Askep HIV

8
Askep HIV/AIDS Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah 1. Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia, meringis. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan komplikasi. Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam. Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. Dorong pengungkapan Dapat mengurangi ansietas dan

description

bzdghgf

Transcript of Askep HIV

Page 1: Askep HIV

Askep HIV/AIDS

Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah

1.      Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai

dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Hasil yang diharapkan  :  keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau

beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,

intensitas, frekuensi dan waktu.

Tandai gejala nonverbal misalnya

gelisah, takikardia, meringis.

Mengindikasikan kebutuhan untuk

intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan  komplikasi.

Instruksikan pasien untuk

menggunakan visualisasi atau

imajinasi, relaksasi progresif, teknik

nafas dalam.

Meningkatkan relaksasi dan perasaan

sehat.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,

sehingga persepsi akan intensitas rasa

sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik

narkotik. Gunakan ADP (analgesic

yang dikontrol pasien) untuk

memberikan analgesia 24 jam.

M,emberikan penurunan nyeri/tidak

nyaman, mengurangi demam. Obat yang

dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam

dapat mempertahankan kadar analgesia

darah tetap stabil, mencegah kekurangan

atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal

pengubahan posisi, masase, rentang

gerak pada sendi yang sakit.

Meningkatkan relaksasi atau menurunkan

tegangan otot.

Page 2: Askep HIV

2.      Diagnosis keperawatan     : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan

dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan,

kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan             :  mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan

berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan

nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah,

perasakan dan menelan.

Lesi mulut, tenggorok dan

esophagus dapat menyebabkan

disfagia, penurunan kemampuan

pasien untuk mengolah makanan

dan mengurangi keinginan untuk

makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal

umum terjadi dan dihubungkan

dengan muntah dan diare, yang

dapat mempengaruhi pilihan diet

atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika

memungkinakan sarankan makanan dari

rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi

sering berupa makanan padat nutrisi, tidak

bersifat asam dan juga minuman dengan

pilihan yang disukai pasien. Dorong

konsumsi makanan berkalori tinggi yang

dapat merangsang nafsu makan

Melibatkan orang terdekat dalam

rencana member perasaan control

lingkungan dan mungkin

meningkatkan pemasukan.

Memenuhi kebutuhan akan

makanan nonistitusional mungkin

juga meningkatkan pemasukan.

Batasi makanan yang menyebabkan mual

atau muntah. Hindari menghidangkan

makanan yang panas dan yang susah untuk

Rasa sakit pada mulut atau

ketakutan akan mengiritasi lesi pada

mulut mungkin akan menyebabakan

Page 3: Askep HIV

ditelan pasien enggan untuk makan.

Tindakan ini akan berguna untuk

meningkatakan pemasukan

makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium,

misal BUN, Glukosa, fungsi hepar,

elektrolit, protein, dan albumin.

Mengindikasikan status nutrisi dan

fungsi organ, dan mengidentifikasi

kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya

metoklopramid.

Mengurangi insiden muntah dan

meningkatkan fungsi gaster

      3.      Diagnosa keperawatan   : resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diare berat

Hasil yang diharapkan            : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa

lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL           

Pantau pemasukan oral dan pemasukan

cairan sedikitnya 2.500 ml/hari.

Mempertahankan keseimbangan cairan,

mengurangi rasa haus dan

melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan pada pasien;

gunakan cairan yang mudah ditoleransi

oleh pasien dan yang menggantikan

elektrolit yang dibutuhkan, misalnya

Gatorade.

Meningkatkan pemasukan cairan

tertentu mungkin terlalu menimbulkan

nyeri untuk dikomsumsi karena lesi

pada mulut.

Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan

rasa haus.

Indicator tidak langsung dari status

cairan.

Hilangakan makanan yang potensial

menyebabkan diare, yakni yang pedas,

berkadar lemak tinggi, kacang, kubis,

susu. Mengatur kecepatan atau

konsentrasi makanan yang diberikan

berselang jika dibutuhkan

Mungkin dapat mengurangi diare

Page 4: Askep HIV

Nerikan obat-obatan anti diare misalnya

ddifenoksilat (lomotil), loperamid

Imodium, paregoric.

Menurunkan jumlah dan keenceran

feses, mungkin mengurangi kejang usus

dan peristaltis.

4.      Diagnosa keperawatan   : resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan            : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak

nafas.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

 Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah

paru yang mengalami penurunan, atau

kehilangan ventilasi, dan munculnya

bunyi adventisius. Misalnya krekels,

mengi, ronki.

Memperkirakan adanya perkembangan

komplikasi atau infeksi pernafasan,

misalnya pneumoni,

Catat kecepatan pernafasan, sianosis,

peningkatan kerja pernafasan dan

munculnya dispnea, ansietas

Takipnea, sianosis, tidak dapat

beristirahat, dan peningkatan nafas,

menuncukkan kesulitan pernafasan

dan adanya kebutuhan untuk

meningkatkan pengawasan atau

intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan

pasien untuk berbalik, batuk, menarik

nafas sesuai kebutuhan.

Meningkatkan fungsi pernafasan yang

optimal dan mengurangi aspirasi atau

infeksi yang ditimbulkan karena

atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan

melalui cara yang sesuai misalnya

kanula, masker, inkubasi atau ventilasi

mekanis

Mempertahankan oksigenasi efektif

untuk mencegah atau memperbaiki

krisis pernafasan

Page 5: Askep HIV

      5.      Diagnose keperawatan          : Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan

produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan,

ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan

kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan                   : melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji pola tidur dan catat perunahan dalam

proses berpikir atau berperilaku

Berbagai factor dapat meningkatkan

kelelahan, termasuk kurang tidur,

tekanan emosi, dan efeksamping obat-

obatan

Rencanakan perawatan untuk

menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas

pada waktu pasien sangat berenergi

Periode istirahat yang sering sangat yang

dibutuhkan dalam memperbaiki atau

menghemat energi. Perencanaan akan

membuat pasien menjadi aktif saat

energy lebih tinggi, sehingga dapat

memperbaiki perasaan sehat dan control

diri.

Dorong pasien untuk melakukan apapun

yang mungkin, misalnya perawatan diri,

duduk dikursi, berjalan, pergi makan

Memungkinkan penghematan energy,

peningkatan stamina, dan mengijinkan

pasien untuk lebih aktif tanpa

menyebabkan kepenatan dan rasa

frustasi.

Pantau respon psikologis terhadap

aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi

pernafasan atau jantung

Toleransi bervariasi tergantung pada

status proses penyakit, status nutrisi,

keseimbangan cairan, dan tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan

aktifitas yang membantu pasien

mempertahankan atau meningkatkan

kekuatan dan tonus otot