungannya,
(3) Kekurangannya,
19
(4) Efek samping,
(5) Bagaimana menggunakan metode itu,
(6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk ibu
pascasalin yang menyusui.
e) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB
tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam
dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk mengetahui
apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Saifudin, 2006).
2. Involusi Uterus
a. Pengertian
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat
menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, denagan
demikian mencegah terjadinya perdarahan post partum.
b. Proses Involusi Uteri
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses
proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui
urine.
20
Tabel 2.1
Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
14 hari (2minggu)
42 hari (6 minggu)
56 hari (8 minggu)
Sepusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
Sumber: Hyre, 2003
Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut:
1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x
15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2
sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerpurium sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lochea.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerpurium.
(Manuaba, 2007).
c. Perubahan juga dialami oleh alat-alat kandungan yang lainnya yaitu:
1) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
21
2) Rasa sakit
Yang disebut After Pains (merian atau mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini
dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obatan antisakit
dan antimules. Sedangkan menurut (Sarwono, 2009), After Pains
atau mules-mules sesudah partus akibat kontrasi uterus kadang-
kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari postpartum. Perasaan
mules ini lebih terasa bila ibu tersebut sedang menyusui. Perasaan
ini dapat timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban,
sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah didalam kavum uteri.
3) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Dibagi menjadi:
a) Lochea rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua basalis, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum.
Terjadi selama 1-3 hari pasca persalinan.
b) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Terjadi pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
22
c) Lochea alba
Cairan berwarna putih. Terjadi setelah 2 minggu pasca
persalinan.
4) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
(Mochtar, 2003).
Sedangkan menurut (Huliana, 2003), serviks menjadi tebal
dan kaku, juga masih terbuka sampai 3 hari. Namun, ada juga yang
berpendapat sampai satu minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat
menjadi agak memanjang dan akan kembali normal 3-4 bulan.
5) Vagina
Vagina yang membengkak dan lipatannya (rugae) yang
hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
6) Abdomen (perut)
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusi pada
perut sebaiknya diikuti dengan olahraga atau senam penguatan
otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang
tetapi hanya berubah warna menjadi keputih-putihan.
23
7) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan
kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga
bentuknya, dibutuhkan perawatan yang baik.
8) Endokrin
Setelah plasenta lepas, hormon estrogen dan progesteron
mulai menurun. Kondisi ini akan cepat mengembalikan fungsi
ovarium (indung telur). Apabila ibu menyusui secara eksklusif,
kadar prolaktin (yang diproduksi oleh kelenjar hipofise anterior)
meningkat dan menekan produksi FSH sehingga fungsi ovarium
tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogen dan progesteron
juga akan mengembalikan fungsi organ lainnya yang berubah sejak
masa kehamilan.
9) Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat waktu hamil akan kembali
normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan
hemokonsentrasi. Umumnya, hemokonsentrasi terjadi pada hari ke
3-5, kadang-kadang sampai satu minggu setelah melahirkan
dengan pengeluaran melalui keringat dan urine.
10) Perubahan Psikososial
Wanita cukup sering menunjukkan sedikit perasaan depresi
beberapa hari setelah kelahiran. Perasaan ini mungkin akibat
faktor-faktor emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan
24
penentraman dari lingkungan, terutama keluarga, perasaan ini
biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
11) Kembalinya haid dan Ovulasi
Pada ibu yang tidak menyusui bayinya, aliran haid biasanya
akan kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, keadaan ini
sangat bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama
beberapa bulan, terutama pada ibu-ibu yang menyusui bayinya,
penyuluhan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan (Hacker, 2003).
12) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan menurun sehingga
hiperpingmentasi pada muka, leher, payudara dan lain-lainnya
akan menghilang perlahan-lahan kembali seperti semula
(Huliana, 2003).
13) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang merenggang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor.
25
3. Mastitis
a. Pengertian
Mastitis adalah infeksi pada payudara dengan tanda radang
lengkap, bahkan dapat berkembang menjadi abses (Mansjoer, 2005).
Mastitis adalah peradangan payudara yang disebabkan oleh kuman,
terutama staphylococos aureus melalui luka pada puting susu dan
peradangan darah (Prawirohardjo, 2006).
b. Macam Mastitis
Menurut Prawirohardjo (2006) Mastitis dibedakan berdasarkan
tempatnya dibedakan menjadi :
1) Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
2) Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di
tempat itu.
3) Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot dibawahnya.
c. Etiologi
Dua penyebab utama mastitis adalah Stasis ASI dan infeksi.
Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai
atau berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958,
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan
stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang
efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia mengatakan bahwa
26
infeksi bila terjadi bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI
sebagai media pertumbuhan bakteri (WHO, 2003).
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit normal (staphylococos aureus). Bakteri
sering sekali berasal dari mulut bayi dan masuk kedalam saluran air
susu melalui retakan atau robekan dari kulit (biasanya pada puting
susu) perubahan hormonal didalam tubuh wanita menyebabkan
penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel mati. Saluran yang
terlambat menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi
(Anonim, 2007).
d. Penyebab Mastitis
Penyebab terjadinya mastitis menurut Saleha (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat akhirnya
terjadi mastitis.
2) Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak.
3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmetal engorgement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah
terkena infeksi.
27
e. Tanda dan Gejala
Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah bengkak,
nyeri seluruh payudara atau nyeri lokal, kemerahan pada seluruh
payudara atau hanya lokal, payudara keras dan berbenjol-benjol, panas
badan dan rasa sakit umum.
f. Komplikasi
Penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara
tidak sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses
dengan tanda payudara berwarna merah mengkilat dari sebelumnya
saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan lebih lunak
karena berisi nanah (Suherni, 2009).
Menurut Retna (2008) benjolan pada payudara nyeri tekan ada
atau tidak, ada kelainan bentuk ada atau tidak, bengkak ada atau tidak
terdapat nyeri tekan. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis terjadi
perubahan berupa pembesaran payudara atau bengkak, memerah, dan
tampak jelas gambaran pembuluh darah di permukaan kulit bertambah
dan terdapat luka atau lecet pada puting susu.
g. Penatalaksanaan mastitis
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah
sebagai berikut:
1) Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk
mencegah statis.
28
2) Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit,
jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
3) Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat
payudara.
4) Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat
menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
5) Meningkatkan pemasukan cairan
6) Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya.
7) Antibiotik, penisilin jenis penicillinase resisten atau
cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi
terhadap penisilin.
8) Memberi dukungan pada ibu.
h. Pencegahan Mastitis
Menurut Bahiyatun (2008), pencegahan mastitis meliputi:
1) Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari
terjadinya statis aliran Air Susu Ibu (ASI).
2) Posisi menyusui yang diubah-ubah.
3) Menggunakan bra/ BH yang menyangga dan membuka bra
tersebut ketika terlalu menekan payudara.
4) Susukan dengan adekuat.
29
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan
alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta langkah-langkah dalam
suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien maupun
bidan (Varney, 2004).
2. Proses Manajemen kebidanan
Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan
manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan dengan mastitis menurut 7
langkah Varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan
analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah
terhadap klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu :
Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
a. Biodata
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran (Nursalam, 2009). Adapun data subyektif
menurut Retna (2008), meliputi:
30
1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberika penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
31
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut
tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui
suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
1) Alasan utama pada waktu masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang dan
ingin berobat, pada kasus mastitis ibu ingin memeriksakan
payudaranya (Retna, 2008).
2) Keluhan
Keluhan adalah untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien
tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak misal pada
kasus mastitis ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat, dan
badan terasa panas, dingin (Retna, 2008).
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya (Retna, 2008).
32
b) Riwayat penyakit sistemik
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, ginjal,
asma/ TBC, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi yang
dapat mempengaruhi masa nifas (Retna, 2008).
c) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Retna, 2008).
d) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga (Sujiyatini, 2009).
e) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani
(Sujiyatini, 2009).
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
terakhir dan pengalaman haid sebelumnya (Wiknjosastro, 2005).
5) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah
menggunakan KB atau tidak, jika pernah lamanya berapa tahun,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2004).
33
6) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, syah
atau tidak, karena bila tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Retna, 2008).
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Menurut Retna (2008), yaitu :
a) Riwayat Kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan, penolong persalinan keadaan nifas dan
keadaan anak.
b) Persalinan: hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas.
c) Nifas
Pada nifas yang lalu apakah terdapat kelainan pada
payudara yang terjadi kaku payudara atau tidak puting susu
lecet atau tidak kemerahan atau tidak dan bila ada terjadi
pada hari ke berapa.
8) Riwayat kehamilan ini
a) Hari pertama haid terakhir serta kapan tafsiran
persalinannya.
b) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, dan III.
34
c) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan
berapa minggu.
d) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
e) Sejak hamil berapa bulan ibu periksa.
f) Sudah berapa kali ibu periksa.
g) Kapan ibu periksa hamil yang terakhir kali.
h) Sudah berapa kali ibu imunisasi TT.
9) Kebiasaan selama nifas
a) Nutrisi dan cairan
Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, dan tinggi protein, porsi makan, dan ada pantangan
atau tidak, bagi ibu nifas peningkatan jumlah kalori 500 –
600 kalori, minum 3 liter/ hari, 2 liter didapat dari air
minum dan 1 liter didapat dari kuah sayur dan tambahan
minum vitamin A, Untuk mempercepat pemulihan keadaan
ibu dan meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI
(Bahiyatun, 2008).
b) Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari postpartum. BAK harus
dilakukan dalam 6 jam post partum (Sarwono, 2005).
35
c) Pola istirahat
Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
(Saiffudin, 2002). Bagi ibu nifas dengan matitis diperlukan
istirahat yang cukup untuk mempercepat pemulihan kondisi
ibu (Varney, 2007).
d) Keadaan Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/
psikologis selama masa nifas sementara yang menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Keadaan mental ibu nifas dengan mastitis adalah cemas,
sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran
negatif terhadap bayinya (Manuaba, 2007).
e) Sosial Budaya
Terdiri dari bagaimana dukungan keluarga, status/keadaan
rumah tinggal, pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat
yang dilakukan (Wiknjosastro, 2006).
f) Penggunaan Obat-obatan / Rokok
Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan selama
hamil atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
36
c. Data Obyektif
Data obyektif merupakan data yang dapat diobservasi dan
dapat diukur termasuk informasi yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik (Nursalam, 2009).
1) Pemeriksaan Fisik
Keterampilan pengkajian fisik meliputi:
a) Keadaan Umum
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya (Retna, 2008) pada ibu nifas
dengan mastitis keadaan umum ibu adalah cukup
(Saiffudin, 2002).
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis, somnolen atau koma. Pada ibu dengan
mastitis kesadaran adalah composmentis (Saifuddin, 2002).
c) Pemeriksaan Vital Sign
(1) Tekanan darah (TD)
Untuk mengetahui faktor hipertensi, TD normal 120/80
mmHg (Saifuddin, 2002).
(2) Suhu
Suhu badan wanita setelah partus dapat terjadi
peningkatan suhu badan yaitu tidak lebih 37,20 C dan
37
pada ibu nifas dengan mastitis akan meningkat sampai
39,50 C (Wheeler, 2004).
(3) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung
dalam 1 menit, nadi berkisar umumnya antara 60 – 80
denyutan per menit (Wiknjosastro, 2005). Pada kasus
ibu nifas dengan mastitis nadi mengalami kenaikan
denyut nadi 90 – 110 / menit (Varney, 2007).
(4) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang
dihitung dalam 1 menit. Pada kasus ibu nifas dengan
mastitis yaitu respirasi lebih dari 30 kali/menit.
Normalnya 16 – 20 x/ menit (Saifuddin, 2002).
d) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan klien kurang dari 145 cm
atau termasuk resiko tinggi atau tidak (Hidayat, 2007).
e) Berat Badan
Menurut Hidayat (2007), untuk memonitor kelainan berat
badan yaitu penambahan berat badan rata-rata selama
kehamilan 10 kg dan antara sebelum dan setelah melahirkan
kelebihan atau kurang.
38
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut
Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit
kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya
(Nursalam, 2008).
(2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak
ada oedema/tidak dan cloasma gravidarum atau tidak
(Wiknjosastro, 2005).
(3) Mata
Conjungtiva pucat atau tidak, seklera kuning atau
tidak, mata cekung atau tidak (Nursalam, 2008).
(4) Hidung
Kebersihan hidung, ada polip atau tidak
(Saifuddin, 2002).
(5) Telinga
Bagaimana kebersihan telinga ada serumen atau tidak
(Nursalam, 2008).
(6) Mulut, gigi dan gusi
Bersih/ kotor, ada stomatitis/ tidak, ada caries gigi
atau tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarah
atau tidak (Wiknjosastro, 2005).
39
b) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid,
ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
(Nursalam, 2003).
c) Dada dan axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum/
ASI sudah keluar atau belum (Nursalam, 2003).
d) Ekstremitas
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat
varices atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
a) Abdomen
(1) Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pembesaran, ada luka bekas operasi atau tidak, striae
gravidarum, linea nigra, atau alba, ada luka bekas
operasi atau tidak, ada strie atau tidak (Manuaba, 2007).
(2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba tangan dan jari (Nursalam, 2003). Pada ibu nifas
palpasi yang diperiksa meliputi kontraksi, TFU dan
kandung kencing.
40
b) Anogenital
(1) Vulva vagina
Varices : Ada varices atau tidak,
oedema atau tidak.
Kemerahan : Ada kemerahan atau tidak.
Nyeri : Ada nyeri tekan atau tidak.
Lochea : Warnanya bagaimana,
berbau/ tidak.
(2) Perinium
Keadaan luka : Ada bekas luka di
perinium atau tidak.
Bengkak/ kemerahan : Ada bengkak dan
kemerahan atau tidak.
(3) Anus
Haemorhoid : Terjadi haemorhoid atau
tidak.
Lain-lain : Terdapat kelainan lain pada
anus atau tidak.
(4) Inspekulo
Vagina : Ada benjolan atau tidak,
ada kemerahan serta infeksi
atau tidak.
41
4) Pemeriksaan Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/ rontgen
(Wiknjosastro, 2005).
Langkah II: Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik (Varney, 2004).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Varney, 2004).
Diagnosa : Ny. X P...A..., umur ...., nifas hari ke..., dengan mastitis.
Data Dasar :
1) Dasar Subyektif
Payudara ibu terasa nyeri dan berat, badan terasa panas-dingin,
dan rasa sakit umum (Bahiyatun, 2008).
42
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
b) Pemeriksaan vital sign :
(1) Tekanan darah: Normal (Saifudin, 2002).
(2) Nadi: Dengan mastitis nadi bisa naik menjadi 90-110
x/menit (Varney, 2007).
(3) Suhu: pada mastitis suhu bisa naik menjadi 39,50 C
(Wheeler, 2004).
(4) Respirasi: respirasi bisa naik lebih dari 30x/menit
(Saifuddin, 2002).
c) Pemeriksaan payudara :
(1) Inspeksi: Payudara membesar, memerah dan gambaran
di permukaan kulit bertambah dan ada luka atau lecet
pada puting susu (Retna, 2008).
(2) Palpasi: benjolan pada payudara nyeri tekan ada atau
tidak, ada kelainan bentuk ada atau tidak, bengkak ada
atau tidak terdapat nyeri tekan. Pada kasus ibu nifas
dengan mastitis pada payudara teraba dan berbenjol-
benjol (Bahiyatun, 2008).
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian. Keadaan
43
mental ibu nifas dengan mastitis adalah cemas, sulit tidur, merasa
bersalah, mudah tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya
(Manuaba, 2007).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di dapatkan dengan
melakukan analisa data, sebagai contoh pada ibu nifas dengan
mastitis adalah memberikan dukungan, infromasi, dan support
mental (Varney, 2007).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi
dan yang paling penting adalah melakukan asuhan yang aman. Diagnosa
potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan mastitis adalah terjadi
abses payudara (Varney, 2007).
Langkah IV: Antisipasi
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan
44
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Sofyan, M, 2006).
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan
melibatkan seorang dokter serta memberikan antibiotik, pinisilin jenis
Penicillinase resisten atau cephatosporin. Erythromicin dapat digunakan
jika wanita alergi terhadap pinisilin (Varney, 2007).
Langkah V: Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis
menurut Varney (2007), tindakan yang diambil sebagai berikut:
a. Anjurkan ibu menyusui dan mengosongkan payudara untuk
mencegah statis.
b. Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya
c. Anjurkan ibu mencuci tangan dan merawat payudara
d. Anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang efektif
pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu
45
e. Anjurkan ibu meningkatkan memasukan cairan
f. Bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan kelelahan
dalam kehidupannya
g. Beri terapi antibiotik, penisillin, jenis penicillinase resisten atau
cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi
terhadap penisilin.
h. Beri dukungan pada ibu
Langkah VI: Pelaksanaan (Implementasi)
Menurut Varney, H (2004), pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan
secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya.
LangkahVII: Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan menandakan seberapa jauh rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2008). Pada langkah
ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya
(Varney, 2007).
46
Evaluasi pada Ibu nifas dengan mastitis, yaitu:
a. Keadaan umum baik
b. Tanda-tanda vital normal
c. ASI sudah keluar
d. Tidak terjadi abses
e. Ibu sudah merasa nyaman dan tidak cemas
3. Data Perkembangan
Menurut Varney (2007), sistem pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan menggunakan SOAP sebagai catatan
perkembangannya:
a. S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkah satu Varney.
b. O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
c. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan intepretasi data subyektif dan obyektif suatu
identifikasi:
1) Diagnosa atau masalah
2) Antisipasi diagnosa atau masalah
47
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
d. P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan
dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment
sebagai langkah V, VI, VII Varney.
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10
ayat (1). Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007
mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik
terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional,
sosial budaya, spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki
otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya (Menkes RI, 2007).
48
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Laporan studi kasus ini dengan metode deskriptif yaitu suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat
gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Studi kasus adalah studi yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang
terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena
suatu masalah (Notoatmodjo, 2005).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini dilaksanakan di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro.
C. Subyek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang
dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2005).
Subyek laporan kasus ini adalah ibu nifas Ny. N dengan mastitis.
49
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi
kasus akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini dilaksanakan
pada bulan 25 Februari – 1 Maret 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada ibu
nifas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari
objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2006). Studi kasus ini menggunakan data primer yang
diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2008).
50
Inspeksi pada ibu nifas dengan mastitis dilakukan pada
payudara dan pengeluaran pervaginam.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera
peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
(Nursalam, 2008). Palpasi pada kasus pada ibu nifas dengan
mastitis yaitu meraba payudara (Wiknjosastro, 2007).
3) Perkusi
Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-
ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk
membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan
(Nursalam, 2008). Perkusi pada ibu nifas dengan mastitis dengan
pemeriksaan reflek patella pada ibu nifas.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Nusalam, 2008). Auskultasi pada kasus pada ibu nifas dengan
mastitis yaitu mengukur tekanan darah (Nursalam, 2008).
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmodjo, 2005). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada
pasien dan keluarga.
51
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap
(Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini observasi pada ibu nifas
dengan mastitis adalah observasi intake dan output (Mansjoer, 2001)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber
informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi
masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan
dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2005).
Data sekunder dalam studi kasus ini diperoleh dari:
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik (Arikunto, 2006).
Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
data yang diambil dari catatan rekam medik klien di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Studi kepustakaan pada ibu nifas dengan
mastitis mengambil dari buku-buku kesehatan tahun 2002 – 2012.
52
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan kasus ini adalah:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
Format Asuhan Kebidanan pada ibu nifas, buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Alat observasi:
1) Tensimeter.
2) Stetoskop.
3) Thermometer.
4) Jam Tangan.
b. Alat untuk perawatan payudara adalah
1) 2 buah kom.
2) 2 buah Waslap
3) Handuk
4) Air hangat dan air dingin
5) Baby Oil
6) Kapas
7) Bengkok.
53 �
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
Tempat : BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro
Tanggal : 25 Februari 2013, Pukul: 15.00 WIB
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. N Nama : Tn. D
Umur : 26 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Indonesia Suku/ Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bungkul RT. 05 RW. V Sumberjo, Margomulyo,
Bojonegoro
b. Anamnese (Data Subyektif)
1) Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya.
2) Keluhan
Ibu mengatakan pada payudara kanan terasa nyeri dan berat sejak
2 hari yang lalu serta badannya juga terasa panas dan dingin
dikarenakan puting susu lecet.
53
54 �
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan badannya terasa lemas, pusing, demam dan
pegal-pegal serta sekarang ibu tidak sedang menderita
penyakit seperti batuk dan flu.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri
pada dada sebelah kiri dan tidak keluar
keringat dingin pada telapak tangan saat
beraktivitas.
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri
tekan perut kanan bawah dan kiri, pinggang
tidak terasa sakit.
(3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak
nafas dan batuk secara terus menerus
selama + 3 bulan.
(4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit kuning, mata dan ujung kuku tidak
kuning.
(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit gula dengan gejala sering makan
banyak dan minum di malam hari dan
sering BAK > 6 – 7 kali.
55 �
(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah merasa pusing
dan cengeng dan tensinya tidak pernah
lebih dari 140/ 90 mmHg.
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit ayan atau mengalami kejang yang
disertai pengeluaran air liur yang berbusa.
(8) Lain-lain : Tidak ada
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak suami maupun
isteri tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, asma, DM dan penyakit menular seperti TBC dan
hepatitis.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya ada yang mempunyai
riwayat keturunan kembar, dari pihak suami tidak ada yang
mempunyai riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah menjalani operasi apapun.
4) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur
13 tahun
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 27 – 28 hari
c) Lama : Ibu mengatakan lamanya 6 – 7 hari
56 �
d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2 – 3 kali ganti
pembalut/ hari
e) Teratur/tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer
g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
5) Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
6) Riwayat perkawinan
a) Status perkawinan: sah, kawin: 1 kali.
b) Kawin 1: umur 20 tahun, dengan suami umur 23 tahun.
Lamanya: 1 tahun
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tgl. / Tahun
partus
Tempat
partus
Umur
hamil
Jenis
partus Penolong
Anak Nifas Keadaan
anak
sekarang Jenis BB PB Keadaan Laktasi
1 20
Februari
2013
BPS 39 Normal Bidan P 3200
gr
48
cm
Baik - Sehat
8) Riwayat hamil ini
a) HPHT : 21 Mei 2012
b) HPL : 28 Februari 2013
c) Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah di pagi hari
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
57 �
Trimester III : Ibu mengatakan pegel-pegel di punggung
bagian bawah
d) ANC : 10 kali di bidan secara teratur
Trimester I : 2 kali pada umur kehamilan 8 dan 12 minggu
Trimester II : 4 kali pada umur kehamilan 16, 18, 24 dan 28
minggu
Trimester III : 4 kali pada umur kehamilan 32, 34, 36 dan 38
minggu
e) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu
hamil.
f) Imunisasi TT
Ibu mengatakan pernah mendapat imunisasi TT sebanyak 2
kali saat usia kehamilan 4 dan 5 bulan.
9) Riwayat persalinan ini
a. Tempat persalinan : BPS Ririt Indah Wahyuni
Bojonegoro
b. Penolong : Bidan
c. Tanggal/ jam persalinan : 20 Februari 2013, pukul 09.30 WIB.
d. Jenis persalinan : Normal
e. Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : Tidak ada
f. Placenta
1) Ukuran : 500 gram, panjang tali pusat 50 cm
58 �
2) Insersi tali pusat : Insersi sentralis
3) Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Perinium
1) Ruptur/ tidak : Ruptur perinium derajat 2
2) Dijahit/ tidak : Dijahit
h. Perdarahan : Tidak terjadi perdarahan
i. Tindakan lain : Tidak ada
j. Lama persalinan
1) Kala I : 5 jam – menit
2) Kala II : – jam 15 menit
3) Kala III : – jam 10 menit
4) Kala IV : 2 jam – menit
k. Keadaan bayi
1) BB/ PB : 3200 gram/ 48 cm
2) Apgar score : 8 / 9 / 10
3) Cacat bawaan : Tidak ada
10) Pola kebiasaan
a) Nutrisi dan cairan
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari
dengan porsi sedang, antara lain 1
piring nasi, sayur, tempe dan telur.
Ibu mengatakan minum + 8 gelas.
Jenis air putih, air teh dan susu.
59 �
Selama nifas : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari
dengan porsi sedang, antara lain 1
piring nasi porsi sedang, sayur, tempe
dan tahu serta ditambah 1 potong
buah pisang. Ibu mengatakan minum
+ 9 gelas air teh dan air putih.
b) Eliminasi
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK 5 – 6 x/ hari,
warna kuning jernih, bau khas urine,
BAB 1 x/ hari, warna kuning
kecoklatan, bau khas feces,
konsistensi padat.
Selama nifas : Ibu mengatakan BAK 4 - 5 x/ hari,
warna kuning jernih, bau khas urine,
BAB 1 x/ hari, warna kuning
kecoklatan, bau khas feces,
konsistensi padat.
c) Istirahat/ tidur
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1 – 2 jam/
hari, tidur malam 6 – 8 jam/ hari.
Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang + 1,5 jam
dan tidur malam + 9 jam.
60 �
d) Keadaan psikologis
Ibu mengatakan sedikit cemas dengan keadaannya karena
payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga terasa
panas dan dingin, selain itu ibu juga sulit tidur, merasa
bersalah, mudah tersinggung dan berpikiran negatif terhadap
bayinya.
e) Sosial budaya
(1) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan suami dan seluruh anggota keluarga
sangat mendukung.
(2) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan
orangtuanya.
(3) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada makanan yang dihindari untuk
dimakan.
f) Penggunaan obat-obatan, jamu/ rokok
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
terlarang, jamu tradisional dan ibu mengatakan tidak pernah
merokok.
61 �
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Status generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 120/ 70 mmHg S : 380 C
N : 80 x/ menit R : 20 x/ menit
d) TB : 156 cm
e) BB sekarang : 56 kg
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut, tidak ada
ketombe
(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada
cloasma gravidarum
(3) Mata
(a) Oedema : Tidak oedema
(b) Conjungtiva : Merah muda
(c) Sklera : Putih
(4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
(5) Telinga : Bersih, tidak ada serumen
(6) Mulut/ gigi/ gusi : Bersih tidak ada stomatitis, tidak ada
caries, tidak mudah berdarah
62 �
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
kelenjar gondok
(2) Tumor : Tidak ada
(3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
c) Dada dan axilla
(1) Mammae
(a) Pembengkakan : Ada pembengkakan, terlihat
mengkilat
(b) Tumor : Tidak ada
(c) Simetris : Tidak simetris
(d) Areola : Hiperpigmentasi
(e) Puting susu : Lecet
(f) Kolostrum/ ASI : Sudah keluar
(g) Nyeri tekan : Ada nyeri tekan
(2) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Ekstremitas
(1) Varices : Tidak ada varices
(2) Oedema : Tidak ada oedema
(3) Reflek patella : Positif kanan dan kiri
63 �
(4) Betis : Betis tidak berwarnah merah dan
tidak keras
3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Bekas luka/ operasi : Tidak ada
(b) Linea alba/ nigra : Ada linea nigra
(c) Strie albican/ livide : Tidak ada
(d) Kelainan : Tidak ada
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Baik, keras
(b) TFU : 3 jari di bawah pusat
(c) Kandung kencing : Kosong
b) Anogenital
(1) Vulva vagina
(a) Varices : Tidak ada varices
(b) Kemerahan : Tidak ada kemerahan
(c) Nyeri : Tidak ada nyeri
(d) Lochea : Rubra
(2) Perinium
(a) Bekas luka : Tidak ada bekas luka
(b) Lain-lain : Tidak ada
64 �
(3) Anus
(a) Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid
(b) Lain-lain : Tidak ada
(4) Inspekulo
(a) Vagina : Tidak dilakukan
(b) Portio : Tidak dilakukan
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan
b) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
2. Interpretasi Data
Tanggal: 25 Februari 2013 Pukul: 15.10 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-5 dengan
mastitis.
Data Dasar
Data Subyektif
1) Ibu mengatakan ini persalinan yang pertama dan belum pernah
mengalami keguguran.
2) Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri dan berat serta
badannya terasa demam panas dingin.
Data Obyektif
1) Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
65 �
2) TTV : TD = 120/ 70 mmHg S = 380 C
N = 80 x/ menit R = 20 x/ menit
3) Palpasi : Terdapat pembengkakan pada payudara kanan
4) Inspeksi : Payudara membesar, terlihat mengkilat dan lecet
pada puting
b. Masalah
Cemas, sulit tidur, merasa bersalah dan mudah tersinggung.
Dasar : Ibu mengatakan merasa cemas dengan masa nifasnya karena
payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga terasa
demam panas dingin.
c. Kebutuhan
Beri dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai
keadaan masa nifasnya dengan mastitis.
3. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi abses payudara.
4. Antisipasi/ Tindakan Segera
Pemberian terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3
hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3 x 1
selama 3 hari sebanyak 10 tablet.
66 �
5. Rencana Tindakan
Tanggal: 25 Februari 2013 Pukul: 15:15 WIB
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
b. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
c. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan
kering, terutama pada puting susu.
e. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika bayinya
tidur.
f. Beri terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3
hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3
x 1 selama 3 hari sebanyak 10 tablet, serta menganjurkan minum obat
secara teratur.
6. Pelaksanaan
Tanggal: 25 Februari 2013 Pukul: 15.20 WIB
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
b. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
67 �
c. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
d. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan
kering, terutama pada puting susu.
e. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika
bayinya tidur.
f. Memberi terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3
hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3
x 1 selama 3 hari sebanyak 10 tablet, serta menganjurkan minum obat
secara teratur.
7. Evaluasi
Tanggal: 25 Februari 2013 Pukul: 15.45 WIB
a. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
b. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
c. Ibu bersedia untuk menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi
tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
d. Ibu bersedia untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering,
terutama pada puting susu.
68 �
e. Ibu bersedia untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika bayinya
tidur.
f. Ibu bersedia diberikan terapi dan bersedia minum secara teratur,
seperti: Antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol
500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Antasid
500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3
hari sebanyak 10 tablet.
69 �
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 26 Februari 2013, pukul 09.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan merasakan nyeri dan berat pada payudara kanannya.
3. Ibu mengatakan masih takut untuk menyusui bayinya.
4. Ibu mengatakan tidak enak badannya demam panas dingin.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD = 120/ 70 mmHg, N = 80 x/ menit, S = 37,80 C, R = 21 x/
menit
4. TFU pertengahan antara pusat dan simfisis.
5. Terdapat pembengkakan pada payudara kanan, terlihat mengkilat dan
lecet pada puting susu.
A : Assessment
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-6 dengan mastitis.
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
70 �
3. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
4. Melakukan perawatan payudara pada bagian puting payudara yang
lecet dengan minyak kelapa.
5. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika
bayinya tidur.
6. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur, antara lain:
Amoxillin 500 mg 3 x 1 sehari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 sehari,
CTM 500 mg 3 x 1 sehari, Antasid 500 mg 3 x 1 sehari dan
Dexametason 500 mg 3 x 1 sehari.
Evaluasi
Tanggal 26 Februari 2013, pukul 10.15 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah menyusui bayinya dan mengosongkan payudara.
3. Ibu sudah menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
4. Ibu sudah melakukan perawatan payudara pada bagian puting payudara yang
lecet dengan minyak kelapa.
5. Ibu sudah banyak istirahat di tempat tidur ketika bayinya tidur
6. Ibu sudah minum obat secara teratur, antara lain: Amoxillin 500 mg 3 x 1
sehari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 sehari, CTM 500 mg 3 x 1 sehari, Antasid
500 mg 3 x 1 sehari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 sehari.
71 �
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 27 Februari 2013, pukul 16.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri dan berat pada payudara
kanannya.
3. Ibu mengatakan ASI-nya belum lancar.
4. Ibu mengatakan badannya sudah lumayan sehat.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD = 120/ 70 mmHg, N = 82 x/ menit, S = 37,50 C, R = 22 x/
menit
4. TFU pertengahan antara pusat dan simfisis
5. Pada payudara kanan ibu masih ada pembengkakan, terlihat
mengkilat dan lecet pada puting susu.
A : Assessment
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-7 dengan mastitis.
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
72 �
3. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
4. Mengobservasi pengeluaran ASI dan keadaan payudara kanan.
5. Melakukan perawatan payudara.
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan
meningkatkan asupan cairan.
7. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur, antara lain:
Amoxillin 500 mg 3 x 1 sehari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 sehari,
CTM 500 mg 3 x 1 sehari, Antasid 500 mg 3 x 1 sehari dan
Dexametason 500 mg 3 x 1 sehari.
Evaluasi
Tanggal 27 Februari 2013, pukul 16.40 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah menyusui bayinya dan mengosongkan payudara.
3. Ibu sudah menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
4. Ibu sudah diobservasi pengeluaran ASI dan keadaan payudara kanannya.
5. Ibu sudah melakukan perawatan payudara.
6. Ibu sudah mengkonsumsi makanan bergizi dan meningkatkan asupan cairan.
7. Ibu sudah minum obat secara teratur, antara lain: Amoxillin 500 mg 3 x 1
sehari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 sehari, CTM 500 mg 3 x 1 sehari, Antasid
500 mg 3 x 1 sehari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 sehari.
73 �
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 28 Februari 2013, pukul 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada payudara kanannya.
3. Ibu mengatakan ASI-nya sudah mulai lancar.
4. Ibu mengatakan badannya sudah sehat.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD = 110/ 70 mmHg, N = 82 x/ menit, S = 37,20 C, R = 24 x/
menit
4. TFU pertengahan antara pusat dan simfisis
5. Pada payudara kanan ibu masih ada pembengkakan, terlihat
mengkilat dan lecet pada puting susu.
A : Assessment
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-8 dengan mastitis.
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Melakukan perawatan payudara.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui secara bergantian pada payudara
kanan atau kiri.
74 �
4. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur, antara lain:
Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1
selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Antasid 500 mg 3 x 1
selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan
meningkatkan asupan cairan.
Evaluasi
Tanggal 28 Februari 2013, pukul 10.35 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah melakukan perawatan payudara.
3. Ibu sudah menyusui secara bergantian pada payudara kanan atau kiri.
4. Ibu sudah minum obat secara teratur, antara lain: Amoxillin 500 mg 3 x 1
sehari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 sehari, CTM 500 mg 3 x 1 sehari, Antasid
500 mg 3 x 1 sehari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 sehari.
5. Ibu sudah mengkonsumsi makanan bergizi dan meningkatkan asupan cairan
75 �
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal 1 Maret 2013, pukul 15.15 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada payudara
kanannya.
3. Ibu mengatakan ASI-nya sudah lancar
4. Ibu mengatakan badannya sudah sehat.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD = 110/ 70 mmHg, N = 82 x/ menit, S = 370 C, R = 24 x/
menit
4. TFU 2 jari di atas simfisis
5. Pada payudara kanan sudah tidak ada pembengkakan.
A : Assessment
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-9 dengan mastitis.
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyusui serta menyusukan bayinya pada kedua payudara secara
bergantian.
76 �
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
meningkatkan asupan cairan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara.
Evaluasi
Tanggal 1 Maret 2013, pukul 16.00 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui serta menyusukan
bayinya pada kedua payudara secara bergantian.
3. Ibu sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi dan meningkatkan asupan
cairan.
4. Ibu sudah melakukan perawatan payudara.
77 �
DATA PERKEMBANGAN V
Tanggal 2 Maret 2013, pukul 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada payudara
kanannya.
3. Ibu mengatakan ASI-nya sudah keluar lancar dan bayinya sudah
menetek dengan kuat.
4. Ibu mengatakan badannya sudah sangat membaik.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD = 120/ 70 mmHg, N = 82 x/ menit, S = 370 C, R = 24 x/
menit
4. TFU berada pada simfisis
5. Pada payudara kanan sudah tidak ada pembengkakan dan lecet pada
puting susu sudah berkurang.
A : Assessment
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-10 dengan mastitis.
78 �
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyusui serta menyusukan bayinya pada kedua payudara secara
bergantian.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
meningkatkan asupan cairan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara.
Evaluasi
Tanggal 2 Maret 2013, pukul 10.40 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui serta menyusukan
bayinya pada kedua payudara secara bergantian.
3. Ibu sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi dan meningkatkan asupan
cairan.
4. Ibu sudah melakukan perawatan payudara.
79 �
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tantang kesenjangan
yang terjadi antara teori dan praktek yang dilakukan di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu
kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Nursalam, 2008).
Menurut Retna (2008), keluhan adalah untuk mengetahui apa yang
dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak, misal
pada kasus mastitis, ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat serta
badan terasa panas dan dingin.
Data subyektif pada ibu nifas Ny. N dengan mastitis ibu mengatakan
payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga terasa panas dan
dingin. Data obyektif pada ibu nifas Ny. N dengan mastitis terdapat
pembengkakan pada payudara kanan, terlihat mengkilat dan lecet pada
puting.
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
80 �
2. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Menurut Varney (2004), diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan, yaitu
Ny. X P ... A ... umur .... nifas hari ke ... dengan mastitis.
Menurut Manuaba (2007), masalah yang dengan mastitis adalah
cemas, sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung dan pikiran negatif
terhadap bayinya. Kebutuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan
mastitis adalah memberikan dukungan, infromasi, dan support mental
(Varney, 2007).
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas dengan mastitis yaitu
Ny. N P1 A0 umur ibu 26 tahun, post partum hari ke-5 dengan mastitis.
Masalah yang muncul pada Ny. N yaitu cemas, sulit tidur, merasa bersalah
dan mudah tersinggung. Kebutuhan yang diberikan pada Ny. N yaitu
memberi dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai
keadaan masa nifasnya dengan mastitis.
81 �
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada pasien
dengan mastitis adalah terjadi abses payudara.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan tanda-tanda abses payudara
karena penanganan ibu nifas dengan mastitis sudah dilakukan dengan baik
dan tepat, jadi tidak ada diagnosa potensial yang terjadi dan oleh karena itu
juga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
4. Antisipasi / Tindakan Segera
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Sofyan, M, 2006).
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan
melibatkan seorang dokter serta memberikan antibiotik, penisilin jenis
Penicillinase resisten atau Cephatosporin. Eritromicin dapat digunakan jika
wanita alergi terhadap penisilin (Varney, 2007). Antisipasi yang diberikan
pada Ny. N antara lain pemberian terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1
selama 3 hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1
82 �
selama 3 hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500
mg 3 x 1 selama 3 hari.
Pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek yang ada
di lapangan, yaitu tidak melibatkan seorang dokter namun tidak menjadi
masalah, karena kasus ini bisa ditangani dengan baik.
5. Rencana Tindakan
Dalam langkah perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan mastitis
menurut Menurut Varney (2007), rencana asuhan kebidanan pada pasien
dengan mastitis adalah:
a. Anjurkan ibu menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah
statis.
b. Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya
c. Anjurkan ibu mencuci tangan dan merawat payudara
d. Anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang efektif
pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu
e. Anjurkan ibu meningkatkan masukan cairan
f. Bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan kelelahan
dalam kehidupannya
g. Beri terapi antibiotik, Amoxillin, Paracetamol, CTM, Antasid atau
Dexametason.
h. Beri dukungan pada ibu.
83 �
Pada kasus ini penulis merencanakan asuhan yang sama terhadap
Ny. N yaitu:
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
b. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
c. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara
tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di
bawahnya.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering,
terutama pada puting susu.
e. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur ketika bayinya
tidur.
f. Beri terapi antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari,
Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3
hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3 x
1 selama 3 hari sebanyak 10 tablet, serta menganjurkan minum obat
secara teratur.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
6. Pelaksanaan
Langkah ini adalah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti
yang diuraikan seperti pada perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian oleh bidan, pasien dan tim kesehatan lainnya.
84 �
Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
terlaksananya asuhan (Varney, 2004).
Di dalam praktek lapangan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
apa yang direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang
dari rencana yang telah disusun. Jadi pada kasus ini, tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan pengawasan dan pelaksanaan rencana tindakan
pada ibu nifas dengan mastitis, serta adanya kerjasama yang baik dari
pasien, keluarga dan tenaga medis yang lain dan dalam praktek adalah
keadaan umum ibu baik, tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi dari
tindakan yang dilakukan selama ibu menjalani pengobatan di BPS Ririt
Indah Wahyuni Bojonegoro.
Evaluasi yang diperoleh adalah keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/ menit, respirasi
24 x/ menit, suhu 37° C, payudara sudah tidak ada pembengkakan dan
lecet pada puting susu sudah berkurang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan pada Ny. N dengan mastitis di BPS Ririt
Indah Wahyuni Bojonegoro, maka penulis mampu mengambil kesimpulan
yaitu:
1. Asuhan kebidanan pada Ny. N dengan mastitis dapat diterapkan melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney dengan
baik sebagai berikut:
a. Pengkajian telah dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua
data menurut lembar format yang telah tersedia melalui teknik
wawancara dan observasi sistemik. Data subyektif khususnya pada
keluhan utama yaitu ibu nifas Ny. N dengan mastitis yaitu keluhan ibu
mengatakan payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga
terasa panas dan dingin. Data obyektif yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, tekanan darah 120/ 70 mmHg, nadi 80 x/
menit, respirasi 20 x/ menit, suhu 38 0 C, tinggi badan 156 cm, BB
sekarang 56 kg, terdapat pembengkakan pada payudara kanan, terlihat
mengkilat dan lecet pada puting. Pada langkah pengkajian ini penulis
tidak menemukan hambatan yang berarti, dikarenakan adanya respon
yang baik selama melakukan anamnesa dan pengkajian.
85
86
b. Berdasarkan data subyektif dan obyektif, penulis dapat
menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. N
P1A0 umur 26 tahun dengan mastitis. Dengan masalah ibu merasa
cemas, sulit tidur, merasa bersalah dan mudah tersinggung. Kebutuhan
yang dapat diberikan adalah beri informasi pada ibu mengenai keadaan
masa nifasnya dengan mastitis.
c. Pada kasus mastitis ini potensial terjadi abses payudara, namun pada
kasus ini tidak terjadi karena adanya penanganan yang baik dan tepat.
d. Dalam melakukan antisipasi diperlukan meliputi pemberian terapi
antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol 500 mg
3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Antasid 500 mg
3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin, anjurkan ibu untuk memakai bra
dengan penyangga, anjurkan ibu untuk menjaga payudara agar tetap
bersih dan kering terutama pada puting susu, anjurkan ibu untuk
melakukan perawatan payudara pasca persalinan, anjurkan ibu untuk
banyak istirahat, anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan meningkatkan asupan cairan dan anjurkan ibu untuk
minum obat secara teratur, antara lain: Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama
3 hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1
selama 3 hari, Antasid 500 mg 3 x 1 selama 3 hari dan Dexametason
500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
87
f. Pelaksanaan pada ibu nifas dengan mastitis telah dilakukan sesuai
rencana, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
g. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan pengawasan dan pelaksanaan
rencana tindakan pada ibu nifas dengan mastitis, serta adanya
kerjasama yang baik dari pasien, keluarga, dokter spesialis dan tenaga
medis yang lain dan dalam praktek adalah keadaan umum ibu baik,
tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi dari tindakan yang
dilakukan selama ibu dirawat di BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro.
2. Pada kasus Ny. N penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dengan praktek di lapangan, hal ini dikarenakan rencana asuhan telah
sesuai dan dilakukan dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya tentang ibu
nifas dengan mastitis.
b. BPS
Disarankan agar BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro dapat
lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis secara optimal melalui
penanganan segera pada kasus ibu nifas.
88
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih mengidentifikasi tanda-
tanda mastitis, sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan segera,
merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
3. Bagi Pasien
a. Perlu pemahaman tentang tanda bahaya mastitis masa nifas.
b. Ibu diharapkan segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan setempat jika ibu mengalami tanda dan gejala mastitis.
DAFTAR PUSTAKA
Alasiry E. 2012. Buku Indonesia Menyusui. www.idai.or.id diunduh tanggal 24
Oktober 2012
Ambarwati dan Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendikia
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bahiyatun.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
Dinas Kesehatan, 2008. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI).
www.menegpp.go.id/.../kesehatan?...23%3angka-kematian-ibu diunduh
tanggal 23 Oktober 2012
________________, 2011. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia. www.depkes.go.id diunduh tanggal
15 Oktober 2012
_________________, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Hacker, Neville.F. 2001. Esensial Obstertri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Huliana, M. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Suara
Hyre, Anne. 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum, Pusdiknakes. WHO:
JHPIEGO
Indarti. 2006. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. S dengan Mastitis di
Puskemas Kedawung II Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: STIKES
Kusuma Husada
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
Mansjoer, 2005. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medica Aesculpalus
FKUI
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri I. Jakarta: EGC
Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Surabaya : Salemba Medika
Rahayu.2008. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. J dengan Mastitis RB. An-
Nissa Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: STIKES Kusuma Husada
Retna, E. 2008. Asihan Kebidanan Nifas. Mitra Cendikia Press. Yogyakarta
Riwidikdo, H. 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Saifuddin, AB. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Setyaningrum, 2008. Hubungan antara Praktik Perawatan Payudara dengan
Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Tahun 2009 di BPS Nunuk Desa
Bandengan Kabupaten Jepara. Jurnal JIKK Vol. 2, No 2 STIKES
Muhammadiyah Kudus
Sofyan M, 2006. 50 Tahun Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI.
Suherni. 2008. Perawatan Masa nifas. Edisi 3. Yogyakarta: Fitra Maya
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset
Varney, Hellen, 2004. Varney’s Midwifery. Third Edition. Boston: Jones and
Bartlet Publisher
____________. 2007, Varney Midwivery. (Terjemah) Bandung :Sekeola Publisher
Wheeler. 2004. Buku Saku Asuhan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta: EGC.
Winknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
WHO. 2003. Mastitis. Jakarta: Widya Medika