Asli

download Asli

of 8

description

hlki

Transcript of Asli

  • Pengaruh Probiotik Terhadap Manifestasi Klinik Penyakit Rinitis Alergi

    Pada Mahasiswa FKIK UMY

    Mita Wulansari1, Asti Widuri

    2

    1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    2Departemen THT Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    ABSTRAK

    Probiotik adalah suatu makanan tambahan berisi mikroba hidup terutama lactobacillus dan bifidobacteria

    yang mempunyai pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan dan juga dapat menghambat produksi sitokin Th2

    oleh sel monoklear dari penderita alergi. Penelitian ini bertujuan untuik mengetahui pengaruh pemberian probiotik

    terhadap manifestasi klinik rinitis alergi pada mahasiswa FKIK UMY.

    Desain penelitian ini adalah eksperimental untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap

    manifestasi klinik rinitis alergi. Subyek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2008, 2009, 2010 Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebanyak 45 orang. Penelitian ini

    dilaksanakan pada bulan September 2010 Maret 2011 dengan mengumpulkan kuesioner. Kuesioner ini diperiksa

    dengan menggunakan dasar ARIA untuk penentuan manifestasi klinik rinitis alergi. Hasil penelitian dianalisis

    dengan menggunakan uji wilcoxon.

    Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil nilai signifikansi adalah P = 0,00 yang menunjukkan bahwa ada

    pengaruh sebelum dan sesudah pemberian probiotik terhadap manifestasi klinik pada penyakit rinitis alergi karena

    P

  • PENDAHULUAN

    Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi

    yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

    atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan

    allergen yang sama serta dilepaskannya suatu

    mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan

    dengan allergen spesifik tersebut1.

    Rinitis alergi menjadi masalah kesehatan

    global, yang mempengaruhi sekitar 10 hingga

    25% populasi2. Pada negara maju prevalensi

    rinitis alergi lebih tinggi seperti di Inggris

    mencapai 29%, di Denmark sebesar 31,5%, dan

    di Amerika berkisar 33,6%2. Prevalensi di

    Indonesia belum diketahui secara pasti, namun

    data dari berbagai rumah sakit menunjukkan

    bahwa rinitis alergi memiliki frekuensi berkisar

    10-26%3.

    Rinitis alergi umumnya bukan penyakit

    yang fatal tetapi gejalanya dapat mempengaruhi

    status kesehatan seseorang dan menurunkan

    kualitas hidup penderita. Penyakit ini juga

    menurunkan produktifitas kerja, waktu efektif

    kerja, dan prestasi sekolah.

    Dampak secara

    ekonomi di Amerika mencapai 3 juta dolar dan

    tambahan 4 juta dolar akibat komplikasi yang

    terjadi seperti otitis dan asma 3.

    Terapi rinitis alergi yang paling ideal adalah

    dengan menghindari kontak dengan allergen

    penyebabnya (avoidance) dan eliminasi3. Terapi

    rinitis alergi dilakukan pendekatan bertahap sesuai

    dengan berat ringan penyakit dan respon terhadap

    pengobatan yang diberikan. Prinsip terapi rinitis

    alergi meliputi penghindaran terhadap alergen,

    edukasi, farmako terapi (antihistamin,

    kortikosteroid, dekongestan, antikolinergik), operasi,

    maupun imunoterapi3.

    Terapi rinitis alergi secara umum ditujukan

    mengontrol peran sitokin yang terlibat dalam reaksi

    alergi. Pada penderita rinitis alergi terjadi

    ketidakseimbangan antara sel Th1 dan sel Th2.

    Dominasi Th2 terhadap Th1 tidak hanya diakibatkan

    oleh faktor genetik tetapi juga faktor lingkungan4.

    Probiotik adalah bakteri hidup yang

    diberikan sebagai suplemen makanan yang

    mempunyai pengaruh menguntungkan pada

    kesehatan pada manusia dan binatang, dengan

    memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.

    Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik

    adalah yang memproduksi asam laktat terutama dari

    golongan Lactobacilli dan Bifidobacteria3. Dewasa

    ini berkembang teori hygine hypothesis, yang

    melibatkan peran traktus gastrointestinal. Penelitian

    mengenai peran stimulasi microba telah banyak

  • dilakukan. Bukti terbaru pada binatang didapatkan

    bahwa stimuli mikroba yang kurang terhadap sistem

    imun masa bayi berakibat maturasi Th1 dihambat

    dan disfungsi persisten respon Th2 terjadi. Paparan

    mikroba intestinal pada bayi mungkin meregulasi

    induksi toleransi melawan antigen berasal dari

    makanan dan kekebalan melawan mikroorganisme

    patogen yang berpengaruh terhadap proses maturasi

    sistem imun jaringan limfoid intestinal. Penelitian

    secara invitro memberi keyakinan bahwa pemberian

    bakteri lactobacillus sebagai probiotik dapat

    menghambat produksi sitokin Th2 oleh sel

    mononuklear dari pasien alergi. Pemberian probiotik

    juga telah terbukti dapat mencegah penyakit atopi.

    Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik

    terhadap manifestasi klinik pada penyakit rinitis

    alergi5.

    Penelitian mengenai peran stimulasi microba

    telah banyak dilakukan. Bukti terbaru pada binatang

    didapatkan bahwa stimuli mikroba yang kurang

    terhadap sistem imun masa bayi berakibat maturasi

    Th1 dihambat dan disfungsi persisten respon Th2

    terjadi. Paparan mikroba intestinal pada bayi

    mungkin meregulasi induksi toleransi melawan

    antigen berasal dari makanan dan kekebalan

    melawan mikroorganisme patogen yang

    berpengaruh terhadap proses maturasi sistem imun

    jaringan limfoid intestinal. Penelitian secara invitro

    memberi keyakinan bahwa pemberian bakteri

    lactobacillus sebagai probiotik dapat menghambat

    produksi sitokin Th2 oleh sel mononuklear dari

    pasien alergi. Pemberian probiotik juga telah

    terbukti dapat mencegah penyakit atopi5,6.

    Pokok permasalahan pada penelitian ini

    apakah dengan pemberian probiotik dapat

    meringankan manifestasi klinik rinitis alergi.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui apakah pemberian probiotik dapat

    mempengaruhi manifestasi klinik penyakit rinitis

    alergi pada mahasiswa FKIK UMY.

    Desain Penelitian

    Desain Penelitian ini adalah penelitian

    eksperimental, data akan diambil dengan metode

    penelitian pretest dan posttest design. Para penderita

    dengan manifestasi klinik rinitis alergi diminta untuk

    minum probiotik selama 1 bulan. Lokasi penelitian

    yang dipilih adalah di Laboratorium Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan

    pada bulan September 2010 Maret 2011.

    Populasi dalam penelitian ini adalah

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

  • UMY dengan manifestasi klinik rinitis alergi bersedia

    menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi adalah

    mahasiswa dengan konsumsi obat lain dan

    mahasiswa yang menderita penyakit yang lain

    (komplikasi) seperti sinusitis, rinitis vasomotor.

    Indentifikasi variabel

    Variabel bebas adalah probiotik, sedangkan

    Variabel tergantung adalah manifestasi klinik rinitis

    alergi.

    Cara Pengambilan Data

    Jenis data yang digunakan pada penelitian ini

    adalah data primer dengan menggunakan kuesioner

    yang didapat langsung dari responden.

    Hasil dan Pembahasan

    Tabel 1. Karakteristik Umum Sampel

    Karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 1. Pada

    kelompok jenis kelamin terdapat 30 mahasiswa

    perempuan (66,70%) dan 15 mahasiswa laki-laki

    (33,30%). Pada kelompok yang memiliki komorbid

    asma terdapat 8 siswa (17,70%) yang tidak memiliki

    komorbid asma yaitu 37 siswa (82,30%). Kelompok

    soal paparan rokok diketahui bahwa mahasiswa yang

    terkena paparan rokok sebanyak 15 orang (33,30%)

    Karakteristik n

    (Jumlah)

    %

    Jenis

    kelamin

    Laki laki Perempuan

    15

    30

    33,30

    66,70

    Komorbid

    Asma

    Ya

    Tidak

    8

    37

    17,70

    82,30

    Paparan

    rokok

    Ya

    Tidak

    15

    30

    33,30

    66,70

    Riwayat

    keluarga

    Ada

    Tidak ada

    26

    19

    57,70

    42,30

    Kadar IgE

    serum

    Normal

    Meningkat

    23

    22

    51,11

    48,89

    Jumlah

    eosinofil

    Negatif

    +1

    +2

    +3

    +4

    0

    2

    29

    6

    8

    0

    4,44

    64,44

    13,33

    17,79

    Rinitis

    alergi

    Mild

    Intermitent

    Mild

    Persisten

    Moderate

    intermitent

    Moderate

    persisten

    11

    4

    20

    10

    24,44

    8,90

    44,44

    22,22

  • sedangkan yang tidak terkena paparan rokok

    sebanyak 30 orang (66,70%). Pada riwayat keluarga

    diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki faktor

    resiko dari riwayat keluarga sebanyak 26 siswa

    (57,70%) dan yang tidak memiliki faktor resiko

    riwayat keluarga sebanyak 19 siswa (42,30%). Dalam

    pemeriksaan juga didapatkan data kadar IgE serum.

    Pada mahasiswa yang memiliki kadar IgE normal

    sebanyak 23 orang (48,89%) sedangkan mahasiswa

    yang memiliki kadar IgE meningkat adalah 22 orang

    (53,49%). Pada kategori jumlah eosinofil didapatkan

    ada 0 mahasiswa (0%) yang jumlah eosinofilnya

    negatif, mahasiswa yang jumlah eosinofilnya +1

    terdapat 2 orang (4,40%) dan yang memiliki jumlah

    eosinofil +2 ada 29 siswa (64,44%), pada mahasiswa

    yang memiliki kadar eosinofil +3 terdapat 6 siswa

    (13,33%), sedangkan pada mahasiswa yang memiliki

    kadar eosinofil +4 sebanyak 8 orang (17,79%). Pada

    karakteristik manifestasi klinik rinitis alergi

    didapatkan hasil yaitu mahasiswa dengan manifestasi

    klinik rinitis alergi mild intermitten (24,44%), pada

    rinitis alergi moderate intermitten (13,33%), pada

    manifestasi klinik rinitis alergi mild persisten

    (44,44%), sedangkan pada manifestasi klinik

    moderate persisten sebanyak (17,78%) .

    Tabel 2. Hasil uji pengaruh pemberian probiotik terhadap manifestasi klinik rinitis alergi

    Karakteristik Rinitis Intermiten

    Rinitis Persisten

    P (Sig)

    Moderate Mild Moderate Mild

    Perlakuan

    Sebelum

    Sesudah

    Total

    6 (13,33%)

    1 ( 2,22%)

    11 (24,44%)

    42 (93,33%)

    n = 45

    8 (17,78%)

    0 ( 0% )

    20 (44,44%)

    2 ( 4,44%

    0,00

    Sumber : Analisis Data Primer, 2010

    Pada tabel tersebut didapatkan hasil yaitu

    sebelum diberi probiotik, manifestasi klinik rinitis

    alergi moderate persisten sebanyak (17,78%), pada

    manifestasi klinik rinitis alergi mild persisten

    (44,44%), pada manifestasi klinik rinitis alergi

    moderate intermitten (13,33%), dan pada manifestasi

  • klinik rinitis alergi mild intermitten (24,44%).

    Sedangkan setelah pemberian probiotik, penderita

    dengan manifestasi klinik rinitis moderate persisten

    menjadi (0%), pada manifestasi klinik rinitris alergi

    mild persisten (4,44%), manifestasi klinik rinitis

    alergi moderate intermitten sebanyak (2,22%), dan

    pada manifestasi klinik rinitis alergi mild intermitten

    menjadi (93,33%). Setelah diuji dengan wilcoxon

    signed rank test didapatkan hasil nilai signifikansi

    adalah P = 0,00 yang menunjukkan bahwa ada

    pengaruh sebelum dan sesudah pemberian probiotik

    terhadap manifestasi klinik rinitis alergi karena

    P>0,05.

    Hasil penelitian ini memiliki kemiripan

    dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian

    yang dilakukan oleh Vliagoftis H., dkk pada tahun

    2008 dengan judul Probiotics for the treatment of

    allergic rhinitis and asthma : systematic review of

    randomized controlled trial. Hasil dari penelitian

    tersebut adalah sembilan dari 12 RCTs yang

    dievaluasi hasil klinis pada rinitis alergi menunjukkan

    perbaikan karena penggunaan probiotik. Semua

    RCTs yang mempelajari rinitis alergi abadi

    menunjukkan gejala rendah scoring dan

    menggunakan obat dengan penggunaan probiotik

    dibandingkan dengan plasebo. Selain itu, 5 dari 8

    RCTs yang dimaksud rinitis alergi musiman

    menyarankan peningkatan hasil klinis. RCTs yang

    mempelajari pengaruh probiotik administrasi pada

    perawatan asma tidak menunjukkan efek positif7.

    Soepardi (2007) mengatakan bahwa terapi

    yang paling ideal pada penderita rinitis alergi adalah

    dengan menghindari kontak dengan allergen

    penyebabnya (avoidance) dan eliminasi. Terapi

    rinitis alergi harus mempertimbangkan gejala utama,

    derajat, kualitas hidup, dan cost effectiveness. Terapi

    pada penyakit ini meliputi kontrol lingkungan,

    farmakoterapi, dan immunoterapi. Pengendalian

    lingkungan sering kali tidak efektif karena sangat

    sulit menghindari paparan alergen seperti debu.

    Farmakoterapi meliputi pemberian antihistamin,

    kortikosteroid, nasal dekongestan, antileukotrin,

    mukolitik. Bila secara farmakoterapi mengalami

    kegagalan bisa dilanjutkan dengan imunoterapi.

    Pemberian terapi tambahan sering dilakukan adalah

    dengan memberikan probiotik8 .

    Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan ada

    pengaruh pemberian probiotik terhadap manifestasi

    klinik rinitis alergi. Hal ini disebabkan bahwa

    probiotik adalah bakteri hidup yang mempunyai

    pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan

    manusia, yaitu dengan memperbaiki keseimbangan

    mikroflora intestinal. Mikroflora yang digolongkan

    sebagai probiotik adalah yang memproduksi asam

  • laktat terutama dari golongan Lactobacilli dan

    bifidobacteria3.

    Dengan pemberian probiotik yang

    mana banyak mengandung bakteri lactobacillus ini,

    diyakini dapat menghambat produksi sitokin Th2

    oleh sel monoklear dari penderita alergi.

    Jadi dalam penelitian ini hipotesa bahwa ada

    pengaruh pemberian probiotik terhadap manifestasi

    klinik rinitis alergi adalah sesuai dengan hasil

    penelitian yang didapat atau hipotesa diterima.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari penelitian pengaruh probiotik terhadap

    terhadap manifestasi klinik rinitis alergi dapat

    disimpulkan bahwa pemberian probiotik dapat

    memeringankan manifestasi klinik rinitis alergi.

    Pada penelitian ini, masih terdapat kekurangan

    yang harus diperbaiki untuk penelitian yang

    selanjutnya, antara lain:

    1. Penambahan sampel yang lebih besar pada

    penelitian ini.

    2. Perlu dilakukan penelitian dengan cakupan

    tempat yang lebih luas

    DAFTAR PUSTAKA

    1 Bousquet J., Cauwenberge V.P.and Khaltev P.

    Allergic rhinitis and its impact on asthma. J.

    Allergy Clin Immunol 2001 ; 108 : S148-S195.

    2 Sudarman K dan Soekardono S. Penatalaksanaan

    rinitis alergika. Simposium Penatalaksanaan

    Penyakit-penyakit Alergi Secara Rasional

    Yogyakarta 1996.

    3 Baraniuk JN. Mechanisms of rhinitis. Immunology

    and Allergy Clinics of North America 2000; 20:

    245-264.

    4 Rosenfeldt V, Michaelsen F, Jakobsen, Larsen CM,

    Mller PL, Tvede M,et al. Effect of probiotic

    Lactobacillus strains on acute diarrhea in a cohort

    of non-hospitalized children attending day care

    centers. Pediatri Infect Dis J 2002;21:417-9.

    5Bousquet J., Cauwenberge V.P.and Khaltev P.

    Allergic rhinitis and its impact on asthma. J.

    Allergy Clin Immunol 2001 ; 108 : S148-S195.

    6Caffarelli C, Cavagni G, Deriu F, Zanotti P,

    Atherton D. Gastrointestinal symptoms in atopic

    dermatitis. Arch Dis Child 1998;78:230-4.

    7Dahlan, S. (2006). Besar Sampel dalam Penelitian

    Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Arkans.

    8Naclerio RM, Durham S, Mygind N. Rhinitis

    Mechanisms and Management. Marcel Decker.

    New York.1999.