ASKEP DM

36
DIABETES MELLITUS A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long) Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002). B. Etiologi 1. Diabetes tipe I: Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari 1

description

asuhan keperawatan diabetes mellitus

Transcript of ASKEP DM

Page 1: ASKEP DM

DIABETES MELLITUS

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

(Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

(Arjatmo, 2002).

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang

mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan

berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan

neurologis. (Barbara C. Long)

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

B. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum

diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita

mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang

menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang

mendasarinya.Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap

penyebab yaitu:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

1

Page 2: ASKEP DM

terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA.

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita

diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka

kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 %

dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang

memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetik

1. Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah

mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.

2. Nutrisi

Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap

insulin.

Malnutrisi protein

Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya

pankreatitis.

3. Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi

biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

4. Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison

dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin

meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam

darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin

meningkat.

c. Faktor-faktor imunologi

2

Page 3: ASKEP DM

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans

dan insulin endogen.

d. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

C. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan

nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian

insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan

hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena

keturunan.

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

Dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD), terbagi

dua yaitu :

Nom Obesitas

Obesitas

3

Page 4: ASKEP DM

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,

tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan

obesitas.

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan

hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,

kelainan genetik dan lain-lain.

b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam

hidotinik

c. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama

kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan

kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon

chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk

mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

D. Patofisiologi/Pathways

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari

tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :

Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat

peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200

mg/hari/100 ml.

Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,

menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid

pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.

Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada

diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam

4

Page 5: ASKEP DM

urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus

ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit

glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika

jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka

luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg

%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke

metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir

semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam

Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter

sampai setinggi 10 Meq/Liter.

5

Page 6: ASKEP DM

E. WOC

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi

↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis

Aterosklerosis

6

Mual muntah

Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan

Koma Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal

Jantung Serebral Ekstremitas

Miokard Infark Stroke Gangren

Retinopati diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury

Nefropati

Ggn Integritas Kulit

Kekurangan volume cairan

Page 7: ASKEP DM

F. Tanda dan Gejala

Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic

diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

klien mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak

minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.

Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya

akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi

glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian

tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan

lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada

di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien

dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.

e. Mata Kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol

fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat

penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan

katarak.

7

Page 8: ASKEP DM

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada yang sering ditemukan

adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati visceral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

G. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah

untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan

kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan

terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes

tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan

intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang

manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada

8

Page 9: ASKEP DM

penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)

yaitu:

J 1 : Jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan

J 2 : Jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar

J 3 : Jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan

manis).

Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian

antara lain :

Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %,

lemak 30 %, protein 20 %. Diberikan pada semua penderita diabetes

mellitus pada umumnya.

Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.

Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.

2. Mempunyai hyperkolestonemia.

3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah

mengalami

4.Cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.

Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati

diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata..Telah menderita

diabetes dari 15 tahun.

Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein

tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :

9

Page 10: ASKEP DM

1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip

idemia.

2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90

%.

3. Masih muda perlu pertumbuhan.

4. Mengalami patah tulang.

5. Hamil dan menyusui.

6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.

7. Menderita tuberkulosis paru.

8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).

9. Menderita selulitis.

10. Dalam keadaan pasca bedah.

Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan

protein kadar tinggi.

Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan

faal ginjal.

Sifat-sifat diet B2

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung

protein kurang.

2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 %

protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino

esensial.

10

Page 11: ASKEP DM

3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300

kalori / hari.

Sifat-sifat diet B3

1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).

2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40

gram/hari.

3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100

kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).

4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.

5. Dipilih lemak yang tidak jenuh.

Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang

dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan.

Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari

dengan maksud untuk menurunkanBB.

Penyuluhan kesehatan:

Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui

perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga

dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

11

Page 12: ASKEP DM

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

H. Komplikasi

a. Akut

Hypoglikemia

Ketoasidosis

Diabetik

b. Kronik

Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah

jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,

nefropati diabetic.

Neuropati diabetic.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM

(mg/dl)

12

Page 13: ASKEP DM

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler

< 100

<80

<110

<90

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200

mg/dl

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses

terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses

keperawatan.Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang

dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif

untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan

diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan

mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem endokrin.

1. Pengkajian

13

Page 14: ASKEP DM

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes

mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,

riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,

pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :

Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita

penyakit seperti klien ?

Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,

mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya

apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk

menanggulangi penyakitnya.

Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,

perubahan tekanan darah

Integritas Ego

Stress, ansietas

Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,

haus, penggunaan diuretik.

Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.

Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

14

Page 15: ASKEP DM

Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /

tidak)

Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan

metabolisme protein, lemak.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi

penglihatan

5. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

6. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka

panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang

lain.

9. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi.

III. Rencana Keperawatan

o Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan

metabolisme protein, lemak.

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

15

Page 16: ASKEP DM

Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut

kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat

dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan

(nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat

mentoleransinya melalui oral.

Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai

dengan indikasi.

Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat

kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka

rangsang, cemas, sakit kepala.

Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.

Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.

Kolaborasi dengan ahli diet.

o Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda

vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian

kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar

elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

16

Page 17: ASKEP DM

Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu

nafas

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa

Pantau masukan dan pengeluaran

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500

ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung

Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema,

peningkatan BB, nadi tidak teratur

Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau

tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN,

Na, K)

o Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau

menunjukkan penyembuhan.

Kriteria Hasil :

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak

terinfeksi

Intervensi :

Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan

discharge, frekuensi ganti balut.

Kaji tanda vital

Kaji adanya nyeri

Lakukan perawatan luka

Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.Kolaborasi

pemberian antibiotik sesuai indikasi.

17

Page 18: ASKEP DM

o Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi

penglihatan

Tujuan : pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil :

pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi :

Hindarkan lantai yang licin.

Gunakan bed yang rendah.

Orientasikan klien dengan ruangan.

Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan

resiko infeksi.

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk

mencegah terjadinya inveksi.

Intervensi :

Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang

biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial.

Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci

tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan

pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

18

Page 19: ASKEP DM

Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan

menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan

pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada

kulit/iritasi kulit dan infeksi.

Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas

dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru

dan memobilisasi sekret.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan

Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi

Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori

Intervensi

Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan

abnormal

Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai

dengan kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk

mempertahankan kontak dengan realitas.

19

Page 20: ASKEP DM

Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong

untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan

dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada

lingkungannya.

Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan

sensori pada paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak

nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang

mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan

gangguan keseimbangan.

7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi

dalam aktivitas yang diinginkan

Intervensi :

Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin

sangat lemah.

Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang

cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

20

Page 21: ASKEP DM

Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah

sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi secara fisiologis.

Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang

positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka

panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang

lain.

Tujuan :

Mengakui perasaan putus asa

Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan

Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan

secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas

perawatan diri.

Intervensi :

Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya

tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara

keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan

memudahkan cara pemecahan masalah.

21

Page 22: ASKEP DM

Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan

dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan

frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu

kemampuan koping.

Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam

perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai

dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam

perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi

9. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,

keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :

Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses

penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

Intervensi

Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan

sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses

belajar.

22

Page 23: ASKEP DM

Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien

dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi

serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan

membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati

program.

Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara

teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit

dengan lebih ketat.

23

Page 24: ASKEP DM

DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek

Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made

Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa

YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry

Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia

Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta

: Balai Penerbit FKUI, 2002

24

Page 25: ASKEP DM

25