Aspek Perilaku Kesehatan Bab 5

10
Aspek perilaku kesehatan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003) Beberapa masalah yang muncul dari aspek aspek perilaku kesehatan di Desa Keting Kecamatan Jombang Kabupaten Jember yaitu : 1. Tingginya masyarakat yang mempersepsikan menu seimbang sebagai menu empat sehat lima sempurna sebesar 63% Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Depkes RI, 2006). Makanan empat sehat lima sempurna yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan susu merupakan penetapan menu seimbang pada tahun 1950. Kemudian pengertian menu seimbang diperbarui pada tahun 1994 dengan dibuatnya Pedoman

description

ljak

Transcript of Aspek Perilaku Kesehatan Bab 5

Aspek perilaku kesehatanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003)Beberapa masalah yang muncul dari aspek aspek perilaku kesehatan di Desa Keting Kecamatan Jombang Kabupaten Jember yaitu :

1. Tingginya masyarakat yang mempersepsikan menu seimbang sebagai menu empat sehat lima sempurna sebesar 63%Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Depkes RI, 2006). Makanan empat sehat lima sempurna yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan susu merupakan penetapan menu seimbang pada tahun 1950. Kemudian pengertian menu seimbang diperbarui pada tahun 1994 dengan dibuatnya Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang terdiri dari 13 pesan dasar, antara lain 1. Makanlah beraneka ragam makanan2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy

3. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai 25% dari kebutuhan energy

5. Gunakan garam beryodium6. Makanlah makanan sumber zat besi7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan, selanjutnya ditambahkan MP-ASI

8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya

10. Lakukan aktivitas fisik dengan teratuur

11. Hindari minuman beralkohol12. Makanlah makanan yang aman untuk Kesehatan

13. Bacalah label makanan yang dikemas(Maligan. 2014)Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh data hanya sebesar 21% yang memahami mengenai menu seimbang PUGS.2. Rendahnya konsumsi serat yang terdiri dari buah sebesar 8% dan protein hewani sebesar 2%.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 8% responden yang mengkonsumsi buah dan 2% responden yang mengkonsumsi protein hewani. Fungsi serat dalam tubuh antara lain dapat menurunkan kadar kolesterol, sedangkan fungsi protein hewani berfungsi sebagai pemeliharaan jaringan.3. Tingginya frekuensi makan dalam sehari sebanyak tiga kali sebesar 78%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 78% reponden memilki kebiasaan makan sebanyak tiga kali sehari. Hal tersebut memiliki dampak pada ketersediaan energi dalam sehari sehingga akan berpengaruh pada produktivitas.4. Tingginya cara mengolah sayur yang kurang tepat yakni dengan cara dipotong lalu dicuci sebesar 73%Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 73% responden yang masih mengolah sayur dengan cara lama, yaitu dengan memotong sayur lalu mencucinya. Hal tersebut membuat kandungan dalam sayur akan terbuang bersama air yang mengalir.5. Tingginya angka kepemilikan garam beryodium sebesar 99%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 99% responden menggunakan garam beryodium. Garam beryodium dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil namun jika terjadi kekurangan yodium maka akan terjadi pembesaran kelenjar gondok, kretin dan penurunan IQ.

6. Tingginya ibu yang melakukan IMD kepada bayinya sebesar 86%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 86% ibu yang melakukan IMD. IMD dapat membuat napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur karena kehangatan yang diperoleh bayi saat bersentuhan pertama kali dengan ibu.7. Tingginya bayi yang mendapat ASI eksklusif selama kurang dari enam bulan sebesar 50%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 50% bayi tidak mendapat ASI eksklusif. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, antara lain bayi kurang puas dengan hanya minum ASI saja. Pemberian ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting karena menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi .8. Tingginya bayi yang diberikan MP ASI sebelum usia enam bulan sebesar 50%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 50% responden memberikan bayinya MP ASI sebelum usia enam bulan. Hal tersebut berarti bayi tidak mendapat ASI eksklusif, karena ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi selama enam bulan penuh tanpa memberikan makanan pendamping. 9. Tingginya bayi yang diberikan MP ASI berupa nasi halus sebesar 41%

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebesar 41% responden memberikan MP ASI kepada bayinya berupa nasi halus. Hal tersebut merupakan makanan penunjang bagi bayi untuk pertumbuhannya.10. Tingginya masyarakat yang mempersepsikan kesehatan hanya sebagai kesehatan jasmani saja sebesar 51%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 51% responden memahami konsep sehat hanya kondisi sehat jasmani saja. Berdasarkan definisi WHO, yang dimaksud dengan sehat ialah kondisi sehat jasmani, rohani, sosial dan ekonomi.

11. Tingginya masyarakat yang mempersepsikan sakit hanya sebagai kondisi cacat karena penyakit saja sebesar 68%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 68% responden memahami konsep sakit hanya sebagai kondisi cacat akibat gangguan penyakit saja, padahal gangguan pada mental dan sosial juga merupakan kondisi sakit.12. Tingginya masyarakat yang mempersepsikan air bersih hanya sebagai air yang tidak kotor, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna sebesar 46%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 46% responden yang memahami konsep bahwa air bersih adalah air yang tidak kotor, tidak berbau, tidak berasa. Syarat air bersih ada tiga yakni syarat biologis, syarat fisik dan syarat kimia.13. Tingginya masyarakat yang mengolah air minum hanya dengan dimasak dengan air mendidih sebesar 71%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 71% responden yang mengolah air minum dengan dimasak hingga mendidih. Hal itu sudah sesaui dengan yang dianjurkan, karena bakteri dalam air akan mati pada suhu 100 derajat celcius.14. Tingginya masyarakat yang mencuuci tangan hanya dengan air mengalir tanpa sabun sebesar 21%Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 79% menggunakan sabun dan air mengalir ketika mencuci tangan, dan 21% dicuci dengan air saja tanpa menggunakan sabun.

Walaupun sudah banyak yang menerapkan cuci tangan menggunakan air mengalir tanpa sabun, tetapi masih terdapat yang belum menerapkan cuci tangan dengan baik. Diketahui bahwa cuci tangan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sangatlah penting karena dapat mengurangi masuknya kuman-kuman penyebab penyakit menular maupun tidak menular. Namun apabila melakukan cuci tangan dengan cara atau tahapan yang salah, akan mengurangi manfaat dari cuci tangan.15. Tingginya masyarakat yang yang keramas hanya satu kali dalam seminggu sebesar 5%Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 5% responden yang keramas hanya satunkali dalam seminggu, hal tersebut dapat menyebabkan kulit kepala dan rambut menjadi kotor dan menjadi tempat berkembangnya bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kulit kepala, seperti ketombe dan lain lain.16. Tingginya masyarakat yang menggosok gigi hanya satu kali dalam sehari sebesar 7%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 7% responden yang berperilaku menggosok gigi hanya sekali dalam sehari. Kebiasaan tersebut sangat membahayakan kesehatan, dimana dapat meningkatkan masuknya kuman-kuman dan bisa terakumulasi dalam gigi sehingga dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut. 17. Tingginya masyarakat yang mengganti pakaian satu hingga dua kali dalam sehari sebesar 40%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 40% responden yang berperilaku mengganti pakaian satu kali dalam sehari. Hal tersebut dapat membuat bakteri berkembang ditubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit kulit.

18. Tingginya masyarakat yang memotong kuku satu sampai dua kali dalam seminggu sebesar 12%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 12% responden yang berperilaku dengan memotong kuku lebih satu kali dalam satu minggu. Kebiasaan tersebut sangat membahayakan kesehatan, dimana dapat meningkatkan masuknya kuman-kuman atau bakteri atau virus dan bisa terakumulasi dalam dalam kuku sehingga dapat meningkatkan kejadian penyakit bawaan makanan (food borne diasease), seperti diare, typus dan lain sebagainya.19. Tingginya masyarakat yang merokok setiap hari sebesar 24%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 24% responden yang merokok. Perilaku tersebut memberikan dampak yang buruk, baik dari segi ekonomi dimana penghasilan yang didapatkan berkurang dengan adanya kebiasaan membeli rokok dan dampak buruk bagi kesehatan yang dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama penyakit yang berkaitan dengan organ pernafasan seperti jantung, paru dan lain sebagainya.20. Tingginya masyarakat yang hanya membeli obat sendiri ketika merasa sakit sebesar 37%

Berdasarkan hasil wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 37% responden yang memiliki perilaku mengobati sendiri jika sakit dengan membeli obat bebas ke warung/apotik/toko. Perilaku tersebut dapat membawa dampak buruk bagi penyakit yang dideritanya, dimana masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang obat yang tepat untuk mengobati penyakitnya. Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri dapat menjadi resisten terhadap obat apapun.21. Tingginya masyarakat yang tidak memperoleh informasi kesehatan sebesar 47%

Berdasarkan wawancara dari 81 responden diperoleh data sebesar 47% responden tidak mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini dapat membahayakan masyarakat secara tidak langsung, dimana masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang kesehatan dan perilaku yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak berdasarkan ilmu kesehatan.Nilawati, Sri. (maligan, mahar jaya. Penyusunan dan perencanaan menu berdasarkan menu seimbang. THP-FTP UJ)