Askep Omp Dan Oma 2012
-
Upload
azai-kyousuke -
Category
Documents
-
view
366 -
download
2
Transcript of Askep Omp Dan Oma 2012
hatan sangatlah lu... Mari berbagi imu... Sebaik-baiknya Manusia.. Adalah
ASKEP PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA PURULENTA (OMP)
I.Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada
anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
II.Penyebab
Streptococcus.
Stapilococcus.
Diplococcus pneumonie.
Hemopilus influens.
Otitis Media
Otitis media supuratif Otitis media non Supuratif
(Otitis media serosa)
Otitis media akut (OMA) Otitis media serosa akut (lebih 2 bulan)
Otitis media supuratip kronis Otitis media serosa kronis (OMSK) (Glue ear)
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
I.Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).
II.Patofisiologi
O M S K
Maligna Benigna
Degeneratif Metaplastik
Terlihat kolesteatom pada telingaTerdapat perforasi pada marginal/atik.
Granulasi di liang telinga luar yang tengah (di epitimpanum).
Sekret berbentuk nanah danberasal dari dalam telinga tengah.
Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)
Otore = pus pada MAE
(kental/busuk)
Gangguan berkomunikasi Cemas
Pendengaran menurun
Perubahan persepsi / sensori
III.Pemeriksaan :
a.Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1.Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah
secara bertahap dan sudah berapa lamanya.
Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemekaian obat
ototoksik sebelumnya.
Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat
dan meningitis.
Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau
pada tenpat yang tenang.
2.Suara berdenging/berdengung (tinitus)
Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di
kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.
Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.
3.Rasa pusing yang berputar (vertigo).
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring
dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga
berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis
seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-
kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit
DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan
keluhan vertigo dan tinitus.
4.Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.
Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang
servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
5.Keluar cairan dari telinga (otore)
Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah
berapa lama.
Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan
bersifat mukoid umumnya berasal dari teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan
adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat
atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor
serebrospinal.
b.Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan
perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dnegan
bantuan audiometrik.
Tujuan :
1.Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
2.Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
3.Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
4.Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari
telinga tengah (sistem neurologi).
Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar
suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya
normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingakt normal.
IV.Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak
cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di sebabkan oleh satu atau
beberapa keadaan, yaitu :
1.Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.
2.Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3.Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4.Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau radikal).
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak
diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol
supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat
cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.
iV. Tindakan Pembedahan
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini
untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan melalui 2
jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh
para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.
B. Fokus Pengkajian :
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya
pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt
nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat
sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam
telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu
lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan.
Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat
penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit
pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi
telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga
dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop
dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.
C. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
1.Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
Tulisan
Berbicara
Bahasa isyarat.
2.Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a.Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas
langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b.Jika klien dapat membaca ucapan :
Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi
anda.
c.Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
d.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung
berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
3.Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
Bicara dengan jelas, menghadap individu.
Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
1.Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang
akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2.Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh
klien.
3.Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan
baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
2.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau
kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat
fungsional.
Intervensi Keperawatan :
1.Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
2.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah
terjadinya ketulian lebih jauh.
3.Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
1.Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.
2.Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak
secara permanen.
4.Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
3.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
1.Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi
pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
2.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
3.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat
membantu klien.
Rasional :
1.Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2.Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3.Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4.Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat
membantu klien.
5.Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd
Edition : WB Sauders.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI :
Jakarta.
Diposkan oleh GweN di 10:25
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar Link ke posting iniBuat sebuah LinkPosting Lebih BaruPosting
LamaBerandaPoskan Komentar (Atom)
ASUHAN KEPERAWATANSENIN, 03 JANUARI 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
SENSORINEURAL (GANGGUAN PENDENGARAN)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
SENSORINEURAL (GANGGUAN PENDENGARAN)
1. Anatomi Fisiologi Telinga
Sumber : http://media.photobucket.com
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Telinga Luar, terdiri dari :
a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada Sisi kepala. Pinna
membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus.
b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian
medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE
adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika
membuka dan menutup mulut.
c. Kanalis Auditorius Exsternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebutjuga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri
dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran
timpani.
2. Telinga Tengah, terdiri dari :
a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai
malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya.
b. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran
yang meliputi :
1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.
3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.
c. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani,
antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini
berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d. Tuba Auditiva Eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring kebawah agak
ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan
masuknya udara luar ke dalam telinga.
3. Telinga Dalam, terdiri dari :
telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat
organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII
(nervus fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan lurus
membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong
sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan
membrantektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke
dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
v ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus, kanalis
auditorius eksternus dan membran timpani. Pinna merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit.
Kanalis auditorius eksternus memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian
medial.
Telinga luar berfungsi menggumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-
struktur telinga tengah, karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang
melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membrane timpani dari trauma,
benda asing dan efek termal. Salah satu perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan
pembentukan serumen atau kotoran telinga, yang sebagian besar terdiri dari struktur kelenjar sebasea
dan apokrin.
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi telinga luar adalah :
1) Malformasi congenital
Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat gangguan
perkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah :
a. Atresia Liang Telinga
Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga oleh factor genetic
seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida.
Manifestasi klinis yang tampak adalah daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia
sehingga tindakan yang dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan
memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.
b. Mikrotia atau Makrotia
Gambar Mikrotia
Sumber : www . microtia.bikinsitus.com & www.kbb.uludag.edu.tr
Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum deformitas pinna
berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga tengah dalam derajat yang dapat
diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum
anak berinteraksi di lingkungan sekolah.
c. Fistula Preaurikular
Sumber : www . cechin.com.ar
Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan tenang tampak
muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dan dari muara tersebut sering
keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea.
d. Lop Ear (Bat’s Ear)
Lopp Ear, Sumber : www.nzma.org.nz
Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak lebih lebar dan lebih
berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika.
2) Trauma
Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan
kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :
a. Laserasi
Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok telinga dengan jari
atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan
b. Frostbite
Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin
dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti dengan mengguyur telinga yang terkena
dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF sampai terlihat tanda-tanda pencairan.
c. Hematoma
Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol
jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi
steril diikuti dengan pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau
petinju perlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.
3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus
a. Serumen
Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagia kartilaginosa liang
telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk
dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah
kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.
Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi
akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga
akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan gangguan
pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan mengembang sehingga
menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran. Interfensi kolaboratif yang dianjurkan
adalah :
1. Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti minyak mineral, H2O2 3%,
2. Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H2O2 3%, dalam melakukan irigasi ini
harus berhati-hati agar tidak merusak membrane timpani dan jika tidak dapat memastikan keutuhan
membrane timpaniu sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
3. Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya dilakukan penghisapan
dengan menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.
b. Benda Asing
Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :
1. Benda hidup seperti serangga (kecoa, semut atau nyamuk)
2. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral ?(kacang kacangan, karet
penghapusan, potongan korek api, dll)
Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien dengan dokter ,
karena usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri seringkali akan mendorong benda asing
lebih ke dalam. Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :
a. Bila benda asing berupa serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu sebelum serangga
dikeluarkan, dengan memasukan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan misalkan
larutan rivanol ke liang telinga selama 10 menit, lalu lakukan irigasi dengan air sesuai suhu tubuh
untuk mengeluar-kannya.
b. Bila benda asing berupa kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang berguna untuk
melunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi dengan air untuk mengeluarkannya.
c. Bila benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang kecil dapat diambil
dengan kunam atau pengait.
c. Otitis Eksternus
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini,
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,
inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41
%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).
Terbagi atas Konsep Otitis Eksternus dan Proses Keperawatannya
1. Konsep Otitis Eksternus
A. Pengertian
· Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat
terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit.
· Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman maupun jamur
(otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di
liang telinga dan kecenderungan untuk
kambuhan.
Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis Autikus Eksternal atau
Aurikula. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi
a. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.
b. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu tubuh dan kelembaban.
c. Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara berlebihan.
B. Etiologi
1. Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :
Ø Pseudomonas Aeruginosa
Ø Streptococcus
Ø Staphylococcus
Ø Aspergillus
2. Allergen eksternal berupa:
Ø Kontak dengan kosmetik
Ø Hair spray
Ø Earphone
Ø Anting-anting
Ø Hearing aid (Alat Bantu Mendengar)
C. Patoflow diagram
Agen iritan (allergen)
Agen infeksus
Masuk dan kontak dengan lapisan epitel telinga luar
Respon alergi dan respon peradangan dengan/tanpa infeksi
kulit kemerahan Ggn Rasa Nyaman Nyeri
bengkak
nyeri bila disentuh
obstruksi pada kanal auditorius eksternus konductive hearing loss Ggn
Persepsi
Sensory Pendengaran
D. Klasifikasi Otitis Eksterna
Otitis Eksternus terbagi atas:
Ø Otitis Eksterna Akut meliputi Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel) dan Otitis Eksterna Difusi
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)/Bisul adalah infeksi bakteri (Staphylococcus) pada
folikel rambut, biasanya lokasi pada ½ bagian luar dari kanal eksternal. Keluhan klien yang dapat
muncul adalah nyeri, area bengkak dan kemerahan, kemungkinan ditemukan cairan purulen bila
didapatkan furunkelpecah dan lambat laun terjadi gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal.
Intervensi yang diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan tampon yang
diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika.
Otitis Eksterna Difusi adalah infeksi bakteri (Pseudomonas) yang biasanya terjadi pada cuaca
yang panas dan lembab, disebut juga ‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan
tragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang berbau, edema dengan tidak
jelas batasnya serta tidak terdapat furunkel. Intervensi yang diberikan adalah dengan memasukan
tampon yang mengandung antibiotica ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang, juga dapat pula diberikan obat antibiotika sistemik.
Ø Otitis Eksterna Kronik
Otitis Eksterna Kronis adalah infeksi bakteri yang tidak diobati dengan baik, trauma berulang,
adanya benda asing, penggunaan cetakan telinga pada Alat Bantu Mendengar yang menyebabkan
infeksi kronis.
Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut (sikatrik). Intervensi
kolaboratif adalah dengan cara operasi rekonstruksi liang telinga.
E. Insiden
1. Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orang menikmati olahraga air (berenang di danau,
laut atau kolam renang)
2. Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikus eksterna akan lebih mudah mengalami
infeksi.
F. Penatalaksanaan
1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.
2. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.
3. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
4. Terapi analgetik
2. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Ø Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
- Nyeri saat pinna dan tragus bergerak
- Nyeri pada liang telinga
- Telinga terasa tersumbat
- Perubahan pendengaran
- Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan
Ø Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya
adalah:
- Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien?
- Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang di laut, kolam renang ataukah didanau?
- Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan?
- Apakah klien pernah mengalami trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan
sebelumnya?
- Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami trauma pada telinganya?
B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga b.d reaksi inflamasi, reaksi infeksi pada telinga.
2. Perubahan persepsi sensory : pendengaran b.d obstruksi pada kanalis akustikus eksternus akibat
infeksi oleh agen bakteri dan allergen.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d perkembangan penyakitnya.
4. Resiko tinggi injury b.d penurunan proses pendengaran.
5. Harga diri rendah b.d gangguan pada pendengaran, telinga sakit.
6. kurang pengetahuan mengenai penyakit penyebab, penatalaksanaan dan prosedur pembedahan.
C. Intervensi
Prinsip intervensi untuk Otitis Eksterna adalah mengurangi peradangan (infeksi) dan
mengurangi edema serta nyeri yang dirasakan oleh klien, dengan cara :
1. Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan menggunakan handuk dan air hangat.
2. Istirahat klien
3. Membatasi gerakan kepala
4. Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep telinga
5. Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya, penyebab terjadinya penyakit tersebut dan
kemungkianan rencana pembedahan yang akan dilakukan pada klien.
6. Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usaha atau intervensi yang harus dilakukan bagi
kesembuhannya.
7. Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlah Earwick, dengan teknik : kassa yang
sudah diberi tetes telinga antibiotika dimasukkan ke kanalis, dilakukan oleh dokter THT.
8. Kolaborasi terapi antibiotika topical dan steroid
9. Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acidm (Aspirin Entrophen) dan Acetaminophen
(Tylenol,Abenol).
D. Evaluasi
Tujuan yang diharapkan adalah :
1. Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.
2. Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.
3. Tidak terjadi infeksi.
4. Tidak terjadi resiko injury.
5. Harga diri klien tidak terganggu.
6. Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan prosedur pembedahan bertambah.
4) Neoplasma
Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang telinga. Osteoma
adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan
bundar yang menempel pada sepertiga bagian dalam telinga.
Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertropik (biasanya
multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat disebabkan oleh karena
sering berenang dalam air dingin.
Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang telinga dapat segera
disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara dini demikian juga dengan
karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih adalah eksisi bedah.
v
v ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila dilihat dari arah
liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk
kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.
Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempat melekatnya
tangkai maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya. Tulang pendengaran didalam telinga tengah
saling berhubungan, prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu lubang yang
menghubungkan daerah nasopharing dengan telinga tengah.
Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti beberapa penelitian
menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum terutama pada anak-anak. Yang
termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya:
A. Penyakit Membran Timpani
Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif yang berarti
cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran timpani terjadi secara
primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit yang
mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis.
Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercak putih tebal akibat
timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagai akibat peradangan terdahulu
(timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau
dapat menonjol bila terdapat cairan, infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis media
kronis dengan keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.
Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes telinga antibiotika
seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya bulging atau
vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi.
B. Gangguan Tuba Eustakhius
Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing dan sepertiga bagian
lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan dua pertiga medial adalah
fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk ventilasi, drainage secret dan menghalangi
masuknya secret dari nasopharing ke telinga tengah.
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan
tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :
· Perasat Valsava
Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung dipijat serta mulut
ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk kedalam telinga tengah yang menekan
membrane timpani kearah lateral seperti “meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi
infeksi pada jalan nafas.
· Perasat Tyonbee
Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta mulut ditutup. Bila
tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.
Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang berfungsi normal.
Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam telinga tengah, sumbatan yang lama
dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang akan memperberat masalah klien. Bila tidak
dapat diatasi dengan pengobatan, maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi
sehingga cairan dapat didrainage melalui kanalis akustikus eksternus.
Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.
Karena selalu tertutup inilah maka tuba eustakhius dapat melindungi telinga tengah dari
kontaminasi sekrei telinga tengah dan organism patologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara
lain berupa Tuba Terbuka Abnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi Tuba.
· Barotrauma
Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal membuka.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah
kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan
cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas pendengarannya,
autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus dan vertigo.
Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.
b. Terapi dekongestan.
c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka dianjurkan untuk tindakan
miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa ventilasi (Grommet).
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet
atau melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam pesawat terbang mulai turun untuk
mendarat.
C. Gangguan pada Rantai Osikula
Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang terdiri dari maleus,
inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane tympani ke fenestra yang dapat
disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses congenital dapat menghambat transmisi suara ke
tempat lainnya.
Kelainan Kongenital
Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi secara congenital,
bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam fiksasi stapes. Liang telinga dapat
sama sekali tidak berkembang atau berujung buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal
ini secara fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi
secara dini.
Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan sebelum anak masuk sekolah serta
perunya alat Bantu mendengar yang menempel pada tulang pendengaran agar anak dapat berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.
· Otosklerosis
1. Pengertian
Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis si daerah kaki
stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan
baik.
Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam
kondisi ini kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.
2. Patofisiologi
Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh pembentukan tulang
spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis yang mengakibatkan fiksasi stapes yang
menyebabkan kehilangan pendengaran konduktif.
3. Etiologi
Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja dengan bentuk dominant
autosomal yang diwariskan.
4. Insiden
Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat mem perberat kehamilan.
5. Tanda dan Gejala
a. Tes Rinne abnormal.
b. Hilangnya pendengaran secara progesive lambat.
c. Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karena terjadi peningakatan
vaskularisasi dari telinga tengah.
6. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan stapes yang diganti dengan prosthesis metallic (stapedektomy).
b. Penggunaan fluorikal (suplemen fluoride) dapat memperlambat pertumbuhan tulang spongiosa
abnormal.
c. Pemakaian Alat Bantu Dengar.
7. Proses Keperawatan klien dengan Post Operasi pada Otosklerosis
a. Pengkajian :
Fungsi pendengaran :
- Vertigo
- Tinitus
b. Diagnosa keperawatan dan Intervensi :
DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelah operasi stapedektomy.
c. Intervensi :
- Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing
- Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.
- Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan kepalanya ke samping dengan telinga
yang dioperasi menghadap ke atas untuk menjaga posisi protese.
- Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat mual jika diperlukan.
· Otitits Media
a. Pengertian
Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
b. Pembagian Otitis Media
Otitis media terbagi atas :
1. Otitis media supuratif, terdiri dari :
- Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)
- Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)
2. Otitis media non supuratif, terdiri dari :
- Otits Media Serosa Akut (barotraumas)
- Otitis Media Serosa Kronis
Disini akan dijelaskan Proses Keperawatan pada klien dengan Otitis Media secara komperhensip.
A. Otitis Media Akut (OMA)
1. Pengertian
Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner and Sudath. 1997 :2050)
Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari
infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. (CharleneJ.Reevas.2001:16)
2. Etiologi
Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :
a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella
Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.
b. Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas,
inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis Alergika)
3. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella
Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atau telinga luar melalui tuba eustakhius yang
mengalami infeksi.
Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid mengalami
peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga dan sel-sel udara. Tekanan dalam telinga
tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus
kemudian keluar ke telinga luar.
Gendang telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi. Peradangan biasanya sembuh
dengan pengobataan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi
kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.
4. Patoflow Otitis Media Akut (OMA)
E/ Mikroorganisme (S.Pnemoniae, H. Influenza, M. Cattharlis)
Yang berasal dari nasopharing dan infeksi telinga
luar masuk ke telinga tengah
telinga tengah radang Tekanan telinga tengah
Gendang telinga radang, pecah o/k nekrosis ischemia
Mukopus keluar ke telinga tengah gangguanrasa nyeri
- Otlagia
- Demam peningkatan suhu tubuh
- Tinnitus gangguan
persepsi pendengaran
- Kurang pendengaran
5. Tanda dan Gejala : tergantung berat ringannya infeksi
a. Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi spontan membrane timpani.
b. Keluarnya cairan dari telinga
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinitus
6. Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :
a. Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di
dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat
dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
b. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane
timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kea
rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia
akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan
submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di
tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi
ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada
keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak.
Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi maka
secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda,
maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.
7. Insiden
Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umum ditemukan pada anak-anak
berumur kurang dari 4 tahun.
8. Komplikasi
a. Sukar menyembuh
b. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
c. Ketulian sementara atau menetap
d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan saraf
facialis, komplikasi intracranial (meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.
9. Tes diagnostic
a. Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit
b. Audiometric impedans, Audiometri Nada Murni
c. Kultur organism
10. Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
a. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di telinga
tengah hilang. Pemberian obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas
12 tahun) sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adalah kuman
bukan virus atau alergi
b. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani terlihat hiperemis
difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.
c. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk
menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
d. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.
Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut
1. Pengkajian
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik seperti di bawah
ini :
a. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah sebelumnya klien
mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan
pendengaran.
b. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.
2. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telinga tengah, proses
infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.
Tujuan : meningkatkan rasa nyaman
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri.
R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis medi tidak sama dengan otitis
eksternal.
- Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atau asetaminofen setiap 4 kali sehari
sesuai kebutuhan untuk menghilangkan nyeri dan panas.
R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantu menghilangkan inflamasi dari
telinga.
- Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangi kontraindikasi.
R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan reabsorbsi dari cairan dan
mengurangi bengkak.
- Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan primer.
R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari membran timpani dengan
tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.
3. Discharge planning (perencanaan pulang)
Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan, penyebab dan pencegahan
dan pengobatan spesifik yang direkomendasikan atau diperintahkan. Diskusikan masalah dibawah ini
dengan klien dan keluarga :
a. Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping
b. Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.
c. Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga.
B. Otitis Media Kronis (OMK)
1. Pengertian
OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya
disebabkan karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath. 1997 : 2052).
OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran
pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah.
(Pricilla Lemone. 2001 : 1496).
2. Etiologi
- Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan
disfungsi tuba akustikus.
- Trauma atau penyakit lain.
3. Patofisiologi
Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dan tulang
pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya penyakit tersebut kambuh.
Prosesus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah ke bagian ini kurang. Klien tidak
pernah mendapatkan suatu komplikasi yang berat.
4. Tanda dan Gejala
a. Kehilangan Pendengaran
b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk
c. Tidak ada nyeri
d. Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalam berbagai derajat
5. Test Diagnostik
a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat terihat sebagai massa putih
dibelakang membrane timpani
b. Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran
6. Penatalaksanaan
a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap,
pemberian antibiotika tetes
b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi tengah,
mencegah infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran
c. Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutup
lubang perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan yang lebih intensif
struktur telinga tengah
d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan menciptakan
telinga yang aman, kering dan sehat
7. Kopmplikasi
a. Kehilangan pendengaran sensorineural
b. Disfungsi syaraf fasial
c. Lateral sinus thrombosis
d. Abses otak atau subdural
e. Meningitis
C. Otitis Media Perforasi (OMP)
a. Pengertian
Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid yang diikuti dengan rupturnya
membrane tympani dan biasanya terdapat secret yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah ke
telinga bagian luar.
OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan secret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening
atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan Prof Nurbaity Sp. THT)
b. Patofisiologi
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media
supuratif subakut.
Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP adalah terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi
kurang) atau hygiene buruk. Otitis Media Akut perforasi biasanya disebabkan karena adanya
komplikasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas. Sekresi dan inflamasi dari infeksi saluran
pernafasan bagian atas ini dapat menyebabkan terjadnya oklusi tuba Eustachii.
Normalnya, mukosa dari telinga bagian tengah mengabsorpsi udara di liang telinga bagian
tengah. Jika udara tersebut tidak terabsorpsi karena adanyaobstruksi tuba Eustachii, maka akan timbul
suatu tekanan negative yangmenyebabkan terjadinya suatu produksi secret yang serous. Sekret di
telingabagian tengah ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri danmikroba. Dan
dengan adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas,memudahkan masuknya virus atau bakteri ke
telinga tengah. Jikapertumbuhannya cepat, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya infeksitelinga
bagian tengah. Jika infeksi dan inflamasi ini terjadi secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan
perforasi pada membran thympani.
c. Insiden
Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkina pada pasien
yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam
d. Tanda dan Gejala
- Pasien mengeluh kehilangan pendengaran
- Rasa penuh dalam telinga
- Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha membuka.
e. Test Diagnostik
- Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalam berbagai derajat
- Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik (tidak terisi sel udara dan mungkin terdapat
rongga dalam tulang akibat erosi oleh kolesteoma)
f. Penatalaksanaan
- Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah
menimbulkan masalah bagi pasien
- Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringan patologis serta eradikasi kuman
- Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema tuba eustakhius pada kasus barotraumas
v MASTOIDITIS
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita
infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada
telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang
timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).
Sumber : www . idmgarut.wordpress.com
Terbagi atas konsep penyakit Mastoditis dan Proses Keperawatan
a. Konsep Penyakit Mastoiditis
1. Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel udara
mastoid (Lemone 2004 : 1496)
2. Patofisiologi
Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan sel bergabung untuk
membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis,
dapat menyebabkan sebuah abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid.
Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat tips
memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini jarang terjadi sejak pemberian
antibiotika yang efektif untuk therapy otitis media.
3. Patoflow Penyakit Mastoiditis
Tulang septal hancur
Membentuk ruang yang besar
Infeksi kronik
Abses, sklerosis tulang
mastoid pendengaran
Nyeri telinga, Kemerahan gangguan rasa nyaman
nyeri
Inflamasi, bengkak, panas, sakit kepala
Pengeluaran cairan dari telinga gangguan
Kehilangan pendengaran persepsi
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu setelah episode dari
otitis media akut dan termasuk :
a. Sakit telinga
b. Kehilangan pendengaran
c. Tampak kemerahan dan inflamasi
d. Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari normal (retroaurikula).
e. Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.
f. Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatan yang berhubungan
dengan mastoiditis.
b. Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegah mastoiditis pada tingkat awal.
c. Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan pengeluaran untuk
membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.
d. Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh, tergantung pada luasnya operasi.
e. Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.
f. Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan pendengaran klien dan menggunakan
tekhnik komunikasi yang sesuai.
g. Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo biasanya mengikuti pembedahan.
h. Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14 hari.
i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi Mastoidektomi, bersama
dennganTimpanoplasti.
j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindari karena dapat meningkatkan
tekanan pada telinga bagian tengah.
6. Perawatan di rumah
a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian terapi antibiotika dan
menganjurkan untuk follow up.
b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigak untuk perawatan primer.
c. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.
Proses Keperawatan Untuk Pasien Yang Menjalani Pembedahan Mastoid
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan : penggambaran lengkap masalah telinga, otorea, kehilangan pendengaran
b. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau cairan yang keluar
c. Hasil audiogram harus dikaji
2. Diagnose Keperawatan
a. DK : Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran, potensial ganguan
pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.
Tujuan : Meredakan ansietas
Intervensi :
- Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology pada pasien termasuk anastesi,
lokasi insisi dan hasil pembedahan.
- Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan
b. DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid
Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman
Intervensi :
- Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan
- Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat
Evaluasi :
- Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri
- Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau menangis
- Meminum analgetik bila perlu
c. DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah terhadap
jaringan dan struktur di sekitarnya
Tujuan : pencegahan infeksi
Intervensi :
- Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antibiotika sebelum dipasang
- Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis auditorius eksternus selama 2
minggu
- Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan di telinga
- Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu, cairan purulen)
Evaluasi ;
- Tidak ada tanda atau gejala infeksi
- Tanda vital normal termasuk suhu
- Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus
d. DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan telinga
Tujuan : Memperbaiki komunikasi
Intervensi :
- Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika berbicara, berbicara jelas dan tegas
tanpa berteriak, memberikan pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.
- Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.
- Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.
e. DK : Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode pascaoperasi segera
- Perubahan persepsi sensori b.d potensial kerusakan nervus fasialis
- Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft
- Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan asuhan pascaoperatif dan
harapan
v KOLESTEATOMA
a. Pengertian
Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel/keratin.
b. Patofisiologi
Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista yang merusak
struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara
dini pada otitis media dengan memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma
sangat berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran.
c. Etiologi
Komplikasi dari Otitis Media Kronis
d. Penatalaksanaan
Mastoidektomy dapat menghilangkan kolesteatoma
e. Komplikasi
Komplikasi terjadi apabila sudah terjadi proses nekrosis tulang yakni :
- Labirinitis
- Meningitis
- Abses otak
(Gambar Kolesteatoma, sumber : www . medicastore.com )
v MASSA TELINGA TENGAH
a. jenis-jenis Massa Telinga Tengah
1. Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis (Brunner & Suddath: 1999;2056)
2. Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis (Brunner & Suddath: 1999;2056)
3. Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping darah (Kristal kolesterol)
di dalam telinga tengah (Brunner & Suddath: 1999;2056)
4. Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga tengah yang dapat mengeras
di seputar osikulus sebagai akibta infeksi berulang
b. Penatalaksanaan
Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa melalui pembedahan, dan
jika tidak memungkinkan pembedahan digunakan erapi radiasi.
Kesimpulan
Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus eksternus,
kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Sedangkan Telinga tengah berbentuk kubus yang
terdiri dari membrane timpani, bila dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan
gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke
medial.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan
Wicara. Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung.
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa : Agung
Waluyo dkk. EGC. Jakarta.
http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html