Assessment Malaria(2)

21
PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIS PENILAIAN TERAPI MALARIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER KE-3 Disusun Oleh: Nugraheni Dwiari Kristanti, S.Farm. (108115034) Nyoman Valida L., S.Farm. (108115035) Priska Firstya, S.Farm. (108115036) Regina Citra Dewanti, S.Farm. (108115037) Tania Gunawan, S.Farm. (108115038) Theresia Maria W., S.Farm. (108115039) Trianti Taruk L., S.Farm. (108115040) Y.Md Dwi Mayawati, S.Farm. (108115041) Yemima Hariyono, S.Farm. (108115042) Yenni Christina, S.Farm. (108115043) Yuniar Handayani, S.Farm. (108115044) PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Transcript of Assessment Malaria(2)

Page 1: Assessment Malaria(2)

PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIS

PENILAIAN TERAPI MALARIA PADA IBU HAMIL

TRIMESTER KE-3

Disusun Oleh:Nugraheni Dwiari Kristanti, S.Farm. (108115034)Nyoman Valida L., S.Farm. (108115035)Priska Firstya, S.Farm. (108115036)Regina Citra Dewanti, S.Farm. (108115037)Tania Gunawan, S.Farm. (108115038)Theresia Maria W., S.Farm. (108115039)Trianti Taruk L., S.Farm. (108115040)Y.Md Dwi Mayawati, S.Farm. (108115041)Yemima Hariyono, S.Farm. (108115042)Yenni Christina, S.Farm. (108115043)Yuniar Handayani, S.Farm. (108115044)

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: Assessment Malaria(2)

PENILAIAN TERAPI PADA PASIEN MALARIA IBU HAMIL TRIMESTER III

Seorang pasien wanita (29 thn) masuk rumah sakit pada tanggal 31 Oktober 2009 dengan

keluhan utama panas. Panas dialami pasien ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit, bersifat hilang

timbul disertai dengan menggigil dan berkeringat sampai seluruh badan gemetar selama ± 15

menit. Panas turun dengan obat penurun panas kemudian naik lagi. Pasien juga merasa sakit

kepala pada seluruh bagian kepala. Sakit kepala menghebat di bagian belakang mata, bersifat

hilang timbul dan terasa seperti tertusuk-tusuk. Pasien merasa mual dan muntah ± 3 hari sebelum

masuk rumah sakit. Muntah berisi makanan dan cairan dengan frekuensi lebih dari tiga kali

sehari. Nyeri sendi juga sering dialami pasien ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri

bersifat hilang timbul dan dirasakan hampir di seluruh bagian tubuh. Tidak ada batuk, sesak

nafas, nyeri dada dan perdarahan. Terdapat edema pada kedua kaki. Buang air kecil/buang air

besar biasa.

Pasien tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah yang endemis malaria dalam kurun

waktu 1 tahun terakhir. Saat ini pasien sedang hamil dengan usia kehamilan 36 minggu. Empat

hari sebelum masuk rumah sakit pasien sempat mengontrol perkembangan janin di puskesmas

dengan hasil janin dalam keadaan hidup. Riwayat penyakit hipertensi, jantung, DM, asam urat

dan ginjal disangkal oleh pasien.

Pasien didiagnosis :

Malaria falciparum complicated (anemia)

G1P0A0 29 tahun hamil 38-39 minggu belum inpartu (+) malaria falcifarum, janin intra

uterin tunggal fetal death

Prerenal azotemia, anemia gravis, hiponatremia, hipokalemia, hiperparasitemia

1

Page 3: Assessment Malaria(2)

ASSESSMENT MALARIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III KASUS IBU A

Pasien Faktor resiko

Kunjungan ke daerah endemis malaria selama 2

minggu terakhir

-

Orang terdekat yang terjangkit malaria Tidak ada data

Perilaku dan kebiasaan pada malam hari Tidak ada data

Kebersihan lingkungan tempat tinggal Tidak ada data

Kriteria pasien

Usia 29 tahun

Status sosial Tidak ada data

Riwayat penyakit malaria Tidak ada data

Riwayat penyakit lainnya (Hipertensi,Diabetes

Melitus,Jantung, Asam urat, dan Ginjal)

-

Riwayat pengobatan malaria Tidak ada data

Tanda dan gejala Demam (suhu badan > 37,5 0C) √

Keterangan :

Suhu badan pasien saat masuk rumah sakit adalah

38,2 0C

Menggigil √

Berkeringat √

Sakit kepala √

Lemas √

Mual/muntah √

Diare -

Pembesaran limpa -

Anemia (Hb < 10 g/dL) √

2

Page 4: Assessment Malaria(2)

Keterangan :

Hb pasien saat masuk rumah sakit adalah 4 g/dL.

Hipoglikemia (gula darah < 40 mg%) -

Edema √

Gangguan kesadaran/koma -

Gangguan keseimbangan elektrolit :

Hipokalemia < 3,5 mmol/L

Hiponatremia < 135 mmol/L

Keterangan :

K+ : 2,8 mmol/L

Na + : 128 mmol/L

Parasitemia

Hiperparasitemia > 5%

Keterangan :

Hasil pemerikasaan laboratorium menunjukkan

jumlah parasit sebanyak 444/uL darah.

Jaundice -

Kejang umum berulang -

Gagal ginjal akut

Serum ureum > 50 mg/dL

Serum kreatinin > 0,9 mg/dL

Keterangan :

Kadar ureum dan kereatinin saat pasien masuk

rumah sakit adalah :

Kadar ureum : 137,2 mg/dL

Kadar kreatinin : 2,1 mg/dL

Kolaps sirkulasi, syok hipotensi (sistolik < 70 mmHg) √

Keterangan :

TD sistolik pasien saat masuk rumah sakit adalah 60

mmHg.

2

Page 5: Assessment Malaria(2)

Riwayat pengobatan Alergi obat Tidak ada data

Penggunaan obat bebas, bebas terbatas atau jamu Tidak ada data

Perawatan di rumah sakit yang lama (≥ 5 hari) Tidak ada data

Terapi suportif Pasang IVFD √

Keterangan :

Diberikan IVFD NaCl 0,9% : D5% 20 tts/menit yang

bertujuan untuk menjaga keseimbangan elektolit dan

mencegah terjadinya hipoglikemia akibat malaria

berat yang diderita pasien.

Jaga keseimbangan cairan dengan menghitung intake

dan output

Keterangan :

Keseimbangan cairan perlu dijaga untuk mencegah

overload yang dapat menyebabkan terjadinya udem

paru (memperparah kondisi pasien).

Pemberian tranfusi PRC √

Keterangan :

Pemberian tranfusi PRC dikarenakan pasien

mengalami anemia gravis (Hb < 5 g/dl) akibat

malaria berat sehingga diperlukan transfusi darah

yang dapat mempercepat peningkatan Hb. Pemberian

transfusi dihentikan jika Hb > 10 g/dL.

Pemberian O2 -

Keterangan :

Diberikan untuk mencegah kematian sel pada otak

2

Page 6: Assessment Malaria(2)

dan janin akibat Hb yang rendah.

Obat Pengobatan Malaria pada Ibu Hamil Trimester III

Derivat artemisin (artesunat, artemeter) √

Keterangan :

Diberikan Artesunate injeksi 2,4 mg/kgBB (jam

0,12,24,48,dst) hingga pasien dapat minum obat.

Pemberian Artesunate bertujuan untuk mempercepat

eradikasi sehingga parasit malaria tidak sampai

menimbulkan malaria cerebral selain itu

dikarenakan kondisi pasien tidak memungkinkan

untuk menerima pemberian obat per oral.

Artemisinin Combination Therapy (ACT)

(artesunate+amodiaquin)

Arsuamoon®

Keterangan :

Arsuamoon® (artesunate+amodiaquin) diberikan

setelah pasien dapat minum obat untuk

menggantikan Artesunate injeksi. Pemberian ACT

dimaksudkan untuk mempercepat eradikasi.

Arsuamoon® tidak dikontraindikasikan untuk ibu

hamil.

Pengobatan Komplikasi Malaria

Antiemetika √

Metoclopramide ampul (IV) 10 mg/2ml (3x1 amp)

Keterangan :

Metoclopramide diberikan untuk mengurangi

keluhan mual muntah pasien karena gejala klinis

2

Page 7: Assessment Malaria(2)

malaria dan juga untuk mengatasi efek samping

Arsuamoon®.

Diuretik √

Lasix® ampul (IV) 20 mg/2 ml (1 ampul sehari pre

transfusi)

Keterangan :

Lasix® ampul (furosemide) pre-transfusi digunakan

untuk mengurangi beban sirkulasi saat transfusi dan

untuk mengurangi udem akibat malaria berat.

Vitamin/mineral √

KSR (3 x 600 mg)

Keterangan :

KSR digunakan untuk mengatasi hipokalemia yang

dialami pasien dan juga untuk mencegah keparahan

hipokalemia pasien akibat penggunaan furosemid.

Penggunaan KSR 3x1 dapat menyebabkan gangguan

pada jantung pasien sehingga direkomendasikan

untuk mengurangi dosis pemberian menjadi 2x1.

Selain itu, pemberian KSR tablet tidak tepat untuk

pasien dengan kadar kalium < 3 mmol/L. KSR tablet

diganti dengan pemberian kalium injeksi yang

diberikan dengan cara di drip dalam cairan infus.

Pemberian kalium injeksi rekomendasikan 2x1.

Ca Glukonas

Keterangan :

2

Page 8: Assessment Malaria(2)

Ca glukonas diberikan untuk mencegah terjadinya

efek anti koagulasi akibat pemberian transfusi PRC.

Dosis untuk Ca glukonas yaitu 1 g Ca glukonas

untuk 1 liter transfusi. Ca glukonas diberikan pada

hari ke empat pemberian transfusi PRC.

H2RA √

Ranitidin injeksi 50 mg/2 ml (2x1)

Keterangan :

Diberikan selama pasien mendapat perawatan.

Diberikan sediaan injeksi untuk mempercepat efek

pencegahan sekresi asam yang berlebihan akibat

mual muntah dan juga karena kondisi pasien tidak

memungkinkan diberikan obat per oral. Selain itu,

pemberian ranitidin juga bertujuan untuk

mengurangi efek samping dari penggunaan

Arsuamoon® yang mempunyai sifat iritatif. Dosis

untuk ranitidin injeksi masih kurang karena dosis

yang dianjurkan 50 mg/2 ml tiap 6-8 jam, seharusya

pasien mendapatkan ranitidin injeksi 3x1.

Monitoring ECG -

Keterangan :

Monitoring ECG digunakan untuk melihat interval

QT sehingga tidak terjadi prolonged QT akibat

pemberian obat antimalaria.

Elektrolit √

Keterangan :

2

Page 9: Assessment Malaria(2)

Dilakukan untuk memantau keseimbangan elektrolit

pasien karena pasien didiagnosis mengalami

hipokalemia dan hiponatremia.

Keseimbangan cairan √

Keterangan :

Dilakukan untuk mencegah terjadinya edema paru

akibat overload.

Serum kreatinin dan ureum √

Keterangan :

Dilakukan untuk memantau fungsi ginjal pasien

karena pasien didiagnosis mengalami pre-renal

azotemia.

Tekanan darah (sistolik ) √

Keterangan :

Dilakukan untuk memantau dan mencegah terjadinya

kolaps sirkulasi atau syok hipotensi.

Hemoglobin √

Keterangan :

Dilakukan untuk memantau peningkatan kadar Hb

pasien.

DDR (sediaan darah) √

Keterangan :

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya parasit

malaria (negatif/positif), spesies dan stadium

plasmodium, serta kepadatan parasit.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pasien

2

Page 10: Assessment Malaria(2)

positif terinfeksi malaria, jenis plasmodium adalah

falciparum bentuk gamet, stadium ++++, kepadatan

parasit 444/uL darah.

Kadar gula darah -

Keterangan :

Dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia.

Suhu badan √

Keterangan :

Untuk mengetahui terjadinya perbaikan klinis pasien

(demam).

Indikator

kesembuhan

Suhu badan √

Keterangan :

Suhu badan normal 36-37,5 oC. Suhu badan pasien

pada hari terakhir perawatan 36,4 oC.

DDR √

Keterangan :

Untuk mengetahui pasien tidak terinfeksi malaria

lagi, ditunjukkan dengan DDR negatif. Apabila DDR

negatif, maka terapi yang diberikan sudah tepat dan

efektif. Pada hari perawatan ke-4, hasil DDR pasien

menunjukkan negatif.

Gejala klinis malaria membaik (deman, menggigil,

sakit kepala, mual muntah, nyeri sendi)

Keterangan :

Untuk melihat keberhasilan terapi yang diberikan.

Pada hari kedua perawatan, gejala klinis malaria

pada pasien sudah membaik.

2

Page 11: Assessment Malaria(2)

Hemoglobin dan hemotokrit √

Keterangan :

Untuk melihat keberhasilan terapi yang diberikan,

dimana pasien tidak mengalami anemia berat lagi

(Hb < 5 g/dL dan hemotokrit < 15%).

Pemeriksaan pada hari ke-6 menunjukkan :

Hb : 10,6 g/dL

Hemotokrit : 25,5%

Keseimbangan elektrolit dan cairan √

Keterangan :

Untuk melihat apakah pasien masih mengalami

hiponatremia dan hipokalemia. Selain itu, untuk

mencegah terjadinya over load cairan. Hasil

pemerikasan laboratorium terakhir untuk elektrolit

pasien menunjukkan :

K+ : 3,8 mmol/L

Na + : 140 mmol/L

Edema -

Keterangan :

Untuk melihat berkurangnya edema pada pasien.

Kadar gula darah -

Keterangan :

Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia yang dapat

memperparah kondisi pasien.

Tekanan darah (sistolik) √

Keterangan :

2

Page 12: Assessment Malaria(2)

Tekanan darah sistolik pasien pada hari terakhir

perawatan adalah 80 mmHg.

Interval QT -

Keterangan :

Melihat ada tidaknya efek samping pemberian obat

antimalaria

2

Page 13: Assessment Malaria(2)

KONSELING KEPADA PASIEN KELUARGANYA

1. Pasien diinformasikan mengenai khasiat obat dan tujuan pengobatan yang dijalani

sehingga pasien menjadi termotivasi untuk menjalani pengobatan dengan rutin.

2. Penting diinformasikan mengenai bagaimana meminum obat Arsuamoon® supaya pasien

tetap taat untuk minum obat (Arsuamoon® diminum setelah makan, berisi 8 tablet (4

pasang) diminum separuh dari total 8 tablet (2 pasang dahulu) dengan selang waktu 30

menit-1 jam kemudian diminum 4 tablet (2 pasang) sisanya).

3. Pasien diberitahu mengenai kemungkinan timbulnya efek samping obat antimalaria yakni

adanya mual dan muntah serta rasa tidak nyaman pada perut. Namun, efek samping ini

belum tentu muncul dan dapat diatasi dengan pemberian metoclopramide dan ranitidine.

Pasien tetap diyakinkan dan dimotivasi bahwa manfaat minum obat antimalaria lebih

besar dari kemungkinan timbulnya efek samping obat tersebut.

4. Keluarga pasien diminta mengingatkan pasien untuk selalu minum obat.

5. Pasien diminta untuk tidak bepergian ke daerah endemis malaria dahulu selama kurun

waktu tertentu

6. Menginformasikan kepada pasien dan kelurganya mengenai pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan sekitar (menguras bak, menghilangkan genangan-genangan air

berjentik, semak-semak yang bernyamuk).

7. Pasien dan keluarganya diberi pengertian bahwa penyakit malaria dapat menimbulkan

komplikasi yang serius apabila tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu apabila

pasien mengalami kekambuhan/ada keluarga pasien yang mengalami gejala serupa yang

dialami pasien maka hendaknya segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

penanganan lebih lanjut.

1

Page 14: Assessment Malaria(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Anti Malarial Drugs : Quinine, http:// www.malariasite.com/malaria/quinine.htm ,

diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Anonim, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

041/MENKES/SK/I/2007 Tentang Pedoman Pengobatan Malaria.

Anonim, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

044/MENKES/SK/I/2007 Tentang Pedoman Pengobatan Malaria.

Anonim, 2008, Malaria, http://nursingcrib.com/communicable-diseases/malaria/, diakses tanggal

12 Oktober 2010.

Anonim, 2008, Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit Malaria, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2009, Malaria Case Management : Operations Manual, World Health Organization

Press, Geneva, Switzerland.

Anonim, 2010, Guidelines for the treatment of malaria, 2nd edition, World Health Organization

Press, Geneva, Switzerland.

Anonim, 2010, Lapkas unsrat interna malaria, http:// www.whitetigermtc76.co.cc, diakses

tanggal 12 Oktober 2010.

Chaya, I., 2003, Pengaruh Malaria Selama Kehamilan, http://repository.usu.ac.id/

bitstream/123456789/3764/1/fkm-indra%20c3.pdf, diakses tanggal 26 Oktober 2010.

Cipolle, R.J. dan Strand, L.M., Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s Guide, 2nd edition,

McGraw-Hill, New York.

Corwin, E. J., 2000, Patofisiologi, 125, EGC, Jakarta.

Dipiro, et.al., 2008, Pharmacotherapy Principles & Practice, 1145, Mc Graw Hill Medical, New

York.

Tjitra, E. I., 1991, Malaria pada Kehamilan, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk068

hepatitis.pdf, diakses tanggal 20 Oktober 2010.

2