Asto
-
Upload
febi-suantari -
Category
Documents
-
view
124 -
download
10
description
Transcript of Asto
Tinjauan Demam Rematik
Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus
golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri
kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera diobati, bakteri Streptococcus yang ada
akan melakukan perlengketan yang kuat (adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang
pengeluaran antibodi (Ig-G). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan
membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung,
sendi, dan susunan saraf (Purbani, 2012).
http://syafitrianispurbani.wordpress.com/2012/09/06/asto-anti-streptolisin-o/.
Tinjauan Pemeriksaan ASTO
ASTO (Antistreptolisin Titer O) merupakan tes imunologi untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap kuman streptococcus beta hemolitik. Kuman ini menyebabkan infeksi pada
tenggorokan, radang ginjal, demam rematik, dan infeksi pada otot jantung (Bastiansyah, 2008).
ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering
digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80% penderita
demam reumatik atau penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini;
bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95% kasus
demam reumatik atau penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi
terhadap streptococcus (Propolis, 2011).
Titer anti Streptolisin O (ASO/ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostik standar untuk
demam rheumatik, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya infeksi Streptococcus. Titer
ASTO di anggap meningkat apabila mencapai 250 unit Tood pada orang dewasa atau 333 unit
Todd pada anak-anak diatas usia 5 tahun, dan dapat dijumpai pada sekitar 70 % sampai 80 %
kasus “demam rheumatik akut“. Sebagian besar dari strain-strain serologik dari Streptococcus
Group A menghasilkan dua enzim hemolitik yaitu Streptolisin O dan S (Anonim, 2012).
Di dalam tubuh penderita, Streptolisin O akan merangsang pembentukan antibodi yang
spesifik yaitu anti streptolisin O (ASTO) sedangkan yang dibentuk Streptolisin S tidak spesifik.
Reaksi auto imun terhadap Streptococcus secara teori akan mengakibatkan kerusakan jaringan
atau manifestasi demam rheumatic, dengan cara (Anonim, 2012)
http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2010/12/uji-asto.html:
a. Streptococcus group A akan menyebabkan infeksi faring
b. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada pejamu yang
hiperimun.
c. Antibodi bereksi dengan antigen Str eptococcus dan dengan jaringan pejamu yang secara
antigen sama seperti Streptococcus.
d. Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu,sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan.
Suatu infeksi oleh β-hemolitic Streptococcus grup A akan merangsang beberapa sel
imunokompeten untun memproduksi beberpea antibody, baik terhadap beberapa produk
ekstraseluler dari kuman (streptolisin,Hialuronidase,*9 streptokinase, DNAse) maupun terhadap
komponen permukaan dari dinding sel kuman (cell surface membrane antigen = CSMA).
Antibodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung
(endokardium) penderita demam rematik atau pada ginjal penderita glomerulonefritis
(Masselekang, 2009).
Kelainan terhadap beberapa organ tersebut disebabkan oleh karena reaksi silang antar
antibody terhadap CSMA denganendokardium atau Glomerular Basement Membrane(GBM)
atau menimbulkan pembentukan kompleks imun Ab-CSMA yang diendapkan
pada glomerulus atau endokardium dan menyebabkan beberapa kerusakan pada beberapa bagian
tubuh tersebut. Sebagian besar dari beberapa bagian strain serologis dari streptococci grup A
mengahasilkan dua enzim hemolitik yaitu, Streptolisin-O dan S. Didalam tubuh penderita
Streptolisin-O akan merangsang pembentukan antibody yang spesifik, yaitu Streptolisin-O
(ASO) sedangkan antibodi yang dibentuk terhadap streptolisin-S tidak spesifik. Adanya antibodi
yang spesifik terhadap streptolisin-O ini kemudian dipakai sebagai ASO biasanya mulai
meningkat 1-4 minggu setelah terjadinya infeksi. Bila infeksi kemudian mereda, maka titer ASO
akan kembali normal setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak menurun, suatu infeksi ulangan
mungkin terjadi (Masselekang, 2009).
(http://masselekang.blogspot.com/2009/06/imunologi.html).
Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:
1. Netralisasi atau Penghambat Hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah, akan tetapi bila
Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan serum penderita yang mengandung cukup
anti streptolisin O sebelum di tambahkan pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut
akan di netralkan oleh ASO sehingga tidak dapat menibulkan hemolisis lagi (Masselekang,
2009).
Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan di tambahkan sejumlah streptolisin O
yang tetap (Streptolisin O di awetkan dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan
suspensi sel darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer
dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum yang
mengandung titer ASO yang tinggi (Masselekang, 2009).
2. Aglutinasi Pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapatmenyebabkan aglutinasi dengan ASO.
Maka Streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai
yaitu partikel lateks. Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di
tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti Strepolisin O (SO –
ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa ASO yang
tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan
pada partikel – partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml ,
maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada
partikel – partikel latex (Masselekang, 2009).
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes
aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi
ASO dengan titer di atas 200 IU/ml (Masselekang, 2009).
(http://masselekang.blogspot.com/2009/06/imunologi.html).