Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

download Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

of 12

Transcript of Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    1/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 85858585

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PEMBERIANASI EKSKLUSIF OLEH IBU-IBU YANG BEKERJA SEBAGAI PERAWAT DI

    RS.AL-ISLAM KOTA BANDUNG

    Shanty Wulandari*Maria Komariah**Ermiaty***

    ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemberian ASI secara

    eksklusif kepada bayi di kalangan perawat RS. Al-Islam. Namun, cakupanpemberian ASI eksklusif di kalangan perawat tersebut masih rendah. Penelitianini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu ibu yangbekerja sebagai perawat terhadap pemberian ASI eksklusif serta mengetahuihubungan pengetahuan dan sikap dengan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu ibuyang bekerja sebagai perawat di RS. Al-Islam Kota Bandung. Metode yang

    digunakan yaitu deskriptif korelasional. Sampel yang didapatkan melalui teknikpurposive sampling berjumlah 32 orang. Instrumen dalam penelitian ini yaitukuesioner untuk variabel sikap. Analisa data dibagi menjadi analisa univariat danbivariat. Analisa univariat menggunakan teknik persentase dan skor T. Analisabivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian diperoleh sangat sedikit dariresponden memiliki pengetahuan kategori baik yaitu sebanyak 6 orang atau18,8%, sebagian besar dari responden pengetahuan cukup sebanyak 14 orangatau 43,8%, dan sebagian kecil dari responden memiliki pengetahuan kategorikurang yaitu 12 orang atau 37,5%. Untuk variabel sikap, diperoleh hasil,sebagian besar dari responden memiliki sikap yang unfavorable yaitu 21 orangatau 65,6% dan sebagian kecil dari responden memiliki sikap yang favorable

    yaitu 11 orang atau 34,4% terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitianmenunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap denganpemberian ASI Eksklusif oleh ibu-ibu yang bekerja sebagai perawat dengan nilaip = 0,045 untuk variabel pengetahuan dan nilai p = 0,027 untuk variabel sikap.Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti memberikan saran kepada RS. Al-IslamBandung untuk mengadakan seminar mengenai pentingnya pemberian ASIEksklusif yang ditujukan bagi perawat agar dapat menumbuhkan kesadaran bagiperawat dalam pemberian ASI Eksklusif.

    Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan, Sikap, Perawat.

    ABSTRACTThis research was background by the importance of giving exclusive

    breastfeeding for baby among working mothers as a nurse in al-Islam Hospital.However, the degree of giving exclusive breastfeeding among working mothersas a nurse still low.The aims of this research were to know the description ofknowledge and attitude about an exclusive breastfeeding by working mothers asnurse and to identify knowledge and attitude correlation with giving exclusivebreastfeeding by working mothers as nurse in Al-Islam Hospital Bandung. Themethod used on this research was descriptive correlation. Samples totally 32people, took by purposive sampling technique. Data collected by the instrumentin a questionnaire for the knowledge and Likerts scale for the attitude variable.Univariate analysis used percentage technique and T score. Bivariate analysis

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    2/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 86868686

    used chi-square. The research result showed very few of respondents have agood knowledge were 6 people or 18,8%, many of respondents have an enoughknomledge were 14 people or 43,8%, and less of respondents have a lack

    knowledge were 12 people or 37,5%. For the attitude variable, the results wasmany of respondents have an unfavorable that were 21 people or 65,6% andless of respondents have a favorable that were 11 people or 34,4% towardgiving exclusive breastfeeding. And there were correlation between knowledgeand attitude by giving exclusive breastfeeding with p-value = 0,045 for theknowledge variable and p-value = 0,027 for attitude. Based on the research, thusthe researcher gave suggestion to Al-Islam Hospital to conduct seminar on theimportance of exclusive breastfeeding aimed for the nurse in order can arouseawareness for the nurse in giving exclusive breastfeeding.

    Keywords : Exclusive breastfeeding, Knowledge, Attitude, Nurse

    PENDAHULUANAngka kematian bayi (AKB)

    merupakan indikator untuk menilaiderajat kesehatan masyarakat. AKBmenjadi isu penting dalam kebijakanpemerintah Indonesia terkait denganpencapaian salah satu MilleniumDevelopment Goals (MDGs) yaitupenurunan AKB.

    Penyebab tingginya AKB

    disebabkan oleh karena banyak hal,salah satunya adalah dari faktorstatus gizi bayi. Status gizi bayidapat ditingkatkan melaluipemberian Air Susu Ibu (ASI) secaraeksklusif selama enam bulan sejakkelahiran bayi guna menurunkanAKB di Indonesia setiap tahunnya.Pemberian ASI secara eksklusifdapat menekan angka kematian bayihingga 13%. Menurut hasilpenelitian Khairunniyah (2004),pemberian ASI Eksklusifberpengaruh pada kualitaskesehatan bayi. Semakin sedikitjumlah bayi yang mendapat ASIEksklusif, maka kualitas kesehatanbayi dan anak balita akan semakinburuk.

    ASI adalah makanan palingideal bagi bayi. Oleh karena itu,pada tahun 2000 pemerintahIndonesia menetapkan target

    sekurangnya 80% ibu menyusuibayinya secara Eksklusif, yaitu ASItanpa makanan ataupun minumanlainnya sejak lahir sampai bayiberumur 6 bulan. Bayi dengan ASIselama 6 bulan, tidak akanmengalami kekurangan gizi,sekalipun bayi hanya diberi ASI sajatanpa makanan atau minumantambahan lainnya, karena ASI

    merupakan sumber gizi yang idealdengan komposisi seimbang dandisesuaikan dengan kebutuhanpertumbuhan bayi.

    Semula pemerintahIndonesia menganjurkan para ibumenyusui bayinya hingga usia 4bulan, kemudian pemerintahmengeluarkan kebijakan barumelalui Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 mengenaipemberian ASI Eksklusif sampai bayiberusia 6 bulan dan dianjurkanuntuk tetap memberikan ASI sampaianak berusia 2 tahun denganpemberian makanan tambahan yangsesuai (Budiasih, 2008). Selain itu,kajian WHO pada tahun 1999menyatakan bahwa lebih dari 3000penelitian menunjukkan pemberianASI selarna 6 bulan adalah jangkawaktu yang paling optimal untuk

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    3/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 87878787

    pemberian ASI Eksklusif (Roesli,2005).

    Mengingat banyak manfaat

    yang didapatkan oleh ibu dan bayidalam pemberian ASI Eksklusif gunamenurunkan AKB dan meningkatkanangka cakupan ASI di Indonesiadalam rangka mencapai derajatkesehatan seoptimal mungkin, makatidak ada alasan bagi ibu untuk tidakmemberikan ASI Eksklusif selama 6bulan kepada bayinya. Namun patutdisayangkan, berdasarkan dataUNICEF hanya 3% ibu yang

    memberikan ASI Ekslusif danmenurut SDKI 2002 cakupan ASIekslusif di Indonesia baru mencapai55 %. Data yang diperoleh dariDinas Kesehatan Kota Bandung(2007) mengenai cakupan ASIEksklusif di Kota Bandung, padatahun 2007 dari 15.983 orang bayi diKota Bandung sebesar 3.302 orangatau 20,66% diberi ASI Eksklusif.Dengan melihat angka tersebut

    maka cakupan pemberian ASI untukKota Bandung masih dibawah targetSPM tahun 2007 yaitu 75% (DinkesKota Bandung, 2007).

    Berbagai penelitian yangtelah dilakukan, didapatkaninformasi tentang tidak diberikannyaASI terutama ASI Eksklusif oleh ibu-ibu yang mempunyai bayidiantaranya yaitu ibu-ibu merasa ASInya kurang, akan tetapi hanya 2-5%yang secara biologis memangkurang produksi ASI nya, ibu-ibulebih suka mengganti dengan susupengganti atau susu formula,pengetahuan ibu tentang ASIEksklusif masih belum baik dan ibusebagai pekerja lebih banyak tidakmemberikan ASI Eksklusif (Roesli,2000).

    Masih rendahnya kepatuhanibu dalam pemberian ASI Eksklusiftidak terlepas dari faktor faktor

    yang berkontribusi baik dari faktoribu, faktor petugas dan pelayanankesehatan, serta faktor lingkungan.

    Faktor dari ibu berhubungan denganumur, paritas, pengetahuan tentangASI, pendidikan, pekerjaan. Faktordari petugas dan pelayanankesehatan berhubungan dengan KIE(Konseling, Informasi, Edukasi)petugas serta perhatian dan bantuanpetugas. Sedangkan faktor darilingkungan berhubungan denganriwayat menyusui orang tua,dukungan keluarga, pemberian cuti

    melahirkan, adanya izin menyusuiditempat kerja, ada tidaknya tempatpenyimpanan ASI dan penitipan bayiserta promosi susu formula(Soepardan, 1995).

    Bagi ibu bekerja dengansegala kesibukannya akan sangatrentan untuk tidak memberikan ASIterutama ASI Eksklusif bagi bayinya.Perawat sebagai ibu bekerja dirumah sakit atau pelayanan

    kesehatan lain yang memiliki peranutama dalam memberikan pelayanankesehatan diantaranya sebagai healtheducator, sebelum memberikanedukasi kepada klien ataumasyarakat hendaknya dimulai daridiri sendiri, salah satunya dalampemberian ASI Eksklusif gunamenyukseskan program pemerintahuntuk meningkatkan angka cakupanASI dan penurunan AKB diIndonesia.

    RS Al-Islam (RSAI) KotaBandung adalah rumah sakit swastatipe C yang memiliki jumlah tenagakerja perawat wanita usia produktifyang sangat besar. Rata rata usiaperawat antara 22 40 tahun.Jumlah perawat di RSAI yaitu 331orang dengan perawat wanitasebanyak 249 orang dan perawatlaki-laki berjumlah 82 orang denganlatar belakang pendidikan mayoritas

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    4/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 88888888

    lulusan Akademi Perawat (D3AKPER). Bagi semua tenaga kerjawanita termasuk perawat, RSAI

    menetapkan waktu cuti melahirkanselama 3 bulan, namun RSAImemiliki ketentuan yang dapatmeringankan pegawai wanitatermasuk perawat yaitu perawatyang telah habis masa cutinya danharus kembali bekerja ditempatkandalam pengaturan kerja nonshift.Hal ini dimaksudkan agar perawatdapat bekerja di siang hari yaitupukul 08.00 15.00 WIB, sisa

    waktunya dapat digunakan untukmengasuh bayi terutama padamalam hari dan memulihkan kondisiperawat pasca melahirkan sampaidengan 6 bulan. Ketentuan ini tentusangat menguntungkan bagiperawat di RSAI, selain memilikiwaktu yang lebih banyak bersamabayi, bagi sebagian perawat hal inidapat dimanfaatkan untuk efektifitaspemberian ASI Eksklusif.

    Berdasarkan studipendahuluan yang dilakukan di 4ruangan RSAI yaitu ruangperinatologi, ruang anak, ruangrawat inap lantai 3 dan 4, dan VIPkepada 28 orang perawat wanitayang telah menikah dan memilikianak usia minimal 6 bulan dididapatkan data bahwa 14 orangperawat telah memberikan ASIEksklusif dan 14 orang lainnyamemberikan ASI Non Eksklusifkepada anaknya. Dari hasil studipendahuluan tersebut perawat yangmemberikan ASI namun tidakeksklusif masih cukup tinggi yaitusebanyak 50%.

    Berdasarkan wawancarayang dilakukan di RSAI KotaBandung kepada kepala ruangan diruang rawat inap, beliaumengatakan bahwa rata-rataperawat di RSAI melakukan ASI

    Eksklusif, namun banyak juga yangtidak melakukan ASI secara ekslusifdikarenakan beberapa hal,

    diantaranya bermasalah dengananak yang mengalami bingungputing, karena penggunaan botolsusu dengan dot yang berbedaukuran dengan puting susu ibu.Pemompaan ASI yang tidak efektif,karena tidak mencukupi jumlahkebutuhan ASI bayi saat ditinggalibu untuk kembali bekerja akibatpenggunaan alat pompa sederhanayang banyak dijual dipasaran

    dengan harga yang murah. Selainitu, pola makan ibu yang seringmengonsumsi makanan selain yangdianjurkan untuk ibu menyusui yangberpengaruh pada keluaran ASImenjadi salah satu kendalapemberian ASI Eksklusif, dan yangterakhir adalah breast care,pentingnya melakukan perawatanpayudara terutama pada ibumenyusui kerap kali diabaikan oleh

    para perawat wanita yang telahmemiliki anak dan sedang menyusuidisana padahal breast care tersebutmembantu meningkatkan produksiASI. Hasil yang didapatkan dari studipendahuluan, dengan segala ke-mudahan yang diatur oleh instansimengenai pengaturan kerja setelahmasa cuti melahirkan selama 3 bulandan pengetahuan yang didapatsemasa menempuh pendidikanperawat, maka sungguh ironiskarena ternyata masih cukup banyakperawat di RSAI yang tidakmelakukan ASI Eksklusif dikarenakanpengetahuan yang rnudah dan sikapyang tidak mendukung mengenaipermasalahan yang timbul pada saatmenyusui.

    METODE PENELITIANJenis penelitian ini

    menggunakan metode penelitian

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    5/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 89898989

    deskriptif kuantitatif denganpendekatan korelasional. Variabelbebas dalam penelitian ini adalah

    faktor yang berhubungan denganpemberian ASI Eksklusif yaitupengetahuan tentang ASI Eksklusifdan sikap. Variabel terikatnyapengetahuan dan sikap. Populasidalam penelitian ini adalah seluruhperawat wanita di RSAI sebanyak249 orang dan 131 orang telahmenikah. Teknik pengambilansampel yang digunakan dalampenelitian ini adalah Purposive

    Sampling. Dengan menggunakanteknik pengambilan sampeltersebut, responden yang diperolehsesuai dengan kriteria yang telahditentukan yaitu sebanyak 32perawat. Pengumpulan datadimulai dengan memilihresponden yang sesuai dengankriteria sampel kemudian melakukaninform concent kepada responden.Dalam pengumpulan data, peneliti

    dibantu oleh pembimbing lapangandi RSAI yang sebelumnya telahdiberi penjelasan mengenai cara

    pengisian kuesioner. Pembimbinglapangan inilah yang membantumembagikan kuesioner kepadaresponden dalam rangkapengumpulan data di lapangan.Analisa univariat diukur denganmelihat distribusi frekuensi. Analisabivariat dilakukan untuk mengetahuiadanya hubungan antarapengetahuan dan sikap denganpemberian ASI Eksklusif oleh ibu-ibu

    yang bekerja sebagai perawat diRSAI Bandung. Analisa teknik yangdigunakan untuk menguji hipotesaini adalah analisis koefisien

    kontingensi dari chi-square( 2

    )

    HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi hasil penelitian masing-masing variabel ditampilkan dalamtabel berikut :

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu IbuYang Bekerja Sebagai Perawat di RSAI Bandung Tahun 2009

    Pemberian ASI F %

    ASI Non Eksklusif 20 62.5

    ASI Eksklusif 12 37.5

    Total 32 100.0

    Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pemberian

    ASI Eksklusif oleh Ibu-Ibu Yang Bekerja Sebagai Perawat di RSAIBandung Tahun 2009

    Pengetahuan Ibu F %

    Kurang 12 37,5

    Cukup 14 43,8

    Baik 6 18,8

    Total 32 100,0

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    6/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 90909090

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Terhadap Pemberian ASIEksklusif

    Sikap Ibu F %

    Unfavorable 21 65,6

    Favorable 11 34,4

    Total 32 100,0

    Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

    Oleh Ibu Ibu Yang Bekerja Sebagai Perawat di RSAI Bandung Tahun2009

    Pemberian ASI

    TotalASI NonEksklusif

    ASIEksklusif

    C P

    f % f % f %

    Pen-get.

    Ku 6 18,75 6 18,75 12 37,5 6,197

    5,992 0,402788

    0,045

    Cu 12 37,5 2 6,25 14 43,75

    Ba 2 6,25 4 12,5 6 18,75

    Total 20 62,5 12 37,5 32 100

    Dari hasil perhitungandiperoleh nilai koefisien hubungan

    chi-squaresebesar2

    hitung =6,197 >

    5,992= 2

    tabel dan p-value< 0,05.

    Ini berarti terdapat hubungan yangsignifikan antara variabelpengetahuan dengan variabelpemberian ASI eksklusif dengankategori hubungan yang dikatakan

    sedang. Hal ini terlihat dari nilai chi-squarehitung yang lebih besar darichi-square tabel sehinggamenyebabkan Ho ditolak. Dengandemikian, semakin baiknya kategoripengetahuan yang dimilikiresponden, berhubungan dengansemakin besarnya kemungkinanresponden tersebut memberikan ASIeksklusif pada bayi mereka.

    2

    hi tung

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    7/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 91919191

    Tabel 5. Hubungan Antara Sikap Dengan Pemberian ASI Eksklusif

    Pemberian ASI

    TotalASI NonEksklusif

    ASIEksklusif

    C P

    f % f % f %

    Si-kap_Ibu

    Unfa-vora-ble

    16 50,0 5 15,621

    65,6 4,885

    3,841

    0 ,36392

    0,027

    Favor-able

    4 12,5 7 21,9 11 34,4

    Total 20 62,5 12 37,5 32 100

    Dari hasil perhitungandiperoleh nilai koefisien hubunganchi-square sebesar

    2

    hitung =4,885 > 3,841= 2

    tabel dan

    p-value< 0,05. Ini berarti bahwaterdapat hubungan yang signifikanantara variabel sikap denganvariabel pemberian ASI eksklusifdengan kategori hubungan yangdikatakan sedang. Hal ini terlihat

    dari nilai chi-square hitung yanglebih besar dari chi-square tabelsehingga menyebabkan Ho ditolak.Dengan demikian, semakin baiknyakategori sikap yang dimilikiresponden, berhubungan dengansemakin besarnyakemungkinan responden tersebutmemberikan ASI eksklusif pada bayimereka.

    Secara umum hasil penelitian

    menggambarkan bahwa sangatsedikit dari responden memilikipengetahuan kategori baik yaitusebanyak 6 orang atau 18,8%,sebagian besar dari respondenpengetahuan cukup yaitu sebanyak14 orang atau 43,8%, dan sebagiankecil dari responden memilikipengetahuan kategori kurang yaitu12 orang atau 37,5%. Banyak halyang mengakibatkan sangat sedikit

    pengetahuan ibu bekerja (perawat)pada kategori baik, bisa karenafaktor internal, seperti anggapanbahwa menyusui merupakanketerampilan alamiah yang tidakperlu dipelajari sehingga minat danmotivasi untuk mempelajari apayang telah didapatkan semasamenempuh pendidikan menjadiseorang perawat khususnyamengenai ASI Eksklusif ini kurang,namun bekal pengetahuan yangdiperoleh tersebut membawaperawat memiliki kemampuan untukmenjawab item pertanyaan tentangpengetahuan ASI Eksklusif. Denganbekal pendidikan yang ditempuhuntuk menjadi seorang perawat, ibu ibu yang bekerja sebagai perawatsudah bisa dipastikan mengetahuitentang ASI Ekskslusif sepertimanfaat yang dapat diperoleh bayi

    dan ibu, dampak pemberian susuformula dan MP-ASI bagi bayisebelum usia 6 bulan, terjadinyabingung puting, pemilihan alatpompa yang efektif dan efisien,pentingnya melakukan breast care,dan sebagainya, sehinggapengetahuan ini dapat dijadikansebagai bekal dalam perilakupemberian ASI secara eksklusifkepada bayinya.

    2

    hitung 2

    tabel

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    8/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 92929292

    Pengetahuan merupakanhasil dari tahu, dan ini terjadi setelahorang melakukan penginderaan

    terhadap satu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni inderapenglihatan, pendengaran,penciuman, rasa dan raba.Pengetahuan merupakan domainperilaku yang sangat penting dalammembentuk tindakan seseorang(Notoatmodjo, 2005). Pengetahuandipengaruhi oleh beberapa faktordiantaranya tingkat pendidikan.

    Pendidikan dapat membawawawasan atau pengetahuanseseorang. Secara umum, seseorangyang berpendidikan lebih tinggi akanmempunyai pengetahuan yang lebihluas dibandingkan dengan seseorangyang tingkat pendidikannya lebihrendah. Pengetahuan yangbervariasi ini dapat disebabkan olehkemampuan belajar setiap orangyang berbeda-beda. Manusia untuk

    mencapai tujuan hidupnya tidaklepas dari proses belajar, dan daribelajar tersebut didapatkanpengetahuan (Notoatmodjo, 2005).Seperti disampaikan olehNotoatmodjo (2005) bahwa belajaradalah suatu usaha untukmemperoleh hal-hal baru dalamtingkah laku, termasuk salah satunyaadalah pengetahuan yangmerupakan domain perilaku yangsangat penting.

    Proses belajar ini dipengaruhioleh 4 faktor, yaitu materi yangdidapatkan, lingkungan (baiklingkungan fisik maupun sosial),instrumen yang digunakan dalammemperoleh informasi, dan kondisiindividual itu sendiri.

    Faktor yang pertama adalahmateri. Seluruh perawat dipastikanpernah mendapatkan informasisebelumnya mengenai ASI Eksklusif

    sewaktu perawat perawat tersebutmenempuh pendidikan sebagaiperawat. Namun belum tentu semua

    perawat mendapatkan materi yangsama jenis dan banyaknyamengingat tingkat pendidikanperawat di RSAI berbeda bedayakni perawat dengan latarpendidikan D3 dan S1 selain itubidang kerja yang diambil olehperawat juga berbeda beda.Misalnya seorang perawat yangbekerja di ruang periksa dankandungan mendapatkan informasi

    lebih banyak dan berkesinambunganmengenai pemberian ASI Eksklusif.Sedangkan perawat yang bekerja dibidang lainnya seperti rawat inapmaka informasi mengenai pemberianASI Eksklusif yang didapat lebihsedikit. Dengan demikian tingkatpengetahuan yang dimiliki keduaperawat itu akan berbeda. Perawatyang pertama akan dapat menjawabitem-item pertanyaan pada tingkat

    aplikatif, seperti bagaimana langkah langkah memerah ASI, sedangkanperawat lainnya dapat menjawabitem pertanyaan sampai tingkatpemahaman.

    Faktor kedua adalahlingkungan. Faktor lingkungan yangdimaksud dapat berupa lingkunganfisik tempat responden tinggal danlingkungan sosial. Lingkungan sosialyang mendukung pertukaraninformasi antar individu dapatmendukung proses belajar individuyang pada akhirnya dapatmeningkatkan pengetahuan individu.Berdasarkan hasil wawancaradengan pembimbing lapangan diRSAI, beliau menyatakan bahwaperawat perawat di RSAImemperoleh informasi mengenai ASIEksklusif dari sesama perawatdengan cara berbagi pengalaman

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    9/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 93939393

    dan pengetahuan mengenaipemberian ASI Eksklusif.

    Faktor ke tiga yang

    mempengaruhi proses belajar adalahinstrumen yang digunakan dalambelajar. Dalam hal ini adalah apayang digunakan responden untukmendapatkan informasi. Perawat diRSAI tentu telah mendapatkaninformasi mengenai ASI Eksklusifmelalui instrumen dari institusidimana perawat perawat tersebutmenempuh pendidikan. Denganinstrumen berupa buku sedikit

    banyak perawat perawatmendapatkan pengetahuan tentangASI Eksklusif. Hal ini sesuai denganyang dinyatakan Notoatmodjo(2003) bahwa pengetahuan bisadidapatkan dari pendidikan formalmaupun non formal, yaitu melaluipengalaman (baik pengalamansendiri maupun orang lain) daninformasi-informasi dari berbagaimedia.

    Faktor ke empat yangmempengaruhi proses belajarseseorang adalah kondisi individualitu sendiri. Kondisi individual initerdiri dari kondisi fisiologis danpsikologis individu. Kondisi fisiologisini dapat dipengaruhi oleh usiaseseorang. Seperti inderapenglihatan dan pendengaran,fungsinya mulai menurun seiringbertambahnya usia seseorang.Padahal kedua indera ini banyakdigunakan seseorang untukmenambah pengetahuan. Mayoritasusia perawat di RSAI masuk kedalam usia produktif, sehinggaproses belajar yang dilalui tidakmengalami hambatan yang berarti.Selanjutnya yang termasuk ke dalamkondisi individu yang merupakanfaktor yang mempengaruhi belajaradalah kondisi psikologis individu.kondisi psikologis individu meliputi

    intelejensi, pengamatan, dayatangkap, daya ingat, motivasi, danlain sebagainya (Notoatmodjo,

    2003). Kondisi psikologis tersebutberbeda-beda pada setiap orang.Bisa saja materi yang diberikan baikjenis maupun jumlahnya sama,tetapi daya tangkap masing-masingorang berbeda. Sehingga berbedapula pengetahuan yang dimilikinya.

    Dari hasil penelitian inididapatkan gambaran tingkat sikapperawat tentang ASI Eksklusif yaitu11 perawat memiliki sikap yang

    favorable (34,4%) dan 21 perawatmemiliki sikap yang unfavorable(65,6%). Artinya jumlah respondenyang memiliki sikap tidakmendukung terhadap pemberian ASIEksklusif lebih banyak dibandingkandengan sikap mendukung. Hal inidapat dikaitkan denganpengetahuan yang dimiliki olehperawat tersebut, karena denganpengetahuan yang baik, akan

    membentuk sikap yang mendukung,dalam hal ini pengetahuan dan sikapmenge-nai pemberian ASI Eksklusifselama 6 bulan. Karena sikapmerupakan reaksi atau responseseorang yang masih tertutupterhadap stimulus atau objek(Notoatmodjo, 2005), maka sikapyang dimiliki oleh perawat di RSAIdipengaruhi oleh stimulus berupapengetahuan yang didapatkan padasaat menempuh pendidikan perawat.

    Berdasarkan hasil penelitian,menunjukkan adanya hubunganyang signifikan antara pengetahuanperawat dengan pemberian ASIEksklusif dan ASI Non Eksklusif (p =0,045) dari 12 perawat yangmemberikan ASI Eksklusif kepadabayi mereka, pengetahuan yangdidapat yaitu kategori baik sebanyak4 orang, cukup baik sebanyak 2orang, dan kategori kurang

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    10/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 94949494

    sebanyak 6 orang. Sementaraperawat yang memberikan ASI NonEksklusif sebanyak 20 orang,

    pengetahuan yang didapat yaitukategori baik sebanyak 2 orang,cukup baik sebanyak 12 orang, dankurang sebanyak 6 orang. Artinyadisini terlihat bahwa perawat yangmemiliki pengetahuan yang cukupbaik dan kurang cenderung untuktidak memberikan ASI secaraeksklusif kepada bayinya. Sementaradengan pengetahuan yang baik dancukup baik cenderung untuk

    memberikan ASI secara eksklusifkepada bayinya.

    Namun disini terdapat jugaperawat dengan pengetahuan yangkurang cenderung memberikan ASIsecara eksklusif kepada bayinya. Halini dapat terjadi karena prosesadopsi perilaku yang terjadi dikalangan perawat diperoleh darihasil proses belajar selamamenempuh pendidikan. Seorang

    perawat yang memiliki peransebagai role model dan healtheducator seharusnya dapatmengetahui tentang pentingnyapemberian ASI secara eksklusif bagibayinya sekalipun pengetahuanmereka tentang ASI Eksklusif setelahdilakukan evaluasi secara lebih rincikurang baik sehingga banyak yangmemberikan ASI Eksklusif namundengan pengetahuan yang kurang.Karena pada kenyataannya stimulusyang diterima oleh subjek dapatlangsung menimbulkan tindakan,artinya seseorang dapat bertindakatau berperilaku baru tanpa terlebihdahulu mengetahui makna daristimulus yang diterimanya. Dengankata lain, tindakan (practice)seseorang tidak selalu didasari olehpengetahuan dan sikapnya(Notoatmodjo, 2005). Artinya,semakin baik pengetahuan dan sikap

    seseorang, belum tentu dapatmenghasilkan perilaku yang baikpula. Namun pengetahuan

    merupakan bekal bagi seseoranguntuk melakukan suatutindakan/perilaku yang dapatbersifat langgeng (long lasting).

    Dengan bekal pengetahuanyang didapat semasa menempuhpendidikan, banyaknya perawatyang tidak memberikan ASI secaraeksklusif, maka hal ini berarti tingkatpengetahuan perawat tersebuthanya sampai kepada mengetahui

    (C1) dan memahami (C2), namunbelum sampai pada tingkat aplikasi(C3). Hasil pendidikan orang dewasaadalah perubahan kemampuan,penampilan, atau perilakunya.Selanjutnya perubahan perilakudidasari adanya perubahan ataupenambahan pengetahuan, sikap,atau keterampilan. Namun demikian,perubahan pengetahuan dan sikapini belum merupakan jaminan

    terjadinya perubahan perilaku, sebabperilaku baru tersebut memerlukandukungan material (Notoatmodjo,2005).

    Dukungan material disinidapat berupa sumber sumberpengetahuan khususnya mengenaiASI Eksklusif sebagai intervensi bagiperawat untuk dapat memberikanASI secara eksklusif kepada bayinya.Seperti yang telah dibahas pada bab bab sebelumnya bahwa perilakukesehatan dipengaruhi oleh faktorpredisposisi, faktor pendukung, danfaktor penguat, maka intervensinyapun diarahkan pada tiga faktortersebut. Intervensi yang dapatdilakukan ditujukan untukmenggugah kesadaran perawat yangdijadikan sebagai role model danhealth educator bagi klien agardapat memberikan ASI secaraeksklusif kepada bayinya.

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    11/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 95959595

    Dari hasil penelitian,keadaan sikap responden apabiladihubungkan dengan pemberian ASI

    Eksklusif, maka hasilnya dapatdilihat pada tabel 5, dari 32 orangperawat, 12 perawat memberikanASI secara eksklusif kepada bayinya5 diantaranya memiliki sikap yangunfavorableterhadap pemberian ASIEksklusif dan 7 orang memiliki sikapyang favorable terhadap pemberianASI Eksklusif. Sementara dari 20perawat yang memberikan ASI NonEksklusif, 16 orang diantaranya

    memiliki sikap unfavorable terhadappemberian ASI Eksklusif dan 4 orangmemiliki sikap favorable terhadappemberian ASI Eksklusif. Pada tabeltersebut menunjukkan adanyahubungan antara sikap denganpemberian ASI Eksklusif (P = 0,027).Artinya terlihat bahwa sikap yangtidak mendukung akan menghasilkanperilaku pemberian ASI NonEksklusif sebaliknya sikap yang

    mendukung akan menghasilkanperilaku pemberian ASI Eksklusif.Hal ini dapat dijelaskan

    bahwa sikap belum merupakansuatu tindakan atau aktivitas, akantetapi merupakan predisposisitindakan suatu perilaku. Sikap masihmerupakan reaksi tertutup, bukanmerupakan reaksi terbuka atautingkah laku yang terbuka. Sikapmerupakan kesiapan untuk bereaksiterhadap objek di lingkungantertentu, sebagai pengahayatanterhadap objek (Notoatmodjo,2005). Dengan adanya hubunganantara sikap dengan pemberian ASIEkskslusif, maka perawat seharusnyamenumbuhkan sikap yangmendukung terhadap pemberian ASIEksklusif guna mewujudkanperannya sebagai role model danhealth educator.

    SIMPULANTerdapat hubungan yang

    signifikan antara pengetahuan dan

    sikap dengan pemberian ASIEksklusif oleh ibu-ibu yang bekerjasebagai perawat di RSAI Bandung.Berdasarkan hasil penelitian dansimpulan di atas maka penelitimemberikan saran sebagai berikut :Memotivasi perawat agar dapatmemberikan ASI secara eksklusifselama 6 bulan kepada bayi merekayaitu dengan cara mengadakanseminar tentang pentingnya

    pemberian ASI Eksklusif bagiperawat di RS Al-Islam. Bekerjasama dengan dinas kesehatan kotaBandung dalam menyediakan saranauntuk belajar yaitu dengan caramembagikan buku panduan ataumodul mengenai ASI Eksklusifkepada perawat.

    SARANPerawat yang telah memiliki

    pengetahuan yang baik danmemberikan ASI Eksklusif selama 6bulan bagi bayinya, diharapkan agarmampu menjadi contoh bagiperawat dengan pengetahuan baik,cukup, bahkan kurang yang tidakmemberikan ASI Eksklusif kepadabayinya. Hal ini dapat dilakukandengan cara saling berdiskusi antarsesama perawat, denganmembentuk kelompok-kelompokdiskusi agar dapat saling berbagipengalaman, informasi, dan sarandalam pemberian ASI Eksklusif.

    DAFTAR PUSTAKAAlimul, A. 2008. Metode Penelitian

    Keperawatan dan TeknikAnalisis Data. Surabaya :Salemba Medika.

    Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teoridan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  • 7/22/2019 Asi Ibu Bekerja (Al-Islam)

    12/12

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian Asi Ekslusif

    Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008Volume 10 No. XIX Oktober 2008 Februari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 HalFebruari 2009 Hal 96969696

    Bobak, I.M. dkk. 2005. Buku AjarKeperawatan Maternitas.Jakarta : EGC.

    Budiasih, Sri K. 2008. Handbook IbuMenyusui. Bandung : HayatiQualita.

    Depkes RI. 2008. Paket ModulKegiatan Inisiasi MenyusuiDini (IMD) dan ASI Eksklusif6 Bulan. Jakarta.

    _________. 2005. ManajemenLaktasi Buku Panduan BagiBidan dan Petugas Kesehatandi Puskesmas. Jakarta.

    Febriani, Nur. 2007. Bu, janganbuang ASI!. Available onlineat http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=25897(diakses 19 Mei 2009).

    Kematian Bayi di Jawa Barat.Available online athttp://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=368&Ite

    mid=3 (diakses 19 Mei2009).Notoatmodjo. 2005. Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

    __________. 2005. PromosiKesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta.

    Nursalam. 2008. Konsep danPenerapan MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

    Roesli, U. 2008. Inisiasi MenyusuDini Plus ASI Eksklusif.Jakarta : Pustaka Bunda.

    ________. 2005. Mengenal ASIEksklusif. Jakarta : PT.Pustaka PembangunanSwadaya Nusantara.

    * Penulis adalah AlumniFakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Padjadjaran

    ** Penulis adalah Staf EdukatifBagian Keperawatan DasarFakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Padjadjaran

    *** Penulis adalah Staf Edukatif

    Bagian Keperawatan KlinikFakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Padjadjaran