Askep Hipertensi (Post Stroke)

download Askep Hipertensi (Post Stroke)

of 15

description

hipert

Transcript of Askep Hipertensi (Post Stroke)

RW I

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. EKO

RT 03 RW I KELURAHAN WIYUNG

Pengkajian tanggal 08 Mei 2002

Data Umum

1. Nama KK

: Tn. Eko

2. Umur

: 28 th.

3. Alamat

: Wiyung I / 28 RT03 RW I Wiyung

4. Pendidikan

: SMA

5. Pekerjaan

: Swasta

6. Agama

: Islam

7. Komposisi Keluarga:

No. / Nama

SexUmurHub dgn KKPenddAgamaPekerjaanStatus kesh.

1. Supatmi P28 thIstriSMAIslamSwasta Sehat

2. MutmainahP40 thKakak iparSMPIslamSwastaSehat

3. RetiP78 thMertuaSDIslam-Hipertensi (post stroke)

Genogram :

Keterangan :

Laki laki

Perempuan

Sakit

(Meninggal

Tinggal serumah

8. Tipe keluarga : Extended family

Keluarga inti dengan pasangan suami istri bekerja ditambah mertua perempuan dan kakak ipar perempuan.

9. Kewarganegaraan / suku bangsa: Indonesia / jawa

10. Agama : Islam

11. Status sosial ekonomi keluarga

Penghasilan keluarga ( Rp. 900 000,- per bulan yang diperoleh dari kerja Tn Eko sebagai karyawan pabrik keramik dan istri sebagai karyawan toko. Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

12. Aktifitas rekreasi keluarga

Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi : nonton TV di rumah dan kadang berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga dekatnya.

Riwayat Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga pasangan baru ( baru menikah 7 bulan yang lalu ).

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga pasangan baru Tn. Eko. Sedangkan tugas keluarga yang belum optimal dicapai sampai saat ini adalah merawat kesehatan keluarga, dimana terdapat mertua perempuan ( Ny. Reti 78 th ) yang telah menderita sakit kurang lebih 4 tahun yang sampai sekarang masih memerlukan perawatan dan perhatian khusus.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarga Tn. Eko secara umum ( kecuali Ny. Reti ) tidak ada masalah kesehatan. Sedangkan Ny. Reti menderita hipertensi ( post stroke ) penderita mengalami hemiplegi pada ekstremitas kiri kurang lebih 4 tahun yang lalu. Selama itu pula Ny. Reti memerlukan bantuan dari keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri dalam hal mandi, berpakaian, toileting, megambil makanan. Pada pemeriksaan yang dilakukan saat kegiatan pemeriksaan fisik Lansia, TD = 260 / 130 MmHg, Nadi = 96 x / menit, RR = 20 x / menit. Menurut Ny. Eko, penderita sukar sekali diberi pengertian mengenai diit yang harus dilakukan ( sebatas pengetahuan keluarga ). Ny. Reti juga tidak pernah kontrol / berobat ke Puskesmas karena tidak ada yang mengantar, dan hanya kadanag kadang chek TD dilakukan oleh cucunya yang masih sekolah di jurusan kesehatan.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Kurang lebih 4 tahun yang lalu diketahui menderita hipertensi setelah mengalami kelumpuhan tangan dan kaki sebelah kiri setelah bangun tidur. Ny. Reti tidak mengetahui apakah diantara saudara saudaranya ada yang menderita penyakit serupa.

Keadaan Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Luas rumah yang ditempati keluarga Tn Eko ( 96 m2 ( 8 m x 12 m ) terdiri dari : 1 ruangan yang berfungsi sebagai garasi, 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 ruang dapur, 1 kamar mandi dan WC. Tipe bangunan rumah adalah permanen. Lantai rumah terbuat dari keramik dengan kaeadaan cukup bersih, penerangan dan ventilasi cukup. Sumber air minum adalah PAM.

Jalan kampung ( paving )

Teras depan

Garasi

R. tamu

U

K. tidur

K. tidurR. keluargaK. tidur

K. tidur

R. makan

Dapur

K. mandi

WC

Gambar denah rumah Tn. Eko

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Tetangga Tn Eko sebelah kanan rumah adalah ketua RT 03, sedangkan kiri depan adalah rumah ketua RW I, sedangkan depan rumah adalah tetangga dimana didalamnya juga terdapat seorang lansia yang bisa diajak ngobrol / dikunjungi oleh Ny. Reti, kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis.

3. Mobilitas keluaga

Keluarga ini tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah, demikian pula Ny. Reti yang sudah berdomisili sejak lama.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Semua penghuni rumah dalam keluarga Tn Eko semuanya bekerja kecuali Ny. Reti, Ny. Reti sendiri sudah tidak aktif lagi dalam kegiatan kegiatan diluar misalnya pengajian karena alasan kesehatannya, tetapi anjangsana ke tetangga - tetangga sebelah hampir tiap hari dilakukan.

5. Sistem pendukung keluarga

Yang merawat Ny. Reti adalah semua anggota keluarga yang ada dalam rumah, hanya saja tidak mempunyai waktu khusus untuk mengantar Ny. Reti ke fasilitas kesehatan ( Puskesmas ) yang jaraknya ( 1 Km dari rumah, hanya sekali waktu saja chek tekanan darah dilakukan oleh cucunya yang masih sekolah kesehatan.

a) Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi dalam keluarga Tn . Eko dilakukan secara terbuka dalam menyelesaikan suatu masalah, utamanya mengenai kesehatan Ny. Reti yang memerlukan pengaturan / pantangan makanan berkenaan dengan penyakitnya, tetapi menurut keluarga hasilnya masih belum optimal.

2. Struktur peran keluarga

Tn. Eko sebagai kepala keluarga, pencari nafkah keluarga , mempunyai pekerjaan tetap sebagai karyawan persh. Pabrik keramik Asia Tile.

Ny. Supatmi sebagai istri, membantu suami bekerja sebagai karyawan di toko Swalayan Sinar.

Mutmainah sebagai kakak ipar KK, juga bekerja.

Ny. Reti sebagai mertua KK ( Lansia ), tidak bekerja, menderita sakit hipertensi ( post stroke ) selama kurang lebih empat tahun.

3. Nilai atau norma keluarga

Pemenuhan kebutuhan ekonomi nampaknya sesuatu yang perlu direalisasikan untuk kelangsungan hidup keluarga, terbukti semua anggota dalam keluarga bekerja kecuali Ny. Reti yang sedang sakit. Terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi keluarga juga mendapat perhatian dengan melakukan bantuan pemenuhan kebutuhan diri Ny. Reti selama sakit, hanya saja belum optimal dengan terbatasnya waktu dari anggota keluarga yang semuanya bekerja.

b) Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Interaksi dan hubungan yang tercipta dalam keluarga ini tampak berkembang dengan baik, saling mengasuh, saling menghargai dan menghormati posisi masing masing. Terhadap masalah kesehatan yang dihadapi lebih dipandang sebagai tugas dan kewajiban keluarga yang mesti harus dilaksanakan.

2. Fungsi sosial

Keluarga mengajarkan lewat perilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari hari di rumah dan lingkungannya.

3. Fungsi reproduksi

Sebagai pasangan baru keluarga tidak mengikuti program KB karena belum dikaruniai anak.

4. Fungsi ekonomi

Menurut pengakuan keluarga, penghasilan yang didapatkan keluarga dengan anggota keluarga bekerja semua cukup untuk memenuhi kebuthan keluarga sehari hari.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga Tn Eko telah memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit ( Ny. Reti ) sebatas kemampuan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan diri, misal : membantu menyediakan makan, mandi, toileting, berpakaian. Kemampuan keluarga dalam hal mengenal, merawat, dan memutuskan tindakan masih kurang / belum optimal, ini terlihat dari misalnya: keluarga tidak menyiapkan masakan tersendiri buat Ny. Reti, tidak mampu meluangkan waktu untuk memeriksakan kesehatan walaupun sudah merasakan adanya masalah kesehatan dalam keluarga.

c) Stres dan Koping

1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

Keluarga tidak merasakan adanya stresor yang berarti kecuali kondisi kesehatan Ny. Reti yang menderita penyakit kronis yang memerlukan bantuan perawatan sehari hari.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Keluarga terlihat sudah beradaptasi atas stressor yang dihadapi dan merasa sebagai suatu bagian dari kehidupan yang harus dijalani.

3. Kekuatan yang mengimbangi stressor

Perhatian yang cukup dari semua anggota keluarga terhadap kesehatan Ny. Reti

Kepala keluarga menerapkan musyawarah dalam mengambil suatu keputusan

Karakteristik tetangga yang kondusif

Tempat tinggal yang permanen ( rumah sendiri )

4. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga sering menasehati / memarahi Ny. Reti atas ketidak patuhan diit yang mesti harus dilakukan.

d) Pemeriksaan Fisik

Secara umum kondisi kesehatan keluarga dalam keadaan sehat, kecuali Ny. Reti yang memerlukan perhatian khusus :

1. Keadaan umum

TB

: ( 150 cm.

BB

: ( 45 kg.

TD

: 260 / 130 mmHg

N

: 96 x / menit

RR

: 20 x/ menit

S

: - ( tidak panas )

2. Kepala : bentuk normal, rambut banyak memutih cukup bersih

3. Mata

: berair ( Nrocos ), pandangan kabur / terganggu

4. Telinga : normal, pendengaran masih bagus

5. Hidung : normal

6. Leher

: terdapat pembesaran / bendungan vena jugularis kiri

7. Dada

: pergerakan kiri / kanan simetris

8. Abdomen: normal

9. Ekstremitas : hemiplegi ekst. kiri

e) Harapan Keluarga

Keluarga berharap tetap tercipta hubungan yang harmonis dalam keluarga dan adanya perubahan perilaku / kondisi yang lebih baik terhadap kesehatan Ny. Reti.

Analisa data

No.DataMasalahPenyebab

1.

Ny. Reti ( 78 th )menderita hipertensi T: 260 / 130 mmHg. ( post stroke ) selama 4 tahun, berjalan dengan alat bantu tripot, tidak pernah kontrol tekanan darah, sendirian bila ditinggal bekerja, tidak patuh diit. tidak disediakan makanan tersendiri buat Ny. Reti, keluarga tidak sempat meluangkan waktu untuk mengantar berobat.Resiko terjadinya serangan stroke ulang ( pecahnya pembuluh darah akibat hipertensi )

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat penderita lansia dengan Hipertensi.

Diagnosa Keperawatan keluarga :

Resiko terjadinya serangan ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi ) pada Ny. Reti berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota lansia yang sakit.

Skala untuk menentukan prioritas askep keluarga :No. KriteriaPerhitunganSkorPembenaran

1. Sifat masalah:

Tidak/kurang sehat3/3 x 11Tidak/kurang sehat

2.Kemungkinan masalah untuk diubah:

Hanya sebagian x 21Ketidakpatuhan penderita untuk diit, pengawasan keluarga yang kurang, penderita usia lanjut, dan penyakit kronis.

3.Potensial masalah untuk dicegah:

Cukup2/3 x 12/32. Ketersediaan dana cukup,

keluarga mulai mengerti pentingnya perawatan hipertensi

4.Menonjolnya masalah:

Masalah berat harus ditangani2/2 x 11Keluarga dan Lansia menyadari bahwa keadaan sehat adalah penting

Total skor3 2/3

Prioritas masalah :

1. Resiko terjadinya serangan ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi ) pada Ny. Reti berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota Lansia yang sakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. J

No. DiagnosaGoalObjectivesCriteriaStandartIntervensi

1. Resiko terjadinya serangan ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi ) keluarga Tn. Jafar. S khususnya Ny. Marini b.d ketidakmampuan keluarga merawat lansia dengan HipertensiSetelah dilakukan penyuluhan pada keluarga dan lansia, masalah kesehatan lansia teratasi1. Keluarga mengenal masalah kesehatan lansia (Ny. Marini)Verbal Keluarga dapat menjelaskan pengertian Hipertensi

Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi

Keluarga dapat menjelaskan perawatan lansia dengan Hipertensi1. Kaji pengetahuan keluarga tentang Hipertensi

2. Jelaskan pada keluarga tentang Pengertian, tanda dan gejala, tidakan yang harus dilakukan pada lansia dengan Hipertensi

3. Bimbing keluarga uttuk mengulangi yang telah dijelaskan

4. Beri pujian tentang apa jawaban yang benar

2. Keluarga dan lansia mampu mengambil keputusan tentang tindakan yang tepat pada lansiaVerbal Keputusan keluarga untuk membawa Ny. Marini ke pelayanan kesehatan1. Beri penjelasan akibat lanjut dari penyakit Ny. Marini

3. Ny. Marini bersama keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang adaPsikomotor Lansia memeriksakan diri ke Puskesmas/RS2. Menganjurkan keluarga untuk Memeriksakan Ny. Marini ke RS / Puskesmas

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. JAFAR. S

Diagnosa keperawata keluargaTujuanTanggalImplementasiEvaluasi

1. Resiko terjadinya serangan ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi ) keluarga Tn. Jafar khususnya Ny. Marini b.d ketidakmampuan keluarga merawat lansia dengan Hipertensi

Keluarga mengenal masalah kesehatan

Keluarga mampu memberikan perawatan dan memutuskan tindakan yang sesuai terhadap masalah kesehatan keluarga dengan lansia yang menderita hipertensi13 Agustus 02

13 Agustus021. mengkaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi

2. menjelaskan pada keluarga tentang pengertian , penyebab, tanda dan gejala serta upaya pencegahannya

3. membimbing keluarga untuk mengingat kembali apa yang telah didapatkan dari penjelasan perawat

1. menganjurkan kelurga untuk membatasi asupan garam bagi Ny. marini

2. menganjurkan keluarga menyiapan makanan tersendiri untuk Ny. Marini

3. menganjurkan pada Ny. Marini untuk menghindari makanan makanan yang dapat memperberat penyakitnya

4. menganjurkan pada Ny. Marini untuk berada dalam kondisi relaks, menenangkan pikiran, tidak stres

5. menganjurkan pada keluarga untuk meluangkan waktu untuk mengantar Ny. Marini memeriksakan kesehatannya

6. memberi kesempatan pada keluarga untuk mengambil keputusan.13 Agustus02

TD : 160 / 100 mmHg. Keluarga mengerti tentang hipertensi dan upaya pencegahannaya.

13 Agustus 02

keluarga dapat menerima masukan masuukan yang telah disampaikan perawat

17 Agustus 02

Ny. marini memeriksakan kesehatannya saat dilakukan program pemeriksaan kesehatan lansia

PRE PLANNING

Penyuluhan askep keluarga dengan strokeI. Latar belakang

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ( 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ( 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Dengan kata lain hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan / atau diastolik yang tidak normal. Klien yang menderita hipertensi bila tidak mendapatkan pengelolaan yang benar bisa menyebabkan berbagai resiko yang berakibat fatal.

Pada keluarga Tn. Eko, dimana terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi, dirasa perlu mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hipertensi untuk kepentingan perawatan bagi penderita.

II. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu mengenal penyakit hipertensi dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

III. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu :

menyebutkan pengertian hipertensi

menyebutkan penyebab hipertensi

menyebutkan tanda dan gejala hipertensi

menyebutkan cara pencegahan hipertensi

IV. Sasaran

Seluruh anggota keluarga : Tn. Jafar. S, Ny. Marini, Sdri. Ainur.R, Luluk. A, Ahmad. L.

V. Media

Media penyuluhan yang akan digunakan : leaflet

VI. Metode

Metode yang digunakan : ceramah, diskusi / tanya jawab

VII. Strategi pelaksanaan

Memperkenalkan pembimbing, kontrak waktu, dan pembukaan : 5 menit

Menyampaikan materi hipertensi dan diskusi : 30 menit

Melakukan evaluasi dan terminasi : 15 menit

VIII. Waktu dan tempat pelaksanaan

Hari

: Jumat / 16 Agustus 2002

Pukul

: ( 10 00 WIB selesai (( 50 menit )

Tempat : Rumah Tn. Jafar. S, RT 02 RW II Kel. Wiyung.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi

: Keperawatan keluarga

Topik

: Penyakit StrokeSasaran

: Keluarga Tn. Abdul majidTempat

: Rumah Tn. A(Desa lerep RW 5 Dusun tegal rejo)

Hari / tanggal

: Waktu

: 50 menit

I. Tujuan instruksional umum

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu mengenal penyakit stroke dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit stroke.

II. Tujuan instruksional khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu :

menyebutkan pengertian stroke menyebutkan penyebab stroke menyebutkan tanda dan gejala stroke menyebutkan cara pencegahan strokeIII. Sasaran

Seluruh anggota keluarga Tn. Abdul Majid

IV. Materi

1. Penyakit stroke2. Diit Rendah garam

V. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi / tanya jawab

VI. Media

Leaflet: stroke dan diit rendah garam

VII. Kriteria evaluasi

1. Evaluasi struktur

Semua anggota keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah Tn. Abdul majidPengorganisasian penyuluhan dilakukan hari sebelumnya

2. Evaluasi proses

Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan

Keluarga tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai

Keluarga terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi hasil

Keluarga mengerti tentang penyakit stroke, dapat menyebutkan pengerian, penyebab, tanda dan gejala, hal hal yang memperberat penyakit stroke serta upaya - upaya pencegahannya

VIII. Pengorganisasian

Pembicara / fasilitator: Cici hikmawati hajarSupervisor

: Bapak Madya Sulisno ( pembimbing PSIK )

Materi : Stroke

Hampir semua orang lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada suplai darah arteri ke otak, dan sebanyak 10 % sebenarnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan gangguan fungsi, yaitu suatu kondisi yang disebut stroke.

Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan yang menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi. Atau, pada sekitar seperempat penderita yang mengalami stroke, penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang membuat salah satu pembuluh darah pecah; terjadi perdarahan yang mengkompresi jaringan otak setempat. Stroke adalah sindroma klinis yang timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian , dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.

Pada stroke non haemorhagic ( iskemik ), gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak / subacut, didahului gejala prodomal , terjadi waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.

Penyebab :

Infark otak ( 80 % ) misal : emboli

Perdarahan intraserebral ( 15 % ) misal : hipertensi

Perdarahan subarachnoid

Penyebab lain : kelainan hematologis, penyalahgunaan obat ex: kokain atau amfetamin

Faktor Resiko

Yang tidak dapat diubah :

Usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner.

Yang dapat diubah :

Hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral.

Hipertensi

Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ( 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ( 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. ( Kapita Selekta Kedokteran, 2001 ).

Berdasarkan penyebabnya :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus .

2. Hipertensi skunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui terdapat sekitar 5 % kasus.

Efek letal dari hipertensi terutama disebabkan oleh tiga hal berikut :

1. kelebihan beban kerja pada jantung , yang menimbulakan perkembangan awal dari penyakit jantung kongestif, penyakit jantung koroner atau keduanya, yang seringkali menyebabkan kematian akibat serangan jantung.

2. Tekanan yang tinggi seringkali menyebabkan rupturnya pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak, keadaan ini disebut infark serebral, yang secara klinis dikenal dengan nama stroke . Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, demensia, atau berbagai gangguan otak yang serius lainnya.

3. Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai perdarahan pada ginjal, yang menimbulkan kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, uremia dan kematian. ( Buku ajar Fisiologi Kedokteran, 1997 )

Faktor resiko hipertensi adalah faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita maka dapat menyebabkan orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada faktor resiko yang dapat dihindari atau dirubah dan ada juga yang tidak dapat dihindari. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari atau dirubah adalah genetik, suku bangsa dan umur. Berbagai macam faktor resiko yang dapat dihindari karena dapat memperberat keadaan hipertensi antara lain makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, garam, makanan asin atau yang diasinkan, daging kambing, buah durian, minuman alkohol yang berlebihan, makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, rokok, kopi, kegemukan (obesitas) dan stress (MKI. 2000 : 58).

Ada gejala yang tidak boleh diabaikan oleh klien tekanan darah tinggi karena gejala tersebut berhubungan dengan organ-organ yang menderita kerugian karena hipertensi yang tidak terkendali, antara lain : serangan pusing, kekakuan, kehilangan keseimbangan, sakit kepala pagi hari, penglihatan yang memburuk, semuanya secara bersama-sama menunjukkan adanya masalah dengan peredaran darah di otak. Kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau salah satu bagian muka, atau salah satu tangan, atau kemampuan berbicara menurun dapat menjadi tanda peringatan adanya stroke. Terengah-engah pada waktu latihan jasmani, dengan rasa sakit pada dada yang menjalar ke rahang, lengan, punggung atau perut bagian atas, menjadi tanda permulaan angina. Susah nafas dapat menjadi tanda yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi kegagalan jantung. Sering bangun setiap malam untuk buang air kecil dan lebih banyak serta lebih sering mengeluarkan urine siang hari dapat menjadi tanda pertama gangguan ginjal (Tom Smith. 1986 : 144).

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada hipertensi ringan, diantaranya dengan menurunkan berat badan dan mengurangi asupan garam, menghindari merokok, minum alkohol, hiperlipedemia dan stress (MKI. 2000 : 60).

DIIT RENDAH GARAM

Pemberian diit rendah garam bertujuan membantu menghilangkan retensi garam / air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Diit ini diindikasikan untuk pasien dengan edema dan / atau hipertensi, seperti pada gagal jantung, sirosis hepatis, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial.

Syarat diit ini adalah cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin; jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam / air atau hipertensi; dan bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.

Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan ( diit rendah garam )

Golongan bahan makananMakanan yang boleh diberikanMakanan yang tidak boleh diberikan.

Sumber karbohidrat

Sumber protein hewani

Sumber protein nabati

Lemak

Sayuran

Buah buahan

Bumbu Beras, bulgur, kentang, singkong, terigu tapioka, hunkwee, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda, seperti : makaroni, mie, bihun, roti, biskuit, kue kering, dsb.

Daging dan ikan maksimum 100 gram sehari; telur maksimum 1 butir sehari;susu maksimum 200 gram sehari.

Semua kacang kacangan yang diolah dan dimasak tanpa garam.

Minyak, margarin tanpa garam, mentega tanpa garam

Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoas dan soda.

Semua buah buahan segar, buah yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoas dan soda.

Semua bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dan ikatan natrium lainnya.Roti, biskuit, dan kue yang dimasak dengan garam dapur,dan atau soda.

Otak, ginjal, lidah, sardin, keju; daging ikan dan telur yang diawet dengan garam dapurseperti: daging asam, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang, dsb.

Semua kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya.

Margarin dan mentega biasa.

Sayuran yang diawet dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar, dsb.

Buah buahan yang diawet dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya.

Garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin dan bumbu yang mengandung garam dapur seperti : kecap, terasi, saus tomat, petis, tauco, dsb.

28

28

78

42

24

26

40

17

22

24