Askep DM.

64
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny “H” dengan Diagnosa Diabetus Militus ( DM ) di Ruang Keperawatan RSUD R.A. Basoeni – Gedeg Mojokerto Oleh Fathul Muin Nim. 06.07.008

description

aml

Transcript of Askep DM.

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Ny H dengan Diagnosa Diabetus Militus ( DM )

di Ruang Keperawatan RSUD R.A. Basoeni Gedeg

Mojokerto

Oleh Fathul MuinNim. 06.07.008

PROGRAM STUDY D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO

MOJOKERTO

2008 LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada Ny H dengan Diangnosa Diabetus Militus di ruang Keperawatan RSUD R.A Basoeni Gedeg Mojokerto. mulai tanggal 04 februari 09 februari 2008 telah di setui dan disahkan pada:

Hari

: Sabtu

Tanggal: 09 Februari 2008

Ruang

: Keperawatan.

Tempat: RSUD R.A Basoeni Gedeg

Mahasiswa

Fathul Muin

NIM 06.06.008

MENGETAHUI Kepala ruangan

Pembimbing Rungan

Supriyadi. Amd. Kep.

M. Dwi Eliyah. Amd Kep.

NIP. 140 343 279

NIP.

Pembimbing Akademik

Lina Yuswanti. Amd Kep.

NIP : 06.06.0LAPORAN PENDAHULUAN Diabetus Militus ( DM )

I. DEFINISI Diabetus Militus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada, mata, ginjal, saraf dan pembulu darah disertai lesi pada membran.

(Arief Manjoer : 580, 2000).

Diabetus Militus adalah kadar gula dalam darah meningkat atau diatas normal atau suatu sindrom yang menuju pada peningkatan kadar gula dalam darah.

(KMB II : Materi kulyah Unimas)

Diabetus Militus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosaria, yang disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut maupun kronis, sebagai akibat kurangnya insulin efektif didalam tubuh.(KMB II : Bar Bara E Log).II. ETIOLOGI1. Kelainan sel beta prankeas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yanng diproses secara berlebihan, obesitas dan kelainan.

3. Gangguan sistem imunitas, sistem ini dapat dilakukan auto munitas yang disertai pembentukan sel sel antibody, anti pankreas dan mengakibatkan kerusakan sel sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.4. Kelainan insulin pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsip terhadap insulin.III. PATHOFISIOLOGI1. Bagan

2. Narasi

Saat tubuh mengalami defisiensi insulin, tubuh akan mengalami osmolaritus (polidipsi, polifagia, dan poliuria) saat itu juga GD meningkat serta glufagon pula saat tubuh terjadi peningkatan GD yang cukup lama ( peningkatan GD kronis metabolisme tubuh akan mengalami gangguan dan timbul beberapa penyakit yang menyertai, misalnya penyakit pembulu darah kecil, Neuropaty). (peningkatan reflek tendon, mati rasa ulkus duabetik). Neuropati (gagal ginjal), Retinopati (penurunan penglihatan). Aterosklorosis (PJK, Hipertensi, Stroke), dan gangguan fungsi imun, (luka sembuh lama).

( Manjoer Arif 430 : 2000).

IV. GEJALA KLINIS1. Gejala utama : 3 P ( Polidipsi, polifagia, poliuria).

2. Berat badan naik kemudian menurun cepat.

3. Anoreksia, mual, muntah.

4. Penurunan kesadaran sampai koma.

5. Kelemahan, kesemutan, mata kabur, penurunan kemampuan seks (Impotensi dan penurunan libido).

V. PENATALAKSANAAN1. Primera. Diet

Jenis diet DM harus dengan prinsip 3 J ( Jenis, Jadwal, dan Jumlah ).

Diet B :

68 % KH, 20 % Protein digunakan untuk pasien :

Tidak Mampu.

Pasien kurang tahan lapar.

Pasien dengan kolesterol tinggi.

Pasien yang mempunyai macroangiopati ( Stroke, PJK ). Pasien yang mempunyai macroangiopati ( Retinopati, katarak ).

Pasien yang mempunyai riwaya DM 15 tahun. Diet B 1 :

Digunakan pada pasien yang :

Mampu.

Kurus.

Pasien usia muda.

Pasien yang patah tulang.

Wanita hamil dan menyusui.

Pasien hepatitis, TBC, sirosis hepatis, gangren.a. Olahraga / Aktivitas

Aktivitas pada pasien DM mrngacu pada CRIPE

C : Continu : Berkesinambungan terus menerus selama 30 menit.

R : Ritme mical : latihan terus seimbang antara kontraksi dan relaksasi.

I : Interval : Latihan digunakan selang seling.

P : Progrestive : Dimulai dari sebatas kemampuan pasien.E : Endurance : Latihan untuk daya tahan baik fungsi jantung maupun nafas.b. HE (Health Education).

Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang proses penyakit DM.

2. Sekunder

a. Insulin. b. Transplatasi pankreas.VI. DIANGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik berlebihan : Muntah, diare dan pengeluaran urine yang berlebih.2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan masukan yang melebihi pengeluaran aktivitas.3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, dan penurunan fungsi leukosit.4. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik dan kerusakan sirkulasi, penurunan sensasi dibuktikan oleh luka basah pada kaki.

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan kimia endogen atau ketidak seimbagan glukosa dan insulin.6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan / penurunan produksi energi metabolik.

( Marlynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan)VII. INTERVENSI 1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrik berlebihan : Muntah, diare dan pengeluaran urine berlebih.

Intervensi

a. Dapatkan riwayat pasien atau keluarga pasien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebih.R : Membantu dalam memperkirakan kekurangan vplume cairan. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya.b. Pantau tanda tanda vital, catat perubahan TD ortostatik.R : Hipovolemia dapat memanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi dan perkiraan berat ringanya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik .c. Pola nafas seperti adanya pernafasan kussmual pernafasan yang berbau keton.R : Paru paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis resperator terhadap keadaan ketoasidosis.d. Pantau Suhu, warna kulit, atau kelembaban.R : Meskipun demam, menggigil dan diaforisis merupakan hal yang umum terjadi pada proses infeksi, demam denagan kulit yang kemerahan, dan kering mun gkin sebagai cermin dehidrasi.e. Ukur berat badan setiap hari.R : Memberikan hasil pengkajian yang baik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya cara pemberian cairan pengganti.f. Pertahankan untuk pemberian cairan paling sedikit 2500 ml/hari.R : Mempertahankan dihidrasi dan volume sirkulasi.g. Catat hal hal yang dilaporkan seperti mual , muntah, nyeri abdomen.R : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.h. Kolaborasi dengan tiem medis dalam pemberian terapi cairan.R : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individu. 2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan masukan yang melebihi pengeluaran aktivitas.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga pasienR : Akan terbina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat. b. Timbang berat badan setiap hari atau sesui dengan indikasi.R : Memngkaji masukan makanan yang adekuat termasuk absorupsi dan utilisasinya.c. Tentukan prongram diet dan pola makan pasien dan bandingkan makanan yang dihabiskan pasien.R : Menggenditifikasi kekurangan dan penyempangan dari kebutuhan terapiutik.d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan insulinsecara teratur.R : Insulin reguler memiliki awetan cepat dan kerena cepat pula dapat membantu memindahkan glikosa kedalam sel. e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit Kira Kira 60% karbohnat 20% protein 20 %.R : Sangat bermanfaat dalam memperhitungkan dan menyesuikan diet untuk memenuhi kebutuhan pasien dan menurunkan kadar glukosa kebutuhan insulin.3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi dan penurunan fungsi leukosit.

Intervensi.

a. Observasi tanda tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen urine warna keruh atau berkabut.b. Tingkatkan pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasienya tersendiri.c. Pertahankan tehnik septik pada prosedur infasif seperti pemasngan infus, kateter dan sebagainya dan pemberian obat intravena dan memberikan perawatn pemeliharaan.d. Kolaborasi dengan tiem medis untuk pemberian obat antibiotik yang sesui.R : Penaganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

4. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik dan kerusakan sirkulasi, penurunan sensasi dibuktikan oleh luka basah pada kaki.

Intervensia. Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.R : Mengedentifikasi patogen dan terapi pilihan.

b. Berikan dikloksasilin 500 mg per-oral setiap 6 jam, mulai jam 10 malam. Amati tanda tanda hipersensitivikasi.

R : Pengobatan infeksi dan pencegahan komlikasi. Makanan yang mengganggu absoropsi obat memerlukan penjadwalan sekitar jam makanan, meskipun tidak ada riwayat riaksi penisilin, tetapi dapat terjadi kapan saja.

c. Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan betadine tiga kali sehari selam 15 menit.

R : Germisidal lokal efektif untuk luka permukaan.

d. Kaji area luka setiap ganti balutan.

R : Memberikan informasi tentang efektifitas terapi dan mengendentifikasi kebutuhan kebutuhan tambahan.

e. Pijat area sekitar sisi luka.R : Merangasang sirkulasi dan pengaliran sel darah putih, fibroblas, dan nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan membung debris yang terfagotasi.

f. Balut luka dengan kasa steril. Gunakan plester kertas.

R : Menjaga kebersihan luka dan meminimalkan kontaminasi silang, plaster adesif dapat membuat abrasi terhadap jaringan mudah rusak.g. Kolaborasi dengan tiem medis untuk memberikan 15 unit insulin Humulin N SC pada pagi hari setelah darh harian diambil.

R : Mengobati disfungsi metabolik yang mendasari, menurunkan hiperglikemia dan meningkatkan penyembuhan.5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan kimia endogen atau ketidak seimbagan glukosa dan insulin.

Intervensi

a. Pantau tanda tanda ital dan status mental.R : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

b. Panggil pasien dengan nama. Orentasikan kembali sesui dengan kebutuhanya misalnya terhadap tempat, orang dan waktu. Berikan penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas.

R : Menurunkan kebingungan dan membantu mempertahankan kontak dengan rialitas.

c. Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengigat) ketika tingkat kesadarnya terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien memungkinkan mengalami kejang.

R : Pasian mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam hari perlu pencegahan sesui indikasi.

d. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

R : Meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi.e. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan pengobatan sesui dengan pengobatan yang ditentukan untuk mengatasi DKA sesui dengan indikasi.

R : Gangguan dalam proses berpikir terhadap aktivitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiperosmolaritas teratasi.

6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan / penurunan produksi energi metabolik.Intervensi

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas, buat jadwal perencanan dengan pasien dan indentifikasi aktifitas yang menimbulkan kelelahan.R : Pendidikan dapat memberikan mutivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sagat lemah.

b. Berikan aktivitas alternatif dengan priode istirahat yang cukup tanpa diganggu.

R : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

c. Pantau nadi frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

R : Mengenditivikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologi.

d. Diskosikan cara menghemat kalori selam mandi. Berpindah tempat dan sebagainya.

R : Pasien akan dapat melakukan banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari hari dengan yang dapat ditoleransi. R : Meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri yang positif sesui dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

(Marlynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan).

DAFTAR PUSTAKA

1. Lynda Juall. C Rencana Asuhan Keperawatan EGC, 2000.

2. Mansjoer Arief Kapita Selekta Kedokteran media Aesculalaplus : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia : 2001.

3. Doenges, Marilynn Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III EGC : 2000.4. Buku ajar ilmu penyakit dalam balai penerbit FKUI Jakarta 1996, Edisi ketiga.ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Tn H Dengan Diagnosa Diabetes Militus.

No. Register : 016447

Ruang : Keperawatan

Tgl / Jam MRS: 11.15 / 28 januari 2008

Tgl Pengkajian : 03 Februari 2008

Diangnosa Medis: Diabetus Militus.I. IDENTITAS

a. Biodata Pasien.

Nama

: Ny H

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 43 tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Pendidikan

: -

Pekerjaan

: TaniAlamat

: Desa Kedung piring Lamongan.

b. Penanggung jawab

Nama

: Tn M

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Umur

: 48 tahun

Agama

: Islam

Suku/bangsa

: Jawa/Indonesia

Pendidikan

: -

Pekerjaan

: Tukang becak

Alamat

: Desa Kedung piring Lamongan.

II. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu sebanyak 2 kali serta nyeri pada luka di jari ke 4 kaki kiri selama 1 minggu. b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan mual muntah sejak 2 hari yang lalu sebanyak 2 kali serta nyeri pada luka di jari ke 4 kaki kiri selama 1 minggu, jika untuk berjalan kaki terasa sakit sekali dan bila untuk beristirahat atau tidur nyeri berkurang. Karena suami pasien panik pasien di bawa ke puskesmas Sokoo pada tanggal 27 januari 2008 pukul 09.30 Wib dan opname selama 1 hari, karena peralatanya kurang memadai pasien dirujuk ke RSUD raden Achmad Basoeni, Gedeg pada tanggal 28 januari 2008 pukul 11.45 Wib dan dokter menyarankan untuk rawat inap.c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti TBC dan penyakit kuning.

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti AIDS dan Hepatitis B.

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit asma dll.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya ada yang mengalami penyakit keturunan yaitu Diabetes Melitus.

e. Riwayat Penyakit Alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat obatan serta makanan.

III. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI

NoPola AktivitasDi RumahDi Rumah Sakit

1Nutrisi

Kebiasaan makan

Menu

Makanan Kesukaan

Makanan Pantangan

Selera makanan

Jumlah minum

Gangguan gangguan. 1 hari 3 kali

Nasi, lauk pauk sayur mayor.

Bakso

Makanan yang pedas

Baik

1 hari 8 9 gelas sehari

Tidak ada gangguan 1 hari 2 kali

Bubur, lauk pauk, kuah sop.

Tidak ada

Makanan manis, lemak

Nafsu makan menurun pasien hanya menghabiskan setengah porsi saja

1 hari 8 9 gelas sehari

Tidak ada gangguan

2Eliminasi

BAK

Kebiasaan

Warna

Gangguan

Volume

BAB

Kebiasaan

Warna

Konsisten

Gangguan

1 hari 5 6 kali

Kuning , Jernih

Tidak ada gangguan

Sedang

1 kali sehari

Kuning ke coklatan

Padat

Tidak ada gangguan 1 hari 3 4 kali

Kuning Jernih

Tidak ada gangguan

Sedang

1 kali sehari

Kuning ke coklatan

Padat

Tidak ada gangguan

3Aktivitas Fisik

Kebiasaan Sejak ada luka di kaki kiri pasien hanya berbaring ditempat tidur Saat dikaji pasien merintih kesakitan di jari ke 4 kaki kiri.

Waktu senggang

Gangguan Melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.

Tidak ada gangguan Istirahat

Tidak ada gangguan

4Istirahat tidur

Kebiasaan

Waktu

Perlengkapan

Penerangan

Gangguan Tidak teratur, tidur setelah selesai bekerja.

Siang : jam 12.00- 13.00 sore

Malam : jam 21.00-04.00 pagi

Selimut, bantal, guling

Memakai penerang ruangan.

Tidak ada gangguan Tirah baring. Tidak teratur

Siang : 12.00 12.30

Malam : 22.00 03.00

Bantal.

Memakai penerang ruangan

Tidak ada gangguan

5Personal Hygiene

Mandi

Keramas

Gosok gigi

Ganti Pakaian

Gangguan 2 kali sehari

1 kali dalam dua hari

2 kali sehari

3 kali sehari

Tiadak ada gangguan Hanya diseka 2 x/hari. Tidak pernah keramas

Tidak pernah

1 kali sehari

Tidak ada gangguan

6Ketergantungan

Kopi.

Rokok Tidak ada ketergantungan Tida ada ketergantungan

IV. DATA PSIKOLOGIS

a. Status emosi

Emosi pasien terkontrol degan baik dan dengan sabar menjalani perawatan.

b. Konsep diri

Body Image

Pasien mengatakan sebagai orang sakit yang harus di rawat agar cepat sembuh.

Self Idial

Pasien mengatakan ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas lagi dan berkumpul bersama keluarganya.

Self Eteem

Pasien mengatakan telah mendapatkan perawatan yang layak.

Role Perfomense

Pasien mengatakan akan mengetahui tindakan medis yang akan di lakukan oleh dokter, dan perawat agar cepat sembuh.

Self Dentity

Pasien mengatakan dalam keluarganya adalah seorang ibu rumah tangga.V. DATA SOSIAL

1. Pendidikan

: - 2. Sumber penghasilan: Tidak menetap

3. Pola komunikasi

: Jawa / indonesia.

4. Pola Interaksi: Pasien berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.

VI. DATA SPIRITUAL

Pasien mengatakan walaupun keadaanya belum stabil, tetapi pasien tidak pernah meninggalkan ibadahnya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Lemah2. Kesadaran: Composmentis

GCS :4-5-6

3. Tanda tanda vital: TD: 170/110 mmHg RR : 24 kali / menitN: 80 kali/menit S : 37 0C 4. Kepala

-Ekspresi wajah : Pasien tampak gelisah, merintih kesakitan.

-Rambut : Pendek, berombak, tidak ada ketombe

-Mata: Simetris, palpebra tidak edema,sclera tidak ikterus konjungtiva tidak anemis, penglihatan berfungsi dengan baik.

-Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal

-Hidung : Simetris, tidak ada serumen,maupun polip

-Mulut : Tidak ada Stomatitis, tidak ada karies, mukosa bibir kering

-Leher : Tidak ada pembesaran vena Jugelaris dan pembendungan kelenjar limfe.

5. Thorax

-Inspeksi : Tidak ada benjolan, bentuk dada simetris tidak pigoenchest, tidak funnelchest

-Palpasi : Tidak ada benjolan pada mamae dan tidak nyeri

-Perkusi : Terdengar suara sonor pada ICS 1-7 dan suara redup pada ICS 8 dan 9

-Auskultasi: Tidak ada suara tambahan( whicing maupun ronchi).6. Abdoment

-Inspeksi : Tidak ada luka bekas, operasi disekitar abdomen, simetris

-Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada epigastrium.-Perkusi : Pada lambung terdengar suara timpani.

-Auskultasi: Terdengar bising usus 7x /menit

7. Ektremitas

-Atas: Terpasang Infus pada tangan kanan RL 7 tpm makro dan tidak edema, tidak ada polidaktilli

-Bawah: Pada jari manis dan ibu jari terdapat luka gangren, nyeri jika di sentuh, tidak ada varices. 4 4 pergerakan ROM 4 3

8. Genetalia : tidak terkaji.VII. DATA PENUNJANG ( 28 februari 2008 ). Hematologi

Angka normal

1. hemonglobin

: 6,8 g/dl L: 13,4-1 P: 11;4-15

2. Leucoyt

: 18,100 /mm3

4000-10700

3. Erythrocyt

: - juta/mm3

L : 4,5-6,5 juta

P : 3,8-5,8 juta

4. Trombocyt

: 419.000 /mm3 150.000-350000

5. Led

: 68 mm/jam L :