Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
-
Upload
yunindyo-sasmito -
Category
Documents
-
view
2.033 -
download
0
description
Transcript of Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
1. Hukum adalah suatu ketentuan atau aturan yang bersifat memaksa
dan akan di-kenai sanksi bagi yang melanggar, yang berada pada suatu
wilayah/daerah/ Negara yang telah menjadi kesepakatan bersama dari
seluruh unsur yang ada diwilayah/daerah/Negara tersebut. Hukum adalah
sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh
pihak yang berwenang sehingga dapat di-paksakan, pemberlakuannya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi tercip-tanya ketertiban
disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Hukum merupakan si-stem
yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan mas-yarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hu-bungan sosial antar masyarakat
maupun antar pemerintah. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari
sistem hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar
sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum
Eropa continental/lama, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan
Hindia Be-landa. Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih
banyak terutama dalam bi-dang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang dalam
perundang-undangan merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat
dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
Unsur-unsur hukum terdiri dari unsur idiil dan riil. Dikatakan unsur idiil,
karena hal tersebut terletak dalam bidang yang sangat abstrak yang tidak
da-pat diraba dengan panca indera, namun kehadirannya dapat dirasakan.
Unsur ini terdapat dalam diri setiap pribadi manusia, yang terdiri dari
Unsur cipta yang ha-rus diasah yang dilandasi logika dari berbagai aspek
kognitif sehingga unsur ini menghasilkan ilmu tentang pengertian. Unsur
kar-sa, harus diasah, yang dilan-dasi etika dan beraspek konatif. Unsur
rasa,harus diasih, yang dilandasi estetika dan beraspek afektif. Sedangkan
unsur riil ter-diri dari manusia, alam dan kebu-dayaan yang akan
melahirkan ilmu tentang kenyataan. Unsur ini mencakup aspek
eksternsosial dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. Sumber hukum
1
yaitu segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang di-pergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman
hidupnya pada masa tertentu. C.S.T. Kansil menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan sumber hukum ialah, segala apa saja yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat
memaksa, yakni aturan-aturan apabila dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata. Maksud dengan segala apa saja, adalah faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum. Sedang faktor-faktor
yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal ialah,
dari mana hukum itu dapat ditemukan, dari mana asal mulanya hukum,
dimana hukum dapat dicari atau dimana hakim dapat menemukan hukum
sebagai dasar dari putusannya. Menurut Achmad Ali sumber hukum
adalah tempat di mana kita dapat menemu-kan hukum. Namun perlu
diketahui pula bahwa adakalanya sumber hukum juga sekaligus
merupakan hukum, contohnya putusan hakim. Pada umumnya sumber
hukum dibedakan menjadi 2, yaitu sumber hukum formal dan sumber
hukum material. Menurut Sudikno Mertokusumo, Sumber Hukum Materiil
adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum materiil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya
hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis,
tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah
(kriminologi, lalulintas), perkembangan internasional, keadaan geografis,
dan lain-lain. Sumber Hukum Formal, merupakan tempat atau sumber dari
mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan
deng-an bentuk atau cara yang men-yebabkan peraturan hukum formal
berlaku. Sum-ber hukum formal yang diakui secara umum ialah UU,
perjanjian antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan. Sumber-sumber
hukum formal membentuk pan-dangan-pandangan hukum menjadi
aturan-aturan hukum, membentuk hukum sebagai kekuasaan yang
mengikat. Jadi, sumber hukum formal ini merupakan sebab dari
berlakunya aturan-aturan hukum. Berikut yang termasuk sumber-sumber
hukum adalah Undang-Undang, Kebiasaan, Traktat atau perjanjian inter-
nasional, Yurispudensi, dan doktrin. Jenis-jenis hukum pada umumnya
adalah hukum perdata, hukum publik, hukum pidana, hukum acara,
2
hukum tata negara, dan hukum internasional. Hukum perdata disebut pula
hukum privat sebagai la-wan dari hukum publik. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan de-ngan negara serta kepentingan umum
seperti politik dan pemilu (hukum tata ne-gara), kegiatan pemerintahan
sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha ne-gara), kejahatan
(hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan an-tara
penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang,
per-kawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta ben-da, kegiatan
usaha dan tin-dakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Hukum
Perdata meliputi antara lain hukum keluarga, hukum harta benda, hukum
perikatan, dan hukum waris. Se-mentara itu hukum publik adalah hukum
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan tentang masyarakat
dan menjadi hukum perlindungan publik, mi-salnya hukum administrasi
dan tata usaha negara, hukum pidana, dan hukum tata negara. Hukum
pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi barang
siapa yang mela-kukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan dalam undang-undang pidana. Seperti perbuatan yang
dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang
Korupsi, Undang-Undang HAM dan sebagainya. Dalam hukum pidana
dikenal 2 jenis perbuatan yaitu keja-hatan dan pelanggaran, kejahatan
ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang
tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa
keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memper-
kosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang
hanya dilara-ng oleh undang-undang, seperti tidak pakai helm, tidak
menggunakan sabuk pe-ngaman dalam berkendaraan, dan sebagainya.
Hukum acara adalah ketentuan yang mengatur bagaimana cara agar
hukum (materiil) itu terwujud atau dapat di-terapkan/dilaksanakan kepada
subyek yang memenuhi perbuatannya . Tanpa hukum acara maka tidak
ada manfaat hukum materiil. Untuk menegakkan ke-tentuan hukum
pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum perdata maka ada
hukum acara perdata. Hukum acara ini harus dikuasai para praktisi
hukum, polisi, jaksa, pengacara, hakim. Contoh hukum acara yaitu bentuk-
3
bentuk surat di bidang kepengacaraan perdata. Hukum Tata Negara
adalah hu-kum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara,
hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan
warga negara. Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur tentang
hubungan hukum antar negara satu deng-an negara lain secara
internasional Universa, yang mengandung dua pengertian dalam arti
sempit dan luas. Dalam arti sempit meliputi : Hukum publik internasi-onal.
Dalam arti luas meliputi : Hukum publik internasional dan hukum perdata
internasional.contohnya adalah hukum perdagangan antar negara.
2. Hukum perjanjian dalam pasal 1313 KUH Perdata yang berisikan
pengertian bah-wa perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian
disebut juga dengan persetuju-an karena di dalamnya terdapat
persetujuan kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan sesuatu. Di
dalam perjanjian harus terdapat interaksi aktif yang ber-sifat timbal balik
di kedua belah pihak untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-
masing. Untuk itu secara sederhana perjanjian dapat dirumuskan sebagai
sebuah perbuatan dimana kedua belah pihak sepa-kat untuk saling
mengikatkan diri satu sama lain. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata
perjanjian harus memenuhi 4 syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum
dan mengikat para pihak yang me-mbuatnya. Hal tersebut adalah: (1)
Adanya kesepakatan untuk mengikatkan diri, bahwa semua pihak
menyetujui materi yang diperjanjikan, tidak ada paksaan atau di bawah
tekanan, (2) Para pihak mampu membuat suatu perjanjian, kata mampu
maksudnya adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak dibawah
pengawasan karena perilaku yang tidak stabil dan bukan orang yang
dalam undang-undang dilarang membuat perjanjian, (3) Ada hal yang
diperjanjikan, dalam hal ini mak-sudnya adalah perjanjian menyangkut
hal/objek yang jelas (4) Dilakukan atas se-bab yang halal/iktikad baik
bukan untuk sebuah kejahatan. Dua hal yang per-tama disebut sebagai
syarat subyektif dan dua hal yang terakhir disebut syarat ob-yektif. Suatu
perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subyektif akan me-miliki
konsekuensi untuk dapat dibatalkan. Dengan demikian selama perjanjian
4
yang mengandung cacat subyektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap
mengikat para pihak layaknya perjanjian yang sah. Sedangkan perjanjian
yang memiliki ca-cat pada syarat obyektif, maka secara tegas dinyatakan
batal demi hukum. Akibat timbulnya perjanjian tersebut, maka para pihak
terikat didalamnya dituntut un-tuk melaksanakannya dengan baik seperti
dalam undang-undang Pasal 1338 KUH Perdata, yaitu: (1) perjanjian yang
dibuat oleh para pihak secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. (2) perjanjian yang telah dibuat tidak dapat
ditarik kembali kecuali adanya kesepakatan dari para pihak atau karena
adanya alasan yang dibenarkan oleh undang-undang. (3) Perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikat baik. Selanjutnya adalah tentang pelaksanaan
perjanjian itu sendiri. Menurut KUH Perdata, bila salah satu pihak tidak
menjalan-kan atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang tertuang
dalam perjanjian atau pun telah memenuhi kewajibannya namun tidak
sebagaimana yang ditentu-kan, maka perbuatannya tersebut
dikategorikan sebagai wanprestasi. Dalam prak-teknya untuk menyatakan
seseorang telah melanggar perjanjian dan dianggap me-lakukan
wanprestasi, ia harus diberi surat peringatan terlebih dahulu (somasi).
Surat somasi tersebut harus menyatakan dengan jelas bahwa satu pihak
telah me-langgar ketentuan perjanjian. Disebutkan pula dalam somasi
tersebut tentang upaya hukum yang akan diambil jika pihak pelanggar
tetap tidak mematuhi soma-si yang dilayangkan. Somasi yang tidak
diindahkan biasanya akan diikuti dengan somasi berikutnya (kedua) dan
bila hal tersebut tetap diabaikan, maka pihak yang dirugikan dapat
langsung melakukan lang-kah-langkah hukum misalnya berupa pengajuan
gugatan kepada pengadilan yang berwenang atau pengadilan yang di-
tunjuk/ditentukan dalam perjanjian. Mengenai hal ini Pasal 1238 KUHP
men-yebutkan: “debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau
dengan akta se-jenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan
sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai
dengan lewatnya waktu yang di-tentukan.” Sebagai konsekuensi atas
perbuatannya, maka pihak yang telah mela-kukan wanprestasi harus
memberikan ganti rugi meliputi biaya-biaya yang telah dikeluarkan
berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian, kerugian yang timbul aki-bat
5
perbuatan wanprestsi tersebut serta bunganya. Selanjutnya ditegaskan
kem-bali oleh Pasal 1244 KUHP bahwa debitur harus dihukum untuk
mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tidak dapat membuktikan
bahwa tidak dilaksanakan-nya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu
dalam melaksanakan perikatan itu di-sebabkan oleh suatu hal yang tak
terduga, walaupun tidak ada itikad buruk pada-nya. Berbeda halnya jika
terjadi dalam keadaan memaksa atau hal-hal yang secara kebetulan satu
pihak tidak dapat memenuhi kewajiban-nya, maka keharusan un-tuk
mengganti segala biaya, kerugian dan bunga tidak perlu dilakukan.
Hubungan antara hukum perjanjian dengan hukum perikatan adalah
sangat erat kaitan-nya, perjanjian secara umum adalah su-atu peristiwa
dimana seorang berjanji ke-pada seorang lainnya atau dimana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksana-kan sesuatu hal. Dari peristiwa itulah
maka timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian merupa-kan suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis. Sedangkan definisi dari perikatan adalah suatu per-hubungan
hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang
satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan. Perikatan adalah suatu
pengertian yang abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang
konkret atau suatu peristi-wa. Perikatan lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Per-setujuan itu tidak dapat ditarik kembali
selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang ditentukan oleh undang-undang. Sebagai contohnya yaitu A
membuat perjanjian untuk meminjamkan motor ke-pada B de-ngan syarat
B membayar biaya sewa kepada A, dari perjanjian itu, muncul hak dan
kewajiban. A memiliki hak untuk mendapatkan uang sewa motor dari
pihak B, sedangkan B berkewajiban untuk melunasi uang sewa dan
mengembalikan motor tersebut sesuai perjanjian kepada A. dari contoh
ter-sebut dapat diketahui bahwa Perjanjiannya adalah A dengan B,
sedangkan perikatannya adalah hak dan kewa-jiban yang timbul antara A
dan B setelah terjadi perjanjian tersebut.
6
3. Tidak. Karena Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan
atau menyuruh menjalankan perusahaan. Menjalankan perusahaan
artinya mengelola sendiri perusahaannya, baik dilakukan sendiri maupun
dengan bantuan pekerja, Contoh pengusaha dan pimpinan perusahaan
dengan orang yang sama adalah PT. BABA RAFI yang dimiliki oleh Hendi
Septiono yang berbisnis kuliner Kebab Turki, Paramizzu dan sebagainya.
Di sisi lain dia juga sebagai pimpinan perusahaan yang mengendalikan
356 outlet di seluruh Indonesia melalui kantor pusat Surabaya..
Sedangkan pemimpin perusahaan adalah orang yang diberi kuasa oleh
pengusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama pengusaha.
Pemimpin perusahaan berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa
dalam segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang
dipimpinnya. Pemimpin perusahaan adalah pemegang kuasa tertinggi
dalam menjalankan perusahaan. Dia bertangguang jawab penuh
mengenai kemjuan dan kemunduran perusahaan.
4. Hubungan kerja adalah merupakan suatu hubungan yang timbul akibat
adanya perjajnjian atau interaksi antar pihak yang membutuhkan dalam
dunia kerja. Ada dua macam hubungan kerja yaitu hubungan kerja internal
dan hubungan kerja eksternal. Hubungan kerja internal adalah hubungan
yang terjadi di dalam per-usahaan itu sendiri. Sedangkan hubungan kerja
eksternal yaitu hubungan ke luar perusahaan itu sendiri. Bagian
terpenting dari hubungan kerja tersebut adalah sifat, karakter maupun
jenis hubungan kerja. Pembagian jenis hubungan kerja ini bisa bersifat
fungsional, instruksional, koordinasi, informasi, konsultaasi, kemitra-
anmaupun rekomendasi. Dalam hubungan kerja internal terkait pula
dengan hak dan kewajiban pekerja dan peng-usaha, hal ini disebabkan
keduanya terikat per-janjian yang menyebabkan timbulnya hubungan
kerja. Hubungan perusahaan se-cara internal salah satunya meliputi
tenaga kerja atau sumber daya manusia yang terbagi dalam bidang
keuangan, pemasaran, HRD, operasioanal, dan sebagainya. Seperti
hubungan tenaga kerja (pegawai) yang secara umum terbagi menjadi tiga,
antara lain: hubungan vertikal (pimpinan dengan bawahan). Hubungan
horisontal (bawah-an dengan bawahan). Hubungan diagonal (bawahan
dengan manager). Se-dangkan hubungan perusahaan secara eksternal
7
meliputi perusahaan dengan pe-merintah (seperti legalitas perusahaan,
pajak, otonomi daerah, dan sebagai-nya). Hubungan lainnya yaitu
perusahaan dengan perusahaan, seperti per-usahaan mie (mie sedap atau
sarimi) dengan perusahaan tepung terigu PT. BOGASARI.
5. Antar PT (NV) dengan PT (persero) yang GO PUBLIK tidaklah sama, PT
merupakan badan usaha yang permodalannya sepenuhnya
swasta/pribadi. Sedangkan persero sebagian besar modalnya dimiliki oleh
pemerintah. Selain itu, PT jika merujuk dari namanya merupakan badan
usaha yang memiliki jumlah tanggung jawab yang ter-batas dari jumlah
nominal saham. Dalam pasal 1 bu-tir (1) UUPT disebutkan bah-wa
perseroan/PT adalah badan hukum yang didi-rikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang serta peraturan pelaksanaannya. Perseroan harus didirikan
dengan akta otentik sesuai ketentuan pasal 7 ayat (1) UUPT yaitu
pendirian perseroan harus dibuat dengan akta otentik di muka notaris
mengingat perseroan termasuk badan hukum. Me-nurut organ perseroan
adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan komisaris.
RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada direksi atau komi-saris. Sedangkan persero merupakan badan
usaha dimana per-modalannya sebagian besar berasal dari pemerintah
dan modal swasta dibatasi. Modal yang berasal dari swasta dibatasi
hingga maksimal 49% dan sebesar 51% adalah milik Negara dari
kekayaan negara yang dipisahkan, selain itu pendirian persero harus
diusulkan oleh menteri kepada presiden, pendirian dilakukan oleh menteri
dengan memperhatikan perundang-undangan, menteri yang ditunjuk me-
miliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah, dan pegawainya
bersta-tus pegawai negeri. Fungsi RUPS dalam persero pemerintah ialah
memegang se-gala wewenang yang ada dalam perusahaan tersebut.
RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi. Direksi
persero adalah orang yang bertanggung jawab atas pengurus-an persero
baik didalam maupun di-luar pengadilan. Peng-angkatan dan
pemberhentian dilakukan oleh RUPS. Komisaris adalah organ per-sero
8
yang bertugas dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya
pada RUPS. Untuk perusahaan yang GO PUBLIK merupakan perusahaan
yang menjual sahamnya ke masyarakat, seperti yang dilakukan oleh
Pertamina, man-faat yang dapat diperoleh dari Go Publik antar lain
mendapat tambahan modal dari masyarakat, risiko ditanggung bersama
dengan investor, perusahaan menjadi lebih bonafit, karena sebelum go
public, perusahaan harus menjalani proses yang ketat terlebih dahulu, dan
perusaha-an go public akan mendapatkan potongan PPh sebesar 5%.
6. Ditinjau dari segi hukum bisnis, arti penting dari nama perusahaan adalah
sangat penting. Nama perusahaan dari aspek hukum bisnis di Indonesia
memiliki arti penting sebab dengan nama perusahaan itu suatu
perusahaan bisa melakukan hubungan hukum dengan pihak lain serta bisa
melakukan kewajiban hukumnya, seperti memperoleh perizinan pendirian
usaha, pendaftaran perusahaan, pemba-yaran pajak, dan pembayaran
utang. Selain itu nama perusahaan itu akan men-jadi identitas khusus atau
sebutan bagi perusahaan berangkutan, sehingga untuk berbagai
keperluan hukum dan bisnis akan me-mpermudah proses pengurusan-nya,
contoh: PT Garudafood Tbk., PT Dua kelinci Tbk., dan lain sebagainya.
Merk dagang adalah istilah, nama, sebutan, atau ciri khas suatu barang
dagangan yang membedakan dengan barang-barang lain (meskipun
sejenis). Dalam Pasal 1 ayat 2 UU Merek tahun 2001 disebutkan, “Merek
dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya”.
Contoh Ardath, Mlindjo dll. Logo dagang, Logo mempunyai fungsi identitas
yang membedakan sebuah sebuah produk dengan produk lainnya.
Kesemuanya itu tak lepas dari hakikat logo itu sendiri, sebagai sebuah
karya seni rupa. Selain sebagai karya seni rupa, logo itu sendiri sebagai
symbol dari merek atau perusahaan. Contoh Logo Milik PT Garudafood
dengan gambar burung garuda. logo dagang merupakan suatu bentuk
gambar atau sekedar sket-sa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti
dari perusahaan, daerah, perkum-pulan, produk, negara, dan hal-hal
lainnya yang dianggap me-mbutuhkan hal yang singkat dan mudah
diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya. Logo menjadi “wakil”
9
perusahaan dalam otak masyarakat. Ketika masyarakat dihadap-kan pada
suatu bentuk grafis tertentu sebagai sebuah stimulus, otak akan mem-beri
makna melalui asosiasi dengan atribut-atribut tertentu. Inilah yang
memben-tuk citra (image), jika logo itu merupakan wakil sebuah
perusahaan. Itulah yang disebut corporate image. Corporate identity
adalah sesuatu yang disodorkan oleh perusahaan, dan corporate image
adalah persepsi khalayak terhadap identitas yang disodorkan. Logo
diharapkan menjadi jendela untuk masuk ke dalam per-sepsi masyarakat
dan pada kondisi tertentu dapat digunakan untuk mengubah citra suatu
perusahaan.
7. Dalam mendirikan perusahaan kadangkala perusahaan merasa kesulitan
dalam pembiayaan financial sehingga harus melakukan pinjaman kepada
lembaga kredi-tur semacam bank. Bank selaku kreditur sebelum
memberikan pinjaman harus mendapatkan informasi yang akurat seperti
karakter calon peminjam, pengaruh kondisi ekonomi saat itu dengan
pendapatan calon debitur, jaminan yang ditawar-kan dan lain sebagainya.
Setelah bank menyatakan calon debitur lulus seleksi ter-sebut, bank
memberikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur, ada-pun
syarat dan prosedur pengajuan kredit ke bank yang dilakukan perusahaan
antara lain: (1) Fotocopy identitas diri dari para pengurus perusahaan
(direktur & komisaris), (2) Fotocopy NPWP (Nomor Pokok wajib pajak), (3)
Fotocopy SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan ), (4) Fotocopy Akte
Pendirian Perusahaan dari Notaris, (5) Fotocopy TDP (Tanda Daftar
Perusahaan), ini digunakan oleh bank untuk meme-riksa keabsahan/
legalitas antara apa yang tercantum di akte pendirian dengan bidang
usahanya, segala surat perizinannya dan kewajiban pajaknya terhadap ne-
gara. Selanjutnya (6) Fotocopy rekening giro atau buku tabungan di bank
mana-pun selama 6 s/d 3 bulan terakhir. (7) Data keuangan lainnya,
seperti neraca ke-uangan, laporan rugi laba, catatan penjualan &
pembelian harian, dan data pem-bukuan lainnya, ini digunakan Bank
untuk melakukan berbagai analisa keuangan terhadap calon debiturnya.
Kesanggupan debitur dalam membayar kembali huta-ngnya akan
dianalisa dari berbagai sisi, seperti: kesanggupan dalam membayar ke-
mbali hutang jangka pendeknya, kemampuan dan efektivitas manajemen
10
dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya, kemampuan dalam
mencetak laba, dan sebagainya. Untuk Kredit Usaha dan Kredit Serba
Guna, jaminan yang dimin-ta biasanya bervariasi seperti tanah, rumah
tinggal, ruko, apartemen, kendaraan, pabrik dan lain-lain. Untuk menilai
apakah jaminan yang diajukan layak untuk di-jaminkan maka Bank akan
menilai kembali jaminan yang diajukan, biasanya Bank memiliki tim
penilai sendiri dalam menilai jaminan tersebut, walaupun ter-kadang bank
juga sesekali memakai tim penilai jaminan dari luar.
8. Pembukuan perusahaan erat kaitannya dengan sistem akuntansi, sistem
akuntan-si adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan melaporkan
informasi keuang-an yang disediakan bagi perusahaan atau suatu
organisasi bisnis. pembukuan perusahaan mengatur dan mengendalikan
mayoritas aspek keuangan yang men-jelaskan alokasi dana, seperti
keuangan bahan baku, tenaga kerja, proses produk-si, harga pokok
produksi, harga pokok penjualan, aktiva, pasiva dan lain-lainnya. Hal itu
berfungsi untuk mengelola, menciptakan, dan memutuskan kebijakan dari
informasi-informasi yang didapat melalui pembu-kuan. Secara hukum
bisnis hal ini dilakukan untuk menghindarkan pencuci-an uang, korupsi,
dan hal-hal yang bersifat kriminal. Sistem akuntansi terdiri atas dokumen
bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan dan prosedur yang
digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta
melaporkan hasilnya. Pembukuan yang diwajibkan ada-lah pembukuan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum
dan dilaporkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Peng-
ertian pembukuan sesuai dengan penjelasan pasal 16 UU 39/2007 tentang
Cukai berbunyi "Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengum-pulkan data dan informasi yang meliputi dan
mempengaruhi keadaan harta, huta-ng, modal dan pendapatan, dan biaya
yang secara khusus menggambarkan jum-lah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa yang kemudian diikhtisar-kan dalam laporan
keuangan”. Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap
perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui
kondisi ke-uangan perusahaan tersebut, dimana kondisi keuangan suatu
perusahaan tercer-min dalam laporan keuangannya. Pembukuan berguna
11
sebagai alat kontrol, yaitu untuk mengetahui dan mengatur pemasukan
serta biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Pembukuan perusahaan
dalam hukum bisnis di Indonesia memiliki arti yang penting. Pembukuan
perusahaan ber-fungsi sebagai pencatat kekayaan, kewajiban, modal, dan
segala sesuatu men-yangkut laporan keuangan perusaha-an. Maka
pembukuan perusahaan ini me-mungkinkan perusahaan untuk menge-
tahui tingkat ketercapaian dan kebijakan yang hendak diambil.
Pembukuan per-usahaan juga memungkinkan penyelesaian urusan
administrasi perusahaan ter-kait secara tertib dan rapi. Selain itu biasanya
nilai dari laporan pembukuan per-usahaan ini nantinya juga
mempengaruhi pada pemenuhan kewajibannya dalam pembayaran pajak
pada negara. Manfaat pembukuan yang berikutnya berkaitan erat dengan
urusan perpajakan, tanpa pembukuan, penghitungan pajak akan sangat
sulit dilakukan. Pembukuan laporan keuangan juga sangat diperlukan ke-
tika mengajukan kredit kepada bank.
9. Tidak. Karena, Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,
maupun memberikan ijin untuk dengan tidak mengurangi pembatasan –
pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya,
film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi
musik, rekaman suara, lukisan, ga-mbar, patung, foto, perangkat lunak
komputer, siaran radio dan televisi, dan desain industri.. Untuk melindungi
pencipta, pencipta harus mendaftarkan ciptaannya kepada lembaga cipta
yang diatur dalam UU nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Sedangkan
hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Ciptaan yang dapat dipatenkan ada tiga yaitu proses, mesin, barang. Hak
paten dilindungi dalam UU nomor 14 tahun 2001. Ketidaksamaan antara
hak cipta dan hak paten adalah pada ciptaannya hak cipta pada karya
sastra, seni dan sains. Sedangkan untuk hak paten pada karya proses,
mesin, barang.
12
10. Sistem kredit adalah pembayaran atau transaksi antara pembeli dan
pelanggan dalam perdagangan namun pembeli belum dapat
membayarkan tagihan dari pembelian tersebut dan membayar pada jatuh
tempo yang telah ditetapkan. Meskipun pembeli belum dapat membayar
hak barang sudah pindah pada pembeli meskipun belum dilunasi atau
belum jatuh tempo. Contoh pembelian partai barang elekronik oleh CV.
Malino pada CV. Molina. Sedangkan sistem sewa beli adalah transaksi
antara pedagang dan pembeli namun pembeli menyewa dengan
membayar pada jatuh tempo yang ditetapkjan dan dalam kurung waktu
yang telah disepakati dan jika pembeli dapat melunasi pada jatuh tempo
dalam kurung waktu yang telah disepakati maka barang menjadi milik
pembeli. Tetapi apabila pembeli tidak dapat melunasi pada waktu yang
telah disepakati maka barang diambil oleh penjual. Contoh pembelian
sepeda motor, mobil rrumah dll.
11. Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang
pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan
ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara
Indonesia. Pengertian huk-um positif diperluas bukan saja yang sedang
berlaku sekarang, melainkan terma-suk juga hukum yang pernah berlaku
dimasa lalu. Hukum yang pernah berlaku adalah juga hukum yang berlaku
pada waktu dan tempat tertentu. Hukum mate-riil, yaitu segala kaidah
yang menjadi patokan manusia untuk bersikap tindak, misalnya tidak
boleh membunuh, harus melunasi hutang dan lain sebagainya.
Dalam dunia hukum, subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa
hak, yakni manusia dan badan hukum. (1) Manusia, menurut hukum, tiap-
tiap seorang ma-nusia sudah menjadi subyek hukum secara kodrati atau
secara alami. Anak-anak serta balita pun sudah dianggap sebagai subyek
hukum. Manusia dianggap seba-gai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan
ia meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan
pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau
kepentingan yang menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang
oleh hukum dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum.
Maka dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum mereka harus di-
wakili atau dibantu oleh orang lain. (2) Badan Hukum adalah suatu badan
13
yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi status "person" oleh hukum
sehingga me-mpunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat
menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti
melakukan perjanjian, mempunyai keka-yaan yang terlepas dari para
anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan manusia
sebagai pembawa hak adalah badan hukum tidak dapat melaku-kan
perkawinan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum
dimu-ngkinkan dapat dibubarkan. Obyek Hukum ialah segala sesuatu yang
dapat men-jadi hak dari subyek hukum. Atau segala sesuatu yang dapat
menjadi obyek suatu perhubungan hukum. Obyek hukum dapat pula
disebut sebagai benda. Merujuk pada KUHPerdata, benda adalah tiap-tiap
barang atau tiap-tiap hak yang dapat di-kuasai oleh hak milik. Benda itu
sendiri dibagi menjadi: (1) Berwujud/Konkrit (2) Tidak Berwujud/Abstrak
contoh gas, pulsa dsb. Ciri-ciri hukum antara lain: ter-dapat perintah
ataupun larangan dan perintah atau larangan tersebut harus dipa-tuhi
oleh setiap orang. Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk
menjaga ketertiban dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, hukum
meliputi berbagai per-aturan yang menentukan dan mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga
kaedah hukum yakni peraturan-peratur-an kemasyarakatan. Telah
dideskripsikan bahwa agar terciptanya tata tertib dalam kehidupan
bermasyarakat, maka haruslah peraturan-peraturan itu dipatuhi oleh tiap-
tiap orang. Tetapi karena pada zaman dahulu pun sudah banyak yang ti-
dak mau mematuhi hukum, maka hukum harus mempunyai suatu sifat
yang me-maksa. Dengan demikian, hukum itu mempunyai sifat mengatur
dan memaksa. Hukum itu mengatur tingkah laku manusia dalam
bermasyarakat. Hukum itu juga dapat memaksa tiap-tiap orang untuk
mematuhi tata tertib atau peraturan dalam kema-syarakatan. Sehingga
bila terdapat orang yang melanggarnya dapat dikenakan sanksi yang
tegas terhadap siapapun yang tidak menaatinya. Akuisisi adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham
atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Kelebihan Akui- adalah sebagai berikut: (a) Akuisisi Saham tidak
memerlukan rapat pemegang sa-ham dan suara pemegang saham
14
sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm,
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepa-da pihak
Bidding firm. (b) Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat
berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli
dengan me-lakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan
manajemen perusaha-an. (c) Karena tidak memerlukan persetujuan
manajemen dan komisaris perusa-haan, akuisisi saham dapat digunakan
untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile
takeover). (d) Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi
tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi
saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika
mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001).
Kekurangan Akui- sebagai berikut: (a) Jika cukup banyak pemegang saham
minoritas yang tidak me-nyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi
akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan
paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar
akuisisi terjadi. (b) Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham
yang dibeli maka terjadi merger. (c) Pada dasarnya pembelian setiap aset
dalam akui-sisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga me-
nimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001). Divestasi
adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau
barang, dives-tasi dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki
oleh perusaha-an.Divestasi merupakan kebalikan dari investasi pada aset
yang baru. “Privatisasi (Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN)
adalah penjualan saham Per-sero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian
maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan
kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar ma-nfaat bagi negara dan
masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat”. Pri-vatisasi
dilakukan pada umumnya didasarkan kepada berbagai pertimbangan an-
tara lain sebagai berikut: (1) Mengurangi beban keuangan pemerintah,
sekaligus membantu sumber pendanaan pemerintah (divestasi).
(2) Meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan. (3) Meningkatkan
profesionalitas pengelolaan perusaha-an. (4) Mengurangi campur tangan
birokrasi/pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan. (5) Mendukung
15
pengembangan pasar modal dalam negeri. (6) Sebagai flag-carrier
(pembawa bendera) dalam mengarungi pasar global. Likuiditas adalah
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengerti-an lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk
memenuhi kewajib-an atau utang yang segera harus dibayar dengan harta
lancarnya. Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki
fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-
aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak
untuk menerima sebagaian pendapatan tetap/ de-viden dari perusahaan
serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.
Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil
bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang
dimiliki-nya berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin
banyak prosentase sa-ham yang dimiliki maka semakin besar hak suara
yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan. Saham Preferen
adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak
pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen
lebih dulu dan memiliki hak suara lebih dibanding pemeg-ang saham biasa
seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran ma-najemen
akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran
dividen preferen agar tidak lengser.
12. Tidak sama. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/ tahun 2009
tentang Bank Umum, pada pasal 5 dijelaskan bahwa modal disetor untuk
bank ditetapkan paling kurang Rp 3 triliun. Syarat untuk mendirikan Bank
Umum: (a) Warga nega-ra Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. (b)
Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga
asing. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11 3/ PBI /2009 tentang Bank
Umum Syariah menyebutkan, kalau mau men-dirikan bank umum syariah
modal minimumnya harus Rp1 triliun. Beberapa per-syaratan pendirian
Bank Umum Syariah antara lain: (1) Kepemilikan dapat dimiliki oleh pihak
domestik atau pihak asing. (2) Berbadan hukum Indonesia, dan harus
dimiliki se-dikitnya oleh dua pihak yang terdiri dari warga negara
Indonesia (WNI) atau ba-dan hukum Indonesia (BHI), atau warga Negara
asing/badan hukum asing dengan WNI/BHI secara kemitraan. (3) Modal
16
disetor minimum Rp. 1 triliun (seta-ra dengan US$ 110 juta). (4) Bank
didirikan dengan izin/persetujuan Bank Indo-nesia (BI) melalui proses
persetujuan izin prinsip dan izin usaha. Persyaratan un-tuk mendirikan BPR
yang modal disetornya berkisar antara Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar.
13. Tidak. Karena Pengertian arbitase adalah penyelesaian suatu perselisihan
atau perkara oleh seorang atau beberapa orang yang sama – sama
ditunjuk sebagai penengah atau wasit oleh para pihak yang bersengketa
dengan tidak diselesaikan lewat pengadilan. Jadi, pengadilan arbitase
adalah penyelesaian perkara tanpa melalui pengadilan tetapi diselesaikan
secara kekeluargaan dengan menunjuk arbiter sebagai penengahnya atau
hakimnya dan didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pengadilan arbitase hanya
menyelesaikan sengketa dibidang komersial. Contohnya sengketa tentang
sah tidaknya jual beli, asuransi, pengangkutan, perbankan dan lain – lain.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara arbitrase dengan pengadilan:
(1) persidangan pengadilan berlangsung terbuka untuk umum, se-
dangkan persidangan arbitrase bersifat tertutup. (2) tuntutan perkara ke
arbitrase hanya bisa dilangsungkan jika para pihak yang bersengketa
terikat dengan perjan-jian arbitrase, sedangkan tuntutan perkara ke
pengadilan bisa diajukan oleh si-apapun. (3) proses beracara di pengadilan
sangat formal, sangat kaku, sedangkan proses beracara di arbitrase tidak
terlalu formal, tidak terlalu kaku. (4) arbiter di-pilih berdasarkan
keahliannya, sedangkan hakim pada umumnya adalah genera-lis. (5)
putusan arbitrase adalah final dan mengikat, tidak dapat diajukan banding
atau upaya hukum apa-pun, sedangkan putusan pengadilan bisa diajukan
banding, kasasi dan bahkan peninjauan kembali.
14. Tidak Identik, karena Lisensi mempunyai wewenang untuk menjual dan
mem-produksi sedangkan Franchise hanya mempunyai wewenang untuk
menjual saja ti-dak memproduksi. Contoh lisensi Coca Cola dan MC Donald
sedangkan Franchise Indomart, Alfamart dll.
17