ASKEP HIPOTIROID
-
Upload
putri-purnamasari -
Category
Documents
-
view
716 -
download
67
Transcript of ASKEP HIPOTIROID
ASKEP HIPOTIROID
BAB ITINJAUAN TEORITIS
I. Definisi Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Hipotiroid yang sangat berat disebut “miksedema”.
II. Etiologi Terdapat pelbagai faktor yang menyebabkan hipotiroidisme yang kronik. Pada kebanyakan
negara yang sedang berkembang, “kekurangan iodin” adalah faktor penyebab hipotiroisime tersering di seluruh dunia.
Sedangkan peyebab lainnya adalah penyakit “Hashimoto tiroiditis” atau ketiadaan kelenjar tiroid atau defisiensi hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus (pituitari).
Hipotiroidisme juga dapat disebabkan melalui keturunan, kadang-kadang autosomal resesif. Hipotiroidisme sementara dapat disebabkan oleh efek Wolff-Chaikoff.
III. Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.
Jenis Organ KeteranganHipotiroidisme primer
kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit Hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit hipertiroidisme.
Hipotiroidisme primer
kelenjar hipofisis(pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup hormon perangsang tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.
Hipotiroidisme hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan
tertier TRH yang cukup. Biasanya disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.
IV. Patofisiologi
PENYIMPANGAN KDMPerubahan proses pikir
Perubahan pola kognitif
Suplai O2 ke otak berkurang
Suplai O2 ke jaringan berkurang
Kelainan fungsi pernapasan
konstipasi
Pola napas tidak efektif
Depresi ventilasi
Penurunan fungsi pernapasan
gh
V. Manifestasi Klinis
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:Nafsu makan berkurangSembelitPertumbuhan tulang dan gigi yang lambatSuara serak
Berbicara lambatKelopak mata turunWajah bengkakRambut tipis, kering, dan kasarKulit kering, kasar, bersisik, dan menebalDenyut nadi lambatGerakan tubuh lambanlemahPusingCapekPucatSakit pada sendi atau ototTidak tahan terhadap dinginDepresiPenurunan fungsi indera pengecapan dan penciumaAlis mata rontokKeringat berkurang
GAMBARAN KLINIS1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan
curah jantung3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema5. Konstipasi6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
VI. Pemeriksaan Diagnostik Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan doktor hanya mengukur jumlah TSH
(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3)). Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur
level TSH. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek),
sbb: free triiodothyronine (fT3) free levothyroxine (fT4) total T3 total T4 24 hour urine free T3
VII. Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
BAB IIASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:Pola makanPola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).Pola aktivitas.
3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
Sistem pulmonarySistem pencernaanSistem kardiovaslkulerSistem musculoskeletalSistem neurologik dan Emosi/psikologisSistem reproduksiMetabolik
5. Pemeriksaart fisik mencakup
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
Nadi lambat dan suhu tubuh menurun Perbesaran jantung Disritmia dan hipotensie. Parastesia dan reflek tendon menurun
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
Diagnosa Medis1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.2. Perubahan suhu tubuh3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur
hidup5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.7. Miksedema dan koma miksedema.
Intervensi dan Rasional1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirianIntervensi:
a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir. Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
2. Perubahan suhu tubuhTujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normalIntervensi:
a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
c. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
d. Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan anginaRasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinalTujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.Intervensi:
a. Dorong peningkatan asupan cairanRasional : Meminimalkan kehilangan panas.
b. Berikan makanan yang kaya akan seratRasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
d. Pantau fungsi ususRasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
f. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.Rasional : Untuk mengencerkan feces.
4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.Intervensi:
a. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.
b. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c. Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
d. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
e. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasiTujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.Intervensi:
a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.Tujuan : Perbaikan proses berpikir.Intervensi:
a. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit .Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
7. Miksedema dan koma miksedemaTujuan: Tidak ada komplikasi.Intervensi:
a. Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme. Penurunan tingkat kesadaran ; demensia Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
b. Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasanRasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin.d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
e. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak bersifat mengancam
http://kerenz-kerenz.blogspot.com/p/askep-hipotiroid.html
Hipotiroid dan Hipoparatiroid0
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai optimal
Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Defisiensi yodium yang juga disebut iodine deficiency disorder (IDD) menyebabkan berbagai sindrom gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).
Indonesia menjadikan GAKY sebagai masalah gizi utama, karena sejumlah 42 juta penduduk tinggal di daerah endemis GAKY, 10 juta menderita gondok. Hasil survei di seluruh Indonesia menunjukkan peningkatan prevalensi Total Goiter Rate (TGR) dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi sebesar 11,1% pada tahun 2003. (Tim GAKY Pusat, 2005).
Prevalensi penderita hipotirodisme meningkat pada usia 30-60 tahun,empat kali lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria.hipotiroidisme kongenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Penderita dengan kelainan hormone paratiroid tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratioid mengalami gangguan dari metabolism kalsium dan fosfat.
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di Negara maju seperti amerika penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada wanita resiko untuk terkena hipoparatiroid lebih besar dari pria.
1. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Pembaca dapat memahami tentang hipotiroid dan hipoparatiroid
1. Tujuan Khusus
Pembaca dapat memahami tentang:
1. Pengertian dari hipotiroid dan hipoparatiroid2. Penyebab dari hipotiroid dan hipoparatiroid
3. Patofisiologi dari hipotiroid dan hipoparatiroid
4. Manifestasi klinis dari hipotiroid dan hipoparatiroid
5. Pemeriksaan penunjang pada penyakit hipotiroid dan hipoparatiroid
6. Penatalaksanaan medis pada penyakit hipotiroid dan hipoparatiroid
7. Asuhan keperawatan pada penyakit hipotiroid dan hipoparatiroid
1. Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah ini kelompok hanya membatasi pada pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan pada penyakit hipotiroid dan hipoparatiroid.
1. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan studi pustaka dari literatur yang ada di perpustakaan serta internet.
1. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari BAB I PENDAHULUAN: berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup, dan metode penulisan. BAB II ISI: berisi pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, serta asuhan keperawatan pada hipotiroid dan hipoparatiroid. BAB III PENUTUP: berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian 1. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4 – 4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara brachial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami migrasi ke bawah yang akhirnya melepaskan diri dari faring.
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid.
Hipotiroidisme merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh faal tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi. Suatu keadaan dimana efek hormone tiroid di jaringan kurang. Terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Hipotiroidisme sentral: akibat kerusakan hipofisis/ hipotalamus.2. Hipotiroidisme primer: apabila yang rusak
3. Karena sebab yang lain seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.
1. Kelenjar Paratiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
1. Penyebab 1. Hipotiroid
Ada banyak penyebab yang mungkin dari hipotirodisme :
1. Penyakit hashimoto2. Operasi karena penyakit tiroid
3. Terapi iodium radioaktif untuk penyakit tiroid
4. Tahap lanjut dari penyakit Graves
5. Iradiasi karena kelainan lain
6. Kekurangan iodium (bukan pada negara yang sudah maju)
7. Obat – obatan, asam amino, salisilat, iodida, lithium, amiodarone
8. Cacat bawaan
1. Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :\
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
1. Hipomagnesemia
2. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
3. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.
1. Patofisiologi
Proses Perjalanan Penyakit:
1. Hipotiroid
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan tirotoksikosis dengan RAI.juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH.
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain:
1. Penurunan produksi asam lambung ( aclorhidria)2. Penurunan motilitas usus
3. Penurunan detak jantung
4. Gangguan fungsi neurologik
5. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga pleura, kardiak abdominal sebagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.
1. Hipoparatiroid
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 – 12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
1. Manifestasi Klinis 1. Hipotiroid
Manifestasi klinis hipotiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh sebagai adalah berikut :
1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontok dan pertumbuhannya buruk
2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3. Sistem kardiovaskuler seperti bradikardi, ditritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktivitas menurun, hipotensi.
4. Metabolik seperti penurunan metabulisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi tehadap dingin.
5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat da berbata – bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan reflek tendon.
7. Gastrointstinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen
8. Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, anopulasi dan penurunan libido. Pada pria: penurunan libido dan inpotensia
9. Psiklogis/emosi; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, prilaku mania.
10. Manisfestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opiooid dan transkulizer meningkat, ekspresi wajah kosong,lemah, haluaran urine menurun, anemi, mudah berdarah.
1. Hipoparatiroid
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic aequivalent:
1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis2. Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
3. Parestesia
4. Hipestesia
5. Disfagia dan disartria
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung
8. Gangguan pernapasan
9. Epilepsi
10. Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
11. Gangguan ingatan dan perasaan kacau
12. Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
13. Kulit kering dan bersisik
14. Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
15. Kuku tipis dan rapuh
16. Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Hipotiroid
1. Tes fungsi tiroid
2. Tiroid scanning
3. Tes serologic
4. Tes supresi T3
5. Kadar kolesterol serum
6. Respon TSH terhadap TRH
1. Hipoparatiroid
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1. Erb’s sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2. Chvostek’s sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
3. Trousseau’s sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal.
4. Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada ± 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ektoderm:
1. Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.2. Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
3. Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.
1. Penatalaksanaan 1. Hipotiroid
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
1. Hipoparatiroid
1. Konservatif .
Terapi bagi hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium, rendah fosfor dianjurkan. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya yang tinggi.
1. Pembedahan. Dilakukan tindakan Trakeostomi2. Farmakologi1 Pemberian vit D2. Pemberian preparat hormon parenteral dapat dilakukan untuk
mengatasi hipoparatiroidisme disertai tetanus.
1. Asuhan Keperawatan
1. Hipotiroid
1. a. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakahada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:menghabiskan banyak waktu untuk tidur).Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
3. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh: vaskuler skeletalgik dan Emosi/psikologisksiPemeriksaart fisik mencakupPenampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
4. Perbesaran jantung Disritmia dan hipotensi. Parastesia dan reflek tendon menurun
5. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya,mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
6. Kaji bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
1. b. diagnosa keperawatan 1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
2. Perubahan suhu tubuh.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
7. Miksedema dan koma miksedema.
1. c. Intervensi dan Rasional
1. 1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan :Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi:
Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional :Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahatyang adekuat.
bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional :Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional :Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional :Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
1. 2. Perubahan suhu tubuh
Tujuan: Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional: Meminimalkan kehilangan panas
Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional: Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional: Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina
Rasional: Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
1. 3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan: Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi:
Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional: Meminimalkan kehilangan panas.
Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional: Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
Rasional: Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras
Pantau fungsi usus
Rasional: Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.Rasional: Meningkatkan evakuasi feses
Kolaborasi: untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
Rasional: Untuk mengencerkan feces.
1. 4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
Intervensi:
Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional: Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yangdiresepkan, kepada pasien.
Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.
Rasional: Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional: Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional: Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional: Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
1. 5. napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan: Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi:
Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
Rasional: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnyadan mengevaluasi efektifitas intervensi.
Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
Rasional: Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional :Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jikadiperlukan.
Rasional :Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.
1. 6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan: Perbaikan proses berpikir.
Intervensi:
Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
Rasional: Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit .
Rasional: Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
1. 7. Miksedema dan koma miksedema
Tujuan: Tidak ada komplikasi.
Intervensi:
Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.Penurunan tingkat kesadaran; demensia Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional: Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional: Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin.
Isi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
Rasional: Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
Berikan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.
Rasional: Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak bersifat mengancam
1. Hipoparatiroid
PENGKAJIAN
Riwayat Penyakit
a) Sejak kapan klien menderita penyakit?
b) Apakah ada anggota keluarga berpenyakit sama?
c) Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar paratiroid atau kelenjar tiroid?
d) Apakah ada riwayat penyinaran radiologi daerah leher?
Keluhan Utama
a) Kelainan bentuk tulang.
b) Perdarahan yang sulit berhenti.
c) Kejang-kejang, kesemutan, dan lemah.
Pemeriksaan Fisik
a) System integument
Rambut jarang dan tipis: pertumbuhan kuku buruk, deformitas dan mudah patah: kulit kering dan kasar.
b) System muskuluskeletal
Kelainan bentuk tulang. Tetani (kejang otot)
Tanda Chvosteks atau trousseaus
Keadaan tetanus laten terdapat gejala patieasa, kesemutan dan keram pada ekstermitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki.
Kesemutan dibibir, jri-jari tangan dan kaki.
Kejang dan nyeri otot dimuka, tangan dan kaki.
c) System persyarafan
Katarak-katarak dimata. Kehilangan memori (daya ingat), Sakit kepala.
d) System pernapasan
Tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring.
e) System kardiovaskuler
Aritmia jantung. Perubahan pada EKG.
Hipotensi.
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Kalsium serum rendah. Fosfat anorganik dalam serum tinggi.
Fosfatase alkali normal atau rendah.
b) Diagnostic
Foto rontgen. Sering terdapat klasifikasi yang bilateral pada ganglion basalis ditengkorak.
Kadang-kadang terdapat pula klasifikasi diserebellum dan pleksus koroid.
Density dari tulang bisa bertambah.
EKG: biasanya QT-interval lebih panjang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera berhubungan dengan trousean sign dan erb is sign.2. Masalah kolaboratif: tetani otot berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum.
RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnose keperawatan: resiko cidera berhubungan dengan trusean sign dan erb is sign.
Tujuan: klien tidak akan menderita cidera.
Intervensi keperawatan:
Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien mengalami penurunan kesadaran, pasanglah pengaman tempat tidur.
Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan hati-hati.
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan fisik.
Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan.
1. Diagnose keperawatan: tetani otot berhubungan dengan penurunan kadar kalsium darah.
Tujuan: klien tidak akan menderita cidera, seperti yang dibuktikan oleh kadar kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernapasan normal, dan gas-gas dalam darah normal.
Intervensi keperawatan:
Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernapasan. Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan trakeostomi saat merawat klien dengan tetani akut.
Jika klien beresiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infuse kalsium karbonat didekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika diperlukan.
Jika selang infuse harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.
Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium karbonat seperti tums.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai optimal
Penderita dengan kelainan hormone paratiroid tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratioid mengalami gangguan dari metabolism kalsium dan fosfat.
Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Terapi bagi hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium, rendah fosfor dianjurkan. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfornya yang tinggi. Pembedahan. Dilakukan tindakan Trakeostomi. Farmakologi1 Pemberian vit D2. Pemberian preparat hormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme disertai tetanus.
1. Saran
Berdasarkan kesimpulan penulis dapat memberikan saran sesuai dengan permasalahan yang timbul saat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan hipotiroid dan hipoparatiroid semakin baik antara lain:
1. Dapat mememahami tentang penyakit hipotiroid dan hipoparatiroid2. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai kepada pasien dengan hipotiroid dan
hipoparatiroid dengan berpegang pada teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 ed.4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Mardianti, Ratna. (2000). Buku Kuliah Faal Endokrin. Jakarta: Sagung Seto
Rumahorbo, Hotmo. (2000). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Endokrin. Jakarta: EGC
Ragg, Mark. (2000). Kesehatan Praktis Memahami Masalah Tiroid. Jakarta: Arcah
R. Scrock, Theodoe. (2000). Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Jakarta: EGC
http://www.scribd.com/doc/52114878/Hipoparatiroid
http://www.scribd.com/doc/89631203/ASKEP-HIPOTIROID
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/13/asuhan-keperawatan-hipoparatiroid/HipoparatiroidA.
http://ml.scribd.com/doc/87916168/ASKEP-HIPOPARATIROID
http://saputraaguseko.wordpress.com/keperawatan/askep/hipotiroid-dan-hipoparatiroid/
Askep HIPOTIROIDISME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon
yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu
sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipotiroidisme?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada
gangguan Hipotiroidisme.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan pengertian Hipotiroidisme.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis Hipotiroidisme.
3. Mendeskripsikan penyebab Hipotiroidisme.
4. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hipotiroidisme maka manfaat pada
pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan masyarakat dan perawat Hipotiroidisme.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham akan perawatan
Hipotiroidisme.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami secara
spesifik tentang Hipotiroidisme.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid
oleh kelenjar tiroid.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak
mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh
antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab
tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter dapat terlihat pada
pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam biosintesis hormone tiroid; pada penderita seperti
ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat
pada penderita tiroiditis Hashimoto, suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi
kelenjar tiroidnya dikaitkan dengan antitiroglobulin atau antibodi mikrosomal sel antiroid. Pasien
dengan hipotoidisme sekunder mungkin menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormone-hormon
trofik hipofisis lainya.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu
sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang
disebut miksedema.
Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir, atau menjadi nyata
dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Nanifestasi dini kritenisme antara lain ikterus fisiologik yang
menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan kesulitan untuk mencapai perkembangan normal.
Anak yang menderita hipotiroidisme congenital memperlihatkan tubuh yang pendek; profil kasar, lidah
menjulur kkeluar; hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang; kulit kering;
perut menonjol; dan hernia umbilikalis.
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan perkembangan gigi. Komplikasi utama dari
hipotiroidisme congenial dan hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah
retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki hipotiroidisme secara dini. Para ahli
medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan ini.
2.2 Jenis
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis
ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun. Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak
tergantung pada sebabnya.
2.3 Penyebab
Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a. Bawaan
Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
Kelainan hormogonesis
Kelainan bawaan enzim (inborn error)
Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
b. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya
normal. Panyebabnya adalah
Idiopatik (autoimunisasi)
Tiroidektomi
Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
Pemakaian obat anti-tiroid
Kelainan hipofisis.
Defisiensi spesifik TSH
2.4 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan
kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik
negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidism yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak
jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya
terdapat kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan
adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan
hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun
pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah
pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah.
Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa.
Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara
terbelakang.
Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang
jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium
radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi
iodium juga dapatmeningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;
1. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang
2. Kulit dingin dan kering.
3. Wajah membengkak dan gerakan lamban.
4. Aktivitas motorik dan intelektual lambat.
5. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh
hiperminore.
2.7 Penatalaksaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigi,hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT
dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain: kadar tiroksin
dan dan triyodoronin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol serum. Kadar
TSH serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada
hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua
pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dimulai dalam dosis
rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat,
dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai
dosis pemeliharaan maksimal 150 µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat
dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk
menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal.
Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan
mengikuti kadar tiroksin bebas.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan
memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormone tiroid buatan T4.
Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap
sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormone tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan
kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME
3.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian
terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata – bata,
gangguan memori
Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar teroid yang mengalami
atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh
klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien
mencakup kelima komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan
ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Intoleran aktifitas
berhubungan
dengan penurunan
metabolism
sekunder terhadap
hipotiroidisme
Tolerasi
aktivitas
membaik.
Melaporkan
sedikit lelah
pada AKS
1.Anjurkan aktivitas
sesuai tolerasi.
2.Bantu aktivitas
perawatan mandiri
ketika pasien
berada dalam
keadaan lelah.
Istirahat
membantu
menghemat
energy.
Memberikan
kesempatan
pada pasien
berada dalam
keadaan lelah
2 Resiko tinggi
terhadap
konstipasi
berhubungan
dengan penurunan
peristaltic
Hilang dari
konstipasi
Melaporkan
pasase bentuk
feses lunak
1.Berikan makanan
yang kaya serat.
2.Ajarkan pada
pasien tentang
jenis – jenis
makanan yang
banyak
mengandung air.
3.Kolaborasi
pemberian obat
pencahar dan
Meningkatkan
massa feses dan
frekuensi buang
air besar.
Untuk
peningkatan
asupan cairan
kepada pasien
agar feses tidak
keras.
Untuk
mengencerkan
feses.
enema bila
diperlukan.
3 Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan depresi
ventilasi
Perbaikan dan
pola nafas
normal
Melaporkan
dapat
bernafas
dengan efektif
1. Pantau frekuensi,
kedalaman, pola
pernafasan.
2. Dorong pasien
untuk nafas dalam
dan batuk.
Mengidentifikasi
hasil
pemeriksaan
dasar untuk
memantau
perubahan
selanjutnya dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.
Mencegah
aktifitas dan
meningkatkan
aktifitas yang
adekuat.
3.4 Implementasi
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism sekunder terhadap
Tindakan :
a. Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
b. Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
Tindakan :
a. Berikan makanan yang kaya serat.
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tindakan :
a. Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
b. Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada
pasien dengan gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak
mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh
antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab
tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu
sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang
disebut miksedema.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsm
ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
A.Prince, Sylvia & M.Wilson, Lorraine. (2009). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Jakarta : EGC
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=11&judul=Hipertiroidisme&iddtl=1
24&UID=20071121172513125.163.255.129.Last update : copyright 2005 Last log in :
november 30,2007
http://zainal4547.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
Makalah Askep HipotiroidPosted on Desember 11, 2013 by hamsah97mw
KATA PENGANTAR
Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang ”MAKALAH ASKEP HIPOTIROIDISMEA” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas dari mata kuliah SISTEM ENDOKRIN.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kendari, Nopember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….…………………………..…….. 1
Latar Belakang ……………………………………………………………………………. 1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………… 2
Tujuan ………………..…………………………………………………………………….. 2
Manfaat ……………………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..………. 3
Pengertian ……………………………..………………………………………………. 3
Etiologi ………………………………………………………………………………….. 4
Patofisiologi …………………………………………………………………………… 5
Penyimpangan KDM ……………………………………………………………….. 6
Manifestasi Klinis ……………………………………………………………………. 7
Komplikasi ………………………………………………………………………………. 7
Pengkajian ……………………………………………………………………………….. 9
Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………… 11
Intervensi ………………………………………………………………………………… 12
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………….. 15
Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 15
Saran …………………………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin dan system eksokrim. System eksokirm merupakan system yang mengeluarkan enzim pada permukaan tubuh seperti kulit, dan dinding pembuluh darah. System endokrin membahas tentang system pengeluaran enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh seperti ginjal, hati, pancreas, pembuluh darah, dll. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh system endokrin ini diantaranya adalah hipotiroidisme. Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kelenjar tyroid dalam menghasilkan hormone T3 ( triodotironin ) dan t4 (tiroksin). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat menyerang pada manusia utamanya pada laki-laki. Penyakit ini juga salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada stadium lanjut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dalam pembahasan makalah ini membahas lebih lanjut tentang penyakit hipotiroidisme serta asuhan keperawatan secara mendasar sehingga kita dapat mengetahui secara dini tentang penyakit ini dan cara perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Hipotiroidisme?
1.2.2 Jenis-jenis Hipotiroidisme?
1.2.3 Apa Etiologi/Penyebab Hipotiroidisme?
1.2.4 Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian Hipotiroidisme.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis Hipotiroidisme.
1.3.3 Mengetahui penyebab Hipotiroidisme.
1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan Hipotiroidisme.
1.4 Manfaat
1.4.1 Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham akan perawatan Hipotiroidisme.
1.4.2 Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan memahami secara spesifik tentang Hipotiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu atau beberapa kelainan structural atau fungsional dari kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormone-hormone tiroid menjadi isufisiensi (Haznam, M.W, 1991: 149).
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar tiroid (Ranakusuma, B, 1992:35).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur (Long, Barbara.C, 1996:102).
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon – hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000).
Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti atau kurang memproduksi hormon tiroksin (Semiardji, Gatut, 2003:14).
Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.
2.1.2 Klasifikasi
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
b. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
c. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan fT4 turun. Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
2.1.3 Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
1. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4 ) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik glikosida
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, ( Aminothiazole, tolbutamid ).
2.1.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
2.1.5 Perjalanan penyakit hipotiroid terhadap KDM
Defisiensi iodium, disfungsi hiposis, disfungsi TRH hipotalamus.
Penekanan produksi H. Tiroid (Hipotiroidisme)
TSH merangsang Kel. Tiroid untuk mensekresi
Kel. Tiroid membesar
Menekan struktur dileher dan dada
Disfagia gangguan respirasi
Depresi ventrilasi
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
Laju BMR lambat
GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Penurunan produksi panas
PERUBAHAN SUHU TUBUH (HIPOTERMI)
Kekurangan Vit. B12 dan Asam folat
Pembentukan eritrosit tidak optimal
Produksi SDM menurun
Anemia
Kelemahan
INTOLERANSI AKTIVITAS
Achlorhydria
Penurunan mortilitas tubuh
Penurunan fungsi GI
KONSTIPASI
2.1.6 Manifestasi Klinis
a. Kulit dan rambut
ü Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
ü Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Muskuloskeletal
ü Artralgia dan efusi synovial
c. Kardiorespiratorik
ü Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
ü Penyakit jantung iskemic
ü Efusi pleural
ü Dispnea
d. Gastrointestinal
ü Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
ü Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
e. Renalis
ü Retensi air (volume plasma berkurang)
f. Sistem reproduksi
ü Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
ü Penurunan libido
ü Gangguan fertilitas
g. Metabolik
ü Penurunan metabolic basal.
ü Penurunan suhu tubuh.
ü Intoleran terhadap dingin
h. Sistem neurologi, emosi dan psikologi.
ü Fungsi intelektual lambat.
ü Berbicara lambat dan terbbata-bata.
ü Gangguan memori.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4.2. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun)
3. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
2.1.8 Komplikasi
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah
a. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
1. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
1. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang sama atau tidak, atau penyakit lainnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau tidak.
e. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
f. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
ü Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
ü Pola tidur
Pasien sering tidur larut malam
ü Pola aktivitas
Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Intoleran aktifitas.
b. Hipotermi.
c. Konstipasi.
d. Ketidakefektifan Pola nafas.
e. Nutrisi, ketidakseimbangan : Kurang dari kebutuhan tubuh.
2.2.3 Intervensi Keperawatan.
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
a.
Intoleransi Aktifitas.
Faktor yang berhubungan :
Kelelahan dan penurunan proses Kognitif.
Konservasi energi. Toleransi aktivitas.
Perawatan diri.
Kriteria hasil :
Berpatisipasi dalam aktivitas fisik.
Mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri.
Terapi aktivitas :
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social.
Bantu untuk mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
b. Hipotermi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan metabolisme.
Termoregulasi. Tanda – tanda vital.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal.
Nadi dan respirasi dalam rentang normal.
Pengaturan Suhu :
Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Pemantauan tanda vital :
Monitor TD, nadi, suhu dan respirasi.
Monitor suara parau dan pola pernapasan abnormal.
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit.
c.
Konstipasi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan fungsi Gastrointestinal.
Hidrasi. Defekasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari.
Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
Mengidentifikasi indikasi untuk mencegah konstipasi.
Feses lunak dan berbentuk.
Manajemen konstipasi :
Monitor tanda dan gejala konstipasi.
Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume.
Kolaborasi :
Memberikan anjuran pemakaian obat nyeri sebelum defekasi untuk memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri.
d.
Ketidakefektifan pola napas
Status respirasi : Ventilasi. Status tanda – tanda vital.
Manajemen jalan nafas :
Posisikan pasien untuk
Faktor yang berhubungan :
Depresi ventilasi
Kriteria hasil :
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
Tanda – tanda vital dalam rentang normal.
memaksimalkan ventilasi. Berikan aroma terapi untuk
melegakan jalan nafas.
Monitor pola pernapasan abnormal.
Monitor tanda – tanda vital.
e.
Nutrisi, ketidakseimbangan : kurang dari kebutuhan tubuh
Faktor yang berhubungan :
Lambatnya laju metabolisme tubuh.
Selera makan. Status gizi.
Pengukuran biokimia.
Kriteria hasil :
Tidak adanya tanda – tanda malnutrisi.
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
Manajemen nutrisi :
Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang.
Pemberian makanan dan asupan gizi untuk mendukung proses metabolic pasien yang malnutrisi atau beresiko tinggi terhadap malnutrisi.
Membantu klien untuk makan.
Analisa data pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.
Manajemen/Pemantauan cairan/elektrolit :
Analisa data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan/elektrolit.
Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 1 tahun 2013.
4. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 2 tahun 2013.
5. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-1014.
6. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern.
http://hamsah97mw.wordpress.com/
http://hamsah97mw.wordpress.com/2013/12/11/makalah-askep-hipotiroid-16/
ASKEP HIPOTIROID
BAB II
TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID
2.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada
banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin
langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai
mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi
mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria
dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang
dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a. Hashimoto's thyroiditis
b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d. Penyakit pituitari atau hipotalamus
e. Obat-obatan
f. Kekurangan yodium yang berat
2.3 Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada
disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis,
hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya
disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.
a. Primer
1. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal,
agenesis, amiodaron
b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan
pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2.4 Gejala- gejala hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka
dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada
penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-
gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari
keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a. Kelelahan
b. Depresi
c. Kenaikkan berat badan
d. Ketidaktoleranan dingin
e. Ngantuk yang berlebihan
f. Rambut yang kering dan kasar
g. Sembelit
h. Kulit kering
i. Kejang-kejang otot
j. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k. Konsentrasi menurun
l. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m. Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata, suatu denyut
jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang
amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa
(miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma
cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-
hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan
mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak
dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang
memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang
kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin)
yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan
kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya
kadar HT, TSH, dan TRH.
2.6 Gambaran Klinis
a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah
jantung.
c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema
e. Konstipasi
f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-
stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat
(terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level
TSH.
d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT
dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain
adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap
sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila
penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
Contoh Kasus : Seorang wanita, usia 28 tahun, BB 40 kg, TB 160 cm, Riwayat penyakit: dua tahun
yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan di Puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher
depan dan nyeri tekan, pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya tetap kurus.
Hasil pemeriksaan fisik jantungnyaa membesar, nadi <60 kali/menit, matanya exofthalmus, benjolan
di leher, dan rasa nyeri. Pemeriksaan laboratorium TSH <0,004µIU/ml, FT4 20µg/dl, FT3 15pg/dl .
Kemudian oleh dokter disarankan untuk melakukan pemeriksaan iodium radioaktif dan fineddle
aspiration biopsy (FNAB).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah
pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
a. Identitas pasien :
- Nama : Ny. Mona
-Umur : 28 tahun
-Jenis kelamin : Perempuan
-Pekerjaan : Pegawai swasta
-Berat badan : 40 kg
-Tinggi badan : 160 cm
b. Keluhan utama :
-Sesak nafas
-Sulit menelan
-Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher
-Pasien nampak gelisah
- Pasien tidak nafsu makan
-Rasa capek/lelah
-Pasien intoleran terhadap dingin
-Sembelit
c. Riwayat kesehatan :
- Pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
-Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
2. Pola tidur
-Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
-Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas
menurun, hipotensi.
4) Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan
bahkan maniak.
f. Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.
2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSH pada pasien
tersebut yaitu <0,005µIU/ml,
g. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran
dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
h. Analisis Data :
1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai
akibat oftalmopati
-Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.
2) Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,
hipotensi.
- Data yang didapat : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung dan hipotensi.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme, dan
napsu makan yang menurun.
-Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, hemoglobin menurun, dingin, pucat, kering,
bersisik dan menebal, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun,
dispnea.
- Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai
akibat oftalmopati.
b. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, dan
hipoventilasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme: napsu
makan menurun.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
e. Perubahan suhu tubuh.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
h. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.
3.3 Intervensi
Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai
akibat oftalmopati.
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera
pada mata.
Intervensi :
1. Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.
2. Basahi mata dengan borwater steril.
3. Jika ada photophobia, anjurkan pasien menggunakan kacamata rayben
4. Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.
5. Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter memberikan
obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.
Dx 2. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,
hipoventilasi.
Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama
jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi kemungkinan
terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan pengeluaran urine dan
perubahan status mental.
2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada, karena pada
pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya
dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu
sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspadai
bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme
dan napsu makan menurun.
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan
2. Berikan makanan yang kaya akan serat
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
Dx 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.
Intervensi :
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Dx 5. Penurunan Suhu Tubuh.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.
Intervensi :
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau
penghangat).
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
4. Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin.
Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan.
2. Berikan makanan yang kaya akan serat.
3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
Dx 7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Dx 8. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir
Intervensi :
1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit .
3.4 Pertanyaan
1. Jenis makanan apa yang dapat menyebabkan (yang dihindari) hipotiroid ?
Jawaban : Makanan yang dapat menyebabkan hipotiroid yaitu makanan yang berjenis goitrogen, hal ini
dapat mengganggu fungsi kerja tiroid dan dapat memicu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid
(gondok). Tidak semua jenis makanan goitrogen yang harus dihindari penderita hipotiroid, namun ada
dua jenis makanan goitrogen, antara lain : a) Kacang kedelai, karena kacang kedelai mengandung kadar
isoflavon yang tinggi. b) Glutein, ditemukan dalam biji-bijian, seperti gandum, barley, rye, dan oat.
Selain itu juga makanan yang mengandung goitrogen yaitu brokoli, kembang kol, dan kubis brussel.
2. Jelaskan proses penurunan gastrointestinal pada hipotiroid ?
Jawaban : Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensiyodiurn terjadi gondok karena
sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan
dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua yodium yang
tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH
dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karena
sebab-sebab yang telah dijelaskan maka akan terjadi gangguan
metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini,
menyebabkan produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga
menyebabkan kelelahan serta terjadinya penurunan fungsi pernapasan
yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul dispenia, kemudian
pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam tubuh
juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena
suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah bradikardi,
disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga dapat
menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya
gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak.
Selain itu gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan
pada fungsi gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan
menurunnya fungsi peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi
(susah BAB). Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada
turunnya suhu tubuh karena produksi kalor yang menurun sehingga
terjadi intoleransi suhu dingin.
3. Sebutan lain dari penyakit hipotiroid ?
Jawaban: Penyakit hiptiroid disebut juga dengan penyakit Hashimoto’s thyroiditis (radang
tiroid/gondok), dimana system imun/antibody penderita hipotiroid akan menyerang dan memusnahkan
sendiri tiroid tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab lain yaitu karena pengobatan terhadap hipertiroid,
akibat hormon tiroid yang terlalu tinggi atau obat-obatan lain.
4. Pemberian obat yang dianjurkan dan dihindari oleh penderita hipotiroid ?
Jawaban : Dari berbagai macam jenis obat, salah satu dari dua obat-obatan yang tersedia dipasaran dan
di anjurkan yaitu: Obat-obatan obat-obatan yang yang mengandung hormon tiroid atau dapat
merangsang produksi hormon tiroid, seperti ; obat Levothyroxine yang mana dipasaran sedia dengan
nama Euthyrox Merck. Selain itu, ada juga obat Tefor. Pemberian antara obat-obat tersebut selisih
minimal 4 jam. Dalam pemberian obat hipotiroid ini harus perut dalam kedaaan kosong. Sedangkan
obat-obatan yang harus dihindari yaitu obat-obatan yang mengandung zat besi atau antasid, hal ini
karena dapat mengganggu penyerapan. Obat-obatan tersebut antara lain : Mehimazole (Tapazole),
Propylthiouracil (PTU). Selain itu obat-obatan yang harus di hindari oleh bayi yauitu obat PTU.
http://silviahidayantiaskep.blogspot.com/2012/01/askep-hipotiroid.html
ASKEP HIPOTIROID
ASKEP HIPOTIROID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jarinan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di
tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul
retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus,
gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini
sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta
hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta
hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang terkait
dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari hipotiroid?
2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
4. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?
5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotiroid.
Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan definisi Hipotiroid.
2) Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipotiroid.
2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit Hipotiroid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID
2.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak
langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi
mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-
kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa
diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a) Hashimoto's thyroiditis
b) Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d) Penyakit pituitari atau hipotalamus
e) Obat-obatan
f) Kekurangan yodium yang berat
2.3 Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi
kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau
keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis
hipotiroid tersier.
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis,
amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2.4 Gejala- gejala hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka dapat
meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-
pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya
menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu
perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a) Kelelahan
b) Depresi
c) Kenaikkan berat badan
d) Ketidaktoleranan dingin
e) Ngantuk yang berlebihan
f) Rambut yang kering dan kasar
g) Sembelit
h) Kulit kering
i) Kejang-kejang otot
j) Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k) Konsentrasi menurun
l) Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m) Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata, suatu denyut jantung
yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid
yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang
mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi,
stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid
yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat
dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu
pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru
(pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap
hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang
merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena
tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2.6 Gambaran Klinis
a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi
dari saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama
tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d) Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam
keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-
oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang
dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu
tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali
normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab
hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.
Contoh Kasus : Seorang wanita, usia 28 tahun, BB 40 kg, TB 160 cm, Riwayat penyakit: dua tahun yang lalu
pasien pernah melakukan pengobatan di Puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan,
pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya tetap kurus.
Hasil pemeriksaan fisik jantungnyaa membesar, nadi <60 .="" 15pg="" 20="" aspiration="" benjolan=""
biopsy="" dan="" di="" disarankan="" dl="" dokter="" exofthalmus="" fineddle="" ft3="" ft4="" g=""
iodium="" kali="" kemudian="" laboratorium="" leher="" matanya="" melakukan="" menit="" ml="" nyeri.=""
oleh="" pemeriksaan="" radioaktif="" rasa="" span="" tsh="" untuk="">
Kurang yodium berat
Operasi tiroid
WOC :
Penyakit autoimun
Gondok endemik
HIPOTIROID
Penurun an metabolism basal
Kelemahan otot
oftalmopati
G.TeRmoregulasi
Prod. Kel. Sebasea & kringat mnurun.
Eksitensi neuromuscular menurun
s.integumn
s.cerna
Kulit kering
Absorbsi ganggu/ anoreksi
Motilitas Sraktus turun
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
karotenemia
Kulit kekuning2n
g.citra tubuh
Hipotermi.
Kerusakan integritas kulit
.Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati.
. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Konstipasi
. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi
Inkonsentrasi protein G /Reseptor adrenergik
anoreksia
g.moblisasi
bradikardi
Sel otak disfugsi kognitif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian
terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
a.Identitas pasien :
· Nama : Ny. Mona
· Umur : 28 tahun
· Jenis kelamin : Perempuan
· Pekerjaan : Pegawai swasta
· Berat badan : 40 kg
· Tinggi badan : 160 cm
b.Keluhan utama :
· Sesak nafas
· Sulit menelan
· Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher
· Pasien nampak gelisah
· Pasien tidak nafsu makan
· Rasa capek/lelah
· Pasien intoleran terhadap dingin
· Sembelit
c. Riwayat kesehatan :
· Pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat
ditekan.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
· Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
2. Pola tidur
· Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
· Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku
menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun,
hipotensi.
4) Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori,
perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan bahkan maniak.
f.Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.
2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada
yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSHpada pasien tersebut yaitu <0 i="" ml="">
g. Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan
nodul h.
h. Analisis Data :
1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati
-Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian
kurang, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.
2) Penurunan curah jantung b/d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipotensi.
- Data yang didapat : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung dan hipotensi.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan kebutuhan metabolisme, dan napsu makan yang
menurun.
-Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, hemoglobin menurun, dingin, pucat, kering, bersisik dan
menebal, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun, dispnea.
- Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural
3.2 Diagnosa Keperawatan
a.Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati.
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
d.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Hipotermi b/d penyakit.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
h. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi
3.3 Intervensi
Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat
oftalmopati.
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata.
Intervensi :
Ø 1)Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.
R/ untuk mengurangi trauma pada mata
Ø 2)Basahi mata dengan borwater steril.
R/ untuk memberi rasa nyaman pada mata
Ø 3)Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.
R/ memudahkan pasien untuk tidur
Ø 4)Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter memberikan obat-obat
untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.
R/ mengurangi edema dan cairan
Dx 2. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam
R/ untuk mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan
pengeluaran urine dan perubahan status mental.
2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada,
R/ karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan
R/ untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya dokter
memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan
dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspadai bila terjadi
hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.
R/untuk mengidentifikasikan reaksi obat yang di berikan pada pasien
Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan
R/Untuk menambah asupan cairan pada tubuh px
2. Berikan makanan yang kaya akan serat
R/ Agar asupan nutrisi pada tubuh tercukupi
3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
R/ Agar px tau tentang makanan apa saja yang baik untuk di makan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan terapi yang tepat
R/ untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
} R/ untuk pemberian nutrisi yang diberikan tepat
Dx 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.
Intervensi :
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
R/ untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
R/ Agar tidak terjadi luka dekusbitus
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
R/ Bertujuan agar tidak menimbulkan stress
4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
R/ Untuk mengetahui perkembangan dalam beraktivitas pada pasien
Dx 5. Hipotermi berhubungan dengan penyakit.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.
Intervensi :
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
R/Agar pasien merasa hangat dan nyaman
2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau
penghangat).
R/ Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan atau efek samping dari benda tsb
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
R/Untuk mengetahui suhu normal pada px
4. Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin
. R/Agar hipotermi tidak kambuh lagi
Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi :
1. Dorong peningkatan asupan cairan.
R/ Agar asupan cairan pada tubuh terpenuhi
2. Berikan makanan yang kaya akan serat.
R/ Agar asupan nutrisi terpenuhi dengan baik
3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
R/ Memberi wawasan pada pasien makanan apa saja yang baik untuk di konsumsi
4. Pantau fungsi usus
R/ Untuk mengetahui kerja usus apakah sudah normal atau belum
5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
R/Untuk merileksasikan otot-otot agar tidak kaku
6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
R/ : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan
Dx 7. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi.
Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb
2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb
Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
R/karena dosis yamg berlebiha akan menimbulkan efek samping dari obat tsb
4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
R/ untuk mengatur pola nafas pasein agar bisa bernafas dengan baik
Dx 8. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi
Tujuan : Perbaikan proses berpikir
Intervensi :
1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
R/ Untuk mengurangi terjadinya stres karena proses penyakit
2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
R/Untuk mengurangi stres akibat penyakit yang di derita px
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan
proses penyakit .
R/Memberi wawasan pada keluaga pasien tentang apa yang terjadi akibat proses penyakit tsb
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang abnormal rendahnya.Ada
banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak
langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan.
Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah
leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-
kupu yang di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah.
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti
seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid.Dua hormon yang paling
penting adalah thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing gormon-
hormon tiroid.
SARAN
1. Sering seringlah mengkonsumsi garam yang mengandung yodium dengan cukup
2. Jaga pola diet tiap hari dengan mengkonsumsi makanan banyak serat dan banyak protein serta rendah kolesterol
3. Segera periksakan jika merasa memiliki tanda atau gejala hipotiroid.
http://abdul-mufti.blogspot.com/2013/03/askep-hipotiroid.html
Askep Hipotiroid
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi / pengertian
a. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
b. Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan
hormon tiroid (Baradero,2009).
2. Epidemiologi
Sebelum Perang Dunia II banyak penyelidik di Indonesia menemukan kretin. Abu Hanifah
menemukan di daerah Kuantan 0,15% kretin di antara 50.000 penduduk. Pfister (1928)
menemukan pada suku Alas 17 kretin, 57 kretinoid dan 11 kasus yang meragukan dari 12.000
penduduk; jumlah semuanya meliputi 0,73%. Eerland (1932) menemukan 126 kretin di Kediri
dan banyak kretinoid, sedangkan Noosten (1935) menemukan juga kretin di Bali.
3. Penyebab
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Tiroiditis Hashimoto.
Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi
beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjaryang masih berfungsi. Penyebab
kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun
pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium jangka panjang
dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa).
4. Patofisiologi terjadinya penyakit
Untuk memproduksi dan mensekresi hormon tiroid memerlukan iodine. Produksi hormon tyroid
tergantung sekresi TSH dan ingesti iodine yang adekuat. Hipotalamus mengatur sekresi TSH
melalui sistem negatif feedback. Bila kekurangan iodine atau produksi hormon tyroid terhambat
dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tyroid sebagai dampak dari sekresi TSH yang
berlebihan sebagai kompensasi untuk meningkatkan sekresi hormon tyroid. Penurunan hormon
tyroid dapat menyebabkan :
Basal metabolisme rate menurun, motilitas saluran cerna menurun, Bradikardia, produksi panas
menurun, fungsi neurologi menurun. Metabolisme lemak menurun serum kolesterol &
trigliserid meningkat aterosklerosis dan penyakit jantung koroner Penurunan sel darah
merah
5. Klasifikasi
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
b. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
c. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi
perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya
diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan fT4 turun. Manifestasi klinis
hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.
Hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Bawaan (kretinisme)
a. Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
b. Kelainan hormogonesis
1) Kelainan bawaan enzim (inborn error)
2) Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
3) Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
2. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang
sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a. Idiopatik (autoimunisasi)
b. Tiroidektomi
c. Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
d. Pemakaian obat anti-tiroid
e. Kelainan hipofisis.
f. Defisiensi spesifik TSH
Berdasarkan usia awitan Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Hipotiroidisme Dewasa (Miksedema)
2) Hipotiroidisme Juvenilis
Timbul sesudah usia 1-2 tahun.
3) Hipotiroidisme Kongenital (Kretinisme)
Terjadi sebelum/segera sesudah lahir.
6. Gejala klinis
1) Gejala hipotiroidisme dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat umum karena
kekurangan hormon tiroid di jaringan, dan yang spesifik disebabkan karena penyakit dasarnya.
2) Pada bayi baru lahir gejala sering belum jelas. Baru sesudah beberapa minggu gejala lebih
menonjol. Ikterus fisiologis biasanya lebih lama, kurang mau minum, sering tersedak, aktifitas
kurang, lidah yang besar dan sering menderita kesukaran pada pernafasan. Bayi dengan kelainan
ini jarang menangis, banyak tidur dan kelihatan sembab. Biasanya ada obstipasi, abdomen besar
dan ada hernia umbilikalis. Suhu tubuh rndah, nadi lambat dan kulitnya kering dan dingin.
Sering ditemukan anemia.
3) Pada umur 3-6 bulan gejala makin jelas. Sekarang mulai kelihatan pertumbuhan dan
perkembangan lambat (retardasi mental dan fisis). Sesudah melewati masa bayi, anak akan
kelihatan pendek, anggota gerak pendek dan kepala kelihatan besar. Ubun-ubun besar terbuka
lebar. Jarak antara kedua mata (hipertelorisme). Mulut sering terbuka dan tampak lidah
membesar dan menebal. Pertumbuhan gigi terlambat dan gigi lekas rusak. Tangan agak lebar dan
jari pendek. Kulit kering tanpa keringat. Warna kulit kekuning-kuningan yang disebabkan oleh
karotenemia. Miksedema tampak jelas pada kelopak mata, punggung tangan dan genitalia
eksterna. Otot-otot biasanya hipotonik. Retardasi mental makin jelas. Suara biasanya parau dan
biasanya tidak dapat berbicara.
4) Makin tua, anak makin terlambat dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pematangan alat
kelamin terlambat atau sama sekali tidak terjadi.
5) Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa,
obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik
dan anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat
terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat. Semua tanda
di atas akan hilang dengan pengobatan. Ada tambahan keluhan spesifik, terutama pada tipe
sentral. Pada tumor hipofisis mungkin ada gangguan visus, sakit kepala, dan muntah. Sedangkan
dari gagalnya fungsi hormon tropiknya, misalnya karena ACTH kurang, dapat terjadi kegagalan
faal korteks adrenal dan sebagainya.
7. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Ekspresi wajah tumpul
2) Capek
3) Mengantuk
4) Berat badan meningkat
5) Kelambanan mental
6) Kurangnya pertumbuhan rambut
7) Suara parau (seperti katak)
8) Kulit bersisik
9) Oedema seluruh tubuh
10) Sakit kepala
11) Mual
12) Anoreksia
b. Palpasi
- Denyut nadi melemah
- Konstipasi
c. Aukskultasi
- Detak jantung lambat
- Tekanan darah menurun
d. Perkusi
- Suara perut dullness
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1) Tes kadar TRH dilakukan untuk mengetahui kadar TSH
2) Tes kadar T3 dan T4 dilakukan untuk mengetahui kadar T3 dan T4
3) Tes gula darah dilakukan karena sehubungan dengan kerusakan adrenal
4) Tiroid Autoantibodi untuk mengetahui antibodi tiroglobulin dan antibody mikrosomal
9. Diagnosis/Kriteria diagnosis
- Goitter
- Miksidema
- Degradasi mental
- Kritinisme
- Autoimunitas
- Hipotensi
- Hipotonik
10. Terapi/ tindakan penanggulangan
Pada pengobatan hipotiroidisme yang perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikkan
dosis tiroksin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme adalah :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH (bukan mensupresi)
d. Membuat T3 (dan T4) normal
e. Menghindarkan komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan substitusi, yaitu makin berat
hipotiroidisme makin rendah dosis awal dan makin landai peningkatan dosis, dan geriatri
dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Prinsip substitusi adalah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid endogen pasien.
Indikator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak dianjurkan,
sebab ada risiko gangguan jantung dan densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-
triodotironin (T3) maupun pulvus tiroid. Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit
diramalkan. T3 tidak digunakan sebagai substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga
perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik adalah T4
Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama
bahan lain yang mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit sindrom
malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida,
kolestiramin, sulfas ferosus, kalsium karbonat).
Dosis rata-rata dari penggantian T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6
mikrogram per kilogram per hari. Ini diterjemahkan kedalam kira-kira 100 sampai 150
mickograms per hari.
Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar.
Pada pasien-pasien yang muda dan sehat, jumlah yang penuh dari hormon pengganti T4
mungkin dimulai pada awalnya.
Pada pasien-pasien dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya, metode dari
pengganti hormon ini mungkin memperburuk kondisi jantung yang mendasarinya pada
kira-kira 20% dari kasus-kasus.
Pada pasien-pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung yang diketahuinya, memulai
dengan suatu dosis penuh dari pengganti tiroid mungkin berakibat pada
penemuan/pembongkaran penyakit jantung, berakibat pada sakit/nyeri dada atau suatu
serangan jantung. Untuk sebab ini, pasien-pasien dengan suatu sejarah penyakit jantung
atau mereka yang dicurigai berada pada risiko yang tinggi dimulai dengan 25 mikrogram
atau kurang hormon pengganti, dengan suatu kenaikkan dosis yang berangsur-angsur
pada interva-interval 6 minggu.
Idealnya, pengganti T4 sintetik harus dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum
makan. Obat-obat lain yang mengandung zat besi atau antasid-antasid harus dihindari,
karena mereka mengganggu penyerapan.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat
diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1). Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2). Keluhan utama
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa,
obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik
dan anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat
terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
3). Riwayat penyakit sekarang
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik
basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak
diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata.
Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.
Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi
perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena
adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida
hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4). Riwayat penyakit dahulu
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-bulan, sehingga
pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek
penuaan. Pasien mungkin kedokter ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan
penambahan berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat, yaitu
kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme dapat diketahui pada
tahap awal ketika gejalanya masih ringan.
5). Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Ekspresi wajah tumpul
- Capek
- Mengantuk
- Berat badan meningkat
- Kelambanan mental
- Kurangnya pertumbuhan rambut
- Suara parau (seperti katak)
- Kulit bersisik
- Oedema seluruh tubuh
- Sakit kepala
- Mual
- Anoreksia
Palpasi
- Denyut nadi melemah
- Konstipasi
Auskultasi
- Detak jantung lambat
- Tekanan darah menurun
Perkusi
- Suara perut dullness
6). Pemeriksaan Per Sistem
Integumen
a) Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b) Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c) Tidak tahan dingin
d) Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
Muskuloskeletal
a) Volume otot bertambah, glossomegali
b) Kejang otot, kaku, paramitoni
c) Artralgia dan efusi sinovial
d) Osteoporosis
e) Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f) Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
g) Kadar fosfatase alkali menurun
Neurologik
a) Letargi dan mental menjadi lambat
b) Aliran darah otak menurun
c) Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
d) Ataksia (serebelum terkena)
e) Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f) Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
Kardiorespiratorik
a) Bradikardi, disritmia, hipotensi
b) Curah jantung menurun, gagal jantung
c) Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d) Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
e) Penyakit jantung iskemic
f) Hipotensilasi
g) Efusi pleural
Gastrointestinal
a) Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b) Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c) Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
Renalis
a) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b) Retensi air (volume plasma berkurang)
c) Hipokalsemia
Hematologi
a) Anemia normokrom normositik
b) Anemia mikrositik/makrositik
c) Gangguan koagulasi ringan
Sistem endokrin
a) Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
b) Gangguan fertilitas
c) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
d) Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e) Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f) Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
g) Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula (moon face), wajah kasar,
suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun,
lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.
2. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
metabolisme tubuh.
2. Hipotermia berhubungan dengan penurunan kecepatan metabolisme
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal (peristaltik)
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Intoleransi aktivitas
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Intoleransi aktivitas
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Intoleransi aktivitas
Gangguan komunikasi verbal
nyeri)
Intoleransi aktivitas
3. Perencanaan
1) Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan metabolisme tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien adekuat
Intervensi : Energi Management
a) Kaji kemampuan klien untuk beraktifitas
b) Rencanakan aktivitas klien mempunyai energy cukup
c) Berikan periode istirahat saat aktivitas
d) Berikan asupan makanan dengan prinsip sedikit tapi sering
e) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energi
f) Bantu klien memenuhi kebutuhan keperwatan diri
2. Diagnosa Keperawatan : Hipotermia berhubungan dengan penurunan kecepatan metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu klien normal
antara 36,50C – 37,50C
Intervensi : Hipotermi treatment
a) Monitor suhu tubuh pasien
b) Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi seperti : fatigue, kelemahan, bingung,
perubahan warna kulit.
c) Identifikasi faktor penyebab hipotermi
3. Diagnosa Keperawatan : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
(peristaltik)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
penurunan gastrointestinal ditandai dengan bising usus normal antara 5-12x/menit
Intervensi : Management konstipasi
a) Monitor tanda dan gejala konstsipasi
b) Monitor perubahan BAB, frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna
c) Monitor bising usus
d) Identivikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
e) Dukung intake cairan
f) Berikan enema/irigasi
g) Instruksikan kepada pasien untuk memakan makanan berserat
http://perawathati.blogspot.com/2012/05/askep-hipotiroid.html
ismar71.files.wordpress.com/2008/03/5-askep-klien-hipotiroidisme.pdf
MAKALAH HIPOTIROID
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangHormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan ion organik, termogenesis
serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang menonjol adalah hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF.
Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada masa bayi dan anak.
Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun , sebagian besar perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah lengkap, hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan keterlambatan maserasi tulang, biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan kognitif dan neurologik, sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan terapi dini.
Buruknya pengaruh hipotirod pada tumbuh kembang anak membuat penulis merasa perlu untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi kelainan ini secara dini dan bagaiman terapi yang tepat sehingga dapat mencegah ataupun memperbaiki kualitas tumbuh kembang anak selanjutnya.
B. Tujuan1. Tujuan umum
Dapat melakukan simulasi asuhan keperawatan, penkes, pengelolaan asuhan keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
b. Mahasiswa mampu melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan system endokrin dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah gangguan system endokrin.
d. Mahasiswa mampu melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan fungsi advokasi pada kasus dengan gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia.
f. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.
C. Rumusan masalahDilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:“Bagaimanamelakukan simulasi asuhan keperawatan, penkes, pengelolaan asuhan keperawatan, nursing advokasi, mengidentifikasi masalah penelitian dengan kasus gangguan system endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis?”
D. Metode penulisanMetode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan metode penulisan makalah.
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori tentang anatomi fisiologi system endokrin, konsep penyakit tentang hipoteroidisme, asuhan keperawatan tentang penyakit hipoteroidisme, simulasi pendidikan kesehatan tentang penyakit hiperteroid, hasil penelitian tentang penyakit hipoteroidisme, serta prinsip legal dan etis dengan ganggguan penyakit hipoteroidisme.
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah gangguan pada system endokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku – buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi isi makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Kelenjar Endokrin1. Struktur dari Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak satu pada setiap sisi trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang disebut isthmus, terletak di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk membakar energi, memproduksi protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
2. Struktur Mikroskopis Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid vertebrata tingkat tinggi terdiri dari dua lobus, terletak pada permukaan lateral
trakhea tepat di bawah larynx. Masing-masing lobus tersebut dihubungkan oleh isthmus yang melintang
pada permukaan ventralnya. Kedua kelenjar tiroid tersebut dikelilingi oleh kapsula yang tersusun dari
jaringan fibroelastik yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar yang
berhubungan dengan permukaan servikal lebih padat bila dibandingkan dengan lapisan dalam yang
secara langsung berada pada permukaan kelenjar.
Masing-masing lobus terdiri dari banyak folikel (foliculli) yang berbentuk oval atau bulat, yang
satu sama lain dihubungkan oleh membran basal. Tiap folikel dibasahi oleh sel epitelium kuboid dan
pada bagian tengahnya terdapat lumen pusat. Folikel dikelilingi oleh kapiler darah, dan pada kapsula
terdapat pembuluh darah yang lebih besar. Selain pembuluh darah juga terdapat serabut saraf yang
bercabang-cabang sangat banyak yang merupakan serabut post ganglionaris cervicalis. Serabut saraf ini
berfungsi untuk mengatur aliran darah di dalam kelenjar tiroid, bukti lain menunjukkan bahwa saraf
simpatis dapat menstimulasi sekresi hormon tiroid.
Rongga-rongga yang tertutup pada folikel secara normal mengandung globulin homogeny,
gelatinosa dan berwarna kecokelatan. Sekresi ini yang dinamakan koloid yang merupakan produk yang
disimpan dari sekresi epitel. Tiroid merupakan derivate embrional saluran pencernaan yang awalnya
muncul sebagai lekukan di daerah median, tak berpasangan menonjol. Ujung distal bagian yang tumbuh
ini berangsur-angsur menjadi dual obi. Sementara yang menggantung dan melekat menyempit
membentuk ductus thyroglossus. Ujung terminal yang bercabang-cabang primordial tiroid ini
menduduki posisi pada permukaan anterior trachea, dan ductus thyroglossusnya secara normal
menghilang. Foramen caecum, berupa lekukan dangkal pada akar lidah dekat apeks sulkus terminalis
yang menandai titik tempat ductus thyroglossus membuka ke dalam pharing embrional.
Bentuk sel epitelium yang melapisi folikel sangat dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar tiroid.
Dalam keadaan aktif, sel ini berbentuk memanjang (kolumner), sedang dalam keadaan tidak aktif
berbentuk pipih (squamosa). Lumen pusat terdapat di bagian tengah folikel, berisi koloid yang terdiri
dari tiroglobulin (TGB). Ukuran diameter lumen dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar tiroid. Dalam
keadaan aktif, diameter menjadi lebih kecil. Koloid bersifat basa dan sepanjang pinggirnya dipenuhi oleh
granula pinositotika sedangkan dalam keadaan tidak aktif ukuran diameter lebih besar.
Aktivitas kelenjar tiroid menunjukkan bahwa dalam keadaan aktif terjadi peningkatan retikulum
endoplasma granular dan mitokondria baik dalam hal ukuran maupun densitas. Selain itu, terlihat
adanya mikrovili pada bagian tepi sel foliculli. Panjang dan pendeknya mikrovili tergantung pada
aktivitas kelenjar tiroid. Diantara mikrovili tersebut terdapat celah sebagai penghubung antar sel
folikuler yang berdekatan, yaitu berupa “tightjunction” dan desmosoma.
3. Struktur Kimia Hormon Tiroid
a. Struktur Kimia dan Produksi Hormon Tiroid
Hormon tiroid terutama berupa tioksi (Tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin ( T3). Kedua
hormon ini mengandung ion iodida yang berikatan dengan cincin fenol dan tironin.
Di dalam plasma sebagian besar hormon tiroid yang berikatan dengan protein. Hormon tiroid
tersebut berperanan sebagai cadangan dan bila diperlukan akan dapat dibebaskan untuk memenuhi
kebutuhan hormon tiroid bebas dalam sel. Secara kuantitatif kadar hormon T4 di dalam plasma lebih
besar dibandingkan T3, akan tetapi T3 mempunyai aktivitas 3 sampai 5 kali lebih besar dari T4.
b. Sintesis Hormon Tiroid
Peristiwa pembentukan terjadi di dalam kelenjar tiroid, sebagai unit fungsionalnya adalah folikel
tiroid. Beberapa tahap yang terjadi pada sintesis hormon tiroid adalah sebagai berikut:
- Sintesis dan Sekresi Tiroglobulin (TGB)
TGB merupakan bahan dasar hormon tiroid dan sebagian besar terdapat di dalam lumen folikuli.
Mekanisme sintesis dan sekresi TGB diawali dengan keluarnya tRNA dan mRNA dari nukleus dengan
membawa “pesan-pesan” yang diperlukan untuk sintesis TGB. Selanjutnya mRNA diterjemahkan oleh
ribosoma pada retikulum endoplasma granulare. Rantai polipeptida mengalami glikolisasi sampai pada
retikulum endoplasma granulare dengan bantuan glikosil transferase. Setelah sampai pada aparatus
golgi, TGB dikemas pada vesikula eksositosis. Vesikula berfungsi dengan membran epitelium apical dan
mensekresikan TGB ke lumen pusat dalam bentuk koloid. Di dalam koloid, lumen folikuli disimpan
bersama dengan enzim proteolitik dan enzim mukoprotein.
- Transportasi dan Organifikasi Iodium
Iodium yang berasal dari sekresi kelenjar saliva dan mukosa lambung disekresikan ke cairan
ekstraseluler, dan kemudian secara aktif memasuki sel epitelium folikuli tiroid, kemudian iodium segera
teroksidasi menjadi iodium organik dan reaksi ini tergantung pada peroksidase. Selanjutnya iodium
organik akan berikatan dengan residu tirosin pada TGB untuk membentuk molekul monoiodo-tirosin
(MIT) dan Diiodotirosin (DIT). Peristiwa ini diduga terjadi secara enzimatis pada bagian awal apical
epitelium folikuli yang menghadap ke lumen.
- Penggabungan Iodotirosin
Di dalam koloid, folikuli MIT dan DIT akan membentuk hormon tiroid dengan cara penggabungan atau
reaksi “coupling”. Penggabungan yang reaksinya berlangsung secara kondensasi antara dua molekul DIT
akan membentuk hormon tiroksin, dan penggabungan satu molekul DIT dengan satu molekul MIT akan
menghasilkan hormon T3. Pada kedua peristiwa di atas diperlukan kondisi aerob, enzim tiroglobulin dan
tiroid peroksidase. Selain itu, MIT dan DIT akan mengalami mobilisasi secara endositosis dan proteolisis
yang diperantarai oleh enzim iodotirosin deiodinase.
Setelah terbentuk hormon tiroid, terjadi penyimpangan hormon di dalam koloid sebagai iodotironin
yang tergabung pada ikatan peptida yaitu TGB. Iodotironin akan disekresikan oleh sel epitelium dan
dengan cara yang sama disekresikan pula ke dalam pembuluh darah balik yang ada di sekitarnya dalam
bentuk T3 dan T4. Peristiwa endositosis yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut
Masuknya titik-titik (droplet) koloid
Pseudopodia yang terbentuk pada permukaan luminal sel menjulur ke dalam koloid di dalam lumen
folikuli, dan sebagian droplet koloid masuk ke sitoplasma secara endositosis. Tiap droplet diselubungi
membran yang dibentuk oleh perbatasan sel apikal. Peristiwa endositosis ini sangat tergantung pada
daur ulang yang terjadi selama eksositosis TGB.
Pembentukan Phagolisosoma
Lisosoma di bagian basal akan berpindah menuju ke bagian basal apical bertemu dengan droplet koloid,
kemudian berfusi menghasilkan phagolisosoma. Selanjutnya phagolisosoma bergerak menuju ke bagian
basal sel dan selama itu makin padat, dan bentuknya makin kecil karena TGB telah dihidrolisis oleh
protease lisosoma.
Pembebasan TGB
T3 dan T4 (yang jumlahnya lebih sedikit) dibebaskan dari TGB secara proteolitik, terlepas dari
phagolisosome masuk ke dalam pembuluh darah dan diduga secar difusi. Sebagian besar MIT dan DIT
yang dibebaskan diiodinasi TGB, akan tetapi sebagian secara difusi memasuki sirkulasi (terjadi
kebocoran iodium)
4. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid Dan Faktor Yang Terlibat
a. Distribusi dan Metabolisme Hormon Tiroid
Tiroksin dan T3 merupakan bentuk hormon tiroid yang disekresikan ke dalam pembuluh darah,
selanjutnya akan berikatan dengan protein plasma darah. Jumlah T3 adalh 20% dan T4 adalah 80%.
Bentuk pengikat tersebut adalah Thyroxine-Binding-Globulin (TGB), Thyroxine-Binding-Prealbumin
(TBPA) dan albumin. Jumlah TBG di dalam plasma darah hanya sedikit, akan tetapi berikatan dengan T4
secara sangat kuat dan jumlah ikatan tersebut di dalam plasma adalah 45-60%. Afinitas dengan T3 hanya
sepertiga dari T4 dan jumlahnya dapat mencapai 75% T3. Pengikatan T4 pada TBPA lebih rendah
dibandingkan T4 dengan TGB, dan jumlahnya hanya 15-30%. T3 tidak berikatan dengan TBPA, sedangkan
albumin berikatan dengan T3 dan T4 secara sangat lemah. Jumlah ikatan T3 dengan albumin 25% dan
dengan T4 15%.
Bentuk ikatan hormon yang diuraikan di atas hormon adalah hormon yang tidak aktif secara
fisiologik. Hormon tiroid yang aktif secara fisiologik adalah hormon yang bebas (tidak berikatan dengan
protein) yang dapat memberikan efek fisiologik terhadap sel, dan berjumlah lebih kurang 0,05% T4 dan
0,5% T3.
Selanjutnya T3 dan T4 bila sampai pada hati, ginjal, otot atau pada jaringan lain akan
menimbulkan berbagai reaksi. Gugus hidroksil pada cincin phenolic dapat berikatan dengan asam
glukuronat dan sulfat, kemudian derivat keduanya diekskresikan ke dalam empedu. Kedua asam
tersebut dapat dihidrolisis oleh enzim glukuronidase atau sulfatase pada saluran pencernaan makanan.
Selanjutnya, Robbins et al., 1981 menyatakan bahwa sebagian besar T3 dan T4 akan mengalami
deiodinasi, dan telah diketahui deiodinasi paling besar terjadi di hati dan meliputi pula mikrosoma.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Hormon Tiroid
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi produksi dan sekresi hormon tiroid, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
- Faktor internal adalah hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar tiroid. Sebagian besar aktivitas kelenjar tiroid
dipengaruhi oleh lobus anterior adenohipofisis yang mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH).
Sekresi TSH dipengaruhi langsung oleh Thyritropin Releasing Hormone (TRH) yang disekresikan oleh
hipotalamus dan dapat mencapai hipofisismelalui sistem portae hipotalamus. Selanjutnya TRH yang
sampai pada reseptornya di dalam hipofisis akan menyebabkan terjadinya perubahan c-AMP pada
permeabilitas membran, dan hal inilah yang selanjutnya menyebabkan TSH disekresikan oleh
adenohipofisis. TSH selanjutnya menstimulasi sel epitelium dengan cara membentuk ikatan dengan
permukaan reseptor TSH dan keadaan ini menyebabkan kadar c-AMP dalam sel meningkat. Peningkatan
c-AMP disebabkan adanya ikatan TSH dengan reseptor pengikatnya yang terdapat pada membran sel
yang selanjutnya menstimulasi adenyl cyclase untuk memproduksi c-AMP.
Sebagai akibat adanya pengikatan antara TSH dan reseptor pengikatnya di atas antara lain adalah
sebagai berikut.
Menstimulasi pompa iodida, dengan demikian terjadi peningkatan proses “Ion Trapping”,
Efek yang terjadi di dalam inti yaitu peningkatan Apo Thyroglobulin (ATG). Iodinasi ATG nampak pada
membran luminal sel epitelium. Enzim yang mengkatalisis iodinasi adalah kelompok tiroid peroksidase
yang berhubungan dengan membran luminal,
Menstimulasi oksida iodida menjadi iodium sehingga meningkatkan proses organifikasi,
Menstimulasi metabolisme glukosa melalui jalur pentosa yang menyebabkan produksi NADPH meningkat.
NADPH selanjutnya berperan sebagai faktor dalam produksi H2O2 dan juga pada proses deiodinasi,
Menstimulasi endositosis, atau pencaplokan Thyroglobulin untuk disimpan.
Kadar hormon di dalam darah akan mengatur sekresi TSH dan TRH. Apabila T3 dan T4 pada jaringan
jumlahnya sudah mencukupi sekresi TSH dan TRH akan dihambat, sedang bila T3 dan T4 berkurang
sekresi TSH dan TRH meningkat.
- Faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas kelenjar tiroid antara lain adalah suhu, lokasi,
fotoperiodisitas dan kebisingan.
Sistem pendengaran sebagai organ yang menerima suara (kebisingan) memiliki hubungan langsung
dengan sistem saraf simpatis pada hipotalamus, dan melalui hubungan yang demikian suara dapat
ditanggapi oleh suatu organisme. Bila terjadi pemberian suara secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadi gangguan secara fisiologis, disamping juga adanya gangguan secara langsung
pada sistem alat pendengar. Gangguan fisiologik tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung antara sistem alat pendengaran dan sistem saraf-otot-kelenjar. Dalam hal demikian dengan
sendirinya saraf otonom akan tanggap sebagai jawaban terhadap adanya sesuatu (suara) disekitarnya.
Respon tersebut dapat berupa adanya gangguan fungsi fisiologik pada organ tertentu, misalnya kelenjar
tiroid.
5. Efek Fisiologi Hormon Tiroid
Menurut Robbins et al., (1981) semua sel di dalam tubuh merupakan sasaran hormon tiroid
kecuali gonad, otak, nodus limfaticus, paru-paru dan dermis. Setelah sampai pada sasaran, hormon
tiroid akan menimbulkan berbagai pengaruh perubahan fisiologik di dalam sel, yaitu:
a. Peningkatan Produksi dan Konsumsi Oksigen
Keadaan ini merupakan ciri sebagian besar jaringan yang menanggapi hormon tiroid. Adanya hormon
tiroid menginduksi peningkatan aktivitas Na-ATP ase. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sejumlah
enzim molekul tertentu pada membran. Dalam keadaan tersebut, pada tingkat sel terjadi peningkatan
konsumsi oksigen dan terjadi pula produksi panas, walaupun korelasi antara produksi panas dan
pengaruh kadar hormon tiroksin masih dipermasalahkan.
b. Pengaruh terhadap Kegiatan Metabolisme
T3 dan T4 berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Adanya hormon tiroksin
mempercepat penyerapan glukosa dan galaktosa pada usus, akibatnya akan terjadi peningkatan
glikogenolisis. Keadaan ini menyebabkan simpanan glikogen di dalam hati, jantung, dan otot menjadi
berkurang.
Pengaruh hormon tiroid terhadap metabolisme protein pada organisme diduga menyebabkan
meningkatnya sintesis protein dan RNA ribosom, terutama terjadi pada organisme yang sedang tumbuh,
dan pada organisme dewasa pengaruhnya tergantung pada status metabolik hewan tersebut. Sebagai
contoh pada hewan yang kelenjar tiroidnya diambil, dosis yang cukup meningkatkan sintesis protein dan
menyebabkan turunnya ekskresi nitrogen. Dosis yang tinggi menghambat sintesis protein, sedang
konsentrasi asam amino bebas dalam plasma, hati, dan otot meningkat.
Pada metabolisme lemah, hormon tiroid menstimulasi sintesis kolesterol dan menstimulasi mekanisme
hepatik yang melepaskan kolesterol dan sirkulasi dan hal ini menyebabkan penurunan kadar kolesterol
dalam plasma. Keadaan demikian terjadi sebagai akibat dari lebih cepatnya pelepasan kolesterol
dibandingkan dengan proses pembentukannya.
c. Pengaruh terhadap sistem kardiovaskuler dan kontraktilitas
Tiroksin menstimulasi miokardium untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi. Hal ini
diduga disebabkan hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah ataupun sensitivitas katekolamine yang
berperan dalam meningkatkan alat pacu jantung.
d. Pengaruh terhadap Metabolisme Mineral
Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan banyak kalsium yang keluar bersama urine dan hal ini
akan menyebabkan demineralisasi pada tulang. Hormon tiroid juga menstimulasi hilangnya senyawa
fosfat yang berasal dari demineralisasi tulang dan katabolisme protein.
6. Macam Zat Anti Tiroid dan Mekanismenya terhadap Produksi Hormon Tiroid
Terdapat tiga zat anti tiroid yaitu tiosianat, propiltiourasil, dan yodium anorganik dalam
konsentrasi tinggi.
a. Tiosianat
Tiosianat dapat menyebabkan menurunnya pompa yodium yang mengakibatkan menurunnya yodium
intrasel. Apabila yodium intrasel ini berkurang kadarnya, akan menyebabkan produk hormon tiroid juga
terhambat. Hal ini ditandai dengan kelenjar tiroid yang membesar atau disebut Goiter. Mekanismenya
rendahnya hormon tiroksin menyebabkan umpan balik ke hipofisis menurun sehingga sekresi TSH
meningkat akibatnya sel tiroid mensekresikan tiroglobulin ke dalam folikel (tanpa ada hormon tiroid
yang bermakna).
b. Propiltiourasil (Methimazole/ Karbimazole)
Zat ini menghambat pembentukanhormon tiroid dari yodium dan tirosin. Sebagai akibatnya, yodinasi
tirosin dan reaksi utama (kopling) terbentuk tirosin teriodinasi. Propiltiourasil tidak menghambat TGB
akan tetapi bila TGB tanpa ada hormon tiroid akan menyebabkan Goiter.
c. Yodium anorganik
Pada konsentrasi yang sangat tinggi (sekitar 100 kali) aktivitas kelenjar ditekan pada beberapa minggu
saja. Akibat dari kondisi ini, efek TSH akan terhambat.
7. Fungsi Hormon Tiroid Di Dalam Jaringan
a. Fungsi Hormon Tiroid di Dalam Meningkatkan Metabolisme di Dalam Jaringan
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme di dalam hampir semua jaringan tubuh. Basal
Metabolisme Rate (BMR) dapat meningkat sebanyak 60-100%. Bila sejumlah besar hormon tiroid
dihasilkan, maka akan meningkatkan bahan makanan untuk energi, sintesis protein, pertumbuhan, dan
aktivitas kelenjar endokrin.
b. Pengaruh Hormon Tiroid terhadap Pertumbuhan
Hormon tiroid mempunyai pengaruh khusus dan pengaruh umum terhadap pertumbuhan. Pada
manusia, pengaruh hormon tiroid terhadap pertumbuhan terutama pada anak-anak. Bila seorang anak
kehilangan hormon tiroid (hipotiroid), maka pertumbuhannya akan terhambat. Tetapi bila terlalu
banyak hormon tiroid (hipertiroid), maka pertumbuhan tulang akan semakin cepat, sehingga
menyebabkan anak tumbuh lebih tinggi dari biasanya.
Pertumbuhan hormon tiroid di dalam meningkatkan pertumbuhan agaknya didasarkan atas kecakapan
khusus di dalam meningkatkan sintesis protein. Sebaliknya kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan
katabolisme lebih cepat daripada sintesis protein, sehingga asam amino dilepaskan ke dalam cairan
ekstraseluler.
c. Pengaruh hormon tiroid terhadap mekanisme tubuh
- Pengaruhnya terhadap metabolisme karbohidrat yaitu meningkatkan absorbsi glukosa oleh usus,
menyebabkan penurunan glikogen di dalam hati, dan meningkatkan glikolisis.
- Pengaruhnya terhadap metabolisme darah dan lemak hati yaitu bila hormon tiroid meningkat maka
akan menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida (triglyceride) di dalam darah, walaupun
menaikkan asam lemak bebas. Selain itu, sekresi hormon tiroid yang menurun akan meningkatkan
konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida.
d. Pengaruh hormon tiroid meningkatkan metabolisme vitamin
Karena hormon tiroid meningkatkan sejumlah besar enzim yang berbeda dan karena vitamin adalah
bagian pokok dari enzim dan koenzim maka hormon tiroidmenyebabkan kebutuhan terhadap vitamin.
Oleh karena itu kekurangan vitamin dapat terjadi apabila kelebihan sekresi hormon tiroid, jika tidak
maka pada waktu yang sama jumlah vitamin akan bertambah banyak.
e. Pengaruh hormon tiroid terhadap tingkat metabolisme basa
Karena hormon tiroid meningkatkan metabolisme di seluruh sel tubuh (kecuali otak, retina, limpa,
testes, dan paru-paru) kelebihan sejumlah hormon kadang-kadang dapat meningkatkan BMR sebanyak
60-100% di atas normal. Sebaliknya, jika hormon tiroid tidak dihasilkan, maka BMR akan turun hampir
separuh di bawah normal, BMR menjadi -30 sampai -45.
f. Pengaruh hormon tiroid terhadap berat badan
Menigkatnya produksi hormon tiroid hampir selalu menurunkan berat badan, menurunnya produksi
hormon tiroid, akan menaikkan berat badan. Tetapi pengaruh ini tidak selalu terjadi, sebab hormon
tiroid meninkatkan selera dan ini memungkinkan ketidakseimbangan perubahan di dalam BMR.
g. Pengaruh hormon tiroid terhadap fungsi otot
Bila kenaikan hormon tiroid hanya sedikit biasanya otot-otot menunjukkan kegiatan, tetapi bila terlalu
banyak akan kelebihan, otot-otot akan menjadi lemah karena kelebihan katabolisme protein. Sebaliknya
bila kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot-otot akan menjadi lemah dan refleksnya sangat
lambat setelah berkontraksi.
h. Pengaruh hormon tiroid terhadap pernafasan
Dengan meningkatnya metabolisme maka meningkat pula penggunaan oksigen dan pembentukan
karbondioksida. Pengaruh ini mengaktifkan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
i. Pengaruh hormon tiroid terhadap sistem peredaran darah
Dengan meningkatnya metabolisme di dalam jaringan-jaringan menyebabkan penggunaan oksigen lebih
cepat daripada normal, menyebabkan jumlah hasil metabolisme yang dibebaskan dari jaringan lebih
besar dari normal.
B. Konsep Penyakit Hiportiroidisme1. Definisi
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Hipotiroid yang sangat berat disebut “miksedema”.
2. Etiologi
a. Terdapat pelbagai faktor yang menyebabkan hipotiroidisme yang kronik. Pada kebanyakan negara yang sedang berkembang, “kekurangan iodin” adalah faktor penyebab hipotiroisime tersering di seluruh dunia.
b. Sedangkan peyebab lainnya adalah penyakit “Hashimoto tiroiditis” atau ketiadaan kelenjar tiroid atau defisiensi hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus (pituitari).
c. Hipotiroidisme juga dapat disebabkan melalui keturunan, kadang-kadang autosomal resesif.d. Hipotiroidisme sementara dapat disebabkan oleh efek Wolff-Chaikoff.
3. Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidisme primer
kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
Hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit hipertiroidisme.
Hipotiroidisme primer
kelenjar hipofisis (pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup hormon perangsang tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan jumlah tiroksin yang cukup. Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang
menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan hormon yang cukup.
Hipotiroidisme tertier
Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang cukup. Biasanya disebut juga disebut hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.
4. Manifestasi Klinis
a. Nafsu makan berkurangb. Sembelitc. Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambatd. Suara serake. Berbicara lambatf. Kelopak mata turung. Wajah bengkakh. Rambut tipis, kering, dan kasari. Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebalj. Denyut nadi lambatk. Gerakan tubuh lambanl. Lemahm. Pusingn. Capeko. Pucatp. Sakit pada sendi atau ototq. Tidak tahan terhadap dinginr. Depresis. Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciumat. Alis mata rontoku. Keringat berkurang
Gambaran Klinis
- Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat- Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah
jantung- Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki- Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema- Konstipasi- Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
- Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
5. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan tirotoksitosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat kali lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormone tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebgai respons terhadap rangsangan hormone TSH. Enurunan sekresi hormone kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolism basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolic dipengaruhi antara lain:
a. Penurunan produksi asam lambungb. Penurunan raotilitas usus.c. Penurunan detak jantungd. Gangguan funsi neurologice. Penurunan produksi panas
Penurunan hormone tiroid juga akan mengganggu metabolism lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik dirongga intertisial seperti rongga pleura, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebgai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan doktor hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3)).
c. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb: free triiodothyronine (fT3)
free levothyroxine (fT4)
total T3
total T4
24 hour urine free T3
7. Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
8. C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hipotiroidisme
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
- Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
- Kebiasaan hidup sehari-hari seperti: Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
- Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.- Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
Sistem pulmonary
Sistem pencernaan
Sistem kardiovaslkuler
Sistem musculoskeletal
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
Sistem reproduksi
Metabolik
- Pemeriksaart fisik mencakup Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan
ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
Perbesaran jantung
Disritmia dan hipotensie.
Parastesia dan reflek tendon menurun
- Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
- Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
2. Diagnosaa. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.b. Perubahan suhu tubuhc. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinald. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidupe. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasif. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.g. Miksedema dan koma miksedema.
3. Intervensi dan Rasional
a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirianIntervensi:
- Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir. Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
- Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
- Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
- Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
b. Perubahan suhu tubuhTujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normalIntervensi:
- Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
- Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
- Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
- Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normalIntervensi:
- Dorong peningkatan asupan cairanRasional : Meminimalkan kehilangan panas.
- Berikan makanan yang kaya akan seratRasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
- Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
- Pantau fungsi ususRasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
- Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
- Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.Rasional : Untuk mengencerkan feces.
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.Intervensi:
- Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.
- Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
- Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
- Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
- Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasiTujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.Intervensi:
- Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
- Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
- Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
- Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.
f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.Tujuan : Perbaikan proses berpikir.Intervensi:
- Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.- Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit .Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
g. Miksedema dan koma miksedemaTujuan: Tidak ada komplikasi.Intervensi:
- Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme. Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
- Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasanRasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
- Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin.
- Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
- Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak bersifat mengancam.
D. Simulasi Pendidikan Tentang Penyakit Hipotiroidisme
Menurut Junaidi (2009) ada tiga jenis pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita
hipotiroidisme :
a. Primer
Tujuannya untuk menghindari diri dari faktor resiko.
- Berikan edukasi
- Iodisasi air minum untuk wilayah dengan resiko tinggi
- Berikan kapsul minyak beriodium pada penduduk di daerah endemik berat dan sedang
b. Sekunder
- Deteksi dini penyakit
- Upayakan orang yang sakit agar sembuh
- Hambat progresivitas penyakit
c. Tersier
Tujuannya untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya
dihentikan.
- Kontrol berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan/penyebaran
- Lakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik sehat bugar dan keluarga serta
masyarakat daopet menerima kehadirannya melalui fisioterapi
- Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
d. Pendidikan Kesehatan
- Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan seperti : apakah itu Hiportiroid dan bagaimana penatalaksanaannya.
- Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada keluarga untuk menjaga emosi klien.
- Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis obat yang diberikan.- Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan tidak melakukan
aktivitas yang berat-berat.
E. Hasil Penelitian Tentang Penyakit Hipotiroidisme
GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU ANAK PENDERITA HIPOTIROID KONGENITAL
Authors: Elvi Andriani Yusuf Advisors: Prof. Dr. Fawzia Aswin Hadis Issue Date: 2008
Abstract: Hipotiroid kongenital didefinisikan sebagai kurangnya hormon timid yang mempengaruhi anak
sejak lahir (kongenital) disebabkan kegagalan perkembangan kelenjar tiroid atau ektopik sehingga
berpengaruh bagi metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan otak yang normal. Hipotiroid
kongenital mempengaruhi perkembangan fisik, intelektual, dan juga emosi serta perilaku anak.
Penelitian mengenai permasalahan fisik dan medis anak hipotiroid kongenital sudah banyakdilakukan
namun penelitian pada aspek psikologi khususnya emosi dan perilakunya masih minim. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah emosi dan perilaku anak
penderita hipotiroid kongenital yang dilakukan melalui metode observasi, wawancara, tes CBCL 4/18
dan AAMD- Adaptive Behavior Scale Bagian II. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Subjek penelitian diambil dari 3 pasien anak dengan diagnosa hipotiroid kongenital di
bagianEndokrin RSCM,Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah perilaku sosial, masalah
atensi, perilaku agresif, dan reaksi buruk terhadap frustrasi anak penderita hipotiroid kongenital.
Selanjutnya pada masing-masing anak terdapat variasi masalah emosi dan perilaku lainnya. 1 subjek
mengalami masalah perilaku menarik diri, keluhan somatis, mudah terganggu, masalah perilaku sosial,
masalah atensi, perilaku soliter dan perilaku tidak menyenangkan. Subjek lainnya mengalami masalah
perilaku sosial, masalah atensi, perilaku tidak menyenangkan dan seorang subjek lagi mengalami
keluhan somatis, masalah perilaku sosial dan masalah atensi. Hasil penelitian ini juga menemukan
adanya perubahan perilaku sebelum dan sesudah pengobatan hipotiroid, yang awalnya pasif menjadi
aktif dan lebih agresif. Keywords: psikologi anak
masalah emosi perilaku anak penderita hipotiroid
URI: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7150 Appears in
Collections:MT - Psychology
F. Prinsip Legal Dan Etis Pada Kasus Hipotiroidisme
1. Otonomi
Memberikan hak kebebasan kepada pasien dengan tidak memaksakan kehendak yang masih pasien
ingin lakukan secara mandiri seperti mandi, makan, minum, dan yang lainnya
2. Beneficience
Berbuat baik misalnya dengan kita mau memberikan intervensi-intervensi yang seharusnya diberikan.
3. Justice
Yaitu adil dengan tidak memilah milih pasien.
4. Non maleficience
Tidak merugikan orang lain yaitu pasien dengan tetap kita harus hati-hati dalam memberikan intervensi
untuk menghindari adanya kerugian pada pasien.
5. Veracity
Jujur dalam memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya.
6. Fidelity
Menepati janji itu sangat penting yang tidak boleh dilanggar oleh perawat. Perawat harus menepati janji
kepada pasien apabila ada janji antara pasien dan perawat dalam menjalani perawatan selama di RS.
7. Confidentiality
Perawat harus bisa merahasiakan sesuatu tentang pasien apabila pasien memintanya.
8. Acoountability
Perawat harus bekerja secara professional untuk meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
9. Loyalitas
Setia dalam memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pasien untuk menghindari adanya konflik.
Dengan setia kepada pasien, pasien akan merasa diperhatikan dan itu dapat meningkatkan derazat
kesehatan pasien.
10. Advokasi
Perawat memberikan saran kepada keluarga pasien agar pasien dirawat inap. Apabila suami pasien
kerepotan dalam biaya Rumah Sakit dan tidak menyanggupi untuk membayar perawatan istrinya kita
bisa anjurkan untuk mengikuti program-program pemerintah seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, dan
JAMSOSTEK. Apabila suami pasien mau mengikuti saran kita sebagai perawata maka kita berikan edukasi
tentang prores bagaimana caranya mendapatkan kartu tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario kasus 3Seorang wanita berumur 36 tahun dating ke sebuah poliklinik rumah sakit dengan keluhan
sembelit, kejang-kejang otot, mudah lelah, konsentrasi menurun, dan bengkak-bengkak pada sekeliling mata yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Suami klien mengatakan klien mempunyai riwayat penyakit lymphatic thyroiditis 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan nadi : 40x/menit, tekanan darah : 80/70 mmHg, suhu : 36o c,frekuensi nafas : 10x/menit, rambut yang kering dan kasar, kulit kering, cyanosis, akral dingin, kesadaran samnolen, GCS : 12, dan denyut jantung melambat.
Saat dibawa ke Rumah Sakit, hasil pemeriksaan darah : TSH ( thyroid stimulating hormone) yang meningkat , GDS ( gula darah sewaktu) : 140 mg/dl, NA : 120 mEq, CRT > 2. Dokter menyarankan agar langsung saja menjalani perawatan rawat inap di Rumah sakit, tapi klien tidak bersedia karena harus mengurus warung dan 2 orang anaknya yang masih kecil-kecil dirumah. Dokter memeberikan dopamine dan obat tiroid kepada pasien. Suami klien terlihat bingung harus berbuat bagaimana terhadap situasi dan kondisi istrinya.
Pertanyaan untuk analisa kasus
1. Setelah membaca kasus diatas, diskusikan system organ apa yang terkait masalah diatas ? serta mekanisme fisiologis system organ itu bekerja!2. Coba buat clinical pathway dari kasus diatas!3. Coba identifikasi dan prioritaskan diagnosa keperawatan pada pasien dalam kasus diatas!4. Bagaimana NCP dari masing-masing diagnose keperawatan?5. Bagaimana nursing advokasi yang seharusnya dilakukan perawat pada kasus diatas baik jika dilihat dari kedudukan klien ataupun suami klien ?
B. Jawaban kasus1. System organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ yang terganggunya
adalah organ kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup (diameternya antara 100 sampai 300
mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel
kuboid yang mengeluarkan hormonnya ke bagian folikel itu. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein
triglobulin besar, yang mengandung hormone tiroid di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormone yang
disekresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormone itu harus diabsorbsi kembali melalui eiptel folikel
ke dalam darah sebelum dapat berfungsi dalam tubuh. Setiap menitnya jumlah aliran darah di dalam
kelenjar tiroid kira-kira lima kali lebih besar daripada berat kelenjar tiroid itu sendiri, yang merupakan
suplai darah yang sama besarnya dengan bagian lain dalam tubuh, dengan pengecualian korteks
adrenal.
Fungsi hormon tiroid:
a. Meningkatkan transkripsi sejumlah besar gen melalui aktivasi reseptor inti sel.
b. Meningkatkan aktivitas metabolisme selular melalui peningkatan jumlah dan aktivitas sel mitokondria
dan peningkatan transport aktif ion-ion melalui membrane sel (Na+-K+-ATPase).
c. Berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan.
d. Efek-efek spesifik: Meningkatkan metabolisme karbohidrat dan pengangkutan lemak; menurunkan
konsentrasi kolestrol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah namun meningkatkan asam lemak bebas;
meningkatkan kebutuhan vitamin karena meningkatkan jumlah berbagai enzim tubuh; meningkatkan
laju metabolism basal hingga 60-100% di atas nilai normal; menurunkan berat badan.
e. Kardiovaskuler: Meningkatkan aliran darah dan curah jantung, frekuensi denyut jantung, kekuatan
denyut jantung akibat timbulnya katabolisme, menormalkan tekanan arteri.
f. Meningkatkan pernapasan.
g. Merangsang sistem saraf pusat
h. Menimbulkan reaksi otot dan tremor otot.
i. Membuat sulit tidur tapi menyebabkan kelelahan.
j. Meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.
k. Menstabilkan / menormalkan fungsi seksual.
2. diagnosa keperawatan pada pasien dalam kasus diatas!a. Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi yang di tandai dengan:
DS: -DO:RR=10x/mCianosis
b. Gg. Rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan:DS: Suami klien mengatakan adanya bengkak-bengkak di sekeliling mata dan kejang-kejang otot pada pasienDO: -
c. Gg. Eliminasi b.d ↓fungsi gastrointestinal ditandai dengan:DS : Suami klien mengatakan pasien mengalami sembelit.DO: -
d. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan ditandai dengan:DS: Suami klien mengatakan pasien mengalami mudah lelahDO: -
e. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan ditandai dengan:DS: Suami klien mengatakan pasien mengalami penurunan konsentrasiDO:Keasadaran somnolen, GCS : 12
f. Gg. Penurunan suhu tubuh b.d ↓metabolisme ditandai dengan:DS: -DO:Akral dingin, S=360C
g. Cemas b.d < informasi mengenai proses pengobatan, penyakit dan penatalaksanaan ditandai dengan:DS: Suami klien mengatakan bingung harus berbuat apaterhadap situasi dan kondisi istrinya.DO:-
h. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d ↓fungsi metabolism ditandai dengan:DS: -DO:Kulit kering
i. Resiko miksedema b.d riwayat penyakit ditandai dengan:DS :Suami klien mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit Lymphotic Thyrioditis
4. Bagaimana NCP dari masing-masing diagnose keperawatan?
a. Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasiTujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektifKriteria Hasil : Dalam 3x 24 jam, pasien menunjukkan:RR= 16-20x/ menitKedalaman inspirasi dan kedalaman bernafasTidak ada penggunaan otot bantu nafas
No Intervensi Rasional
Pantau frekwensi pernafasan, kedalaman, dan kerja pernafasan
Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien
Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat
Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan jalan nafas
Ajari klien latihan nafas dalam Untuk menstabilkan pola nafas
Persiapkan operasi bila diperlukan.Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien
b. Intoleransi aktivitas b.d penurunan ATP akibat penurunan metabolisme tubuh
Tujuan : Menunjukkan tingkat energy yang adekuat untuk beraktivitas
Kriteria Hasil : Dalam 3x 24 jam, pasien menunjukkan:
Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
No Intervensi Rasional
Kaji pola aktivitas yang lalu Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan
Rencanakan perawatan bersama pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan bantuan dengan orang lain.
Dengan merencanakan perawatan, perawat dengan klien dapat mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya kemauan dari klien.
Seimbangkan antara waktu aktivitas dengan waktu istirahat.
Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.
Simpan benda-benda dan barang lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien.
Untuk menghemat penggunaan energi klien.
c. Gg. Eliminasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal akibat penurunan metabolisme tubuhTujuan : Menunjukkan kemampuan saluran gastrointestinal untuk mengeluarkan feses secara efektifKriteria Hasil : Dalam 3x 24 jam, pasien menunjukkan:Motilitas usus 5-35 x/menitTidak ada distensi abdomenKlien tidak mengejan saat defekasiStruktur feses lunak
No Intervensi Rasional
Dorong peningkatan asupan cairan dan makanan yang kaya akan serat
Melunakkan feses dan meningkatkan massa feses
Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan
Meningkatkan evakuasi feses
Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi
Untuk mencegah perubahan TTV
Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan
Untuk mengencerkan feses
Auskultasi peristaltic usus Mengetahui tingkat keberhasilan intervensi
d. Perubahan suhu tubuhTujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normalIntervensi:
- Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
- Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
- Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
- Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angina.Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
e. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.Tujuan : Perbaikan proses berpikir.Intervensi:
- Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.- Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit .Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
f. Miksedema dan koma miksedemaTujuan: Tidak ada komplikasi.Intervensi:
- Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme. Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi, pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
- Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasanRasional: Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
- Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin.
- Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
- Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.yang, tidak bersifat mengancam.
g. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Intervensi:- Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.
- Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
- Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
- Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
- Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.
5. Bagaimana nursing advokasi yang seharusnya dilakukan perawat pada kasus diatas baik jika dilihat dari kedudukan klien ataupun suami klien ?Perawat memberikan saran kepada keluarga pasien agar pasien dirawat inap. Apabila suami pasien kerepotan dalam biaya Rumah Sakit dan tidak menyanggupi untuk membayar perawatan istrinya kita bisa anjurkan untuk mengikuti program-program pemerintah seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, dan JAMSOSTEK. Apabila suami pasien mau mengikuti saran kita sebagai perawata maka kita berikan edukasi tentang prores bagaimana caranya mendapatkan kartu tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. KesimpulanKelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak satu pada setiap sisi trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang disebut isthmus, terletak di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk membakar energi, memproduksi protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh
B. SaranSaran dari kelompok kami yaitu agar kita semua tetap menjaga kesehatan dan berpola hidup
yang sehat. Hindari makanan-makanan, kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi pencetus terjadinya suatu penyakit. Apabila sudah terdapat gejala-gejala suatu penyakit seperti hiportiroid segera datang ke Rumah Sakit agar segera ditangani dan menghindari terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://pustaka.unpad.ac.id/wcontent/uploads/2010/05/fungsi_dan_kelainan_kelenjar.pdf [di akses tgl 16 April 2010 pukul 19.00]
Smeltzer, C. Suzzane. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2. Jakarta: EGC
Stein, MD, Jay. H. 2001. Panduan Klinik lmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price. 2006. Patologi. Jakarta ; EGC
http://ayipsyarifudin45.blogspot.com/2012/10/makalah-hipotiroid.html
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDApril 11, 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh meningkatnya kadar T3 dan T4 bebas terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid (Robbins.2007. hal:811).
Hipertiroid adalah penyakit yang diakibatkan oleh meningkatnya sirkulasi dan pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.(Lewiss.2000.hal:1415)
Hipertiroid adalah pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan diperkirakan terjdi
akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh imunoglobulin dalam darah (Smeltzer.Suzanne C.2002.hal:1307)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yaitu dengan mengikatnya kadar T3 dan T4 akibat dari stimulasi kelenjar tiroid yang abnormal.
Etiologi
Hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves yaitu penyakit autoimun yang tidak diketahui penyebabnya. Tetapi ditemukan faktor pencetus seperti :
a) Aktivitas hormon tiroid yang berlebihan
b) Adanya edenoma tiroid yang tumbuh didalam jaringan tiroid.
Dan faktor predisposisinya adalah :
c) Riwayat keluarga yang biasanya tinggal didaerah pegunungan yang airnya kurang mengandung yodium
d) Penghambat sintesa hormon oleh zat kimia seperti obat-obatan
c. Patofisiologi
Kelenjar hipofisis memproses pengendalian yodium yang digunakan oleh kelenjar tiroid. Iodium merupakan bahan utama yang dibutuhkn tubuh untuk pembentukan hormon tiroid thyrod stimulating hormon (TSH) yang datur juga oleh thyrid releasing hormon (TRH) suatu neurohormon hipotalamaus. Tiroksin menunjukan timbal balik negatif dari sekresi TSH dengan bekerja langsung pada tirotironin hipofisis kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon berbeda. Tiroksin (T4), T3 dan kalsitonin. T3 dan T4 merupakan asam amino yang mengandung molekul niodium yang kemudian disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat denga protein didalam sel-sel tiroid dan dalam keadaan terikat dengan globulin pengikat protein thyroid bilnding globulin (TBG).
Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil yodium dan darah kemudian memekatkan dalam sel-sel kelenjar tersebut disana ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul yodium yang akan bereaksi dengan tiroksin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid sekresi, tirotropin/TSH oleh kelenjar hipofisis akak mengendalikan keceptan pelepasan hormon tiroid, selanjutnya pelepasan TSH di tentukan oleh kadar hormon tiroid didalam darah menurun, pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan keluaran triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin ( T4) keadaan ini merupakan contoh pengendalian umpan balik (feed back control). Hormon pelepas tirotropin (TRH) yang d sekresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur pelepasan TSH dari hipofisis. Bila TSH dalam darah menurun dapat mengekskresidan dapat meningkatkan keluaran T3 dan T4.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis T4 melalui feed back negatif meningkatkan pelepasan TSH.
Gejala klinis pada pasien hipertiroid pada defisiensi dalam sintesis hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi hormon TSH yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan peningkatan hiperplasia sel-sel kelenjar tiroid untuk menormalisir hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus akan menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid jika proses ini terjadi terus-menerus akan terjadi inborn error sintesis hormon tiroid Pada hipertiroid kelenjar tiroid di paksa mengsekresikan hingga diluar batas sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel-sel kelenjar tiroid membesar dan menekan area trakea dan esofagus sehingga terjadi gangguan respirasi, menelan dan sesak nafas juga bisa disebabkan oleh kelemahan otot-otot pernafasan yang dapat menyebabkan dipsnea dan edema.
sistem kardiovaskuler seperti palpitasi dengan adanya kombinasi hormon tiroid dan katekolamin hormon tiroid yangberpengaruh pada SA node dan adanya kerentanan yang berlebihan penderita hipertiroid terhadap rangsangan sistem simpatis simpatis nyeri dada/angina. Hal ini diduga akibat
adanya peningkatan konsumsi oksigen oleh otot jantung. Efek dari T3 pada otot jantung maupun peningkatan kebutuhan oksigen perifer. Fekwensi nadi yang meningkat dan akan bertambah cepat jika beraktivitas serta adanya perubahan emosi, sesak nafas karena terdapat kenaikan curah jantung dan konsumsi oksigen pada saat melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas vital akan menurun disertai gangguan sirkulasi dan ventilasi baru jika tidak ditemukan adanya tanda-tanda gagal jantung.
Sering berkeringat berkeringat termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik akibat peningkatan laju metabolisme terus menerus kadang-kadang penderita hipertiroid mengalami sulit tidur, efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot akibat terjadinya tremor halus dengan frekwensi 10-50 x/detik., nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan efek hormon tiroid mempercepat kerja jantung, eksoftalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi outoimun yang mengenai jaringan periobital dan otot-ototekstraokuler, sehingga bola mata terdesak keluar.
Komplikasi yang di timbulkan yaitu gangguan irama jantung (aritmia) karena kontraksi jantung tidak teratur dan berakhir pada serangan jantung dan krisis tirotoksik.
Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Farmakoterapi
1) Anti tiroid : untuk menghambat pembentukan hormon tiroid.
Contoh obat : Propiltiurazil (PTU), metimazol (tapazole)
Indikasi : Pada penyakit hipertiroid.
Kontraindikasi : Ibu menyusui/ ibuhamil dapat menyababkan krisis tiroid
Efek samping : Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual, munta.
2) Obat untuk mengendalikan tirotoksik terhadap efek-efek hipertiroid (takikardi,tremor dan gugup)
Contoh Obat : propanolol (indernal), atenolol (fenormin) nodolo (corgard)
Indikasi : Pada penyakit tiroid.
Kontaindikasi : ibu menyusui dan ibu hamil
Efek Samping : artralgia, keluhan gastrointestinal
3) Preparat yodium untuk menghamabat pembentukan hormon tiroid dan mengurangi vaskularisasi pada kelenjer tiroid
Contoh obat : kalium iodida, lugols
Indikasi : sebelum dilakukan pembedahan
Kontra indikasi : pada klien yang hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan gastrointestinal nyeri sendi, sakit kepala.
4) Obat untuk menghancurkan fungsi jaringan kelenjar tiroid Contoh : yodium radio aktif (RAI)
Indikasi : penyakit hipertiroid Kontra indikasi : anak-anak dan wanita hamil
Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti
(mual, muntah sakit tenggorkan)
1. Non farmakologi 1. Diit yang dberikan harus tinggi kalori yaitu 2600-3000 kalori perhari baik dari makanan
maupun suplemen.
2. Konsumsi protein tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg/hari) untuk mengatasi proses pemecahan protein jarngan seperti susu dan telur
3. Tidak mengkonsumsi sayuran seperti kol Tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok yang dapat meningkatkan kadar metabolisme
4. i.Operatif
1. Tiroidektomi sub total adalah mengangkat sebagian kelenjar tiroid/peningkatan sekitar lima perenam jaringan tiroid menjamin kesembuhan dalam waktu lama bagi sebagian penderita
2. Tiroidektomi dilakukan untuk pengangkatan seluruh keenjar tiroid atau terapi primeer terhadap karsinoma.
3. Radioaktif iodine adalah untuk memusnahkan kelenjartiroid yang hiperaktif.
5. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
2. Sirkulasi
Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada (angina).
3. Eliminasi
Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam feses, diare.
4. Integritas ego
Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5. Makanan dan cairan
Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
6. Neurosensori
Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti :bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon dalam (RTD).
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
8. Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)
Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
10. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian.
12. Pemeriksaan Diagnostik :
1) Tes ambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
2) T4 dan T3 serum : meningkat
3) T4 dan T3 bebas serum : meningkat
4) TSH : tertekan dan tidak berespons pada TRH (tiroid relasing hormon)
5) Tiroglobulin : meningkat
6) Elektrolit : hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan dieresis.
7) Katekolamin serum : menurun
8) Kreatinine urine : meningkat
9) EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardimegali.
10) USG dan thorak foto
F. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,keadaan hipermetabolisme: peningkatan beban jantung.
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, mual muntah, diare, hiperglikemi.
4) Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mekanisme perlindungan mata: eksoftalmus.
5) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis:status metabolik (stimulasi ssp), efek psudokatekolamin dari hormon tiroid.
6) Resti perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis : peningkatan stimulasi ssp, mempercepat aktivitas mental, perubahan pola tidur.
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan, mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
G. Perencanaan Keperawatan
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, kedaan hipermetabolisme, peningkatan beban jantung.
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria Hasil : Mempertahankan curah jantung yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda-tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal status mental baik, tidak ada distritmia
Perencanaan :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.Pertahankan besarnya tekanan nadi.
b. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau adanya angina yang
dikeluhkan pasien
c. Kaji nadi atau denyut jantung, perhatikan adanya denyut jantung, perhatikan adanya irama galop dan murmur sistolik.
d. Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya distritmia.
e. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yab tidak normal (krekels).
f. Catat adanya riwayat asma/ bronkokontiksi, kehamilan, sinus bradikardi/ blok
jantung berlanjut menjandi gagal jantung
g. Berikan cairan melalui IV sesuai indikasi.
h. Berikan obat sesuai dengan indikasi seperti: penyekat beta: propanolol (inderal,
antenolol/fenormin, nadolol/corgard, hormon tiroid antagonis, seperti propiltiurazil (PTU), metimazol (tapazole), natrium iodida(lugols) atau saluran kalium iodida RAI (131 INAI atau 125 INAI), kostikosteroid seperti dexametazone (dekadron), digoksin (lanoksin), furosemid (lasix), asetaminofen (tylenol), sedatif,barbiturat, relaksan otot.
i. Pantau hasil laboratorium sesuai indikasi : kalium serum
j. Berikan oksigen sesuai indikasi.
1) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Perencanaan :
13. Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
14. Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
15. Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
16. Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
17. Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.
18. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal klordiazepoxsida (librium).
2) Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
mual muntah, diare, hiperglikemia.
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Perencanaan :
19. Auskultasi bising usus20. Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual
muntah.
21. Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan
22. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein, karbohidrat dan vitamin
1. Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
4.Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mekanisme perlindungan mata / eksoftalmus
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Perencanaan :
23. Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata,
gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan. Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
24. Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda (diplopia).
25. Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
1. Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
2. Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison, obat anti tiroid, diuretik.
1. Siapkan pembedahan sesuai indikasi
2) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status metabolik (stimulasi ssp) efek pseudokatekolamin dan normal tiroid
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu mengidentifikasi cara hidup sehat
Perencanaan :
26. Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.27. Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,
insomnia.
1. Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
2. Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat.
1. Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
3) Resiko tinggi perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis : peningkatan stimulasi ssp/mempercepat aktivitas mental, perubahan pola tidur.
Tujuan : Perubahan Proses fikir tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan orientasi realita yang umum mengenai perubahan dalam pikiran/prilaku dan faktor penyebab.
Perencanaan :
28. Kaji proses fikir pasien seperti memori, rentang perhatian orientasi terhadap tempat, waktu, orang
29. Catat adanya perubahan tingkah laku
30. Ciptakan lingkungan yang tenang turunkan stimulasi ruangan yang sejuk dan batasi pengunjung
31. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainya untuk mengunjungi pasien dan memberi dukungan
32. Berikan obat sesuai indikasi seperti sedatif, transquilizer dan anti psikotik.
http://chindy201131183.wordpress.com/2012/04/11/asuhan-keperawatan-hipertiroid/
MAKALAH HIPOTIROID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kelenjar tiroid mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga
mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagaian besar sel di
tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan
pematangan normal. Kelenjar tiroid tidak essensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada
anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan
menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (Thyroid stimulating hormon = TSH) dari hipofisis
anterior. Sebaliknya, sekresi hormon tropik ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung
kadar hormon tiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui mekanisme
neural yang bekerja melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan-perubahan pada lingkungan
internal dan eksternal menyebabkan penyesuaian kecepatan sekresi tiroid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana kosep dasar Hipotiroidisme?
b. Bagaimana gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Hipotiroidisme?
c. Bagaimana rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan Hipotiroidisme?
d. Bagaimana rencana keparawatan pada pada klien dengan Hipotiroidisme?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Hipotiroidisme.
b. Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
Mampu memberikan :
Mampu menjelaskan kosep dasar pada klien dengan Hipotiroidisme.
Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada pklien dengan Hipotiroidisme.
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Hipotiroidisme.
Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan hipotiroidisme.
1.4 METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet.
1.5 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pada makalah ini, penulis hanya membatasi pada ”Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Hipotiroidisme” secara teoritis.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : BAB I adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II adalah landasan teoritis yang terdiri dari konsep penyakit
Hipotiroidisme dan asuhan keperwatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperwatan dan
intervensi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI KELENJER TIROID
1. Anatomi tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak di
anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1.
Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra
dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu.
Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid
seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea
dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan
bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya
kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah
karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah farings,
yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara
arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di bawah cabang
farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran
yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus akan
menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal lidah
(ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).
3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta atau A. anonyma.
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe yang
dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid:
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu
(stridor/serak).
Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga arteri tiroidea ima
dari a. brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya banyak dan cabangnya beranastomose pada
permukaan dan dalam kelenjar, baik ipsilateral maupun kontralateral.
tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan posterior.
Cabang anterior mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior mensuplai permukaan
lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis kelenjar dan bercabang ke superior (ascenden) dan
inferior yang mensuplai permukaan inferior dan posterior kelenjar.Sistem venanya berasal dari pleksus
perifolikular yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai nodus prelaringeal di atas
isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus
brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada mediastinum superior.
2. Histologi Kelenjar Tiroid:
Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut thyroid
follicle.
Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh
darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid
tersebut.
ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi
bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang
dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid
tersebut.
SEL PARAFOLIKULER
Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa berupa kelompok-kelompok sel ataupun
hanya satu sel yang menempel pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini mempunyai ukuran
lebih besar dan warna lebih pucat dari sel folikel.
Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat menurunkan kadar
kalsium darah.
3. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik
triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein
pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin
memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya
jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya
sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
(1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
(2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya akan
mensekresi hormon tiroid;
(3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim peroksidase
dan hidrogen peroksidase.
(4) Proses iodinasi asam amino tirosin.Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan hidrogen
(H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada
cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
(5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi oleh
satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi diiodotirosin)
(6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung
akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air
jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.
Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan
hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan
triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
EFEK HORMON TIROID
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah :
(1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
(2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.
Efek tiroid dalam transpor aktif :
meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor aktif dan tiroid
dapat mempermudah ion kalium masuk membran sel.
Efek pada metabolisme karbohidrat :
menaikkan aktivitas seluruh enzim,
Efek pada metabolisme lemak:
mempercepat proses oksidasi dari asam lemak.
Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan trigliserid dan
menaikkan asam lemak bebas.
Efek tiroid pada metabolisme vitamin:
menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari
metabolisme.Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju
metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal setinggi 60 sampai 100 persen diatas
normal.
Efek Pada berat badan.
Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila produksinya
sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormone tiroid
meningkatkan nafu makan.
Efek terhadap Cardiovascular.
Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi deny jantung, dan Volume darah meningkat karena
meningkatnya metabolism dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak produk
akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh,
sehingga meningkatkan aliran darah.
Efek pada Respirasi.
Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan
karbondioksida.
Efek pada saluran cerna.
Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan kecepatan sekresi getah
pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
PENGATURAN SEKRESI HORMON TIROID
Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Tiroid Stimulating Hormone) yang dilepas
hipotalamus.
TSH berfungsi untuk :
(1) Meningkatkan proteolisis tiroglobulin
(2) Meningkatkan aktivitas pompa iodium
(3) Meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan kecepatan proses coupling
(4) Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktivitas sekretorik sel tiroid
(5) Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner. Hormon TSH
dirangsang oleh TRH (Tirotropin Releasing Hormone). (Guyton. 1997).
2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT SECARA UMUM
A. DEFENISI
Hipotiroidisme adalah suatu atau beberapa kelainan structural atau fungsional dari kelenjar
tiroid sehingga sintesis dari hormone-hormone tiroid menjadi isufisiensi (Haznam, M.W, 1991: 149).
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar tiroid
(Ranakusuma, B, 1992:35).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone tiroid yang dapat
terjadi pada setiap umur (Long, Barbara.C, 1996:102).
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon
hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000).
Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti atau kurang
memproduksi hormon tiroksin (Semiardji, Gatut, 2003:14).
Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.
B. KLASIFIKASI
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
C. ETIOLOGI
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang kurang baik,
defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk
hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid
normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari
suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing
hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin
berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama
dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi,
defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air
yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4 ) seperti
kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya
mengandung goitogenik glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, ( Aminothiazole, tolbutamid ).
D. PATOFISIOLOGI
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet
seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang
lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan
seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari
kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi
tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan
membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh.
Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan
produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun,
dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang
mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level
trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal
dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
E. PATHWAY
Definisi iodium, disfungsi hipofisis
Disfungsi TRH hipotalamus
Penekanan prod. LH
Tiroid(Hipotiroidisme
TSH merangsang
kel. Tiroid
u/ sekresi
Terapi penggantian H. Tiroid
Laju BMR lambat
Gang. Metabolisme lemak
Kelenjer Tiroid akan membesar
Menekan struktur di leher n’ dada
MK:Gang. Nutrisi (-) dr kebut. tbh
Pe produksi panas
achiorthydria
P kolesterol &trigliserida
Perubahan suhu tbh: hypotermi
Pe motilitas usus
Pe arterisklorosis
r
Disfagia/ gang. respirasi
Depresi ventilasi
MK: pola nafas tidak efektif
MK: kurang pengetahuan
Kekurangan vit B12 + as. folat
Pembentukan eritrosit tdk optimal
Prod. SDM me
anemia
kelemahan
MK: intoleransi aktifitas
Pe fungsi GI
konstipasi
Oklusi pmblh drh
Suplai drh k jar, me
hipoksia
MK: perubahan pola berfikir
F. MANIFESTASI KLINIS
Kulit dan rambut
1. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
2. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
3. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
4. Tidak tahan dingin
5. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
Muskuloskeletal
Volume otot bertambah, glossomegali
Kejang otot, kaku, paramitoni
Artralgia dan efusi sinovial
Osteoporosis
Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
Kadar fosfatase alkali menurun
Neurologik
Letargi dan mental menjadi lambat
Aliran darah otak menurun
Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
Ataksia (serebelum terkena)
Gangguan saraf ( carfal tunnel)
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
Kardiorespiratorik
Bradikardi, disritmia, hipotensi
Curah jantung menurun, gagal jantung
Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
Penyakit jantung iskemic
Hipotensilasi
Efusi pleural
Dispnea
Gastrointestinal
Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
Renalis
Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
Retensi air (volume plasma berkurang)
Hipokalsemia
Hematologi
Anemia normokrom normositik
Anemia mikrositik/makrositik
Gangguan koagulasi ringan
Sistem endokrin
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang,
menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
Gangguan fertilitas
Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara
serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah,
ekspresi wajah kosong dan lemah. (Stevenson, J. C& Chahal, P, 1993: 52-53)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan kematian, efusi
pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema adalah situasi
yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi dan penurunan kesadaran
hingga koma.
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah
1. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang
minimal.
2. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar
HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
3. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau
terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai
berikut:
T3 dan T4 serum rendah
TSH meningkat pada hipotiroid primer
TSH rendah pada hipotiroid sekunder
Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
Peningkatan kolesterol
Pembesaran jantung pada sinar X dada
EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau inversi
I. ASKEP
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia muda), jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering
mengebut saat mengendarai motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, sulit menelan,
pembengkakan dan rasa nyeri pada leher, pasien nampak gelisah, pasien tidak nafsu makan, rasa
capek/lelah, pasien intoleran terhadap dingin, sembelit
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang.
Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
2) Riwayat penyakit dahulu.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang sama atau tidak, atau penyakit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga.apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama atau tidak.
4) Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
-Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun
2. Pola tidur
-Pasien sering tidur larut malam
3. Pola aktivitas
-Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas
menurun, hipotensi.
Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan
bahkan maniak.
f. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.
Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH
serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSH pada pasien
tersebut yaitu <0,005µIU/ml,
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
g. Analisis Data :
Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat
oftalmopati
Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.
Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipotensi.
Data yang didapat : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung dan hipotensi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme, dan
napsu makan yang menurun.
Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, hemoglobin menurun, dingin, pucat, kering,
bersisik dan menebal, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.
Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun,
dispnea.
Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan atau keletihan dan penurunan fungsi kognitif.
b. Pola nafas tidak efektif b/d depresi ventilasi.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kecepatan metabolisme.
d. Konstipasi b/d penurunan fungsi gastointestial.
e. Perubahan suhu tubuh (hipotermi) b/d penurunan metabolisme.
f. Perubahan pola berfikir b/d hipoksia, gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta
pernafasan.
g. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tiroid seumur hidup.
3. INTERVENSI
DIAGNOSA NOC NIC
a. a. Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan atau keletihan
dan penurunan fungsi
kognitif.
NOC:
Ketidak cukupan energi
fisiologis atau psikologis
untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas
sehari-hari yang ingin atau
harus dilakukan.
Kriteria hasil:
toleransi aktivitas:
respon fisiologi
terhadap gerakan yang
memakan energi dalam
aktivitas sehari-hari.
Ketahanan: kapasitas untuk
menyelesaikan aktivitas.
Penghematan energi:
tindakan individu dalam
mengelola energi untuk
memulai dan
menyelesaikan aktivitas.
Terapi aktivitas
memberi anjuran tentang
dan bantuan dalam aktivitas
fisik, kognitif, sosial, dan
spritual yang spesifik untuk
meningkatkan rentang,
frekuensi, atau durasi
aktivitas individu
rencanakan aktivitas
bersama pasien dan keluarga
yang
meningkatkan kemandirian
dan
ketahanan.
Manajemen energi
mengatur penggunaan
energi untuk
mengatasi atau
mencegah kelelahan
dan mengoptimalkan
b. b. Pola nafas tidak efektif
b/d depresi ventilasi.
NOC:
Inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat.
Kriteria hasil:
status pernafasan:
kepatenan jalan nafas
status pernafasan:
ventilasi
status tanda-tanda vital
fungsi.
Manajemen jalan nafas
buka jalan nafas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
thrust, sesuai dengan
kebutuhan
posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
identifikasi kebutuhan pasien
akan insert jalan nafas
aktual/potensial.
Dukung untuk bernafas
pelan, dalam.
Penurunan ansietas
Gunakan pendekatan yang
menyenangkan
Beri ketenangan, yang bisa
menentramkan hati
Identifikasi perubahan
tingkat kecemasan pasien
Dukung untuk menggunakan
mekanisme pertahanan.
Relaksasi otot secara
Progresif
Pengaturan diet
Terapi menelan
c.Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d
peningkatan kecepatan
metabolisme.
NOC:
Asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolic.
Kriteria hasil:
status nutrisi
status nutrisi: asupan makanan
dan cairan
status nutrisi: intake nutrien
pengontrolan berat badan
Monitoring nutrisi
4. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
5. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang
telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULANHipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan kretinisme.Hipotiroid dibagi
menjadi 3 tipe: (1) Hipotiroid primer: kerusakan pada kelenjar tiroid, (2) Hipotiroid sekunder: akibat
defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis, (3) Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
3.2 SARAN
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penyusun ucapkan terimakasih.
http://rhiriengerury.blogspot.com/2013/04/makalah-hipotiroid.html