obstruksi saluran napas atas, trakeostomi, krikotirotomi, osas.pptx
ASKEP INDV KLGR TRAKEOSTOMI KU.rtf
Transcript of ASKEP INDV KLGR TRAKEOSTOMI KU.rtf
BAB I
KASUS SEMU
Seorang perawat kesehatan masyarakat mendapat rujukan dari Puskesmas
Kanigoro untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. Suratmi, 50 tahun. Ia
lulusan SMP yang mempunyai masalah dengan saluran pernapasannya. Ibu dari 2 anak
ini datang ke Puskesmas pada tanggal 14 November 2003 dengan keluhan batuk dan
sesak yang tidak sembuh selama 4 minggu. Setelah pemeriksaan sputum, Dokter
mendiagnosa bahwa Ia menderita TBC dan menyarankan untuk MRS. Namun, ia
menolak karena terbentur alasan biaya. Akhirnya Dokter menawarkan solusi agar ibu
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga itu memperoleh perawatan kesehatan di
rumahnya. Ia pun menyetujuinya.
Setelah mendapatkan rujukan dari Puskesmas Kanigoro, perawat kesehatan
masyarakat yang telah diberi wewenang langsung mendatangi rumah Ny. Suratmi yang
berada di Jalan Buntet 4 Kanigoro. Perawat tersebut disambut dengan ramah oleh klien
dan keluarganya. Pertama-tama, perawat tersebut menjelaskan tujuan kedatangannya dan
mengadakan kontrak mengenai tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien
yang kelihatannya mengalami kesulitan bernapas. Bersama keluarganya mereka terlibat
komunikasi dan transaksi sehingga timbul rasa saling percaya.
Setelah kontrak disepakati, 2 hari kemudian perawat langsung melakukan
pengkajian. Perawat mencari data-data yang dapat menunjang diagnosa dan asuhan
keperawatan yang tepat. Dalam anamnese yang dilakukan perawat, istri dari tukang
becak ini sering bertanya mengenai proses penyakit ini. Ia juga mengatakan kalau
penyakit ini belum pernah diderita sebelumnya. Dahulu hanya batuk-batuk biasa yang
sembuh dalam waktu 2 minggu. Selain itu Ny. Suratmi juga mengatakan bahwa
suaminya pernah menderita TBC beberapa tahun yang lalu.
Akhir-akhir ini Ny. Suratmi mengeluh batuk berdahak disertai bercak darah,
berkeringat pada malam hari, nafsu makan menurun hingga mengakibatkan BB menurun
dari 50 kg menjadi 45 kg. Frekuensi batuk meningkat pada waktu Subuh. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh TTV dengan N : 82 x/menit, TD : 150/90 mmHg,
S : 38o C, RR : 28 x/menit. Anak-anak dan suaminya sangat mengharapkan kesembuhan
Ny. Suratmi. Mereka menjadi lebih perhatian kepada Ny. Suratmi. Tetapi mereka belum
memahami cara penularan penyakit TBC.
BAB IIPENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Ny. Suratmi
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Status pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : Kanigoro, Blitar
Tanggal rujukan : 16 November 2003
Tanggal pengkajian : 17 November 2003
2. Diagnosa Medis : TBC paru
3. Keluhan utama
Klien mengatakan batuk lebih dari 4 minggu, disertai dengan bercak darah segar,
sesak. Frekuensi batuk meningkat pada pagi hari/subuh dan setelah melakukan
aktivitas. Pada saat batuk terasa nyeri pada bagian dada sebelah kanan.
4. Riwayat penyakit klien
Beberapa minggu ini klien pergi ke Puskesmas dengan keluhan batuk, sesak untuk
memeriksakan kesehatannya, setelah dilakukan pemeriksaan, Dokter mendiagnosa
klien menderita TBC.
5. Riwayat penyakit keluarga
Salah satu anggota klien yaitu suaminya pernah menderita penyakit TBC tetapi
sudah sembuh.
6. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Nutrisi : sebelum sakit klien mampu menghabiskan makanan 3 porsi/hari, tetapi
setelah sakit klien hanya makan 2 – 3 sendok sekali makan.
b. Eliminasi : warna urine jernih, bau khas, jumlah 500 cc/hari. BAB 1 x/hari,
konsistensi padat, warna kuning kecoklatan.
c. Latihan : klien sebagai ibu rumah tangga melakukan semua pekerjaan rumah
(memasak, mencuci dll).
d. Kebersihan diri : mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, setelah batuk klien tidak
membersihkan mulut/berkumur. Klien jika batuk disembarang tempat, sputum
tidak ditempatkan di suatu tempat yang aman/tertutup.
e. Istirahat/tidur : pada malam hari klien sering terjaga dikarenakan batuk yang
mengganggu. Klien bisa tidur pada siang hari.
f. Reproduksi : klien sudah mengalami menopause sejak 1 tahun yang lalu.
g. Rekreasi : klien menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV dan
seminggu sekali berkumpul dengan ibu-ibu PKK untuk arisan.
h. Kebisaan yang merusak kesehatan : ventilasi rumah klien kurang sehingga rumah
klien menjadi lembab.
7. Keadaan psikososial
a. Koping individu : ketika klien mengetahui bahwa ia mengidap penyakit menular,
klien menarik diri.
b. Interaksi sosial : klien dan anggota keluarga melakukan komunikasi seperti hari-
hari biasanya, tetapi jika klien ingat dan atau ditanya tentang kondisi
penyakitnya, klien cenderung diam/malu.
c. Konsep diri : setelah klien didiagnosa TBC (penyakit menular), klien merasa
kurang percaya diri dan rendah diri.
d. Status emosi : saat klien sakit mudah marah dan tersinggung.
e. Koping keluarga : keluarga memotivasi klien untuk mengikuti terapi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
8. Keadaan spiritual
Klien beragama Islam, taat menjalankan ibadah walau dalam keadaan sakit.
9. Status sosial budaya
Kebiasaan klien membiarkan batuk tidak ditutupi sehingga partikel ludah yang
bercampur dengan bakteri mycobacterium tuberculosis menyebar.
10. Status lingkungan
a. Perumahan
Tempat tinggal klien berdinding tembok, ubin terbuat dari semen, hanya terdapat
satu jendela disamping pintu depan.
b. Sumber air minum
Menggunakan sumber air minum dari sumur, tetapi lokasinya dekat dengan
pembuangan kotoran manusia/WC 5 meter.
c. Tempat pembuangan sampah
Tidak mempunyai tempat pembuangan sampah yang menetap dan hanya dibuang
di pekarangan rumah, sehingga ketika hujan sampah berserakan dimana-mana
d. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Biasanya kalau sakit klien menggunakan obat tradisional dan apabila tidak
sembuh baru dibawa ke Puskesmas.
ANALISA DATA
Nama : Ny. Suratmi
Umur : 50 tahun
DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGIDS :
Klien mengatakan batuk darah dan
sesak
DO :
- klien tampak batuk
- saat batuk keluar darah
- perkusi paru terdengar redup
- vokal fremitus teraba getaran
yang sama antara paru kanan
dan kiri
- TTV
N : 82 x/mnt, TD : 150/90
mmHg, S : 372 0 C
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Akumulasi sekret
DS :
Klien menanyakan tentang
penyakit TBC
DO :
Klien tampak cemas dan takut
Kurang pengetahuan
tentang konsep penyakit,
kondisi, aturan tindakan
dan pencegahan
Kurang terpaparnya
informasi
DS :
- klien mengatakan tidak enak
makan
- klien mengatakan makan 3 x
sehari tetapi hanya 2 – 3
sendok
DO :
- muntah/mual
- pucat/lemah
- BB turun, 45 kg dari 50 kg
Kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Anoreksia karena batuk
dan bau dari sputum
RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif sehubungan dengan
akumulasi sekret/sputum.
Kriteria hasil : - mempertahankan jalan napas
- mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- menunjukkan perilku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan napas
INTERVENSI RASIONAL Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi
napas, kecepatan, irama dan penggunaan
otot aksesori
Catat kemampuan untuk mengeluarkan
mukosa/batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum dan adanya hemoptisis
Berikan klien posisi semi atau fowler
tinggi. Bantu klien untuk batuk dan
latihan napas dalam
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea,
penghisapan sesuai keperluan
Mempertahankan intake cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra
indikasi
Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan
atelektasis. Ronchi, mengi menunjukkan
akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
Sputum berdarah kental atau darah cerah
diakibatkan oleh kerusakan paru dan atau
luka bronkhial dan dapat memerlukan
evaluasi
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan upaya pernapasan.
Ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan napas untuk
dikeluarkan
Mencegah aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan apabila klien tidak mampu
mengeluarkan sekret
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret, membuatnya mudah
dikeluarkan
2. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang konsep penyakit, kondisi,
aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
kurang terpaparnya informasi.
Kriteria hasil : - menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan
tindakan keperawatan
- melakukan perubahan pola perilaku hidup untuk memperbaiki
kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TBC
- menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan
adekuat
INTERVENSI RASIONAL Kaji kemampuan klien untuk belajar
Identifikasi gejala dan tanda yang harus
dilaporkan ke perawat
Tekankan pentingnya mempertahankan
protein tinggi dan diet karbohidrat serta
masukan cairan adekuat
Berikan instruksi dan informasi tertulis
khusus pada klien untuk rujukan. Contoh
: jadwal obat
Jelaskan dosis obat, frekuensi
pemberian, kerja yang diharapkan dan
alasan pengobatan lama. Kaji potensial
interaksi dengan obat/substansi lain.
Kaji potensial efek samping pengobatan
(mis. Mulut kering, konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit kepala,
hipertensi ortostatik) dan pencegahan
masalah
Dorong klien/orang terdekat untuk
menyatakan takut/masalah. Jawab
Belajar tergantung pada emosi dan
kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap
individu
Dapat menunjukkan kemajuan atau
pengaktifan ulang penyakit atau efek obat
yang memerlukan evaluasi lanjut
Memenuhi kebutuhan metabolik
membantu meminimalkan kelemahan dan
meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat
mengencerkan dahak
Informasi tertulis menurunkan hambatan
klien untuk mengingat sejumlah besar
informasi. Pengulangan menguatkan
pembelajaran
Meningkatkan kerjasama dalam program
pengobatan dan mencegah penghentian
obat sesuai perbaikan kondisi klien
Mencegah atau menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan
terapi dan meningkatkan kerjasama dalam
program
Memberikan kesempatan untuk
pertanyaan secara nyata. Catat lamanya
penggunaan penyangkalan
Kaji bagaimana TBC ditularkan
(khususnya dengan inhalasi organisme
udara tetapi dapat juga menyebar
melalui feses) dan bahaya reaktivasi
memperbaiki kesalahan
konsepsi/peningkatan ansietas,
ketidakadekuatan keuangan/penyangkalan
lama dapat mempengaruhi koping dengan
manajemen tugas untuk meningkatkan
kesehatan
Pengetahuan dapat menurunkan resiko
penularan/reaktivasi ulang. Komplikasi
sehubungan dengan reaktivasi termasuk
kavitasi, pembentukan abses, emfisemia
destruktif, pnemuthorax spontan dan
laringitis tuberkulosis
3. Diagnosa Keperawatan : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria hasil : - menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
normal dan bebas tanda malnutrisi
- melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan mempertahankan berat badan yang ideal.
INTERVENSI RASIONAL Catat status nutrisi klien pada
pemeriksaan , catat turgor kulit, berat
badan dan derajat kekurangan BB,
integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan menelan,
adanya tonus usus, riwayat mual/muntah,
diare
Pastikan pola diet biasa klien, yang
disukai/tidak disukai
Awasi masukan/pengeluaran dan BB
secara periodik
Selidiki anoreksia, mual dan muntah serta
catat kemungkinan hubungan dengan
obat. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi feses.
Berguna dalam mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan pilihan
intervensi yang tepat
Membantu dalam mengidentifikasikan
kebutuhan. Pertimbangkan keinginan
individu dapat memperbaiki masukan diet
Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan
Dapat mempengaruhi pilihan obat dan
mengidentifikasikan area pemecahan
masalah untuk meningkatkan
pemasukan/penggunaan nutrisi
Membantu menghemat energi khususnya
Dorong dan berikan periode istirahat
sering
Berikan perawatan mulut sebelum dan
sesudah tindakan pernapasan
Dorong makan sedikit dan sering dengan
makanan tinggi protein dan karbohidrat
bila kebutuhan metabolik meningkat saat
demam
Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
sputum/obat untuk pengobatan respirasi
yang merangsang pusat muntah
Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang tak perlu/kebutuhan
energi dari makanan banyak dan
menurunkan iritasi Gaster
BAB IIIRANCANGAN PEMBELAJARAN INDIVIDU
1. Sasaran
a. Individu (Ny. Suratmi)
b. Keluarga (suami/anggota keluarga yang lain)
2. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan Ny. Suratmi dan suaminya mampu
melakukan tindakan trakeostomi.
b. Tujuan khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan Ny. Suratmi dan suaminya mampu :
- menjelaskan pengertian perawatan trakeostomi
- menjelaskan tujuan perawatan trakeostomi
- menjelaskan indikasi perawatan trakeostomi
- menyebutkan alat-alat yang diperlukan untuk perawatan trakeostomi
- melaksanakan prosedur perawatan trakeostomi
3. Materi Pembelajaran
a. Pengertian perawatan trakeostomi
b. Tujuan perawatan trakeostomi
c. Indikasi perawatan trakeostomi
d. Peralatan perawatan trakeostomi
e. Pelaksanaan perawatan trakeostomi
4. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi dengan melibatkan anggota keluarga (suami).
- Perawat membantu klien
- Perawat mendidik klien.
b. Tanya Jawab
5. Alat Bantu Pembelajaran
Leaflet berupa materi pembelajaran perawatan trakeostomi.
6. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar akan dilakukan selama proses belajar dan pada akhir dari proses
pendidikan kesehatan. Cara evaluasi akan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaaan lisan dan peragaan tindakan.
a. Pertanyaan lisan
- jelaskan pengertian perawatan trakeostomi
- jelaskan tujuan perawatan trakeostomi
- jelaskan indikasi perawatan trakeostomi
- sebutkan alat-alat untuk perawatan trakeostomi
b. Peragaan tindakan
- Ny. Suratmi dan suaminya diminta untuk menyediakan alat perawatan
trakeostomi
- Ny. Suratmi dan suaminya diminta untuk memperagakan tindakan untuk
perawatan trakeostomi
MATERI PEMBELAJARAN PERAWATAN TRAKEOSTOMI
1. Pengertian
Perawatan trakeostomi adalah suatu proses/tindakan merawat slang endotrakeal yang
dipasang melalui operasi trakeostomi.
2. Tujuan
Untuk membersihkan jalan napas melalui slang endotrakeal yang dibuat melalui
operasi trakeostomi
3. Indikasi
- obstruksi jalan napas bagian atas
- ventilasi mekanik jangka panjang
- kebutuhan akan higiene pulmoner yang intensif
4. Peralatan
a. Kateter penghisap
b. 3 baskom kecil
c. Hidrogen peroksida
d. Normal salin
e. Ukuran kateter yang cocok, steril serta bersih dan terdesinfeksi
f. Kotak perawatan trakeostomi :
- obat gosok air
- pembersih pipa
- lidi kapas
- tali trakhea
- kaca
- waslap
- pakaian kering
- kotak sampah
- pelindung mata
5. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Hidupkan sumber mesin penghisap (tekanan tidak boleh lebih dari 120 mmHg)
c. Buka kit kateter penghisap
d. Isi baskom dengan normal salin steril
e. Kenakan sarung tangan
f. Ambil kateter penghisap dengan tangan yang mengenakan sarung tangan dan
hubungkan ke penghisap
g. Hiperinflasi atau hiperoksigenasikan paru-paru pasien selama beberapa kali
napas dalam
h. Masukkan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa memberikan
isapan, cukup untuk menstimulasi reflek batuk
i. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 o
j. Reoksigenasikan dan inflasikan paru-paru selama beberapa kali napas
k. Masukkan 3 – 5 ml normal salin ke dalam jalan napas hanya jika reflek batuk
tertelan
l. Ulangi empat langkah sebelumnya sampai jalan napas bersih
m. Bilas kateter dengan normal salin steril antara tindakan penghisapan bila perlu
n. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan penghisapan trakheal
o. Bilas selang penghisap
p. Cuci tangan
LAMPIRAN
TBC
1. Pengertian
TBC adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium tuberculosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
2. Penyebab
TBC disebabkan oleh bakteri tahan asam dan bersifat aerob, bakteri ini disebut
mycobacterium tuberculosis.
3. Tanda dan Gejala
- demam
- batuk
- sesak napas
- nyeri dada
- malaise
4. Klasifikasi
a. TB Primer
Penularan TB paru melalui partikel infeksi yang terhisap oleh orang sehat dan
menempel pada jalan napas/paru-paru serta menetap di jaringan paru. Dan di
diagnosa, klien langsung menderita TBC setelah terinfeksi kuman TBC
b. TB Post Primer/Sekunder
Penyakit TBC terjadi setelah beberapa tahun kemudian setelah terjadi infeksi
endogen menjadi tuberculosis dewasa.
5. Penularan
- melalui udara, mis : berbicara, batuk, bersin
- kontak langsung dengan penyebab penyakit, mis : sputum penderita
6. Pencegahan
- menghindari kontak langsung dengan penderita, mis : memakai masker
- mengkonsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
- menjaga kebersihan diri dan lingkungan dari kemungkinan infeksi kuman TBC
7. Penanggulangan
- mengunjungi sarana pelayanan kesehatan secara rutin dalam rangka pengobatan
TBC
- mematuhi terapi yang harus dilakukan secara teratur sesuai indikasi
- identifikasi adanya penyakit lain yang memperberat seperti DM, alkoholisme
atau pemberian kortikosteroid yang lama
DAFTAR PUSTAKA
Perry Potter, Ketrampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3, EGC, 2000.
Marilynn E. Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, 2000
Diktat, Petunjuk Teknis Keperawatan
Keperawatan Medikal Bedah, Jilid I
PENGHISAPAN LENDER/SEKRET(SUCTIONING)
1. PENGERTIAN
Suatu tindakan menghisap lendir pada jalan napas dengan menggunakan alat
penghisap.
2. TUJUAN
a. mempertahankan jalan napas yang bebas
b. membersihkan sekret pada pasien yang tidak mampu batuk
3. SASARAN
a. pasien yang tidak bisa mengeluarkan sekret sendiri (tidak mampu batuk)
b. pasien dengan post operasi (tonsilektomi = ATE, tracheostomi)
c. pasien tidak sadar dengan penumpukan sekret
d. pasien dengan memakai endotrakeal tube
4. PERSIAPAN ALAT
a. mesin penghisap portabel (sumber penghisap dinding)
b. Botol penghisap sebagai penampung sekret yang berisi cairan aseptik dan
tertutup rapat
c. Slang penghubung dari sumber penghisap ke botol dari botol ke kateter
penghisap. Slang penghisap sebaiknya tembus pandang supaya warna sekret
dapat terlihat.
d. Ember kecil/botol yang berisi cairan aseptik untuk merendam kateter penghisap
yang tidak dipakai lagi.
e. Alat untuk memberikan oksigen atau ambubag
f. Baki berisi :
- kateter penghisap steril
- sarung tangan steril atau pinset anatomi steril
- spuit 10 cc berisi cairan NaCl 0,9 % bila sekret kering
- pengalas dada
- satu buah kom berisi aquades steril untuk membilas
- jelly (larutan air)
- cairan antiseptik (Lisol, Hibisol)
- penghisap logam dalam tempat yang steril, digunakan hanya untuk
membersihkan mulut saja
- tissue untuk pembersih/kassa steril
- spatel/sudip lidah yang terbungkus kain kassa
- tempat sampah
5. PELAKSANAAN
a. cuci tangan secara aseptik
b. alat-alat didekatkan pasien
c. hidupkan sumber penghisap dengan tekanan sesuai kebutuhan
d. untuk pembersihan melalui mulut :
- hubungkan sumber penghisap dengan penghisap dari logam bila ada
- masukkan penghisap dalam mulut tanpa memberi tekanan penghisap,
kemudian lakukan penghisapan sekret dengan hati-hati (cara menghisap
kateter diputar 180 derajat dengan hati-hati)
- hindarkan mata dari percikan sekret jalan napas
- bersihkan kateter logam dengan larutan steril
- berikan oksigen pada pasien dan lakukan penghisapan lagi setelah istirahat 3
menit).
e. Untuk pembersihan melalui hidung :
- hubungkan sumber penghisap dengan kakteter penghisap nasal
- berikan jelly pada ujung kateter penghisap
- masukkan kateter penghisap melalui lubang hidung tanpa memberikan
tekanan penghisap, kemudian lubang penghisap ditutup (bila keteter tanpa
lubang saat memasukkan kateter diklem) dan secret dihisap sambil kateter
diputar 180 derajat sambil ditari perlahan-lahan.
- Bersihkan kateter penghisap dengan larutan steril
- Berikan oksigen pada pasien dan lakukan penghisapan lagi setelah istirahat 3
menit.
f. Untuk pasien dengan terpasang endotracheal tube (ETT)
Oksigenasi :
- tekan tombol alarm elevator jika ada menggunakan alat ventilator dan
lepaskan hubungan dengan sirkuit ventilator atau pipa humidifier jika pasien
menggunakan alat tersebut.
- Gunakan ambubag dan beri oksigen 3–5 kali inflasi dengan konsentrasi FiO2 :
- 10 % lebih besar dari konsentrasi O2 yang digunakan untuk neonatus
dengan BB < 3 kg
- 100 % untuk pasien lain kecuali ada ketentuan lain
Selama prosedur jaga gerakan dada tetap adekuat dan jika diberikan ventilasi
jaga agar tetap dalam tekanan positif, hindari tekanan yang berlebihan. Bila BB <
2 kg harus dipasang pengukur tekanan pada sirkuit.
Penghisapan :
- hidupkan sumber penghisap dengan tekanan sesuai kebutuhan
- pasang sarung tangan dan letakkan pengalas di atas dada pasien
- hubungkan mesin penghisap dengan kateter penghisap dengan tangan kanan
- jaga agar kateter tetap steril
- masukkan ujung kateter penghisap ke dalam lumen pipa endotrachea dengan
cepat dan sejauh mungkin tanpa dipaksa dengan lubang kateter penghisap
terbuka (tidak tahan keadaan menghisap)
- lakukan pnghisapan sekret dengan menutup lubang penghisap yang ada
disamping
- kateter penghisap ditarik perlahan-lahan untuk beberapa cm pertama, lalu
ditarik dengan cepat sambil dirotasi
- bila kateter penghisap sulit ditarik mungkin ujung penghisap menempel pada
dinding bronkus. Buka lubang penghisap kemudian ulangi penghisapan
dengan tekanan yang lebih rendah
- selama penghisapan pipa endotrachea dipegang dengan tangan kiri untuk
mempertahankan posisi
- berikan O2 sesuai dengan kebutuhan
- ulangi penghisapan setelah istirajat 3 menit sampai jalan napas relatif bersih
dari sekret
- matikan mesin penghisap dan kateter penghisap disimpan pada cairan
antiseptik
- alat-alat dibereskan, pasien dikembalikan pada posisi semula
- cuci tangan
PERAWATAN
TRAKEOSTOMI
Oleh :
1. Arif Wicaksono
2. Eko Wiyono
3. Hendra Hajisaroso
4. Indah Sri Cahyanti
5. Lury Trijayanti
6. Ngatiyah
7. RiccaMariatul Qibtiya
8. Sa’adyah Nurilla M.
9. Sumarsono
POLITEKNIK
KESEHATAN
MALANG
PRODI
KEPERAWATAN
BLITAR
2003
I. TUJUAN
Untukmembersihkan jalannapas melalui slangendotrakeal yangdibuat melaluioperasi trakeostomi
II. INDIKASI
- obstruksi jalannapas
- ventilasi mekanikjangka panjang
- kebutuhan akanhygienepulmoner yangintensif
III. PERALATAN
1. Kateterpenghisap
2. 3 baskom kecil3. Hidrogen
peroksida4. Normal salin5. Ukuran kateter
yang cocok, sterilserta bersih danterdesinfeksi
6. Kotak perawatantrakeostomi :
- obat gosok cair
- pembersih pipa- lidi kapas
- tali trakea- kaca
- waslap- pakaian kering
- pelindung mata
IV. PELAKSANAAN
a. Cuci tangan
b. Hidupkansumber mesinpenghisap(tekanan tidakboleh > 120mmHg)
c. Buka kit kateterpenghisap
d. Isi baskomdengan normalsalin steril
e. Kenakansarung tangan
f. Ambil kateterpenghisapdengan tanganyang memakaisarung tangandan hubungkanke penghisap
g. Hiperoksigenasikan paru-parupasien selamabeberapa kalinapas dalam
h. Masukkankateter sejauhmungkinsampai ujungselang tanpamemberikanisapan, cukupuntukmenstimulasireflek batuk
i. Beri responsambil menarikkateter,memutar
kateter denganperlahan 360derajat
j. Reoksigenasikanparu-paru selamabeberapa kalinapas
k. Masukkan 3 – 5ml normal salinke dalam jalannapas hanya jikarefleks batuktertelan
l. Ulangi empatlangkahsebelumnyasampai jalannapas bersih
m. Bilas kateterdengan normalsalin steril antaratindakanpenghisapan bilaperlu
n. Hisap kavitasorofaring setelahmenyelesaikanpenghisapankateter
o. Bilas selangpenghisap
p. Cuci tangan