Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

11
Asidosis Metabolik pada Ruminansia Secara fisiologis tubuh mempertahankan derajat keasaman dalam rentang normal yaitu 7,35-7,45. Semakin kecil pH maka semakin asam dan semakin besar pH maka semakin basa.Mengapa derajat keasaman tubuh penting untuk dipertahankan?Derajat keasaman penting dipertahankan untuk mencegah rusaknya enzim- enzim serta hormon dalam tubuh.Apabila terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh maka dapat terjadi asidosis dan alkalosis. Asidosis adalah suatu kondisi patologis yang berhubungan dengan akumulasi asam atau menipisnya cadanganbasa dalam darah dan jaringan tubuh, dan ditandai dengan konsentrasi ion hidrogen yang meningkat. Asidosis metabolik pada hewan ruminansia dapat terjadi pada sapi potong maupun sapi perah yang diberikan pakan yang mengandung karbohidrat yang mudah di fermentasi (Greenwood dan McBride 2010).

Transcript of Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

Page 1: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

Asidosis Metabolik pada Ruminansia

Secara fisiologis tubuh mempertahankan derajat keasaman dalam rentang normal yaitu

7,35-7,45. Semakin kecil pH maka semakin asam dan semakin besar pH maka semakin

basa.Mengapa derajat keasaman tubuh penting untuk dipertahankan?Derajat keasaman penting

dipertahankan untuk mencegah rusaknya enzim- enzim serta hormon dalam tubuh.Apabila

terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh maka dapat terjadi asidosis dan

alkalosis.

Asidosis adalah suatu kondisi patologis yang berhubungan dengan akumulasi asam

atau menipisnya cadanganbasa dalam darah dan jaringan tubuh, dan ditandai dengan

konsentrasi ion hidrogen yang meningkat.  Asidosis metabolik pada hewan ruminansia dapat

terjadi pada sapi potong maupun sapi perah yang diberikan pakan yang mengandung karbohidrat

yang mudah di fermentasi (Greenwood dan McBride 2010).

Mikroba Anaerobik dalam rumen dan sekum akan melakukan fermentasi karbohidrat

untuk menghasilkan VFA(VolatilFattyAcid) dan laktat. Hewan ruminansia akan menyerap asam 

organik dari rumen dan usus untuk metabolisme oleh jaringan. Saat

pasokan karbohidrat meningkat tiba-tiba (yaitu, saat menggunaan konsentrat yang memiliki

kandungan pati yang tinggi), pasokan jumlah asam dan prevalensi laktat akan mengalami

peningkatan. Biasanya, laktat ada dalam saluran pencernaan dalam konsentrasi yang rendah,

tetapi ketikapasokan karbohidrat meningkat dengan tiba-tiba maka jumlah laktat

akanmenumpuk. Adanya penumpukan asam yang tiba-tiba dapat menyebabkan terjadinya

penurunan pH darah dan rumen dan menyebabkan adanya kondisi asidosis (Owens et al. 1998). 

Page 2: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

 Gambar 1  Sapi Perah (Dokumentasi pribadi)

Etiologi Asidosis

Asidosis metabolik umumnya di awali oleh adanya kondisi asidosis rumen (Greenwood

dan McBride 2010).Retikulorumen merupakan organ pencernaan pada ruminansia yang memiliki

ekosistem mikroba anaerobik. Mikroba dalam rumen melakukan proses pencernaan dengan

fermentasi, substrat akan dirubah menjadi asam organik. Masuknya substrat dalam jumlah yang

normal serta proses penyerapan yang baik akan menciptakan pH rumen yang stabil yaitu berkisar

5,8 – 6, 8.  Pada keadaan asidosis pH rumen biasanya dibawah 5,5 (Nagaraja dan Titgemeyer

2006).

Kejadian asidosis metabolik pada ruminansia terjadi karena adanya konsumsi karbohidrat

yang mudah difermentasi secara berlebihan.Hal ini biasanya terjadi pada saat pemberian pakan

dari biji-bijian.Biji-bijian seperti gandum dan jagung merupakan jenis pakan yang mangandung

karbohidrat yang mudah difermentasi sehingga dapat menyebabkan kejadian asidosis. Pakan

yang dikonsumsi oleh hewan ruminansia akan masuk kedalam rumen dan melewati tahap

fermentasi oleh bakteri.  Bakteri rumen akan merespon adanya peningkatan kandungan

karbohidrat yang mudah dicerna dengan peningkatan akvitas. Adanya peningkatan aktivitas

Page 3: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

bakteri rumen menyebabkan senyawa kimia yang dihasilkan juga meningkat seperti VFA dan

laktat sehingga memungkinkan tejadinya asidosis rumen. Beberapa bakteri yang berperan adalah 

Bifidobacterium, Butyrivibrio, Eubacterium, Lactobacillus, Mitsuokella, Prevotella,

Ruminobacter, Selenomonas, Streptococcus, Succinimonas, dan Succinivibrio (Nagaraja dan

Titgemeyer 2006).

Penurunan pH dalam rumen juga dapat disebabkan oleh adanya kondisi kerusakan

lapisan epitel pada rumen. Jika terjadi kerusakan pada mukosa rumen maka kondisi penyerapan

akan terganggu sehingga memungkinkan terjadinya kondisi asidosis rumen. Penyerapan yang

lambat memungkinkan adanya peningkatan aktivitas mikroba rumen sehingga akan 

menyebabkan produksi asam VFA dan laktat juga meningkat. Peningkatan dua senyawa kimia

ini dalam rumen menyebabkan terjadinya penurunan pH rumen dan menyebabkan kejadian

asidosis (Nagaraja dan Titgemeyer 2006).

Hasil fermentasi rumen berupa VFA dan laktat yang berlebihan akan diserap dan masuk

kedalam darah. Masuknya VFA dan laktat secara berlebihan dalam darah yang menyebabkan

terjadinya kondisi asidosis metabolik.Dalam darah terdapat mekanisme buffer yang dapat

menetralkan asam yang masuk dalam darah.Kondisi asidosis terjadi saat jumlah asam yang

masuk berlebihan dan jumlah buffer yang ada sedikit.Umumnya senyawa kimia yang bersifat

buffer dalam darah ialah ion bikarbonat (HCO3-) (Owens et al. 1998).

Seiring dengan menurunnya pH darah, dan peningkatan ion H+ terjadi penurunan

pembentukan urea dan peningkatan sinteasa glutamin di hati, serta peningkatan aktivitas

ginjal (Greenwood dan McBride 2010).   Ginjal mengkompensasi keadaan asidosis dengan

mengeluarkan asam pada urin.Selain itu kompensasi dari keadaan asidosis ialah adanya

peningkatan ritme pernafasan.Pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat. Hal ini dilakukan

Page 4: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan

jumlah karbon dioksida. Asidosis metabolik terjadi terjadi jika terjadi kegagalan mekanisme

buffer oleh tubuh.Dimana ginnjal atau paru-paru tidak berfungsi maksimal dalam mengeluarkan

asam dalam tubuh.Walaupun demikian kondisi asidosis metabolik tetap terjadi jika jumlah asam

yang masuk dalam tubuh berlebihan.

Laporan dari Greenwood dan McBride (2010) menyebutkan bahwa pada kondisi asidosis,

ruminansia akan melaksanakan mekanisme peningkatan sintesa glutamine sehingga

menyebabkan adanya peningkatan konsentrasi glutamine dalam plasma. Walaupun demikian

pada kasus asidosis kronis, akan terjadi penurunan konsentrasi glutamine, hal ini disebabkan oleh

penggunaan glutamine yang berlebihan saat awal kejadian asidosis. Glutamine adalah satu dari

20 asam amino yang memiliki rantai samping amida.glutamine dianggap sebagai molekul

penyimpan NH+ di dalam otot dan transportasi antar organ bagi senyawa tersebut.  Meskipun

kadar glutamina di dalam protein otot hanya sekitar 4% dibandingkan dengan jumlah seluruh

asam amino yang terkadung dalam protein tersebut, otot dalam mengandung lebih dari 40%

glutamina dan plasma darah mengandung lebih dari 20%. Adanya sintesis glutamine dalam

kasus asidosis yang berlebihan memungkinkan adanya pengambilan glutamine dari otot melalui

mekanisme proteolisis otot. Pada ruminansia proses proteolisis otot tidak terjadi walaupun

demikian dalam plasma tetap ditemukan adanya peningkatan konsentrasi glutamine.

Gejala Asidosis

Tanda asidosis yang biasa terlihat pada hewan ruminansia ialah adanya penurunan nafsu

makan. Tanda-tanda klinis sangat bervariasi, tetapi biasanya menjadi jelas 12-36 jam setelah

Page 5: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

konsumsi pakan yang mudah di fermentasi. Dalam bentuk akut, asidosis yang cukup parah

adalah pelemahan dari fungsi tubuh.Tanda paling awal adalah kelesuan.Berhentinya gerak

ruminal adalah indikasi yang sangat kuat terjadinya asidosis karena hal ini diakibatkan oleh

konsentrasi tinggi dari asam laktat dan VFA, khususnya butyrate.Kotoran awalnya pekat

kemudian menjadi berair dan sering berbusa, dengan bau yang menyengat. Dehidrasi akan

berkembang dalam waktu 24 hingga 48 jam. Hewan yang sembuh dapat meninggalkan

rumenitis, laminitis, atau pembengkakan hati.Hewan yang mengalami asidosis subacute jarang

menunjukkan tanda-tanda klinis (Owens et al. 1998).

Peningkatan pernafasan dapat terjadi pada beberapa sapi karena terjadinya peningkatan

jumlah karbon dioksida sebagai upaya memperlunak metabolic asidosis.pH Ruminal mungkin

baik dijadikan sebagai indikator asidosis subacute, namun pH ruminal dalam rentang asidosis

subacute (5,0-5,5) kemungkinan tidak mencerminkan sebuah asidosis, kecuali yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, sampel isi ruminal untuk pengukuran pH, selain sangat tidak

praktis karena nilainya terbatas. Pada kondisi asidosis metabolik beberapa parameter yang dapat

digunakan untuk menilai kondisi asidosis ialah dengan mengukur  pH, total  karbon dioksida dan

bikarbonat (HCO3)  dalam darah. Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran pH urin

(Greenwood dan McBride 2010).

Indikator pH darah merupakan indikator penting dalam penentuan kejadian asidosis pada

hewan. Keadaan asidosis umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan pH yaitu dibawah 7,35.

Selain ini akan terlihat adanya peningkatan kadar asam laktat dan hematokrit (PCV) dalam darah

serta terdeteksinya endotoxin dan mediator inflamasi dalam darah (Owens et al. 1998).

Pengendalian Asidosis

Page 6: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

Pengendalian asidosis cukup  dipengaruhi oleh manajemen nutrisi. Evaluasi tentang

manajemen nutrisi adalah langkah pertama dalam mengendalikan asidosis.Salah satu strategi

untuk meminimalkan risiko yang berkaitan dengan pakan yang tinggi tingkat fermentasinya

(gandum, barley, jagung, dan sebagainya) adalah mencampur pakan dengan fermentasi tinggi

dengan bahan-bahan yang lebih rendah tingkat fermentasi patinya.Efisiensi pada kombinasi

pakan, lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satu pakan (Owens et al. 1998).

Umumnya, hijauan ditambahkan ke pakan finishing untuk mengendalikan

asidosis.Dengan adanya pemberian hijauan dengan bahan kasar yang tinggi dapat menjaga

integritas dari papila rumen. Papila rumen yang normal memiliki ukuran permukaan mukosa 

yang lebih luas sehingga proses absorbsi dan pencernaan makanan akan menjadi lebih

baik. Selain dengan manajemen nutrisi, kasus asidosis juga dapat diatasi dengan pemberian

pakan aditif yang dapat menghambat pembentukan mikroba yang menghasilkan laktat.Pemberian

beberapa jenis bakteri tertentu, mencegah adanya pembentukan glukosa dan asam laktat yang

berlebihan sehingga kejadian asidosis dapat di hindari (Owens et al. 1998).

Page 7: Asidosis Metabolik pada Ruminansia.docx

Daftar Pustaka

Owens FN, Secrist DS, Hill WJ, Gill DR. 1998. Asidosis in Cattle: A Review.  J Anim

Sci 76:275-286.

Greenwood SL, McBride BW. 2010. Development and characterization of the ruminant model of

metabolic acidosis and its effects on protein turnover and amino acid status.

Dalam Australasian Dairy Science Symposium.Proceedings of the 4th Australasian Dairy

Science Symposium, Melbourne. Augustus 2010. Hal 400-404.

Nagaraja TG, Titgemeyer EC. 2006. Ruminal Asidosis in Beef Cattle: The Current

Microbiological and Nutritional Outlook.Journal of Dairy Science  90: E17-E38