ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR · PDF fileHasil Studi Kasus : Pada anak M dengan...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR · PDF fileHasil Studi Kasus : Pada anak M dengan...
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKITPADA AN. M UMUR
1,3TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) SEDANGDI PKD NGUDISEHAT
DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir pendidikan
Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
Anisa Anjarsari
NIM B13003
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KaryaTulisIlmiah
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR
1,3 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT
DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO
Diajukanoleh :
Anisa Anjarsari
NIM B13003
Telah diperiksa dan disetujui
Pada Tanggal
Pembimbing
Yunia Renny Andhikatias,SST.,MPH
NIK.201188092
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR
1,3 TAHUN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT
DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO
KaryaTulisIlmiah
Disusunoleh :
Anisa Anjarsari
NIM B13003
Telah dipertahankan di depan DewanPenguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal
PENGUJI I
Wahyu Dwi A, SST., MPH
NIK. 2012286112
PENGUJI II
Yunia Renny A,SST.,MPH
NIK.201188092
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu pernyataan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M. Keb
NIK.201188093
iv
KATA PENGANTAR
Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya,sehinggapenulisdapatmenyelesaikan
KaryaTulisIlmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. M
Umur 1,3 Tahun Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang Di PKD Ngudi
Sehat Desa Joho Mojolaban
Sukoharjo”.KaryaTulisIlmiahinidisusundenganmaksuduntukmemenuhitugasakhir
sebagaisalahsatusyaratkelulusan Prodi DIII Kebidanan
STIKesKusumaHusadaSurakarta.
Penulismenyadaribahwatanpabantuandanpengarahandariberbagaipihak,
KaryaTulisIlmiahinitidak dapat diselesaikandenganbaik.
Olehkarenaitupenulismengucapkanterimakasihkepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Ketua Stikes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah,SST, M.Keb, Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST,. MPH, Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Pihak BAPPEDA Sukoharjo, Kepala Desa Joho dan Bidan Desa yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk melakukan pengambilan studi kasus di
PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo .
5. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta terimakasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Ny.F yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
Penulismenyadaribahwadalampenulisan KaryaTulisIlmiahinimasihjauh dari
sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi kemajuan KaryaTulisIlmiah
selanjutnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapatbermanfaatbagisemuapihak.
Surakarta, Juli 2016
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Anisa Anjarsari
B13003
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M UMUR
1,3 TAHUNDENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) SEDANG DI PKD NGUDI SEHAT
DESA JOHO MOJOLABAN SUKOHARJO
xiii + 67 halaman + 13 lampiran
INTISARI
LatarBelakang :ISPAadalah suatu penyakit yang dapat ditularkan melalui udara
dengan gejala awal seperti iritasi saluran hidung dan faring, bersin, nyeri otot,
keluar cairan hidung dan batuk. Di Jawa Tengah Angka Kematian Balita (AKBA)
merupakan jumlah kematian balita 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu satu tahun. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi
Sehat Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, pada periode
Oktober 2014 sampai dengan Oktober 2015 didapatkan data sebanyak 170 jumlah
kunjungan balita. Berdasarkan data tersebut, 141 balita menderita ISPA (82,94%).
Peran bidan untuk mengurangi Angka Kematian Balita dalam hal ini adalah
melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya
pada bayi dan anak sesuai dengan usia, melakukan pengobatan sesuai
kewenangan, kolaborasi atau merujuk.
Tujuan Studi Kasus :Melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit anak M
umur 1 tahun 3 bulan dengan ISPA sedang dengan menggunakan tujuh langkah
varney.
Metodologi Penelitian :Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu deskriptif yang berlokasi di PKD Desa Joho Mojolaban Sukoharjo
dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Pada anak M dengan ISPA Sedang setelah dilakukan asuhan
kebidanan selama 5 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik, KU, TTV, serta
memberikan terapi antibiotik. Didapatkan hasil pada waktu kunjungan rumah
keadaan anak baik, Ibu sudah memberikan makanan gizi seimbang dan menjaga
lingkungan.
Kesimpulan :Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, balita sakit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), sedang.
Kepustakaan : 20 literatur (tahun 2005 s/d 2015)
vii
MOTTO
1. Hiduplah dengan rasa bersyukur, dengan rasa selalu bersyukur membuatmu
tidak akan selalu mengeluh dan meratapi nasib, pada hakikatnya roda selalu
berputar kadang diatas kadang dibawah begitupun kehidupan.
2. Jangan pernah berhenti untuk selalu meminta restu kepada kedua orang tua,
dimanapun, kapanpun dan apapun yang dikerjakan utamakan dapat restu dari
orang tua.
3. Jangan malu untuk selalu minta maaf.
PERSEMBAHAN
Denganketulusanhati,
KaryaTulisIlmiahinisayapersembahkankepada :
1. Alloh SWT yang
selalumemberikanRahmatdanKaruniaNyasehing
gaterwujudKaryaTulisIlmiahini.
2. Ibudan Bapak tercinta yang
selalumemberikandukungan,
semangatdalamsetiaplangkah kaki inimenapak.
Doa yang
selaluterucapdalamsetiapsujudmudankasihsayan
g yang takakanpernahberujung.
3. Terimakasih kepada mbah kakung dan saudara-
saudara sepupuku dan adik tersayang yang telah
memberi semangat dan do’a.
4. Teman-temankutersayang (Ali, Nurlita, Atika,
Bolo Kurowo, Ayu, Putri,
Farida)terimakasihselamaini menjadi tempat
keluh kesahku.
5. Teman-temansatuangkatan yang selalusemangat
untuk sama-sama berjuang.
Nama
Tempat / tanggallahir
Agama
JenisKelamin
Alamat
RiwayatPendidikan
1. SD N Joho 1, Sukoharjo
2. SMP Islam AL-HADI, Sukoharjo
3. SMA N 1 Mojolaban, Sukoharjo
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
viii
6. Semuapihak yang
telahmembantumenyelesaikantugasini.
CURRICULUM VITAE
: ANISA ANJARSARI
Tempat / tanggallahir : Sukoharjo, 02 Mei 1995
: Islam
: Perempuan
: Canden RT 01 RW 08 Joho Mojolaban Sukoharjo
Sukoharjo LULUS TAHUN 2007
HADI, Sukoharjo LULUS TAHUN 2010
SMA N 1 Mojolaban, Sukoharjo LULUS TAHUN 2013
bidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013/2014
Semuapihak yang
menyelesaikantugasini.
Canden RT 01 RW 08 Joho Mojolaban Sukoharjo
LULUS TAHUN 2007
LULUS TAHUN 2010
LULUS TAHUN 2013
Angkatan Tahun 2013/2014
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................... 10
1. Balita ..................................................................................... 10
2. ISPA ....................................................................................... 14
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 22
C. Landasan Hukum........................................................................... 35
BABIII METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................... 36
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................ 36
C. Subjek Studi Kasus........................................................................ 37
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 37
x
E. Instrumen Studi Kasus .................................................................. 37
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................. 40
H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 40
BAB IV STUDI KASUS
A. TinjauanKasus………………………………………………….. 41
B. Pembahasan……………………………………………………... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………... 65
B. Saran……………………………………………………………. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. JadwalPenyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. SuratPermohonanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 3. SuratBalasanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 4. SuratPemohonanIjinPenggunaanLahan
Lampiran 5. SuratBalasanIjinPenggunaanLahan
Lampiran 6. SuratPermohonanmenjadi Respnden
Lampiran 7. SuratPersetujuanMenjadi Responden (Informed Concent)
Lampiran 8. LembarObservasi
Lampiran 9. SatuanAcaraPenyuluhan
Lampiran 10. Leaflet
Lampiran 11. Dokumentasi studi kasus
Lampiran 12. LembarKonsultasi KaryaTulisIlmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.Hampir empat juta orang
meninggal setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-
anak, dan orang lanjut usia, terutama di Negara dengan pendapatan perkapita
rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab
utama rawat jalan dan rawat inap di pelayanan kesehatan terutama pada
bagian perawatan anak (WHO, 2008)
ISPA adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang dapat ditularkan
melalui udara banyak diderita pada oleh bayi dan anak-anak, pada usia 3
bulan sampai 3 tahun. Gejala awal adalah kekeringan dan iritasi saluran
hidung dan faring, diikuti bersin, sensasi dingin, nyeri otot, keluar cairan
hidung, dan kadang-kadang batuk (Rahmawati, 2012).Penyakit ISPA yang
tidak segera ditangani dapat berakibat terjadinya pneumonia
(Irianto, 2015).
Kasus ISPA di Indonesia menjadi salah satu penyakit yang ditularkan
melalui udara. Insiden dan prevalensi ISPA di Indonesia adala 1,8% dan
4,5%. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur
(41,7%), Papua (31.1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan
Jawa Timur (28,3%).
2
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada anak
umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-
laki dan perempuan (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, Angka
Kematian Balita sebesar 23,14 per 1.000 kelahiran hidup, pada akhir tahun
2009 angka kematian balita dengan ISPA mencapai 3 per 1.000 balita
(Profil Jateng, 2009)
Menurut DINKES Provinsi Jateng (2012), AKBA Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 11,85 per 1.000 kelahiran hidup, meningkat
dibandingkan tahun 2011 sebesar 11,50 per 1.000 kelahiran hidup.
Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23 per 1.000 kelahiran
hidup.Masalah utama yang menyebabkan AKBA adalah Diare dan
Pneumonia.
Peran bidan untuk mengurangi Angka Kematian Balita dalam hal ini
adalah melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-
bahaya pada bayi dan anak sesuai dengan usia, melaksanakan pemberian
immunisasi pada bayi dan anak, mengumpulkan data tentang riwayat
kesehatan pada bayi dan anak yang berfokus pada gejala, melakukan
pemeriksaan fisik, mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan
pemeriksaan fisik, melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi
atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak,
menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang dilakukan.
3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi Sehat Desa
Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, pada periode Oktober
2014 sampai dengan Oktober 2015 didapatkan data sebanyak 170 jumlah
kunjungan balita. Berdasarkan data tersebut, 2 balita menderita gatal (1,17%),
3 balita menderita stomatitis(1,76%), 4 balita menderita luka (2,35%), 20
balita menderita diare (11,76%), 141 balita menderita ISPA (82,94%).
Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang ISPA dengan judul “ Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada
Anak M Umur 1,3 Tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah sebagai
berikut : “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan balita sakit pada
Anak M Umur 1,3 Tahundengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tujuan umum
dan tujuan khusus, yaitu :
4
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit anak M
umur 1,3 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang
dengan menggunakan tujuh langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada anak M umur
1,3 tahun dengan ISPA sedang.
2) Mengintepretasikan data meliputi diagnosa kebidanan, masalah,
kebutuhan pada kasus balita sakit pada anak M umur 1,3 tahun
dengan ISPA sedang.
3) Menentukan diagnosa atau masalah potensial balita sakit pada
anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera balita sakit
pada anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang
5) Merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak M umur
1,3 tahun dengan ISPA sedang.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak
M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.
7) Mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanan balita sakit pada
anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.
5
b. Mengidentifikasi antara kesenjangan teori dan praktik dalam
melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak M umur 1,3
tahun dengan ISPA sedang
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan
anak M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis dalam melakukan
manajemen asuhan kebidanan balita sakit dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) sedang.
2. Bagi Profesi
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang dan menekan angka
kesakitan maupun angka kematian.
3. Bagi Institusi dan Instansi
a. Institusi
Menambah bahan bacaan atau referensi khusus dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang.
6
b. Instansi
Memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan program
pelayanan kebidanan khususnya tentang balita dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sedang.
E. Keaslian Studi Kasus.
Studi kasus tentang anak dengan ISPA pernah dilakukan oleh :
1. Saputri (2013), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada An. A Umur 4 Bulan
dengan ISPA sedang di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Penelitian ini
menggunakan metode observasional deskriptif.
Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA pada
anak. Dalam penatalaksanaan asuhan yang diberikan secara kolaborasi
dengan dokteruntuk pemberian terapi cetrizine 250 mg, ambroxol 250
mg, metal prednisolon 75 mg, amoxcillin 250 mg, vit C. Semua obat
tersebut ada 4 tablet, obat - obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12
bungkus diminum 3 x 1 per hari, memberi infuse RL 6 tetes per menit.
Setelah di berikan asuhan selama tiga hari di dapat hasil An.A tidak
rewel, dan anak dalam kondisi sehat.
2. Anissa (2014), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan pada An. A Umur 1,5
7
Tahundengan ISPA sedang di Puskesmas Kedawung II Sragen”.
Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif.
Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA pada
anak. Dalam penatalaksanaan asuhan yang diberikan secara kolaborasi
dengan dokter spesialis anak untuk memberikan terapi meliputi:
contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol 500 mg, CTM 4 mg, Dexa
0,5 mg, GG 100 mg. semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut
dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3 x 1 per hari. Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari adalah pasien An. A umur 1,5
tahun tertangani dengan baik dan diagnose potensial tidak terjadi.
3. Wulandari (2014), dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita
Pada An. M Umur 3 Tahun dengan ISPA Sedang di RSUD Banyudono
Kabupaten Boyolali”. Penulisan ini menggunakan metode observasional
deskriptif. Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen
ISPA pada anak. Dalam penatalaksanaan memberikan asuhan pada anak
dengan berkolaborasi dengan Dokter Sp.A untuk memberikan terapi
yaitu Diazepam 1mg/8 jam (secara IV) sebagai penenang jika terjadi
kejang, bila demam paracetamol (125 mg/5ml) 3x 1-2 sendok takar (5-10
ml) /8 jam, gliceryl guaiacolate (obat batuk) 100 mg 3 tablet, CTM 40mg
3 tablet, amoxicillin 500 mg 3 tablet menjadi 9 puyer / 3x sehari /8 jam,
8
injeksi Cefotaxim 150mg/ 8 jam (secara IV), terpasang infuse RL 25 tpm
mikro.
Persamaan studi kasus dengan keaslian diatas terletak pada jenis berupa
studi kasus dan tentang ISPA sedang, perbedaan studi kasus dengan
keaslian terletak pada subyek, waktu dan lokasi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Definisi
Menurut Septiari (2012), anak balita adalah anak yang
menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih populer dengan pengertian
usia anak di bawah 5 tahun.
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita)
dan anak prasekolah (3-5 tahun) (Sutomo & Anggraeni, 2010).
b. Karakteristik
Menurut Septiari (2012), karakteristik balita dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Anak usia 1-3 tahun
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif misalnya
anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua.
Laju pertumbuhan lebih besar dibandingkan anak prasekolah,
sehingga diperlukan makanan yang relative besar.Tetapi perut
yang masih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar.Oleh karena itu pola makan yang diberikan
sedikit tapi sering.
11
2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Anak prasekolah menjadi konsumen yang aktif.Mereka
sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini
mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah. Pada fase
anak mencapai fase gemar memprotes.Pada masa ini anak
cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas mulai
banyak, dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
c. Tahapan Tumbuh Kembang Balita
Menurut Soetjiningsih (2013), pertumbuhan anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan struktur organ-organ tubuh
dan otak. Perkembangan anak dinilai dari bertambahnya kemampuan
(skill).
Menurut Whaley dan Wong dikutip Maryunami (2010),
pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel
tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat
seluruh bagian tubuh. Perkembangan menitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran.
Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012), tahapan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin dalam
kandungan ), terdiri atas :
12
a. Masa zigot: sejak konsepsi sampai umur kehamilan dua
minggu.
b. Masa embrio: umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu.
c. Masa janin: umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode, yaitu :
1) Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan sembilan
minggu sampai trimester II kehamilan.
2) Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan.
2. Masa bayi (umur 0-12 bulan) terdiri atas:
a. Masa neonatal usia 0-28 hari,
1) Neonatal dini (perinatal): 0-7 hari
2) Neonatal lanjut: 8-28 hari
b. Masa post neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan, terbagi
atas:
1) Masa bayi dini (1-2 bulan),
2) Masa bayi akhir (1-2 tahun)
3. Masa balita dan prasekolah usia 1-6 tahun
a. Masa balita: mulai 12-60 bulan.
b. Prasekolah: mulai 60-72 bulan.
d. Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang
Menurut Nursalam dkk (2013), tumbuh dan kembang seorang
anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor
13
genetik, herediter, konstitusi dan faktor lingkungan.Agar faktor
lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh
kembang anak, maka perlu kebutuhan dasar tertentu.Kebutuhan
dasar ini dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu asuh (kebutuhan
fisik), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asah (kebutuhan
stimulasi).
1) Kebutuhan Asuh (kebutuhan fisik)
Yang termasuh kebutuhan asuh adalah :
a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang.
b) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi, kontrol ke
puskesmas atau posyandu secara berkala, diperiksakan
segera bila sakit).
c) Pakaian (bersih dan nyaman).
d) Perumahan (sehat, cukup ventilasi, terjaga kebersihan dan
kerapiannya).
e) Hygene diri dan lingkungan.
f) Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)
2) Kebutuhan Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Yang termasuk kebutuhan asih adalah :
a) Kasih sayang orang tua
b) Rasa aman
c) Harga diri (setiap anak ingin diakui keberadaannya)
d) Dukungan atau dorongan
14
e) Mandiri
f) Rasa memiliki
g) Kebutuhan akan sukses, serta mendapatkan kesempatan dan
pengalaman.
3) Kebutuhan Asah (kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak
yang berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi. Stimulasi
ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, kemudian lahir
dengan cara menyusui bayi pada ibunya sedini mungkin.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Istilah lain dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections
(ARI), yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang bagian dari
saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah). (Irianto, 2015).
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah.
15
b. Etiologi
Menurut Rahmawati (2012), etiologi ISPA adalah virus.
Infeksi yang disebabkan oleh virus, terutama respiratory synctial
virus (RSV). Virus penyebabnya antara lain Chlamydia trachomatis,
mycoplasma, pneumococci, dan yang paling sering menjadi
penyebab ISPA adalah Haemophilus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Diameter saluran pernafasan yang terlalu
kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan
peningkatan produksi sekresi. Biasanya virus tersebut menyerang
anak-anak di umur 3-6 bulan pada waktu ini hilangnya antibodi
keibuan dan produksi antibodi bayi itu sendiri dan sisa infeksi
berkelanjutan pada anak di bawah umur 5 tahun.Kemampuan untuk
menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak
faktor.Kekurangan system kekebalan pada anak beresiko
terinfeksi.kondisi lain yang mengurangi daya tahan adalah
malnutrisi, anemia, dan kelelahan. Peralihan musim kemarau ke
musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
c. Patofisiologi
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan.Adanya penyebaran bibit penyakit di udara umumnya
berbentuk aerosol. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit
16
tersebut ada 2, yaitu: droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
di udara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di
udara).
Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada waktu
batuk dan bersin-bersin.Penularan juga melalui kontak langsung dari
benda-benda yang sudah dicemari jasad renik. Selain itu factor
lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, ventilasi berguna untuk penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara dari ruang tertutup. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya udara yang masuk sehingga menyebabkan
kelembaban dan menjadi pencemar di dalam rumah yang
memudahkan penularan.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISPA dapat di bagi menjadi 3 antara lain :
1) Gejala ISPA ringan
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (pada waktu bicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5oC.
17
2) Gejala ISPA sedang
a) Pernafasan cepat, umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas
60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40
kali permenit atau lebih untuk umur 12 bulan - < 5 bulan
b) Suhu tubuh lebih dari 39oC
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3) Gejala ISPA berat
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak nampak
gelisah
d) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
ISPA pada umumnya adalah infeksi bakteri pada berbagai
area dalam saluran pernafasan, termasuk hidung, telinga
tengah, pharynx, larynx, trachea, brochi dan paru. Gejalanya
dapat bervariasi, antara lain meliputi (WHO, 2009) :
18
(1) Batuk
(2) Sesak nafas
(3) Tenggorokan kering
(4) Hidung tersumbat
e. Faktor Resiko Terjadi ISPA
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah usia
anak yang lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
ISPA lebih besar dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. Daya tahan tubuh yang
baik dipengaruhi oleh anak yang status imunisasinya lengkap akan
mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada anak yang status
imunisasinya tidak lengkap. Timbulnya penyakit ISPA juga
dipengaruhi faktor lingkungan yang udaranya tidak baik seperti
polusi udaradi kota-kota besar dan asap rokok.
f. Pencegahan Balita ISPA
Tingkat pencegahan ISPA secara umum yaitu :
1) Pencegahan tingkat pertama yaitu, mengurangi/menghindari
perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan atau
masyarakat seperti membuang ludah ke sembarang tempat dan
berusaha menutup mulut saat batuk, lingkungan fisik seperti
ventilasi pencerahan dan pencemaran udara di dalam ruangan,
19
menjaga keadaan gizi, imunisasi, olahraga dan istirahat agar
tetap baik.
2) Pencegahan tingkat kedua yaitu, penanggulangan ISPA
dilakukan dengan pengobatan sedini mungkin. Upaya
pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA
yaitu :
(a) Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit
(b) Pneumonia : di beri antibiotik (ampisilin, amoksilin atau
penisilin prokain).
(c) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotic.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain, bila
demam berikan parasetamol, apabila batuk, pilek, pada
tenggorokan ada bercak nanah disertai pembesaran pada
kelenjar getah bening dileher, dianggap radang tenggorokan
oleh kuman streptokokus dan harus diberi antibiotic
(penisilin) selama 10 hari.
3) Pencegahan tingkat ketiga yaitu, penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.
20
(a) Bukan pneumonia, perhatikan jika timbul gejala pneumonia
seperti nafas menjadi sesak, nafas cepat, anak tidak mampu
minum, sakit lebih parah.
(b) Pneumonia, perhatikan agar tidak menjadi pneumonia berat
seperti nasehati ibu untuk lakukan tindakan perawatan di
rumah, beri antibiotic selama 5 hari, anjurkan ibu untuk
kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak
memburuk, bila ada demam segera obati.
(c) Pneumonia berat, bila terdapat tanda-tanda bahaya maka
segera rujuk dan bawa penderita pneumonia berat segera ke
rumah sakit agar penyakit tidak bertambah beratdan
menimbulkan kematian.
g. Rencana Penanganan ISPA
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah pasien, tapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien tersebut, apakah
kebutuhan konseling, penyuluhan, dan apakah pasien perlu dirujuk.
Pada langkah ini merumuskan rencan asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama kemudian membuat kesepakatan untuk
melaksanakannya (Walyani, 2015).
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada
kasus ini adalah sebagai berikut :
1) Lakukan penimbangan BB dan TB.
21
2) Berikan terapi obat batuk.
Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat
antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional
(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin.
3) Berikan obat penurun panas.
Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak
yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,
ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan
dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari
maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk
tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6
jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).
4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada
anaknya.
5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
6) Anjurkan anak istirahat yang cukup.
7) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.
22
8) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi
anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan
(Wulandari, 2011).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses menyelesaikan masalah
klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah
telah berakar di awal tahun 1970 an. Proses ini dijelaskan sebagai
perilaku yang diharapkan praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan
buah dari proses pikir dan tindakan yang diambil (Varney, 2007).
2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2004)
Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan terdiri atas tujuh
langkah yang berurutan, yang secara periodik disempurnakan. Proses ini
dimulai dari pengumpulan data hingga evaluasi. Tujuh langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap berdasarkan sumber yang berkaitan
dengan pasien. Langkah ini meliputi :
1) Identitas
Identitas pasien adalah bagian yang paling penting dalam anamnesis,
yang diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar
23
anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain
(Matondang, 2013).
a) Nama
Diperlukan nama pasien yang harus jelas dengan lengkap, nama
depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama
panggilan akrabnya.
b) Umur
Perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasannya
sendiri dalam morbiditas dan mortalitas.Usia anak juga
diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan
klinis anak tersebut normal sesuai umumnya.
c) Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk
penilaian data pemeriksaan klinis.
d) Nama orang tua
Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain
mengingat banyak nama yang sama.
e) Agama dan suku bangsa
Data yang berhubungan kebiasaan, keprcayaan, dan tradisi dapat
menunjang namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup
sehat.
f) Alamat
Alamat diperlukan agar sewaktu-waktu dihubungi, tempat tinggal
pasien harus jelas dan lengkap.
24
2) Data Subyektif
Data subyektif merupakan data yang menggambarkan
pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa
(Walyani, 2015).
a) Keluhan utama
Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat
(Matondang, 2013).Pada ISPA sedang bisa berupa batuk pilek
disertai nafas cepat, pernafasan mengorok (mendengkur),
tenggorokan merah (Nurijal, 2009).
b) Riwayatkesehatan
(1) Imunisasi
Status imunisasi pasien dinyatakan, khususnya imunisasi
BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Hal tersebut
selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan
pediatric yang diperoleh juga membantu diagnosis pada
beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2013). Pada kasus
ini balita sudah melakukan imunisasi secara teratur.
(2) Riwayat penyakit lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah
diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney,
2007).Pada kasus ini balita tidak mempunyai riwayat
penyakit lalu.
(3) Riwayat penyakit sekarang
25
Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney,
2007).Pada kasus ini balita sedang mengalami batuk, pilek,
sesak nafas, pernafasan berbunyi mengorok.
(4) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-
ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.Berbagai
penyakit bawaan atau keturunan seperti terdapat riwayat
hipertensi, riwayat kembar, dan penyakit TBC, Hepatitis,
Jantung dan lain-lain (Matondang, 2013).
(5) Riwayat sosial
(a) Siapa yang mengasuh balita.
(b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu
dengan ibu, ayah serta anggota keluarga yang lain.
(c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar
rumah. Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya
masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa
masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitive, hingga
diperlukan kebijakan kearifan tersendiri dalam
pendekatannya (Matondang, 2013).
c) Riwayat kebiasaan sehari-hari.
(1) Pola Nutrisi
Dikaji untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya yang meliputi pola makan dan
minum, fekuensi, banyaknya, jenis makanannya
(Sulistyawati,2009). Menurut Maryunani (2010), pada
26
umumnya pasien ISPA cenderung nafsu makannya
berkurang.
(2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar berapa kali dalam sehari serta kebiasaan buang air
kecil berapa kali dalam sehari (Ambarwati,2010).Pada
umumnya pasien ISPA pola eliminasinya tidak ada
gangguan (Ngastiyah, 2005).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur (Ambarwati,2010).Pada umumnya pasien ISPA
pola istirahat berkurang karena anak sering rewel dan
gelisah (Ngastiyah, 2005).
3) Data Objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk menglengkapi data kita
dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian
data objektif yang menggambarkan pendoku-mentasian hasil analisa
dan fisik klien dan pemeriksaan penunjang lain (Walyani, 2015).
Langkah pemeriksaannya sebagai berikut :
a) Pemeriksaan umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui dat ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan dapat
di kriteriakan keadaan pasien baik (respon pasien yang baik)
atau lemah (respon pasien kurang baik)
27
(Sulistyawati,2009).Pada pasien ISPA keadaan umum
pernafasan lemah lemah dan gerakan kurang aktif
(Maryunani, 2010).
(2) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadarandan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tinggkat
kesadaran yaitu Composmentis (normal), apatis (acuh tak
aacuh), delirium (gelisah), somnolen (kesadaran menurun),
stupor (keadaan seperti tidur lelap), coma (tidak bisa
merespon) (Astuti,2012).Pada ISPA sedang tingkat
kesadaran Composmentis (Matondang, 2013).
(3) Vital Sign
Menurut Astuti (2012), penilaian vital sign meliputi, suhu,
nadi, pernafasan dan tekanan darah. Pada umumnya pasien
ISPA sedang suhu tubuhnya mengalami peningkatan diatas
37,50C, nadi cepat diatas 120 kali/menit (Ngastiyah, 2005).
b) Pemeriksaan fisik
(1) Inspeksi meliputi :
Rambut : Melakukan inspeksi rambut untuk
mengetahui apa warna rambut, kebersihan
rambut, rambut mudah rontok atau tidak
(Sulistyawati,2009).
Muka : Untuk mengetahui keadaan muka oedema
atau tidak, muka pucat atau tidak
(Astuti,2012).Anak yang menderita ISPA
28
biasanya muka terlihat pucat (Ngastiyah,
2005).
Mata : Untuk memeriksa konjungtiva dan sklera.
Pemeriksaan konjungtiva dan sklera untuk
memperkirakan adanya anemia dan ikterus
(Walyani,2015).
Hidung : Untuk mengetahui keadaan hidung bersih
atau tidak, adakah polip atau tidak, apa
alergi debu atau tidak
(Sulistyawati,2009).Anak yang menderita
ISPA sedang biasanya ada secret yang
keluar dari hidung (Ngastiyah, 2005).
Mulut/gigi : Untuk mengetahui adanya karies atau tidak,
adanya tonsilitas atau faringitas. Hal tersebut
merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015).
Menurut Ngastiyah (2005), anak yang
menderita ISPA biasanya bibirnya terlihat
pucat dan tenggorokan merah.
Dada : Untuk mengetahui adakah retraksi dan
simetris atau tidak (Sulistyawati, 2009).
Pada kasus ISPA sedang umumnya tidak ada
tarikan dinding dada.
(2) Palpasi
Leher :Untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar limfe atau tidak dan untuk
29
mengetahui parotitis (Sulistyawati, 2009).
Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada luka bekas
operasi atau tidak, adanya pembesaran perut
atau tidak (Astuti, 2012).
Ekstremitas : Untuk mengetahui bentuk, untuk mengetahui
adanya varices dan oedema ataupun refek
patella (Sulistyawati, 2009).
(3) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Matondang (2013), pemeriksaan antropometri
meliputi :
Berat Badan : Untuk menunjukan status nutrisi sesaat.
Anak yang menderita ISPA biasanya
mengalami tidak nafsu makan sehingga
terjadi penurunan berat badan
(Ngastiyah, 2005).
Tinggi Badan : Untuk mengetahui pertumbuhan fisik
anak, tinggi badan relative normal
sesuai dengan usia anak tidak
mengalami perubahan (Ngastiyah,
2005).
Lingkar Dada : Untuk mengetahui keterlamabatan
pertumbuhan.
Lingkar Kepala : Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan
untuk mengetahui pertumbuhan otak
(Ngastiyah, 2005).
30
(4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium
dalam arti luas adalah setiap pemeriksaan yang dilakukan
diluar pemeriksaan fisik (Matondang, 2013).Pemeriksaan
penunjang rutin meliputi, darah (Hb, leukosit, trombosit),
urine, feses (Varney, 2007).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan
menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien (Ambarwati, 2010).
Contoh :
An. X Umur Y Tahun dengan ISPA Sedang
Data subyektif :
1) Ibu mengatakan umur anak …… tahun
2) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, demam (Nurijal, 2009)
Data obyektif :
a) Tanda-tanda vital, yaitu suhu tubuhnya diatas 37,50C, nadi cepat
diatas 120x/menit, respirasi cepat diatas 40x/menit (Ngastiyah,
2005).
b) Ditemukan secret dihidung.
31
c) Gerakan kurang aktif, rewel, muka pucat, nafas terengah-engah,
tenggorokan merah (Maryunani, 2010).
c. Langkah III : DiagnosisPotensial
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi pencegahan bila memungkinan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuahan
yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2009). Diagnosis yang
muncul adalah potensial terjadinya ISPA berat.
d. Langkah IV : TindakanSegera
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lainnya (Walyani, 2015).
Langkah yang perlu dilakukan jika diagnose potensial muncul
antara lain :
1) Pemberian Cairan tergantung keadaan pasien.
2) Pemberian terapi secara mandiri untuk obat demam, dan batuk.
e. Langkah V : Rencana
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah pasien, tapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap pasien tersebut, apakah kebuuhan konseling,
penyuluhan, dan apakah pasien perlu dirujuk. Pada langkah ini
merumuskan rencan asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama kemudian membuat kesepakatan untuk melaksanakannya
(Walyani, 2015).
32
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada kasus
ini adalah sebagai berikut :
1) Lakukan penimbangan BB dan TB.
2) Berikan terapi obat batuk.
3) Berikan obat penurun panas.
4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada
anaknya.
5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
6) Anjurkan anak istirahat yang cukup.
7) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.
8) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi
anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan
(Wulandari, 2011).
f. Langkah VI: Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah
dibuat dapat dilaksanakan secar efisien seluruhnya (Walyani, 2015).
Menurut Wildan& Hidayat (2008), dalam melaksanakan rencana
asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai rencana yang sudah
ditentukan. Pencatatan dalam pelaksanaan juga termasuk penanganan
kasus-kasus yang memerlukan tindakan di luar wewenang bidan sehingga
perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan.Selain itu, pengawasan
dan monitor kemajuan kesehatan pasien juga perlu dicatat.
33
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah pelaksanaan pada kasus ini
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan penimbangan BB dan TB.
2) Memberikan terapi obat batuk.
Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat
antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional
(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin.
3) Memberikan obat penurun panas.
Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak
yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,
ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan
dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari
maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk
tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6
jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).
4) Mengnjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup
pada anaknya.
5) Menganjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
6) Menganjurkan anak istirahat yang cukup.
34
7) Menganjurkan untuk minum obat tepat waktu.
8) Menganjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis
tetapi anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada
keluhan (Wulandari, 2011).
g. Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang di
berikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan (Ambarwati, 2010).
Evaluasi yang akan dicapai :
1) Ibu telah memberikan perawatan dirumah.
2) Demam telah diobati dengan Paracetamol, Ibuprofen, atau Asetosal
(Nasir, 2009).
3) Batuk telah diobati dengan obat tradisional (Jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh) atau obat batuk
Kodein, Dekstrometrofan dan Antihistamin (Banyuamin, 2012).
4) Anak atau balita sudah dalam kondisi sehat.
Evaluasi diikuti dengan catatan perkembangan dengan metode SOAP
yaitu :
S :Subjektif
Meliputi langkah pertama, dari Varney, yaitu data yang merupakan
segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.
O :Objektif
35
Meliputi langkah pertama dari varney, yaitu data yang
diobservasikan dari hasil pemeriksaan oleh bidan atau tenaga
kesehatan lain.
A :Asessment atau Analisa
Meliputi langkah kedua, ketiga dan keempat dari Varney, yaitu
merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif.
P :Plan atau Perencanaan
Meliputi langkah kelima, keenam, dan ketujuh dari Varney, yaitu
merupakan rencana akan dilakukan berdasarkan analisis
pelaksanaan dan evaluasinya.
C. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan
atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap hukum (mal
praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB,
landasan hukum yang digunakan :
1. Pemenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan. Terutama :
a. pasal 9 b : Bidan dalam menjalakan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan anak.
b. pasal 11 (1) : pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
36
balita, dan anak pra sekolah.
c. Pasal 11 (2) d : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk
pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
d. pasal 11 (2) e : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah.
e. Pasal 11 (2) f : bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk
pemberian konseling dan penyuluhan.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional deskriptif merupakan
cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencapai perubahan atau hal-hal yang
akan diteliti yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu,
umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status, perkawinan, cara
hidup, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, rancangan ini mendeskripsikan
seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2010).
Pada studi kasus ini menggambarkan Asuhan Kebidanan Balita Sakit
pada Anak M Umur 1,3 tahun dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) sedang di PKD Ngudi Sehat Desa Joho Kabupaten Sukoharjo
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan rencana tentang lokasi yang dilakukan
oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat,
2014).Lokasi pengambilan kasus dilaksanakan di PKD Ngudi Sehat Desa
Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
37
C. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian sebagai informasi, yang artinya pada latar
penelitian yang memanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010).Subyek pada studi kasus ini
yaitu Balita Sakit anak M dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Sedang.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu yang diperlukan oleh peneliti sering kali memerlukan waktu
yang lebih dari yang telah ditentukan (Nursalam, 2013). Studi kasus ini
dilaksanakan pada bulan 17 April – 22 April 2016
E. Instrumen Studi Kasus
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
(Machfoedz, 2008).Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data
adalah dengan format asuhan kebidanan pada balita sakit menurut Varney
meliputi pengkajian, intepretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan
segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1. Data Primer
Data primer disebut juga data tangan pertama.Data primer
diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambil data langsung pada subyek sebagai
sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
38
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung
rambut sampai dengan ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan
tertentu (Matondang, 2013).
Beberapa teknik yang digunakan dalam pengkajian atau pemeriksaan
fisik adalah sebagai berikut :
1) Inspeksi
Suatu proses observasi dengan menggunakan mata. Pada
kasus An. M umur 1,3 tahun balita sakit dengan ISPA sedang di
PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo. Inspeksi
dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan sentuhan atau rabaan dengan telapak tangan dan
jari tangan.Pada kasus ini palpasi dilakukan untuk mengetahui
tidak ada pembesaran limfe pada leher dan suhu tubuh anak
teraba hangat.
3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
langsung mengetukan ujung jari 2 atau 3 langsung pada daerah
yang diperkusi. Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui
perbedaan suara ketuk.Pada kasus ini pemeriksaan perkusi
39
dilakukan untuk mengetahui apakah anak mengalami perut
kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
alat, seperti stetoskop.Pada kasus ini dilakukan dengan stetoskop
untuk mendengarkan suara denyut jantung dan memeriksa
adanya suara tarikan dinding dada atau ronchi.
b. Wawancara
Menurut Hidayat (2007), wawancara merupakan metode
mengumpulkan data dengan cara mewawancarai langsung responden
yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Pada
kasus ini dilakukan tanya jawab dengan ibu anak yaitu Ny. F.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Hidayat, 2014). Pada studi kasus ini dilakukan pengamatan
(observasi) dengan pemeriksaan keadaan umum, dan vital sign yang
dilakukan saat pertama kali periksa, kunjungan rumah hari ketiga
dan kunjungan rumah hari kelima.
2. Data Sekunder
Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data
yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti
40
dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data
laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011).Pada kasus ini diperoleh data
sekunder dari buku KIA anak beserta data anak sakit pada buku
dokumentasi PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
1. Pemeriksaan :
a. Thermometer
b. Stetoskop
c. Jam tangan
d. Senter
e. Metline
f. Timbangan
g. Pengukur tinggi badan
2. Wawancara :
a. Format asuhan kebidanan
b. Buku MTBS
c. Bolpoint
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini merupakan rencana tentang jadwal yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya
(Hidayat, 2014). Jadwal terlampir.
41
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
Tempat : PKD Ngudi Sehat
Tanggal : 17 April 2016
Pukul : 09.00 WIB
I. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
1) Nama : An. M
2) Umur : 1,3 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Anak Ke : 1
b. Identitas Ibu Identitas Ayah
1) Nama : Ny.F Nama : Tn. K
2) Umur : 27 tahun Umur : 27 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Pendidikan : S1 Pendidikan : D3
5) Pekerjaan : Guru TK Pekerjaan : Swasta
6) Alamat : Canden Rt 01 Rw 08 Joho Mojolaban Sukoharjo
42
2. Anamnesa (Data Subyektif)
a. Alasan datang ke PKD : Ibu mengatakan ingin memeriksakan
anaknya yang sejak 2 hari yang lalu batuk, pilek, rewel, demam dan
mengatakan anaknya belum diberi obat apapun.
b. Riwayat kesehatan
1) Ibu mengatakan bayinya sudah mendapatkan imunisasi lengkap
dari HB 0 sampai dengan campak.
2) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya mempunyai alergi dengan obat anti
nyamuk merk tertentu.
3) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, demam, rewel dan susah
makan sejak 2 hari yang lalu tanggal 15 April 2016.
4) Riwayat penyakit keluarga atau menurun
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun pihak suaminya
tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma,
jantung, ginjal, hepatitis, DM, dan penyakit menular seperti
TBC dan pneumonia.
c. Riwayat sosial
1) Yang mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh sendri anaknya dibantu dengan
suami dan keluarganya.
43
2) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat
baik.
3) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak
rumah berdekatan dengan rumah lain.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
a) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan anaknya minum ASI sejak lahir dan
makanan pendamping bayi sudah makan nasi dan sayur-
sayuran.
b) Makanan yang tidak disukai
Ibu mengatakan bayinya tidak suka dengan susu formula.
c) Pola makan yang digunakan
(1) Pagi jam 06.00 WIB
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI
dan makan dengan porsi 1 mangkok
bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI
tetapi susah makan dengan porsi
setengah mangkok, jenis nasi dan
sayur.
44
(2) Siang jam 12.00 WIB
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI
dan makan dengan porsi 1 mangkok
bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI
tetapi susah makan dengan porsi
setengah mangkok, jenis nasi dan
sayur.
(3) Malam jam 17.00 WIB
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya minum ASI
dan makan dengan porsi 1 mangkok
bayi, jenis makanan nasi, sayur, lauk.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya minum
ASI saja dengan makan biscuit
kesukaannya.
2) Istirahat / tidur
a) Tidur siang
(1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur 2x disiang hari, tidur
pertama pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB dan tidur kedua
pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB.
45
(2) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya susah tidur karena rewel dan
pola tidur anak tidak menentu hanya 1 – 2 jam sehari.
b) Tidur malam
(1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur pukul 19.30 WIB –
04.30 WIB.
(2) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya tidur sekitar pukul 20.30 WIB
– 04.00 WIB dan ditengah malam terbangun karena
tidurnya tidak nyaman.
3) Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali
sehari dengan menggunakan air hangat,
ganti baju sewaktu-waku ketika baju kotor
terkena kencing, berak atau keringat dan
selesai mandi.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tetap dimandikan
apabila pagi tidak terlalu pagi dan sore
tidak larut sore dengan menggunakan air
hangat.
46
4) Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria
serta merespon jika dipanggil.
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif dan
lemah, sering menangis, kurang merespon
jika di panggil dan hanya mau digendong
saja.
5) Eliminasi
Sebelum sakit
a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 5 - 6x
sehari berwarna kuning.
b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 2x sehari
konsistensi lembek.
Selama sakit
a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 4 – 5x
sehari, berwarna kuning.
b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1x
sehari,kosistensi lunak.
3. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
a. Status Generalis
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : Composmentis
47
3) TTV : R : 44x/menit, S : 37,90C,
N : 108x/menit
4) BB/TB : 8, 6 kg/ tidak dilakukan
5) LK/LLA : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Kepala : Bersih, rambut warna hitam, tidak mudah
rontok.
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyriod dan limfe.
3) Kulit :Kulit terasa hangat, timbul bercak-bercak karena
alergi obat anti nyamuk, turgor kulit mudah
kembali.
4) Muka : Bersih, tidak oedema, agak pucat.
5) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna
merah muda, sclera berwarna putih dan bersih.
6) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada benjolan dan tidak
ada cairan yang keluar.
7) Hidung : Hidung simetris, kotor, terdapat cairan atau
lendir berwarna jernih dan encer kulit hidung
bagian luar tampak kemerahan.
8) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada
stomatitis, gusi tidak bengkak atau berdarah,
gigi tumbuh 4 gigi bersih dan tidak caries.
48
9) Dada : Ada tarikan dinding dada waktu bernafas,
tampak simetris, pernafasan mengorok.
10) Perut : Tidak kembung
11) Ekstremitas : Dapat di gerakan, jari- jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Perkembangan motorik kasar : An.M sudah bisa berjalan
meskipun masih tertatih.
2) Perkembangan motorik halus : An.M sudah bisa memegang
gelas dan minum dari gelas.
3) Perkembangan bahasa: An.M sudah bisa menirukan kata demi
kata dari lingkungan sekitar.
4) Pertimbangan tingkah laku sosial : An. M bisa berbagi sesuatu
yang dipegang dengan orang yang sudah di kenalnya.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan penunjang :tidak dilakukan
2) Pemeriksaan lain :tidak dilakukan
II. Intepretasi Data
Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
An. M Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang
49
Data Dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 11 Maret 2015.
2) Ibu mengatakan anaknya berumur 1,3 tahun.
3) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek dan demam sejak 2 hari yang
lalu.
Data Obyektif :
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
S : 37,90 C
N : 108 x/menit
R : 44x/menit
4) BB/TB : 8, 6kg/ tidak ada.
5) Hidung : simetris, kotor, terdapat cairan atau lendir berwarna
jernih dan encer kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan.
6) Dada : Ada tarikan dinding dada waktu bernafas, tampak
simetris, pernafasan mengorok.
b. Masalah
Anak rewel
50
c. Kebutuhan
Anjurkan ibu untuk menenangkan atau memberikan rasa nyaman pada
anaknya supaya bisa istirahat dengan cukup.
III. Diagnosa Potensial
ISPA Berat
IV. Antisipasi atau Tindakan Segera
Memberikan terapi obat dan pemenuhan kebutuhan cairan.
V. Perencanaan
Tanggal : 17 April 2016 pukul : 09.35 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Beritahu ibu tentang penyakit ISPA.
3. Beritahu ibu untuk memberikan gizi seimbang pada anak.
4. Beritahu ibu supaya selalu menjaga kebersihan lingkungannya.
5. Berikan terapi obat pada anak.
6. Beritahu ibu untuk kontrol 3 hari lagi atau jika ada keluhan dan keadaan
anak belum stabil.
VI. Pelaksanaan
Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.40 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa anaknya mederita penyakit
ISPA sedang.
2. Memberitahu ibu tentang penyakit ISPA sedang pada anak beserta tanda
gejala, yaitu :
51
a. Tanda gejala : Suhu tubuh lebih dari 39oC, Tenggorokan
berwarna merah, timbul bercak-bercak merah
pada kulit menyerupai bercak campak, telinga
sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang
telinga, pernafasan berbunyi seperti mengorok
(mendengkur)
b. Pencegahan : Jauhkan anak dari anggota keluarga yang sedang
flu, batuk dan anggota keluarga yang merokok
agar anak tidak tertular dan gangguan pernafasan
anak tidak terganggu.
3. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan anak gizi seimbang berupa
nasi, lauk, sayur, buah dan ASI.
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan cara
menjaga kebersihan ruangan selalu bersih, mencuci pakaian dan
peralatan makanan agar penyakit ISPA sedang tidak menular pada orang
lain.
5. Memberikan terapi :
a. Cotrimoksasol (Antibiotik) 3x 1
b. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik)
c. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1
d. Glyceryl Guaiacolate(anti-inflamasi) 100 mg3 x 1
6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi atau jika ada keluhan
dan keadaan anak belum stabil.
52
VII. Evaluasi
Tanggal : 17 April 2016 Pukul : 09.55 WIB
1. Ibu sudah mengetahui kondisi anaknya sekarang.
2. Sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan ibu
sudah paham.
3. Ibu bersedia memberikan makan anaknya dengan gizi seimbang.
4. Ibu bersedia menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
5. Ibu paham cara memberikan obat.
6. Ibu sudah mengerti 3 hari lagi atau jika ada keluhan kembali kontrol ke
PKD Ngudi Sehat Desa Joho.
53
DATA PERKEMBANGAN I (Kunjungan Rumah Pertama)
Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 09.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk, masih pilek, dan sudah tidak
demam.
2. Ibu mengatakan nafsu makan dan minum anaknya sudah membaik.
3. ibu mengatakan obatnya yang puyer masih 2 bungkus untuk siang
dan sore hari nanti tetapi yang sirup masih.
O : 1. Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : S : 370C, N : 120x/menit, R : 24x/m
2. Hidung masih ada lendir namun sudah berkurang.
3. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.
4. Pernafasan terdengar suara tarikan dinding dada mendengkur seperti
suara mengorok.
A : An. M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang hari ketiga.
P :Tanggal : 20 April 2016 pukul : 09.15 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a. Keadaan umum : Cukup
54
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : S : 370C, N : 120x/menit, R : 34x/m
d. Hidung masih ada lendir namun sudah berkurang.
e. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.
f. Pernafasan terdengar suara tarikan dinding dada mendengkur
seperti suara mengorok.
2. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola makan anaknya dan
menjaga kebersihan lingkungannya.
3. Memberitahu ibu untuk meneruskan terapi yang kemarin dan
memberikan terapi lanjutan yaitu :
a. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik)
b. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1
c. Glyceryl Guaiacolate(anti-inflamasi) 100 mg3 x 1
4. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 2 hari lagi.
E : Tanggal : 20 April 2016 Pukul : 09.30 WIB
1. Ibu sudah mengetahui kondisi bayinya semakin membaik
2. Ibu bersedia untuk memberikan makan anaknya gizi seimbang dan
menjaga lingkungan rumahnya.
3. Ibu bersedia untuk memberikan terapi lanjutan pada anaknya sesuai
perintah bidan.
4. Kunjungan rumah kedua akan dilakukan pada tanggal 22 April 2016.
55
DATA PERKEMBANGAN II (Kunjungan Rumah Kedua)
Tanggal : 22 April 2016 Pukul : 10.00 WIB
S : 1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak pilek, batuk sedikit.
2. ibu mengatakan obatnya masih 2 bungkus dan sirup sudah habis.
3. ibu mengatakan anaknya sudah bermain dengan teman sebayanya
dan tidak minta digendong terus.
4. ibu mengatakan nafsu makan anaknya sudah membaik.
O : 1. Keadaan umum : Baik
2. kesadaran : Composmentis
3. S : 36,80C, N : 124x/menit, R : 34x/menit
4. Hidung tidak ada lendir.
5. Kulit tidak ada bercak-bercak seperti campak.
6. Pernafasan baik, sudah tidak mengorok.
A : An. M 1,3 tahun bulan dengan riwayat ISPA sedang hari kelima.
P : tanggal : 22 April 2016 pukul : 10.15 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa anaknya sudah membaik.
56
2. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kondisi anaknya agar tetap
sehat dengan memperhatikan asupan gizi dan keadaan lingkungan
sekitar anak.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap rutin membawa anaknya ke Posyandu
untuk memantau tumbuh kembang anaknya setiap satu bulan sekali.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu waspada pada kondisi anak apabila
ada keluhan kesehatan anak atau keluarga berupa batuk, pilek, ataupun
demam segera hubungi tenaga kesehatan terdekat seperti PKD.
E : Tanggal : 22 April 2016 Pukul : 10.30 WIB
1. Ibu paham dan mengerti tentang kondisi anaknya sekarang.
2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kesehatan anaknya.
3. Ibu bersedia membawa anaknya ke Posyandu satu bulan sekali.
4. Ibu bersedia membawa anak atau keluarga yang sakit ketenaga kesehatan.
57
B. Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil
dibandingkan dengan teori yang ada. Pelaksanaan studi kasus ini
menggunakan manajemen kebidanan menurut varney yang terdiri dari tujuh
langkah, yaitu : Pengkajian, Intepretasi Data, Diagnosa Potensial, Tindakan
Segera, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai pembahasan dan cara
pemecahan berdasarkan kesenjangan antara teori dan praktik.
1. Pengkajian
Pada langkah pertama melakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap seperti data
dasar, data subyektif, dan obyektif dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondidi pasien.Data subyektif didapatkan keluhan utama batuk,
pilek disertai nafas cepat, pernafasan mengorok, tenggorokan merah
(Nurijal, 2009). Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah
(Maryunani, 2010), kesadaran composmentis (Matondang, 2013), tanda-
tanda vital : suhu > 37,50C, nadi cepat > 120x/menit (Ngastiyah, 2005).
Meurut kasus An. M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang pada
data subyektif ibu mengatakan An. M umur 1 tahun 3 bulan, batuk, pilek,
demam sejak 2 hari yang lalu. Pada data obyektif keadaan umum cukup,
kesadaran composmentis, pemeriksaan suhu 37,90C, pernafasan
44x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih dan encer, pernafasan
mengorok, conjungtiva merah muda.
58
Pada langkah ini menemukan kesenjangan pada teori pemeriksaan
tenggorokan berwarna merah dan pada pemeriksaan kasus tidak terdapat
warna merah pada tenggorokan karena selama sakit kebutuhan cairan
anak terpenuhi, dan pada penghitungan nadi pada teori lebih dari 120x/
menit tetapi di lahan hasil pemeriksaannya 108x/menit karena bayi dalam
keadaan lemah
2. Intepretasi Data
Dalam langkah ini data yang telah diperoleh pada pengkajian
diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah (Ambarwati,
2010). Diagnosa kebidanan pada ISPA sedang dari data subyektif
umumnya anak mengalami batuk, pilek, demam (Nurijal, 2009), data
obyektif tanda-tanda vital : suhu > 37,50C, nadi cepat > 120x/menit
(Ngastiyah, 2005), gerakan kurang aktif, rewel, muka pucat, nafas
terengah-engah (Maryunani, 2010).
Menurut kasus yang didapat diagnosa kebidanannya yaitu An. M
Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah anak
batuk, pilek, demam sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan pernafasan
lebih dari 40x/menit, suhu 37,90C, nadi 108x/menit pada hidung terdapat
cairan encer, pernafasan seperti mengorok, ada tarikan dinding dada,
gerakan kurang aktif dan rewel.
Pada langkah ini menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yaitu pada teori nadi lebih dari 120x/menit tetapi pada kasus
kurang dari 120x/menit karena keadaan anaknya lemah
59
3. Diagnosa Potensial
Identifikasi dari masalah dan diagnosa yang telah dilakukan pada
intepretasi data, diagnosa potensial sebagai diagnosa yang kemungkinan
terjadi apabila tidak dilakukan tindakan segera, diagnosa yang muncul
yaitu ISPA berat (Ambarwati, 2010).
Menurut kasus An. M dengan ISPA sedang diagnosa potensialnya
yaitu ISPA berat apabila ISPA sedang tidak segera ditangani.Pada
langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena
ISPA sedang sudah tertangani sehingga tidak terjadi ISPA berat.
4. Tindakan Segera
Menurut Walyani (2015), tindakan segera yang dilakukan pada
balita dengan ISPA sedang yaitu pemenuhan kebutuhan cairan,
pemberian obat secara mandiri untuk batuk dan demam.
Pada kasus An. M dengan ISPA sedang antisipasi yang dilakukan
dengan memberikan terapi obat secara mandiri oleh bidan dan
pemenuhan kebutuhan cairan oleh keluarga di rumah.Pada langkah ini
tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena asuhan yang
diberikan di lahan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan pemberian obat
oleh bidan sudah sesuai dengan teori.
5. Perencanaan
Rencana tindakan yang bisa dilakukan pada kasus ISPA sedang
yaitu berikan terapi obat panas dan batuk, memberikan nutrisi yang
60
cukup pada anak, menjaga kebersihan anak dan lingkungan, dan
kunjungan ulang (Wulandari, 2011).
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada
kasus ini adalah sebagai berikut :
1) Lakukan penimbangan BB dan TB.
2) Berikan terapi obat batuk.
Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat
antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional
(jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh, diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin.
3) Berikan obat penurun panas.
Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak
yang di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,
ibuprofen atau asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan
dosis 1 sendok teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari
maksimal pemberian 5x / 24 jam, apabila obat dalam bentuk
tablet diberikan 10 – 15 mg/kg BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6
jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).
4) Anjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada
anaknya.
61
5) Anjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
6) Anjurkan untuk minum obat tepat waktu.
7) Anjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis tetapi
anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan
(Wulandari, 2011).
Menurut kasus pada An.M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang
adalah memberikan terapi secara mandiri yaitu Cotrimoksasol (Antibiotik)
3x 1, Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1 (antipiretik),
Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1, Glyceryl Guaiacolate
(anti-inflamasi) 100 mg 3 x 1, berikan nutrisi yang cukup, menjaga
kebersihan anak dan lingkungan, kunjungan ulang 3 hari lagi.
Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus
yaitu pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tinggi badan, terapi obat
medis diberikan, tetapi terapi secara tradisional tidak diberikan karena
saat waktu pemeriksaan anak dalam keadaan rewel dan pemberian obat
oleh bidan lebih efektif untuk menangani ISPA sedang.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini tindakan yang telah direncanakan dapat
dilakukan secara efisien seperti langkah yang kelima (Walyani, 2015).
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah pelaksanaan pada kasus ini
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan penimbangan BB dan TB.
62
2) Memberikan terapi obat batuk.
Menurut Banyuamin (2012), tanpa pemberian obat antibiotik,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional (jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk yang lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan
dan antihistamin.
3) Memberikan obat penurun panas.
Bila demam diberikan obat penurun panas.Untuk anak yang di
bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol, ibuprofen atau
asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan dosis 1 sendok
teh (120 mg/1 sendok teh) 3 – 4 kali sehari maksimal pemberian 5x
/ 24 jam, apabila obat dalam bentuk tablet diberikan 10 – 15 mg/kg
BB (3 – 4x/ hari atau antara 4 – 6 jam sekali) atau dengan kompres
(Nasir, 2009).
4) Menganjurkan pada keluarga memberikan nutrisi yang cukup pada
anaknya.
5) Menganjurkan pada ibu menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
6) Menganjurkan untuk minum obat tepat waktu.
7) Menganjurkan untuk kembali periksa apabila obat sudah habis
tetapi anak belum sembuh dan apabila sewaktu-waktu ada keluhan
(Wulandari, 2011).
63
Menurut kasus pada An.M umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang
adalah memberikan terapi secara mandiri yaitu Cotrimoksasol
(Antibiotik) 3x 1, Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1
(antipiretik), Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1,
Glyceryl Guaiacolate (anti-inflamasi) 100 mg 3 x 1, berikan nutrisi yang
cukup, menjaga kebersihan anak dan lingkungan, kunjungan ulang 3 hari
lagi.
Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus
yaitu pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tinggi badan, terapi obat
medis diberikan, tetapi terapi secara tradisional tidak diberikan karena
saat waktu pemeriksaan anak dalam keadaan rewel dan pemberian obat
oleh bidan lebih efektif untuk menangani ISPA sedang.
7. Evaluasi
Pada langkah ini evaluasi dilakukan seefektif mungkin dari
asuhan yang diberikan (Ambarwati, 2010), yaitu demam telah diberikan
terapi (Nasir, 2009), batuk telah diberikan terapi (Banyuamin, 2012).
Evaluasi yang akan dicapai :
5) Ibu telah memberikan perawatan dirumah.
6) Demam telah diobati dengan Paracetamol, Ibuprofen, atau
Asetosal (Nasir, 2009).
7) Batuk telah diobati dengan obat tradisional (Jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh)
64
atau obat batuk Kodein, Dekstrometrofan dan Antihistamin
(Banyuamin, 2012).
8) Anak atau balita sudah dalam kondisi sehat.
Menurut kasus yang telah dilakukan ibu mengatakan telah
dilakukan asuhan selama 5 hari pada anak M umur 1,3 tahun keadaannya
telah membaik. Pada pemeriksaan telah dilakukan semua rencana
tindakan dengan pemberian terapi secara mandiri oleh bidan, perawatan
di rumah, pendidikan kesehatan tentang asupan anak, kebersihan
lingkungan, pemenuhan cairan anak sudah terpenuhi dan anak dinyatakan
sembuh dapat di tandai pada pemeriksaan umum yaitu keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital S : 36,80C,
N : 124x/menit, R :34x/menit. Keadaan anak sudah tidak batuk, pilek,
nafas tidak mengorok, dan aktifitas sudah aktif.Pada langkah ini tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA
sedang selama 5 hari dengan menerapkan managemen kebidanan varney
dapat diambil kesimpulan :
1. Tujuh langkah Varney :
a) Dari hasil pengkajian diperoleh An. M umur 1,3 tahun digolongkan
pada balita sakit dengan ISPA sedang. Data subyektif ibu
mengatakan An. M umur 1 tahun 3 bulan, batuk, pilek, demam sejak
2 hari yang lalu. Pada data obyektif keadaan umum cukup, kesadaran
composmentis, pemeriksaan suhu 37,90C, pernafasan 44x/menit,
pada hidung terdapat cairan jernih dan encer, pernafasan mengorok,
conjungtiva merah muda.
b) Dari hasil intepretasi didapatkan diagnosa kebidanan pada An. M
Umur 1,3 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah
anak batuk, pilek, demam sejak 2hari yang lalu. Pada pemeriksaan
pernafasan lebih dari 40x/menit, suhu 37,90C, pada hidung terdapat
cairan encer, pernafasan seperti mengorok. Kebutuhan yang
diperlukan yaitu pendidikan kesehatan tentang perawatan anak dan
pemberian terapi Cotrimoksasol 3x 1 sendok teh/hari, Paracetamol
66
500 mg 3 x 1 /hari (puyer), Dexa 0,5 mg 3 x 1 / hari (puyer), GG 100
mg 3 x 1 / hari (puyer).
c) Diagnosa potensial pada kasus ISPA sedang yaitu ISPA berat, tapi
setelah dilakukan penanganan secara intensif dengan follow up maka
diagnosa potensial tidak terjadi.
d) Tindakan segera yang akan dilakukan yaitu pemberian terapi secara
mandiri oleh bidan.
e) Perencanaan telah sesuai dengan teori yaitu dengan pendidikan
kesehatan perawatan anak dan pemberian terapi obat Cotrimoksasol
3x 1 sendok teh/hari, Paracetamol 500 mg 3 x 1 /hari (puyer), Dexa
0,5 mg 3 x 1 / hari (puyer), GG 100 mg 3 x 1 / hari (puyer).
f) Pelaksanaan dapat dilakukan secara baik sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun.
g) Evaluasi dilakukan selama 5 hari untuk mengetahui perkembangan
balita dan hasil pemeriksaan umum semua hasilnya baik.
2. Pada pengambilan kasus asuhan kebidanan balita sakit pada An. M umur
1,3 tahun dengan ISPA sedang, ada kesenjangan antara teori dengan
kasus yang dimasukkan pada tujuh langkah varney.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran yaitu :
1. Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita
dengan ISPA sedang, sehingga dapat memberikan informasi secara jelas
67
kepada masyarakat agar dapat mencegah terjadinya kegawatdaruratan
dan melakukan penilaian tumbuh kembang bayi balita secara rutin yang
bisa dilakukan di posyandu.
2. Bagi Institusi
1) PKD Ngudi Sehat Desa Joho Mojolaban Sukoharjo
Pelayanan yang diberikan PKD Ngudi Sehat Desa Joho sudah baik
diharapkan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan dengan melengkapi alat serta dapat membuka PKD
selama 24 jam dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit
ISPA sedang.
2) Pendidikan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber
bacaan atau referensi untuk menaikan kualitas pendidikan kebidanan
khsusnya pada balita sakit dengan ISPA sedang.
3. Bagi Ibu dan Keluarga
Diharapkan ibu balita mengetahui informasi tentang ISPA sedang
dan paham tentang pendidikan kesehatan yang telah diberikan oleh
bidan, sehingga jika ditemukan tanda bahaya segera dibawa ketenaga
kesehatan terdekat.