Asma Bronkial

19
Asma Bronkial Asma bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan, sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll. Asma bronkial merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari: o Asma Bronkial (asma/bengek) o Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah) o Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru) Faktor penyebab PPOK salah satunya adalah polusi udara yang berasal dari asap rokok, cerobong pabrik/industri, asap kendaraan bermotor. Semakin tua usia seseorang akan semakin lama menghisap udara yang berpolusi dan semakin besar kecenderungan untuk menderita sindrom PPOM. Definisi Asma Bronkial Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan: Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara “mengi” (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas) Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket Perasaan menjadi gelisah dan cemas Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.

Transcript of Asma Bronkial

Page 1: Asma Bronkial

Asma Bronkial

Asma bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan, sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll. Asma bronkial merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:

o Asma Bronkial (asma/bengek) o Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah)

o Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)

Faktor penyebab PPOK salah satunya adalah polusi udara yang berasal dari asap rokok, cerobong pabrik/industri, asap kendaraan bermotor. Semakin tua usia seseorang akan semakin lama menghisap udara yang berpolusi dan semakin besar kecenderungan untuk menderita sindrom PPOM. Definisi Asma Bronkial Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan:

Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara “mengi” (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas)

Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah

Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket

Perasaan menjadi gelisah dan cemas

Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan yang berakibat timbulnya sesak napas adalah gabungan dari keadaan berikut:

Kejang/berkerutnya otot polos dari saluran pernapasan Sembab/pembengkakan selaput lendir

Proses keradangan

Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan

Mekanisme Terjadinya Kelainan PernapasanBaik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.

Page 2: Asma Bronkial

Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut

Produksi kelenjar lendir yang berlebihan

Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas. Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius.

Page 3: Asma Bronkial

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun. Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat. Pengenalan Jenis Serangan Asma Bronkial Pengenalan jenis serangan asma berkaitan erat dengan cara pengobatannya. Serangan asma/bengek ada 2 macam, yaitu: 1. Serangan asma bronkial karena otot polos saluran napas yang berkerut (Asma

Episodik) Serangan asma bronkial/bengek hanya sekali-sekali, ada periode bebas sesak napas, serangan “mengi” mungkin terjadi misalnya sewaktu jogging, makan suatu makanan yang kebetulan alergi, mencium binatang piaraan, dsb. Jenis ini memberikan respon yang baik terhadap pemberian obat pelonggar nafas hirup (inhaler) dimana merupakan obat yang paling aman dengan sedikit efek samping yang minimal. Dapat juga diberikan obat pelonggar napas dalam bentuk tablet maupun sirup.

2. Serangan asma bronkial karena proses peradangan saluran pernapasan (Continuing Asma/Asma Berkelanjutan) Penderita asma bronkial/bengek ini tidak pernah merasakan benar-benar bebas sesak, jadi hampir setiap hari menderita “mengi”. Saluran pernapasannya mengalami keradangan sehingga mempunyai resiko untuk terjadi serangan lebih sering, walaupun telah diberikan obat pelonggar napas. Oleh karenanya, penderita memerlukan obat tambahan berupa anti keradangan (biasanya keluarga steroid).

Pengobatan Penyakit Asma Asma tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, sehingga penderita asma dapat mencegah terjadinya sesak napas akibat serangan asma.

Page 4: Asma Bronkial

Kurangnya pengertian mengenai cara-cara pengobatan yang benar akan mengakibatkan asma salalu kambuh. Jika pengobatannya dilakukan secara dini, benar dan teratur maka serangan asma akan dapat ditekan seminimal mungkin. Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas: 1. Pengobatan Asma Jangka Pendek2. Pengobatan Asma Jagka PanjangPengobatan Asma Jangka Pendek Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit.Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Macam obatnya adalah: A. Obat untuk mengatasi penyempitan jalan napas

Obat jenis ini untuk melemaskan otot polos pada saluran napas dan dikenal sebagai obat bronkodilator. Ada 3 golongan besar obat ini, yaitu:- Golongan Xantin, misalnya Ephedrine HCl (zat aktif dalam Neo Napacin) - Golongan Simpatomimetika- Golongan AntikolinergikWalaupun secara legal hanya jenis obat Ephedrine HCl saja yang dapat diperoleh penderita tanpa resep dokter (takaran < 25 mg), namun tidak tertutup kemungkinannya penderita memperoleh obat anti asma yang lain.

B. Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan napas Obat jenis ini termasuk kelompok kortikosteroid. Meskipun efek sampingnya cukup berbahaya (bila pemakaiannya tak terkontrol), namun cukup potensial untuk mengatasi sembab pada bagian tubuh manusia termasuk pada saluran napas. Atau dapat juga dipakai kelompok Kromolin.

C. Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Jenis ini tidak ada dan tidak diperlukan. Yang terbaik adalah usaha untuk mengencerkan dahak yang kental tersebut dan mengeluarkannya dari jalan napas dengan refleks batuk. Oleh karenanya penderita asma yang mengalami ini dianjurkan untuk minum yang banyak. Namun tak menutup kemungkinan diberikan obat jenis lain, seperti Ambroxol atau Carbo Cystein untuk membantu.

Pengobatan Asma Jangka Panjang Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan pengobatan ini untuk pencegahan serangan asma. Pengobatan asma diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Penghentian pemakaian obat ditentukan oleh dokter yang merawat. Pengobatan ini lazimnya disebut sebagai immunoterapi, adalah suatu sistem pengobatan yang diterapkan pada penderita asma/pilek alergi dengan cara menyuntikkan bahan alergi terhadap penderita alergi yang dosisnya dinaikkan makin tinggi secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaannya terhadap bahan tersebut (desentisasi) atau mengurangi kepekaannya (hiposentisisasi). Diposkan oleh ariepamoengkas 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Page 5: Asma Bronkial

farmakologi

Definisi obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang digunakan untuk diagnosa pengobatan, mencegah penyakit, mengurangi gejala, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan penyakit. Sebagai contoh obat yang digunakan untuk diagnosa pengobatan yaitu barium sulfat yang digunakan sebagai zat kontras untuk roentgen saluran cerna, biasanya digunakan untuk mendiagnosa adanya usus buntu. Obat yang digunakan untuk mencegah penyakit, misalnya vaksin BCG untuk perlindungan terhadap tuberculosis, diberikan pada bayi yang baru lahir dengan tingkat bahaya ditularinya sangat tinggi. Obat yang digunakan untuk mengurangi gajala seperti obat-obat analgetik yang digunakan untuk mengurangi nyeri, contohnya parasetamol, aspirin, asam mefenamat, dll. Obat yang digunakan untuk menghilangkan gejala, misalnya obat batuk yang termasuk antitusif yaitu dekstrometorfan, gliseril guaiakolat. Obat untuk menyembuhkan penyakit yaitu obat-obat yang termasuk dalam golongan antibiotic, contohnya amoksisilin, eritromisin, metronidazol, dll.Untuk mendapatkan khasiat yang diinginkan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu obat yaitu : pertama, dosis obat harus tepat. Dosis yang tepat akan dapat membedakan suatu racun dari obat. Contohnya parasetamol pada dosis 500 mg 3-4 x sehari dapat digunakan sebagai obat penurun demam (antipiretik), akan tetapi jika diminum dalam dosis berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan pada hati. Kedua, obat yang digunakan harus tepat, sehingga dapat mengatasi masalah dan menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Penyakit yang disebabkan karena infeksi virus (misalnya : flu, cacar, dll) seharusnya diobati dengan antivirus bukan dengan obat antibiotic, oleh karena itu tidak tepat jika pasien terkena infeksi karena virus diobati dengan antibiotic, karena akan menimbulkan efek resistensi (bakteri kebal terhadap obat). Ketiga, obat harus digunakan pada pasien yang tepat, jangan sampai pasien yang sebenarnya tidak memerlukan obat justru diberi obat. Keempat, kegunaan obat harus tepat. CTM seharusnya digunakan untuk obat anti alergi, tetapi sebagian besar masyarakat menggunakannya untuk obat tidur, hal tersebut tidak tepat. Kelima adalah waspada terhadap efek samping obat. Hampir setiap obat memiliki efek samping, dari yang ringan sampai efek yang membahayakan dan mengancam jiwa.Untuk dapat menimbulkan efek, obat harus berada pada tempat kerjanya dalam kadar yang cukup. Untuk mencapai tempat aksinya, obat harus mengalami proses perpindahan dari tempat pemberian ke dalam aliran darah, untuk selanjutnya diangkut (ikut aliran darah) sampai ke tempat aksinya. Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah disebut absorpsi. Untuk dapat masuk ke dalam aliran darah obat harus dapat menembus sawar (barrier) yang memisahkan obat di tempat obat berada (tempat pemberian) dengan tempat kerja obat. Kecepatan absorpsi obat dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya oleh cara pemberiannya. Obat yang diberikan melalui saluran cerna, absorpsinya lebih lambat dari pada yang diberikan secara injeksi (suntikan). Faktor lain yang berpengaruh pada kecepatan absorpsi antara lain kelarutan obat dalam lemak dan air.Dalam aliran darah, obat dapat berada dalam keadaan bebas atau dapat pula terikat oleh protein plasma. Kedua bentuk itu kemudian ikut aliran darah (distribusi) ke seluruh bagian tubuh. Hanya obat bebas saja (tidak terikat oleh protein plasma) yang dapat mencapai tempat kerjanya, kemudian menimbulkan efek, baik sebagai efek yang diharapkan (efek terapi) maupun efek yang tidak diharapkan (efek samping dan efek toksik). Obat yang dapat mencapai organ tertentu (misalnya hepar) akan mengalami perubahan secara biologik (biotransformasi) menjadi senyawa lain agar lebih mudah dikeluarkan (ekskresi) dari dalam tubuh. Hampir semua obat dikeluarkan

Page 6: Asma Bronkial

dari dalam tubuh (ekskresi) bersama urin oleh ginjal.Kecepatan timbulnya efek tergantung pada kecepatan suatu obat sampai di tempat kerjanya. Ini ditentukan oleh kecepatan absorpsi yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain cara pemberian obat. Pada garis besarnya cara pemberian obat dapat dilakukan melalui saluran cerna (enteral), atau cara lain yang tidak melalui saluran cerna (parenteral). Pemberian secara enteral dapat secara oral (diminum), sublingual (ditaruh di bawah lidah), buccal (ditaruh di antara gusi dan mukosa pipi) atau perektal (dimasukkan ke dalam rektum melalui dubur). Pemberian secara parenteral dapat dilakukan melalui saluran nafas (inhalasi), dimasukkan vagina (pervaginam) atau disuntikkan secara intravena (iv) yaitu disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena, intramuskuler (im) yaitu disuntikkan masuk ke dalam otot daging, intraperitoneal (ip) yaitu disuntikkan langsung ke dalam rongga perut, subkutan (sc) yaitu disuntikkan di bawah kulit ke dalam alveola, intrakutan (ic) yaitu disuntikkan sedikit dalam kulit untuk tujuan diagnosa, intracardial yaitu disuntikkan langsung ke dalam jantung, intraarterial yaitu disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena yaitu disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah arteri, dan sebagainya. Obat juga dapat diberikan secara topikal (langsung ditaruh pada tempat atau daerah yang diobati).Bentuk sediaan obat dapat merupakan :• sediaan padat (pulvis/serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar; tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi; pil adalah bentuk sediaan padat berupa masa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat dan dimaksudkn untuk pemakaian secara oral; kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dan cangkang keras atau lunak yang dapat melarut; implan atau pelet adalah sediaan dengan masa padat steril berukuran kecil berisi obat dengan kemurnian tinggi dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan; suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh biasanya melaui rektum, vagina, atau saluran urin)• sediaan setengah padat (cream adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai; pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical; gel merupakan system semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar terpenetrasi oleh suatu cairan; salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender)• sediaan cair (sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh, biasanya diberi esen; suspensi adalah suatu campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang terdispersi di dalam medium cair, harus dikocok sebelum digunakan; emulsi adalah suatu campuran dua zat cair yang tidak mau campur; tingtura adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia; eleksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis mengandung obat dan diberi bahan pembau/aroma; magma : sediaan yang mengandung obat padat terbagi halus terdispersi dalam cairan; lotion adalah preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit).Bentuk sediaan dimaksudkan untuk memudahkan pemberian, memberi rasa atau aroma yang enak, mencegah kerusakan bahan aktif oleh enzim dalam saluran cerna, mempertahankan kadarnya dalam darah dan mempercepat onsetnya (waktu antara obat diberikan sampai menimbulkan efek). Sediaan obat dalam bentuk tablet sublingual misalmya, cepat masuk dalam aliran darah sistemik juga dapat terhindar dari kerusakan bahan aktif akibat getah saluran cerna.

Page 7: Asma Bronkial

Pada umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi atau efek. Efek obat yang diharapkan untuk menyembuhkan penyakit disebut dengan efek terapi. Misalnya ketika demam, kemudian diberikan parasetamol sehingga demamnya hilang, maka efek terapi dari parasetamol adalah menurunkan demam (antipiretik). Selain itu ada efek suatu obat yang tidak termasuk dalam kegunaan terapi, efek tersebut dinamakan efek samping obat. Contohnya CTM efek samping yang ada yaitu menindurkan. Efek samping morfin adalah depresi pernafasan dan susah BAB (konstipasi). Efek yang lain adalah toksisitas (efek racun), yaitu aksi tambahan yang derajatnya lebih tinggi dibanding efek samping dan merupakan efek yang tidak diinginkan. Efek toksik umumnya timbul pada pemakaian obat dengan dosis yang berlebihan (di atas dosis normal). Contohnya, mual (nausea) dianggap efek samping tetapi depresi sumsum tulang belakang disebut toksisitas. Ada pula efek teratogen, yaitu efek dari obat pada dosis terapetik untuk ibu, mengakibatkan cacat pada janin. Misalnya focomelia (kaki dan tangan seperti kepunyaan singa laut).Beberapa obat juga memiliki efek yang mungkin timbul pada pengulangan penggunaan obat atau perpanjangan penggunaan obat. Efek tersebut yaitu : reaksi hipersensitif, merupakan suatu reaksi alergi yaitu seatu respon abnormal terhadap obat atau zat dimana pasien telah kontak atau menggunakan obat tersebut yang mengakibatkan timbulnya antibodi. Reaksi kumulatif, adalah suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil pengulangan penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat dari pada absorbsinya. Toleransi, ialah suatu fenomena berkurangnya besar respon terhadap dosis yang sama dari obat, dosis harus diperbesar untuk mendapatkan respon yang sama. Resistensi, yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menahan efek obat yang mematikan terhadap sebagian besar anggota spesiesnya (bakteri menjadi kebal terhadap obat yang diberikan). Habituasi, adalah gejala ketergantungan psikologik terhadap suatu obat. Adiksi, adalah gejala ketergantungan psikologik dan fisik terhadap suatu obat.Berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia, obat dapat digolongkan menjadi : obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat narkotik, dan obat psikotropik. Penggolongan obat dilakukan dalam rangka pengamanan dan peningkatan pengawasan obat yang beredar di masyarakat. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas dapat diperoleh di warung, toko obat berizin atau apotek. Dalam kemasan obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, tanggal kadaluawarsa, nama dan alamat pabrik serta cara penyimpanannya. Obat bebas diberi tanda bulatan berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, diameter minimal 1 cm. Contoh obat bebas : tablet vitamin C 50 mg, 100 mg, 250 mg; tablet vitamin B1 50 mg, 25 mg, 100 mg; tablet vitamin B complex; tablet multivitamin; salep 24; boorwater. Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas (obat daftar W) termasuk obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan. Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di warung, toko obat berijin dan apotek. Obat bebas terbatas diberi tanda bulatan berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, diameter minimal 1 cm. Obat bebas terbatas mempunyai penandaan berupa tanda peringatan yang terdapat pada wadah, bungkus luar kemasan obat. Tanda peringatan tersebut berupa : • P1 : awas obat keras! bacalah aturan memakainya! • P2 : awas obat keras! hanya untuk kumur, jangan ditelan!• P3 : awas obat keras! hanya untuk bagian luar dari badan!• P4 : awas obat keras! Hanya untuk dibakar!• P5 : awas obat keras! Tidak boleh ditelan!

Page 8: Asma Bronkial

• P6 : awas obat keras! Obat wasir, jangan ditelan!Contoh obat-obat bebas terbatas : anusol (obat wasir), antimo (anti muntah dalam perjalanan), dulcolax (obat pencahar), tablet vitamin K 1,5 mg (anti perdarahan), dan lain-lain. Obat keras (obat daftar G) adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. Semua obat yang digunakan dengan cara disuntikkan juga termasuk obat keras. Obat keras ini hanya dapat diperoleh di apotek dan harus dengan resep dokter atau pengawasan apoteker di apotek. Obat keras diberi tanda bulatan berwarna merah, garis tepi berwarna hitam, degan huruf K berwarna hitam di tengah, diameter minimal 1 cm. Contoh obat yang termasuk obat keras : semua obat injeksi (obat suntik), obat antibiotika, diazepam (obat penenang), yonhimbin (aprodisiaka), hydantoin (obat anti epilepsi), nitroglycerin (obat jantung). Narkotika (obat daftar O) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat narkotik hanya dapat diperoleh di apotek dan harus dengan resep dokter. Undang-undang narkotika membagi obat-obat golongan narkotik menjadi riga golongan, yaitu :• Narkotika golongan I : hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, karena mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Termasuk golongan ini antara lain : cocain, marihuana, heroin, tetrahydrocannabitol.• Narkotika golongan II : dapat digunakan dalam terapi selain untuk tujuan ilmu pengetahuan, tetapi juga mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Termasuk golongan ini antara lain : morphine, dihydromorphine, hydrocodone.• Nerkotika golongan III : banyak digunakan dalam terapiselain untuk tujuan ilmu pengetahuan, mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Termasuk dalam golongan ini antara lain : codeine, dihydrocodeine, ethylmorphine. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berpengaruh pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Berdasarkan undang-undang tentang psikotropika, obat-obat jenis psikotropika digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :• Psikotropika golongan I : hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, tidak diberikan dengan resep. Termasuk dalam golongan ini antara lain : MDMA (ectasy), psilocybin, psilosin.• Psikotropika golongan II : boleh diresepkan, tetapi harus disadari bahwa dapat menyebabkan ketergantungan yang besar, apalagi kalau diberikan dalm jangka waktu lama. Termasuk dalam golongan ini antara lain : amphetamine, methaqualone, secobarbital.• Psikotropika golongan III : boleh diresepkan, tetapi juga dapat memberikan ketergantungan pada penggunaan jangka lama. Termasuk dalam golongan ini antara lain : amobarbital, pentobarbital, glutetimide.• Psikotropika golongan IV : sering kali diberikan dalam resep, relatif kurang memberikan efek ketergantungan, tetapi tetap harus diwaspadai pada pemberian jangka lama. Termasuk dalam golongan ini antara lain : diazepam, chlordiazepoxide, meprobamate. Diposkan oleh ariepamoengkas 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

laporan pendahuluan demam typhoid

Page 9: Asma Bronkial

A. PENGERTIANDeman Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai usus halus.(Waspanji, 2002,: 435)Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Deman Typoid adalah penyakit akuty yang biasanya mengenai saluran urna dengan segala deman letih dan kyuh hari, gangguaan pada saluran urna.(Mansjoer, 2002,; 432)Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).Typoid abdominalis adlah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala deman letih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.(Ngastiyah, 1997,; 155)

B. ETIOLOGISalmonella typhi, Basal gram negative bergerak dengan rambut getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya 4 macam antigen yaitu:Antigen O (Osematir)H ( Flagela) VI dan protein healin(Mansjoer, 2000,; 432)Salmonella typhi, S. Paratyphi A, S. Paratyphi B, S. Paratyphi C(Waspanji, 2002,; 435)

C. MANIFESTASI KLINIS1. Deman2. Nyeri Kepal3. Pusing4. Anoreksia5. Mual muntah6. Batuk7. Diare8. Apitaksis9. Gangguan kesadaran(Waspanji, 2002,; 435)

Page 10: Asma Bronkial

D. PATOFISIOLOGIMasuknya kuman salmonella typhi (S. typhi) dan salmonella paratyphi (S. Paratyphi) kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian yang lain lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon amunitas hormonal (16. A) usus kurang baik, maka kuman menembus sel-sel epital (terutama sel – M) dan selanjutnya lulamina propia kuman berkembang biak dan di fogosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh fakrofog. Kuman dapat hidup dan berkembang biakdi dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague. Piyenikum dislat dan kemudian kelenjar getah bening mesentrika. Selanjutnya melalui duktus terasikus kuman yang terdapat makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar keseluruh organ retikulo endotetial tubuh terutama hati dan limpa. Diagnosa ini kuman meninggalkan sel-sel fogosit dan kemudian berkembang biak di luar sell fagosit dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi menyebabkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejal penyakit infeksi sisremir di dalam usus, sebagian kuman dikeluarkan melalui rases dan sewbagian masuk lagi ked lam serkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali berhubungan makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat-saat fagosifosis kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi dan selanjutnya akan menimbulkan imflamasi sisteler seperti deman, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, mtabilitas vaskuler, gangguan muntah dan koagulasi.

E. PATHWAY(belum di ketik)

F. KOMPLIKASI1. Perporasi usus2. Pendarahan usus3. Peritonisis4. Meningitis5. Enselopati6. Bronzho Pnemonia7. Hepatitis (Mansjoer, 2002,: 433)

1. Komplikasi Internal

a) Pendarahan usus

Page 11: Asma Bronkial

b) Perforasi ususc) Jenis paralitir

2. Komplikasi eksternal

a) Kompliksi kardiovaskuler: gagal sirkulasi ferifer, miokarditis, tromboplebitis.b) Komplikasi darah: anemia, trombositofenia, homolitik dan koagulasi intravaskuler disemirata (KID) dan sindrom uremiac) Komplikasi paru: pneumonia, epiema, pluritisd) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis, kolelitiasise) Komplikasi tulang: oseomelitis, spondilitis, artitisf) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningitis, polinefritis periferg) Komplikasi ganjal: glomerunefritis, pielonefritis, perinefritis(Mansjoer, 2002,; 424)G. PENTALAKSANAAN1. Keperawatana. Tirah baring 7-14 hari untuk mencegah perforasib. Mengubah posisi tidur untuk mencegah pneumoniac. Anjurkan makan makanan yang tidak merangsang ataupun menimbulkan gasd. Isolasi pasien2. Medisa. Pemberian antibioticUntuk menghentikan dan mencegah penyebaran kumanAnti biotik yang diberikan- kloraminitol diberikan selama deman (500-1000 mg)- hari pertama sampai hari kelima, kemudian dosis diturunkan atau diganti- diet cukup cairan, kalori, tinggi protein

H. FOKUS PENGKAJIAN1. Aktifitas dan istirahatTanda : kelemahan, kelelahanGejala : takikardi2. Integritas egoTanda : perasaan tidak terdugaGejala : ansietas (gelisah, pucat)3. Makanan dan cairanTanda : membrane mukosa keringGejala : penurunan BB4. Nyeri/ KenyamananTanda : kenaikan suhu

Page 12: Asma Bronkial

Gejala : nyeri tiba-tiba5. KeamananTanda : kenaikan suhu(Doenges, 1999,; 471)

I. FOKUS INTERVENSI

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhiKH : Berat Badan stabil

Intervensi1) Kaji KU dan TTVR. untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien2) Beri makan sedikit tapi serigR. untuk mencegah rasa penuh dalam lambung3) Berikan makanan dalam keadaan hangatR. untuk merangsang nafsu makan4) Berikan lingkungan yang bersihR. untuk merangsang nafsu makan5) Timbang BB stiap saatR. untuk mngtahui penambahan BB6) Kolaborasi dengan ahli giziR. untuk mnentukan tindakan lebih lanjut

2. Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada usus halus dan peningkatan laju metabolisme dalam tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam hipertermi teratasiKH : temperature suhu tubuh normal

Intervensi :1) Kaji KU pasienR. untuk mengetahui keadaan umum pasien2) Kaji TTVR. untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh

Page 13: Asma Bronkial

3) Berikan kompres hangatR. untuk menurunkan suhu tubuh4) Berikan intake yang adekuatR. untuk mencegah terjadinya desindran5) Berikan cairan IVR. untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antisepticR. untuk membantu menurunkan suhu tubuh

3. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam nyeri teratasiKH : nyeri berkurang/ hilangIntervensi :1) Kaji KU pasinR. untuk mengetahui keadaan umum pasien2) Kaji TTVR. untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien3) Kaji lokasi nyri an kualitas nyeriR. untuk menentukan tindakan4) Beri posisi nyamanR. untuk mengetahui rasa sakit5) Ajarkan teknik relaksasiR. untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri6) Kolaborasikan dngan dokter alam pembrian obatR. untuk menghilangkan rasa nyeri

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam intoleransi aktivitas teratasiKH : pasien bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa bantua orang lain

Intervensi :1) Kaji KU pasienR. untuk mengetahui keadaan umum pasien2) Kaji kekuatan ototR. untuk mengetahui kelemahan otot/ skala kekuatan otot3) Kaji repon pasien terhadap aktivitasR. untuk mengetahui kemampuan respon pasien terhadap aktivitas

Page 14: Asma Bronkial

4) Kaji aktivitas pasienR. untuk mengetahui kemampuan aktivitas pasien, untuk mencegah peningkatan aktivitas secara tiba-tiba5) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu dalam melakukan latihanR. untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan mencegah kelemahan6) Bantu aktivitas sehari-hariR. untuk mengurangi kecemasan