ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

98
ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH) (STUDI ATAS FINTECH ADAKAMI, EASYCASH, DAN MITRA PEDAGANG) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Ade Monny Andreany 11150490000130 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441H/2020

Transcript of ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

Page 1: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

i

ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN

DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)

(STUDI ATAS FINTECH ADAKAMI, EASYCASH, DAN MITRA

PEDAGANG)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Ade Monny Andreany

11150490000130

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441H/2020

Page 2: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

i

ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN

DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH)

(Studi Atas Fintech Adakami, Easycash, Dan Mitra Pedagang)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Ade Monny Andreany

11150490000130

Pembimbing

Faris Satria Alam, M.H

NIDN.0325038802

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM

PENAGIHAN DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH) (Studi Atas

Fintech Adakami, Easycash, Dan Mitra Pedagang)” telah diajukan dalam sidang

munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 15 Desember 2020,

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2020

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr.Ahmad Tholabi Karlie, S.H., M.A., M.H.

NIP. 19760807 200312 1 001

Panitia Sidang

1. Ketua: A.M. Hasan Ali, M.A

NIP. 19751201 200501 1 005 (........................)

2. Sekretaris: Dr. Abdurrauf, Lc., M.A.

NIP. 19731215 200501 1 002 (.......................)

3. Pembimbing: Faris Satria Alam

NIDN. 0325038802 (.......................)

4. Penguji I : Dr. Kamarusdiana, S.Ag., M.H.

NIP. 197202241998031003 (.......................)

5. Penguji II: M.Nuzul Wibawa, S.Ag., M.H.

NUPN. 9920112985 (.......................)

Faris Satria Alam, S.H., M.H.

NIDN. 0325038802

Page 4: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa hasil karya saya ini bukan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2020

Ade Monny Andreany

Page 5: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

iv

ABSTRAK

ADE MONNY ANDREANY, NIM 11150490000130 . ASPEK

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN

DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (Studi Atas Fintech AdaKami,

EasyCash, dan Mitra Pedagang). PROGRAM STUDI Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. 1441 H/2020 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan

menganalisis perlindungan nasabah (debitur) layanan Fintech P2PLending pada

perusahaan Fintech Adakami,Easycash, dan Mitra Pedagang terkait atas

t indakan penagihan pinjaman kredit , serta menemukan solusi bagaimana

bentuk perlindungan konsumen terhadap nasabah (debitur) terhadap tindakan

tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan

menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), dan

pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan pada

Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Transaksi Elektronik,

dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Metode pendekatan

kasus berdasarkan wawancara dan data langsung dari para debitur yang menjadi

korban penagihan oleh Penyelenggara Fintech P2PLending.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa banyak debitur yang menjadi

korban penagihan oleh Penyelenggara Fintech P2PLending legal atau berizin

dan Fintech P2PLending ilegal atau tidak berizin. Dalam hal perlindungan

konsumen terhadap debitur pada Fintech P2PLending khususnya dalam hal

penagihan OJK telah bekerja sama dengan Asosiasi Fintech pendanaan Bersama

Indonesia (AFPI), seOJK juga bekerja sama dengan Kemkominfo secara rutin

terus memblokir oleh Penyelenggara Fintech P2PLending baik legal maupun

ilegal, serta membuka layanan informasi dan pengaduan konsumen.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Financial Technology, Fintech

P2PLending, Sistem Penagihan pada Fintech

Pembimbing : Faris Satria Alam,M.H

Daftar Pustaka : 1999-2020

Page 6: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTIM PENAGIHAN

DALAM FINANCIAL TECHNOLOGY (Studi Atas Fintech Adak ami,

EasyCash, dan Mitra Pedagang) banyak pihak yang telah membantu Penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maka dalam kesempatan ini penulis Ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag.,S.H.,M.H.,M.A, selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Abdurrauf LC, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Faris Satria Alam S.H.,M.H., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan bagi

Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Hamid Farihi , selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sangat baik dan ikhlas memberikan ilmunya kepada Penulis selama masa

kuliah.

7. Kepada orang tua saya tercinta yaitu Bapak A’un Satunu dan Ibu Ruheni,

terimakasih untuk cinta, tenaga, dukungan, dan do’a mu yang senantiasa kalian

berikan. Terimakasih untuk selalu mendengar, mengarahkan dan memberikan

yang terbaik untuk putrimu ini.

8. Saudara dan saudariku tercinta Intan Fra Safitri, M.Arham Satunu, Adam

Satunu

Page 7: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

vi

9. Staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan

Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Sahabat-sahabat tercinta teman sepermainan dan seperjuangan Laela Indayani,

Juwita Citra, Ariani Oktavianti yang selalu memberi semangat dan dukungan

kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna,

semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak

yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis berharap atas saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan skripsi ini

dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Jakarta, Desember 2020

Ade Monny Andreany

Page 8: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, Rumusan Masalah ................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................................... 9

E. Metode Penelitian........................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan.................................................................. 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN .................................................................................... 15

PADA PEMBIAYAAN FINTECH .................................................................... 15

A. Kerangka Konseptual .................................................................. 15

1. Financial Technology .......................................................... 15

2. Fintech Peer To Peer Lending .............................................. 17

3. Utang Piutang ....................................................................... 23

B. Kerangka Teori............................................................................ 26

1. Teori Perlindungan Konsumen ............................................ 26

Page 9: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

viii

2. Teori Keadilan ...................................................................... 32

BAB III GAMBARAN UMUM...................................................................... 35

FINTECH ADAKAMI, EASY CASH, MITRA PEDAGANG ....................... 35

A. Fintech AdaKami ........................................................................ 35

B. Fintech Easycash ......................................................................... 37

C. Fintech Mitra Pedagang .............................................................. 39

BAB IV SISTEM PENAGIHAN PADA FINTECH DI INDONESIA ....... 42

A. Praktik Penagihan Pada Fintech Adakami, Easycash, Mitra

Pedagang ..................................................................................... 42

B. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Korban Penagihan Fintech .. 52

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 73

A. Kesimpulan ................................................................................. 73

B. Saran ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN ......................................................................................................... 80

Page 10: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cara Kerja Fintech P2PLending .......................................................... 21

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Data Pengaduan Korban Fintech di LBH Jakarta ................. Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ............................................................................... 81

Lampiran 2 Bukti Penagihan kepada Para Debitur ............................................... 86

Page 11: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah merubah pola hidup

masyarakat Indonesia. Perubahan pola hidup terjadi di semua bidang, baik

bidang sosial, budaya, ekonomi dan bidang lainya. Perkembangan teknologi ini

antara lain ditandai dengan berkembangnya teknologi internet.1

Dengan pesatnya perkembangan teknologi juga telah membawa

perubahan pada aktivitas masyarakat. Kini masyarakat dapat melakukan

berbagai hal seperti dalam berbelanja, transportasi, dan melakukan transaksi

keuangan, secara online atau menggunakan internet. Munculnya banyak

perusahaan yang sedang berkembang dengan menyediakan masyarakat dengan

dukungan internet tersebut saat ini sedang populer dimasyarakat, perusahaan

tersebut disebut dengan perusahaan startup atau perusahaan rintisan yang

menyediakan berbagai layanan digital (seperti, pembayaran, investasi,

pinjaman, atau pembiayaan). Kemunculan inovasi teknologi jasa keuangan

teknologi melahirkan istilah baru yaitu Financial Technology (Fintech).

Financial Technology (Fintech) dapat diterjemahkan kedalam Bahasa

Indonesia menjadi teknologi keuangan. Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan

Bank Indonesia Nomor 19/12PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi

Finansial, teknologi finansial dapat diartikan sebagai penggunaan teknologi

dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/

atau model bisnis baru dan dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas

sistem keuangan, dan. atau efisiensi, kelancaran, keamanan dan keandalan

sistem pembayaran..2 Financial Technology (Fintech) juga menurut The

National Digital Research Center (NDRC), fintech merupakan Innovation in

1 Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce: Studi Sitem Keamanan

Dan Hukum di Indonesia,(Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2005) h.,1 2 Nuzul Rahmayani, “Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen terkait Perusahaan

Berbasis finansial Technology di Indonesia”, (Pagayuyung Law Journal, edisi No 1 Vol2,

fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, 2018), h., 25

Page 12: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

2

financial service (inovasi di bidang keuangan).3

Menurut definisi tersebut dapat dikatakan bahwa financial technology

(fiintech) merupakan gabungan dari teknologi dan layanan keuangan yang

bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memperoleh produk keuangan,

mempermudah transaksi dan juga meningkatkan literasi keuangan.4

Kehadiran fintech merupakan jawaban bagi masyarakat yang belum

tersentuh dengan layanan perbankan atau unbanked people sehingga dapat

memudahkan semua lapisan masyarakat untuk memperoleh layanan jasa

keuangan yang cepat, praktis dan nyaman.

Fintech merupakan sebuah metode implementasi yang menggunakan

teknologi untuk meningkatkan layanan jasa perbankan dan keuangan, yang

umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup) melalui penggunaan

teknologi internet, dan komputerisasi terkini. Konsep ini disesuaikan dengan

perkembangan teknologi yang dipadukan dengan industri keuangan, sehingga

dapat menawarkan proses transaksi yang lebih cepat, praktis, dan modern.

Layanan yang diberikan oleh perusahaan fintech meliputi: pembayaran,

pembiayaan (Crowdfunding, pinjaman Peer to Peer Lending ), asuransi (Risk

Management), dan Market Aggregator atau Pendukung Pasar.5

Munculnya perusahaan berbasis fintech khususnya yang memberikan

layanan pinjam meminjam uang atau Peer To Peer Lending (P2PL) saat ini

tengah mendapat perhatian masyarakat dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

sebagai regulator. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. POJK tersebut mengatur

tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi Informasi atau

disebut dengan Peer To Peer Lending. Layanan ini merupakan suatu terobosan,

untuk masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan

3 Chirsmastianto, “I.A.W, Analisis SWOT Implementasi Teknologi finansial terhadap

Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2017), h., 137-148. 4 Teknologi Finansial: Tengok Dulu Perkembangan Fintek di Indonesia, diterima dari

https://www.finansialku.com/ diakses pada tanggal 20 November 2019 5 PBI Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, Lembaran

Negara Republik Indonseia Nomor 6142

Page 13: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

3

(unbanked people) akan tetapi mereka melek teknologi. Layanan fintech P2P

Lending ini meerupakan solusi untuk menyalurkan pembiayaan yang terbatas

di Indonesia, dan mecapai inklusi keuangan melalui kolaborasi dengan

keuangan inklusif dan perusahaan teknologi lainya.6

Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi atau

Fintech Peer To Peer Lending (P2P Lending) merupakan produk fintech yang

mempertemukan antara pemilik dana (lender) dengan peminjam dana

(borrower) atau kreditur atau dapat juga melalui sistem elektronik atau

teknologi informasi. Melalui layanan P2P Lending ini, masyarakat yang

membutuhkan dana dalam jumlah kecil dapat dengan cepat memperoleh dana

tanpa harus mengajukan kredit ke bank. Penyelenggara atau perusahaan P2P

Lending telah membuat platform online untuk memberikan kemudahan,

kemudian pemilik dana dapat langsung memberikan pinjaman kepada

peminjam, dan peminjam dapat langsung mengajukan pinjaman dari

penyelenggara secara online dengan syarat yang relatif lebih mudah dan cepat.

Metode inilah yang menghilangkan peran intermediasi yang selama ini

dilakukan oleh bank.

Keuntungan lainya adalah dibandingkan dengan lembaga keuangan

konvensional, layanan P2P Lending masyarakat dapat mengakses layanan P2P

Lending hingga 24 jam melalui aplikasi. Ini berbeda dengan kredit atau

pembiayaan di bank. Di bank, dimana debitur atau yang memerlukan pinjaman

harus mendatangi kantor bank terkait dan harus melalui proses antrian untuk

mendapatkan pinjaman kredit.7 Selain itu, pada layanan pinjam meminjam uang

melalui P2P Lending ini juga tidak membutuhkan agunan, yang tentunya

berbeda dengan fasilitas kredit ataupun pembiayaan di bank yang biasanya

membutuhkan agunan. Masyarakat yang ingin meminjam uang pada

perusahaan P2P Lending ini hanya perlu bermodalkan Kartu Tanda Penduduk

6 Reynold wijaya, P2P Lending Sebagai Wujud Baru Inklusi Keuangan, diterima dari

http://nasional.compas.com/read/2016/11/26/0600002.p2.lendingsebagaiwujudbaru.inklusi.keuang

an diakses pada 28 Desember 2019 7 Peer to Peer Lending, diterima dari http://koinworks.com/id/education-center/industri-peer-

to-peer-lending diakses pada 20 November 2019

Page 14: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

4

(KTP) dan hanya mengisi data diri untuk mengajukan dan memperoleh

pinjaman sehingga banyak masyarakat yang akhirnya memilih untuk

menggunakan pinjaman online ini.

Adanya Financial Technology (Fintech) sejatinya memudahkan

masyakarakat. Belanja online, ojek online, pinjaman online, adalah bagian dari

fintech yang populer saat ini. Namun sayangnya, ketika masyarakat

menggunakan layanan fintech dengan menggunakan internet ini, seringkali

mereka mengabaikan aspek perlindungan konsumen.

Baru-baru ini, fintech P2P Lending menjadi fokus perhatian. Aplikasi

pinjaman online populer karena dapat dengan mudah memberikan akses

pinjaman kepada masyarakat. Cukup dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP),

foto, dan nomor rekening, pinjaman akan masuk ke rekening dalam beberapa

menit. Sayangnya, adanya pinjaman online membuat banyak masalah terutama

dalam sisi perlindungan konsumen. Seperti dalam masalah penagihan,

penyebaran data, dan masalah lainya. Misalnya dalam dua tahun terakhir kasus

mengenai penagihan pinjaman online kerap menjadi keluhan konsumen kepada

regulator, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Kasus-kasus

penagihan ini tak jauh dari oknum kolektor yang menagih kepada peminjam

dengan mengakses kontak telepon peminjam. Penagihan tersebut dilakukan

dengan mengintimidasi dan menggunakan kata-kata kasar.

Contoh kasus penagihan pinjaman online ini adalah pemilik akun

instagram berinisial L.P.D. ia mengadu di akun instagram resmi

@OJKIndonesia mengeluhkan para penagih yang meneror anggota

keluarganya. Belum lama ini, dia menerima pinjaman dari perusahaan fintech

P2P Lending. Namun ketika baru jatuh tempo, ia sudah mendapat makian dari

penagih. Bahkan anggota keluarganya juga sempat diancam. LPD tidak tahan

dengan teror itu dan berusaha menghubungi call center OJK. Sayangnya, ia

tidak mendapatkan solusi.

Kasus lain datang dari pengguna fintech yang merupakan warga Bandung

yang berinisial D.A. ia juga mengeluhkan tata cara penagihan pinjaman online

Page 15: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

5

yang tidak wajar. Para penagih pinjaman online membuat group media sosial

(WhatApps) yang berisikan sepuluh kontak telepon yang dimiliki oleh D.A.

lewat group tersebut, penagih mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan

membuat keluarganya menjadi panik. Bahkan, ia juga kehilangan banyak

pelanggan karena salah satu kontak yang diakses pinjaman online tersebut

merupakan relasi pelangganya.

Kasus penagihan lainya, berasal dari warga surabaya berinisial T, yang

mendapatkan teror dari salah satu perusahaan fintech . Ia merasa terganggu

karena kerap kali dihubungi aplikasi yang memberikan pinjaman kepada

temanya. T dituduh menyembunyikan temanya yang memiliki masalah

penunggakan pembayaran. Penagihan tersebut bahkan dilakukan tanpa

mengenal waktu, termasuk disaat jam kerja dan di malam hari.8

Perusahaan Fintech P2PLending yang melakukan penagihan dengan

mengintimidasi serta teror kepada debitur terkait pinjaman online, kini telah

menjadi sorotan publik dan menimbulkan masalah yang serius.

Menurut data Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI),

telah menerima 426 pengaduan sejak 2019. Sebagian besar pengaduan

melibatkan kasus penagihan dan penyalahgunaan akses data pribadi oleh fintech

pinjaman. Laporan mencapai sekitar 43% dari total pengaduan. Kemudian 41%

aduan terkait akses data pribadi. Kemudian 10% melaporkan bunga dan denda

fintech pinjaman yang terlalu tinggi. 426 aduan tersebut melibatkan 519 fintech

pinjaman. Sebanyak 70% fintech pinjaman ilegal atau tidak terdaftar di OJK,

lalu 30% lainya merupakan anggota AFPI.

Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sudah

menerima 26 aduan konsumen sejak awal tahun ini. Aduan tersebut serupa

dengan aduan yang diterima AFPI tentang ancaman terhadap konsumen yang

gagal membayar.9

8Desi Angriani, Meneropong Pengihan Fintech Lending, diterima dari

https://www.medkom.id/ekonomi/analisa-ekonomi/JKRVoP%K-meneropong-penagihan-fintech-

lending diakses pada 12 November 2019 9Desi Angriani, Meneropong Pengihan Fintech Lending, diterima dari

https://www.medkom.id/ekonomi/analisa-ekonomi/JKRVoP%K-meneropong-penagihan-fintech-

lending diakses pada 15 November 2019

Page 16: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

6

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta memperkirakan, sejauh ini

sudah ada kurang lebih 3.000 pengaduan dari nasabah korban fintech pinjaman

online bermasalah, karena sejak November 2018 saja sudah ada 1.600

pengaduan. jadi diperkirakan saat ini sudah ada 3.000 pengaduan. 10 LBH

mengindikasikan dari pengaduan tersebut, terdapat 14 dugaan pelanggaran

hukum dan hak asasi manusia. Dugaan pelanggaran pertama, yaitu bunga yang

tinggi dan tanpa batasan, serta biaya administrasi yang tidak jelas, pengaduan

berupa sistem yang tidak dikelola dengan baik, dan kesalahan mencatat

pengembalian dana, selain sejumlah teror yang dikumpulkan, intimidasi,

ancaman dan pencemaran nama baik tidak hanya dilakukan terhadap peminjam,

tetapi juga kepada semua kontak telepon yang tersimpan di ponsel peminjam.

Besarnya jumlah aduan tersebut menunjukan bahwa, dalam hal ini sektor

perlindungan konsumen dan jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

belum sepenuhnya dijamin oleh regulator dalam kasus ini. Karena minimnya

regulasi financial technology, melakukan pinjaman online ternyata menjadi

bencana. Debitur tidak memperhatikan tingginya risiko saat mengajukan

pinjaman, seperti tidak cermat membaca ketentuan standar dan memahami

besaran suku bunga, jika melebihi jangka waktu pengembalian maka akan

mendapatkan denda atau mengecek legalitas izin perusahaan Fintech P2P

Lending. Hal tersebut menjadi salah satu faktor banyaknya keluhan terkait

masalah layanan Fintech P2P Lending ini.

Dalam Fintech P2P Lending , penagihan dengan cara yang mengancam,

sebenarnya adalah perilaku yang dilarang. Ketentuan tersebut tercantum dalam

kode etik dan perilaku atau Code of Conduct Asosiasi Fintech Indonesia

(AFTECH). Code of Conduct mewajibkan semua perusahaan Fintech P2P

Lending mengutamakan itikad baik dalam penagihan pinjaman kepada

peminjam. Dalam kode etik juga mewajibkan perusahaan penyelenggara

Fintech P2P Lending memiliki dan menyampaikan prosedur penyelesaian

penagihan kepada debitur (yaitu peminjaman gagal). Setiap penyelenggara

10 Jeanny Silvia Sari, Laporan Kantor LBH Jakarta, diterima dari https://www.Tempo.CO/

diakes pada tanggal 4 Desember 2019

Page 17: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

7

wajib menginformasikan kepada debitur mengenai langkah-langkah yang harus

diambil dalam hal keterlamabatan pinjaman kegagalan pembayaran

pinjaman.11

Munculnya aplikasi-aplikasi pinjaman online ini harus diatur dengan

regulasi khusus. Misalnya, ada aturan terkait sanksi pinjaman online yang

melanggar hukum. Yang terpenting adalah mekanisme pengaduan konsumen

dan penyelesaian sengketa jika terjadi konflik. Jauh sebelum kasus ini muncul

ke publik, Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya sudah menerbitkan POJK Nomor

77 Tahun 2016 Tentang layanan Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi

Informasi. Namun POJK tersebut lebih menekankan pentingnya kewajiban

pendaftaran bagi pelaku usaha yang ingin berbisnis di sektor pinjaman online.

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan contoh kasus yang ada,

faktanya beberapa masalah pelanggaran kasus pinjaman online yang dilakukan

oleh perusahaan Fintech P2P Lending, pelanggaran tersebut tidak hanya

tentang bunga yang berlebihan, atau penyebaran data tetapi ada juga ada

banyak aduan atau keluhan permasalahan dalam tindakan penagihan yang

intimidatif yang dilakukan perusahaan Fintech kepada peminjam, maka dari itu

peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai aspek perlindungan

konsumen terkait permasalahan ini dan menuangkanya dalam sebuah penelitian

dalam bentuk skripsi yang berjudul: ASPEK PERLINDUNGAN

KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN DALAM FINANCIAL

TECHNOLOGY (Studi Atas Fintech Adakami, Easycash, dan Mitra

Pedagang)

B. Identifikasi, Pembatasan, Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran yang telah di uraikan latar belakang diatas, maka

identifikasi masalah meliputi:

a. Maraknya Penagihan Bermasalah Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara

11 Pedoman Perilaku Pemberian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi Secara Bertanggung Jawab, Asosiasi Fintech Indonesia ,2018

Page 18: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

8

Fintech

b. Minimnya Pengawasan Oleh Regulator Kepada Penyelenggara Fintech

c. Minimnya Penindakan Kepada Fintech Yang Bermasalah

d. Minimnya Aturan Terhadap Industri Financial Technology (Fintech)

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan penelitian ini tidak melebar, maka penelitian ini hanya

fokus membahas bagaimana perlindungan hukum kepada debitur atau

pengguna layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi (Fintech)

dalam tindakan penagihan yang dilakukan oleh Penyelenggara Fintech tidak

sesuai dengan regulasi.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Praktik Penagihan Yang Dilakukan Oleh Fintech Adakami,

Easycash, Dan Mitra Pedagang ?

b. Bagaimana Bentuk Perlindungan Konsumen Terhadap Debitur Korban

Dalam Sistem Penagihan Pinjaman Online (Fintech) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis bentuk penagihan yang dilakukan oleh perusahaan

Financial Technology kepada debitur atau peminjam dana.

b. Untuk Menganalisis pengaturan Fintech serta bentuk perlindungan

konsumen bagi debitur atau peminjam dana layanan pinjam meminjam

uang berbasis Financial Technology .

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah tingkat wawasan,

pengembangan ilmu pengetahuan pada kalangan akademisi pada

umumnya serta memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang

teknologi finansial sehingga meningkatkan rasa percaya serta kehati-

hatian dalam menggunakan layanan jasa keuangan teknologi finansial

Page 19: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

9

(fintech).

b. Manfaat Praktis

Memberikan wawasan serta informasi terhadap penulis dan pembaca

mengenai pengaturan Financial Technology dan bentuk perlindungan

hukum bagi penggunanya .

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan beberapa

penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang penyusun kaji yang terkait

tentang financial technology. Akan tetapi belum ada sama sekali yang

membahas secara spesifik tentang objek yang sama pada penelitian ini. Berikut

adalah beberapa tulisan yang membahas terkait financial technology.

Jurnal yang ditulis oleh Raka Fauzan Hatamia, Elisatris Gultomb, dan

Anita Afriana dari fakultas hukum Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2019

yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Perusahaan Financial Technology

P2PLending Dalam Kegiatan Penagihan Pinjaman Uang Yang Melanggar Asas

Perlindungan Konsumen Dikaitkan Dengan Hukum Perlindungan Konsumen.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa penegakan hukum dalam rangka

untuk melindungi konsumen terhadap tindakan yang dilakukan perusahaan

Fintech P2PLending belum cukup baik. Dibutuhkan regulasi hukum dan

koordinasi yang memadai diantara pihak-pihak terkait untuk melakukan

penegakan hukum dalam rangka melindungi konsumen terhadap perusahaan-

perusahaan Fintech P2PLending yang melanggar hak-hak

konsumen.12Persamaan penelitian dengan peneliti yaitu dalam jurnal tersebut

membahas tentang penagihan yang dilakukan perusahaan Fintech P2PLending

kepada debitur serta konsep penegakan hukum terhadap perusahaan Fintech

P2PLending. Namun terdapat perbedaan penelitian dengan peneliti yaitu

perbedaan dalam objek penelitian dan peneliti hanya membahas bagaimana

12 Raka Fauzan Hatamia,dkk, “Penegakan Hukum Terhadap Perusahaan Financial

Technology P2P Lending Dalam Kegiatan Penagihan Pinjaman Uang yang Melanggar Asas

Perlindugan Konsumen Dikaitkan Dengan Hukum Perlindungan Konsumen”, ( Jurnal Ilmu Hukum

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Vol.2 No.2 Juni 2019)

Page 20: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

10

bentuk perlindungan hukum bagi debitur yang menjadi korban penagihan oleh

perusahaan Fintech P2PLending.

Skripsi oleh Muhammad Yusuf Tahun 2019 dengan judul Perlindungan

Hukum Terhadap Debitur Pada Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Financial Technology. Skripsi tersebut membahas perlindungan hukum bagi

debitur atau penerima pinjaman yang memerlukan perlindungan hukum dari

penyelenggara layanan pinjam meminjam berbasis Financial Technology.13

Persamaan dengan penelitian peneliti yakni membahas tentang perlindungan

hukum bagi debitur yang menjadi korban pengguna layanan Fintech. Namun

terdapat perbedaan penelitian dengan peneliti yakni dalam skripsi ini

mengungkap debitur yang menjadi korban hanya merupakan korban dari

penyelenggara Fintech ilegal atau tidak berizin saja dan sumber datanya dari

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sedangkan yang menjadi penelitian peneliti

adalah aspek perlindungan konsumen atas sistem penagihan dalam Fintech

dimana penelitian ini sumber datanya peneliti mendapatkan langsung dari

debitur yang menjadi korban penagihan oleh penyelenggara Fintech baik yang

legal maupun ilegal.

Skripsi oleh Alfica Rezita Sari Tahun 2018 dengan judul Perlindungan

Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam Penyelenggaraan Financial Technology

Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia. Pada skripsi tersebut membahas

tentang perlindungan hukum terhadap pemberi pinjaman dalam

penyelenggaraan fintech P2PLending di Indonesia untuk memberikan kepastian

hukum khususnya bagi pemberi pinjaman (kreditur) apabila terjadi gagal bayar

dari pihak penerima pinjaman (debitur).14 Persamaan dengan penelitian peneliti

yakni terkait permasalahan pinjam meminjam uang berbasis Financial

Technology, namun terdapat perbedaan penelitian peneliti akan membahas

terkait perlindungan hukum terhadap debitur sebagai peminjam, sedangkan

13 Muhammad Yusuf, “Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Financial Technology”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,2019) 14 Alfhica Rezita Sari, “Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam

Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di Indonesia”, (Skripsi S-

1 Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018).

Page 21: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

11

pada skripsi ini membahas dari sudut pandang kreditur sebagai pemberi

pinjaman.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian normatif. Pendekatan tersebut mengacu kepada norma-norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-

putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada di masyarakat.15

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

Perundang-undangan (statute approuch) dan Pendekatan Kasus (case

approach) yang merujuk pada hukum yang telah ada. Pendekatan

perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah

semua peraturan undang-undang san regulasi yang bersangkutan dengan isu

hukum yang ditangani. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan

dengan cara menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang

dihadapi.16

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan tujuan menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode penelitian yang

ada, berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan

diperoleh dari situasi yang alamiah.17

Jenis penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yang bersifat

15 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta:Sinar Grafika,2010), h.,105 16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011), h.,93 17 Djam’an Santori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfa beta,

2009), h.,25

Page 22: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

12

deskriptif. Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar-gambar dan bukan

angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian ini berisikan kutipan-

kutipan berupa data yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto,

dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainya.18

3. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data disini adalah subyek dari mana data

diperoleh.19

a. Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber pertama.20

Data primer yang digunakan adalah wawancara terhadap debitur atau

peminjam uang yang menjadi korban penagihan oleh penyelenggara

Fintech P2PLending, yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

b. Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instalansi di luar dari penelitian sendiri

walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya data asli.21 Sumber data

sekunder dalam penelitian ini meliputi sumber-sumber yang dapat

memberikan data pendukung seperti buku, dokumen, maupun arsip serta

seluruh data yang berhubungan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu wawancara dan

studi pustaka.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder

dikelompokan dan disusun secara sistematis. Selanjutnya data tersebut

dianalisis secara deskripstif kualitatif. Deskriptif adalah penelitian non

hipotesis. Kualitatif yaitu data yang tidak merupakan perhitungan dan

18 Wayan Suhendra, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Nila cakra, 2018), h.,10 19 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Dan Teknik, (Bandung:

Tarsindo, 1999), h.,134 20 Soerjono Soekamto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat,

(Jakarta: Rajawali Press,2006, h.,13 21 Muhammad Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h., 57

Page 23: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

13

pengujian angka-angka, tetapi dideskripsikan dengan menggunakan metode

deduktif, yaitu kerangka berfikir dengan cara menarik kesimpulan dari data

yang bersifat umum ke dalam data yang bersifat khusus dan data yang

diperoleh melalui responden ditarik untuk menggambar populasi dengan

menggunakan metode indukatif yaitu kerangka berfikir dengan menarik

kesimpulan dari data yang bersifat khusus ke dalam data yang bersifat

umum. Berdasarkan analisis tersebut selanjutnya diuraikan secara sistematis

sehingga pada akhirnya diperoleh jawaban permasalahan yang dilaporkan

dalam bentuk skripsi.

F. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan

gambaran besar mengenai pokok pembahasan, penulis menyusun skripsi ini

dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I: PENDAHULUAN

Berisi uraian mengenai latar belakang masalah yang akan penulis

bahas, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan riview terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN PADA PEMBIAYAAN FINTECH

Pada bab ini diuraikan pokok pembahasan yang mendukung

penulisan skripsi ini, diantaranya pembahasan terkait perlindungan

konsumen dan tinjauan umum tentang Financial Technology.

BAB III: GAMBARAN UMUM FINTECH ADAKAMI, EASYCASH,

MITRA PEDAGANG

pada bab ini memberikan gambaran umum Fintech Adakami,

Easycah dan Mitra Pedagang

BAB IV: SISTEM PENAGIHAN PADA FINTECH

Page 24: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

14

Pada bab ini menjabarkan atau menjawab apa yang ada dalam

rumusan masalah. Diantaranya menjabarkan dan menganalisis

bagaimana bentuk penagihan yang dilakukan oleh penyelenggara

Fintech P2PLending kepada pengguna layanan (debitur) dan

bagaimana bentuk perlindungan konsumen terhadap korban

(debitur) penagihan Fintech P2PLending.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan

saran. Kesimpulan merupakan hasil dari penyederhanaan dari hasil

analisis atau jawaban terhadap inti dari masalah penelitian

berdasarkan data yang diperoleh. Saran merupakan masukan yang

diberikan oleh peneliti.

Page 25: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PADA PEMBIAYAAN FINTECH

A. Kerangka Konseptual

1. Financial Technology

a. Pengertian Financial Technology (Fintech)

Isitilah Fintech merupakan singkatan dari Financial Technology

yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berartikan teknologi

finansial. Menurut pasal 1 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor

19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,

teknologi finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem

keuangan yang menghasilkan produk, layanan teknologi, dan/atau

model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter,

stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan,

dan keandalan sistem pembayaran.1

Menurut National Digital Research Center (NDRC) teknologi

finansial adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi

dibidang jasa finansial, dimana istilah tersebut berasal dari kata

“financial” dan “technology” (fintech) yang mengacu pada inovasi

keuangan dan teknologi modern.2

Menurut Bank Indonesia (BI), Fintech adalah suatu proses

menggabungkan layanan keuangan dan teknologi, yang pada akhirnya

mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat. Fintech

memiliki peranan penting dalam mengubah perilaku manusia.

Teknologi ini menjadi fasilitator utama bagi pergerakan bisnis,dan telah

memberikan kontribusi besar terhadap perubahan struktur, operasional,

1 Harry Chandra Sihombing, “Hukum dan Regulasi Startup Fintech di Indonesia; Tantangan

dan Peluang, Lesson Learning dari negara lain” (Jurnal Magister Teknik Elektro, Univ.Mercua

Buana, Jakarta). 2 Chirsmastianto, “I.A.W, Analisis SWOT Implementasi Teknologi finansial terhadap

Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2017), h., 137-148.

Page 26: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

16

dan manajemen organisasi. Dapat disimpulkan bahwa Fintech ini

merupakan inovasi jasa keuangan yang menggunakan teknologi

informasi dalam pemanfaatannya dapat digunakan dengan cepat,

mudah dan praktis.

b. Jenis-Jenis Fintech

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) membagi jenis Fintech di

Indonesia menjadi dua kategori, yaitu Fintech versi 2.0 untuk layanan

keuangan digital (lembaga keuangan atau bank) dan Fintech versi 3.0

untuk startup teknologi yang melakukan inovasi keuangan pada produk

jasa. . Sementara itu, sesuai dengan rekomendasi kebijakan dan

pengawasan Financial Stability Board (FSB), perusahaan fintech

terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:3

a) Payment, Clearing dan Settlement. Fintech jenis ini menyediakan

layanan melalui uang elektronik atau uang digital sebagai alat

pembayaran online. Penyedia layanan ini dilakukan oleh bank dan

lembaga keuangan non bank. Cara pembayaran ini terbagi menjadi

dua jenis, yaitu uang elektronik dan dompet elektronik. Contoh:

Flazz BCA, Uang Elektronik Mandiri, OVO, Go-Pay dan DANA

b) Peer To Peer Lending (P2P). Adalah startup yang menyediakan

platform pinjaman secara online, dimana transaksinya tidak melalui

bank konvensional namun dengan cara langsung menghubungkan

pemberi pinjaman.4 Fintech jenis P2PLending ini menjembatani

antara investor dengan peminjam yang dipertemukan melalui online

platform, contoh dari P2PLending yang sudah cukup terkenal

adalah: Amartha dan Investree

c) Market Aggregator dan E- Aggregator. Merupakan jenis Fintech

3 Budi Santoso, dan Edwin Zusrony,” Analisis Persepsi Pengguna Aplikasi Payment

Berbasis Fintech Menggunakan Technology Acceptanse Model (TAM)”,(Jurnal Teknologi

Informasi dan Komunikasi, ISSN: 2087-0868, Vol.11, No 1 Maret 2020), h.,50. 4 Candra Hendriyani dan Sam un Jaja Raharja, Strategi Agilitas Bisnis Peer to Peer Elnding

Startup Fintech di Era Keuangan Digital di Indonesia”, (Jurnal Pemikiran dan Penelitian

Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol.4, No 1 April 2019), h.,21.

Page 27: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

17

yang menggunakan Platform pembanding sebuah layanan produk

(harga, fitur dan benefit), bagi konsumen yang memerlukan dan

menggunakan layanan transaksi dari beragam akun perbankan, jenis

Fintech e- Aggregator ini menawarkan layanan yang dapat

mengakomodasi seluruh transaksi tersebut melalui satu platform

saja serta dapat dijadikan penentu dalam pengambilan keputusan.

Contohnya: Cermati, dan Cekaja.

d) Manajemen dan Investasi Risiko merupakan financial planner yang

memberikan edukasi terkait resiko dan model investasi yang cocok

dengan kondisi keuangan konsumen. Contohnya: Finansialku, dan

Online-Pajak.

2. Fintech Peer To Peer Lending

Diantara jenis-jenis fintech yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas,

peneliti akan melakukan kajian mendalam tentang Fintech P2PLending

berdasarkan fokus utama penelitian terkait layanan pinjam meminjam uang

berbasis Fintech Technology.

a. Pengertian Peer To Peer Lending

Fintech Peer To Peer Lending merupakan layanan pembiayaan

berbasis utang berupa platform yang disediakan oleh perusahaan

Fintech P2Plending, dimana pinjaman pribadi dilakukan antar

peminjam, antar individu yang melakukan pinjaman antar peminjam.

Fintech P2Plending menyediakan wadah bagi masyarakat yang ingin

meminjam uang dari orang yang belum pernah bertemu. Demikian pula

kreditor atau pemberi pinjaman dapat memberikan pinjaman kepada

orang yang tidak dikenal, dan informasi yang diketahui hanya dapat

didasarkan pada riwayat kredit pinjaman.

Layanan pinjam meminjam P2PLending berbeda dengan layanan

pinjaman meminjam uang yang diatur dalam pasal 1754 KUHPerdata.

Dalam perjanjian pinjam meminjam yang diatur pada Pasal 1754

KUHPerdata, pihak yang terlibat adalah pemberi pinjaman dan

Page 28: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

18

penerima pinjaman, dan penerima pinjaman wajib untuk memberikan

jumlah yang sama dengan jenis dan ketentuan yang sama kepada pihak

lain. Dalam layanan P2Plending, pemberi pinjaman tidak secara

langsung bertemu dengan penerima pinjaman. Bahkan diantara para

pihak tidak saling mengenal, karena ada pihak lain dalam sistem

P2PLending, yaitu platform atau penyelenggara P2PLending yang

menghubungkan kepentingan antara pihak ini.5

Dengan berkembangnya teknologi internet, praktik P2PLending

lebih umum dilakukan secara online, atau biasa dikenal dengan Fintech.

Perusahaan yang bergerak di Fintech P2PLending berbeda dengan bank

atau institusi keuangan konvensional lainya. Di sini, perusahaan atau

penyelenggara Fintech P2PLending hanya menjamin hubungan antara

peminjam (debitur) dan pemberi pinjaman (kreditur).

Penyelenggara Fintech P2PLending setidaknya harus melakukan

beberapa hal, di antaranya memastikan bahwa peminjam memenuhi

syarat untuk mengajukan kredit, membantu kreditur menemukan orang

yang membutuhkan pinjaman, membantu prosedur administrasi,

mengatur aliran dana antara peminjam dan pemberi pinjaman, serta

melakukan proses penagihan ketika terjadi gagal atau telat bayar.

b. Pihak yang Terlibat di dalam Fintech Peer To Peer Lending

Semua pihak yang terlibat dalam Layanan Fintech P2PLending

atau Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

melibatkan pihak-pihak yaitu:6

a. Pihak Penyelenggara Layanan Fintech P2PLending

Pasal 1 angka 6 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 mengatur

bagi penyelenggara layanan pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi dalam ketentuan tersebut adalah badan hukum Indonesia

yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan pinjam

5 Ratna H. Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending, (Jurnal

Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018) h., 322 6 Ratna H., Juliyani PR, Hubungan Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending, (Yogyakarta:

Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia,2018) h., 322

Page 29: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

19

meminjam uang berbasis teknologi informasi. Menurut Pasal 2 Ayat

(2) bentuk badan hukum penyelenggara dapat berupa perseroan

terbatas atau koperasi.

b. Pihak Penerima Pinjaman (Debitur)

Penerima pinjaman atau debitur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 angka 7 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang

dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena perjanjian

layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.

c. Pihak Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Pemberi pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

angka 8 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah orang, badan

hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena

perjanjian layanan pinjaman meminjam uang berbasis teknologi

informasi. Pemberi pinjaman dapat berasal dari dalam dan/atau luar

negeri.

d. Bank

Pasal 24 POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan

Pinjaman Meminjam Berbasis Teknologi Informasi menentukan

bahwa penyelenggara wajib menggunakan escrow account dan

virtual account untuk layanan pinjam meminjam uang berbasis

teknologi informasi. Selain itu, penyelenggara perlu menyediakan

virtual account bagi setiap pemberi pinjaman dan dalam rangka

pelunasan pinjaman, penerima pinjaman melakukan pembayaran

melalui escrow account penyelenggara untuk diteruskan ke virtual

account pemberi pinjaman.

Escrow account adalah rekening yang dibuka secara khusus

untuk tujuan tertentu menampung dana yang dipercayakan kepada

Bank Indonesia berdasarkan persyaratan tertentu sesuai dengan

perjanjian tertulis.7

7 Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/11/PBI/2001 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/24/PBI/2000 Tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank

Page 30: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

20

Virtual account adalah nomor identifikasi pelanggan

perusahaan (end user) yang dibuat oleh Bank yang kemudian

diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya (perorangan

maupun non perorangan) sebagai identifikasi penerimaan

(collection).8

Dalam hal ini, tujuan penggunaan virtual account dan escrow

account adalah untuk melarang penyelenggara dalam melakukan

penghimpunan dana masyarakat melalui rekening penyelenggara.

Guna mendukung virtual account dan escrow account tersebut maka

penyelenggara harus bekerjasama dengan bank.

e. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

OJK adalah lembaga yang independen. Sesuai dengan Undang

Nomor 21 Tahuun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK

mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan, penyidikan. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang

yang menyatakan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem

pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan

kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Pasal 6 menyatakan bahwa OJK melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan terhadap: (a) kegiatan jasa keuangan di

sektor perbankan; (b) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal;

(c) kegiatan jasa keuangan disektor Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainya.

Terkait pada kedua pasal tersebut, OJK adalah instansi yang

melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap tumbuh

kembangnya Fintech, salah satunya Fintech P2PLending yang

merupakan bagian industri keuangan Non-Bank (INKB) yang

Indonesia dengan Pihak Ekstern, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4108

8 Mandiri Virtual Account diterima dari https://www.bankmandiri.co.id/virtual-account

diakses pada 10 Januari 2020

Page 31: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

21

diawasi oleh OJK.9

Dalam sistem penyelenggara Fintech P2PLending, OJK

berperan sebagai pemberi persetujuan atas pendaftaran dan

perizinan penyelenggaraan sistem, serta sebagai pihak yang harus

menerima laporan pelaksanaan atas penyelenggaraan sistem pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi.

c. Mekanisme Fintech Peer To Peer Lending

Faktanya, sistem Fintech P2P Lending ini sangat mirip dengan

marketplace yang menyediakan tempat pertemuan antara pembeli dengan

penjual. Sistem P2P Lending menghubungkan pemberi pinjaman dengan

pencari pinjaman yang dilakukan secara online.

Gambar 1. Cara Kerja Fintech P2PLending

9 Ernasari,dkk. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77/POJK.01/2016. Diponegoro law Journal

Vol.6, 2017

Page 32: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

22

Terdapat 4 langkah pendanaan pada Fintech Peer to Peer Lending:10

1. Pendaftaran Anggota

Pengguna baik pemberi pinjaman (kreditur/lender) maupun penerima

pinjaman (debitur/borrower) dapat mendaftar secara online di halaman

website atau aplikasi penyelenggara Fintech P2P Lending di komputer

atau smartphone.

2. Pengajuan Pinjaman

Debitur mengajukan pinjaman dari penyelenggara Fintech P2P Lending

secara online melalui halaman website maupun aplikasi, kemudian

penyelenggara Fintech P2P Lending menawarkan kepada kreditur

untuk memilih dan memberikan pinjaman kepada debitur yang

diinginkan berdasarkan pertimbangan risiko.

3. Pelaksanaan Pinjaman

Debitur dan kreditur menandatangani perjanjian pinjam meminjam atau

sepakat menyetujui perjanjian yang dikelola oleh penyelenggara

Fintech P2P Lending, dan dana kreditur pemberi pinjaman di teruskan

ke peminjam yang menerima pinjaman melalui virtual account

penyelenggara Fintech P2P Lending.

4. Pembayaran Pinjaman

Debitur atau penerima pinjaman membayar beserta biaya dan bunga

yang disepakati dalam perjanjian melalui virtual account.

5. Debitur atau penerima pinjaman membayar pinjaman beserta biaya dan

bunga yang disepakati dalam perjanjian melalui virtual account bank

penyelenggara Fintech P2P Lending,dan kemudian penyelenggara

meneruskan pembayaran dan hasil yang diterima kepada kreditur

pemberi pinjaman.

Dalam penyelenggara Fintech P2P Lending yang terdiri dari Pihak

borrower atau penerima pinjaman (debitur) dan pihak lender atau

10 Muhammad Yusuf, “Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Financial Technology”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,2019), h.,31

Page 33: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

23

pemberi pinjaman (kreditur) terdapat beberapa hal yang dilakukan

kedua belah pihak ketika menggunakan layanan Fintech P2P Lending.11

a. Pihak Penerima Pinjaman (Debitur)

Sebagai debitur penerima pinjaman, yang perlu dilakukan debitur

saat mengajukan pinjaman melalui platform Fintech P2P Lending

diantaranya adalah melakukan registrasi akun di aplikasi penyedia

layanan, kemudian mengisi dan melengkapi semua dokumen yang

diperlukan, biasanya terdiri dari data pribadi, NIK, laporan

keuangan serta mengunggah foto KTP dan foto debitur dengan

memegang KTP untuk keperluan verifikasi data, kemudian debitur

mengisi pengajuan pinjaman berupa nominal beserta jangka waktu

pinjaman.

b. Pihak Pemberi Pinjaman ( Kreditur)

Sebagai kreditur pemberi pinjaman, setelah registrasi pendaftaran

akun pada Platform Fintech P2P Lending, nantinya akan ,mencari

data pengajuan pinjaman di dashboard yang disediakan. Kreditur

akan melakukan pertimbangan relevansi data dari setiap pengajuan

pinjaman, termasuk kebenaran data pribadi, kontak darurat yang

dapat dihubungi, jumlah pendapatan, riwayat keuangan, serta tujuan

peminjaman.

3. Utang Piutang

Utang piutang merupakan perjanjian antara pihak yang satu dengan

pihak yang lainya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang.

Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak pemberi pinjaman, sedangkan

pihak yang lain menerima pinjaman uang. Uang yang dipinjam akan

dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang

diperjanjikanya.12

11 Walter Pinem, Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Peer to Peer Lending (P2P

Lending), diterima dari https://koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-peer-lending/ diakses

pada 11 Januari 2020 12 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2013), h.9

Page 34: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

24

Pengertian utang piutang sama dengan pinjam meminjam yang

dijumpai dalam ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal

1754 yang berbunyi: “pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan

mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah

barang-barang tertentu habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa yang

belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam

keadaan yang sama pula”.13

Dalam islam utang piutang dikenal dengan istilah al-Qardh. Qardh

dikalangan ahli bahasa di definisikan sebagai memotong. Qardh berasal dari

bahasa Arab yang berarti meminjamkan uang atas dasar kepercayaan.14

Adapun yang menjadi rukun Qardh adalah 1). Muqridh (pemilik

barang/yang memberikan pinjaman), 2). Muqtaridh (peminjam), 3). Qardh

(objek/barang yang dipinjamkan), 4). Ijab qobul. Sedangkan syarat-syarat

yang harus dipenuhi dalam akad Qardh yaitu: orang yang melakukan akad

(Muqridh dan Muqtaridh), Qardh (objek/barang yang dipinjamkan) harus

berupa mutaqawwim (harta menurut syara’boleh digunakan/dikonsumsi),

dan Ijab qabul yang dilakukan dengan jelas.15 Dasar hukum

diperbolehkanya utang piutang dalam Islam, sama dengan mendasari

pinjam meminjam Surat Al Baqarah Ayat 245 yaitu berkaitan dengan tolong

menolong dalam hal kebajikan dan taqwa, bukan dalam hal yang bisa

menimbulkan dosa.16

Surat Al Baqarah Ayat 245:

عفه له اضعافا قرضا حسنا فيضه يقبض من ذا الذي يقرض اللهكثيرة والله

واليه ترجعون ط ويبص

Artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

Pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah

akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda

13 R. Subekti dan R.Tjitrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 1992), h., 451 14 Imam Mustofa, Fiqh Muamalat Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h., 167 15 AH, Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h., 152 16 Abdul Gofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

Citra Media,2006) h., 127

Page 35: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

25

yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan

kepada-NYA-lah kamu dikembalikan”.

Dalam Perjanjian Utang Piutang antara pemberi utang dan penerima utang

biasanya dilakukan dengan sebuah perjanjian. Adapun dasar hukum perjanjian atau

kontrak terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yaitu yang berbunyi: “ Perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih”.17 Dalam membuat perjanjian utang piutang

haruslah didasarkan kepada Pasal 1320 KHUPerdata yang memuat ketentuan:18

1) Kesepakatan mereka yang mengikat diri

2) Kecakapan untuk membuat perikatan

3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

Untuk kegiatan pembiayaan Fintech P2PLending ini bisa juga disebut

dengan utang piutang online. Yang dimaksud disini adalah pelaksanaan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi. Menurut POJK Nomor

77/POJK.01/2016 yang dimaksud dengan pinjam meminjam uang berbasis

teknologi informasi adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk

mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka

melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung

melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.19 Konsep dasar

yang dilakukan pada utang piutang secara online adalah pada perjanjianya yang

dibuat secara online kontrak yang pada prisnsipnya sama dengan perjanjian yang

dibuat pada umumnya. Perbedaanya hanya terletak pada media yang digunakan

untuk membuat perjanjian tersebut. Perjanjian jenis ini sering menggunakan

fasilitas EDI (Electronic Data Interchange).20

17 R.Subekti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, ( PT Balai Pustaka:

2016),cet.16, h.,338 18 R.Subekti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h., 339 19 Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang

layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 234 20 Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,2005),

Page 36: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

26

Dalam Islam kegiatan ini termasuk kategori muamalah, yang

menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang

atau dengan beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Pada

dasarnya utang piutang online harus merujuk kepada salah satu prinsip muamalah

yaitu ‘an taradhin atau asas kerelaan para pihak yang melakukan akad. Asas ini

menekankan adanya kesempatan yang sama bagi para pihak yang menyatakan

proses ijab qabul. Dalam bidang muamalah dikenal suatu asas Hukum Islam yaitu

asas kebolehan atau mubah. Asas ini menunjukan kebolehan melakukan semua

hubungan perdata (sebagian dari hubungan muamalah) sepanjang tidak dilarang

oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini berarti bahwa Islam memberikan kepada

yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk dan macam-macam hubungan

keperdataan (baru) sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia

sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah Ayat 185. 21

Allah SWT berfirman:

“... Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu”

Maka dengan demikian perjanjian utang piutang secara online (perbuatan

hukum perdata) pada dasarnya tidak berbeda dengan perjanjian utang piutang pada

umumnya yang dilakukan menurut hukum perdata. Dalam ajaran islam

diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan hukum perikatan islam karena

pada dasarnya perikatan yang dilakukan pada perjanjian utang piutang secara online

juga memenuhi rukun dan syarat perikatan menurut hukum perikatan islam.22

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya untuk menjamin

h., 200

21 Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h., 203 22 Financial Technology di mata Ekonomi Islam diterima dari

http://pegadaiansyariah.co.id/posisi-financial-technology-di-mata-ekonomi-islam-detaol-6354

diakses tanggal 28 Januari 2020

Page 37: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

27

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.23 Istilah konsumen sendiri berasal dari kata consummer,

secara harfiah arti kata consummer adalah (lawan dari produsen) setiap

orang yang menggunakan barang.24 Pengertian konsumen dalam arti

umum adalah pemakai, pengguna, dan atau pemanfaat barang dan atau

jasa untuk tujuan tertentu.25 Sedangkan menurut Undang-undang

Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen adalah setiap orang

pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum

konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang mengatur dan

juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen.

AZ. Nasution, memberikan batasan dari hukum perlindungan

konsumen yaitu keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur

dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan produk (barang dan/atau jasa) konsumen antara penyediaan dan

penggunaanya dalam kehidupan bermasyarakat.26 Maka dari itu hukum

perlindungan konsumen dapat digunakan apabila antara konsumen dan

pelaku usaha yang mengadakan suatu hubungan hukum, kemudian terjadi

permasalahan yang dipicu oleh kependudukan yang tidak seimbang

tersebut.

Kepastian hukum merupakan variabel yang akan mempengaruhi

pemberian perlindungan terhadap konsumen. Apabila kepastian hukum

dapat tercapai, maka perlindungan hukum juga akan dapat diberikan.

Kepastian hukum mencakup semua pilihan yang dirancang untuk

memberikan hak kepada konsumen untuk memperoleh atau menentukan

23 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 24 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Group,2013), h.,15 25 Abdul Halim Barkatullah,Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h.,30 26 A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,

2007), h., 22

Page 38: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

28

barang dan/atau jasa pilihannya, serta segala upaya untuk mempertahankan

atau mempertahankan haknya ketika dirugikan oleh pelaku komersial yang

memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.

Keinginan untuk melindungi konsumen adalah untuk menciptakan

rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Fakta

membuktikan bahwa semua regulasi perlindungan konsumen dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen dikenakan sanksi pidana. Segala

upaya yang ditujukan untuk melindungi konsumen tidak hanya

membutuhkan tindakan preventif, tetapi juga tindakan represif di semua

bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen.Pengaturan

perlindungan konsumen kemudian dapat dilakukan dengan cara-cara

berikut:

a) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum.

b) Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan

seluruh pelaku usaha.

c) Meningkatkan kualitas barang dan jasa.

d) Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang

menipu dan menyesatkan

e) Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada

bidang-bidang lain.27

b. Asas-asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Agar perlindungan konsumen dapat terlaksan maka prinsip-

prinsip yang menjadi dasar penegakan harus diterapkan. Pengaturan

27 Erman Rajagukguk dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada

Group, 2013), h., 22-23

Page 39: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

29

mengenai asas-asas atau prinsip-prinsip yang berlaku dalam hukum

perlindungan konsumen dirumuskan dalam Pasal 2 UUPK yang

menyatakan bahwa: perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta

partisipasi hukum.28

Selain asas, perlindungan konsumen juga memiliki tujuan

sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 3 UUPK yaitu:

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkanya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa;

c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha:

f) meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen29.

28 Elsi, Advendim, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta: PT Grasindo,2007), h., 159 29 Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 42

Page 40: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

30

c. Hak dan Kewajiban Para Pihak

a) Hak dan Kewajiban Konsumen

Berdasarkan Pasal 4 UUPK konsumen memiliki hak, yaitu:30

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam atau

mengkonsumsi barang dan atau/jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapat barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

5. Hak untuk mendapat advokasi perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainya. 31

Selain memperoleh hak tersebut, konsumen juga mempunyai

kewajiban konsumen yaitu: 32

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan

keselamatan;

30 Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 31 Seperti hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, Pasal 5 ayat (1) Udang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 32 Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

Page 41: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

31

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa; Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

3. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Itu dimaksudkan agar konsumen sendiri dapat memperoleh hasil

yang optimal atas perlindungan dan/atau kepastian hukum bagi dirinya.

Dalam hal ini Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu UU No. 8

Tahun 1999 yang di dalamnya mengatur tentang Hak dan Kewajiban

Konsumen, sejalan dengan produk legislasi yang bertujuan melindungi

hak-hak warga Negara.

b) Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Selain adanya hak dan kewajiban bagi konsumen terdapat pula

adanya hak dan kewajiban bagi pelaku usaha. Hak pelaku usaha yang diatur

dalam Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen terdiri dari: 33

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam menyelesaikan

hukum sengketa konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

Adapun mengenai kewajiban bagi pelaku usaha yang diatur dalam

Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu:34

33 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 34 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

Page 42: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

32

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian jasa apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.35

2. Teori Keadilan

Dalam bukunya "Theory of Justice", John Rawls memaparkan teori

keadilan sebagai teori keadilan sosial yaitu prinsip perbedaan dan prinsip

persamaan kesempatan. Inti dari prinsip perbedaan adalah bahwa perbedaan

sosial dan ekonomi harus diatur agar dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya kepada yang tidak beruntung.

Istilah perbedaan sosio-ekonomi dalam prinsip perbedaan mengacu

pada ketimpangan prospek akses terhadap elemen dasar seperti

kesejahteraan, pendapatan dan kekuasaan. Pada saat yang sama, prinsip

kesempatan yang sama menunjukkan mereka yang memiliki kesempatan

35 Ahmad Miru, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),

h., 50

Page 43: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

33

paling kecil untuk memperoleh prospek, wawasan, dan otoritas

kesejahteraan. Mereka berhak mendapatkan perlindungan khusus.

Rawls mengerjakan teori mengenai prinsip-prinsip keadilan

terutama sebagai alternatif bagi teori utilitarianisme sebagaimana

dikemukakan oleh Hume, Bentham, dan Mill. Rawls berpendapat bahwa

dalam masyarakat yang diatur menurut prinsip-prinsip utilitarianisme,

orang-orang akan kehilangan harga diri, lagi pula bahwa pelayanan demi

perkembangan bersama akan lenyap, Rawls juga berpendapat bahwa

sebenarnya teori ini lebih keras dai apa yang dianggap normal oleh

masyarakat. Memang boleh jadi diminta pengorbanan demi kepentingan

umum, tetapi tidak dapat dibenarkan bahwa pengorbanan ini pertama-tama

diminta dari orang-orang yang sudah kurang beruntung dalam masyarakat.

Rawls percaya bahwa aturan seperti itu harus diterapkan pada

ketidaksetaraan untuk menguntungkan masyarakat yang paling lemah. Ini

terjadi ketika dua kondisi terpenuhi. Pertama, ketimpangan menjamin nilai

maksimum dan minimum untuk kelompok yang paling rentan. Artinya,

kondisi sosial harus memungkinkan sekelompok kecil orang memperoleh

keuntungan sebesar mungkin. Kedua, ketimpangan terkait erat dengan

posisi yang terbuka untuk semua. Kuncinya adalah setiap orang memiliki

kesempatan yang sama dalam hidup. Menurut pedoman ini, semua

perbedaan antara orang berdasarkan ras, warna kulit, agama, dan perbedaan

mendasar lainnya yang pada dasarnya primitif harus ditolak.

Selain itu, Rawls menekankan bahwa kalimat pertama dari kedua

prinsip tersebut secara alami adalah sebagai berikut. Pertama-tama, setiap

orang harus memiliki hak yang sama dengan kebebasan dasar seluas-

luasnya yang sesuai dengan kebebasan serupa orang lain. Kedua,

ketidaksetaraan sosial dan ekonomi harus diatur agar (a) diharapkan secara

wajar baik untuk semua orang, dan (b) posisi dan posisi yang terbuka untuk

semua orang. Rencana pelaksanaan peradilan kerakyatan harus

memperhatikan dua prinsip yudisial, yaitu pertama, memberikan hak dan

kesempatan yang sama kepada setiap orang secara bebas dan setara dengan

Page 44: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

34

kebebasan dasar yang seluas-luasnya. Kedua, mereka dapat menata kembali

perbedaan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat saling

menguntungkan bagi semua orang (termasuk kelompok yang beruntung dan

kurang beruntung).36

Oleh karena itu, perbedaan tersebut menuntut agar struktur dasar

masyarakat diatur sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek

perolehan keuntungan, pendapatan, kekuasaan dan hal-hal besar lainnya

disediakan untuk kepentingan kelompok yang paling rentan. Artinya,

keadilan sosial harus diupayakan dengan dua cara: Pertama, dengan

memberdayakan institusi sosial, ekonomi dan politik untuk mengoreksi dan

memperbaiki ketimpangan yang dialami oleh yang lemah. Kedua, setiap

aturan harus memposisikan dirinya sebagai pedoman perumusan kebijakan

untuk mengoreksi ketidakadilan yang dialami oleh yang lemah.

36 John Rawls, A Theori of Justice, Cambridge,Massa Chusetts, The Belknap Press of

Harvard University Press, 1971, p.60. lihat pula pada terjemahan ke bahasa Indonesia oleh Uzair

Fauzan dan heru Prasetyo, 2006, Teori Keadilan, Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dalam Negara, cet.1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h., 72

Page 45: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

35

BAB III

GAMBARAN UMUM

FINTECH ADAKAMI, EASY CASH, MITRA PEDAGANG

A. Fintech AdaKami

1. Tentang Perusahaan

PT Pembiayaan Digital Indonesia (Adakami) merupakan Perusahaan

Tekonologi Finansial (Fintech) konvensional dengan sistem operasi

Android dan IOS yang memberikan pinjaman tunai tanpa adanya jaminan

kepada peminjam1. Fintech Adakami sudah berizin resmi dan diawasi oleh

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan surat tanda berizin atau

terdaftar nomor KEP 128/D.05/2019.2

2. Fasilitas Pinjaman

Fasilitas pinjaman yang diberikan oleh Fintech Adakami yaitu

memberikan limit pinjamam maksimum Rp 10.000.000 dengan Jangka

waktu peminjaman 91 hari sampai dengan 180 hari, Suku bunga tahunan

19% pertahun.3

3. Syarat Mengajukan Pinjaman Bagi Calon Peminjam

Sebelum mengajukan pinjaman, maka para calon peminjam harus

memenuhi syarat mengajukan pinjaman. ketentuan dan persyaratan yang

harus dipenuhi bagi calon peminjam pada Fintech Adakami yaitu Warga

negara Indonesia yang sudah memiliki KTP, usia peminjam minimum 20

tahun dan maksimum 50 tahun, memiliki rekening bank di Indonesia seperti

bank BCA, BRI, BNI, Mandiri, berdomisili di wilayah

Jakarta,Bogor,Tangerang, Depok,Bekasi, Surabaya,Semarang, kudus,

1 Profil Perusahaan Fintech P2PLending AdaKami diterima dari https://www.adakami.id

diakses pada 6 Mei 2020 2 Data Statistik OJK, Perusahaan Fintech Lending Berizin Dan Terdaftar Per 5 Agustus

2020, Otoritas Jasa Keuangan diakses pada 03 September 2020 3 Informasi Produk Fintech P2PLending AdaKami diterima dari https://www.adakami.id

diakses pada 6 Mei 2020

Page 46: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

36

yogyakarta, surakarta, magelang, malang,kediri,jember, gresik,

banyuwangi, denpasar, medan, batam, pekanbaru, manado pontianak, dan

banjarmasin. Selain itu peminjam juga harus memenuhi dokumen yang

diperlukan untuk mengajukan pinjaman yaitu mengisi informasi pribadi

(nama lengkap, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, tujuan mengajukan

pinjaman, dan lain-lain), informasi pekerjaan, kemudian peminjam juga

wajib mengisi kontak darurat sebagai kontak yang akan dihubungi apabila

peminjam mengalami gagal bayar atau terjadi pinjaman macet, selain itu

peminjam juga harus mengapload KTP dan foto pribadi yakni harus dengan

ketentuan harus berfoto dengan KTP yang memperlihatkan wajah peminjam

yang akan melakukan pinjaman pada aplikasi Adakami.

4. Batas Waktu Pinjaman

Pinjaman yang dapat diajukan oleh peminjam memiliki batas waktu

yang telah ditetapkan yaitu jangka waktu peminjaman 91 hari sampai

dengan 180 hari.

5. Cara Pengajuan dan Simulasi Pengajuan Pinjaman

Cara pengajuan dan proses pinjaman yang dapat dilakukan oleh

peminjam yaitu dengan cara :4 pertama peminjam mengunduh aplikasi

AdaKami di Google Play, kedua Isi kolom informasi dengan lengkap,

ketiga. Pilih jumlah nominal pinjaman dan durasi atau tenor pinjaman,

keempat tunggu peninjauan, lalu jika pinjaman di setujui maka dana akan

masuk ke rekening yang telah dicantumkan saat pengajuan pinjaman.

Kemudian untuk Simulasi Pinjaman yaitu jika tenor waktu pinjaman 91 hari

dengan jumlah pinjaman Rp 2.000.000* 19% / 365*= Rp 94.739,73

6. Pengembalian Pinjaman

Peminjam yang akan mengembalikan pinjaman dapat melakukan

metode pembayaran secara online dengan cara mentransfer tagihan dananya

melalui ATM, Mobilebanking, Internetbanking sesuai dengan arahan dari

4 Cara Pengajuan dan Simulasi Pinjaman Fintech P2PLending AdaKami diterima dari

https://www.adakami.id diakses pada 6 Mei 2020

Page 47: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

37

aplikasi Adakami. 5

B. Fintech Easycash

1. Tentang Perusahaan

PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) merupakan Perusahaan

Tekonologi Finansial (Fintech) konvensional di Indonesia dengan sistem

operasi Android yang sudah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) sejak sesuai dengan status tanda berizin/terdftar S590/NB.213/2018.

6

Easycash adalah layanan pinjaman online cepat tanpa jaminan yang

menawarkan pinjaman mulai dari Rp 200.000 sampai dengan Rp

10.000.000 dengan jangka waktu yang berbeda. Pelanggan dapat meminjam

uang dengan cepat dan dapat memilih jangka waktu pinjaman sesuai

dengan kebutuhan.

Semua proses dilakukan secara online, tanpa jaminan, cepat, serta

memenuhi kebutuhan keamanan pinjaman dana tunai.

Easycash sangat mudah digunakan hanya dengan mendownload

aplikasi Easycash, hanya butuh waktu 5 menit untuk melengkapi pengajuan

pinjaman, riview cepat, pinjaman uang cepat, semua proses dilakukan

melalui HP. Pengajuan akan selesai riview 24 jam, pinjaman cair

memerlukan waktu beberapa menit sampai 24 jam.

Easycash yang mengungsung konsep Financial Technology ini,

memanfaatkan teknologi internet dalam melaksanakan bisnisnya. Proses

pinjaman tanpa agunan berjalan cepat dan mudah karena Easycash

menggunakan teknologi khusus untuk mengumpulkan, menganalisis, dan

memproses pinjaman tanpa agunan anda dalam waktu 24 jam. Dengan

teknologi ini anda dapat mudah pinjam online melalui Easycash.7

5 Cara Pengembalian Pinjaman Uang Fintech P2PLending AdaKami diterima dari

https://www.adakami.id diakses pada 6 Mei 2020 6 Data Statistik OJK, Perusahaan Fintech Lending Berizin Dan Terdaftar Per 5 Agustus

2020, Otoritas Jasa Keuangan diakses pada 03 September 2020 7 Profil Perusahaan Fintech P2PLending Easycash Diterima dari

Page 48: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

38

2. Fasilitas Pinjaman

Fasilitas pinjaman yang diberikan Fintech Easycash memberikan

pinjaman uang mulai dari Rp 200.000- Rp 10.000.000 dengan durasi tenor

mulai dari 90 hari sampai dengan 180 hari dan Suku bunga 24% pertahun.

3. Syarat Mengajukan Pinjaman Bagi Calon Peminjam

Sebelum mengajukan pinjaman, maka para calon peminjam harus

memenuhi syarat mengajukan pinjaman. ketentuan dan persyaratan yang

harus dipenuhi bagi calon peminjam pada Fintech Easycash yaitu Warga

negara Indonesia yang sudah memiliki KTP, usia peminjam hanya untuk 18

tahun keatas, Selain itu peminjam juga harus memenuhi dokumen yang

diperlukan untuk mengajukan pinjaman yaitu mengisi informasi pribadi

(nama lengkap, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, tujuan mengajukan

pinjaman, dan lain-lain), informasi pekerjaan, kemudian peminjam juga

wajib mengisi kontak darurat sebagai kontak yang akan dihubungi apabila

peminjam mengalami gagal bayar atau terjadi pinjaman macet, selain itu

peminjam juga harus mengapload KTP dan foto pribadi yakni harus dengan

ketentuan harus berfoto dengan KTP yang memperlihatkan wajah peminjam

yang akan melakukan pinjaman pada aplikasi Easycash.

4. Batas Waktu Pinjaman

Pinjaman yang dapat diajukan oleh peminjam memiliki batas waktu

yang telah ditetapkan yaitu jangka waktu peminjaman 90 hari sampai

dengan 180 hari.

5. Cara Pengajuan dan Simulasi Pengajuan Pinjaman

Cara pengajuan dan proses pinjaman yang dapat dilakukan oleh

peminjam yaitu dengan cara : pertama peminjam mengunduh aplikasi

Easycash di Google Play, kedua mengisi formulir yang disediakan, ketiga,

https://indo.geteasycash.asia diakses pada 7 Mei 2020

Page 49: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

39

Pilih jumlah nominal pinjaman dan durasi atau tenor pinjaman, keempat

tunggu peninjauan, lalu jika pinjaman di setujui maka dana akan masuk ke

rekening yang telah dicantumkan saat pengajuan pinjaman. Kemudian

untuk Simulasi Pinjaman yaitu Contoh jika peminjam memilih limit

pinjaman sebesar Rp. 1.500.000 dengan jangka waktu 93 hari, total bunga

yang harus dibayar= 1.500.00*0.0005*93= Rp.69.750

6. Pengembalian Pinjaman

Peminjam yang akan mengembalikan pinjaman dapat melakukan

metode pembayaran secara online dengan cara mentransfer tagihan dananya

melalui bank apapun, cukup mengirim uang ke nomor rekening virtual

account yang akan diberikan jika pinjaman disetujui.8

C. Fintech Mitra Pedagang

1. Gambaran Umum Perusahaan

Mitra Pedagang merupakan koperasi simpan pinjam (KSP). Mitra

pedagang menawarkan layanan produk simpan pinjam transaksi online

dengan cepat dan mudah untuk anggota dan calon anggota dari ksp, dimana

ksp bergerak sesuai dengan mengikuti peraturan yang ada di Indonesia.

Dengan adanya aplikasi canggih ini, transaksi simpan pinjam akan terlayani

dengan cepat, adil dan transparan. Mitra pedagang adalah produk pinjaman

online terkemuka di indonesia, mudah untuk mengajukan pinjaman secara

online dan ulasan cepat tanpa harus melakukan langkah-langkah kompleks

atau memberikan informasi yang berlebihan.9

2. Fasilitas Pinjaman

Mitra Pedagang memberikan pinjaman uang mulai dari Rp 1.000.000

- Rp 6.000.000 dengan Jangka waktu peminjaman 91 hari sampai dengan

180 hari, Suku bunga maksimum pertahun sebesar 28%.

8 Simulasi Pinjaman Fintech P2PLending Easycash Diterima dari

https://indo.geteasycash.asia diakses pada 7 Mei 2020 9 Tentang Fintech Mitra Pedagang diterima dari https://m.apkpure.com/id/mitra-

pedagang.com diakses pada 9 Mei 2020

Page 50: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

40

3. Syarat Mengajukan Pinjaman Bagi Calon Peminjam

Sebelum mengajukan pinjaman, maka para calon peminjam harus

memenuhi syarat mengajukan pinjaman. ketentuan dan persyaratan yang

harus dipenuhi bagi calon peminjam yaitu Warga negara Indonesia yang

sudah memiliki KTP, usia peminjam hanya untuk 20 tahun keatas,

memiliki akun bank pribadi, memiliki penghasilan. Selain itu peminjam

juga harus memenuhi dokumen yang diperlukan untuk mengajukan

pinjaman yaitu mengisi informasi pribadi (nama lengkap, tanggal lahir,

alamat, nomor telepon, tujuan mengajukan pinjaman, dan lain-lain),

informasi pekerjaan, kemudian peminjam juga wajib mengisi kontak darurat

sebagai kontak yang akan dihubungi apabila peminjam mengalami gagal

bayar atau terjadi pinjaman macet, selain itu peminjam juga harus

mengapload KTP dan foto pribadi yakni harus dengan ketentuan harus

berfoto dengan KTP yang memperlihatkan wajah peminjam yang akan

melakukan pinjaman pada aplikasi.

4. Batas Waktu

Pinjaman yang dapat diajukan oleh peminjam memiliki batas waktu

yang telah ditetapkan yaitu jangka waktu peminjaman 91 hari sampai

dengan 180 hari.

5. Cara Pengajuan dan Simulasi Pengajuan Pinjaman

Cara pengajuan pinjaman pada platform Mitra pedagang adalah dengan

mengunduh aplikasi mitra pedagang dari Google Play dan daftar dengan

nomor telepon, mengisi isi formulir pinjaman online, setelah itu menunggu

persetujuan pinjaman.

Dan untuk simulasi pinjaman sebagai contoh jika debitur memilih

jumlah pinjaman sebesar Rp 1.000.000 dengan suku bunga 28%, maka pada

jatuh tempo debitur harus membayar: 1.000.000* (1+28%) = 1.280.000. 10

10 Informasi Laynanan Fintech Mitra Pedagang diterima dari

Page 51: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

41

6. Pengembalian Pinjaman

Peminjam yang akan mengembalikan pinjaman dapat melakukan

pembayaran secara online dnegan mengikuti arahan dari aplikasi Mitra

Pedagang.

https://m.apkpure.com/id/mitra-pedagang.com diakses pada 9 Mei 2020

Page 52: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

42

BAB IV

SISTEM PENAGIHAN PADA FINTECH DI INDONESIA

A. Praktik Penagihan Pada Fintech Adakami, Easycash, Mitra Pedagang

Hadirnya pinjaman melalui Fintech memberikan inovasi dalam

pemberian pinjaman. Masyarakat Indonesia yang dulunya kesulitan

mendapatkan kredit bank, kini dengan kemajuan teknologi keuangan,

masyarakat semakin memiliki kesempatan untuk mendapatkan pinjaman.

Fintech P2PLending atau bisa disebut dengan layanan pinjaman online

yang dibuat oleh penyedia jasa keuangan, dengan tujuan mempertemukan

antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman dalam konteks perjanjian

melalui sistem elektronik dengan menggunakan internet. Pada dasarnya tujuan

dari layanan Fintech P2PLending ini adalah untuk memberikan kemudahan

kepada masyarakat (khususnya kepada debitur) agar dapat memperoleh dana

pinjaman dengan cepat dan tanpa adanya agunan seperti yang umum terjadi di

bank konvensional. Namun, kehadiran Fintech ini ternyata ibarat dua sisi mata

uang. Fintech memberikan akses pinjaman yang luas kepada masyarakat yang

tidak memiliki rekening bank (unbankables) atau kredit terbatas, di sisi lain,

layanan jasa keuangan ini memunculkan banyak kasus masalah.1

Hadirnya Fintech P2PLending atau pinjaman online juga menimbulkan

pertanyaan tentang bagaimana cara penagihan pada pinjaman online. Jika

debitur pinjaman tidak bayar atau terlambat bayar, maka penyelenggara Fintech

P2PLending melakukan collection atau penagihan. Penagihan adalah proses,

cara, perbuatan, menagih; permintaan (peringatan dan sebagainya) supaya

membayar utang dan sebagainya.2 Dalam kasus penagihan yang penulis

cantumkan pada penelitian ini adalah kasus penagihan utang yang dilakukan

oleh Fintech Adakami,Easycash, dan Mitra Pedangang. Sebelum penulis

menjelaskan bagaimana cara penagihan utang yang dilakukan oleh ketiga

1 Gika Asdina Firanda, “Nagih Utang (Debt Colllector) Pinjaman Online Berbasis Financial

Technology”, Diponegoro Law Journal Vol.8 No. 4, 2019, h., 2526 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online, diakses dari

https://www.kbbi.web.id/penagihan

Page 53: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

43

Fintech ini menagih utang kepada para debiturnya, penulis akan mengulas

terlebih dahulu prosedur-prosedur peminjaman pada Fintech Adakami,

Easycash, dan Mitra pedagang.

Berikut ini adalah cara peminjaman melalui Fintech Adakami, Easycash

dan MitraPedagang:

1 Fintech Adakami prosedur peminjamanya sebagai berikut:3

a. Mengunduh aplikasi Adakami di Playstore

b. Mendaftar pinjaman dengan mengisi formulir data diri (nama lengkap,

tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pendidikan,status pernikahan,

tujuan mengajukan pinjaman,), informasi pekerjaan, kemudian

peminjam juga wajib mengisi kontak darurat minimal mencantumkan

2 nomor kontak, mengisi nomor rekening bank

c. selain itu peminjam juga harus mengunggah KTP dan foto pribadi,

serta harus memberikan foto dengan KTP yang harus menunjukan

wajah peminjam akan meminjam

d. Fintech Adakami memproses pinjaman

e. Fintech Adakami mendanai peminjam dengan cara mentransfer ke

nomor rekening bank yang telah dicantumkan

f. Peminjam menerima dana pinjaman

g. Untuk limit jumlah dan tenor pinjaman ditentukan berdasarkan data

dan pada saat pilihan pengajuan dana

h. Untuk pembayaran dan penagihan dilakukan mulai dari waktu jatuh

tempo pinjaman

2 Aplikasi Fintech Easycash prosedurnya sebagai berikut:4

a. Mengunduh aplikasi Easycash di Playstore

b. Mendaftar untuk pinjaman di aplikasi dengan mengisi data pribadi

serta foto dengan KTP, memilih jumlah dan juga tenor waktu pinjaman

3 Tentang Fintech P2PLending AdaKami diterima dari https://www.adakami.id diakses pada

10 Juli 2020 4 Tentang Fintech P2PLending Easycash Diterima dari https://indo.geteasycash.asia diakses

pada 10 Juli 2020

Page 54: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

44

c. Pihak Easycash memproses pinjaman

d. Fintech Adakami mendanai peminjam dengan cara mentransfer ke

nomor rekening bank yang telah dicantumkan

e. Peminjam menerima dana pinjaman

f. Untuk limit jumlah dan tenor pinjaman ditentukan berdasarkan data

dan pada saat pengajuan dana

g. Untuk pembayaran dan penagihan dilakukan mulai dari waktu jatuh

tempo pinjaman

3 Fintech Mitra Pedagang sama dengan aplikasi Fintech sebelumnya, yaitu

prosedur pengajuan pinjamanya sebagai berikut:5

a. Mengunduh aplikasi Mitra Pedagang di Playstore

b. Mendaftar untuk pinjaman di aplikasi dengan mengisi data pribadi

serta foto dengan KTP dan memilih jumlah juga tenor pinjaman

c. Pihak Easycash memproses pinjaman

d. Fintech Adakami mendanai peminjam dengan cara mentransfer ke

nomor rekening bank yang telah dicantumkan

e. Peminjam menerima dana pinjaman

f. untuk prosedur penagihan, sehari sebelum pelunasan atau jatuh tempo

collector atau penagih akan mengingatkan dengan menghubungi

nomor telepon peminjam

Selanjutnya pada penelitian ini penulis akan membahas bagaimana kasus

penagihan yang terjadi pada aplikasi Adakami, Easycash, dan Mitra Pedagang.

Kasus ini dijelaskan oleh tiga debitur (peminjam) yang mengajukan pinjaman

dana. Penulis melakukan wawancara langsung dengan narasumber yaitu

debitur (peminjam) yang mengalami pelanggaran penagihan yang dilakukan

oleh pihak perusahaan Fintech.

Pertama, kasus penagihan dari Fintech Adakami yang dialami oleh

Muhammad Nawawi yang menjelaskan bahwa dirinya mendapat penagihan

5 Tentang Fintech Mitra Pedagang diterima dari https://m.apkpure.com/id/mitra-

pedagang.com diakses pada 10 Juli 2020

Page 55: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

45

yang kasar serta ancaman yang dilakukan oleh pihak Fintech Adakami. Beliau

mengatakan:

“saya meminjam uang Rp 2.300.000 di aplikasi Fintech Adakami dengan

tenor waktu pinjaman 3 bulan. Saya sudah membayar cicilan dalam dua

bulan, dan baru ,menunda pembayaran di bulan ketiga. Karena saya

tidak punya uang, karena saya sedang tidak kerja, sudah saya katakan ke

pihak Adakami ketika menagih, tetapi Adakami tidak mau mengerti dan

terus memaksa menagih utang, walaupun saat penagihan hanya lewat 1

hari dan penagihanya juga dengan kata-kata yang sangat kasar juga

mengancam akan menyebar data”.6

Kasus kedua adalah kasu penagihan dari Fintech Easycash yang

dialami oleh Devi Nurfitriani. Dia meminjam uang sejumlah Rp 1.000.000

dan menerima Rp 760.000 tenor waktu pinjaman 30 hari cicilan 2X

pembayaran sebesar Rp 506.000. beliau mengatakan:

“Saya sudah membayar cicilan pertama dan untuk cicilan yang kedua

kali ini saya telat membayar 2 hari dari waktu karena belum mempunyai

uang untuk membayar akibat diliburkan dari pekerjaan yang terkena efek

pandemi virus Covid 19 . Namun walaupun hanya baru lewat dua hari, saya

sudah di tagih oleh pihak Easycash dengan cara penagihan yang kasar dan

mengancam. Easycash juga sudah menyebar data saya dengan cara

melakukan penagihan kepada nomor kontak darurat yang ada di HP saya.

Saya merasa malu karena saya ditegur oleh atasan di tempat bekerja yang

juga dihubungi pihak Easycash karena masalah ini”. 7

Ketiga, kasus penagihan pada Mitra Pedagang Kasus yang dialami

oleh Louiz Tyaz . beliau mengatakan:

“Mitra Pedagang menawarkan pinjaman kepada saya melalui SMS.

Karena saya membutuhkan dana untuk mendapatkan tambahan modal

usaha, saya sangat tertarik untuk meminjam. Untuk pinjaman ini, saya

meminjam Rp 1.500.000 dana yang diterima Rp 980.000 dengan tenor

waktu pinjaman 30 hari. Tapi sebelum sampai waktu pembayaran yang

telah ditentukan, lebih tepatnya baru 7 hari saya sudah mendapat tagihan

yang mengancam akan menyebar data saya, dan ternyata benar data saya

6 Wawancara pribadi dengan M Nawawi debitur Fintech AdaKami pada 19 Januari 2020 7 Wawancara pribadi dengan Devi Nurfitriani debitur Fintech Easycash pada 1 April 2020

Page 56: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

46

sudah disebar karena teman saya menghubungi saya mendapat sms

penagihan utang atas nama saya. saya takut data saya disebarluaskan

lagi”. 8

Berdasarkan kasus tersebut, pihak Fintech telah melakukan tindakan

penagihan kepada debitur (peminjam) dengan berkata kasar disertai

ancaman, penyebaran data kontak ataupun pelanggaran pada privasi kontak

ketika debitur belum membayar atau melunasi pinjaman.

Perusahaan Fintech memang bisa mengakses nomor kontak di

handphone pengguna dan kemudian melakukan konfirmasi penagihan.

Ummnya nomor kontak atau emergency contact yang dicantumkan pada

ponsel atau saat debitur mengajukan dana sebagai salah satu syarat

pinjaman. Fungsinya adalah ketika debitur (peminjam) terlambat membayar

dan pihak debitur tidak bisa dihubungi maka pihak Penyelenggara Fintech

akan langsung menghubungi kontak darurat tersebut untuk memberikan

peringatan kepada debitur yang belum melakukan pembayaran pinjaman.

DetikFinance menjelaskan, setelah aplikasi Fintech terinstal dan bisa

dibuka, aplikasi Fintech memang meminta izin untuk mengakses umumnya

lima hal yakni, lokasi perangkat, kontak, melakukan dan mengelola

panggilan telepon,SMS, mengakses galeri diperangkat. Sejumlah izin

tersebut merupakan persyaratan aplikasi yang digunakan. Karena tampilan

layar pada saat membuka aplikasi sangat menarik bagi orang untuk

menyetujui semua izin ini untuk memastikan kelancaran operasi peminjam.9

Selain dari kasus-kasus yang penulis cantumkan, memang banyak kasus

yang menunjukan bahwa Fintech P2PLending atau aplikasi pinjaman online

ini kerap kali menyalahgunakan akses nomor ponsel dari penggunanya

(debitur). Oleh karena itu, teman, keluarga, kerabat ikut terlibat dalam

proses penagihan dan tidak sedikit menjadi teror.

Berkaitan dengan hal tersebut, Semuel Abrijani, Direktur Jendral

8 Wawancara pribadi dengan Louiz Tyaz debitur Fintech Mitra Pedagang 21 Maret 2020 9 Danang Sugianto, Aplikasi Utang Online Bisa Intip Sms Hingga Riwayat Telepon, diterima

dari https://finance.detik.com/moneter/d-410528/aplikasi-utang-online-juga-bisa-intip-sms-hingga-

riwayat-telepon- diakses pada 28 Juli 2020

Page 57: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

47

Aplikasi Informatika, mengatakan jika hal-hal tersebut dilarang keras,

karena Fintech tidak ada kaitanya mengakses nomor ponsel jika tidak ada

keterkaitan dengan layanan, Fintech tidak dapat mengakses nomor ponsel

tersebut, maka Fintech hanya memperoleh nomor ponsel pengunduh, bukan

selain pengunduh seperti contohnya keluarga, teman. Selain nomor ponsel,

ia juga menjelaskan jika Fintech dilarang keras mengakses galeri pengguna.

Seperti yang digunakan pada saat kasus penagihan jika Fintech memakai

foto penggunanya untuk mengintimidasi fotonya (jika tidak membayar),

mereka hanya dapat mengakses kamera karena terkait dengan dengan

verifikasi seperti foto yang disertakan KTP saat mendaftar akun.10

Penagihan secara intimidatif sebenarnya dilarang diperusahaan

Fintech. Ketentuan tersebut tercantum dalam kode etik dan perilaku atau

code of conduct Asosiasi Financial Technology Indonesia (AFTECH).

Asosiasi Fintek Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) adalah asosiasi yang

ditunjuk oleh OJK dengan tujuan untuk menampung Penyelenggara

Pinjaman P2P Lending berdasarkan surat N0.S-5/D.05/2019 yang menyusun

apa yang menjadi dasar bagi pengguna jasa P2PLending (peminjam dan

pemberi pinjaman). Dengan diterbitkanya surat ini dan sesuai dengan Pasal

48 Bab XIII Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 77/POJK.01/2016. Oleh

karena itu, seluruh Penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis

teknologi informasi di Indonesia harus mendaftar menjadi anggota AFPI.

Hingga 18 Januari 2019, sebanyak 88 Penyelenggara (atau seluruh

penyelenggara yang terdaftar di OJK) telah terdaftar sebagai anggota AFPI.

Penunjukan AFPI juga menunjukan bagaimana regulator dapat bekerja

sebaik mungkin untuk menjaga kestabilan industri jasa keuangan dan

membuka ruang untuk inovasi dibidang jasa keuangan di Indonesia.11 AFPI

10 Fintech Ambil Data Debitur Tanpa Izin Denda 70 M Menanti, diterima dari

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200214161524-37-137988/fintech-ambil-data-debitur-

tanpa-izin-denda-70-m-menanti diakses pada 29 Juli 2020 11 AFPI Ditunjuk OJK Sebagai Asosiasi Resmi Penyelenggara Layanan Pinjam Uang Online,

diterima dari https://economy.okezone.com/read/2019/01/23/320/2008175/afpi-ditunjuk-ojk-

sebagai-asosiasi-resmi-penyelenggara-layanan-pinjam-meminjam-online, diakses pada 30

September 2020

Page 58: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

48

sendiri sudah memiliki panduan pelatihan untuk anggotanya. AFPI sudah

membuat pedoman perilaku layanan pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi atau kode etik layanan pinjam meminjam yang bertanggung

jawab. Pedoman perilaku ini dapat dijadikan acuan bagi perusahaan

Fintech untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Inti dari

pedoman kode etik ini adalah tiga prinsip dasar, yaitu: transparansi produk

dan metode penawaran, pencegahan pinjaman hutang yang berlebihan,

itikad baik dalam penawaran, pemberian dan penagihan hutang. untuk

prinsip itikad baik dalam penawaran,pemberian dan penagihan hutang,

dalam penagihan hutang kepada konsumen, Penyelenggara Fintech

dilarang menggunakan intimidasi, kekerasan fisik dan mental ataupun cara

lain yang menyinggung SARA atau merusak harkat, martabat, dan harga diri

debitur (cyber bullying) baik secara langsung maupun lewat dunia maya

yang ditunjukan terhadap debitur, harta bendanya maupun kerabat dan

keluarganya.12

Di dalam pedoman perilaku pemberian layanan pinjam meminjam

uang berbasis teknologi informasi secara bertanggung jawab yang dibuat

oleh AFPI pada Juli 2018, poin itikad baik dalam penagihan atas pinjaman

gagal bayar meliputi:13

1. Setiap penyelenggara wajib memiliki dan menyampaikan prosedur

penyelesaian dan penagihan kepada Pemberi dan Penerima Pinjaman

dalam terjadi gagal bayar pinjaman.

2. Setiap penyelenggara wajib menyampaikan kepada penerima pinjaman

dan pemberi pinjaman langkah-langkah yang akan ditempuh dalam hal

terjadi keterlambatan pinjaman atau kegagalan pembayaran pinjaman

antara lain:

a. Perihal pemberian surat peringatan;

b. Persyaratan penjadwalan atau restrukturisasi pinjaman;

12Pedoman Perilaku Pemberian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi Secara Bertanggung Jawab, Asosiasi Fintech Indonesia, 2018 13 Pedoman Perilaku Pemberian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi Secara Bertanggung Jawab, Asosiasi Fintech Indonesia, 2018

Page 59: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

49

c. Korespondensi dengan Penerima Pinjaman secara jarak jauh (desk

collection), termasuk via telepon, email, atau bentuk percakapan

lainya;

d. Perihal kunjungan atau komunikasi dengan tim penagihan, atau

e. Penghapusan pinjaman.

3. Prosedur penyelesaian dan penagihan sebagaimana tersebut di atas

wajib memperhatikan kepentingan Pemberi Pinjaman dan penerima

pinjaman.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar penagihan atas pinjaman gagal

bayar akan diatur di dalam pembaruan berkala Pedoman Perilaku.

Terkait kunjungan atau komunikasi dengan tim penagihan, semua

pegawai penagihan internal dari perusahaan Penyelenggara P2PLending

harus melalui pengujian tertulis dan lisan yang ketat serta mekanisme

seleksi untuk mendapatkan sertifikasi Agen Penagihan yang dikeluarkan

oleh AFPI. Dalam hal ini, setiap penyelenggara tidak dibolehkan melakukan

penagihan secara langsung kepada debitur yang belum melunasi pinjaman

setelah melewati dari batas jatuh tempo 90 (sembilan puluh) hari. AFPI

mengeluarkan pedoman untuk P2PLending (legal), sedangkan untuk

Fintech P2PLending yang tidak termasuk dalam POJK 77/2016 (ilegal)

tidak diatur oleh OJK dan tidak dapat menjadi anggota AFPI. P2PLending

ilegal hanya boleh menagih dari komunikasi melalui telepon seluler karena

tidak memiliki legalitas untuk menagih peminjam secara langsung.14

Dan dalam islam sendiri penagihan hutang dilakukan harus denngan

cara yang baik, pertama, islam menyarankan agar dilakukan pencatatan

transaksi utang. Terlebih ketika tingkat kepercayaanya kurang sempurna.

Kedua, Allah memerintahkan kepada orang yang memberikan utang, agar

memberi penundaan waktu pembayaran, ketika orang yang berutang

mengalami kesulitan pelunasan. Selain itu, ketika menagih hutang

14 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,4070

Page 60: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

50

sepatutnya dilakukan dengan cara yang baik dan sopan. Tidak boleh

menggunakan nada tinggi, mengancam, apalagi menuntut bayaran dengan

nominal lebih dari jumlah terutang.

Jika dilihat pada kasus penagihan yang telah dicantumkan, penagihan

yang dilakukan Fintech Adakami,Easycash, dan MitraPedagang telah

melanggar kode etik penagihan yang ada pada ketentuan kode etik dan

perilaku atau code of conduct Asosiasi Financial Technology pada

pedoman perilaku layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi

(LPMUBTI) yang dibuat pada tahun 2018 dan telah disepakati oleh pihak

penyelenggara Fintech dan Aftech.

Perlakuan negatif dalam tindakan penagihan yang dilakukan para

Penyelenggara Fintech kepada debitur (peminjam) juga dilarang oleh

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga negara yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap seluruh

kegiatan sektor jasa keuangan dengan melihat pada Pasal 26 tentang

kerahasiaan data yang diatur dalam POJK Nomor 77 POJK.01/2016

Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

bahwa penyelenggara wajib: 15

1. Menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data pribadi, data

transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya sejak data diperoleh

hingga data tersebut dimusnahkan;

2. Memastikan tersedianya proses autentikasi, verifikasi dan validasi yang

mendukung kenirsangkalan dalam mengakses, memproses, dan

mengeksekusi data pribadi, data transaksi dan data keuangan yang

dikelolanya;

3. Menjamin bahwa perolehan, penggunaan, pemanfataan dan

pengungkapan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang

diperoleh Penyelenggara Fintech berdasarkan persetujuan pemilik data

15 Pasal 26 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 324

Page 61: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

51

pribadi, data transaksi, dan data keuangan kecuali ditentukan lain oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. Menyediakan komunikasi lain selain Sitem Elektronik Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis teknologi Informasi untuk memastikan

kelangsungan layanan nasabah yang dapat berupa surat elektronik, call

center, atau media komunikasi lainnya; dan

5. Memberitahukan secara tertulis kepada pemilik data pribadi, data

transaksi, dan data keuangan tersebut jika terjadi kegagalan dalam

perlindungan kerahasiaan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan

yang dikelolanya.

Bersesuaian dengan masalah data pribadi, di dalam Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada

Pasal 26 yaitu:16 (1) kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-

undangan, penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan

orang yang bersangkutan, (2) setiap orang yang dilanggar haknya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas

kerugian yang ditimbulkan berdasarkan undang-undang ini. Data pribadi

yang dimaksud ialah merupakan bagian dari hak pribadi (privacy

rights). Hak pribadi adalah hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan

bebas dari segala macam gangguan, hak untuk berkomunikasi dengan

orang lain tanpa tindakan memata-matai, dan hak untuk mengawasi

akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang.

Pihak Penyelenggara Fintech sebagai pengirim sesuai dengan

pasal 1 ayat 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu subjek hukum yang

mengirimkan informasi elektronik atau dokumen elektronik juga tidak

16 Pasal 26 pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi

Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4843

Page 62: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

52

memperhatikan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi Transaksi Elektronik yang berisi:17

1. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi,

melawan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

menyembunyikan suatu Informasi elektronik dan/atau dokumen

Elektronik milik orang lain atau milik publik.

2. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi

elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik

orang lain yang tidak berhak.

3. Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

mengakibatkan terbentuknya suatu Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses

oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana

mestinya.

Dengan mengacu pada 3 peraturan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa dalam penagihanya, pihak Penyelenggara Fintech Adakami,

Easycash dan MitraPedagang telah melanggar Undang-Undang yang

berlaku bila penagihan dilakukan dengan cara memaki, mengintimidasi,

mengancam, mempermalukan dan menyebarkan data nasabah tanpa izin

B. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Korban Penagihan Fintech

Perlindungan hukum sangat penting karena merupakan hak rakyat suatu

negara. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah cara atau usaha

untuk memberikan perlindungan kepentingan hak seseorang yang telah

dirugikan oleh orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar masyarakat dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

17 Pasal 32 pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi

Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4843

Page 63: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

53

oleh hukum.18 Adnan Buyung Nasution berpendapat bahwa perlindungan

hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat manusia dari pelanggaran

perampasan hak oleh orang lain telah yang telah melanggar norma hukum dan

undang-undang. Dan menurut Philips M. Hadjon perlindungan hukum yaitu

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak asasi

manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

perbuatan yang sewenang-wenang.19

Perlindungan hukum juga menimbulkan kewajiban bagi negara, yaitu

negara wajib memberikan perlindungan bagi seluruh warganya tanpa terkecuali,

karena unsur-unsur perlindungan hukum yaitu:20

1. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya

2. Jaminan kepastian hukum. Dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal

28 D Ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan, kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang

sama di depan hukum.

3. Berkaitan dengan hak-hak kewarganegaraan

4. Adanya sanksi bagi pihak yang melanggaranya

Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan, yang

sifatnya tidak hanya mudah beradpatsi dan fleksibel, tetapi juga bersifat

prediktif dan antisipatif. Bagi mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial,

ekonomi, dan politik, hukum diperlukan untuk memperoleh keadilan sosial.

Setiap negara pasti mempunyai sistem hukumnya sendiri, mencakup

seluruh hukum yang berlaku yang dipengaruhi oleh berbagai faktor (ekonomi,

sosial, budaya, dan sistem politik). Ciri khas negara ini adalah bahwa sistem

tersebut akan mendukung sistemnya sendiri serta lembaga hukum yang berlaku.

Tugas negara untuk menjaga dan memelihara sistem dan aturan-aturan

hukumnya, tidak hanya untuk kepentingan hukum normatif dan kepastian

18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2000),Cet.V, h.,53 19 Ahmad Zuhairi, Hukum Perlindungan Konsumen dan Problematikanya, (Jakarta: GH

Publishing, 2016), h.,14 20 Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia, diterima dari:

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02//20/193200269//praktik-perlindungan-dan-

penegakan-hukm-di-indonesia?page=all diakses pada 6 Juni 2020

Page 64: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

54

hukum, tetapi juga untuk ketertiban umum.

Salah satu cara untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat adalah

memberikan perlindungan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Hubungan

antara pelaku usaha dan konsumen biasanya tidak setara. Konsumen biasanya

berada pada posisi yang kurang menguntungkan, sehingga seringkali terjadi

ketidakseimbangan antara pelaku usaha yang menganggap dirinya lebih kuat

daripada konsumen.21 Misalnya, perlindungan hukum fintech diperlukan bagi

pengguna layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi. Kegiatan Bisnis

yang dilakukan dalam Fintech merupakan kegiatan bisnis yang penuh resiko

(full risk business) karena kegiatan bisnisnya berkaitan dengan uang dan

internet. Karena itu, harus didukung dengan peraturan yang kuat. Hal ini sebagai

upaya menerapkan penyelenggaraan Fintech baik dan berkualitas.

Karena posisi antar pelaku usaha dan konsumen seringkali tidak

seimbang, maka sangat penting untuk melindungi konsumen. Para pelaku usaha

akan mencari keuntungan tertinggi sesuai prinsip ekonomi. Untuk memperoleh

keuntungan yang setinggi-tingginya, para pelaku usaha harus saling bersaing

melalui praktek bisnisnya masing-masing yang dapat merugikan pengguna

layanan Fintech ini, misalnya memberikan syarat dan ketentuan yang mudah

untuk memperoleh pinjaman, agar para pengguna layanan Fintech

(borrower/peminjam) merasa tertarik untuk mengajukan pinjaman. Namun

kemudian, para pelaku usaha (Start up P2PLending) akan memberikan bunga

serta denda yang tinggi bagi borrower (peminjam). Hubungan hukum yang

terjadi antara Startup P2PLending dan borrower (peminjam), akan

menimbulkan konflik sehingga akan merugikan salah satu pihak. Oleh karena

itu, diperlukan peraturan hukum yang berlaku bagi semua pihak dalam bentuk

peraturan perundang-undangan.

Fintech P2PLending atau biasa disebut dengan layanan pinjam meminjam

berbasis teknologi informasi, adalah layanan jasa keuangan yang disediakan

dalam ruang lingkup perjanjian untuk mempertemukan pemberi pinjaman dan

21 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Group,2013), h.,1

Page 65: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

55

penerima pinjaman.22 Oleh karena itu, hubungan hukum layanan Fintech

P2PLending ini lahir atas keterlibatan perjanjian para pihak. Sama seperti

perjanjian pada umumnya, perjanjian yang diselenggarakan melalui

P2PLending ini juga harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, salah satunya

adalah kesepakatan kedua belah pihak. Jika dalam perjanjian uang pada

umumnya hanya dikenal dua pihak yakni pihak pemberi pinjaman (lender) dan

penerima pinjaman(borrower), kedua pihak tersebut dikategorikan dalam

Pengguna layanan P2PLending, namun pada praktiknya ternyata terdapat 1

(satu) lagi yaitu pihak Penyelenggara (perusahaan) layanan Pinjam Meminjam

Berbasis Teknologi Informasi. POJK Nomor 77/2016 atau POJK P2PLending

diatur mengenai para pihak ini, yang tercantum dalam pasal 1 angka 6,7, 8

yaitu:23

1. Penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi yang selanjutnya disebut sebagai penyelenggara adalah badan

hukum Indonesia yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan

layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.

2. Penerima pinjaman adalah orang atau badan hukum yang mempunyai

utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi.

3. Pemberi pinjaman adalah orang, badan hukum/badan usaha yang

mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi.

Selain itu, ketentuan tentang syarat penyelenggaraanya diatur dalam

POJK P2PLending atau POJK 77/2016 pada Pasal 3 sampai Pasal 5.

Penerima pinjaman dana kemudian dipertemukan oleh Penyelenggara

dengan Pemberi pinjaman.Terkait ketentuan mengenai syarat-syarat

22 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,4069 23 Pasal 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 324

Page 66: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

56

penerima pinjaman merupakan kebijakan dari masing-masing

Penyelenggara pinjaman.

Perjanjian atau kontrak elektronik yang dibuat para pihak

menimbulkan hubungan hukum. Hubungan hukum didalam Fintech

tersebut lahir dari kontrak kesepakatan para pihak, baik bagi Pemberi

pinjaman, Penerima pinjaman, maupun pihak Penyelenggara P2PLending.

Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi ini timbul dikarenakan

perjanjian pinjam meminjam uang. Menurut KUHPerdata Pasal 1754

Pinjam meminjam uang menurut adalah suatu perjanjian yang mana pihak

satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-

barang yang habis pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini

akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis mutu yang sama

pula.24

Perjanjian online ini sekilas terlihat jelas, merupakan perjanjian

yang lahir atas seluruhnya dan/atau sebagian dengan bantuan fasilitas akses

jaringan komputer yang terhubung, hal mana dokumen tersebut tertuang

dalam dokumen elektronik dan media elektronik lainya.25

Selain itu, Perjanjian online ini dilakukan dengan verifikasi

konsumen dan Penyelenggara P2PLending. Subjek perjanjian ini adalah

Pemberi pinjaman (kreditur) dan Penerima pinjaman (debitur). Sementara

objek dalam perjanjian pinjam meminjam uang ini adalah semua barang

yang habis dipakai dengan syarat barang tersebut harus tidak bertentangan

dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum perjanjian

pinjam meminjam uang online atau dikenal dengan Peer to Peer

(P2P)Lending.

Mengenai hubungan hukum antara para pihak dalam pelaksanaan

P2PLending yang terbangun dalam sebuah perjanjian atau kontrak

24 Libertus Jehani, Pedoman Praktis Menyusun Surat Perjanjian Dilengkapi Contoh-Contoh

(Jakarta: Visimedia, 2007), Cet ke II, h.,108 25 Ernama,Budihartono, Hendro, “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial

Technology (Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016) Diponegoro Law

Jurnal Vol.6, No.3, 2017, h.,5

Page 67: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

57

elektronik, dalam Pasal 18 POJK 77/POJK.01/2016 Tentang P2PLending

telah diatur hal tersebut, yang menyatakan perjanjian tersebut terbagi

menjadi Perjanjian antara Penyelenggara dengan Pemberi Pinjaman, dan

Perjanjian antara Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman.26

Selanjutnya dalam Pasal 19 dijelaskan bahwa perjanjian antara

penyelenggara dengan pemberi pinjaman dituangkan dalam bentuk

elektronik.

Dokumen elektronik dalam pasal 1 angka 12 POJK adalah

“setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital

elektromagnetik, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar

melalui komputer atau sistem elektronik tidak terbatas pada tulisan

suara, gambar,foto, huruf, angka atau sejenisnya yang memiliki

makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2008

tentang informasi dan transaksi elektronik”.27

Berdasarkan hubungan hukum tersebut dapat dianalisis bahwa

penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi dalam

penelitian ini adalah Fintech Adakami,Easycash dan MitraPedagang.

Antara Penyelenggara dengan Pemberi pinjaman terjadi suatu hubungan

hukum dalam bentuk perjanjian penyelenggaraan layanan pinjam

meminjam uang berbasis teknologi informasi. Perjanjian ini lahir

dikarenakan Pemberi pinjaman mengikatkan diri kepada penyelenggara

untuk memberikan pinjaman terhadap tawaran pinjaman dari penerima

pinjaman yang diajukan melalui penyelenggara. Perjanjian penyelenggara

ini dianggap sebagai permulaan dari perjanjian pinjam meminjam yang

akan terjadi.28 Hubungan hukum yang timbul berasal dari terselenggaranya

perjanjian tertentu tersebut kemudian dituangkan dalam dokumen

26 Pasal 18 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 324 27 Pasal 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 324 28 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Fajar Interpratama

Mandiri,2005),h.,57

Page 68: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

58

elektronik sebagaimana telah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) POJK

P2PLending.29

Selanjutnya dalam hal upaya perlindungan hukum bagi pengguna layanan

Fintech, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan

aturan untuk mencegah pelanggaran hukum terhadap perusahan-perusahaan

atau Penyelenggara Fintech P2PLending yang dapat menimbulkan masalah.

Setingkat dengan peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, POJK Nomor 77

Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi yang dapat menjadi dasar perlindungan hukum bagi pengguna

layanan Fintech P2PLending.

Selain regulasi itu, terdapat dasar hukum lain yang dapat dijadikan

perlindungan hukum bagi pengguna layanan Fintech P2PLending antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

sebagai payung hukum bagi konsumen dalam melakukan transaksi dengan

pelaku usaha di berbagai sektor salah satunya di sektor jasa keuangan

2. POJK Nomor 77/POJK.01/ 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan OJK ini meliputi kelembagaan,

kepemilikan, permodalan, Perizinan, batasan pemberian pinjaman dana, tata

kelola teknologi informasi penyelenggara, batasan kegiatan, manajemen

resiko, laporan serta edukasi perlindungan konsumen, larangan dan sanksi

3. POJK Nomor 1/POJK/07/Tahun 2013 Tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip: Transparansi,

Perlakuan yang adil, Keandalan, Kerahasiaan dan keamanan data/informasi

Konsumen, Penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa untuk

konsumen secara sederhana, lalu dengan cepat, dan biaya terjangkau.

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

29 Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016 Nomor 324

Page 69: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

59

5. Regulasi Kementrian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Nomor 20

Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik.

Sebenarnya meskipun sudah dikeluarkanya peraturan yang khusus

mengatur tentang kegiatan pinjam meminjam uang berbasis teknologi ini

melalui POJK Nomor 77 Tahun 2016 dan juga mengacu pada peraturan

yang lain, bukan berarti kegiatan Fintech ini tanpa masalah.

Berbagai permasalahan terkait kegiatan Fintech bermunculan bahkan

hingga menjadi berita nasional karena banyaknya aduan dari masyarakat.

Misalnya, sejak Mei 2018 sampai dengan awal November 2018, Lembaga

Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menerima 283 pengaduan dari debitur yang

menjadi korban pinjaman online. Melalui 283 pengaduan tersebut, LBH

Jakarta menginventarisir setidaknya 8 jenis pelanggaran hukum dan hak

asasi manusia. Namun, setelah pos pengaduan korban pinjaman online

dibuka , LBH Jakarta menginventarisir setidaknya ada 13 jenis pelanggaran

hukum dan hak konsumen lainya. Kedua jenis pelanggaran ini berkaitan erat

dengan pelanggaran hak atas rasa aman dan hak atas privasi korban

pinjaman online.

Pelanggaran hukum yang di alami oleh korban meliputi penyebaran

data pribadi, penyebaran informasi yang ada pada handphone, seperti

pengancaman, penipuan, fitnah dan pelecehan seksual melalui media

elektronik. Sedangkan pelanggaran konsumen lainya meliputi bunga yang

sangat tinggi dan tidak terbatas, penagihan tidak hanya dilakukan kepada

peminjam atau kontak darurat, kontak dan lokasi kantor pinjaman online

juga tidak jelas. Peminjam sudah membayar namun pinjaman tidak dihapus

dan penagihan terus dilakukan secara intimidatif dengan alasan tidak masuk

disistem, aplikasi pinjaman online tidak bisa dibuka bahkan hilang dari

Appstore/Playstore pada saat jatuh tempo, penagihan dilakukan oleh orang

yang berbeda-beda. Hampir seluruh informasi yang ada pada ponsel

peminjam dan Virtual account pengembalian uang salah, sehingga bunga

terus berkembang dan penagihan intimidatif terus dilakukan.

Page 70: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

60

Pada pengaduan korban yang disampaikan kepada LBH Jakarta,

seorang korban bisa mengalami lebih dari 1 pelanggaran. Perlu ditekankan,

bahwa sebagian besar permasalahan yang dialami oleh korban karena

kurangnya perlindungan data pribadi.

Berikut ini adalah laporan ringkasan data pengaduan yang menjadi

korban Fintech P2PLending kepada LBH Jakarta .30

NO JENIS PELANGGARAN JUMLAH

KORBAN

1 Bunga yang sangat tinggi dan tanpa batasan 1145

2 Penagihan tidak hanya dilakukan kepada peminjam 1100

3 Penyebaran foto dan informasi pinjaman ke kontak yang

ada di handphone peminjam

903

4 Melakukan pengancaman, fitnah, pelecehan seksual dan

penipuan

781

5 Penyebaran data pribadi 915

6 Kontak dan kantor perusahaan Fintech tidak jelas 662

7 Biaya admin yang tidak jelas 674

8 Aplikasi berganti nama tanpa pemberitahuan, sedangkan

bunga terus berkembang

645

9 Peminjam sudah bayar namun pinjaman tidak hapus dan

penagihan terus dilakukan secara intimidatif dengan

alasan tidak masuk di sistem

6

10 Aplikasi tidak bisa dibuka bahkan hilang dari

playstore/appstore pada saaat jatuh tempo

7

11 Penagihan dilakukan oleh orang yang berbeda-beda Semua

12 Data KTP dipakai untuk meminjam di aplikasi yang lain

yang notabene tidak pernah di apply atau disetujui oleh

peminjam

1

13 Virtual account pengembalian uang salah, sehingga bunga

terus menerus berkembang dan penagihan intimidatif

terus dilakukan (jika dapat dibuktikan ada unsur

kesengajaan, maka penipuan)

2

14 Pengambilan hampir seluruh informasi yang ada pada

handphone peminjam

Semua

Tabel 1. Tabel Data Pengaduan Korban Fintech di LBH Jakarta

30 Jeanny LBH Jakarta, Wawancara, Jakarta, pada tanggal 16 November 2019

Page 71: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

61

Berdasarkan dari hasil data pengaduan-pengaduan tersebut di LBH

Jakarta, pelanggaran hukum yang terjadi paling banyak dikategorikan pada:

1. Penyebaran data pribadi melalui media elektronik (pelanggaran Pasal 32 jo

Pasal 48 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan

Transaksi elektronik)

2. Pengancaman (Pasal 368 KHUP)

3. Penipuan (Pasal 378 KHUP)

4. Fitnah (Pasal 311 Ayat (1) KHUP

5. Pelecehan seksual melalui media elektronik (Pasal 27 Ayat (1) jo Pasal 45

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik).31

Pada dasarnya tujuan dari layanan Fintech P2PLending ini adalah untuk

memberikan kemudahan kepada masyarakat khususnya kepada debitur dapat

memperoleh pinjaman dana dengan proses yang cepat dan tanpa adanya agunan

seperti yang umum terjadi di bank konvensional. Namun, ternyata kehadiran

Fintech ini ibarat dua sisi mata uang. Fintech mendorong perluasan akses

pinjaman kepada masyarakat yang tidak memiliki rekening bank (unbankables)

dan kredit terbatas, sedangkan di sisi lain layanan jasa keuangan ini

memunculkan banyak kasus.32

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas permasalahan kegiatan

Fintech ini dari sisi penagihanya saja yang dilakukan oleh Penyelenggara

Fintech P2PLending yaitu Fintech Adakami,Easycash,dan MitraPedagang

kepada debitur (peminjam). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para

debitur yang menjadi korban penagihan pinjaman dari beberapa penyelenggara

Fintech P2PLending yang telah dicantumkan sebelumnya, mengungkap

permasalahan yang terjadi. Debitur yang menjadi korban penagihan ternyata

tidak hanya merupakan pengguna Penyelenggara Fintech P2PLending yang

31 Laporan LBH Jakarta, Tindak Pidana Korban Pijaman Online, diterima dari

https://www.bantuanhukum.or.id/web/laporan-tindak-pidana-pinjol/ diakses pada 16

November2019 32 Gika Asdina Firanda, “Nagih Utang (Debt Colllector) Pinjaman Online Berbasis Financial

Technology”, Diponegoro Law Journal Vol.8 No. 4, 2019, h.,2526.

Page 72: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

62

ilegal atau tidak terdaftar izin usahanya di OJK tetapi juga ada pengguna

aplikasi pinjaman yang legal atau sudah terdaftar izin usahanya di OJK. Hal ini

menunjukan bahwa terdaftarnya penyelenggara atau perusahaan P2PLending di

OJK tidak menjamin minimnya terjadi pelanggaran dan kejahatan di industri

model bisnis ini.

Kemudahan dalam mendirikan Perusahaan P2PLending yang memiliki

keuntungan berupa biaya operasional lebih rendah dari bank, dan modal yang

lebih baik dari bank yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 4 POJK 77/2016, biaya

pendaftaran pada saat pendaftaran paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah) dan Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) saat

mengajukan izin.33 Selain itu, fasilitas kemudahan-kemudahan yang diberikan

oleh penyelenggara P2Plending dan iklan menarik yang menawarkan pinjaman

online melalui SMS, dan media sosial juga membuat masyarakat tertarik dan

penasaran untuk mencoba mengajukan pinjaman online, namun tanpa

memikirkan syarat dan ketentuan maupun resiko yang ditimbulkan. Terlihat

bahwa alasan mengapa debitur merasa meminjam secara online dan menjadi

ketagihan adalah yang menjadikan debitur mulai terjerat hutang dan akhirnya

gagal bayar. Banyaknya debitur yang tidak msmpu membayar karena alasan-

alasanya masing-masing dan terlambat melunasi hutangnya, sehingga

penyelenggara Fintech P2PLending melakukan penagihan disertai tindakan

melawan hukum, seperti mengancam, mengintimidasi atau bahkan

menyalahgunakan data pribadi debitur melalui panggilan berulang kali, agar

debitur segera membayar hutang.

Mayoritas perusahan-perusahaan Fintech P2PLending baik yang legal

maupun ilegal melakukan penagihan pinjaman uang kepada debitur dengan cara

penagihan terus menerus mengintimidasi, mengancam, menyebarkan data

pribadi (misalnya dengan menyebarkan nomor telepon, foto,video, dan lain-

lain) yang terdapat dihandphone milik debitur atau peminjam kepada orang lain.

33 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,4070

Page 73: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

63

Karena izin Penyelenggara Fintech P2PLending terlalu luas untuk

menggunakan data nasabah atau debitur, bahkan menggunakan izin ini saat

menagih hutang, selain untuk menagih debitur secara langsung Penyelenggara

Fintech P2PLending juga melakukan penagihan dengan cara yang sama

kepada teman, keluarga, rekan kerja, atau kontak darurat yang disertakan

debitur yang tidak ada sangkut pautnya dengan utangnya tersebut dianggap

sebagai penanggung jawab pembayaran utangnya. Tujuan agar debitur segera

membayar hutangnya yang dianggap telah melanggar menggunakan data

nasabah yang tidak sesuai dengan ketentuan.34

Dilihat dari Kasus tindakan penagihan pinjaman yang telah dijelaskan

sebelumnya yang dilakukan oleh Fintech Adakami, Easycash, Mitra Pedagang

selain melanggar penyalahgunaan penggunaan data nasabah, menurut peneliti

menunjukan bahwa Penyelenggara Fintech tersebut tidak memperhatikan asas

keamanan dan keselamatan konsumen yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang

dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan

kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.35

Perlakuan Penyelenggara Fintech P2PLending terhadap debitur dalam

penagihan dengan cara memaki, mengancam, mempermalukan,

mengintimidasi,dan menyebarkan data milik konsumen (debitur) tanpa seizin

dari konsumen bukan sikap yang dibenarkan karena baik P2PLending legal

maupun ilegal harus tetap menjaga data pribadi pengguna baik pemberi maupun

peminjam. Pada dasarnya setiap Pengguna dalam hal ini meskipun posisinya

sebagai peminjam, debitur tetap memiliki hak atas keamanan dalam

menggunakan jasa pilihanya.36 Tindakan-tindakan penagihan dengan cara

34 Ade Amanto Terminanto, Analisa Penyelesaian Transaksi Penagihan Fintek Tanpa

Adanya Jaminan, Journal Of Islamic Economics,Finance,And Banking, Vol.2,2020, hlm.,4 35 Janus Sidablok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti,2006), h., 97 36 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Page 74: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

64

tersebut merupakan sebuah fakta bahwa hak-hak yang dimiliki konsumen harus

dilindungi oleh Penyelenggara Fintech P2PLending tersebut sebagaimana yang

tercantum pada Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen diantaranya

hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa, hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar jujur

dan tidak diskriminatif. Jika dilihat dalam hal ini Penyelenggara P2PLending

telah melanggar Pasal 8 Undang-undang Perlindungan Konsumen dengan tidak

memenuhi standar yang dipersyaratkan dan peraturan perundang-undangan

sehingga dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

denda paling banyak Rp 2.000.000.000 sesuai dengan sanksi pasal 62 Undang-

undang Perlindungan Konsumen.

Terkait penyalahgunaan data pribadi debitur yang dilakukan

Penyelenggara Fintech P2PLending yang disebarkan kepada orang lain, Pasal

1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016

mengatur bahwa data pribadi adalah data perseorangan tertentu yang

disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaanya,

sedangkan data perseorangan tertentu adalah setiap keterangan yang benar dan

nyata yang melekat dan dapat diidentifikasi, baik langsung maupun tidak

langsung maupun tidak langsung, pada masing-masing individu yang

pemanfaatanya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan data

pribadi merupakan bagian dari hak pribadi (privacy rights). Hak pribadi

memiliki arti sebagai berikut:37 (1) Hak pribadi merupakan hak untuk

menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan; (2) Hak

pribadi merupakan hak untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa tindakan

memata-matai; dan (3) Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses

informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang

Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Nomor 20 Tahun 2016 menyebutkan perlindungan data pribadi dalam sistem

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,4071

37 Penjelasan Pasal 26 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843

Page 75: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

65

elektronik mencakup perlindungan pada saat Perolehan dan pengumpulan,

Pengolahan dan penganalisisan, Penyimpanan, Penampilan, pengumuman,

pengiriman, penyebarluasan, pembukaan akses, dan Pemusnahan. Pasal 2 ayat

(2), penyelenggara atau perusahaan Fintech P2PLending sebagai pelaku

usaha yang menyelenggarakan usahanya berbasis sistem elektronik diberikan

kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data konsumen sejak data diperoleh

sampai dengan data tersebut dimusnahkan. Penyelenggara Fintech

P2PLending tentunya wajib melakukan perlindungan data pribadi

berdasarkan asas perlindungan data pribadi yang baik, meliputi:38

1. Penghormatan terhadap data pribadi sebagai privasi;

2. Data pribadi bersifat rahasia sesuai persetujuan dan/atau berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Berdasarkan persetujuan;

4. Relevansi dengan tujuan perolehan, pengumpulan, pengolahan,

penganalisisan, penyimpanan, penampilan, pengumuman, pengiriman, dan

penyebarluasan;

5. Kelaikan sistem elektronik yang digunakan;

6. Itikad baik untuk segera memberitahukan secara tertulis kepada pemilik data

pribadi atas setiap kegagalan perlindungan data pribadi;

7. Ketersediaan aturan internal pengelolaan perlindungan data pribadi;

8. Tanggung jawab atas data pribadi yang berada dalam penguasaan pengguna;

9. Kemudahan akses dan koreksi terhadap data pribadi oleh pemilik data

pribadi; dan

10. Keutuhan, akurasi, dan keabsahan serta kemutakhiran data pribadi.

Sebagai P2PLending yang memiliki legalitas walaupun hanya dalam

bentuk terdaftar dan P2PLending ilegal, tidak diperbolehkan menyalahgunkanan

data pribadi debitur dalam penagihan pinjaman uang yang dilakukan oleh

penyelenggara Fintech, hal ini juga dapat dikaji dengan melihat pada pasal 26

POJK/77/2016 dalam hal menjaga kerahasiaan data, dan Pasal 39

38 Ade Amanto Terminanto, Analisa Penyelesaian Transaksi Penagihan Fintek Tanpa

Adanya Jaminan, Journal Of Islamic Economics,Finance,And Banking, Vol.2,2020, h.,4

Page 76: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

66

POJK/77/2016 melindungi data pribadi dan memastikan kemanan konsumen

dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

digunakan.39 Dari pasal tersebut bahwa kerahasiaan data konsumen merupakan

salah satu aspek penting dalam perlindungan konsumen disektor jasa keuangan.

Selanjutnya pada Pasal 32 pada Undang-undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dikatakan pula bahwa:40

1 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan

cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melawan transmisi,

merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu

Informasi elektronik dan/atau dokumen Elektronik milik orang lain atau

milik publik.

2 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan

cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik orang lain yang

tidak berhak.

3 Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

mengakibatkan terbentuknya suatu Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh

publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.

Dari kedua regulasi tersebut tentang perlindungan data pribadi,

Penyelenggara Fintech P2PLending yang melanggar kerahasiaan data dapat

dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 47 POJK Nomor 77 Tahun 2016

yaitu peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha dan terakhir

adalah pencabutan izin usaha. Dari sisi konsumen, sesuai Pasal 26 Ayat (2)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, setiap orang yang dilanggar haknya berdasarkan ketentuan dalam

39 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,4071 40Penjelasan Pasal 32 pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transasksi Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843

Page 77: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

67

Ayat (1) yaitu penggunaan informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi, dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang

timbul jika terbukti ada pelanggaran penyalahgunaan data pribadi oleh pihak

ketiga dan memenuhi unsur pidana penyalahgunaan informasi data pribadi

dan menyebabkan kerugian, maka dapat dipidana penjara paling lama 12 (dua

belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.12.000.0000.000,00 (dua belas

miliar rupiah).

Dalam hal pengaturan perlindungan jasa keuangan, OJK menerbitkan

POJK Nomor 1/POJK/07/Tahun 2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan. Pada Pasal 2 POJK ini dikatakan bahwa perlindungan konsumen

menerapkan prinsip-prinsip:41 (a)Transparansi; (b) Perlakuan yang adil; (c)

Keandalan; (d) Kerahasiaan dan keamanan; (e) penanganan dan penyelesaian

sengketa konsumen. Dan dalam hal upaya perlindungan terhadap debitur atau

konsumen Fintech P2PLending, OJK sebagai regulator telah menuangkan

prinsip dasar yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 POJK 77/2016,

Penyelenggara wajib menerapkan prinsip dasar dari perlindungan Pengguna

yaitu: (1) Transparansi yang artinya pelaku usaha Fintech P2PLending wajib

menyediakan informasi secara lengkap tentang produk atau layanan yang

diberikan kepada konsumen. Karena kurangnya informasi tentang produk dan

layanan yang tidak jelas,dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang produk

atau layanan yang disediakan, seperti persyaratan produk, manfaat, biaya, dan

risiko, (2) Perlakuan yang adil, (3) Keandalan, yang artinya pelaku Fintech

harus memiliki sistem keamanan dan tersertifikasi untuk menghindari peretasan

oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, (4) Kerahasiaan dan keamanan data.

Artinya yang dalam karena datanya bersifat digital sehingga relatif mudah

dicuri dan disebarkan dampak kehilangan, keamanan, dan perlindungan data

pribadi terhadap resiko kerugian yang lebih besar, seperti ketidakpercayaan

publik terhadap layanan Fintech P2PLending. (5) menyelesaikan sengketa

41 Pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK/07 Tahun 2013 Tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5431

Page 78: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

68

Pengguna dengan cara yangsederhana , cepat, dan biaya terjangkau, seperti

melalui telepon, email atau surat yang dapat diakses dengan mudah oleh

konsumen.

Dalam islam Kegiatan Fintech ini termasuk kategori muamalah dibidang

perdagangan atau bisnis, yang menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan

oleh seseorang dengan seseorang atau dengan beberapa orang dalam memenuhi

kebutuhan masing-masing. Pada dasarnya Fintech harus merujuk kepada salah

satu prinsip muamalah yaitu ‘an taradhin atau asas kerelaan para pihak yang

melakukan akad. Asas ini menekankan adanya kesempatan yang sama bagi para

pihak yang menyatakan proses ijab qabul. Dalam bidang muamalah dikenal

suatu asas Hukum Islam yaitu asas kebolehan atau mubah. Asas ini menunjukan

kebolehan melakukan semua hubungan perdata (sebagian dari hubungan

muamalah) sepanjang tidak dilarang oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Hukum Islam di Indonesia sendiri telah mengatur Fintech ini melalui

Fatwa DSN MUI Nomor 117 Tahun 2018 Tentang Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Berdasarkan Prinsip Syariah. Adapun terdapat beberapa

aturan dalam menagih utang dalam islam yaitu:42 Pertama, islam menyarankan

agar dilakukan pencatatan dalam transaksi utang piutang. Terlebih ketika

tingkat kepercayaanya kurang sempurna. Semua ini dalam rangka menghindari

sengketa di belakang. Allah berfirman:

بالعدل يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه وليكتب بينكم كاتب

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar”. (QS. Al-Baqarah: 282)

Kedua Allah memerintahkan kepada orang yang memberikan utang, agar

memberi penundaan waktu pembayaran, ketika orang yang berutang mengalami

kesulitan pelunasan.

وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة وأن تصدقوا خير لكم إن كنتم تعلمون

42Kaidah Dalam Menagih Utang diterima dari https://pengusahamuslim.com/4201-7-

kaidah-dalam-menagih-utang-bagian-01.html diakses pada 24 Juni 2020

Page 79: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

69

Artinya: “Jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian

atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS.

Al-Baqarah: 280)

Selain itu, ketika menagih hutang sepatutnya dilakukan dengan cara yang

baik dan sopan. Tidak boleh menggunakan nada tinggi, mengancam, apalagi

menuntut bayaran dengan nominal lebih dari jumlah terutang.

Dilihat dari kasus yang ada, tindakan Fintech P2PLending dalam

penagihan utang kepada debitur melanggar aturan yang ada didalam pedoman

perilaku pemberian layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi, dan juga tidak memperhatikan asas-asas keamanan dan keselamatan

konsumen sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-undang

Perlindungan Konsumen dan Pasal 26 POJK/77/2016 dalam hal menjaga

kerahasiaan data dan Pasal 39 POJK/77/2016 melindungi data pribadi yang

dimaksudkan untuk memberi jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang digunakan.

Menyikapi hal tersebut, OJK sebagai regulator berpedoman Pasal 5

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

yang menyatakan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan

dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor keuangan. Lebih jelas lagi pada pasal 6 menyatakan bahwa OJK

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan

2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal

3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, Lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainya.

Untuk mengatasi permasalahan terkait Fintech ini, pemerintah melakukan

upaya represif yaitu dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Waspada

Investasi. OJK melalui Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi bekerjasama

dengan Kementerian Perdagangan, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Page 80: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

70

Menengah, Kejaksaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia, Badan Kordinasi

Penanaman Modal (BPKM) serta Kementrian Komunikasi dan Informatika

(Kemenkominfo) dibentuk berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 01/KDK.01/2016 pada 1 Januari 2016.43 Satgas terus

memantau terhadap penyelenggara atau perusahaan Fintech P2PLending dan

melakukan pemblokiran secara berkala terhadap situs dan aplikasi Fintech

P2PLending legal dan ilegal yang beroperasi. Hal ini dalam rangka upaya

perlindungan terhadap konsumen jasa keuangan. Berdasarkan data Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), sejak 2018 hingga maret 2019, sebanyak 803 Fintech

P2Plending yang telah diblokir, pemblokiran ini dilakukan melalui

Kemenkominfo.44 Sedangkan bagi penyelenggara fintech P2Plending yang

terdaftar, OJK memberikan sanksi administratif sesuai dengal Pasal 47 POJK

Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

teknologi Informasi.

Pelanggaran ketentuan kerahasiaan data oleh penyelenggara atau

perusahaan Fintech P2PLending dapat dikenakan sanksi administratif

sebagaimana diatur dalam Pasal 47 POJK Nomor 77 Tahun 2016 mulai dari

peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, dan pencabutan izin.

Dari sisi konsumen, berdasarkan Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, setiap orang yang

dilanggar haknya berdasarkan ketentuan dalam Ayat (1) (penggunaan informasi

melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi) dapat mengajukan

gugatan atas kerugian yang timbul, jika yang dilanggar berupa penyalahgunaan

data pribadi maka dapat dikenakan Pasal 32 juncto (jo) Pasal 48 UU Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling

43 Asep Syarifuddin Hidayat,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia (Perlindungan Konsumen

Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di Indonesia), International Journal Of

Scientific&Technolgy Research Vol.9,2020, h.,410 44 Pemerintah Pastikan Fintech P2Plending Ilegal Kena Blokir, diterima dari

https://www.cnnindonesia.com/melalui diakses pada 25 Maret 2020

Page 81: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

71

banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).45 Kemudian tindakan

mengancam yang dilakukan Perusahaan Fintech kepada debitur dalam menagih

hutang kepada debiturnya dapat dikenakan dengan pasal 29 jo pasal 45B UU

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).46

Pada dasarnya untuk memberikan perlindungan konsumen Fintech

P2PLending, yaitu penyelenggara Fintech P2PLending harus memperhatikan

dan melaksanakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016

Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan

POJK Nomor 1/POJK/07/Tahun 2013, mengenai Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan.

Debitur sebagai konsumen yang dirugikan atas pelanggaran hukum yang

dilakukan oleh penyelenggara Fintech P2PLending terutama dalam kasus

penagihan yang dilakukan oleh penyelenggara Fintech P2PLending dengan

menyampaikan pengaduan, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Dengan cara:

1. Mengajukan pengaduan melalui AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan

Bersama Indonesia) yang merupakan asosiasi resmi yang ditunjuk oleh OJK

terhadap penyelenggaraan Fintech P2PLending Legal, kirimkan dokumen

dan bukti pengaduan melalui alamat email AFPI: [email protected]

dan dapat menghubungi AFPI di melalui nomor kontak telepon 150-505.

2. Konsumen atau debitur dapat melapor kepada OJK melalui surat tertulis,

konsumen atau debitur dapat menyampaikan pengaduanya melalui surat

tertulis yang ditunjukan kepada:Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa

45 Penjelasan Pasal 48 Ayat (2) pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transasksi Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843 46 Penjelasan Pasal 45B pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transasksi Elektronik

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5952

Page 82: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

72

Keuangan Bidang edukasi dan Perlindungan Konsumen Menara Radius

Prawiro, Lantai 2 Komplek Perkantoran Bank Indonesia JL. MH.Thamrin

Nomor 2 Jakarta Pusat 10350, atau menghubungi kontak OJK di nomor 157

pada jam operasional Senin sampai dengan Jumat, Jam 8.00-17.00 WIB

(Kecuali Hari Libur), atau melalui email di alamat email:

[email protected] agar OJK dapat bekerjasama dengan Kementrian

Komunikasi Infromasi memblokir akses pada Fintech P2PLending ilegal

tersebut melalui SWI (Satgas Waspada Investasi).

3. Debitur juga dapat melaporkan kejahatan yang dialaminya kepada polisi.

4. Debitur dapat menempuh jalur hukum melalui jalur pengadilan atau melalui

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Page 83: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

73

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Praktik penagihan yang dilakukan oleh Fintech Adakami, Easycash, dan

MitraPedagang dilakukan setelah debitur melakukan pinjaman yaitu dengan

proses pertama mengunduh aplikasi Fiintech Adakami,EasyCash dan

MitraPedagang di Playstore/Google Play, kedua mengisi syarat-syarat dan

data-data peminjaman lalu memilih nominal serta tenor pinjaman, ketiga

Penyelenggara Fintech akan memproses pinjaman dan mentransfer dana ke

rekening debitur. Setelah dana diterima oleh debitur dan telah jatuh tempo

maka para Penyelenggara Fintech ini akan melakukan penagihan utang,

namun penagihan utang yang dilakukan Fintech Adakami, Easycash dan

Mitrapedagang dilakukan dengan cara penagihan yang intimidatif,

menggunakan kata-kata yang kasar, disertai ancaman dan penagihan juga

dilakukan tidak hanya kepada debitur saja tetapi kepada sejumlah nomor

kontak yang ada pada HP debitur karena para penyelenggara Fintech

mengakses HP debitur. Perlakuan negatif penagihan yang dilakukan oleh

Fintech Adakami, Easycash dan MitraPedagang seperti ini tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku yaitu praktik penagihan yang dilakukan

oleh ketiga Fintech tersebut melanggar ketentuan yang terdapat dalam

Kode Etik dan Perilaku Asosiasi Fintech Indonesia (AFPI). Inilah yang

menjadi acuan bagi para penyelenggara Fintech dengan mewajibkan

kepada para Penyelenggara Fintech melakukan itikad baik dalam

penawaran pemberian dana dan penagihan utang. Selanjutnya perlakuan

penagihan tersebut juga melanggar pasal 26 POJK 77 Tahun 2016 Tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yaitu

kewajiban menjaga kerahasiaan data, dan pasal 29 UU Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tentang

pengancaman.

Page 84: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

74

2. Bentuk perlindungan konsumen bagi korban (debitur) dalam penagihan

pinjaman online (fintech) yaitu dengan cara adanya ancaman sanksi

administratif dan pidana kepada para Penyelenggara Fintech P2PLending.

Selain itu apabila ditemukan adanya pelanggaran penagihan yang

mengintimidasi serta menyebarkan data pribadi debitur yang dilakukan oleh

Penyelenggara Fintech P2PLending sebagai bentuk perlindungan

pemerintah terhadap konsumen, para Penyelenggara Fintech dapat

diberikan sanksi administrasi sesuai Pasal 47 POJK Nomor 77 Tahun 2016

Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

berupa Peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, dan

pencabutan izin usaha. Selain itu terdapat peraturan lain yang memberikan

sanksi bagi penyelenggara Fintech yang melakukan pelanggaran berupa

data pribadi, yaitu dapat dikenakan sanksi Pasal 32 jo Pasal 48 UU Nomor

11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),

kemudian pengancaman dijerat Pasal 29 jo Pasal 45B Undang-undang ITE

Nomor 19 Tahun 2016.

B. Saran

Banyaknya permasalahan dalam kegiatan Fintech ini, maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) perlu segera

menerbitkan Undang-undang Perlindungan Data Nasabah.

2. Bagi para Penyelenggara Fintech P2PLending perlu meningkatkan layanan

dan keamanan dan berpedoman pada POJK Nomor 77 Tahun 2016 Tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

3. Bagi debitur agar lebih memahami seluruh syarat dan ketentuan sebelum

memutuskan untuk melakukan pinjaman pada Fintech dan memperhatikan

legalitas Fintech.

Page 85: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

75

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),

Yogyakarta: UII Press, 2009

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amza, 2010

Ahmadi Miru dan sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada,2007

Anshori Abdul Gofur, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,

Yogyakarta: Citra Media, 2006

Barkatullah Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Bandung: Nusa Media,

2010

Barkatullah Abdul Halim dan Teguh Prasetyo. Bisnis E-Commerce: Studi Sitem

Keamanan Dan Hukum di Indonesia, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005

Chairuman pasaribu dan suhwardi K Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam,

Jakarta: Sinar Grafika, 1994

Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika,

2012

Faisal Badroen,dkk, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana 2007

Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,

2005

Ghufron A.Mas’Adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002

Harry Chandra sihombing. “Hukum dan Regulasi Startup Fintech di Indonesia;

Tantangan dan Peluang, Lesson Learning dari negara lain” Jurnal Magister

Teknik Elektro. Universitas .Mercua Buana Jakarta

Janus Sidabolok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2006

Jonker Sihombing, Penjaminan Simpanan Nasabah Perbankan, Bandung: PT

Alumni, 2010

Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam

, Yogyakarta: BPFE, 2004

Muhammad Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis , Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Page 86: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

76

Muhktar Yahya dan Fachurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,

Bandung: Alma’arif, 1986

Nasution A.Z, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit

Media, 2007

Rajagukguk Erman dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju,

2010

Sarwin Kiko Napitupulu,dkk. “Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan: Perlindungan Konsumen Pada Fintech” Departemen

Perlindungan Konsumen- Otoritas Jasa Keuangan, 2017.

Soerjono Soekamto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan

Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 2006.

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metode Dan Teknik),

Bandung: Tarsindo, 1999.

Wuria Dewi Eli ,S.H, Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2015.

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cet.2

Zuhairi Ahmad, Hukum Perlindungan Konsumen dan Problematikanya, Jakarta:

GH Publishing, 2016

Zulham, SH.I,M.Hum, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana

Prenadia Group, 2013

JURNAL/ SKRIPSI

Chirsmastianto, “I.A.W, Analisis SWOT Implementasi Teknologi finansial terhadap

Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia, (Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

2017)

Ernama,Budihartono, Hendro, “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Financial Technology (Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

77/POJK.01/2016), (Diponegoro Law Jurnal Vol.6, No.3, 2017)

Ernasari,dkk. “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial

Technology PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

77/POJK.01/2016”, (Diponegoro law Journal Vol.6, 2017)

Hendriyani Candra dan Sam un Jaja Raharja, “Strategi Agilitas Bisnis Peer to Peer

Elnding Startup Fintech di Era Keuangan Digital di Indonesia”, (Jurnal

Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol.4,

Page 87: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

77

No 1 April 2019)

Hidayat Asep Syarifuddin,Faris Satria Alam, Muhammad Ishar Helmi, “Consumer

Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia

(Perlindungan Konsumen Teknologi Keuangan Peer To Peer Lending di

Indonesia)”, (International Journal Of Scientific&Technolgy Research

Vol.9,2020)

Nafiah Rohmatun,Ahmad Faih, “Analisis Transaksi Financial Tevhnology

(Fintech) Syariah Dalam Perspektif Maqashid Syariah” ( Iqhtishadia:

Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, Vol.6,2019)

Rahmayani Nuzul, “Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen terkait Perusahaan

Berbasis finansial Technology di Indonesia”, (Pagayuyung Law Journal,

No 1 Vol2, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,

2018)

Raka Fauzan, Dkk “Penegakan Hukum Terhadap Perusahaan Financial Technology

P2plending Dalam Kegiatan Penagihan Peminjaman Uang Yang

Melanggar Asas Perlindungan Konsumen Dikaitkan Dengan Hukum

Perlindungan Konsumen”, (Jurnal Ilmu Kenotariatan Fakultas Hukum

Unpad Vol.2, 2019

Ratna H. Juliyani PR, “Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer

Lending”, (Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam

Indonesia, 2018)

Santoso Budi, dan Edwin Zusrony, ” Analisis Persepsi Pengguna Aplikasi Payment

Berbasis Fintech Menggunakan Technology Acceptanse Model

(TAM)”,(Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol.11, No 1 Maret

2020)

Sihombing Harry Chandra, “Hukum dan Regulasi Startup Fintech di Indonesia;

Tantangan dan Peluang, Lesson Learning dari negara lain” (Jurnal

Magister Teknik Elektro, Univ.Mercu Buana, Jakarta)

Yusuf muhammad, “Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Pada Layanan

Pinjam Uang Berbasis Financial Technology” (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2019)

INTERNET

Page 88: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

78

AFPI Ditunjuk OJK Sebagai Asosiasi Resmi Penyelenggara Layanan Pinjam Uang

Online, diterima dari

https://economy.okezone.com/read/2019/01/23/320/2008175/afpi-

ditunjuk-ojk-sebagai-asosiasi-resmi-penyelenggara-layanan-pinjam-

meminjam-online, diakses pada 30/9/ 2020

Bank Mandiri, Virtual account, diterima dari

https://www.bank.mandiri.co.id/virtual-account diakses pada 10/01/2020

Danang Sugianto, Aplikasi Utang Online Bisa Intip Sms Hingga Riwayat Telepon,

diterima dari https://finance.detik.com/moneter/d-410528/aplikasi-utang-

online-juga-bisa-intip-sms-hingga-riwayat-telepon- diakses pada

28/7/2020

Definisi Penagihan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online, diakses dari

https://www.kbbi.web.id/penagihan diakses pada 22/9/20

Desi angriani, Meneropong Penagihan Fintech Lending, diterima dari:

https://www.medkom.id/ekonomi/analisa-ekonomi/JKRVoP%K-

meneropong-penagihan-fintech-lending diakses pada 25/03/20

Financial Dimata Ekonomi Islam diterima dari

http://pegadaiansyariah.co.id/posisi-finansial-technology-di-mata-

ekonomi-islam-detail-654 diakses pada 28/01/2020

Fintech Ambil Data Debitur Tanpa Izin Denda 70 M Menanti, diterima dari

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200214161524-37-

137988/fintech-ambil-data-debitur-tanpa-izin-denda-70-m-menanti

Jeanny Silvia Sari, Laporan Kantor LBH Jakarta, diterima dari

https://www.Tempo.CO/ diakes pada tanggal 4/12/ 2019

Laporan LBH Jakarta, Tindak Pidana Korban Pijaman Online, diterima dari

https://www.bantuanhukum.or.id/web/laporan-tindak-pidana-pinjol/

diakses pada 16/11/2019

Peer to Peer Lending, diterima dari http://koinworks.com/id/education-

center/industri-peer-to-peer-lending diakses pada 20/11/2019

Pemerintah Pastikan Fintech P2Plending Ilegal Kena Blokir, diterima dari

https://www.cnnindonesia.com/melalui

Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia, diterima dari:

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02//20/193200269//praktik-

perlindungan-dan-penegakan-hukm-di-indonesia?page=all diakes pada

Reynold Wijaya, P2P Lending sebagai wujud baru inklusi keuangan, diterima

dari:http://nasional.compas.com/read/2016/11/26/0600002.p2p.lendingse

Page 89: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

79

bagaiwujudbaru.inklusi.keuangan diakses pada 28/12/2019

Teknologi Finansial: Tengok Dulu Perkembangan Fintek di Indonesia, diterima dari

https://www.finansialku.com/ diakses pada 20/11/ 2019

Tentang Fintech P2PLending AdaKami diterima dari https://www.adakami.id

diakses pada 10/7/2020

Tentang Fintech P2PLending Easycash Diterima dari https://indo.geteasycash.asia

diakses pada 10/7/ 2020

Tentang Fintech Mitra Pedagang diterima dari https://m.apkpure.com/id/mitra-

pedagang.com diakses pada 11/7/2020

Walter pinem, semua yang perlu anda ketahui tentang peer to peer lending (P2P

lending), diterima dari: https://koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-to-peer-

lending/ diakses pada 11/01/2020

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis teknologi Informasi

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Jeanny Silvia Sirait LBH Jakarta

Wawancara pribadi dengan M Nawawi debitur Fintech Adakami

Wawancara pribadi dengan Devi Nurfitriani debitur Fintech Easycash

Wawancara pribadi dengan Louiz Tyas debitur Fintech MitraPedagang

Page 90: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

80

LAMPIRAN

Page 91: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

81

Lampiran 1 Hasil Wawancara

DAFTAR NARASUMBER

Hasil Wawancara dengan Para Korban Pinjaman Online Fintech Adakami,

Easycash dan MitraPedagang

Narasumber 1 : M. Nawawi

Debitur Fintech: Adakami

Waktu: 19 Januari 2020

Tempat : Pesan Pribadi Via WhatsApp

Narasumber 2 : Louiz Tyas

Tempat: Pesan Pribadi Via WhatsApp

Debitur Fintech: MitraPedagang

Waktu: 21 Maret 2020

Narasumber 3 : Devi Nurfitriani

Debitur Fintech: Easycash

Waktu: 1 April 2020

Tempat: Pesan Pribadi Via WhatsApp

__________________________________________________________________

LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN PARA KORBAN

PINJAMAN ONLINE ATAU FINTECH P2PLENDING

Wawancara dengan bapak M. Nawawi Debitur Fintech: Adakami 19 Januari 2020

1. Aplikasi pinjaman P2PLending apa yang anda pakai?

Jawab: Adakami

2. Dari mana anda tahu tentang aplikasi pinjaman online tersebut?

Jawab: dari media sosial

3. Mengapa anda memilih aplikasi pinjaman online tersebut? Kelebihan apa yang

diberikan sehingga tertarik untuk menggunakanya?

Jawab: awalnya saya sedang mencari pinjaman untuk membantu membayar

biaya rumah sakit,sudah berusaha pinjam kepada keluarga dan teman tapi tidak

Page 92: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

82

dapat pinjaman lalu saya melihat iklan Adakami di media sosial facebook dan

youtube Adakami menawarkan pinjaman yang menarik dan cara pinjamnya

juga cukup mudah lalu saya coba ternyata benar syarat dan cara pinjamnya

mudah dan saya lihat fintech ini legal.

4. Berapa kisaran dana yang dipinjam?

Jawab: Rp 2.300.000

5. Berapa lama tempo waktu atau tenor yang diberikan oleh Penyelenggara

P2PLending kepada debitur ?

Jawab: 3 bulan

6. Berapa kisaran cicilan yang harus dibayar?

Jawab: Rp 1.204.000X3

7. Kenapa anda bisa sampai telat dalam pembayaran?

Jawab: awalnya 2bulan saya bisa membayar tapi saat bulan ketiga saya tidak

bisa bayar karena saya berhenti kerja

8. Bagaimana cara penagihan yang dilakukan oleh Adakami?

Jawab: menagihnya lewat WhatsApp dan SMS tapi menagihnya dengan kasar

tidak sopan, mengancam dan memaksa harus cepat bayar

9. Apakah anda akan meminjam atau menggunakan pinjaman online lagi jika

suatu saat anda membutuhkanya?

Jawab: sepertinya tidak. Mengajukan pinjamanya memang mudah tapi

penagihanya seperti itu membuat kesal

10. Apakah anda merasa puas dengan jasa dari aplikasi pinjaman online yang anda

pakai?

Jawab: untuk proses pinjamanya cukup puas karena mudah dan cepat jadi

membantu tapi untuk penagihanya sama sekali tidak. Penagihan tidak perlu

berulang-ulang seperti itu

11. Apa saran anda untuk pihak aplikasi dan pemerintah terkait pinjaman online

ini?

Jawab: untuk Adakami tingkatkan pelayanan penagihan tidak perlu seperti itu

sangat tidak mengenakan lagi pula ini kan sudah terdaftar OJK harusnya tidak

seperti itu

Page 93: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

83

Wawancara dengan ibu Louiz Tyas Debitur Fintech Mitra Pedagang

1. Aplikasi P2PLending apa yang anda pakai?

Jawab: MitraPedagang

2. Dari mana anda tahu tentang aplikasi pinjaman online tersebut?

Jawab: SMS

3. Mengapa debitur memilih aplikasi pinjaman online tersebut? Kelebihan apa

yang diberikan sehingga tertarik untuk menggunakanya?

Jawab: saya tertarik dengan penawaran yang ditawarkan di SMS kepada

saya lalu saya coba untuk pinjam, kebetulan saya sedang butuh tambahan

modal usaha

4. Berapa dana yang dipinjam?

Jawab: saya pinjam Rp 1.500.000 tapi dana yang saya terima Rp.980.0000

5. Berapa lama kisaran tempo waktu atau tenor pinjaman anda ?

Jawab: awalnya saya pilih tenor 1 bulan tapi setelah proses selesai tenor

berubah jadi 7 hari

6. Berapa yang harus dibayar?

Jawab: Rp 1.590.000

7. Apakah anda telat dalam pembayaran?

Jawab: baru telat 1 hari

8. Bagaimana cara penagihan yang dilakukan oleh Penyelenggara Fintech

P2PLending?

Jawab: baru satu hari telat sudah sebar data

9. Apakah anda akan meminjam atau menggunakan pinjaman online lagi jika

suatu saat anda membutuhkanya?

Jawab: sebenarnya tidak mau tapi kalau mendesak kemungkinan iya

10. Apakah anda merasa puas dengan jasa dari aplikasi pinjaman online yang

anda pakai?

Jawab: awalnya puas karena saya bisa pinjam uang lumayan banyak, tapi

karena adanya potongan administrasi dan juga tenor pinjaman yang tiba-tiba

berubah jadi membuat saya kecewa

Page 94: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

84

11. Apa saran anda untuk pihak aplikasi dan pemerintah terkait pinjaman online

ini?

Jawab: untuk aplikasi potongan biaya jangan terlalu banyak dan untuk tenor

cantumkan yang jelas jangan tiba-tiba berubah, penagihan juga jangan sebar

data karena membuat malu.

Wawancara dengan ibu Devi Nurfitriani Debitur Fintech Easycash

1. Aplikasi P2PLending apa yang anda pakai?

Jawab: Easycash

2. Dari mana anda tahu tentang aplikasi pinjaman online tersebut?

Jawab: dari teman

3. Mengapa anda memilih aplikasi pinjaman online tersebut? Kelebihan apa

yang diberikan sehingga tertarik untuk menggunakanya?

Jawab: karena saya melihat teman saya menggunakan Easycash dan saya

lihat juga karena sudah legal

4. Berapa dana yang dipinjam?

Jawab: saya pinjam Rp 1.000.000 dana yang saya terima Rp 760.000 karena

sudah dipotong administrasi

5. Berapa lama kisaran tempo waktu atau tenor pinjaman anda ?

Jawab: 1 bulan

6. Berapa cicilan yang harus dibayar?

Jawab: Rp 506.000 X 2

7. Apakah anda telat dalam pembayaran?

Jawab: iya karena saya belum punya uang karena saya diliburkan dari

pekerjaan akibat dampak Covid19

8. Bagaimana cara penagihan yang dilakukan oleh Penyelenggara Fintech

P2PLending?

Jawab: dengan telpon, WhatsApp dengan kasar dan mengancam, penagihan

juga ke nomor kontak yang ada di Handphone saya

9. Apakah anda akan meminjam atau menggunakan pinjaman online lagi jika

suatu saat anda membutuhkanya?

Page 95: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

85

Jawab: Tidak, sudah cukup kali ini saja lebih baik pinjam ke saudara karena

penagihanya membuat saya takut

10. Apakah anda merasa puas dengan jasa dari aplikasi pinjaman online yang

anda pakai?

Jawab: tidak terlalu puas

11. Apa saran anda untuk pihak aplikasi dan pemerintah terkait pinjaman online

ini?

Jawab: untuk masalah penagihan tolong diperbaiki lagi terlebih ini adalah

fintech legal

Page 96: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

86

Lampiran 2 Bukti Penagihan kepada Para Debitur

1. Bukti Penagihan kepada debitur Fintech P2PLending ADA KAMI

Gambar.2 Bukti Penagihan Fintech Adakami

Page 97: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

87

Gambar.3 Bukti Penagihan Fintech Adakami

Gambar.4 Bukti Penagihan

Page 98: ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS SISTEM PENAGIHAN …

88

2. Bukti Penagihan Kepada Debitur dari Fintech P2PLending EasyCash

Gambar.5 Bukti Penagihan Easycash

3. Bukti Penagihan Kepada Debitur dari Fintech P2PLending MITRA

PEDAGANG

Gambar.6 Bukti Penagihan MitraPedagang