ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR · PDF fileHasil Studi Kasus : Pada anak M dengan...

79
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR 1,3TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) SEDANGDI PKD NGUDISEHAT DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh: Anisa Anjarsari NIM B13003 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Transcript of ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR · PDF fileHasil Studi Kasus : Pada anak M dengan...

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR

1,3TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

AKUT (ISPA) SEDANGDI PKD NGUDISEHAT

DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir pendidikan

Diploma III Kebidanan

Disusun oleh:

Anisa Anjarsari

NIM B13003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

KaryaTulisIlmiah

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR

1,3 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT

DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO

Diajukanoleh :

Anisa Anjarsari

NIM B13003

Telah diperiksa dan disetujui

Pada Tanggal

Pembimbing

Yunia Renny Andhikatias,SST.,MPH

NIK.201188092

iii

HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR

1,3 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT

DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO

KaryaTulisIlmiah

Disusunoleh :

Anisa Anjarsari

NIM B13003

Telah dipertahankan di depan DewanPenguji

Ujian Akhir Program D III Kebidanan

Pada Tanggal

PENGUJI I

Wahyu Dwi A, SST., MPH

NIK. 2012286112

PENGUJI II

Yunia Renny A,SST.,MPH

NIK.201188092

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu pernyataan

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Mengetahui,

Ka. Prodi D III Kebidanan

Siti Nurjanah, SST., M. Keb

NIK.201188093

iv

KATA PENGANTAR

Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang

telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya,sehinggapenulisdapatmenyelesaikan

KaryaTulisIlmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. M

Umur 1,3 Tahun Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang Di PKD Ngudi

Sehat Desa Joho Mojolaban

Sukoharjo”.KaryaTulisIlmiahinidisusundenganmaksuduntukmemenuhitugasakhir

sebagaisalahsatusyaratkelulusan Prodi DIII Kebidanan

STIKesKusumaHusadaSurakarta.

Penulismenyadaribahwatanpabantuandanpengarahandariberbagaipihak,

KaryaTulisIlmiahinitidak dapat diselesaikandenganbaik.

Olehkarenaitupenulismengucapkanterimakasihkepada :

1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Ketua Stikes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Siti Nurjanah,SST, M.Keb, Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST,. MPH, Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Pihak BAPPEDA Sukoharjo, Kepala Desa Joho dan Bidan Desa yang telah

memberi ijin kepada penulis untuk melakukan pengambilan studi kasus di

PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo .

5. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta terimakasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

6. Ny.F yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.

7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

v

Penulismenyadaribahwadalampenulisan KaryaTulisIlmiahinimasihjauh dari

sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi kemajuan KaryaTulisIlmiah

selanjutnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapatbermanfaatbagisemuapihak.

Surakarta, Juli 2016

Penulis

vi

Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016

Anisa Anjarsari

B13003

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR

1,3 TAHUNDENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT

DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO

xiii + 67 halaman + 13 lampiran

INTISARI

LatarBelakang :ISPAadalah suatu penyakit yang dapat ditularkan melalui udara

dengan gejala awal seperti iritasi saluran hidung dan faring, bersin, nyeri otot,

keluar cairan hidung dan batuk. Di Jawa Tengah Angka Kematian Balita (AKBA)

merupakan jumlah kematian balita 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam

kurun waktu satu tahun. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi

Sehat Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, pada periode

Oktober 2014 sampai dengan Oktober 2015 didapatkan data sebanyak 170 jumlah

kunjungan balita. Berdasarkan data tersebut, 141 balita menderita ISPA (82,94%).

Peran bidan untuk mengurangi Angka Kematian Balita dalam hal ini adalah

melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya

pada bayi dan anak sesuai dengan usia, melakukan pengobatan sesuai

kewenangan, kolaborasi atau merujuk.

Tujuan Studi Kasus :Melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit anak M

umur 1 tahun 3 bulan dengan ISPA sedang dengan menggunakan tujuh langkah

varney.

Metodologi Penelitian :Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data

ini yaitu deskriptif yang berlokasi di PKD Desa Joho Mojolaban Sukoharjo

dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan

pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

Hasil Studi Kasus : Pada anak M dengan ISPA Sedang setelah dilakukan asuhan

kebidanan selama 5 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik, KU, TTV, serta

memberikan terapi antibiotik. Didapatkan hasil pada waktu kunjungan rumah

keadaan anak baik, Ibu sudah memberikan makanan gizi seimbang dan menjaga

lingkungan.

Kesimpulan :Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, balita sakit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA), sedang.

Kepustakaan : 20 literatur (tahun 2005 s/d 2015)

vii

MOTTO

1. Hiduplah dengan rasa bersyukur, dengan rasa selalu bersyukur membuatmu

tidak akan selalu mengeluh dan meratapi nasib, pada hakikatnya roda selalu

berputar kadang diatas kadang dibawah begitupun kehidupan.

2. Jangan pernah berhenti untuk selalu meminta restu kepada kedua orang tua,

dimanapun, kapanpun dan apapun yang dikerjakan utamakan dapat restu dari

orang tua.

3. Jangan malu untuk selalu minta maaf.

PERSEMBAHAN

Denganketulusanhati,

KaryaTulisIlmiahinisayapersembahkankepada :

1. Alloh SWT yang

selalumemberikanRahmatdanKaruniaNyasehing

gaterwujudKaryaTulisIlmiahini.

2. Ibudan Bapak tercinta yang

selalumemberikandukungan,

semangatdalamsetiaplangkah kaki inimenapak.

Doa yang

selaluterucapdalamsetiapsujudmudankasihsayan

g yang takakanpernahberujung.

3. Terimakasih kepada mbah kakung dan saudara-

saudara sepupuku dan adik tersayang yang telah

memberi semangat dan do’a.

4. Teman-temankutersayang (Ali, Nurlita, Atika,

Bolo Kurowo, Ayu, Putri,

Farida)terimakasihselamaini menjadi tempat

keluh kesahku.

5. Teman-temansatuangkatan yang selalusemangat

untuk sama-sama berjuang.

Nama

Tempat / tanggallahir

Agama

JenisKelamin

Alamat

RiwayatPendidikan

1. SD N Joho 1, Sukoharjo

2. SMP Islam AL-HADI, Sukoharjo

3. SMA N 1 Mojolaban, Sukoharjo

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

viii

6. Semuapihak yang

telahmembantumenyelesaikantugasini.

CURRICULUM VITAE

: ANISA ANJARSARI

Tempat / tanggallahir : Sukoharjo, 02 Mei 1995

: Islam

: Perempuan

: Canden RT 01 RW 08 Joho Mojolaban Sukoharjo

Sukoharjo LULUS TAHUN 2007

HADI, Sukoharjo LULUS TAHUN 2010

SMA N 1 Mojolaban, Sukoharjo LULUS TAHUN 2013

bidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013/2014

Semuapihak yang

menyelesaikantugasini.

Canden RT 01 RW 08 Joho Mojolaban Sukoharjo

LULUS TAHUN 2007

LULUS TAHUN 2010

LULUS TAHUN 2013

Angkatan Tahun 2013/2014

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

INTISARI ...................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

CURICULUM VITAE .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis ................................................................................... 10

1. Balita ..................................................................................... 10

2. ISPA ....................................................................................... 14

B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 22

C. Landasan Hukum........................................................................... 35

BABIII METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus ........................................................................... 36

B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................ 36

C. Subjek Studi Kasus........................................................................ 37

D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 37

x

E. Instrumen Studi Kasus .................................................................. 37

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37

G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................. 40

H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 40

BAB IV STUDI KASUS

A. TinjauanKasus………………………………………………….. 41

B. Pembahasan……………………………………………………... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………... 65

B. Saran……………………………………………………………. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. JadwalPenyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. SuratPermohonanIjinStudiPendahuluan

Lampiran 3. SuratBalasanIjinStudiPendahuluan

Lampiran 4. SuratPemohonanIjinPenggunaanLahan

Lampiran 5. SuratBalasanIjinPenggunaanLahan

Lampiran 6. SuratPermohonanmenjadi Respnden

Lampiran 7. SuratPersetujuanMenjadi Responden (Informed Concent)

Lampiran 8. LembarObservasi

Lampiran 9. SatuanAcaraPenyuluhan

Lampiran 10. Leaflet

Lampiran 11. Dokumentasi studi kasus

Lampiran 12. LembarKonsultasi KaryaTulisIlmiah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.Hampir empat juta orang

meninggal setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-

anak, dan orang lanjut usia, terutama di Negara dengan pendapatan perkapita

rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab

utama rawat jalan dan rawat inap di pelayanan kesehatan terutama pada

bagian perawatan anak (WHO, 2008)

ISPA adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang dapat ditularkan

melalui udara banyak diderita pada oleh bayi dan anak-anak, pada usia 3

bulan sampai 3 tahun. Gejala awal adalah kekeringan dan iritasi saluran

hidung dan faring, diikuti bersin, sensasi dingin, nyeri otot, keluar cairan

hidung, dan kadang-kadang batuk (Rahmawati, 2012).Penyakit ISPA yang

tidak segera ditangani dapat berakibat terjadinya pneumonia

(Irianto, 2015).

Kasus ISPA di Indonesia menjadi salah satu penyakit yang ditularkan

melalui udara. Insiden dan prevalensi ISPA di Indonesia adala 1,8% dan

4,5%. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

(41,7%), Papua (31.1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan

Jawa Timur (28,3%).

2

Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada anak

umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-

laki dan perempuan (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, Angka

Kematian Balita sebesar 23,14 per 1.000 kelahiran hidup, pada akhir tahun

2009 angka kematian balita dengan ISPA mencapai 3 per 1.000 balita

(Profil Jateng, 2009)

Menurut DINKES Provinsi Jateng (2012), AKBA Provinsi Jawa

Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 1.000 kelahiran hidup, meningkat

dibandingkan tahun 2011 sebesar 11,50 per 1.000 kelahiran hidup.

Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium

Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1.000 kelahiran

hidup.Masalah utama yang menyebabkan AKBA adalah Diare dan

Pneumonia.

Peran bidan untuk mengurangi Angka Kematian Balita dalam hal ini

adalah melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-

bahaya pada bayi dan anak sesuai dengan usia, melaksanakan pemberian

immunisasi pada bayi dan anak, mengumpulkan data tentang riwayat

kesehatan pada bayi dan anak yang berfokus pada gejala, melakukan

pemeriksaan fisik, mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan

pemeriksaan fisik, melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi

atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak,

menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang dilakukan.

3

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi Sehat Desa

Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, pada periode Oktober

2014 sampai dengan Oktober 2015 didapatkan data sebanyak 170 jumlah

kunjungan balita. Berdasarkan data tersebut, 2 balita menderita gatal (1,17%),

3 balita menderita stomatitis(1,76%), 4 balita menderita luka (2,35%), 20

balita menderita diare (11,76%), 141 balita menderita ISPA (82,94%).

Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus tentang ISPA dengan judul “ Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada

Anak M Umur 1,3 Tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah sebagai

berikut : “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan balita sakit pada

Anak M Umur 1,3 Tahundengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tujuan umum

dan tujuan khusus, yaitu :

4

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit anak M

umur 1,3 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang

dengan menggunakan tujuh langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada anak M umur

1,3 tahun dengan ISPA sedang.

2) Mengintepretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah,

kebutuhan pada kasus balita sakit pada anak M umur 1,3 tahun

dengan ISPA sedang.

3) Menentukan diagnosa atau masalah potensial balita sakit pada

anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera balita sakit

pada anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang

5) Merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak M umur

1,3 tahun dengan ISPA sedang.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak

M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.

7) Mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanan balita sakit pada

anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.

5

b. Mengidentifikasi antara kesenjangan teori dan praktik dalam

melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak M umur 1,3

tahun dengan ISPA sedang

c. Memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan

anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis dalam melakukan

manajemen asuhan kebidanan balita sakit dengan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) sedang.

2. Bagi Profesi

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang dan menekan angka

kesakitan maupun angka kematian.

3. Bagi Institusi dan Instansi

a. Institusi

Menambah bahan bacaan atau referensi khusus dalam

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang.

6

b. Instansi

Memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan program

pelayanan kebidanan khususnya tentang balita dengan Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang.

E. Keaslian Studi Kasus.

Studi kasus tentang anak dengan ISPA pernah dilakukan oleh :

1. Saputri (2013), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada An. A Umur 4 Bulan

dengan ISPA sedang di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Penelitian ini

menggunakan metode observasional deskriptif.

Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan

kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA pada

anak. Dalam penatalaksanaan asuhan yang diberikan secara kolaborasi

dengan dokteruntuk pemberian terapi cetrizine 250 mg, ambroxol 250

mg, metal prednisolon 75 mg, amoxcillin 250 mg, vit C. Semua obat

tersebut ada 4 tablet, obat - obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12

bungkus diminum 3 x 1 per hari, memberi infuse RL 6 tetes per menit.

Setelah di berikan asuhan selama tiga hari di dapat hasil An.A tidak

rewel, dan anak dalam kondisi sehat.

2. Anissa (2014), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada An. A Umur 1,5

7

Tahundengan ISPA sedang di Puskesmas Kedawung II Sragen”.

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif.

Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan

kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA pada

anak. Dalam penatalaksanaan asuhan yang diberikan secara kolaborasi

dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi meliputi:

contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol 500 mg, CTM 4 mg, Dexa

0,5 mg, GG 100 mg. semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut

dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3 x 1 per hari. Setelah

dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari adalah pasien An. A umur 1,5

tahun tertangani dengan baik dan diagnose potensial tidak terjadi.

3. Wulandari (2014), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU

Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita

Pada An. M Umur 3 Tahun dengan ISPA Sedang di RSUD Banyudono

Kabupaten Boyolali”. Penulisan ini menggunakan metode observasional

deskriptif. Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen

ISPA pada anak. Dalam penatalaksanaan memberikan asuhan pada anak

dengan berkolaborasi dengan Dokter Sp.A untuk memberikan terapi

yaitu Diazepam 1mg/8 jam (secara IV) sebagai penenang jika terjadi

kejang, bila demam paracetamol (125 mg/5ml) 3x 1-2 sendok takar (5-10

ml) /8 jam, gliceryl guaiacolate (obat batuk) 100 mg 3 tablet, CTM 40mg

3 tablet, amoxicillin 500 mg 3 tablet menjadi 9 puyer / 3x sehari /8 jam,

8

injeksi Cefotaxim 150mg/ 8 jam (secara IV), terpasang infuse RL 25 tpm

mikro.

Persamaan studi kasus dengan keaslian diatas terletak pada jenis berupa

studi kasus dan tentang ISPA sedang, perbedaan studi kasus dengan

keaslian terletak pada subyek, waktu dan lokasi.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Balita

a. Definisi

Menurut Septiari (2012), anak balita adalah anak yang

menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih populer dengan pengertian

usia anak di bawah 5 tahun.

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita)

dan anak prasekolah (3-5 tahun) (Sutomo & Anggraeni, 2010).

b. Karakteristik

Menurut Septiari (2012), karakteristik balita dibagi menjadi 2

yaitu :

1. Anak usia 1-3 tahun

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif misalnya

anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua.

Laju pertumbuhan lebih besar dibandingkan anak prasekolah,

sehingga diperlukan makanan yang relative besar.Tetapi perut

yang masih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang

usianya lebih besar.Oleh karena itu pola makan yang diberikan

sedikit tapi sering.

11

2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Anak prasekolah menjadi konsumen yang aktif.Mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini

mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah. Pada fase

anak mencapai fase gemar memprotes.Pada masa ini anak

cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas mulai

banyak, dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.

c. Tahapan Tumbuh Kembang Balita

Menurut Soetjiningsih (2013), pertumbuhan anak tidak hanya

bertambah besar secara fisik, melainkan struktur organ-organ tubuh

dan otak. Perkembangan anak dinilai dari bertambahnya kemampuan

(skill).

Menurut Whaley dan Wong dikutip Maryunami (2010),

pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel

tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat

seluruh bagian tubuh. Perkembangan menitik beratkan pada

perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling

rendah ke tingkat paling tinggi dan kompleks melalui proses

maturasi dan pembelajaran.

Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012), tahapan tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin dalam

kandungan ), terdiri atas :

12

a. Masa zigot: sejak konsepsi sampai umur kehamilan dua

minggu.

b. Masa embrio: umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12

minggu.

c. Masa janin: umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir

kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode, yaitu :

1) Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan sembilan

minggu sampai trimester II kehamilan.

2) Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan.

2. Masa bayi (umur 0-12 bulan) terdiri atas:

a. Masa neonatal usia 0-28 hari,

1) Neonatal dini (perinatal): 0-7 hari

2) Neonatal lanjut: 8-28 hari

b. Masa post neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan, terbagi

atas:

1) Masa bayi dini (1-2 bulan),

2) Masa bayi akhir (1-2 tahun)

3. Masa balita dan prasekolah usia 1-6 tahun

a. Masa balita: mulai 12-60 bulan.

b. Prasekolah: mulai 60-72 bulan.

d. Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang

Menurut Nursalam dkk (2013), tumbuh dan kembang seorang

anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor

13

genetik, herediter, konstitusi dan faktor lingkungan.Agar faktor

lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh

kembang anak, maka perlu kebutuhan dasar tertentu.Kebutuhan

dasar ini dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu asuh (kebutuhan

fisik), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asah (kebutuhan

stimulasi).

1) Kebutuhan Asuh (kebutuhan fisik)

Yang termasuh kebutuhan asuh adalah :

a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang.

b) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi, kontrol ke

puskesmas atau posyandu secara berkala, diperiksakan

segera bila sakit).

c) Pakaian (bersih dan nyaman).

d) Perumahan (sehat, cukup ventilasi, terjaga kebersihan dan

kerapiannya).

e) Hygene diri dan lingkungan.

f) Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)

2) Kebutuhan Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)

Yang termasuk kebutuhan asih adalah :

a) Kasih sayang orang tua

b) Rasa aman

c) Harga diri (setiap anak ingin diakui keberadaannya)

d) Dukungan atau dorongan

14

e) Mandiri

f) Rasa memiliki

g) Kebutuhan akan sukses, serta mendapatkan kesempatan dan

pengalaman.

3) Kebutuhan Asah (kebutuhan stimulasi)

Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak

yang berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak

mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang

dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi. Stimulasi

ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, kemudian lahir

dengan cara menyusui bayi pada ibunya sedini mungkin.

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

a. Definisi

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Istilah lain dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections

(ARI), yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang bagian dari

saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli

(saluran bawah). (Irianto, 2015).

Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah

penyakit yang sering terjadi pada anak-anak karena sistem

pertahanan tubuh anak masih rendah.

15

b. Etiologi

Menurut Rahmawati (2012), etiologi ISPA adalah virus.

Infeksi yang disebabkan oleh virus, terutama respiratory synctial

virus (RSV). Virus penyebabnya antara lain Chlamydia trachomatis,

mycoplasma, pneumococci, dan yang paling sering menjadi

penyebab ISPA adalah Haemophilus influenza yang di udara bebas

akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu

tenggorokan dan hidung. Diameter saluran pernafasan yang terlalu

kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan

peningkatan produksi sekresi. Biasanya virus tersebut menyerang

anak-anak di umur 3-6 bulan pada waktu ini hilangnya antibodi

keibuan dan produksi antibodi bayi itu sendiri dan sisa infeksi

berkelanjutan pada anak di bawah umur 5 tahun.Kemampuan untuk

menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak

faktor.Kekurangan system kekebalan pada anak beresiko

terinfeksi.kondisi lain yang mengurangi daya tahan adalah

malnutrisi, anemia, dan kelelahan. Peralihan musim kemarau ke

musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.

c. Patofisiologi

Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang

tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran

pernafasan.Adanya penyebaran bibit penyakit di udara umumnya

berbentuk aerosol. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit

16

tersebut ada 2, yaitu: droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran

pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang

di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di

udara).

Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu

batuk dan bersin-bersin.Penularan juga melalui kontak langsung dari

benda-benda yang sudah dicemari jasad renik. Selain itu factor

lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan

ISPA, ventilasi berguna untuk penyediaan udara segar ke dalam dan

pengeluaran udara dari ruang tertutup. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya udara yang masuk sehingga menyebabkan

kelembaban dan menjadi pencemar di dalam rumah yang

memudahkan penularan.

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISPA dapat di bagi menjadi 3 antara lain :

1) Gejala ISPA ringan

a) Batuk

b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara (pada waktu bicara atau menangis)

c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5oC.

17

2) Gejala ISPA sedang

a) Pernafasan cepat, umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas

60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40

kali permenit atau lebih untuk umur 12 bulan - < 5 bulan

b) Suhu tubuh lebih dari 39oC

c) Tenggorokan berwarna merah

d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak

e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

3) Gejala ISPA berat

a) Bibir atau kulit membiru

b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak nampak

gelisah

d) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas

e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

f) Tenggorokan berwarna merah

ISPA pada umumnya adalah infeksi bakteri pada berbagai

area dalam saluran pernafasan, termasuk hidung, telinga

tengah, pharynx, larynx, trachea, brochi dan paru. Gejalanya

dapat bervariasi, antara lain meliputi (WHO, 2009) :

18

(1) Batuk

(2) Sesak nafas

(3) Tenggorokan kering

(4) Hidung tersumbat

e. Faktor Resiko Terjadi ISPA

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah usia

anak yang lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena

ISPA lebih besar dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua

karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. Daya tahan tubuh yang

baik dipengaruhi oleh anak yang status imunisasinya lengkap akan

mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada anak yang status

imunisasinya tidak lengkap. Timbulnya penyakit ISPA juga

dipengaruhi faktor lingkungan yang udaranya tidak baik seperti

polusi udaradi kota-kota besar dan asap rokok.

f. Pencegahan Balita ISPA

Tingkat pencegahan ISPA secara umum yaitu :

1) Pencegahan tingkat pertama yaitu, mengurangi/menghindari

perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan atau

masyarakat seperti membuang ludah ke sembarang tempat dan

berusaha menutup mulut saat batuk, lingkungan fisik seperti

ventilasi pencerahan dan pencemaran udara di dalam ruangan,

19

menjaga keadaan gizi, imunisasi, olahraga dan istirahat agar

tetap baik.

2) Pencegahan tingkat kedua yaitu, penanggulangan ISPA

dilakukan dengan pengobatan sedini mungkin. Upaya

pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA

yaitu :

(a) Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit

(b) Pneumonia : di beri antibiotik (ampisilin, amoksilin atau

penisilin prokain).

(c) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotic.

Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat

digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain, bila

demam berikan parasetamol, apabila batuk, pilek, pada

tenggorokan ada bercak nanah disertai pembesaran pada

kelenjar getah bening dileher, dianggap radang tenggorokan

oleh kuman streptokokus dan harus diberi antibiotic

(penisilin) selama 10 hari.

3) Pencegahan tingkat ketiga yaitu, penderita penyakit tertentu

dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau

kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu

penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.

20

(a) Bukan pneumonia, perhatikan jika timbul gejala pneumonia

seperti nafas menjadi sesak, nafas cepat, anak tidak mampu

minum, sakit lebih parah.

(b) Pneumonia, perhatikan agar tidak menjadi pneumonia berat

seperti nasehati ibu untuk lakukan tindakan perawatan di

rumah, beri antibiotic selama 5 hari, anjurkan ibu untuk

kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak

memburuk, bila ada demam segera obati.

(c) Pneumonia berat, bila terdapat tanda-tanda bahaya maka

segera rujuk dan bawa penderita pneumonia berat segera ke

rumah sakit agar penyakit tidak bertambah beratdan

menimbulkan kematian.

g. Rencana Penanganan ISPA

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah pasien, tapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien tersebut, apakah

kebutuhan konseling, penyuluhan, dan apakah pasien perlu dirujuk.

Pada langkah ini merumuskan rencan asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan rencana bersama kemudian membuat kesepakatan untuk

melaksanakannya (Walyani, 2015).

Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada

kasus ini adalah sebagai berikut :

1) Lakukan penimbangan BB dan TB.

21

2) Berikan terapi obat batuk.

Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat

antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional

(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain

yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan dan antihistamin.

3) Berikan obat penurun panas.

Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak

yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,

ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan

dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari

maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk

tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6

jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).

4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada

anaknya.

5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan

lingkungan.

6) Anjurkan anak istirahat yang cukup.

7) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.

22

8) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi

anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan

(Wulandari, 2011).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses menyelesaikan masalah

klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah

telah berakar di awal tahun 1970 an. Proses ini dijelaskan sebagai

perilaku yang diharapkan praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan

buah dari proses pikir dan tindakan yang diambil (Varney, 2007).

2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2004)

Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan terdiri atas tujuh

langkah yang berurutan, yang secara periodik disempurnakan. Proses ini

dimulai dari pengumpulan data hingga evaluasi. Tujuh langkah tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Langkah I: Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama untuk mengumpulkan semua

informasi yang akurat dan lengkap berdasarkan sumber yang berkaitan

dengan pasien. Langkah ini meliputi :

1) Identitas

Identitas pasien adalah bagian yang paling penting dalam anamnesis,

yang diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar

23

anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain

(Matondang, 2013).

a) Nama

Diperlukan nama pasien yang harus jelas dengan lengkap, nama

depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama

panggilan akrabnya.

b) Umur

Perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasannya

sendiri dalam morbiditas dan mortalitas.Usia anak juga

diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan

klinis anak tersebut normal sesuai umumnya.

c) Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk

penilaian data pemeriksaan klinis.

d) Nama orang tua

Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain

mengingat banyak nama yang sama.

e) Agama dan suku bangsa

Data yang berhubungan kebiasaan, keprcayaan, dan tradisi dapat

menunjang namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup

sehat.

f) Alamat

Alamat diperlukan agar sewaktu-waktu dihubungi, tempat tinggal

pasien harus jelas dan lengkap.

24

2) Data Subyektif

Data subyektif merupakan data yang menggambarkan

pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa

(Walyani, 2015).

a) Keluhan utama

Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat

(Matondang, 2013).Pada ISPA sedang bisa berupa batuk pilek

disertai nafas cepat, pernafasan mengorok (mendengkur),

tenggorokan merah (Nurijal, 2009).

b) Riwayatkesehatan

(1) Imunisasi

Status imunisasi pasien dinyatakan, khususnya imunisasi

BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Hal tersebut

selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan

pediatric yang diperoleh juga membantu diagnosis pada

beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2013). Pada kasus

ini balita sudah melakukan imunisasi secara teratur.

(2) Riwayat penyakit lalu

Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah

diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney,

2007).Pada kasus ini balita tidak mempunyai riwayat

penyakit lalu.

(3) Riwayat penyakit sekarang

25

Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney,

2007).Pada kasus ini balita sedang mengalami batuk, pilek,

sesak nafas, pernafasan berbunyi mengorok.

(4) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-

ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.Berbagai

penyakit bawaan atau keturunan seperti terdapat riwayat

hipertensi, riwayat kembar, dan penyakit TBC, Hepatitis,

Jantung dan lain-lain (Matondang, 2013).

(5) Riwayat sosial

(a) Siapa yang mengasuh balita.

(b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu

dengan ibu, ayah serta anggota keluarga yang lain.

(c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar

rumah. Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya

masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa

masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitive, hingga

diperlukan kebijakan kearifan tersendiri dalam

pendekatannya (Matondang, 2013).

c) Riwayat kebiasaan sehari-hari.

(1) Pola Nutrisi

Dikaji untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien

mencukupi asupan gizinya yang meliputi pola makan dan

minum, fekuensi, banyaknya, jenis makanannya

(Sulistyawati,2009). Menurut Maryunani (2010), pada

26

umumnya pasien ISPA cenderung nafsu makannya

berkurang.

(2) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar berapa kali dalam sehari serta kebiasaan buang air

kecil berapa kali dalam sehari (Ambarwati,2010).Pada

umumnya pasien ISPA pola eliminasinya tidak ada

gangguan (Ngastiyah, 2005).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur (Ambarwati,2010).Pada umumnya pasien ISPA

pola istirahat berkurang karena anak sering rewel dan

gelisah (Ngastiyah, 2005).

3) Data Objektif

Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk menglengkapi data kita

dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian

data objektif yang menggambarkan pendoku-mentasian hasil analisa

dan fisik klien dan pemeriksaan penunjang lain (Walyani, 2015).

Langkah pemeriksaannya sebagai berikut :

a) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui dat ini kita cukup dengan mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan dapat

di kriteriakan keadaan pasien baik (respon pasien yang baik)

atau lemah (respon pasien kurang baik)

27

(Sulistyawati,2009).Pada pasien ISPA keadaan umum

pernafasan lemah lemah dan gerakan kurang aktif

(Maryunani, 2010).

(2) Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadarandan respon

seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tinggkat

kesadaran yaitu Composmentis (normal), apatis (acuh tak

aacuh), delirium (gelisah), somnolen (kesadaran menurun),

stupor (keadaan seperti tidur lelap), coma (tidak bisa

merespon) (Astuti,2012).Pada ISPA sedang tingkat

kesadaran Composmentis (Matondang, 2013).

(3) Vital Sign

Menurut Astuti (2012), penilaian vital sign meliputi, suhu,

nadi, pernafasan dan tekanan darah. Pada umumnya pasien

ISPA sedang suhu tubuhnya mengalami peningkatan diatas

37,50C, nadi cepat diatas 120 kali/menit (Ngastiyah, 2005).

b) Pemeriksaan fisik

(1) Inspeksi meliputi :

Rambut : Melakukan inspeksi rambut untuk

mengetahui apa warna rambut, kebersihan

rambut, rambut mudah rontok atau tidak

(Sulistyawati,2009).

Muka : Untuk mengetahui keadaan muka oedema

atau tidak, muka pucat atau tidak

(Astuti,2012).Anak yang menderita ISPA

28

biasanya muka terlihat pucat (Ngastiyah,

2005).

Mata : Untuk memeriksa konjungtiva dan sklera.

Pemeriksaan konjungtiva dan sklera untuk

memperkirakan adanya anemia dan ikterus

(Walyani,2015).

Hidung : Untuk mengetahui keadaan hidung bersih

atau tidak, adakah polip atau tidak, apa

alergi debu atau tidak

(Sulistyawati,2009).Anak yang menderita

ISPA sedang biasanya ada secret yang

keluar dari hidung (Ngastiyah, 2005).

Mulut/gigi : Untuk mengetahui adanya karies atau tidak,

adanya tonsilitas atau faringitas. Hal tersebut

merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015).

Menurut Ngastiyah (2005), anak yang

menderita ISPA biasanya bibirnya terlihat

pucat dan tenggorokan merah.

Dada : Untuk mengetahui adakah retraksi dan

simetris atau tidak (Sulistyawati, 2009).

Pada kasus ISPA sedang umumnya tidak ada

tarikan dinding dada.

(2) Palpasi

Leher :Untuk mengetahui adanya pembesaran

kelenjar limfe atau tidak dan untuk

29

mengetahui parotitis (Sulistyawati, 2009).

Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada luka bekas

operasi atau tidak, adanya pembesaran perut

atau tidak (Astuti, 2012).

Ekstremitas : Untuk mengetahui bentuk, untuk mengetahui

adanya varices dan oedema ataupun refek

patella (Sulistyawati, 2009).

(3) Pemeriksaan Antropometri

Menurut Matondang (2013), pemeriksaan antropometri

meliputi :

Berat Badan : Untuk menunjukan status nutrisi sesaat.

Anak yang menderita ISPA biasanya

mengalami tidak nafsu makan sehingga

terjadi penurunan berat badan

(Ngastiyah, 2005).

Tinggi Badan : Untuk mengetahui pertumbuhan fisik

anak, tinggi badan relative normal

sesuai dengan usia anak tidak

mengalami perubahan (Ngastiyah,

2005).

Lingkar Dada : Untuk mengetahui keterlamabatan

pertumbuhan.

Lingkar Kepala : Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan

untuk mengetahui pertumbuhan otak

(Ngastiyah, 2005).

30

(4) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium

dalam arti luas adalah setiap pemeriksaan yang dilakukan

diluar pemeriksaan fisik (Matondang, 2013).Pemeriksaan

penunjang rutin meliputi, darah (Hb, leukosit, trombosit),

urine, feses (Varney, 2007).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan

menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena

beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan

terhadap pasien (Ambarwati, 2010).

Contoh :

An. X Umur Y Tahun dengan ISPA Sedang

Data subyektif :

1) Ibu mengatakan umur anak …… tahun

2) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, demam (Nurijal, 2009)

Data obyektif :

a) Tanda-tanda vital, yaitu suhu tubuhnya diatas 37,50C, nadi cepat

diatas 120x/menit, respirasi cepat diatas 40x/menit (Ngastiyah,

2005).

b) Ditemukan secret dihidung.

31

c) Gerakan kurang aktif, rewel, muka pucat, nafas terengah-engah,

tenggorokan merah (Maryunani, 2010).

c. Langkah III : DiagnosisPotensial

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan

antisipasi pencegahan bila memungkinan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuahan

yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2009). Diagnosis yang

muncul adalah potensial terjadinya ISPA berat.

d. Langkah IV : TindakanSegera

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

lainnya (Walyani, 2015).

Langkah yang perlu dilakukan jika diagnose potensial muncul

antara lain :

1) Pemberian Cairan tergantung keadaan pasien.

2) Pemberian terapi secara mandiri untuk obat demam, dan batuk.

e. Langkah V : Rencana

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah pasien, tapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap pasien tersebut, apakah kebuuhan konseling,

penyuluhan, dan apakah pasien perlu dirujuk. Pada langkah ini

merumuskan rencan asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana

bersama kemudian membuat kesepakatan untuk melaksanakannya

(Walyani, 2015).

32

Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada kasus

ini adalah sebagai berikut :

1) Lakukan penimbangan BB dan TB.

2) Berikan terapi obat batuk.

3) Berikan obat penurun panas.

4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada

anaknya.

5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan

lingkungan.

6) Anjurkan anak istirahat yang cukup.

7) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.

8) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi

anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan

(Wulandari, 2011).

f. Langkah VI: Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah

dibuat dapat dilaksanakan secar efisien seluruhnya (Walyani, 2015).

Menurut Wildan& Hidayat (2008), dalam melaksanakan rencana

asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai rencana yang sudah

ditentukan. Pencatatan dalam pelaksanaan juga termasuk penanganan

kasus-kasus yang memerlukan tindakan di luar wewenang bidan sehingga

perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan.Selain itu, pengawasan

dan monitor kemajuan kesehatan pasien juga perlu dicatat.

33

Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah pelaksanaan pada kasus ini

adalah sebagai berikut :

1) Melakukan penimbangan BB dan TB.

2) Memberikan terapi obat batuk.

Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat

antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional

(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain

yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan dan antihistamin.

3) Memberikan obat penurun panas.

Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak

yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,

ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan

dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari

maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk

tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6

jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).

4) Mengnjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup

pada anaknya.

5) Menganjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan

lingkungan.

6) Menganjurkan anak istirahat yang cukup.

34

7) Menganjurkan untuk minum obat tepat waktu.

8) Menganjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis

tetapi anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada

keluhan (Wulandari, 2011).

g. Langkah VII: Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang

telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang di

berikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap

aspek asuhan (Ambarwati, 2010).

Evaluasi yang akan dicapai :

1) Ibu telah memberikan perawatan dirumah.

2) Demam telah diobati dengan Paracetamol, Ibuprofen, atau Asetosal

(Nasir, 2009).

3) Batuk telah diobati dengan obat tradisional (Jeruk nipis ½ sendok teh

dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh) atau obat batuk

Kodein, Dekstrometrofan dan Antihistamin (Banyuamin, 2012).

4) Anak atau balita sudah dalam kondisi sehat.

Evaluasi diikuti dengan catatan perkembangan dengan metode SOAP

yaitu :

S :Subjektif

Meliputi langkah pertama, dari Varney, yaitu data yang merupakan

segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.

O :Objektif

35

Meliputi langkah pertama dari varney, yaitu data yang

diobservasikan dari hasil pemeriksaan oleh bidan atau tenaga

kesehatan lain.

A :Asessment atau Analisa

Meliputi langkah kedua, ketiga dan keempat dari Varney, yaitu

merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif.

P :Plan atau Perencanaan

Meliputi langkah kelima, keenam, dan ketujuh dari Varney, yaitu

merupakan rencana akan dilakukan berdasarkan analisis

pelaksanaan dan evaluasinya.

C. Landasan Hukum

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan

atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap hukum (mal

praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB,

landasan hukum yang digunakan :

1. Pemenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik bidan. Terutama :

a. pasal 9 b : Bidan dalam menjalakan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan

kesehatan anak.

b. pasal 11 (1) : pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada

pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak

36

balita, dan anak pra sekolah.

c. Pasal 11 (2) d : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk

pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

d. pasal 11 (2) e : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk

pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak

pra sekolah.

e. Pasal 11 (2) f : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk

pemberian konseling dan penyuluhan.

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional deskriptif merupakan

cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung

kepada responden penelitian untuk mencapai perubahan atau hal-hal yang

akan diteliti yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan

masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu,

umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status, perkawinan, cara

hidup, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan

seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2010).

Pada studi kasus ini menggambarkan Asuhan Kebidanan Balita Sakit

pada Anak M Umur 1,3 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Kabupaten Sukoharjo

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan rencana tentang lokasi yang dilakukan

oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat,

2014).Lokasi pengambilan kasus dilaksanakan di PKD Ngudi Sehat Desa

Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

37

C. Subyek Studi Kasus

Subyek penelitian sebagai informasi, yang artinya pada latar

penelitian yang memanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010).Subyek pada studi kasus ini

yaitu Balita Sakit anak M dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Sedang.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu yang diperlukan oleh peneliti sering kali memerlukan waktu

yang lebih dari yang telah ditentukan (Nursalam, 2013). Studi kasus ini

dilaksanakan pada bulan 17 April – 22 April 2016

E. Instrumen Studi Kasus

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian

(Machfoedz, 2008).Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data

adalah dengan format asuhan kebidanan pada balita sakit menurut Varney

meliputi pengkajian, intepretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan

segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

1. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama.Data primer

diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran atau alat pengambil data langsung pada subyek sebagai

sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).

38

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung

rambut sampai dengan ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan

tertentu (Matondang, 2013).

Beberapa teknik yang digunakan dalam pengkajian atau pemeriksaan

fisik adalah sebagai berikut :

1) Inspeksi

Suatu proses observasi dengan menggunakan mata. Pada

kasus An. M umur 1,3 tahun balita sakit dengan ISPA sedang di

PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo. Inspeksi

dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki.

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

menggunakan sentuhan atau rabaan dengan telapak tangan dan

jari tangan.Pada kasus ini palpasi dilakukan untuk mengetahui

tidak ada pembesaran limfe pada leher dan suhu tubuh anak

teraba hangat.

3) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

langsung mengetukan ujung jari 2 atau 3 langsung pada daerah

yang diperkusi. Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui

perbedaan suara ketuk.Pada kasus ini pemeriksaan perkusi

39

dilakukan untuk mengetahui apakah anak mengalami perut

kembung atau tidak.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

alat, seperti stetoskop.Pada kasus ini dilakukan dengan stetoskop

untuk mendengarkan suara denyut jantung dan memeriksa

adanya suara tarikan dinding dada atau ronchi.

b. Wawancara

Menurut Hidayat (2007), wawancara merupakan metode

mengumpulkan data dengan cara mewawancarai langsung responden

yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Pada

kasus ini dilakukan tanya jawab dengan ibu anak yaitu Ny. F.

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti

(Hidayat, 2014). Pada studi kasus ini dilakukan pengamatan

(observasi) dengan pemeriksaan keadaan umum, dan vital sign yang

dilakukan saat pertama kali periksa, kunjungan rumah hari ketiga

dan kunjungan rumah hari kelima.

2. Data Sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data

yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti

40

dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data

laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011).Pada kasus ini diperoleh data

sekunder dari buku KIA anak beserta data anak sakit pada buku

dokumentasi PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

1. Pemeriksaan :

a. Thermometer

b. Stetoskop

c. Jam tangan

d. Senter

e. Metline

f. Timbangan

g. Pengukur tinggi badan

2. Wawancara :

a. Format asuhan kebidanan

b. Buku MTBS

c. Bolpoint

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini merupakan rencana tentang jadwal yang akan

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya

(Hidayat, 2014). Jadwal terlampir.

41

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

Tempat : PKD Ngudi Sehat

Tanggal : 17 April 2016

Pukul : 09.00 WIB

I. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Anak

1) Nama : An. M

2) Umur : 1,3 tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Anak Ke : 1

b. Identitas Ibu Identitas Ayah

1) Nama : Ny.F Nama : Tn. K

2) Umur : 27 tahun Umur : 27 tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Pendidikan : S1 Pendidikan : D3

5) Pekerjaan : Guru TK Pekerjaan : Swasta

6) Alamat : Canden Rt 01 Rw 08 Joho Mojolaban Sukoharjo

42

2. Anamnesa (Data Subyektif)

a. Alasan datang ke PKD : Ibu mengatakan ingin memeriksakan

anaknya yang sejak 2 hari yang lalu batuk, pilek, rewel, demam dan

mengatakan anaknya belum diberi obat apapun.

b. Riwayat kesehatan

1) Ibu mengatakan bayinya sudah mendapatkan imunisasi lengkap

dari HB 0 sampai dengan campak.

2) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan anaknya mempunyai alergi dengan obat anti

nyamuk merk tertentu.

3) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, demam, rewel dan susah

makan sejak 2 hari yang lalu tanggal 15 April 2016.

4) Riwayat penyakit keluarga atau menurun

Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun pihak suaminya

tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma,

jantung, ginjal, hepatitis, DM, dan penyakit menular seperti

TBC dan pneumonia.

c. Riwayat sosial

1) Yang mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh sendri anaknya dibantu dengan

suami dan keluarganya.

43

2) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat

baik.

3) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak

rumah berdekatan dengan rumah lain.

d. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

a) Makanan yang disukai

Ibu mengatakan anaknya minum ASI sejak lahir dan

makanan pendamping bayi sudah makan nasi dan sayur-

sayuran.

b) Makanan yang tidak disukai

Ibu mengatakan bayinya tidak suka dengan susu formula.

c) Pola makan yang digunakan

(1) Pagi jam 06.00 WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI

dan makan dengan porsi 1 mangkok

bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI

tetapi susah makan dengan porsi

setengah mangkok, jenis nasi dan

sayur.

44

(2) Siang jam 12.00 WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI

dan makan dengan porsi 1 mangkok

bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI

tetapi susah makan dengan porsi

setengah mangkok, jenis nasi dan

sayur.

(3) Malam jam 17.00 WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI

dan makan dengan porsi 1 mangkok

bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum

ASI saja dengan makan biscuit

kesukaannya.

2) Istirahat / tidur

a) Tidur siang

(1) Sebelum sakit

Ibu mengatakan anaknya tidur 2x disiang hari, tidur

pertama pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB dan tidur kedua

pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB.

45

(2) Selama sakit

Ibu mengatakan anaknya susah tidur karena rewel dan

pola tidur anak tidak menentu hanya 1 – 2 jam sehari.

b) Tidur malam

(1) Sebelum sakit

Ibu mengatakan anaknya tidur pukul 19.30 WIB –

04.30 WIB.

(2) Selama sakit

Ibu mengatakan anaknya tidur sekitar pukul 20.30 WIB

– 04.00 WIB dan ditengah malam terbangun karena

tidurnya tidak nyaman.

3) Mandi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali

sehari dengan menggunakan air hangat,

ganti baju sewaktu-waku ketika baju kotor

terkena kencing, berak atau keringat dan

selesai mandi.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tetap dimandikan

apabila pagi tidak terlalu pagi dan sore

tidak larut sore dengan menggunakan air

hangat.

46

4) Aktivitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria

serta merespon jika dipanggil.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif dan

lemah, sering menangis, kurang merespon

jika di panggil dan hanya mau digendong

saja.

5) Eliminasi

Sebelum sakit

a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 5 - 6x

sehari berwarna kuning.

b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 2x sehari

konsistensi lembek.

Selama sakit

a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 4 – 5x

sehari, berwarna kuning.

b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1x

sehari,kosistensi lunak.

3. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

a. Status Generalis

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Composmentis

47

3) TTV : R : 44x/menit, S : 37,90C,

N : 108x/menit

4) BB/TB : 8, 6 kg/ tidak dilakukan

5) LK/LLA : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Kepala : Bersih, rambut warna hitam, tidak mudah

rontok.

2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyriod dan limfe.

3) Kulit :Kulit terasa hangat, timbul bercak-bercak karena

alergi obat anti nyamuk, turgor kulit mudah

kembali.

4) Muka : Bersih, tidak oedema, agak pucat.

5) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna

merah muda, sclera berwarna putih dan bersih.

6) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada benjolan dan tidak

ada cairan yang keluar.

7) Hidung : Hidung simetris, kotor, terdapat cairan atau

lendir berwarna jernih dan encer kulit hidung

bagian luar tampak kemerahan.

8) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada

stomatitis, gusi tidak bengkak atau berdarah,

gigi tumbuh 4 gigi bersih dan tidak caries.

48

9) Dada : Ada tarikan dinding dada waktu bernafas,

tampak simetris, pernafasan mengorok.

10) Perut : Tidak kembung

11) Ekstremitas : Dapat di gerakan, jari- jari tangan dan kaki

lengkap, tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) Perkembangan motorik kasar : An.M sudah bisa berjalan

meskipun masih tertatih.

2) Perkembangan motorik halus : An.M sudah bisa memegang

gelas dan minum dari gelas.

3) Perkembangan bahasa: An.M sudah bisa menirukan kata demi

kata dari lingkungan sekitar.

4) Pertimbangan tingkah laku sosial : An. M bisa berbagi sesuatu

yang dipegang dengan orang yang sudah di kenalnya.

d. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan penunjang :tidak dilakukan

2) Pemeriksaan lain :tidak dilakukan

II. Intepretasi Data

Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.30 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

An. M Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang

49

Data Dasar

Data Subyektif :

1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 11 Maret 2015.

2) Ibu mengatakan anaknya berumur 1,3 tahun.

3) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek dan demam sejak 2 hari yang

lalu.

Data Obyektif :

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV

S : 37,90 C

N : 108 x/menit

R : 44x/menit

4) BB/TB : 8, 6kg/ tidak ada.

5) Hidung : simetris, kotor, terdapat cairan atau lendir berwarna

jernih dan encer kulit hidung bagian luar tampak

kemerahan.

6) Dada : Ada tarikan dinding dada waktu bernafas, tampak

simetris, pernafasan mengorok.

b. Masalah

Anak rewel

50

c. Kebutuhan

Anjurkan ibu untuk menenangkan atau memberikan rasa nyaman pada

anaknya supaya bisa istirahat dengan cukup.

III. Diagnosa Potensial

ISPA Berat

IV. Antisipasi atau Tindakan Segera

Memberikan terapi obat dan pemenuhan kebutuhan cairan.

V. Perencanaan

Tanggal : 17 April 2016 pukul : 09.35 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Beritahu ibu tentang penyakit ISPA.

3. Beritahu ibu untuk memberikan gizi seimbang pada anak.

4. Beritahu ibu supaya selalu menjaga kebersihan lingkungannya.

5. Berikan terapi obat pada anak.

6. Beritahu ibu untuk kontrol 3 hari lagi atau jika ada keluhan dan keadaan

anak belum stabil.

VI. Pelaksanaan

Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.40 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mederita penyakit

ISPA sedang.

2. Memberitahu ibu tentang penyakit ISPA sedang pada anak beserta tanda

gejala, yaitu :

51

a. Tanda gejala : Suhu tubuh lebih dari 39oC, Tenggorokan

berwarna merah, timbul bercak-bercak merah

pada kulit menyerupai bercak campak, telinga

sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang

telinga, pernafasan berbunyi seperti mengorok

(mendengkur)

b. Pencegahan : Jauhkan anak dari anggota keluarga yang sedang

flu, batuk dan anggota keluarga yang merokok

agar anak tidak tertular dan gangguan pernafasan

anak tidak terganggu.

3. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan anak gizi seimbang berupa

nasi, lauk, sayur, buah dan ASI.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan cara

menjaga kebersihan ruangan selalu bersih, mencuci pakaian dan

peralatan makanan agar penyakit ISPA sedang tidak menular pada orang

lain.

5. Memberikan terapi :

a. Cotrimoksasol (Antibiotik) 3x 1

b. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik)

c. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1

d. Glyceryl Guaiacolate(anti-inflamasi) 100 mg3 x 1

6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi atau jika ada keluhan

dan keadaan anak belum stabil.

52

VII. Evaluasi

Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.55 WIB

1. Ibu sudah mengetahui kondisi anaknya sekarang.

2. Sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan ibu

sudah paham.

3. Ibu bersedia memberikan makan anaknya dengan gizi seimbang.

4. Ibu bersedia menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

5. Ibu paham cara memberikan obat.

6. Ibu sudah mengerti 3 hari lagi atau jika ada keluhan kembali kontrol ke

PKD Ngudi Sehat Desa Joho.

53

DATA PERKEMBANGAN I (Kunjungan Rumah Pertama)

Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 09.00 WIB

S : 1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk, masih pilek, dan sudah tidak

demam.

2. Ibu mengatakan nafsu makan dan minum anaknya sudah membaik.

3. ibu mengatakan obatnya yang puyer masih 2 bungkus untuk siang

dan sore hari nanti tetapi yang sirup masih.

O : 1. Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

TTV : S : 370C, N : 120x/menit, R : 24x/m

2. Hidung masih ada lendir namun sudah berkurang.

3. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.

4. Pernafasan terdengar suara tarikan dinding dada mendengkur seperti

suara mengorok.

A : An. M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang hari ketiga.

P :Tanggal : 20 April 2016 pukul : 09.15 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

a. Keadaan umum : Cukup

54

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : S : 370C, N : 120x/menit, R : 34x/m

d. Hidung masih ada lendir namun sudah berkurang.

e. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.

f. Pernafasan terdengar suara tarikan dinding dada mendengkur

seperti suara mengorok.

2. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola makan anaknya dan

menjaga kebersihan lingkungannya.

3. Memberitahu ibu untuk meneruskan terapi yang kemarin dan

memberikan terapi lanjutan yaitu :

a. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik)

b. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1

c. Glyceryl Guaiacolate(anti-inflamasi) 100 mg3 x 1

4. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 2 hari lagi.

E : Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 09.30 WIB

1. Ibu sudah mengetahui kondisi bayinya semakin membaik

2. Ibu bersedia untuk memberikan makan anaknya gizi seimbang dan

menjaga lingkungan rumahnya.

3. Ibu bersedia untuk memberikan terapi lanjutan pada anaknya sesuai

perintah bidan.

4. Kunjungan rumah kedua akan dilakukan pada tanggal 22 April 2016.

55

DATA PERKEMBANGAN II (Kunjungan Rumah Kedua)

Tanggal : 22 April 2016 Pukul : 10.00 WIB

S : 1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak pilek, batuk sedikit.

2. ibu mengatakan obatnya masih 2 bungkus dan sirup sudah habis.

3. ibu mengatakan anaknya sudah bermain dengan teman sebayanya

dan tidak minta digendong terus.

4. ibu mengatakan nafsu makan anaknya sudah membaik.

O : 1. Keadaan umum : Baik

2. kesadaran : Composmentis

3. S : 36,80C, N : 124x/menit, R : 34x/menit

4. Hidung tidak ada lendir.

5. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.

6. Pernafasan baik, sudah tidak mengorok.

A : An. M 1,3 tahun bulan dengan riwayat ISPA sedang hari kelima.

P : tanggal : 22 April 2016 pukul : 10.15 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa anaknya sudah membaik.

56

2. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kondisi anaknya agar tetap

sehat dengan memperhatikan asupan gizi dan keadaan lingkungan

sekitar anak.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap rutin membawa anaknya ke Posyandu

untuk memantau tumbuh kembang anaknya setiap satu bulan sekali.

4. Menganjurkan ibu untuk selalu waspada pada kondisi anak apabila

ada keluhan kesehatan anak atau keluarga berupa batuk, pilek, ataupun

demam segera hubungi tenaga kesehatan terdekat seperti PKD.

E : Tanggal : 22 April 2016 Pukul : 10.30 WIB

1. Ibu paham dan mengerti tentang kondisi anaknya sekarang.

2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kesehatan anaknya.

3. Ibu bersedia membawa anaknya ke Posyandu satu bulan sekali.

4. Ibu bersedia membawa anak atau keluarga yang sakit ketenaga kesehatan.

57

B. Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil

dibandingkan dengan teori yang ada. Pelaksanaan studi kasus ini

menggunakan manajemen kebidanan menurut varney yang terdiri dari tujuh

langkah, yaitu : Pengkajian, Intepretasi Data, Diagnosa Potensial, Tindakan

Segera, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi.

Di bawah ini akan diuraikan mengenai pembahasan dan cara

pemecahan berdasarkan kesenjangan antara teori dan praktik.

1. Pengkajian

Pada langkah pertama melakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap seperti data

dasar, data subyektif, dan obyektif dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondidi pasien.Data subyektif didapatkan keluhan utama batuk,

pilek disertai nafas cepat, pernafasan mengorok, tenggorokan merah

(Nurijal, 2009). Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah

(Maryunani, 2010), kesadaran composmentis (Matondang, 2013), tanda-

tanda vital : suhu > 37,50C, nadi cepat > 120x/menit (Ngastiyah, 2005).

Meurut kasus An. M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang pada

data subyektif ibu mengatakan An. M umur 1 tahun 3 bulan, batuk, pilek,

demam sejak 2 hari yang lalu. Pada data obyektif keadaan umum cukup,

kesadaran composmentis, pemeriksaan suhu 37,90C, pernafasan

44x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih dan encer, pernafasan

mengorok, conjungtiva merah muda.

58

Pada langkah ini menemukan kesenjangan pada teori pemeriksaan

tenggorokan berwarna merah dan pada pemeriksaan kasus tidak terdapat

warna merah pada tenggorokan karena selama sakit kebutuhan cairan

anak terpenuhi, dan pada penghitungan nadi pada teori lebih dari 120x/

menit tetapi di lahan hasil pemeriksaannya 108x/menit karena bayi dalam

keadaan lemah

2. Intepretasi Data

Dalam langkah ini data yang telah diperoleh pada pengkajian

diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah (Ambarwati,

2010). Diagnosa kebidanan pada ISPA sedang dari data subyektif

umumnya anak mengalami batuk, pilek, demam (Nurijal, 2009), data

obyektif tanda-tanda vital : suhu > 37,50C, nadi cepat > 120x/menit

(Ngastiyah, 2005), gerakan kurang aktif, rewel, muka pucat, nafas

terengah-engah (Maryunani, 2010).

Menurut kasus yang didapat diagnosa kebidanannya yaitu An. M

Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah anak

batuk, pilek, demam sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan pernafasan

lebih dari 40x/menit, suhu 37,90C, nadi 108x/menit pada hidung terdapat

cairan encer, pernafasan seperti mengorok, ada tarikan dinding dada,

gerakan kurang aktif dan rewel.

Pada langkah ini menemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu pada teori nadi lebih dari 120x/menit tetapi pada kasus

kurang dari 120x/menit karena keadaan anaknya lemah

59

3. Diagnosa Potensial

Identifikasi dari masalah dan diagnosa yang telah dilakukan pada

intepretasi data, diagnosa potensial sebagai diagnosa yang kemungkinan

terjadi apabila tidak dilakukan tindakan segera, diagnosa yang muncul

yaitu ISPA berat (Ambarwati, 2010).

Menurut kasus An. M dengan ISPA sedang diagnosa potensialnya

yaitu ISPA berat apabila ISPA sedang tidak segera ditangani.Pada

langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena

ISPA sedang sudah tertangani sehingga tidak terjadi ISPA berat.

4. Tindakan Segera

Menurut Walyani (2015), tindakan segera yang dilakukan pada

balita dengan ISPA sedang yaitu pemenuhan kebutuhan cairan,

pemberian obat secara mandiri untuk batuk dan demam.

Pada kasus An. M dengan ISPA sedang antisipasi yang dilakukan

dengan memberikan terapi obat secara mandiri oleh bidan dan

pemenuhan kebutuhan cairan oleh keluarga di rumah.Pada langkah ini

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena asuhan yang

diberikan di lahan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan pemberian obat

oleh bidan sudah sesuai dengan teori.

5. Perencanaan

Rencana tindakan yang bisa dilakukan pada kasus ISPA sedang

yaitu berikan terapi obat panas dan batuk, memberikan nutrisi yang

60

cukup pada anak, menjaga kebersihan anak dan lingkungan, dan

kunjungan ulang (Wulandari, 2011).

Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada

kasus ini adalah sebagai berikut :

1) Lakukan penimbangan BB dan TB.

2) Berikan terapi obat batuk.

Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat

antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional

(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain

yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan dan antihistamin.

3) Berikan obat penurun panas.

Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak

yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,

ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan

dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari

maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk

tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6

jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).

4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada

anaknya.

61

5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan

lingkungan.

6) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.

7) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi

anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan

(Wulandari, 2011).

Menurut kasus pada An.M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang

adalah memberikan terapi secara mandiri yaitu Cotrimoksasol (Antibiotik)

3x 1, Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik),

Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1, Glyceryl Guaiacolate

(anti-inflamasi) 100 mg 3 x 1, berikan nutrisi yang cukup, menjaga

kebersihan anak dan lingkungan, kunjungan ulang 3 hari lagi.

Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

yaitu pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tinggi badan, terapi obat

medis diberikan, tetapi terapi secara tradisional tidak diberikan karena

saat waktu pemeriksaan anak dalam keadaan rewel dan pemberian obat

oleh bidan lebih efektif untuk menangani ISPA sedang.

6. Pelaksanaan

Pada langkah ini tindakan yang telah direncanakan dapat

dilakukan secara efisien seperti langkah yang kelima (Walyani, 2015).

Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah pelaksanaan pada kasus ini

adalah sebagai berikut :

1) Melakukan penimbangan BB dan TB.

62

2) Memberikan terapi obat batuk.

Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat antibiotik,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional (jeruk nipis ½

sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,

diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan

dan antihistamin.

3) Memberikan obat penurun panas.

Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak yang di

bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol, ibuprofen atau

asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan dosis 1 sendok

teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari maksimal pemberian 5x

/ 24 jam, apabila obat dalam bentuk tablet diberikan 10 – 15 mg/kg

BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6 jam sekali) atau dengan kompres

(Nasir, 2009).

4) Menganjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada

anaknya.

5) Menganjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan

lingkungan.

6) Menganjurkan untuk minum obat tepat waktu.

7) Menganjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis

tetapi anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan

(Wulandari, 2011).

63

Menurut kasus pada An.M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang

adalah memberikan terapi secara mandiri yaitu Cotrimoksasol

(Antibiotik) 3x 1, Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1

(antipiretik), Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1,

Glyceryl Guaiacolate (anti-inflamasi) 100 mg 3 x 1, berikan nutrisi yang

cukup, menjaga kebersihan anak dan lingkungan, kunjungan ulang 3 hari

lagi.

Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

yaitu pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tinggi badan, terapi obat

medis diberikan, tetapi terapi secara tradisional tidak diberikan karena

saat waktu pemeriksaan anak dalam keadaan rewel dan pemberian obat

oleh bidan lebih efektif untuk menangani ISPA sedang.

7. Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi dilakukan seefektif mungkin dari

asuhan yang diberikan (Ambarwati, 2010), yaitu demam telah diberikan

terapi (Nasir, 2009), batuk telah diberikan terapi (Banyuamin, 2012).

Evaluasi yang akan dicapai :

5) Ibu telah memberikan perawatan dirumah.

6) Demam telah diobati dengan Paracetamol, Ibuprofen, atau

Asetosal (Nasir, 2009).

7) Batuk telah diobati dengan obat tradisional (Jeruk nipis ½

sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh)

64

atau obat batuk Kodein, Dekstrometrofan dan Antihistamin

(Banyuamin, 2012).

8) Anak atau balita sudah dalam kondisi sehat.

Menurut kasus yang telah dilakukan ibu mengatakan telah

dilakukan asuhan selama 5 hari pada anak M umur 1,3 tahun keadaannya

telah membaik. Pada pemeriksaan telah dilakukan semua rencana

tindakan dengan pemberian terapi secara mandiri oleh bidan, perawatan

di rumah, pendidikan kesehatan tentang asupan anak, kebersihan

lingkungan, pemenuhan cairan anak sudah terpenuhi dan anak dinyatakan

sembuh dapat di tandai pada pemeriksaan umum yaitu keadaan umum

baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital S : 36,80C,

N : 124x/menit, R :34x/menit. Keadaan anak sudah tidak batuk, pilek,

nafas tidak mengorok, dan aktifitas sudah aktif.Pada langkah ini tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA

sedang selama 5 hari dengan menerapkan managemen kebidanan varney

dapat diambil kesimpulan :

1. Tujuh langkah Varney :

a) Dari hasil pengkajian diperoleh An. M umur 1,3 tahun digolongkan

pada balita sakit dengan ISPA sedang. Data subyektif ibu

mengatakan An. M umur 1 tahun 3 bulan, batuk, pilek, demam sejak

2 hari yang lalu. Pada data obyektif keadaan umum cukup, kesadaran

composmentis, pemeriksaan suhu 37,90C, pernafasan 44x/menit,

pada hidung terdapat cairan jernih dan encer, pernafasan mengorok,

conjungtiva merah muda.

b) Dari hasil intepretasi didapatkan diagnosa kebidanan pada An. M

Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah

anak batuk, pilek, demam sejak 2hari yang lalu. Pada pemeriksaan

pernafasan lebih dari 40x/menit, suhu 37,90C, pada hidung terdapat

cairan encer, pernafasan seperti mengorok. Kebutuhan yang

diperlukan yaitu pendidikan kesehatan tentang perawatan anak dan

pemberian terapi Cotrimoksasol 3x 1 sendok teh/hari, Paracetamol

66

500 mg 3 x 1 /hari (puyer), Dexa 0,5 mg 3 x 1 / hari (puyer), GG 100

mg 3 x 1 / hari (puyer).

c) Diagnosa potensial pada kasus ISPA sedang yaitu ISPA berat, tapi

setelah dilakukan penanganan secara intensif dengan follow up maka

diagnosa potensial tidak terjadi.

d) Tindakan segera yang akan dilakukan yaitu pemberian terapi secara

mandiri oleh bidan.

e) Perencanaan telah sesuai dengan teori yaitu dengan pendidikan

kesehatan perawatan anak dan pemberian terapi obat Cotrimoksasol

3x 1 sendok teh/hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 /hari (puyer), Dexa

0,5 mg 3 x 1 / hari (puyer), GG 100 mg 3 x 1 / hari (puyer).

f) Pelaksanaan dapat dilakukan secara baik sesuai dengan rencana

tindakan yang telah disusun.

g) Evaluasi dilakukan selama 5 hari untuk mengetahui perkembangan

balita dan hasil pemeriksaan umum semua hasilnya baik.

2. Pada pengambilan kasus asuhan kebidanan balita sakit pada An. M umur

1,3 tahun dengan ISPA sedang, ada kesenjangan antara teori dengan

kasus yang dimasukkan pada tujuh langkah varney.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran yaitu :

1. Bagi Profesi

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita

dengan ISPA sedang, sehingga dapat memberikan informasi secara jelas

67

kepada masyarakat agar dapat mencegah terjadinya kegawatdaruratan

dan melakukan penilaian tumbuh kembang bayi balita secara rutin yang

bisa dilakukan di posyandu.

2. Bagi Institusi

1) PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo

Pelayanan yang diberikan PKD Ngudi Sehat Desa Joho sudah baik

diharapkan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan mutu

pelayanan dengan melengkapi alat serta dapat membuka PKD

selama 24 jam dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit

ISPA sedang.

2) Pendidikan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber

bacaan atau referensi untuk menaikan kualitas pendidikan kebidanan

khsusnya pada balita sakit dengan ISPA sedang.

3. Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan ibu balita mengetahui informasi tentang ISPA sedang

dan paham tentang pendidikan kesehatan yang telah diberikan oleh

bidan, sehingga jika ditemukan tanda bahaya segera dibawa ketenaga

kesehatan terdekat.