Askep Tonsilitis

19
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Wirayda Riastu NIM : 115070209111010 Masalah Utama : Tonsilitis A. DEFINISI Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997) Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000). Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004). Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Sriyono, 2006). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta hemolitik, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan juga oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis biasanya sering dialami anak-anak yang disertai demam dan nyeri pada tenggorokan.

description

Askep Tonsilitis

Transcript of Askep Tonsilitis

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa: Wirayda RiastuNIM: 115070209111010Masalah Utama: Tonsilitis

A. DEFINISITonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah,1997)Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000).Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Sriyono, 2006).Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta hemolitik, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan juga oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis biasanya sering dialami anak-anak yang disertai demam dan nyeri pada tenggorokan.

B. ETIOLOGIEtiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah :a. Streptokokus Beta HemolitikusStreptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.b. Streptokokus PyogenesisStreptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.c. Streptokokus ViridansStreptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.d. Virus InfluenzaVirus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.

C. KLASIFIKASI1. Tonsilitis AkutTonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga disebabkan oleh virus.2. Tonsilitis FalikularisTonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.3. Tonsilitis LakunarisBercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.5. Tonsilitis KronikTonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

D. PATOFISIOLOGITerjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptekriptenya, sampai disitu secara aerogen (melalui hidung, droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus ke tonsil), maupun secara foodvorn yaitu melalui mulut bersama makanan. Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik yang melalui hidung maupun mulut. Kuman yang masuk kesitu dihancurkan oleh makrofag, sel sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman kuman semuanya, akibatnya kuman bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun (Aritomoyo D, 1980 dalam Boedi Siswantoro, 2003) Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan dasar manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :a. Sistem GastrointestinalKlien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan sulit untuk menelan sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.b. Sistem Pulmoner Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan faring, klien sering batuk.c. Sistem ImunTonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien menurun, klien mudah terserang demam.d. Sistem MuskuloskeletalKlien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.e. Sistem EndokrinAdanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid.

E. PATHWAYS

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

hipertermiTonsilitis akut

Tonsil & adenoid membesarEdema tonsil

Obstruksi pada tuba eustakiiNyeri telan

Infeksi sekunderKurangnya pendengaranSulit makan & minum

kelemahan

Otitis mediaResiko perubahanstatus nutrisi < dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktifitas

Gangguan persepsi sensori : pendengaran

F. MANIFESTASI KLINISManifestasi Klinis Menurut Smeltzer (2001):a. Sistem Gastointestinal 1. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri 2. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil3. Anoreksia : mual dan muntah4. Mulut berbau5. Bibir kering6. Nafsu makan berkurangb. Sistem Pernafasan1. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil2. Faring hiperimisis : terdapat detritus3. Pernafasn bising.4. Edema faring5. Batuk c. Sistem Imun1. Pembengkakan kelenjar limpah leher2. Pembesaran tonsil 3. Tonsil Hiperemia4. Demam atau peningkatan seluruh tubuhd. Sistem Muskuloskeletal1. Kelemahan pada otot2. Letargi 3. Nyeri pada otot4. Malaise

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :1. Leukosit : terjadi peningkatan2. Hemoglobin : terjadi penurunan3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. KOMPLIKASIKomplikasi menurut Mansjoerm Arief (2001) Komplikasi potensial pada tonsilitis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah : a. Abses Peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.b. Abses Parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.c. Abses Retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.d. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).e. Kista Tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.f. Komplikasi Sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.

I. PENATALAKSANAANPenanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :1. penatalaksanaan medis antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen. Analgesic pembedahan2. penatalaksanaan keperawatan kompres dengan air hangat istirahat yang cukup pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat kumur dengan air hangat pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

J. DAFTAR PUSTAKA1. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;19992. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 20013. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.4. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 19975. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Wawancara Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis) Apakah pengobatan adekuat Kapan gejala itu muncul Apakah mempunyai kebiasaan merokok Bagaimana pola makannya Apakah rutin / rajin membersihkan mulut2. Pemeriksaan fisikData dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu : Intergritas EgoGejala : Perasaan takutKhawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan.Tanda : ansietas, depresi, menolak. Makanan / CairanGejala : Kesulitan menelanTanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi buruk. HygieneTanda : Kesulitan menelan Nyeri / KeamananTanda : Gelisah, perilaku berhati-batiGejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga PernapasanGejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu.

Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat : Pembesaran tonsil dan hiperemis

Letargi Kesulitan menelan Demam Nyeri tenggorokan Kebersihan mulut buruk Pemeriksaan diagnostik3. Pemeriksaan usap tenggorokPemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul :1. Pre Operasi Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman2. Post Operasi Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasiC. IntervensiPre OperasiDx 1: Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.NOC: Perawatan Diri : MakanTujuan: Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasiKriteria hasil: Reflek makan Tidak tersedak saat makan Tidak batuk saat menelan Usaha menelan secara normal Menelan dengan nyamanSkala : 1. Sangat bermasalah2. Cukup bermasalah3. Masalah sedang4. Sedikit bermasalah5. Tidak ada masalahNIC : Terapi menelanIntervensi : Pantau gerakan lidah klien saat menelan Hindari penggunaan sedotan minuman Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.NOC : Kontrol NyeriTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurangKriteria hasil : Mengenali faktor penyebab. Mengenali serangan nyeri. Tindakan pertolongan non analgetik Mengenali gejala nyeri Melaporkan kontrol nyeriSkala:1. Ekstream2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak AdaNIC: Menejemen NyeriIntervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam. Berikan analgesik yang sesuai. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan. Anjurkan pasien untuk istirahat.

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.NOC : Fluid balanceTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasiKriteria hasil : Adanya peningkatan BB sesuai tujuan BB ideal sesuai tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.Skala :1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Manajemen nutrisi Berikan makanan yang terpilih Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Berikan makanan sedikit tapi sering Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.

Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitNOC : TermoregulasiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Suhu kulit dalam batas normal Nadi dan pernafasan dalam batas normal.Skala : 1. Ekstrem2. Berat3. Sedang4. Ringan5. Tidak adaNIC : Fever Treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna, dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan. Monitor intake dan output Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyamanNOC : Kontrol CemasTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurangKriteria hasil : Ansietas berkurang Monitor intensitas kecemasan Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak adaSkala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang-kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

NIC : Pengurangan Cemas Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis. Tenangkan anak / pasien. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi, eskpresi cemas non verbal) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

Post OperasiDx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.NOC : Level NyeriTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurangKriteria hasil : Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri. Lamanya nyeri Ekspresi wajah terhadap nyeriSkala : 1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanNIC : Menejemen NyeriIntervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam. Berikan analgesik yang sesuai. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan. Tingkatkan istirahat pasien.

Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.NOC: Kontrol Infeksi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadiKriteria hasil: Dapat memonitor faktor resiko Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.Keterangan Skala :1: Tidak pernah menunjukkan2: Jarang menunjukkan3: Kadang menunjukkan4: Sering menunjukkan5: Selalu menunjukkanNIC: Kontrol Infeksi Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambahNOC : Knowledge: Diet Menyebutkan keuntungan dan diet yang Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.Ket: 1 : Tidak mengetahui2 : Terbatas pengetahuannya3 : Sedikit mengetahui4 : Banyak pengetahuannya5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleksNIC : Pengajaran Pengobatan Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping