Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

17
Askep lansia dengan gangguan sosiokultural BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain- lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang- orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor- faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut. Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah perubahan- perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian

Transcript of Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

Page 1: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

Askep lansia dengan gangguan sosiokultural

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

            Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan

kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu

cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa

secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah

kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian

dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi

aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973),

timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-

faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang

berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan

sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut

sebagai perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah

perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian ’senilitas’ adalah

perubahan¬-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin memburuknya

kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya

adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma

itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.

Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup

masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia

lanjut. Demikian pula di Indonesia.

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu

ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal

tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan

pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.

Page 2: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,

tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap

akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai

dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan mental

seperti menarik diri.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.

Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati

hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang

sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

• Penurunan kondisi fisik

• Penurunan fungsi dan potensi seksual

• Perubahan aspek psikososial

• Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan

• Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya maka penulis

merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalahnya

antara lain :

1.      Apakah definisi dari Isolasi dan Menarik Diri?

2.      Apakah etiologi dari Menarik Diri?

3.      Apa saja Faktor Predisposisi?

4.      Apa saja Faktor Presifitasi?

5.      Apa saja Tanda dan Gejala?

6.      Apa saja Rentang Respon?

7.      Apa saja Karakteristik Perilaku?

8.      Apa saja Permasalahan?

1.3. Tujuan

1.3.1.      Tujuan Umum

Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan lansia dengan masalah sosio

cultural.        

1.3.2.      Tujuan Khusus

Page 3: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa/ mahasiswi mengetahui

dan dapat melakukan hal sebagai berikut :

1.        Mengetahui definisi dari Isolasi dan Menarik Diri?

2.        Mengetahui etiologi dari Menarik Diri?

3.        Mengetahui Faktor Predisposisi

4.        Mengetahui Faktor Presifitasi

5.        Mengetahui Tanda dan Gejala

6.        Mengetahui Rentang Respon

7.        Mengetahui Karakteristik Perilaku

8.        Mengetahui Permasalahan

Page 4: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

BAB II

KONSEP DASAR TEORITIS

2.1. Definisi

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-

cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh

melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga

ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan

yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006).

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain

tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam(Towsend,1998)

Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan

orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai

kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan

dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi

pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang

utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi

sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu

terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

 

2.2. Etiologi

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang

ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga

dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)

Page 5: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

2.3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan

perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang

lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang

lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang

parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri

atau dalam kombinasi.

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga

atau keturunan.

2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah

yang ditujukan kepada diri sendiri.

3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau

yang sangat berarti.

4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri

rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap sesuatu

5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh

evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan

seseorang.

2.4.  Faktor Presifitasi

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya

stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah

dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti

dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari

lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).

2.5. Tanda dan Gejala

1.    Apatis, ekspresi, afek tumpul.

2.    Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain.

3.    Komunikasi kurang atau tidak ada.

4.    Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

Page 6: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

5.    Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.

6.    Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak

bercakap-cakap.

7.    Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga

sehari-hari tidak dilakukan.

2.6.  Rentang Respon

1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa

yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk

menentukan langkah selanjutnya.

2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide

pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana

individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu

dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan dalam

membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya diri atau

kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang

menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan

sosial secara mendalam.

8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain.

Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cembru, iri hati, dan

berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa

bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

2.7 Karakteristik Perilaku

1.      Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.

2.      Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.

3.      Kemunduran secara fisik.

4.      Tidur berlebihan.

5.      Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.

Page 7: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

6.      Banyak tidur siang.

7.      Kurang bergairah.

8.      Tidak memperdulikan lingkungan.

9.      Kegiatan menurun.

10.  Immobilisasai.

11.  Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).

12.  Keinginan seksual menurun.

2.8 Permasalahan

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut Usia,

antara lain sebagai berikut :

1. Permasalahan Umum

a.    Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b.    Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang

diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan

keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil.

c.    Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu

kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan

efisien, yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.

d.   Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih

terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan berbagai bidang

pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

e.    Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia.

2. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan khusus yang

berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:

a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental

maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan

dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.

b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut Usia

menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka yang merasa

sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.

Page 8: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda dan tingkat

pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat mengisi

lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.

d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan bantuan dari

berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat

individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari

kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai

budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian dari

kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan

kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak

mempunyai kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian

generasi muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup

sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan

masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua dan muda.

Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara

terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi dan

urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia. Terkosentrasinya dan

penyebaran pembangunan yang belum merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk

lanjut usia di kota dan di desa.

2.9 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial

A. Pengkajian

• Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,

informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

• Orang-orang terdekat

Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya,

pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.

• Kultural

Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit), nilai-

nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang

Page 9: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan

mengenai perawatan dan pengobatan.

• Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau

tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan

kegiatan sehari – hari , dependen.

• Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /frustasi berulang,

tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba

misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu

karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)

perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang

berlangsung lama.

• Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang

dialami oleh klien.

• Aspek Psikososial

1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2. Konsep diri

a) Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan

tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,

persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan

keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil

keputusan

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah,

PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu

tinggi.

e) Harga diri

Page 10: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan

sosial , merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.

3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang lain

terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

4. Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).

• Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai

pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain ,

Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

• Kebutuhan persiapan pulang.

1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan

merapikan pakaian.

3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah

5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

• Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang

lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

• Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy

okopasional, TAK , dan rehabilitas.

3.0 Diagnosa Keperawatan

A. Pengertian

Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun

potensial (Stuart and Sundeen, 1995)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah

sebagai berikut :

• Isolasi sosial : menarik diri

• Gangguan konsep diri: harga diri rendah

• Resiko perubahan sensori persepsi

• Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain

• Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

Page 11: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

• Intoleransi aktifitas.

• Kekerasan resiko tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan pada peristiwa-

peristiwa kehidupan.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem saraf;

kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan

masalah.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien; keyakinan kesehatan, nilai

spiritual, pengaruh kultural.

Page 12: Askep Lansia Dengan Gangguan Sosiokultural

DAFTAR PUSTAKA

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai

Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

E. Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.