Askep Gadar Hipo Ny. s,

38
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN Ny. “S” DENGAN KEGAWATDARURATAN DIABETES MELLITUS: HIPOGLIKEMIA DI UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG DISUSUN OLEH Wulan Maya Sari 30.01.12.0053 Pembimbing Ruangan Mediyanto, Am.Kep Pembimbing Pendidikan Venny Mayumi Gultom, S.Kep., Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

description

ajnfjnjdhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhm

Transcript of Askep Gadar Hipo Ny. s,

Page 1: Askep Gadar Hipo Ny. s,

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN Ny. “S”

DENGAN KEGAWATDARURATAN DIABETES MELLITUS:

HIPOGLIKEMIA DI UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

DISUSUN OLEH

Wulan Maya Sari

30.01.12.0053

Pembimbing Ruangan

Mediyanto, Am.Kep

Pembimbing Pendidikan

Venny Mayumi Gultom, S.Kep., Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PALEMBANG

2015

Page 2: Askep Gadar Hipo Ny. s,

KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas

berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. “S” Dengan Kegawatdaruratan

Diabetes Mellitus: Hipoglikemia Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Myria

Palembang.

Dalam proses penyusunan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan

banyak bimbingan, arahan, kondisi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua STIKes Perdhaki Charitas Palembang.

2. Direktur Rumah Sakit Myria Palembang.

3. Kepala Bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Myria Palembang

4. Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes Perdhaki Charitas

Palembang.

5. Pembimbing Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Myria

Palembang.

6. Pembimbing Pendidikan STIKes Perdhaki Charitas Palembang.

7. Kedua orang tua dan keluarga tercinta, serta teman-teman mahasiswa/i

program studi S1 Keperawatan STIKes Perdhaki Charitas Palembang

yang telah memberikan semangat, dorongan moral maupun materil.

8. Staff perpustakaan STIKes Perdhaki Charitas Palembang serta semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan

ini.

Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis menyadari masih jauh

dari sempurna karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu saran

dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan penulis terima dengan lapang

dada. Akhir kata penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna

dan membantu siapa saja yang membaca dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palembang, Juni 2015

Penulis

Page 3: Askep Gadar Hipo Ny. s,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................. 1

C. Tujuan Penulisan................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan.............................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian........................................................................... 3

B. Anatomi Fisiologi..............................................................

C. Etiologi............................................................................... 5

D. Manifestasi Klinis.............................................................. 7

E. Patofisiologi.......................................................................

F. Pathway..............................................................................

G. Pemeriksaan Penunjang.....................................................

H. Komplikasi.........................................................................

I. Penatalaksanaan.................................................................

J. Pengkajian Keperawatan.................................................... 8

1. Primary Survey..............................................................

2. Secondary Survey..........................................................

J. Pemeriksaan Fisik.............................................................. 9

K. Diagnosa Keperawatan...................................................... 9

L. Intervensi Keperawatan...................................................... 11

M. Pelaksanaan Keperawatan.................................................. 11

N. Evaluasi Keperawatan........................................................

Page 4: Askep Gadar Hipo Ny. s,

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan.................................................... 1

B. Diagnosa Keperawatan...................................................... 1

C. Intervensi Keperawatan...................................................... 2

D. Implementasi Keperawatan................................................ 2

E. Evaluasi Keperawatan........................................................ 2

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................ 15

B. Saran................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: Askep Gadar Hipo Ny. s,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya

(Ernawati, 2012). Menurut survey yang dilakukan WHO, Indonesia menempati

urutan ke-4  dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India,

Cina, dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,

diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun

2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Sedangkan menurut

Menkes, secara global WHO memperkirakan penyakit tidak menular (PTM) telah

menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan diseluruh dunia. (Supari,

2005)

Terdapat kegawatdaruratan yang dapat muncul pada penderita diabetes

mellitus salah satunya adalah hipoglikemia dimana keadaan tubuh dengan kadar

glukosa darah sewaktu dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh

(Smeltzer, 2001). Di Indonesia masih belum ada data, secara umum insidens

hipoglikemia. Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia

nokturnal tidak memiliki gejala. Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar

glukosa darah sewaktu dibawah 60 mg/dl yang terjadi karena kelebihan dosis

insulin pada penderita diabetes mellitus baik per-oral maupun per-IV, penggunaan

sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik yang

berlebih dan situasi stress yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan

jika tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan kematian sehingga

memerlukan perhatian khusus perawat dalam penanganannya. Oleh karena itu

Penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa medis hipoglikemia sehingga penulisan ini mengambil judul “Asuhan

Page 6: Askep Gadar Hipo Ny. s,

Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Kegawatdaruratan Diabetes Mellitus:

Hipoglikemia Di Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Myria Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan 

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari hipoglikemia?

2. Apa yang menyebabkan hipoglikemia?

3. Bagaimana manifestasi klinis hipoglikemia?

4. Bagaimana patofisiologi dari hipoglikemia?

5. Bagaimana pathway dari hipoglikemia?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit hipoglikemia?

7. Apa saja komplikasi dari hipoglikemia?

8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien hipoglikemia?

9. Apa saja pengkajian yang dilakukan pada pasien hipoglikemia?

10. Bagaimana pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien hipoglikemia?

11. Apa saja diagnosa yang muncul pada pasien hipoglikemia?

12. Bagaimana perencanaan dan rasionalisasi pada pasien hipoglikemia?

13. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien hipoglikemia?

14. Apa saja yang dievaluasi pada pasien hipoglikemia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan asuhan keperawatan ini antara lain:

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan anak

pada pasien hipoglikemia.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa/i mampu mengetahui pengertian hipoglikemia.

b. Mahasiswa/i mampu mengetahui penyebab dan manifestasi klinis dari

hipoglikemia.

Page 7: Askep Gadar Hipo Ny. s,

c. Mahasiswa/i mampu memahami patofisiologi dan pathway dari

hipoglikemia.

d. Mahasiswa/i mampu mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi,

dan penatalaksanaan dari hipoglikemia.

e. Mahasiswa/i mampu membuat asuhan keperawatan gawat darurat

mengenai hipoglikemia secara komprehensif.

D. Manfaat Penulisan

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang

hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini

adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa memahami kegawatdaruratan diabetes

mellitus mengenai hipoglikemia.

2. Bagi Perawat

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui hipoglikemia dan mampu

menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat

diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan

dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

Page 8: Askep Gadar Hipo Ny. s,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah

(glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula

darah antara 70-110 mg/dl. (Aina Abata, 2014)

Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh

penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar

gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah

normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang

dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia

ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,

pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat

dan terkadang sampai hilang kesadaran. (Nabyl, 2009)

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetik sebagai akibat

dari menurunnya kadar glukosa darah, yaitu mencapai kurang dari 50 mg/100 ml

darah (Eliabeth J. Corwin, 2009). Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl

pada kondisi puasa dan 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan. Adapun

batasan hipoglikemia adalah :

1. Hipoglikemia murni: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl

2. Reaksi hipoglikemia: gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak,

misalnya  dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl

3. Koma hipoglikemia: koma akibat gula darah < 30 mg/dl

4. Hipoglikemia reaktif: gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah

makan atau terjadi sebagai reaksi terhadap karbohidrat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia adalah kadar glukosa darah

yang terlalu rendah sampai dibawah 60 mg/dl, keadaan ini bisa menjadi gawat

darurat dan memerlukan pertolongan segera.

Page 9: Askep Gadar Hipo Ny. s,

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm,

lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.

Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan

maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang

dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan

bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh

atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas

terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :

a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.

b. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau-pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas

tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.

Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.

Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m,

terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas

Page 10: Askep Gadar Hipo Ny. s,

diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama,

yaitu:

1) Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % memproduksi glikagon yang

manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti insulin like

activity “.

2) Sel-sel B (beta), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.

3) Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin.

Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat

pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan

banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada

tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi

pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

2. Fisiologi

Pankreas merupakan kelenjar eksokrin (pencernaan) sekaligus kelenjar endokrin.

a. Fungsi endokrin

1) Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut sel pulau Langerhans,

yang terdiri dari sel alfa yang memproduksi glukagon dan sel beta yang

memproduksi insulin.

2) Glukagon: Efek glukagon secara keseluruhan adalah meningkatkan

kadar glukosa darah dan membuat semua jenis makanan dapat

digunakan untuk proses energi. Glukagon merangsang hati untuk

mengubah glikogen menurunkan glukosa (glikogenolisis) dan

meningkatkan penggunaan lemak dan asam amino untuk produksi

energi. Proses glukoneogenesis merupakan pengubahan kelebihan asam

amino menjadi karbohidrat sederhana yang dapat memasuki reaksi pada

respirasi sel.Sekresi glukagon dirangsang oleh hipoglikemia. Hal ini

dapat terjadi pada keadaaan lapar atau selama stres fisiologis, misalnya

olahraga.

3) Insulin: Efek insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan penggunaan glukosa untuk produksi energi. Insulin

meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel dengan meningkatkan

Page 11: Askep Gadar Hipo Ny. s,

permeabilitas membran sel terhadap glukosa (namun otak, hati, dan sel-

sel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan glukosa). Di

dalam sel, glukosa digunakan digunakan pada respirasi sel untuk

menghasilkan energi. Hati dan otot rangka mengubah glukosa menjadi

glikogen (glikogenesis) yang disimpan untuk digunakan di lain waktu.

Insulin juga memungkinkan sel-sel untuk mengambil asam lemak dan

asam amino untuk digunakan dalam sintesis lemak dan protein (bukan

untuk produksi energi). Insulin merupakan hormon vital; kita tidak

dapat bertahan hidup untukwaktu yang lama tanpa hormon tersebut.

Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia. Keadaan ini terjadi

setelah makan, khususnya makanan tinggi karbohidrat. Ketika glukosa

diabsorbsi dari usus halus ke dalam darah, insulin disekresikan untuk

memungkinkan sel menggunakan glukosa untuk energi yang

dibutuhkan segera. Pada saat bersamaan, semua kelebihan glukosa akan

disimpan di hati dan otot sebagai glikogen.

b. Fungsi eksokrin

1) Kelenjar eksokrin pada paankreas disebut acini,  yang menghasilkan

enzim yang terlibat pada proses pencernaan ketiga jenis molekul

kompleks makanan.

2) Enzim pankreatik amilase akan mencerna zat pati menjadi maltosa. Kita

bisa menyebutnya enzim “cadangan” untuk amilase saliva.

3) Lipase akan mengubah lemak yang teremulsi menjadi asam lemak dan

gliserol. Pengemulsifan atau pemisahan lemak pada garam empedu

akan meningkatkan luas permukaan sehingga enzim lipase akan dapat

bekerja secara efektif.

4) Tripsinogen adalah suatu enzim yang tidak aktif, yang akan

menjadi tripsin aktif di dalam duodenum. Tripsin akan mencerna

polipeptida menjadi asam-asam amino rantai pendek.

5) Cairan enzim pankreatik dibawa oleh saluran-saluran kecil yang

kemudian bersatu membentuk saluran yang lebih besar, dan akhirnya

Page 12: Askep Gadar Hipo Ny. s,

masuk ke dalam duktus pankreatikus mayor. Duktus tambahan juga bisa

muncul. Duktus pankreatikus mayor bisa muncul dari sisi medial

pankreas dan bergabung dengan duktus koledokus komunis untuk

kemudian menuju ke duodenum.

6) Pankreas juga memproduksi cairan bikarbonat yang bersifat basa.

Karena cairan lambung yang memasuki duodenum bersifat sangat

asam, ia harus dinetralkan untuk mencegah kerusakan mukosa

duodenum. Prose penetralan ini dilaksanakan oleh natrium bikarbonat

di dalam getah pankreas, dan pH kimus yang berada di dalam

duodenum akan naik menjadi sekitar 7,5.

7) Sekresi cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan

kolesistokinin, yang diproduksi oleh mukosa duodenum ketika kismus

memasuki intestinum tenue.

8) Sekretin meningkatkan produksi cairan bikarbonat oleh pankreas, dan

kolesistokinin akan merangsang sekresi enzim pankreas.

C. Etiologi

Adapun penyebab hipoglikemia yaitu :

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang

anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang

pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga

dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang

sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau

alat pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja

lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar

insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika

makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan

terjadilah hipoglikemia.

Page 13: Askep Gadar Hipo Ny. s,

3. Aktifitas terlalu berat

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan

insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang

banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga

merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa

menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa

darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda

mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara

lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin

kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami

hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah

lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada

lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan

menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang

dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat

sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi

seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan

glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah

dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan

kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

Page 14: Askep Gadar Hipo Ny. s,

9. Gangguan hormonal

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.

Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini

maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi

dosis 80 mg.

11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa

dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum

menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari 2 fase, yaitu :

1. Fase 1: gejala-gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus

sehingga hormon epinefrin dilepaskan. Gejalanya berupa palpitasi, keluar

banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50

mg%). Gejala awal ini merupakan peringatan karena pada saat itu pasien

masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi

hipoglikemi lanjut.

2. Fase 2: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,

sehingga dinamakan gejala neurologis. Gejala- gejala yang terjadi akibat

mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,

pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan

motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma

(glukosa darah 20 mg%). (Arif Mansjoer, 2001)

E. Patofisiologi

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative

ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma

glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar

Page 15: Askep Gadar Hipo Ny. s,

glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes

tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada

untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat,

sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011). Glukosa merupakan

bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat

mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk

glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang

normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.

Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat

sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan

suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen

ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).

Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan

kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi

insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,

peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin

pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala

neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di

bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan

depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif

(Carpenito, 2007). Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system

hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta

penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang peranan utama dalam

pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun

melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon konstraregulasi akan

melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α pankreas

berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya

epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan

produksi dan mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin

merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.

Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan

Page 16: Askep Gadar Hipo Ny. s,

glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi

akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).

Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan

perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan

lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat,

gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012). Pelepasan

epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar

glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga

masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul

(Carpenito, 2007).

Page 17: Askep Gadar Hipo Ny. s,

F. Pathway

Page 18: Askep Gadar Hipo Ny. s,

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Gula darah puasa: Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa

(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110

mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial: Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa

dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c: Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk

memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak

dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan

kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%.

Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita

DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah

terganggu

5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. Komplikasi

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang

berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan mengakibatkan

kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat

menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan

neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf

pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon,

2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa

menyebabkan kerusakan otak yang permanen, juga dapat menyebabkan koma

sampai kematian.

I. Penatalaksanaan

Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada

keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan

karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau

Page 19: Askep Gadar Hipo Ny. s,

mengkonsumsi makanan ringan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang

mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20-30 gram (1 ½ - 2

sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara

lain (Kedia, 2011) :

1. Dekstrosa: Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena

pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat

pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis

biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%

biasanya diberikan kepada anak-anak. Bila diperlukan pemberian glukosa

cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) setiap 10-20 menit

sampai pasien sadar, disertai infuse dekstrosa 10% 6 kolf/jam. Dapat

menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.

2. Glukagon: Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin,

glukagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk

hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara

intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional,

glukagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM)

injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah

keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara

darurat.

J. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien hipoglikemia antara lain :

1. Pengkajian Primery Survey ABCD, dengan hasil yang meliputi:

a. Airway: Tidak ada gangguan jalan nafas, jalan nafas bersih, tidak ada

obstruksi, tidak ada sekret, suara paru vesikuler.

b. Breathing: Frekuensi nafas >24 x/menit, pola nafas teratur, irama

teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara auskultasi paru

vesikuler kanan dan kiri, suara nafas bersih.

Page 20: Askep Gadar Hipo Ny. s,

c. Circulation: Hipotensi (<100/60 mmHg), bradikardi (nadi teraba lemah,

<60 x/menit), hipotermi (35,8oC), akral dingin, capillary refill kembali

<2 detik, anemis.

d. Disability: Terjadi penurunan kesadaran, tremor, lemas, gelisah, pupil

isokor.

2. Pengkajian Secondary Survey AMPLE, ditemukan hasil antara lain:

a. Alergi : Pasien mempunyai alergi atau tidak terhadap makanan dan

obat-obatan.

b. Medikasi : Pengobatan yang dilakukan pasien sebelum sakit, apakah

langsung pergi berobat ke dokter atau mengkonsumsi obat warung.

c. Past Illness : Riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien.

d. Last Meal : Makanan terakhir yang dimakan oleh pasien sebelum

pergi ke rumah sakit.

e. Evenvironment : Lingkungan pasien, dimana pasien tinggal apakah

didaerah perkampungan atau perkotaan. Dalam satu rumah pasien

tinggal bersama anak, menantu atau saudara yang lain. (Baradero, 2009)

K. Pemeriksaan Fisik

1. Pucat

2. Diaphoresis

3. Penurunan kesadaran

4. Deficit neurologik fokal transient

5. Palpitasi

6. Keringat berlebihan

7. Tremor

8. Ketakutan

9. Pusing

10. Pandangan kabur

11. Akral dingin

12. Anemis dan hilangnya skill motorik halus

Page 21: Askep Gadar Hipo Ny. s,

L. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan menurut NANDA (2009) dan

intervensi keperawatan NIC NOC, menurut Judith (2007) antara lain :

1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

penurunan produksi energi metabolik.

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d depresan pusat pernafasan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder.

M. Rencana Keperawatan

Dx 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya depresan pusat pernapasan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pola

nafas kembali efektif

Kriteria hasil : RR 16-24 x/menit, ekspansi dada normal, sesak nafas hilang /

berkurang, tidak suara nafas abnormal

Intervensi keperawatan

1. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan

R/ frekuensi dan kedalaman pernapasan menunjukan usaha pasien

mendapatkan oksigen

2. Auskultasi bunyi napas

R/ bunyi napas mungkin terjadi redup karena penurunan aliran udara

3. Berikan posisi semi fowler

R/ untuk mengurangi sesak yang dialami pasien

4. Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernapasan

R/ mengindikasikan adanya kemajuan dalam pengobatan

5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen

R/ Membantu memenuhi kebutuhan oksigen

Page 22: Askep Gadar Hipo Ny. s,

Dx 2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan : Kadar glukosa darah stabil

Kriteria hasil : GDS normal 70-120 mg/dl

Intervensi keperawatan

1. Kaji keadaan umum dan TTV

R/ tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

2. Kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian terapi

R/ mengetahui kadar gula darah pasien

3. Berikan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

penanganannya

R/ menambah pengetahuan pasien dan keluarga

4. Anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis

R/ meningkatkan kadar gula darah pasien

5. Kolaborasi dalam pemberian terapi glukosa 5%, 10% atau 40% per-IV

R/ membantu meningkatkan kadar gula darah pasien

Dx 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi

Kriteria hasil : Peningkatan nafsu makan, menunjukkan tingkat energi, BB

stabil/meningkat.

Intervensi keperawatan

1. Kaji intake nutrisi

R/ kemauan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

2. Observasi tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit

lembab, denyut nadi cepat, lapar, cemas, sakit kepala dan pusing

R/ hipoglikemia dapat terjadi karena metabolisme karbohidrat yang kurang

3. Berikan makanan yang mengandung nutrien kemudian uapayakan

pemberian yang lebih padat dapat ditoleransi

Page 23: Askep Gadar Hipo Ny. s,

R/ pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi

gastrointestinal baik

4. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan sesuai indikasi

R/ memberikan informasi pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien

5. Kolaborasi pemeriksaan GDS dengan finger stick

R/ memantau gula darah lebih akurat untuk mendeteksi fluktuasi

6. Kolaborasi pemberian terapi glukosa maupun diit pasien

R/ meningkatkan kadar gula darah pasien

Dx 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder.

Tujuan : Aktivitas dapat ditoleransi

Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas normal, tidak mengalami kelelahan.

Intervensi keperawatan

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, catat peningkatan kelelahan dan

perubahan TTV

R/ menetapkan kemauan pasien beraktivitas

2. Dorong penggunaan management stress

R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

3. Bantu pasien melalui posisi yang nyaman untuk istirahat

R/ melancarkan sirkulasi darah

4. Ajarkan pasien metode penghematan energi untuk aktivitas

R/ memberikan bantuan sesuai kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas

5. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga dengan menjelaskan hubungan

antara keletihan dan proses atau kondisi penyakit

R/ meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai efek

penyakitnya

Page 24: Askep Gadar Hipo Ny. s,

N. Implementasi Keperawatan

Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi pasien.

O. Evaluasi Keperawatan

Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan

keperawatan melalui proses keperawatan pada pasien dengan kegawatdaruratan

diabetes mellitus mengenai hipoglikemi berdasarkan tujuan pemulangan adalah :

1. Pola nafas kembali efektif

2. Kadar glukosa darah stabil

3. Nutrisi tubuh seimbang

4. Aktivitas mandiri

Page 25: Askep Gadar Hipo Ny. s,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita

diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah

yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal,

yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan,

aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Gejala hipoglikemia ditandai

dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,

pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat

dan terkadang sampai hilang kesadaran.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan

gula darah puasa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi

glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. Komplikasi dari

hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat

menyebabkan gangguan pernafasan dan mengakibatkan kerusakan otak akut.

B. Saran

Setelah melihat teori dan kasus yang ada dilapangan, kita sebagai perawat

mempunyai peran sangat penting terutama dalam memberikan penyuluhan kepada

pasien tentang penyakit asma penyebab, tanda dan gejala, obat-obatan serta

control teratur ke dokter.

1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma perlu

pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi

seorang perawat.

2. Informasi yang adekuat dan edukasi sangat bermanfaat bagi pasien agar

pasien dan keluarga mampu mengatasi masalahnya dengan mandiri.

Page 26: Askep Gadar Hipo Ny. s,

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Endokrin.

Jakarta: EGC.

Corwin, J.E. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculspius.

NANDA International. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan: Definisi &

Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Prima Medika.

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.

Jakarta: EGC.

Soegondo, Sidartawan. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.

Jakarta: FKUI.

Suyono. 2003. Metabolic Endokrin: Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta:

PAPDI FKUI.

Price, A.S. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Edisi 6 Volume 1: Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC

Dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

Hans, Tandra. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.

Jakarta: Gramedia.