Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

13
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK MUSKULOSKELETAL “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DEFORMITAS KOLUMNA VERTEBRALIS LORDOSIS” Kelompok : III (Tiga) Dosen pengampuh : Ns. Reni Devianti Usman, M. Kep. Sp. KMB

description

lordosis

Transcript of Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

Page 1: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

MUSKULOSKELETAL

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DEFORMITAS

KOLUMNA VERTEBRALIS LORDOSIS”

Kelompok : III (Tiga)

Dosen pengampuh : Ns. Reni Devianti Usman, M. Kep. Sp. KMB

KONSENTRASI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

KELOMPOK III

Nama Nim

La Ode Abdul Rizal K1A2 14 014

Esra Lasganda Sitorus K1A2 14 023

Muh. Ikhsan Fadli Nanlohy K1A2 14 027

Popi Asmayanti K1A2 14 019

Hernia K1A2 14 017

Verawati K1A2 14 002

Amelia Nur Hasana K1A2 14 020

Hasriani K1A2 14 011

Page 3: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

1. definisi

Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas bokong melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang belakang penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.

Lordosis adalah kelainan pada vertebra lumbalis yang mengalami deviasi secara berlebihan kebagian anterior. Orang yang mengalami kelainan ini, pinggangnya terlihat lebih menonjol kedepan. Lordosis bisa disebabkan karenaperut penderita yang terlalu besar (obesitas atau kehamilan), riketsia, atau kebiasaan yang salah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya berbagai gejala, seperti nyeripunggung bawah dan mengganggu pergerakan penderita, serta dapat juga menimbulkan gangguan kencing dan buang air besar.

2. etiologi

Umumnya lordosis idiopatik terjadi pada anak-anak. Hal ini disebut benign juvenile lordosis. Namun, lordosis dapat terkena pada umur berapapun. Penyebab lainnya adalah :

Obesitas (kegemukan yang berlebih) Osteoporosis (hilangnya kepadatan tulang) Discitis (peradanganpadadiskus spinal vertebra) Postur tubuh yang buruk Spondylolisthesis (pergeseran verterbra) Achondroplasia (kelainan herediter congenital pada pembentukan kartilago)

3. manifestasi klinik

Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler,gangguan perkembangan paha, dan gangguan Neoromuskuler. Pada lordosis, umumnya pasien tidak mengeluhkan gejala apapun, namun jika mengalami hiperlordosis, maka gejala yang timbul adalah berupa nyeri punggung bawah hingga terganggunya cara berjalan. Nyeri punggung, nyeri yang menjalar ke tungkai dan perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini,dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter atau ahli terapi tulang belakang yang berpengalaman . Selain itu, gejala lordosis juga sering kali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya , atau dapat di akibatkan oleh infeksi atau cedera tulang belakang.

4. patofisologi

Page 4: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

Tidak ditemukan sumber yang jelas mengenai patomekanisme terjadinya lordosis.Namun hal-hal yang berkaitan dan merupakan factor resiko terjadinya lordosis pada seseorang adalah usia, jenis kelamin, kegemukan, kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang tinggi, etnis, pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.

lordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong. gejala lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya ditandai dengan salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk”.

5. pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cara:

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).

Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang belakang.

Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya.

Magnetic resonance imaging (MRI) Computed tomography scan (CT Scan) Pemeriksaan darah

6. penatalaksanaan medis

Pengobatan meliputi berbagai aspek, yaitu:

Penanganan

Penanganan bergantung pada tingkat keparahan lordosis. Pada lordosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada lordosis ekstrim seringkali dibutuhkan tindakan bedah. dan juga kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan (sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat. Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras. Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada tulang belakang. Selain itu latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, serta menggunakan papan tempat tidur.

Pencegahan

Page 5: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

Pencegahan meliputi:

pencegahan primer

Pencegahan primer agar tidak terkena lordosis

pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan agar lordosis ditemukan sedini mungkin. Dan agar dapat diketahui oleh seluruh aspek masyarakat.

Pencegahan primer dan sekunder meliputi :

Duduk dengan posisi yang benar

Berolahraga teratur,

Diet yang cukup kalsium dan Vit D

7. asuhan keperawatan

a. pengkajian

lakukan inspeksi terhadap pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Perawat juga harus mempertimbangkan factor perkembangan dan faktor lain yang mempengaruhi body alignment.Mereview catatan kesehatan pasien untuk menentukan masalah keperawatan dan medis baik yang lalu maupun yang sekarang.

1. Posisi berdiri

Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.

2. Posisi duduk

Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)

3. Posisi berbaring

Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.

Page 6: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

4. Cara berjalan

Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.

b. Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.

c. Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik

d. Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan

e. Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.

b. diagnose

1. Nyeri b.d cedera fisik.

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.

3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.

4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.

c. penetapan tujuan

1. Nyeri b.d cedera fisik.

NOC:

❖Comfort level

❖Pain control

❖Pain level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. nyeri kronis pasien berkurang dengan

kriteria hasil:

❖Tidak ada gangguan tidur

❖Tidak ada gangguan konsentrasi

❖Tidak ada gangguan hubungan interpersonal

❖Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal

❖Tidak ada tegangan otot

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.

NOC :

❖Joint Movement : Active

❖Mobility Level

Page 7: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

❖Self care : ADLs

❖Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan

kriteria hasil:

❖Klien meningkat dalam aktivitas fisik

❖Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

❖Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

❖Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi

3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.

NOC:

❖Body image

❖Self esteem

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan body image

pasien teratasi dengan kriteria hasil:

❖Body image positif

❖Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

❖Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh

❖Mempertahankan interaksi sosial

4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.

NOC :

Risk Kontrol

Safety Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian

hasil:

❖Klien terbebas dari cedera

❖Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera

❖Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personal

❖Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury

❖Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

❖Mampu mengenali perubahan status kesehatan

d. intervensi

1. Nyeri b.d cedera fisik.

Page 8: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

NIC :

Pain Manajemen

-Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri

-Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat

-Kelola anti analgetik ...........

-Jelaskan pada pasien penyebab nyeri

-Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kontraktur.

NIC :

Exercise therapy : ambulation

▪Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

▪Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

▪Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

▪Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

▪Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

▪Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan

▪Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

▪Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

▪Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

3. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang.

NIC :

Body image enhancement

-Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya

-Monitor frekuensi mengkritik dirinya

-Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

-Dorong klien mengungkapkan perasaannya

-Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

-Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

4. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek.

NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)

▪Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

Page 9: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

▪Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien

dan riwayat penyakit terdahulu pasien

▪Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

▪Memasang side rail tempat tidur

▪Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

▪Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

▪Memberikan penerangan yang cukup

▪Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

▪Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

▪Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status

kesehatan dan penyebab penyakit.

Page 10: Askep Klien Dengan Deformitas Kolumna Vertebralis Lordosis

DAFTAR PUSTAKA

-    Nurma ningsih,Lukman.2009.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system

musculoskeletal.jakarta :salemba medika

-    Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4.

Penerbit buku kedokteran EGC.

-     Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC

- Perry, potter. 2005. Fundamental keperawatan volume 2. Jakarta: EGC

- Perry, potter peterson. 2005. Ketrampilan dan prosedur dasar. Jakarta: EGC