Askep Omp Dan Oma 2012

50
hatan sangatlah lu... Mari berbagi imu... Sebaik-baiknya Manusia.. Adalah ASKEP PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA PURULENTA (OMP) I.Pengertian Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998). II.Penyebab Streptococcus. Stapilococcus. Diplococcus pneumonie. Hemopilus influens. Otitis Media Otitis media supuratif Otitis media non Supuratif (Otitis media serosa) Otitis media akut (OMA) Otitis media serosa akut (lebih 2 bulan) Otitis media supuratip kronis Otitis media serosa kronis (OMSK) (Glue ear) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) I.Pengertian Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-

Transcript of Askep Omp Dan Oma 2012

Page 1: Askep Omp Dan Oma 2012

hatan sangatlah lu... Mari berbagi imu... Sebaik-baiknya Manusia.. Adalah

ASKEP PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA PURULENTA (OMP)

I.Pengertian

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada

anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

II.Penyebab 

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

Hemopilus influens.

Otitis Media

Otitis media supuratif Otitis media non Supuratif

(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA) Otitis media serosa akut (lebih 2 bulan)

Otitis media supuratip kronis Otitis media serosa kronis (OMSK) (Glue ear)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

I.Pengertian 

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,

bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).

II.Patofisiologi 

O M S K

Maligna Benigna

Degeneratif Metaplastik

Terlihat kolesteatom pada telingaTerdapat perforasi pada marginal/atik.

Granulasi di liang telinga luar yang tengah (di epitimpanum).

Page 2: Askep Omp Dan Oma 2012

Sekret berbentuk nanah danberasal dari dalam telinga tengah.  

Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)

Otore = pus pada MAE 

(kental/busuk)

Gangguan berkomunikasi Cemas

Pendengaran menurun

Perubahan persepsi / sensori

III.Pemeriksaan :

a.Anamnesis 

Keluhan utama dapat berupa :

1.Gangguan pendengaran/pekak.

Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah

secara bertahap dan sudah berapa lamanya.

Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat

ototoksik sebelumnya.

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat

dan meningitis.

Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau

pada tenpat yang tenang.

2.Suara berdenging/berdengung (tinitus)

Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di

kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga. 

Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3.Rasa pusing yang berputar (vertigo).

Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring

dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.

Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga

berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis

seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-

Page 3: Askep Omp Dan Oma 2012

kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit

DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan

keluhan vertigo dan tinitus.

4.Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.

Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang

servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

5.Keluar cairan dari telinga (otore)

Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah

berapa lama.

Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan

bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan

adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat

atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor

serebrospinal.

b.Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan

perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan

bantuan audiometrik.

Tujuan :

1.Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

2.Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

3.Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

4.Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari

telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar

suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya

normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.

IV.Terapi OMSK

Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak

cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau

beberapa keadaan, yaitu :

Page 4: Askep Omp Dan Oma 2012

1.Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan

dengan dunia luar.

2.Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.

3.Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.

4.Gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila

terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi

dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah

merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. 

Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).

Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke

intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak

diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol

supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat

menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta

membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat

cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

iV. Tindakan Pembedahan

Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe

maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini

untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik

matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui 2

jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan

timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh

para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

B. Fokus Pengkajian :

Page 5: Askep Omp Dan Oma 2012

Data Subyektif :

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya

pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt

nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat

sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam

telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu

lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. 

Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara

pencegahannya.

Data Obyektif :

Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan.

Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.

Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat

penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit

pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,

terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi

telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop. 

Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga

dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop

dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.

C. Diagnosa Keperawatan

1.Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,

berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :

Page 6: Askep Omp Dan Oma 2012

1.Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan

metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan

Berbicara

Bahasa isyarat.

2.Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

a.Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas

langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b.Jika klien dapat membaca ucapan :

Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.

Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi

anda.

c.Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.

Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi

pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung

berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.

3.Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban

lebih dari ya dan tidak.

Rasional :

1.Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang

akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.

2.Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh

klien.

3.Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan

Page 7: Askep Omp Dan Oma 2012

baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

2.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau

kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat

fungsional.

Intervensi Keperawatan :

1.Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

2.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah

terjadinya ketulian lebih jauh.

3.Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

4.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu

antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :

1.Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta

perawatannya yang tepat.

2.Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif

terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

3.Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak

secara permanen.

4.Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa

berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

3.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,

hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

Page 8: Askep Omp Dan Oma 2012

Intervensi Keperawatan :

1.Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi

pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

2.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang

dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

3.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat

membantu klien.

Rasional :

1.Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa

menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

2.Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah

menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.

3.Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk

kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat

mengurangi rasa cemas dan frustasinya.

4.Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat

membantu klien.

5.Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat

mendukung dia untuk berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd

Edition : WB Sauders.

Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan 

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Page 9: Askep Omp Dan Oma 2012

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI :

Jakarta.

Diposkan oleh GweN di 10:25 

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar Link ke posting iniBuat sebuah LinkPosting Lebih BaruPosting

LamaBerandaPoskan Komentar (Atom)

ASUHAN KEPERAWATANSENIN, 03 JANUARI 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

SENSORINEURAL (GANGGUAN PENDENGARAN)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

SENSORINEURAL (GANGGUAN PENDENGARAN)

1.      Anatomi Fisiologi Telinga

Page 10: Askep Omp Dan Oma 2012

Sumber : http://media.photobucket.com

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.      Telinga Luar, terdiri dari :

a.       Pinna/Aurikel/Daun Telinga

Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada Sisi kepala. Pinna

membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius

eksternus.

b.      Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)

Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian

medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE

adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika

membuka dan menutup mulut.

c.       Kanalis Auditorius Exsternus

Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang

mensekresi substansi seperti lilin yang disebutjuga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri

Page 11: Askep Omp Dan Oma 2012

dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran

timpani.

2.      Telinga Tengah, terdiri dari :

a.       Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.

Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial.

Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai

malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.

b.      Kavum Timpani

Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran

yang meliputi :

1)      Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.

2)      Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.

3)      Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c.       Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani,

antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini

berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang

bawah antrum di dalam tulang temporalis.

d.      Tuba Auditiva Eustakhius

Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring kebawah agak

ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan

masuknya udara luar ke dalam telinga.

3.      Telinga Dalam, terdiri dari :

telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat

organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII

(nervus fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).

2.      Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam bentuk

gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan

membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan lurus

membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong

sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang

mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan

membrantektoria.

Page 12: Askep Omp Dan Oma 2012

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia

sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.

Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke

dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.

v  ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus, kanalis

auditorius eksternus dan membran timpani. Pinna merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit.

Kanalis auditorius eksternus memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian

medial.

Telinga luar berfungsi menggumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-

struktur telinga tengah, karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang

melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrane timpani dari trauma,

benda asing dan efek termal. Salah satu perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan

pembentukan serumen atau kotoran telinga, yang sebagian besar terdiri dari struktur kelenjar sebasea

dan apokrin.

Kondisi-kondisi yang mempengaruhi telinga luar adalah :

1)         Malformasi congenital

Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat gangguan

perkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah :

a.         Atresia Liang Telinga

Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga oleh factor genetic

seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida.

Manifestasi klinis yang tampak adalah daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia

sehingga tindakan yang dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan

memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.

b.         Mikrotia atau Makrotia

       

Page 13: Askep Omp Dan Oma 2012

Gambar Mikrotia

Sumber : www . microtia.bikinsitus.com & www.kbb.uludag.edu.tr

        Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum deformitas pinna

berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga tengah dalam derajat yang dapat

diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum

anak berinteraksi di lingkungan sekolah.

c.          Fistula Preaurikular

        Sumber : www . cechin.com.ar

        Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan tenang tampak

muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dan dari muara tersebut sering

keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea.

d.          Lop Ear (Bat’s Ear)

Page 14: Askep Omp Dan Oma 2012

Lopp Ear, Sumber : www.nzma.org.nz

        Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak lebih lebar dan lebih

berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika.

2)      Trauma

            Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan

      kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :

a. Laserasi

Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok telinga dengan jari

atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan

b. Frostbite

Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin

dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti dengan mengguyur telinga yang terkena

dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF sampai terlihat tanda-tanda pencairan.

c. Hematoma

Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan

darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol

jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi

steril diikuti dengan pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau

petinju perlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.

Page 15: Askep Omp Dan Oma 2012

3)      Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus

a.      Serumen

Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagia kartilaginosa liang

telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk

dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah

kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.      

Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi

akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga

akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan gangguan

pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan mengembang sehingga

menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran. Interfensi kolaboratif yang dianjurkan

adalah :

1.              Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti minyak mineral, H2O2 3%,

2.              Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H2O2 3%, dalam melakukan irigasi ini

harus berhati-hati agar tidak merusak membrane timpani dan jika tidak dapat memastikan keutuhan

membrane timpaniu sebaiknya irigasi tidak dilakukan.

3.              Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya dilakukan penghisapan

dengan   menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.

b.      Benda Asing

Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :

1. Benda hidup seperti serangga (kecoa, semut atau nyamuk)

2. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral ?(kacang kacangan, karet

penghapusan, potongan korek api, dll)

            Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien dengan dokter ,

karena usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri seringkali akan mendorong benda asing

lebih ke dalam. Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :

a.      Bila benda asing berupa serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu sebelum serangga

dikeluarkan, dengan memasukan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan misalkan

larutan rivanol ke liang telinga selama 10 menit, lalu lakukan irigasi dengan air sesuai suhu tubuh

untuk mengeluar-kannya.

b.       Bila benda asing berupa kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang berguna untuk

melunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi dengan air untuk mengeluarkannya.

c.        Bila benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang kecil dapat diambil

dengan kunam atau pengait.

c.        Otitis Eksternus

Page 16: Askep Omp Dan Oma 2012

            Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat

terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini,

kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.

            Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel

skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,

inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41

%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).       

            Terbagi atas Konsep Otitis Eksternus dan Proses Keperawatannya

1.      Konsep Otitis Eksternus

A.    Pengertian

·         Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat

terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit.

·         Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun jamur

(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di

liang telinga dan kecenderungan untuk

kambuhan.

Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis Autikus Eksternal atau

Aurikula. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi

a.       Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.

b.      Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu tubuh dan kelembaban.

c.       Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara berlebihan.

B.     Etiologi

1.      Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :

Ø  Pseudomonas Aeruginosa

Ø  Streptococcus

Ø  Staphylococcus

Ø  Aspergillus

2.      Allergen eksternal berupa:

Ø  Kontak dengan kosmetik

Ø  Hair spray

Ø  Earphone

Ø  Anting-anting

Ø  Hearing aid (Alat Bantu Mendengar)

C.     Patoflow diagram

Agen iritan (allergen)

Agen infeksus

Page 17: Askep Omp Dan Oma 2012

Masuk dan kontak dengan lapisan epitel telinga luar

Respon alergi dan respon peradangan dengan/tanpa infeksi

kulit kemerahan           Ggn Rasa Nyaman Nyeri

bengkak

nyeri bila disentuh

obstruksi pada kanal auditorius eksternus       konductive hearing loss          Ggn

Persepsi

Sensory  Pendengaran

D.    Klasifikasi Otitis Eksterna

Otitis Eksternus terbagi atas:

Ø  Otitis Eksterna Akut meliputi Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel) dan Otitis Eksterna Difusi

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)/Bisul adalah infeksi bakteri (Staphylococcus) pada

folikel rambut, biasanya lokasi pada ½ bagian luar dari kanal eksternal. Keluhan klien yang dapat

muncul adalah nyeri, area bengkak dan kemerahan, kemungkinan ditemukan cairan purulen bila

didapatkan furunkelpecah dan lambat laun terjadi gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal.

Intervensi yang diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan tampon yang

diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika.

Otitis Eksterna Difusi adalah infeksi bakteri (Pseudomonas) yang biasanya terjadi pada cuaca

yang panas dan lembab, disebut juga ‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan

tragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang berbau, edema dengan tidak

jelas batasnya serta tidak terdapat furunkel. Intervensi yang diberikan adalah dengan memasukan

tampon yang mengandung antibiotica ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat

dengan kulit yang meradang, juga dapat pula diberikan obat antibiotika sistemik.

Ø  Otitis Eksterna Kronik

Otitis Eksterna Kronis adalah infeksi bakteri yang tidak diobati dengan baik, trauma berulang,

adanya benda asing, penggunaan cetakan telinga pada Alat Bantu Mendengar yang menyebabkan

infeksi kronis.

Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut (sikatrik). Intervensi

kolaboratif adalah dengan cara operasi rekonstruksi liang telinga.

E.     Insiden

1.      Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orang menikmati olahraga air (berenang di danau,

laut atau kolam renang)

Page 18: Askep Omp Dan Oma 2012

2.      Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikus eksterna akan lebih mudah mengalami

infeksi.

F.      Penatalaksanaan

1.      Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.

2.      Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.

3.      Terapi antibiotika local, topical dan sistemik

4.      Terapi analgetik

2.      Proses Keperawatan

A.    Pengkajian

Ø  Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :

-          Nyeri saat pinna dan tragus bergerak

-          Nyeri pada liang telinga

-          Telinga terasa tersumbat

-           Perubahan pendengaran

-          Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan

Ø  Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya

adalah:

-          Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien?

-          Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang di laut, kolam renang ataukah didanau?

-          Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan?

-          Apakah klien pernah mengalami trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan

sebelumnya?

-          Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami trauma pada telinganya?

B.     Diagnosis Keperawatan

1.       Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga b.d reaksi inflamasi, reaksi infeksi pada telinga.

2.      Perubahan persepsi sensory : pendengaran b.d obstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat

infeksi oleh agen bakteri dan allergen.

3.      Resiko tinggi terjadi infeksi b.d perkembangan penyakitnya.

4.      Resiko tinggi injury b.d penurunan proses pendengaran.

5.      Harga diri rendah b.d gangguan pada pendengaran, telinga sakit.

6.       kurang pengetahuan mengenai penyakit penyebab, penatalaksanaan dan prosedur pembedahan.

C.    Intervensi

Page 19: Askep Omp Dan Oma 2012

Prinsip intervensi untuk Otitis Eksterna adalah mengurangi peradangan (infeksi) dan

mengurangi edema serta nyeri yang dirasakan oleh klien, dengan cara :

1.      Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan menggunakan handuk dan air hangat.

2.      Istirahat klien

3.      Membatasi gerakan kepala

4.      Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep telinga

5.      Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya, penyebab terjadinya penyakit tersebut dan

kemungkianan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.

6.      Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usaha atau intervensi yang harus dilakukan bagi

kesembuhannya.

7.      Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlah Earwick, dengan teknik : kassa yang

sudah diberi tetes telinga antibiotika dimasukkan ke kanalis, dilakukan oleh dokter THT.

8.      Kolaborasi terapi antibiotika topical dan steroid

9.      Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acidm (Aspirin Entrophen) dan Acetaminophen

(Tylenol,Abenol).

D.    Evaluasi

Tujuan yang diharapkan adalah :

1.      Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.

2.      Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.

3.      Tidak terjadi infeksi.

4.      Tidak terjadi resiko injury.

5.      Harga diri klien tidak terganggu.

6.      Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan prosedur pembedahan bertambah.

4)      Neoplasma

Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang telinga. Osteoma

adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan

bundar yang menempel pada sepertiga bagian dalam telinga.

Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertropik (biasanya

multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat disebabkan oleh karena

sering berenang dalam air dingin.

Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang telinga dapat segera

disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara dini demikian juga dengan

karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih adalah eksisi bedah.

Page 20: Askep Omp Dan Oma 2012

v   

v  ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila dilihat dari arah

liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.

Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempat melekatnya

tangkai maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya. Tulang pendengaran didalam telinga tengah

saling berhubungan, prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada

inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan

koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida

terdapat daerah yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu lubang yang

menghubungkan daerah nasopharing dengan telinga tengah.

Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti beberapa penelitian

menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum terutama pada anak-anak. Yang

termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya:

A.    Penyakit Membran Timpani

Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang berarti

cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran timpani terjadi secara

primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit yang

mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis.

Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercak putih tebal akibat

timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagai akibat peradangan terdahulu

(timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau

dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis media

kronis dengan keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.

Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes telinga antibiotika

seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau

vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi.

B.     Gangguan Tuba Eustakhius

Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan sepertiga bagian

lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua pertiga medial adalah

fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi, drainage secret dan menghalangi

masuknya secret dari nasopharing ke telinga tengah.

Page 21: Askep Omp Dan Oma 2012

Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan

tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :

·         Perasat Valsava

Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat serta mulut

ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang menekan

membrane timpani kearah lateral seperti “meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi

infeksi pada jalan nafas.

·         Perasat Tyonbee

Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila

tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.

Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi normal.

Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah, sumbatan yang lama

dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang akan memperberat masalah klien. Bila tidak

dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi

sehingga cairan dapat didrainage melalui kanalis akustikus eksternus.

Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan terbuka apabila oksigen

diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.

Karena selalu tertutup inilah maka tuba eustakhius dapat melindungi telinga tengah dari

kontaminasi sekrei telinga tengah dan organism patologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara

lain berupa Tuba Terbuka Abnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi Tuba.

·         Barotrauma

Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah

sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka.

Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu

membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah

kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan

cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas pendengarannya,

autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

a.       Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.

b.      Terapi dekongestan.

c.       Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka dianjurkan untuk tindakan

miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa ventilasi (Grommet).

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet

atau melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam pesawat terbang mulai turun untuk

mendarat.

Page 22: Askep Omp Dan Oma 2012

C.    Gangguan pada Rantai Osikula

Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri dari maleus,

inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke fenestra yang dapat

disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat menghambat transmisi suara ke

tempat lainnya.

Kelainan Kongenital

Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara congenital,

bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam fiksasi stapes. Liang telinga dapat

sama sekali tidak berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal

ini secara fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi

secara dini.

Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan sebelum anak masuk sekolah serta

perunya alat Bantu mendengar yang menempel pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya.

·         Otosklerosis

1.      Pengertian

Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis si daerah kaki

stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan

baik.

Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam

kondisi ini kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.

2.      Patofisiologi

Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh pembentukan tulang

spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis yang mengakibatkan fiksasi stapes yang

menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif.

3.      Etiologi

Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja dengan bentuk dominant

autosomal yang diwariskan.

4.      Insiden

Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat mem perberat kehamilan.

5.      Tanda dan Gejala

a.       Tes Rinne abnormal.

b.      Hilangnya pendengaran secara progesive lambat.

c.       Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karena terjadi peningakatan

vaskularisasi dari telinga tengah.

6.      Penatalaksanaan

Page 23: Askep Omp Dan Oma 2012

a.       Pengangkatan stapes yang diganti dengan prosthesis metallic (stapedektomy).

b.      Penggunaan fluorikal (suplemen fluoride) dapat memperlambat pertumbuhan tulang spongiosa

abnormal.

c.       Pemakaian Alat Bantu Dengar.

7.      Proses Keperawatan klien dengan Post Operasi pada Otosklerosis

a.       Pengkajian :

Fungsi pendengaran :

- Vertigo

- Tinitus

b.      Diagnosa keperawatan dan Intervensi :

DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelah operasi stapedektomy.

c.       Intervensi :

-          Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing

-          Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.

-          Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan kepalanya ke samping dengan telinga

yang dioperasi menghadap ke atas untuk menjaga posisi protese.

-          Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat mual jika diperlukan.

·         Otitits Media

a.       Pengertian

Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius,

antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

b.      Pembagian Otitis Media

Otitis media terbagi atas :

1.      Otitis media supuratif, terdiri dari :

-                      Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)

-                      Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

2.      Otitis media non supuratif, terdiri dari :

-                      Otits Media Serosa Akut (barotraumas)

-                      Otitis Media Serosa Kronis

Disini akan dijelaskan Proses Keperawatan pada klien dengan Otitis Media secara komperhensip.

A.     Otitis Media Akut (OMA)

1.       Pengertian

Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudath. 1997 :2050)

Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari

infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. (CharleneJ.Reevas.2001:16)

2.      Etiologi

Page 24: Askep Omp Dan Oma 2012

Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :

a.       Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella

Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.

b.      Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas,

inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis Alergika)

3.      Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella

Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atau telinga luar melalui tuba eustakhius yang

mengalami infeksi.

Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid mengalami

peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga dan sel-sel udara. Tekanan dalam telinga

tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus

kemudian keluar ke telinga luar.

Gendang telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi. Peradangan biasanya sembuh

dengan pengobataan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi

kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.

4.      Patoflow Otitis Media Akut (OMA)

E/ Mikroorganisme (S.Pnemoniae, H. Influenza, M. Cattharlis)

Yang berasal dari nasopharing dan infeksi telinga

luar masuk ke telinga tengah

telinga tengah radang        Tekanan telinga tengah

Gendang telinga radang, pecah o/k nekrosis ischemia

Mukopus keluar ke telinga tengah            gangguanrasa nyeri

-           Otlagia

-           Demam            peningkatan suhu tubuh

-           Tinnitus                                               gangguan

persepsi pendengaran

-          Kurang pendengaran

5.      Tanda dan Gejala : tergantung berat ringannya infeksi

a.       Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi spontan membrane timpani.

b.      Keluarnya cairan dari telinga

c.       Demam

d.      Kehilangan pendengaran

e.       Tinitus

Page 25: Askep Omp Dan Oma 2012

6.      Stadium Otitis Media Akut

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :

a.       Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di

dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat

dideteksi.

Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

b.      Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)

Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane

timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat

yang serosa sehingga sukar terlihat.

c.       Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta

terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kea

rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga

bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia

akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan

submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di

tempat ini akan terjadi ruptur.

d.      Stadium perforasi

Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi

ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada

keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak.

Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.

e.       Stadium resolusi

Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka

secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda,

maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.

7.      Insiden

Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umum ditemukan pada anak-anak

berumur kurang dari 4 tahun.

8.      Komplikasi

a.       Sukar menyembuh

b.      Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang

c.       Ketulian sementara atau menetap

d.      Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf

facialis, komplikasi intracranial (meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.

9.      Tes diagnostic

Page 26: Askep Omp Dan Oma 2012

a.       Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit

b.      Audiometric impedans, Audiometri Nada Murni

c.       Kultur organism

10.  Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya

a.       Stadium oklusi

Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di telinga

tengah hilang. Pemberian obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas

12 tahun) sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman

bukan virus atau alergi

b.      Stadium presupurasi

Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani terlihat hiperemis

difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.

c.       Stadium supurasi

Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk

menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.

d.      Stadium resolusi

Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.

Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut

1.      Pengkajian

Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik seperti di bawah

ini :

a.       Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien

mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan

pendengaran.

b.      Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.

2.      Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telinga tengah, proses

infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.

Tujuan : meningkatkan rasa nyaman

Intervensi :

-          Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri.

R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis medi tidak sama dengan otitis

eksternal.

-          Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atau asetaminofen setiap 4 kali sehari

sesuai kebutuhan untuk menghilangkan nyeri dan panas.

Page 27: Askep Omp Dan Oma 2012

R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantu menghilangkan inflamasi dari

telinga.

-          Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangi kontraindikasi.

R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan reabsorbsi dari cairan dan

mengurangi bengkak.

-          Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan primer.

R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari membran timpani dengan

tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.

3.      Discharge planning (perencanaan pulang)

Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan, penyebab dan pencegahan

dan pengobatan spesifik yang direkomendasikan atau diperintahkan. Diskusikan masalah dibawah ini

dengan klien dan keluarga :

a.       Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping

b.      Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.

c.       Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga.

B.     Otitis Media Kronis (OMK)

1.      Pengertian

OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya

disebabkan karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath. 1997 : 2052).

OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran

pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah.

(Pricilla Lemone. 2001 : 1496).

2.      Etiologi

-          Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan

disfungsi tuba akustikus.

-          Trauma atau penyakit lain.

3.      Patofisiologi

Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dan tulang

pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit tersebut kambuh.

Prosesus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah ke bagian ini kurang. Klien tidak

pernah mendapatkan suatu komplikasi yang berat.

4.      Tanda dan Gejala

a.       Kehilangan Pendengaran

b.      Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk

Page 28: Askep Omp Dan Oma 2012

c.       Tidak ada nyeri

d.      Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalam berbagai derajat

5.      Test Diagnostik

a.       Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat terihat sebagai massa putih

dibelakang membrane timpani

b.      Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran

6.      Penatalaksanaan

a.       Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap,

pemberian antibiotika tetes

b.      Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi tengah,

mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran

c.       Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutup

lubang perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan yang lebih intensif

struktur telinga tengah

d.      Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan menciptakan

telinga yang aman, kering dan sehat

7.      Kopmplikasi

a.       Kehilangan pendengaran sensorineural

b.      Disfungsi syaraf fasial

c.       Lateral sinus thrombosis

d.      Abses otak atau subdural

e.       Meningitis

C.     Otitis Media Perforasi (OMP)

a.       Pengertian

Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian

tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid yang diikuti dengan rupturnya

membrane tympani dan biasanya terdapat secret yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah ke

telinga bagian luar.

OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan secret

yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening

atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan Prof Nurbaity Sp. THT)

b.      Patofisiologi

Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila

prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media

supuratif subakut.

Page 29: Askep Omp Dan Oma 2012

Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP adalah terapi yang terlambat

diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi

kurang) atau hygiene buruk. Otitis Media Akut perforasi biasanya disebabkan karena adanya

komplikasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas. Sekresi dan inflamasi dari infeksi saluran

pernafasan bagian atas ini dapat menyebabkan terjadnya oklusi tuba Eustachii.

Normalnya, mukosa dari telinga bagian tengah mengabsorpsi udara di liang telinga bagian

tengah. Jika udara tersebut tidak terabsorpsi karena adanyaobstruksi tuba Eustachii, maka akan timbul

suatu tekanan negative yangmenyebabkan terjadinya suatu produksi secret yang serous. Sekret di

telingabagian tengah ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri danmikroba. Dan

dengan adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas,memudahkan masuknya virus atau bakteri ke

telinga tengah. Jikapertumbuhannya cepat, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya infeksitelinga

bagian tengah. Jika infeksi dan inflamasi ini terjadi secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan

perforasi pada membran thympani.

c.       Insiden

Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkina pada pasien

yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam

d.      Tanda dan Gejala

-          Pasien mengeluh kehilangan pendengaran

-          Rasa penuh dalam telinga

-          Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha membuka.

e.       Test Diagnostik

-          Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalam berbagai derajat

-          Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik (tidak terisi sel udara dan mungkin terdapat

rongga dalam tulang akibat erosi oleh kolesteoma)

f.       Penatalaksanaan

-          Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah

menimbulkan masalah bagi pasien

-          Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringan patologis serta eradikasi kuman

-          Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema tuba eustakhius pada kasus barotraumas

v  MASTOIDITIS

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang     terletak pada tulang

temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita

infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada

telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang

timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).

Page 30: Askep Omp Dan Oma 2012

Sumber : www . idmgarut.wordpress.com

Terbagi atas konsep penyakit Mastoditis dan Proses Keperawatan

a.       Konsep Penyakit Mastoiditis

1.      Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel udara

mastoid (Lemone 2004 : 1496)

2.      Patofisiologi

Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan sel bergabung untuk

membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis,

dapat menyebabkan sebuah abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid.

Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat tips

memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini jarang terjadi sejak pemberian

antibiotika yang efektif untuk therapy otitis media.

3.      Patoflow Penyakit Mastoiditis

Tulang septal hancur                                      

Membentuk ruang yang besar                        

Infeksi kronik                                     

Abses, sklerosis tulang

mastoid                                                                                 pendengaran

Nyeri telinga, Kemerahan                                  gangguan rasa nyaman

nyeri

Inflamasi, bengkak, panas, sakit kepala

Pengeluaran cairan dari telinga           gangguan

Kehilangan pendengaran                    persepsi

4.      Tanda dan Gejala

Page 31: Askep Omp Dan Oma 2012

Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu setelah episode dari

otitis media akut dan termasuk :

a.       Sakit telinga

b.      Kehilangan pendengaran

c.       Tampak kemerahan dan inflamasi

d.      Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari normal (retroaurikula).

e.       Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.

f.       Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.

5.      Penatalaksanaan

a.       Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatan yang berhubungan

dengan mastoiditis.

b.      Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegah mastoiditis pada tingkat awal.

c.       Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan pengeluaran untuk

membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.

d.      Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh, tergantung pada luasnya operasi.

e.       Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.

f.       Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan pendengaran klien dan menggunakan

tekhnik komunikasi yang sesuai.

g.      Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo biasanya mengikuti pembedahan.

h.      Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14 hari.

i.        Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi Mastoidektomi, bersama

dennganTimpanoplasti.

j.        Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindari karena dapat meningkatkan

tekanan pada telinga bagian tengah.

6.      Perawatan di rumah

a.       Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian terapi antibiotika dan

menganjurkan untuk follow up.

b.      Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigak untuk perawatan primer.

c.       Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.

           

Proses Keperawatan Untuk Pasien Yang Menjalani Pembedahan Mastoid

1.      Pengkajian

a.       Riwayat kesehatan : penggambaran lengkap masalah telinga, otorea, kehilangan pendengaran

b.      Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau cairan yang keluar

c.       Hasil audiogram harus dikaji

2.      Diagnose Keperawatan

Page 32: Askep Omp Dan Oma 2012

a.       DK : Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran, potensial ganguan

pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

Tujuan : Meredakan ansietas

Intervensi :

-       Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology pada pasien termasuk anastesi,

lokasi insisi dan hasil pembedahan.

-       Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan

b.      DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid

Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman

Intervensi :

-          Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan

-          Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat

Evaluasi :

-          Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri

-          Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau menangis

-          Meminum analgetik bila perlu

c.       DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah terhadap

jaringan dan struktur di sekitarnya

Tujuan : pencegahan infeksi

Intervensi :

-          Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antibiotika sebelum dipasang

-          Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis auditorius eksternus selama 2

minggu

-          Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan di telinga

-          Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu, cairan purulen)

Evaluasi ;

-          Tidak ada tanda atau gejala infeksi

-          Tanda vital normal termasuk suhu

-          Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus

d.      DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan telinga

Tujuan : Memperbaiki komunikasi

Intervensi :

-          Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika berbicara, berbicara jelas dan tegas

tanpa berteriak, memberikan pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.

-          Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.

-          Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.

e.       DK : Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode pascaoperasi segera

Page 33: Askep Omp Dan Oma 2012

-          Perubahan persepsi sensori b.d potensial kerusakan nervus fasialis

-          Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft

-          Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan asuhan pascaoperatif dan

harapan

v  KOLESTEATOMA

a.       Pengertian

Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel/keratin.

b.      Patofisiologi

Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista yang merusak

struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara

dini pada otitis media dengan memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma

sangat berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran.

c.       Etiologi

Komplikasi dari Otitis Media Kronis

d.      Penatalaksanaan

Mastoidektomy dapat menghilangkan kolesteatoma

e.       Komplikasi

Komplikasi terjadi apabila sudah terjadi proses nekrosis tulang yakni :

- Labirinitis

- Meningitis

- Abses otak

(Gambar Kolesteatoma, sumber : www . medicastore.com )

v  MASSA TELINGA TENGAH

a.    jenis-jenis Massa Telinga Tengah

1.      Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis (Brunner & Suddath:  1999;2056)

2.      Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis (Brunner & Suddath: 1999;2056)

Page 34: Askep Omp Dan Oma 2012

3.      Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping darah (Kristal kolesterol)

di dalam telinga tengah (Brunner & Suddath: 1999;2056)

4.      Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga tengah yang dapat mengeras

di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang

b.    Penatalaksanaan

Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa melalui pembedahan, dan

jika tidak memungkinkan pembedahan digunakan erapi radiasi.

Kesimpulan

Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi

kehidupan manusia. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus,

kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Sedangkan Telinga tengah berbentuk kubus yang

terdiri dari membrane timpani, bila dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan

gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke

medial.

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan

Wicara. Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung.

Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa : Agung

Waluyo dkk. EGC. Jakarta.

http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html