Asto

5
Tinjauan Demam Rematik Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan susunan saraf (Purbani, 2012). http://syafitrianispurbani.wordpress.com/2012/09/06/asto- anti-streptolisin-o/ . Tinjauan Pemeriksaan ASTO ASTO (Antistreptolisin Titer O) merupakan tes imunologi untuk mengetahui adanya antibodi terhadap kuman streptococcus beta hemolitik. Kuman ini menyebabkan infeksi pada tenggorokan, radang ginjal, demam rematik, dan infeksi pada otot jantung (Bastiansyah, 2008). ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95% kasus demam reumatik atau penyakit

description

Pemeriksaan ASTO

Transcript of Asto

Page 1: Asto

Tinjauan Demam Rematik

Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus

golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri

kerongkongan dan demam. Jika  infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada

akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang

pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan

membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung,

sendi, dan susunan saraf (Purbani, 2012).

http://syafitrianispurbani.wordpress.com/2012/09/06/asto-anti-streptolisin-o/.

Tinjauan Pemeriksaan ASTO

ASTO (Antistreptolisin Titer O) merupakan tes imunologi untuk mengetahui adanya

antibodi terhadap kuman streptococcus beta hemolitik. Kuman ini menyebabkan infeksi pada

tenggorokan, radang ginjal, demam rematik, dan infeksi pada otot jantung (Bastiansyah, 2008).

ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering

digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita

demam reumatik atau penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini;

bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95% kasus

demam reumatik atau penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi

terhadap streptococcus (Propolis, 2011).

Titer anti Streptolisin O (ASO/ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostik standar untuk

demam rheumatik, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya infeksi Streptococcus. Titer

ASTO di anggap meningkat apabila mencapai 250 unit Tood pada orang dewasa atau 333 unit

Todd pada anak-anak diatas usia 5 tahun, dan dapat dijumpai pada sekitar 70 % sampai 80 %

kasus “demam rheumatik akut“. Sebagian besar dari strain-strain serologik dari Streptococcus

Group A menghasilkan dua enzim hemolitik yaitu Streptolisin O dan S (Anonim, 2012).

Di dalam tubuh penderita, Streptolisin O akan merangsang pembentukan antibodi yang

spesifik yaitu anti streptolisin O (ASTO) sedangkan yang dibentuk Streptolisin S tidak spesifik.

Reaksi auto imun terhadap Streptococcus secara teori akan mengakibatkan kerusakan jaringan

atau manifestasi demam rheumatic, dengan cara (Anonim, 2012)

http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2010/12/uji-asto.html:

Page 2: Asto

a. Streptococcus group A akan menyebabkan infeksi faring

b. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada pejamu yang

hiperimun.

c. Antibodi bereksi dengan antigen Str eptococcus dan dengan jaringan pejamu yang secara

antigen sama seperti Streptococcus.

d. Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu,sehingga menyebabkan

kerusakan jaringan.

Suatu infeksi oleh β-hemolitic Streptococcus grup A akan merangsang beberapa sel

imunokompeten untun memproduksi beberpea antibody, baik terhadap beberapa produk

ekstraseluler dari kuman (streptolisin,Hialuronidase,*9 streptokinase, DNAse) maupun terhadap

komponen permukaan dari dinding sel kuman (cell surface membrane antigen = CSMA).

Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung

(endokardium) penderita demam rematik atau pada ginjal penderita glomerulonefritis

(Masselekang, 2009).

Kelainan terhadap beberapa organ tersebut disebabkan oleh karena reaksi silang antar

antibody terhadap CSMA denganendokardium atau Glomerular Basement Membrane(GBM)

atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-CSMA yang diendapkan

pada glomerulus atau endokardium dan menyebabkan beberapa kerusakan pada beberapa bagian

tubuh tersebut. Sebagian besar dari beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A

mengahasilkan dua enzim hemolitik yaitu, Streptolisin-O dan S. Didalam tubuh penderita

Streptolisin-O akan merangsang pembentukan antibody yang spesifik, yaitu Streptolisin-O

(ASO) sedangkan antibodi yang dibentuk terhadap streptolisin-S tidak spesifik. Adanya antibodi

yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai sebagai ASO biasanya mulai

meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila infeksi kemudian mereda, maka titer ASO

akan kembali normal setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak menurun, suatu infeksi ulangan

mungkin terjadi (Masselekang, 2009).

(http://masselekang.blogspot.com/2009/06/imunologi.html).

Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:

1. Netralisasi atau Penghambat Hemolisis

Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila

Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup

Page 3: Asto

anti streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut

akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menibulkan hemolisis lagi (Masselekang,

2009).

Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah streptolisin O

yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan

suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer

dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum yang

mengandung titer ASO yang tinggi (Masselekang, 2009).

2. Aglutinasi Pasif

Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapatmenyebabkan aglutinasi dengan ASO.

Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai

yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di

tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO –

ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang

tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan

pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml ,

maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada

partikel – partikel latex (Masselekang, 2009).

Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes

aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi

ASO dengan titer di atas 200 IU/ml (Masselekang, 2009). 

(http://masselekang.blogspot.com/2009/06/imunologi.html).