Askep Stenosis Mitral

12
Askep Stenosis Mitral KONSEP MEDIS A. Pengertian Mitral stenosis adalah blok aliran darah pada tngkat kantup mitral, akibat adanya perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak membukanya kantup mitral secara sempurna pada saat drastolik. ( Suparman ; 2000:1035 ) B. Anatomi Fisiologi Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi; vena kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonal, paru-paru, vena pulmonal, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava. Batas kiri jantung terdiri atas tonjolan yang bulat lonjong atau setengah bulat, terdiri dari tonjolan I paling atas adalah arkus aorta, merupakan setengah bulatan yang kira-kira sebesar ibu jari, berhubungan langsung dengan aorta desenden. Tonjolan II: disebabkan oleh arteri pulmonal, pada umumnya lebih kecil, kadang-kadang sukar terlihat. Pada sistolik jantung, tonjolan ini akanlebih nyata. Tonjolan III: disebabkan oleh aurikel atrium kiri, biasanya tidak tampak kecuali jika ada pembesaran atrium kiri. Tonjolan IV : dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri. Pada batas kanan jantung juga terdapat 4 tonjolan, tonjolan I: disebabkan oleh vena kava superior, merupakan pelebaran di sisi mediastinum. Tonjolan II: disebabkan oleh aorta asenden, merupakan garis lurus mengarah ke atas menuju ke arkus aorta. Batas vena kava dengan aorta asenden sukar ditetapkan tanpa aortogram. Tonjolan III : kadang-kadang ada tonjolan kecil yang disebabkan oleh vena azygos. Tonjolan IV : tonjolan besar adalah atrium kanan. Stenosi mitral (MS) menyebabkan perubahan pada bentuk jantung dan perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru- paru sesuai beratnya MS dan kondisi jantung.Konveksitas batas kiri jantung mengindikasikan bahwa stenosis menonjol.Padakebanyakan kasus terdapat dua kelainan

description

MS

Transcript of Askep Stenosis Mitral

Page 1: Askep Stenosis Mitral

Askep Stenosis MitralKONSEP MEDIS

A.    PengertianMitral stenosis adalah blok aliran darah pada tngkat kantup mitral, akibat adanya

perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak membukanya kantup mitral secara sempurna pada saat drastolik. ( Suparman ; 2000:1035 )

B.     Anatomi  FisiologiSecara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat pompa kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi; vena kava, atrium kanan, ventrikal kanan, arteri pulmonal, paru-paru, vena pulmonal, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.

Batas kiri jantung terdiri atas tonjolan yang bulat lonjong atau setengah bulat, terdiri dari tonjolan I paling atas adalah arkus aorta, merupakan setengah bulatan yang kira-kira sebesar ibu jari, berhubungan langsung dengan aorta desenden. Tonjolan II: disebabkan oleh arteri pulmonal, pada umumnya lebih kecil, kadang-kadang sukar terlihat. Pada sistolik jantung, tonjolan ini akanlebih nyata. Tonjolan III: disebabkan oleh aurikel atrium kiri, biasanya tidak tampak kecuali jika ada pembesaran atrium kiri. Tonjolan IV : dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri.

Pada batas kanan jantung juga terdapat 4 tonjolan, tonjolan I: disebabkan oleh vena kava superior, merupakan pelebaran di sisi mediastinum. Tonjolan II: disebabkan oleh aorta asenden, merupakan garis lurus mengarah ke atas menuju ke arkus aorta. Batas vena kava dengan aorta asenden sukar ditetapkan tanpa aortogram. Tonjolan III : kadang-kadang ada tonjolan kecil yang disebabkan oleh vena azygos. Tonjolan IV : tonjolan besar adalah atrium kanan.   Stenosi mitral (MS) menyebabkan perubahan pada bentuk jantung dan perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru sesuai beratnya MS dan kondisi jantung.Konveksitas batas kiri jantung mengindikasikan bahwa stenosis menonjol.Padakebanyakan kasus terdapat dua kelainan yakni stenosis mitral dan insufisiensi mitral, umumnya salah satunya menonjol.Ventrikel kiri juga sangat melebar ketika insufisiensi mitral terlibat sangatsignifikan.Tanda-tanda radiologis klasik dari pasien dengan MS yaitu adanya kontur ganda (double contour) yang mengarah pada adanya pembesaran atrium kiri, serta adanya garis-garis septum yang terlokalisasi. 

C.    EtiologiPenyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik, akibat reaksi

yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.Diperkirakan 90% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik. Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis mitral kongenital, vegetasi dari systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid, mucopolysaccharhidosis, rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry disease, akibat obat fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat proses degeneratif. Stenosis katup mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan.Bayiyang lahir dengan kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan.Miksoma(tumor jinak di

Page 2: Askep Stenosis Mitral

atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis katup mitral. 

D.    PatofisiologiPada keadaan normal  area katup mitral  mempunyai ukuran 4- 6 cm². Bila area

orifisum katup ini berkurang sampai 2cm², maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenisis mitral kritis terjadi bila pembukaan katub berkurang, hingga menjadi 1 cm². Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal.(swain 2005).

Gradien transmitral merupakan “ hall mark” stenosis mitral selain luasnya area katup mitral.walaupun Rahimtoola berpendapat bahwa gradien dapat terjadi akibat aliran besar melalui katup normal ,atau aliran normal melalui katup sempit. Sebagai akibatnya tekanan atrium kiri akan diteruskan ke v. Pulmonalis  dan seterusnya mengakibatkan kongestiparu serta keluhan sesak.( exertional dyspnea).

Derajat berat ringannya stenosis  mitral, selain  berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasny area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap . berdasarkan luasnya area katup mitral dapat di lihat pada tabel dibawah ini:

Derajat stenosis A20-OS interval Area gradienRinganSedangBerat

>110 msec80- 100 msec<80msec

>1.5cm ²>1 dan 1.5cm²<1 cm²

< 5 mmHg5-10mmHg>10 mmHg

A2 –OS; w Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup mitral pada waktu fase penyembuhan dema reumatik. Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastolik lebih kecil dari normal. (Arief Mansjoer, dkk. 2000).

Strenosis mitral mengahalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel selama fase diastolik ventrikel. untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melalui katup yang meyempit. Karena itu, selisih tekanan atau gradien tekanan antara keuda ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut minimal.

Otot atrium kiri mengalamai hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompakan darah. Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor pembantu pengisian ventrikel. atrium kiri kini tidak lagi berfungsi mengalirkan darah ke ventrikel. Dilatasi atrium terjadi oleh karena voluem atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.

Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam pembuluh paru-paru. tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler meningkat. akibatnya terjadi kongesti vena yang ringan sampai edema intertisial yang kadang-kadang disertai transudasi dalam alveoli.

Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat sebagai akibat dari resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respons ini memastikan gradien tekana yang memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh darah paru-paru. Akan tetapi, hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria

Page 3: Askep Stenosis Mitral

pulmonalis. Ventrikel kanan memberi rspon terhadap peningkatan beban tekanan ini dengan cara hipertrofi.

Pembuluh paru-paru mengalami perubahan anatomosis yang tampaknya bertujuan melindungi kapiler paru-paru terhadap tekanan ventrikel kana dan aliran pulmonar yang meniggi. terjadi perubahan struktur, yaitu hipertrofi tunika media dan penebalan intima pada dinding arteria kecil dan arteriola. mekanisme yang memerankan respon anatomosis ini masih belum diketahui dengan pasti. Perubahan-perubahan ini menyempitkan lumen pembuluh, dan meningkatkan resistensi pembuluh paru. Konstriksi arteiolar ini meningkatkan tekana arteri pulmonalis. tekanan pulmonar dapat menimgkatkan progresif sampai setinggi tekanan sistemik. Ventrikel kanan tidak dapat memenuhi tugas sebagai pompa tekanan tinggi untuk janggka waktu yang lama. karena itu, akhirnya ventrikel kana tidak dapat berfungsi lagi sebagai pompa. Gagal ventrikel kanan dipantulan ke belakang ke sirkulasi sistemik, menimbulkan kongesti pada vena sistemik dan edema perifer. Gagal jantung kanan dapat disertai oleh regurgitasi fungsional katup trikuspid akibat pembesaran ventrikel kanan.

Sesudah beberapa tahun, lsi stenosis mitralis akan memperkecil lubang katup. gejala-gejala secara khas belum muncul sebelum lubang katup ini mengecil sampai sekitar 50%, yaitu dari ukuran normal. pada keadaan dimana lubang katup sudah menyempit seperti ini, maka tekanan atrium kiri akan naik untuk mempertahankan pengisian ventrikel dan curah jantung; akibatnya, tekanan vena pulmonalis akan meningkat, menimbulkan dispnea. Pada tahap awal biasanya dapat didengar bising jantung diastolik yang merupakan petunjuk adanya katup abnormal melalui lubang katup yang menyempit. (Lurraine M. Wilson, Sylvia A. Price. 1995).Tanda dan Gejala

Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan utama berupa sesak napas dan dapat juga berupafatigue.Pada stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis.

Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.

F       Pemeriksaan Diagnostik1.      Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri

melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.

2.      Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.3.      ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan, fibrilasi

atrium kronis.4.      Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular, tanda-

tanda kongesti/edema pulmunal.5.      Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup.

Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.G.    Penatalaksanaan

Page 4: Askep Stenosis Mitral

Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan terhadap infeksi.Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis.Obat-obatan inotropik negatif seperti ß-blocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.

Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yangcepat.Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium. Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena tromboemboli

 KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajiana.       Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, Pusing, rasa berdenyut,Dispnea karena kerja, palpitasi, Gangguan tidur (Ortopnea, dispnea paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).

Tanda : Takikardi, gangguan pada TD, Pingsan karena kerja,Takipnea, dispneab.      Sirkulasi

Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis  bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital ( contoh kerusakan atrial-septal, sindrom marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal.Riwayat murmur jantung, palpitasi, Serak, hemoptisis, Batuk, dengan/tanpa produksi sputum.

Tanda :  Nadi apikal : PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM)Getaran : Getaran diastolik pada apek (SM)Bunyi jantung : S1 keras, pembukaan yang keras (SM).Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat)Kecepatan : Takikardi pada istirahat (SM).Irama : Tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM).Bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM)DVJ : Mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan (IA,SA,IM,IT,SM).

c.       Integritas EgoGejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar.

d.      Makanan/CairanGejala :  Disfagia (IM kronis), Perubahan berat badan,Penggunaan diuretik.Tanda : Edema umum atau dependen.Hepatomegali dan asites (SM,IM,IT)Pernapasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.

e.       NeurosensoriGejala : Episode pusing/pingsan berkenaan dengan bahan kerja.

f.       Pernapasan

Page 5: Askep Stenosis Mitral

Gejala : Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, noktural). Batuk menetap atau noktural  (sputum mungkin/tidak produktif)

Tanda : Takipnea, Bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), Sputum banyak dan bercak darah (edema pulmonal)Gelisah/ketakutan (pada adanya edema pul monal)

g.      KeamananGejala : Proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi.Tanda : Adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dan sebagainya).

Perlu perawatan gigi/mulut. 

B.     Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang sering ditemukan pada pasien stenosis mitralis antara lain :

a.       Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik

b.       Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.

c.       Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal.

d.      Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).

e.       Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli)

 C.    Rencana Keperawatan dan Rasionala.      Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium

kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah

jantung dapat diminimalkan.Kriteria hasil : Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala

gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi :1.      Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.

R : Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.2.      Catat bunyi jantung.

R : Mengetahui adanya perubahan irama jantung.3.      Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.

R : Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.

4.      Pantau intake dan output setiap 24 jam.

Page 6: Askep Stenosis Mitral

R : Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.

5.      Batasi aktifitas secara adekuat.R : Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.

6.      Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.R : Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung. 

b.      Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat.Kriteria hasil : vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral  

teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan.

Intervensi :1.      Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung,

letargi, pinsan).R : Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

2.      Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.R : Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

3.      Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.R : Indikator adanya trombosis vena dalam.

4.      Dorong latihan kaki aktif/pasif.R : Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis.

5.      Pantau pernafasan.R : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.

6.      Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.R : Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan pristaltik.

7.      Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.R : Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.

c.       Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur.

Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi :

Page 7: Askep Stenosis Mitral

1.      Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.R : Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.

2.      Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas.R : Menghindari terjadinya takikardi dan pemendekan fase distole.

3.      pengunjung atau kunjungan oleh pasien.R : Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.

4.      Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.R : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.

5.      Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.R : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

6.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, mandi, berpakaian, eleminasi).R : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

7.      Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mangejan saat defekasi.R : Aktifitas yang memerlukanmenahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.

  

8.      Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.R : Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan. 

d.      Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan).

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih.

Intervensi1.      Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.

R : Mengindikaiskan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.

Page 8: Askep Stenosis Mitral

2.      Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.R : Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.

3.      Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung keseimbnagan cairan.R : Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal jantung.

4.      pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.R : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

5.      Berikan diet rendah natrium/garam.R : Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.

6.      Delegatif pemberian diiretik.R : Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan. 

e.       Resiko kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli).Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat.Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima,                akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal.Intervensi

1.      Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii.R : Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.

2.      Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.R : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

3.      Dorong perubahan posisi sering.R : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

4.      Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal.R : Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal.

5.      Pantau GDA (kolaborasi tim medis), nadi oksimetri.R : Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru.

6.      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.R : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.

7.      Delegatif pemberian diuretik.R : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas.

        

Page 9: Askep Stenosis Mitral

Daftar PustakaBrunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. JakartaSuparman (2000), Ilmu Penyakit Dalam Julid I Jakarta : FKUI.