askep_bronkitis_refisi_tin.doc

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terjadi pada orang dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (ngastiyah, 200585). Di Amerika Serikat, menurut national center for health statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi amerika. Di dunia bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi bronchitis lebih banyak pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri.bronchitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007). Menurut data statistik belanda, tujuh kali pada pasien anak- anak dibawah usia 1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan rata-rata 35% pasien pada usia 0 – 1 tahun. Di kelompok umur tersebut juga terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981 2005, pasien dengan 1

Transcript of askep_bronkitis_refisi_tin.doc

Page 1: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran pernafasan

baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah satunya

penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terjadi pada orang

dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,

namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (ngastiyah, 200585). Di Amerika Serikat,

menurut national center for health statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronchitis.

Lebih dari 12 juta orang menderita bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi

amerika. Di dunia bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi bronchitis lebih banyak

pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri.bronchitis lebih banyak terdapat pada

laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).

Menurut data statistik belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah usia 1 tahun

masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut meningkat dari 1500

menjadi 5000 antara tahun 1981 – 2005, dengan rata-rata 35% pasien pada usia 0 – 1 tahun.

Di kelompok umur tersebut juga terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut.

Antara tahun 1981 – 2005, pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi

147 per 10.000 orang usia 0 – 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4

bulan (Ploemacher, 2010).

1

Page 2: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawataan Bronchitis

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian bronchitis

2. Untuk mengetahui etiologi bronchitis

3. Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis

4. Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis bronchitis

6. Untuk mengetahui komplikasi bronchitis

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronchitis

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan bronchitis

2

Page 3: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Bronchitis adalah suatu peradangan bronchiolus, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab.

Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory

Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus . Bronchitis

adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis

akut dan kronik (Muttaqin, 2008).

Bronchitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronchus. Bronchitis akut adalah

serangan bronchitis dengan perjalanan penyakityang singkat dan berat, disebabkan oleh

karena terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan

ditandaidengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk.Bronchitis

kronik adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang

bronchitis akut atau penyakit-penyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk,

ekspektorasi, danperubahan sekunder jaringan paru (Company, 2000).

Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan

dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.Sekresi yang menumpuk dalam bronchioles

mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap terhadap polusi

adalah penyebab utama bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan

terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan

mikroplasma dapat menyebabkan episode bronchitis akut. Eksaserbasi bronchitis kronik

hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan

bronchospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare 2001).

Bronchitis kronis adalah kelainan yang ditandai oleh hipersekresi bronchus secara terus

menerus. Bronchitis Kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh

pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronchus dan bermanifestasi sebagai batuk

kronis dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun sekurang-

kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut (Sylvia, Price, & Wilson, 1994). Dari beberapa

pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bronchitis merupakan suatu

3

Page 4: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik

virus, bakteri, maupun parasit. Bronchitis dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan fase

kronis.

2.2 Etiologi

Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial

Virus (RSV), Influenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Di

lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi,

cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis

akut. Rokok

1. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang

kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak

adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

2. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah

merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis

adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon,

aldehid, ozon.

3. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada

penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana

kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim

proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk

jaringan paru.

4. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun

miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga

infeksi bakteri mudah terjadi.

5. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang

dapat menyerang dinding bronchus.

4

Page 5: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

6. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding

bronkus sehingga infeksi bakterinmudah terjadi.

Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronchus sehingga

drainase lendir terganggu. Kempulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking

Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang

erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara

patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia

skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

2.3 Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendirdan inflamasi. Karena iritasi

yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat

jumlahnya, fungsi silliamenurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan

akibatnyabronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan

bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,mengakibatkan perubahan fungsi

makrofag alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk

bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan

bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan

napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang irreversible, kemungkinan

mengakibatkan emphysema dan bronchiectasis (Smeltzer & Bare, 2001).

2.4 Klasifikasi

1. Bronchitis Akut

Bronchitis Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan

napas yang besar. Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan

trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai Bronkitis

aku.t pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa

minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,

terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

5

Page 6: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

2. Bronchitis Kronik

Bronkitis kronk merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di masyarakat.

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronik, persisten dan

progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang sering dijumpai pada

penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut

akan bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut

akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan

eksaserbasi juga berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung

lebih lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan

frekuensi batuk produktif 3 bulan selam 2 tahun berturut-turut.

2.5 Manifestasi Klinis Bronchitis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari.

Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien.

Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.

2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit.

Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan

mulai batuk.

3. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat

menyertai gejala utama.

4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis

bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama

dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami

bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul

kembali (Smeltzer & Bare, 2001).

6

Page 7: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

2.6 Komplikasi

Komplikasi bronchitis menurut Behrman (1999), antara lain :

1. Otitis media akut .

Yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi

dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptococcus pneumoniae dan

Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis menebar dan

masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi

infeksi.

2. Sinusitis maksilaris

Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh komplikasi

peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada

sinus dapat menyebabkan bronkhospasme, edema dan hipersekresi sehingga

mengakibatkan bronchitis.

3. Pneumonia

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti

bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika bronchitis tidak ditangani dengan baik secara

tuntas atau jika daya tahan tubuh jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut

disebut bronchopneumoniae. Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang memburu

atau cepat dan sesak nafas karena paru-paru mengalami peradangan. Pneumonia berat

ditandai adanya batuk atau kesukaran bernafas, sesak nafas ataupun penarik dinding dada

sebelah bawah kedalam.

2.7 Penatalaksanaan

Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronchioles terbuka dan berfungsi,

untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial, untuk mencegah infeksi, dan untuk

mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan

dalam pola batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati

dengan terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Untuk

membantu membuang sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator untuk menghilangkan

bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehinggga lebih banyak oksigen

7

Page 8: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

didistribusikan ke seluruh bagian paru, dan ventilasi alveolar diperbaiki. Postural drainage

dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama bila terdapat

bronchiectasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika bronchospasme berat)

adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan

sekresi sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi

kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan terhadap

pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena

menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang

partikel yang mengiritasi, dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting

dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi

bronchial (Smeltzer & Bare, 2001).

Penatalaksanan medis bronchitis akut : karena penyebab bronchitis pada umumnya virus

maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang di berikan biasanya untuk

penurunan demam. Banyak minum terutama sari buah-buahan obat penekan batuk tidak di

berika pada batuk yang banyak lender, lebih baik di beri banyak minum. Bila batuk teteap

ada dan tidak ada perbaikan setelah dua minggu perlu dicurigai adanya infeksi bakteri

sekunder dan anti biotic boleh di berikan asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusisi.

Pemberian anti biotic yang serasi untuk M. pneumonia dan H. influenza sebagai bakteri

penyerang sekunder misalnya amoksisislin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotic

di berikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil perlu dilakukan foto thorax untuk menyingkirkan

kemukinan kolaps paru segmental dan lobaris , benda asing dalam saluran nafas dan

tuberkolosis. (ngastiyah,2005).

Penatalaksanan medis bronchitis kronis : pada bronchitis gejala batuk sangat

menonjoldan sering terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan

pasien kurang istirahat atau tidur, pasien akan terganggu rasa aman dan nyamamnya. Akibat

lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat

badanya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus-menerus akan

menggangu kesenangan bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk mengagu

konsenterasi bagi diri sendiri, saudara maupun teman-temanya. Untuk menggangu menguragi

gangguan tersebut perlu di usahakan agar batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan

8

Page 9: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat,

karena jika baju basah juga akan menyebabkan batuk-batuk (karena dinggin). Untuk

mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terahir sebelum tidur. Anak yang

batuk apalagi yang bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai

kipas angin. Jika suhu udara dinggin pakaikan baju hangat bila ada yang tertutup lehernya.

Obat gosok merasa hangat dan dapat tidur tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan

minuman hangat tidak manis. Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam

tengorokannya beritahu supaya di buang karena adanya dahak tersebut juga merangsang

batuk. Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang seperti

goreng-gorengan, permen atau minum es. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu

sore dan memeandikan dengan air hangat (Ngastiyah,2005).

2.8 Asuhan Keperawataan

2.8.1 Pengkajian

1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose

medis

2. Riwayat kesehatan : Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat

tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap

infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.

3. Pemeriksaan Fisik :

3.1 B1 (Breathing)

Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane

mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak

yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara

bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non

produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi,

emfisema.

9

Page 10: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

3.2 B2 (Blood)

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung

redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis.

3.3 B3 (Brain)

Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.

3.4 B4 (Bladder)

Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.

3.5 B5 (Bowel)

Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan menurun, Ketidakmampuan makan

karena distres pernafasan, Penurunan berat badan,Nyeri abdomen.

Tanda : Turgor kulit buruk, Edema, Berkeringat, Palpitasi abdomial dapat

menunjukkan hepatomegali.

3.6 B6 (Bone)

Gejala : Keletihan, kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk

tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

Tanda: Keletihan, gelisah , dan insomnia.

4. Pemeriksaaan diagnostic

4.1 Rongent : Peningkatan tanda bronkovaskuler

4.2 Tes fungsi paru: Memperkirakan derajad disfungsi paru

4.3 Volume residu : Meningkat

4.4 GDA : Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2

meningkat atau normal)

4.5 Bronkogram: Pembesaran duktus mukosa

4.6 Sputum: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen

4.7 EKG: Disritmia arterial

4.8 EKG latihan : Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk

program latihan

10

Page 11: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

2.8.2 Diagnosa

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme,

edema mukosa, akumulasi mukus.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea,

vomiting, malaise.

5. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan

penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,

proses penyakit kronis

2.8.3 Intervensi

No. Diagnose

Keperawatan

Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan

bronchospasme,

edema mukosa,

akumulasi mukus.

Tujuan:

Jalan nafas bersih dan

patent setelah

mendapat tindakan

keperawatan, dengan

kriteria:

Pada saat bernafas

tidak menggunakan

otot-otot bantu,

frekwensi nafas dalam

batas normal, suara

nafas

bronchovesikuler.

a. Jelaskan

pada klien

dan keluarga

beberapa

tindakan

yang dapat

dilakukan

untuk

meningkatka

n proses

pengeluaran

sekret.

b. Anjurkan

kepada klien

a. Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

keluarga dan klien

kooperatif dalam

tindakan

perawatan.

b. Peningkatan hidrasi

cairan akan

mengencerkan

sekret sehingga

sekret akan lebih

mudah dikeluarkan.

c. Fisoterapi nafas

11

Page 12: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

dan keluarga

agar

memberikan

minum lebih

banyak dan

hangat

kepada

klien.

c. Lakukan

fisioterapi

nafas dan

latihan batuk

efektif

d. Kolaborasi

dalam

pemberian

ekspektoran.

e. Observasi:

Pernafasan

(rate, pola,

penggunaan

otot bantu,

irama, suara

nafas,

cyanosis),

tekanan

darah, nadi,

dan suhu.

melepaskan sekret

dari tempat

perlekatan, postural

drainase

memudahkan

pengaliran sekret,

batuk efektif

mengeluarkan

sekret secara

adekuat.

d. Ekspektoran

mengandung

regimen yang

berfungsi untuk

mengencerkan

sekret agar lebih

mudah dikeluarkan.

e. Tanda vital

merupakan

indikator yang

dapat diukur untuk

mengetahui

kecukupan suplai

oksigen.

12

Page 13: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

2. Pola nafas tidak

efektif berhubungan

dengan

broncokontriksi,

mukus.

.

Tujuan : perbaikan

dalam pola nafas

Kriteria Hasil:

pemeriksaan TTV

terutama pada pola

nafas pasien normal.

a. Ajarkan

pasien

pernafasan

diaphragm

dan

pernafasan

bibir

b. Berikan

dorongan

untuk

menyelingi

aktivitas

dan

periode

istirahat

c. Berikan

dorongan

penggunaa

n pelatihan

otot-otot

pernafasan

jika

diharuskan

a. Membantu pasien

memperpanjang

waktu ekspirasi.

Dengan teknik ini

pasien akan

bernafas lebih

efisien dan efektif.

b. Memungkinkan

pasien untuk

melakukan

aktivitas tanpa

distres berlebihan.

c. Menguatkan dan

mengkondisikan

otot-otot

pernafasan.

3. Hipertermi

berhubungan dengan

bakterimia, viremia

Tujuan:

Suhu tubuh dalam

batas normal setelah

mendapat tindakan

keperawatan dengan

a. Jelaskan

pada

keluarga

tindakan

perawatan

a. Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

klien dan keluarga

kooperatif terhadap

13

Page 14: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

kriteria:

Suhu tubuh dalam

batas normal, tekanan

darah dalam batas

normal, nadi dan

respirasi dalam batas

normal.

yang akan

dilakukan.

b. Berikan

kompres.

c. Anjurkan

kepada

keluarga

dan klien

untuk

minum

lebih

banyak.

d. Anjurkan

kepada

keluarga

untuk

memakaik

an baju

yang tipis

dan

menyerap

keringat

untuk

klien.

e. Kolaborasi

dalam

pemberian

antipiretik.

f. Observasi

tanda-

tindakan

keperawatan.

b. Penurunan panas

dapat dilakukan

dengan cara

konduksi melalui

kompres.

c. Hidrasi cairan yang

cukup dapat

menurunkan suhu

tubuh.

d. Penurunan suhu

dapat dilakukan

dengan tehnik

evaporasi

e. Antipiretik

mengandung

regimen yang

bekerja pada pusat

pengatur suhu di

hipotalamus.

f. Peningkatan suhu

tubuh

mencerminkan

masih adanya

bakterimia, viremia

14

Page 15: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

tanda vital.

4. Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

rasa nausea, vomiting,

malaise.

Tujuan:

Nutrisi terpenuhi

secara adekuat setelah

mendapat tindakan

keperawatan dengan

kriteria:

Berat badan dalam

batas normal, terjadi

peningkatan berat

badan, klien mau

menghabiskan

makanan yang

disajikan.

a. Jelaskan

pada klien

dan

keluarga

tentang

manfaat

dari nutrisi

yang

adekuat.

b. Sajikan

makanan

dalam

keadaan

hangat dan

menarik.

c. Berikan

makanan

dengan

porsi

sedikit tapi

sering.

d. Kolaborasi

dalam

pemberian

vitamin/

roboransia.

e. Observasi

kemampua

a. Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

klien dan keluarga

kooperatif terhadap

tindakan perawatan

yang diberikan.

b. Merangsang

peningkatan nafsu

makan pada fase

sefal.

c. Dilatasi lambung

yang berlebihan

merangsang rasa

mual dan muntah.

d. Roboransia

memberikan efek

dalam peningkatan

nafsu makan

e. Deteksi dini

terhadap

perkembangan

klien

15

Page 16: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

n klien

dalam

menghabis

kan

makanan,

berat

badan.

.

5. Resiko gangguan

keseimbangan cairan

(defisit) berhubungan

dengan penurunan

intake oral, dyspnoe,

tacypnoe.

Tujuan:

Tidak terjadi gangguan

keseimbangan cairan

selama dalam masa

perawatan dengan

kriteria:

Produksi urine dalam

batas normal, tekanan

darah dalam batas

normal, denyut nadi

dalam batas normal

dan teraba penuh,

ubun-ubun besar datar,

mata tidak cowong.

a. Jelaskan

pada klien

dan

keluarga

tentang

manfaat

dari

pemberian

minum

yang

adekuat.

b. Anjurkan

kepada

keluarga

untuk

memberika

n minum

yang

adekuat.

c. Kolaborasi

dalam

a. Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

keluarga dan klien

kooperatif terhadap

tindakan

keperawatan.

b. Intake cairan yang

adekuat mencegah

timbulnya defisit

cairan.

c. Anak yang

mengalami

dyspnoe akan

mengalami

kesulitan dalam

asupan perenteral/

per os.

d. Mengetahui sejak

dini dengan

16

Page 17: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

pemberian

cairan

perparente

ral.

d. Observasi

intake dan

output

e. Observasi

tanda vital

dan

produksi

urine serta

keadaan

umum.

menghitung secara

tepat agar tidak

terjadi defisit

cairan.

e. Gangguan

keseimbangan

cairan dalam tubuh

dapat

mengakibatkan per-

ubahan pada tanda

vital, produksi

urine.

6. Resiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan dengan

menetapnya sekret,

proses penyakit

kronis.

Tujuan:

mengidentifikasi

intervensi untuk

mencegah resiko tinggi

Kriteria Hasil:

Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi. Jumlah

leukosit dalam batas

normal.

a. Awasi

suhu.

b. Observasi

warna, bau

sputum.

c. Tunjukkan

dan bantu

pasien

tentang

pembuang

an sputum.

d. Diskusikan

kebutuhan

masukan

nutrisi

a. Demam dapat

terjadi karena

infeksi atau

dehidrasi.

b. Sekret berbau,

kuning dan

kehijauan

menunjukkan

adanya infeksi.

c. Mencegah

penyebaran

patogen.

d. Malnutrisi dapat

mempengaruhi

kesehatan umum

17

Page 18: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

adekuat.

e. Berikan

anti

mikroba

sesuai

indikasi

dan menurunkan

tekanan darah

terhadap infeksi.

e. Dapat diberikan

untuk organisme

khusus yang

teridentifikasi

dengan kultur.

18

Page 19: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bronchitis adalah suatu peradangan bronchiolus, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab.

Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory

Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus . Bronchitis

adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis

akut dan kronik (Muttaqin, 2008).

Bronchitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronchus. Bronchitis akut adalah

serangan bronchitis dengan perjalanan penyakityang singkat dan berat, disebabkan oleh

karena terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan

ditandaidengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk.Bronchitis

kronik adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang

bronchitis akut atau penyakit-penyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk,

ekspektorasi, danperubahan sekunder jaringan paru (Company, 2000).

3.2 Saran

Bagi mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien bayi dengan bronchitis

sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai teori yang ada. Bagi perawat

diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien bayi dengan

bronkitis sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang baik.

19

Page 20: askep_bronkitis_refisi_tin.doc

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester,

Edisi 3, Jakarta : EGC.

Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku Kedokteran

EGC.

Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

20