Askep Intoksikasi Organo Fosfat

16
INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO) Pengertian umum : Pestisida adalah semua yang dipakai untuk membasmi hama, antara lain terdiri dari : a. Insektisida : Khusus untuk serangga b. Rodentisida : Untuk membasmi tikus c. Herbisida : Untuk membasmi tanaman pengganggu. Dua macam insektisidayang paling banyak dipakai : 1. Insektisida hidrokarbon khorin (HK = Chlorida hydrocarbon) 2. Insektisida fosfat organik (IFO =organo phosphate insectiside) Sifat-sifat IFO Insektisida penghambat kholin esterase (cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Dapat menembus kulit yang normal, dapat diserap lewat paru dan saluran makanan, tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK. Jenis-jenis IFO 1. Insektisida untuk dipakai dalam pertanian : Tolly (Malathion) Parathion Basudin Diazinon Phosdrin Systox 2. Insektisida untuk keperluan rumah tangga Mafu (DDVP = Dichiorvos) Baygon (DDVP + Propoxur) Raid (DDVP + Propoxur) Startox (DDVP + Allethrin)

Transcript of Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Page 1: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

INTOKSIKASI INSEKTISIDA FOSFAT ORGANIK (IFO)

Pengertian umum :

Pestisida adalah semua yang dipakai untuk membasmi hama, antara lain terdiri dari :

a. Insektisida : Khusus untuk serangga

b. Rodentisida : Untuk membasmi tikus

c. Herbisida : Untuk membasmi tanaman pengganggu.

Dua macam insektisidayang paling banyak dipakai :

1. Insektisida hidrokarbon khorin (HK = Chlorida hydrocarbon)

2. Insektisida fosfat organik (IFO =organo phosphate insectiside)

Sifat-sifat IFO

Insektisida penghambat kholin esterase (cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan

insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang

tinggi. Dapat menembus kulit yang normal, dapat diserap lewat paru dan saluran makanan,

tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.

Jenis-jenis IFO

1. Insektisida untuk dipakai dalam pertanian :

Tolly (Malathion) Parathion

Basudin Diazinon

Phosdrin Systox

2. Insektisida untuk keperluan rumah tangga

Mafu (DDVP = Dichiorvos) Baygon (DDVP + Propoxur)

Raid (DDVP + Propoxur) Startox (DDVP + Allethrin)

Shelltox (DDVP + Pyrethroid)

Pathogenesis

a. IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetil kholin esterase

tubuh (KhE).

b. Dalam keadaan normal, enzim KhE bekerja untuk menghidralisis Akh dengan jalan

mengadakan ikatan Akh-KhE yang bersifat inaktif.

c. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul

gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek

muskarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).

Page 2: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Pada keracunan IFO, ikatan IFO-KhE menetap (Irreversible)

Pada keracunan carbamate : bersifat sementara (reversible)

Secara farmakologik efek Akh dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu :

a. Muskarinik terutama pada otot polos saluran pencernaan makanan, kelenjar ludah

dan keringat, pupil, bronkhus dan jantung.

b. Nikotinik, terutama pada otot-otot bergaris, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot

pernapasan.

c. SSP, menimbulkan rasa nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang sampai

koma.

Diagnosis

1. Gambaran klinik

Yang palig menonjol adalah hiperaktivitas kelenjar-kelenjar ludah/air

mata/keringat/urine/saluran pencernaan makanan (disngkat dengan SLUD = Salivasi,

Lakrimasi, Urinasi dan diare), kelainan visus dan kesukaran bernapas.

a. Keracunan ringan

- Anoriksia - Nyeri kepala - Rasa lemah

- Rasa takut - Tremor lidah - Tremor kelopak mata

- Pupil miosis

b. Keracunan sedang

- Nausea - Muntah-muntah - Kejang/keram perut.

- Hipersalivasi - Hiperhidrosis - Fasikulasi otot

- Bradikardi

c. Keracunan berat

- Diare - Pupil “pin-Point” - Reaksi cahaya (-)

- Sesak napas - Sianosos - Edema paru

- Inkonteinensia urine - Inkotinensia feses - Konvulsi

- Koma - Blokade jantung - Akhirnya meninggal

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong

b. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma,

penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun

sekian % dari harga normal)

Keracunan akut : ringan 40 – 70 % N

Sedang 20 % N

Berat < 20 % N

Page 3: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Keracunan kronik : bila kadar KhE menurun sampai 25 – 50 %, setiap individu yang

berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan

bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.

3. Pemeriksaan PA

Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya

ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-

organ lain.

Pengobatan

1. Resusitasi

a. Bebaskan jalan napas

b. Napas buatan + O2, kalau perlu gunakan respirator pada kegagalan napas yang

berat.

c. Infus cairan kristaloid.

d. Hindari obat-obatan penekan SSP

2. Eliminasi

Emesis, katarsis, kumbah lambung, keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh

dengan sabun.

3. Antidotum

Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada pada

tempat-tempat penumpukannya.

a. Mula-mula berikan bolus intra vena 1 – 2,5 mg, pada anak 0,05 mg/kg.

b. Dilanjutkan dengan 05 –1 mg setiap 5 – 10 menit sampai timbul gejala-gejala

atropinisasi (muka merah, mulut kering, takhikardi, midriasis, febris, psikosis.

Pada anak 0,02 – 0,05 mg/kg iv tiap 10 – 30 menit.

c. Selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 dan 12 jam.

d. Pemberian SA dihentkan minimal 2 x 24 jam.

e. Penghentian SA yang mendadak dapat menimbulkan “rebound efect” berupa

edema paru/kegagalan pernapasan akut, sering fatal.

Timbulnya gejala-gejala atropinisasi yang lengkap, dapat dipakai sebagai petunjuk

adanya keracunan atropin.

Reaktivator KhE bekerja dengan memotong ikatan IFO-KhE sehinggatimbul

reaktivitas ensim KhE. Yang terkenal 2 PAM (pyrydin – 2 – aldoxime

methiodide /methcloride = Pralidoxime = Protopam). Hanya bermanfaat pada

keracunan IFO, kontra indikasi pada keracunan carbamate.

Page 4: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Dosis 1 gr iv perlahan-lahan (10 – 20 menit), diulang setelah 6 – 8 jam, hanya

diberikan bila pemberian atropin telah adekuat. Pada anak-anak 25 – 50 mg/kg BB

iv, maksimal 1 gr/hari, dapat diulang setelah 6 – 8 jam.

Prognosis

Pada umumnya baik, bila pengobatan belum terlambat, beberapa kesalahan pengobatan

sering terjadi, berupa :

a. Resusitasi kurang baik dikerjakan.

b. Eliminasi racun kurang baik.

c. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.

Pengkajian Keperawatan

a. Tanda-tanda vital

- Distress pernapasan

- Sianosis

- Takipnoe

b. Neurologi

IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi,

peka rangsangan, pusing, stupor & koma.

c. GI Tract

Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah.

d. Kardiovaskuler

Disritmia.

e. Dermal

Iritasi kulit

f. Okuler

Luka bakar kurnea

g. Laboratorium

Eritrosit menurun

Proteinuria

Hematuria

Hipoplasi sumsum tulang

h. Diagnostik

Radiografi dada dasar/foto polos dada

Analisa gas darah, GDA, EKG

Intervensi secara umum

Perawatan Suportif

Page 5: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

1. Jalan nafas

2. Pernapasan

3. Sirkulasi

Pencegahan Absorbsi

1. Ipekak dianjurkan pada pasien dalam keadaan sadar dengan ingesti terhadap :

a. Distilat petroleum dalam jumlah yang besar

b. Distilat petroleum dengan adiktif toksik serius (logam berat, insektisida)

c. Hidrokarbon aromatik halogen.

2. Lakukan lavage pada pasien yang memerlukan dekontaminasi tetapi terlalu

sakit untuk diberikan ipekak

3. Arang obat

4. Katartik Saline

Pemantauan Jantung : pada pasien simptomatik

Tekanan Ekspirasi :

Akhir positif mungkin diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul

Diagnosa .1 :

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh

secara tidak normal

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria evaluasi :

Keseimbangan cairan adekuat

- Tanda-tanda vital stabil

- Turgor kulit stabil

- Membran mukosa lembab

- Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam

Intervensi :

1. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan.

Rasional : Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi

pengeluran dan penggantian cairan.

2. Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer.

Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan

sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.

3. Catat adanya mual, muntah, perdarahan

Page 6: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada

hipordemia.

4. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan

cairan (dehindrasi/hipovolemia).

5. Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim

medis.

Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah

hipotensi.

6. Kolaborasi dalam pemberian antiemetik

Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan

ketidak seimbangan pemasukan.

7. Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur.

Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi

gastrointestinal.

8. Pantau studi laboratorium (Hb, Ht).

Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.

Diagnosa .2 :

Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses

inflamasi.

Tujuan : Pola napas efektif

Kriteria Evaluasi :

- RR normal : 14 – 20 x/menit

- Alan napas bersih, sputum tidak ada

Intervensi :

1. Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan

Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya

kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang

kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara

drastis.

2. Tinggikan kepala tempat tidur

Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk

menigkatkan inflasi paru.

3. Dorong untuk batuk/ nafas dalam

Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko

atelektasis/pneumonia.

Page 7: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

4. Auskultasi suara napas

Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.

5. Berikan O2 jika dibutuhkan

Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan

6. Kolaborasi untuk sinar X dada, GDA

Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti

atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.

Diagnosa .3 :

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam

keterampilan koping menangani masalah pribadi.

Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan perilaku adaptif dalam

pemecahan masalah.

Kriteria Evaluasi :

- Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan

insektisida.

- Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah

- Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.

Intervensi :

1. Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil.

Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat

2. Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping

sebelumnya terhadap masalah kehidupan.

Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping

yang digunakan pada rencana perawatan saat ini

3. Tetap tidak bersikap tidak menghakimi

Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan

pasien.

4. Berikan umpan balik positif

Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan

menguatkan kesadaran diri dalam perilaku

5. Pertahankan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam

terapi

Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan,

untuk bekerja.

Page 8: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

6. Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk

mendapatkan cara-cara koping.

Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan dari keluarga /teman sebaya dapat

membantu menngkatkan kesadaran.

7. Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida

Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ

vital bila menelan insektisida (baygon)

8. Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi

Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.

Diagnosa .4

Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi

anggota keluarga, krisis situasi, sosial.

Tujuan : Koping keluarga efektif.

Kriteria Evaluasi :

- Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi

dalam program individu dan keluarga.

- Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.

- Melakukanperubahan perilaku.

- Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.

Intervensi :

1. Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota

keluarga

Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.

2. Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode

sebelumnya dari koping dengan masalah kehidupan.

Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini

3. Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga.

Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.

4. Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh

anggota keluarga gali dengan individu dan pasien.

Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya

sendiri, individu ditolong dan tidak ingin merasa tidak tidak berdaya untuk

menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif.

Page 9: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

5. Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang

efek perilaku penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah

pulang.

Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan insektisida

6. Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri

dengan melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas.

Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar tentang tindakan

mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk

memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien dapat

menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat memilih untuk

mendapatkan yang baik.

7. Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu.

Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang

tergantung.

Diagnosa .5 :

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek

samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan

dan efek samping penggunaan zat insektisida.

Kriteria Evaluasi :

- Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan

rencana pengobatan.

- Berpartisipasi dalam program pengoabatan.

- Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.

Intervensi :

1. Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga.

Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan mengasimilasi

informasi.

2. Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar.

Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.

3. Berikan informasi tertulis dan verbal untuk indikasi.

Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa

depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain.

Page 10: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

4. Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya

penyakit, perubahan kebutuhan dalam gaya hidup.

Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu

untuk mempertahankan status pantanan.

5. Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

6. Diskusikan efek zat yang digunakan.

Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami kemungkinan

efek jangka panjang dari penggunaan zat.

Diagnosa .6 :

Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan

perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.

Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri

Kriteria Evaluasi :

- Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang

mempengaruhi.

- Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.

- Menunjukkan kontrol diri.

Intervensi :

1. Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau

tempatkan pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan.

Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.

2. Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap

tinggal di dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan.

Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan jika melihat seseorang yang dikenal

oleh pasien dan memberikan penenangan.

3. Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan

pasien dari lingkungannya.

Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide

bunuh diri.

4. Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif

secara verbal.

Page 11: Askep Intoksikasi Organo Fosfat

Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan

membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang

baik.

5. Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan

pasien menjadi marah.

Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan tahap pertama dari belajar untuk

berubah

6. Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi

aktiivitas fisik.

Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman

dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius,

Jakarta.

Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.

Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.