Askep ISpa

16
KONSEP DASAR ISPA 1. Pengertian Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring (Nelson, 1983). 2. Anatomi Fisiologi a. Fungsi umum sistem pernafasan : 1) Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler 2) Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan 3) Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif. 4) Menghasilkan suara dan resonansi b. Anatomi pernafasan :

description

jkgilgyil

Transcript of Askep ISpa

KONSEP DASAR ISPA1. PengertianInfeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing(Whaley and Wong; 1991; 1418).Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring (Nelson, 1983).2. Anatomi Fisiologia. Fungsi umum sistem pernafasan :1) Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler2) Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan3) Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif.4) Menghasilkan suara dan resonansib. Anatomi pernafasan :1) Hidung: terjadi proses respires, filtrasi, penghangatan, dan pelembaban.2) Faring dan Larynx : terjadi vokalisasi, produksi suara cegah terjadi aspirasi ke dalam trakheobronchial; saat menelan katup menutup, pita suara tertutup, katup saat batuk.3) Trachea : berfungsi sekresi mucus. Di dalamnya terdapat Pseudostratified ciliated columnar epithelium memiliki sel goblet yang fungsinya memicu refleks batuk.4) Bronchus : terdiri dari dua bagian, yaitu bronkus kanan (lebih pendek, besar & memiliki lumen yg besar, terdiri dari lobus atas, tengah & bawah) dan bronchus kiri (terdiri dari lobus atas & bawah). Fungsi bronkusadalah menyediakan tempat laluan jalannya udara yang dibawa masuk ke dalam paru-paru dan untuk mengeluarkan udara.3. EtiologiInfeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu;usia dari bayi/ neonatus,ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca(Whaley and Wong; 1991; 1419).Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.4. PatofisiologiPerjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

5. Tanda dan Gejalaa. Demam,gejala demammuncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik anak mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tandakernigdanbrudzinski.c. Anorexia, biasa terjadi pada semua anak yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama anak tersebut mengalami sakit.e. Diare(mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karenabanyaknya sekret.h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan(Whaley and Wong; 2001; 825).6. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan(Victor dan Hans; 1997; 224).7. PenatalaksanaanPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :a. Upaya pencegahan1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.2) Immunisasi.3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.b. Pengobatan dan perawatanPrinsip perawatan ISPA antara lain :1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari2) Meningkatkan makanan bergizi3) Bila demam beri kompres dan banyak minum4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetekPengobatan antara lain :1) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).2) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS1. Pengkajiana. Riwayat kesehatan:1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)b. Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan1) Inspeksia) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahanb) Tonsil tampak kemerahan dan edemac) Tampak batuk tidak produktifd) Tidak ada jaringan parut pada lehere) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.2) Palpasia) Adanya demamb) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalisc) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid3) Perkusia) Suara paru normal (resonance)4) Auskultasia) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru2. Diagnosaa. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.b. Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anakc. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.d. Resiko infeksi b.d.keberadaan organisme infektif.e. Intoleransi aktifitas b.d.proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsilg. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak

3. Perencanaan dan Implementasia. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigenke paru-paru.Intervensi :1) Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.2) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.3) Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.4) Berikan O2dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.5) Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).6) Observasitanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.b.Cemas b.d.penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anakTujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.Intervensi :1) Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).2) Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.3) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.4) Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas.5) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.6) Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan paten, meningkatnya pengeluaran sekret.Intervensi :1) Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.2) Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.3) Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semipronedanside lying position).4) Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.5) Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.7) Berikan kelembaban udara yang cukup.8) Observasi pengeluaran sekret dantanda vital.d. Resiko infeksi b.d.keberadaan organisme infektif.Tujuan : Apakah tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder dengan kriteria hasil : anak menunjukkan bukti gejala infeksi berkurang.Intervensi :1) Mempertahankan aseptis lingkungan, menggunakan kateter penghisap steril dan cuci tangan2) anak diisolasi seperti yang disarankan (untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial)3) beri antibiotik sesuai resep (untuk mencegah atau mengobati infeksi)4) Menyediakan diet nutrisinya sesuai dengan preferensi anak dan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan (untuk mendukung pertahanan alami tubuh)5) Mendorong fisioterapi dada yang baik

6) Ajarkan anak dan manifestasi keluarga / atau penyakite. Intoleransi aktifitas b.d.proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.Tujuan : akan mempertahankan tingkat energi yang memadaidengan kriteria hasil : anak dapat bermain, terlihat tenang dan terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan, anak tidak mengalami peningkatan gangguan pernapasan saat beraktifitas, peningkatan toleransi aktifitas.Intervensi :1) menilai tingkat fisik toleransi anak2) membantu anak dalam kegiatan hidup sehari-hari yang mungkin berada di luar toleransi3) menyediakan kegiatan diversional sesuai dengan usia anak, kondisi, kemampuan.

4) menyediakan kegiatan bermain diversional yang mempromosikan istirahat dan tenang namun mencegah kebosanan dan penarikan5) menyediakan waktu istirahat dan tidur sesuai dengan umur dan kondisi6) menginstruksikan anak untuk beristirahat ketika merasa lelah7) keseimbangan istirahat dan aktivitas saat berjalanf. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : anak tidak memiliki tingkat rasa sakit atau rasa sakit dapat diterimaIntervensi :1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 10 ), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.2) Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.3) Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat4) Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anakTujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak dan perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anakIntervensi :1) mengakui perhatian orang tua dan perlunya informasi dan dukungan2) mengeksplorasi perasaan keluarga dan masalah sekitar rumah sakit dan penyakit anak3) menjelaskan perilaku terapi anak4) memberikan dukungan yang dibutuhkan5) mendorong keluarga berpusat perawatan dan mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anak.4. Evaluasia. Pola nafas kembali efektifb. Tidak ada rasa cemas pada anak dan orang tua.

c. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.d. Tidak terjadi infeksi pada anak

e. Anak dapat mentoleransi aktifitasnya

f. Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.

g. Tidak terjadi perubahan proses keluargaDAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990).Kapita Seleta Pediatri Edisi II.alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC. Whalley & wong. (1991).Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. IncWong, Donna L. 2001. Essentials of Pediatric Nursing Sixth Edition. St. Louis: