Askep Post Partum Pre Eklamsi

25
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN PRE-EKLAMPSIA A. POST PARTUM 1. Pengertian “Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.” (Mochtar, 1998) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. 2. Nifas Dibagi dalam 3 Periode a. Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium Intramedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu. c. Puerperium Remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).

description

m

Transcript of Askep Post Partum Pre Eklamsi

Page 1: Askep Post Partum Pre Eklamsi

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN PRE-EKLAMPSIA

A. POST PARTUM

1. Pengertian

“Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8

minggu.” (Mochtar, 1998)

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama

kira-kira 6 minggu.

2. Nifas Dibagi dalam 3 Periode

a. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intramedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu.

c. Puerperium Remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna

bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).

3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum

a. Perubahan Fisiologis

Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat

dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir

tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam

setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut

Page 2: Askep Post Partum Pre Eklamsi

dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas

umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah

persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus

500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di

atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi

fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu

setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram.

(Mochtar, 1998)

Lochea

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas.

Locea Rubra (Cruenta)

Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca

persalinan.

Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.

Lochea Serosa

Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada

hari ke 7 – 14 pasca persalinan.

Lochea Alba

Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea

rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea

Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk,

Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240

– 270 ml. (Mochtar, 1998).

Servik dan Vagina

Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya

tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak

dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum

akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik

Page 3: Askep Post Partum Pre Eklamsi

mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur

eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi

lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan

kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8 minggu

meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya

saja.

Perineum

Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian

setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat

kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan

hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan

pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-

tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Pillitteri,

1999).

Proses Laktasi

Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta

menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum

terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan

kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa

penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan

meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Pillitteri, 1999).

Tanda-tanda Vital

Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi

mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan.

Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan.

Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan.

Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya

dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh

hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau

karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai

Page 4: Askep Post Partum Pre Eklamsi

petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum lainnya.

(Sherwen, 1999).

Sistem Pernafasan

Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 – 8

minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit. Keseimbangan

asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan

metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada

umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan

pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru.

Secara tiba-tiba terjadi dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak

nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura. (Sherwen, 1999).

Sistem Muskuloskeletal

Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau

perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema

dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan

suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari

tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk

meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Sherwen,

1999).

Sistem Persyarafan

Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi.

Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan

tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala.

(Sherwen, 1999).

Sistem Perkemihan

Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat

harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih, distensi

kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih, frekuensi,

jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk merasakan

penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada

umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai

Page 5: Askep Post Partum Pre Eklamsi

dorongan untuk mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam

kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk

menghidari distensi kandung kemih. (Pillitteri, 1999).

Sistem Pencernaan

Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35 /menit.

Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang

biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan

makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari

pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit. Beberapa ibu

tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi,

abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi. (Sherwen,

1999).

b. Perubahan Psikologis

Taking in Phase

Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung

pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini

disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.

Taking Hold Phase

Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah

suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang

kuat pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum.

Letting Go Phase

Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu

menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

4. Penatalaksanaan Post Partum (Novak, 1999).

Early Ambulation

Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana

ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke

kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur

setelah 24 jam sampai 48 jam post partum.

Page 6: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Perawatan Payudara

Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu

yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post

partum.

Pemberian Nutrisi

Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak

daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah

kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI.

Aktivitas Seksual

Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir

minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk

menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.

B. PRE EKLAMSIA

1. DEFINISI

Pre eklamsia adalah suatu kelainan kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hypertensi, proteinuria, dan oedem pada seorang gravida yang terjadi

normal.

2. ETIOLOGI

Sebab pre eklamasi belum diketahui, tapi pada penderita yang meninggal

karena eklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang

menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi

intravaskulaer.

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,

akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai

eklamsi.

Vasospasmus menyebabkan :

1. Hypertensi

2. Pada otak : sakit kepala

Page 7: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Kejang

3. Pada placenta : solution placentae

Kematian janin

4. Pada ginjal : oliguri

Insuffisiensi

5. Pada hati : icterus

6. Pada retina : amourose

3. GEJALA – GEJALA PRE EKLAMSIA

a. Hypertensi

Gejala yang paling dulu timbul adalah hypertensi yang terjadi sekonyong-

konyong sebagai batas diambil tekanan darah 140 mm atau diastolis 15 mm di

atas tekanan yang biasa merupakan pertanda.

Tekanan darah dapat mencapai 180 mm systolis dan 110 mm diastolis tapi

jarang mencapai 200 mm.

Jika tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya essentialis.

b. Oedema

Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan.

Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau

mencapai 1 kgseminggu atau 3 kg dalam sebulan pre eklamasi harus dicurigai.

Tambah berat yang sekonyong-konyong ini diebab kan retensi air dalam jaringan

kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.

c. Proteinuria

Protinuria sering diketemukan pada preeklamasi rupa-rupanya kare na

vasospasmus pembuluh-pembuluh dan ginjal.

Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah berat.

d. Gejala-gejala subjektif

Perlu ditekankan bahwa hypertensi, tambah berat daan proteinuria yang

merupakan gejala-gejala yang terpenting dari preeklamasi tidak diketahui oleh

penderita. Karena itu pernatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi

preeklamasi dengan cepat.

Page 8: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Baru pada preeklamasi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang

membawa pasien ke dokter.

Gejala-gajala subjektif tersebut antara lain :

a. Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak.

b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau oedema,

atau sakit karena perubahan pada lambung.

c. Gangguan penglihatan :

Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.

4. PROGNOSA

Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah

maju kemaatian karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi

maka prognosa menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa

untuk anak juga berkurang tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi

menjelma dan pada beratnya preeklampsi. Kematian perinatal kurang lebih 20%.

Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh prematuritas.

Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi

yang tetap terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain

kalau gejala preeklampsi timbul dini.

5. DASAR PENGOBATAN

a. Istirahat

b. Diit

c. Obat-obat antihypertensip

d. Sedatip

e. Induksi persalinan.

Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali

misalnya kalau tensi kurang dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau

ringan sekali.

Anjuran diberikan pada pasien semacam ini ialah :

a. Istirahat sebanyak mungkin di rumah

Page 9: Askep Post Partum Pre Eklamsi

b. Penggunaan garam dikurangi

c. Pemeriksaan kehamilan harus 2 kali seminggu

d. Dapat pula diberikan sedativa dan obat-obatan antihypertensi.

FOKUS PENGKAJIAN

a. Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer

atau statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)

b. Integritas Ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple

seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat

beristirahat, peningkatan ketegangan, dan stimulasi simpatis.

c. Makanan/cairan

Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra

operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi

hipoglikemia/ketoasidosis.

d. Pernafasan

Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

e. Keamanan

Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan,

defisiensi imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga

tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat

transfusi darah, dan tanda munculnya proses infeksi.

PRIORITAS KEPERAWATAN

Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan

trauma emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan

rasa sakit, memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi

mengenai proses penyakit

Page 10: Askep Post Partum Pre Eklamsi

PATHWAYS post partum Letting go phase

Kehadiran anggota baru

Estrogen & Progesteron menurun

Oksitosin meningkat Prolaktin meningkat

cemas

perubahanpola peran

Isapan bayitidak adekuat

Isapan bayiadekuat

Pembendungan ASI

Payudara bengkak

Gang. Rasa nyaman nyeri

Oksitosin meningkat

Duktus & alveoli kontraksi

efektif Tidak efektif

ASI keluar ASI tidak keluar

Involusi uterus

Kontraksiuterus lambat

Atonia uteri

perdarahan

Vol. Cairan turun

Perub. Perfusi jaringan

Vol. darah turun

Anemia akut

Hb O2 turun

hipoksia

Resiko syok hipovolemik

Kontraksi uterus

Pelepasan jaringan endometrium

Lokheakeluar

Kurang perawatan

Invasi bakteri

Laserasi jalan lahir

Servik & vagina

Port of the entri

Resiko infeksi

Daya tahantubuh turun

Kelemahan umum

Kumanmudah masuk

Intoleransi aktivitas

Defisit perawatan diri

Page 11: Askep Post Partum Pre Eklamsi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap

atonia uteri. (Doengoes, 2001)

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum

dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka

episiotomi (Doegoes, 2001: 427)

4. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder terhadap

oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan

(Doegoes, 2001: 436)

6. Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.

(Carpenito, 2000: 513)

7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon (Doegoes, 2001:

430)

8. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, factor

eksternal perubahan lingkungan.

9. ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya manageman laktasi

sekunder terhadap pembengkakan payudara.(Carpenito, 2001: 513)

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder

terhadap atonia uteri. (Doengoes, 2001)

Tujuan :

Syok hipovolemi tidak terjadi.

Kriteria hasil:

Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.

Nadi 60-80 kali permenit.

Akral hangat, tidak keluar keringat dingin

Perdarahan post partum kurang dari 100 cc

Intervensi :

Page 12: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Monitor vital sign

Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik

Monitor pengeluaran pervagina.

Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.

Susukan bayi sesegera mungkin.

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

perineum dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)

Tujuan :

Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

Ekspresi wajah klien tenang.

Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

Skala nyeri kurang dari 4.

Nadi antara 60-80 kali permenit.

Intervensi :

Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.

Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.

Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin

pada daerah perineum.

Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka

episiotomi. (Doegoes, 2001: 427)

Tujuan :

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.

Tanda-tanda vital normal.

Jumlah sel darah putih normal.

Intervensi :

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Monitor tanda-tanda vital.

Page 13: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.

Beri perawatan pada luka episiotomi dengan

menggunakan teknik septic dan antiseptic.

Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.

4. Gangguan eliminasi urin: inkonensia berhubungan dengan obstruksi uretra

sekunder terhadap oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)

Tujuan :

Kebutuhan eliminasi urin dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam setelah melahirkan.

Klien tidak merasakan ketegangan pada kandung kemih.

Intervensi :

Kaji intake cairan klien mulai terakhir saat pengosongan

kandung kemih.

Anjurkan klien untuk merangsang BAK dengan

menggunakan air hangat.

Kaji jumlah urin yang dikeluarkan.

Jika klien tidak bisa mengeluarkan sendiri secara spontan,

kolaborasi untuk pemasangan kateter.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.

(Doegoes, 2001: 436)

Tujuan :

Kebersihan diri klien terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.

Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.

Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.

Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang

perawatan diri.

Page 14: Askep Post Partum Pre Eklamsi

6. Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.

(Carpenito, 2000: 513)

Tujuan :

Orang tua dapat menerima peran baru dalam keluarganya.

Kriteria hasil :

Orang tua dapat menerima keberadaan bayinya.

Orang tua dapat mendemonstrasikan perilaku peran barunya.

Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai bayinya.

Intervensi :

Beri kesempatan untuk membina proses ikatan dengan

bayinya.

Anjurkan ayah atau ibu untuk menggendong bayinya.

Dengarkan cerita tentang pengalamannya selama hamil

hingga melahirkan.

Berikan dukungan social yang diperlukan ibu.

7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon. (Doegoes,

2001: 430)

Tujuan :

Pasien dapat defekasi dengan lancar.

Intervensi :

Kaji pola defekasi klien.

Auskultasi bising usus.

Ajarkan pentingnya diit seimbang.

Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan.8 sampai

10 gelas kecuali dikontraindikasikan.

Anjurkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.

Anjurkan makan makanan tinggi serat.

Berikan laksatif jika diperlukan.

8. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, faktor

eksternal perubahan lingkungan.

Tujuan :

Page 15: Askep Post Partum Pre Eklamsi

Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur.

Kriteria hasil :

Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor gangguan tidur.

Meningkatkan peningkatan kemampuan untuk tidur.

Wajah klien rileks.

Intervensi :

Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien.

Kaji factor-faktor penyebab gangguan pola tidur.

Berikan lingkungan yang nyaman.

Beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya, batasi

kunjungan selama periode istirahat.

9. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya managemen

laktasi sekunder terhadap pembengkakan payudara. (Carpenito, 2001: 513)

Tujuan :

Ibu dapt menyusui bayinya secara efektif.

Kriteria hasil :

Ibu membuat keputusan menyusui bayinya.

Ibu mengidentifikasi aktivitas yang menghalangi untuk menyusui.

Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab ketidakefektifan menyusui.

Dorong ibu untuk mengungkapkan masalah secara

terbuka.

Kaji keadaan ibu dan bayi.

Ajarkan penatalaksaan perawatan payudara yang baik.

Ajarkan cara menyusui yang baik, bila ada gejal mastitis

atau abses payudara (ditandai bengkak dan nyeri). Anjurkan untuk menghubungi

perawat dan dokter.

Page 16: Askep Post Partum Pre Eklamsi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih

Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta : EGC

Rostam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta :

EGC.

Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2000. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo