ASTIANI Resume Forensik

9
Nama : Astiani Baha NPM : 022712035 Nama Mata Kuliah : Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif Semester : VI Dosen : Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., Ak Kode : EKA31223 SKS : 3 Program Studi : Akuntansi Fakultas : Ekonomi A. Strategi Perusahaan Memerangi Kecurangan Untuk memerangi kecurangan yang terjadi, perusahaan biasanya memperkerjakan konsultan untuk melaksanakan program pencegahan dan pendeteksian. Biasanya konsultan akan memulai dengan memberitahukan kepada manajemen perusahaan bahwa ada empat aktivitas/cara untuk memerangi kecurangan. Empat aktivitas ini yakni: 1) Pencegahan kecurangan Pencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian akibat kecurangan. Setelah kecurangan dilakukan, tidak ada pemenang. Pelaku merugi karena mereka biasanya merupakan pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan yang akan merasa terhina dan dan malu apalagi ketika akan menerima konsekuensi hukum. 2) Pendeteksian kecurangan

description

Resume Forensik

Transcript of ASTIANI Resume Forensik

Nama : Astiani BahaNPM : 022712035Nama Mata Kuliah: Akuntansi Forensik Dan Audit InvestigatifSemester: VIDosen: Iqbal M. Aris Ali, SE., S.Psi., MSA., AkKode: EKA31223SKS: 3Program Studi: AkuntansiFakultas: Ekonomi

A. Strategi Perusahaan Memerangi Kecurangan Untuk memerangi kecurangan yang terjadi, perusahaan biasanya memperkerjakan konsultan untuk melaksanakan program pencegahan dan pendeteksian. Biasanya konsultan akan memulai dengan memberitahukan kepada manajemen perusahaan bahwa ada empat aktivitas/cara untuk memerangi kecurangan. Empat aktivitas ini yakni: 1) Pencegahan kecuranganPencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian akibat kecurangan. Setelah kecurangan dilakukan, tidak ada pemenang. Pelaku merugi karena mereka biasanya merupakan pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan yang akan merasa terhina dan dan malu apalagi ketika akan menerima konsekuensi hukum. 2) Pendeteksian kecurangan Dalam kecurangan yang dilakukan oleh teller bank, ketika tertangkap teller membuat pernyataan saya tidak percaya kecurangan ini telah berlangsung lama tanpa ada yang pernah mencurigai apapun, terutama dengan jumlah yang semakin besar. Seperti yang dapat dilihat kecurangan ini dimulai dalam jumlah yang sangat kecil, kemudian semakin lama pelaku mencuri dalam jumlah yang semakin besar. Karena tidak tertangkap, kepercayaan diri pelaku dalam skema kecurangannya meningkat, dan ia menjadi lebih serakah dan lebih serakah lagi. Tindak lanjut secara hukum/ upaya penyelesaian.

3) Investigasi kecurangan Investigasi indicator kecurangan dalam oraganisasi harus mendapat persetujuan manajemen. Investigasi mungkin memerlukan biaya yang besar dan hanya dilakukan ketika ada alasan untuk percaya bahwa kecurangan telah terjadi. Investigasi kecurangan harus dilakukan dengan sangat hati-hati investigasi tersebut tidak boleh membuat pelaku kecurangan curiga bahwa investigasi sedang dilakukan, sehingga mereka dapat menyembunyikan atau mengahncurkan bukti-bukti. Selain itu, karaena sebagian besar pelaku kecurangan adalah pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan, kekhawatiran tertangkap adalah pengalaman traumatis bagi mereka dan ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa pelaku menyadari mereka merupakan target investigasi. 4) Tindak lanjut secara hukum/ upaya penyelesaian. Salah satu keputusan besar yang harus diambil oleh perusahaan, pemegang saham, atau pihak lain yang berkepentingan ketika terjadi kecurangan adalah tindak lanjut secara hukum dan tindakan lain yang harus diambil. Alasan mengapa kecurangan tersebut terjadi harus selalu diketahui, dan pengendalian atau langkah-langkah lain untuk mencegah atau menghalangi terjadinya kecurangan harus tetap diimplementasikan. Selain itu, juga diperlukan adanya pelatihan yang tepat bagi pihak-pihak yang berkepentingan didalam perusahaan, sehingga kecurangan yang sama tidak akan terulang lagi. B. Pencegahan kecurangan Pencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian akibat kecurangan. Setelah kecurangan dilakukan, tidak ada pemenang. Pelaku merugi karena mereka biasanya merupakan pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan yang akan merasa terhina dan dan malu apalagi ketika akan menerima konsekuensi hukum. Mereka biasanya harus membayar pajak dang anti rugi, dan seringkali ada sanksi secara financial, dan konsekuensi lainnya. Korban merugi karena tidak hanya asset yang dicuri, tetapi mereka juga harus membayar biaya hukum, kehilangan waktu, publisitas negative, dan konsekuensi merugikan lainnya. Lebih lanjut lagi, jika organisasi tidak bersikap tegas terhadap para pelaku, hal itu membuat orang lain dalam organisasi menganggap bahwa pelaku kecurangan tidak dikenakan sanksi yang serius, sehingga memungkinkan orang lain untuk melakukan kecurangan. Menciptakan Budaya Jujur dan Beretika Organisasi menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan budaya jujur dan beretika. Lima elemen yang paling umum dan penting adalah memastikan bahwa manajemen puncak memberikan contoh perilaku yang tepat, memperkerjakan pegawai yang tepat, mengkomunikasikan sejumlah ekspetasi diseluruh posisi yang ada dalam struktur organisasi dan meminta konfirmasi tertulis atas penerimaan ekspetasi secara periodic, menciptakan lingkungan kerja yang positif, dan mengembangkan serta mempertahankan kebijakkan yang efektif untuk menangani kecurangan ketika hal itu benar-benar terjadi. Pengaruh manajemen puncak (contoh keteladanan yang sesuai) Penelitian terkait pengembangan moral secara tegas menyatakan bahwa kejujuran dapat diperkuat jika terdapat contoh keteladanan yang sesuai terkadang disebut sebagai pengaruh manajemen puncak. Manajemen dalam suatu organisasi tidak dapat bertindak satu arah dan mengharapkan orang lain dalam organisasi untuk kemudian berperilaku secara berbeda. Manajemen harus memperkuat pegawainya melalui sanksi tegas ketika perilaku tidak jujur, perilaku yang patut dipertanyakan, atau perilaku tidak etis tidak dapat ditoleransi. Memperkerjakan pegawai yang tepat Elemen penting kedua dalam menciptakan budaya jujur dan beretika adalah dengan memperkerjakan pegawai yang tepat. Tidak semua orang sama-sama berlaku jujur atau memiliki kode etik pribadai yang cukup baik. Faktanya hasul penelitian menunjukan bahwa banyak orang ketika dihadapkan dengan tekanan dan kesempatan yang cukup besar, akan berlaku tidak jujur daripada menghadapi konsekuensi negative dari perilaku jujur.Menilai dan Mengurangi Risiko Kecurangan Selain menciptakan budaya jujur dan beretika, pencegahan kecurangan yang efektif adalah dengan menghilangkan kesempatan terjadinya kecurangan. Baik kecurangan yang dilakukan oleh manajemen puncak atas nama organisasi atau kecurangan yang dilakukan terhadap suatu organisasi yang dapat terjadi tanpa adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan

C. Menciptakan Budaya Kejujuran, Keterbukaan, dan Memberi DukunganTiga faktor utama dalam pencegahaan kecurangan terkait dengan menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan dukungan, yaitu :1) Mempekerjakan orang yang jujur & menyediakan pelatihan kesadaran akan adanya kecuranganDengan hukum privat yang ketat saat ini sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki kebijakan penyaringan tenaga kerja yang baik. Bahkan dalam lingkungan pengendalian yang sangat ketat, pegawai yang tidak jujur dengan tekanan yang besar seringkali dapat dengan mudah melakukan kecuranga. Verifikasi dan sertifikasi resume adalah dua strategi yang sebaiknya dilakukan organisasi untuk mencegah terjadinya kecurangan. 2) Menciptakan lingkungan kerja yang positifLingkungan kerja yang positif tidak terjadi secara otomatis, mereka harus dipupuk. Hal itu merupakan fakta bahwa kecurangan pegawai dan tindakan tidak jujur lainnya lebih umum terjadi di beberapa organisasi dibanding lainnya. Mengimplementasikan program dukungan untuk pegawai (employee assitance programs eap)Salah satu dari tiga elemen segitiga kecurangan adalah tekanan yang dirasakan. Perusahaan memberikan pelatihan mengenai cara yang efektif untuk menangani tekanan pribadi kepada para pegawainya agar dapat mengeleminasi banyak potensi kecurangan. Metode yang paling umum digunakan adalah dengan mengimplementasikan EAP formal. EAP membantu pegawai menangani penyalahgunaan substansial, perjudian, manajemen uang, permasalahan keluarga, kesahatan dll.D. Eliminasi Kecurangan Terdapat lima metode dalam mengeliminasi kecurangan, yaitu : 1. Memiliki sistem pengendalian yang baikCara yang paling umum digunakan untuk mencegah kecurangan adalah dengan memiliki sistem pengendalian yang baik. Situs Institute of Internal Auditor berisi pernyataan berikut Auditor menejemen mendukung usaha menejemen untuk menciptakan budaya yang mencakup etika, kejujuran, dan intregasi. Mereka membantu menejemn dengan evaluasi pengendalian internal yang digunakan untuk mendeteksi atau mencegah terjadinya kecurangan. 2. Mengurangi kerja sama antara pegawai dan pihak lain dan memberitahu pemasok dan kontraktor terkait kebijakan perusahaanDua trend terbaru dalam bisnis telah meningkatkan juymlah kecurangan secara kolusi. Trend yang pertama adalah meningkatnya kompleksitas bisnis. Dalam lingkungan yang kompleks pegawai yang dipercaya mungkin akan melakukan kegiatan operasional di lingkungan khusus atau terpisah dimana mereka terpisah dari individu lain. Yang kedua adalah meningkatnya frekuensi aliansi pemasok, dimana perjanijian lisan menggantikan dokumentasi secara tertulis dan terjalin hubungan yang lebih dekat antara pembeli dan pemasok. Tentu saja ada peningkatan penyimpangan biaya dan peningkatan produktivitas dari penggunaan aliansi pemasok. 3. Mengawasi pegawai dan memiliki sistem whistle blowingIndividu yang melakukan kecurangan dan menyimpan hasil curiannya hampir tidak ada. Sering kali pelaku menggunakan uang curian mereka untuk menunjang kebiasaan meningkatkan gaya hidup mereka atau membayar beban yang telah ada sebelumnya. Pengawasan secara seksama mempermudah pendeteksian dini. Hal ini juga akan mencegah kecurangan karena pelaku yang akan melakukannya menyadari bahwa orang lain melihat. Karena pengawasan oleh kolega merupakan cara yang efektif untuk menangkap tindakan tidak jujur, maka Section 307 dari Serbanes-Oxley Act 2002 mensyaratkan semua perusahaan publik memiliki sistem whistle blower yang mempermudah pegawai dan pihak lain melaporkan aktivitas yang mencurigai.4. Membuat ekspetasi hukumanPada lingkungan sosial dan bisnis saat ini, diberhentikan bukanlah hukuman yang berarti. Hukuman yang riil melibatkan pemberitahuan kepada anggota keluarga dan teman mengenai tindakan tidak jujur. Keebijakan penuntutan yang tegas dan sesuai untuk dipublikasikan membuat pegawai tahu bahwa hukuman yang tegas akan dikenakan terhadap pelaku tindakan tidak jujur. Dalam jangka panjang, kegagalan dalam mengambil tindakan hukuman akan menunjukan kepada pegawai lain bahwa kecurangan dapat ditoleransi dan sanksi terburuk yang dikenakan kepada pelaku adalah pemecatan. Karena hukum privat saat ini dan tingginya tingkat putaran pekerjaan , pemecatan saja bukanlah pencegahan kecurangan yang kuat. Seperti kode etik yang baik menyampaikan ekspetasi kebijakan yang kuat mengenai hukuman membantu mengeliminasi rasionalisasi.

5. Melakukan audit kecurangan secara proaktifOrganisasi yang melakukakan audit kecurangan secara proaktif meningkatkan kesadaran di antara pegawai bahwa tindakan mereka selalu ditinjau. Dengan meningkatnya ketakutan akan tertangkap, auditing secara proaktif mengurangi perilaku kecurangan. Bahkan KAP menjadi sangat serius dalam auditing kecurangan secara proaktif. Motivasinya sebagian berasal dari Statement on Auditing Standars (SAS) No. 99 Consideration of fraud in a financial Statement Auditing. SAS No. 9 merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tukar pikiran risiko kecurangan, sementara menekankan peningkatan sikap skeptis sebagai seorang profesional : pembahasan dengan manejemen dan pihak lain mengenai apakah mereka menyadari adanya kecurangan atau tidak, penggunaan pengujian audit yang tidak dapat diprediksi dan respon terhadap pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan mensyaratkan prosedur tertentu yang responsif dalam setiap audit untuk mendeteksi adanya pengabaian oleh manajemen. Rujukan :Zimbelman, F. Mark., Conan C. Albrecht., W. Steve Albrecht, and Chad O. Albrecht. 2014. Forensic Accounting, 4 th Edition. Cangage Learning Asia Pte. Ltd. (ZIMB)