Ascariasis
Click here to load reader
-
Upload
al-adip-indra-mustafa -
Category
Documents
-
view
193 -
download
5
description
Transcript of Ascariasis
KASUS I
KELOMPOK I
030-06-112 Herman Malondong
030-06-292 Zaki Bonnie Pracanda
030-09-007 Al Adip Indra Mustafa
030-09-020 Angelika
030-10-002 Ade Laksono
030-10-003 Adelita Yuli Hapsari
030-10-006 Adisti Zakyatunnisa
030-10-009 Adrian Pradipta Setiawan
030-10-011 Agnes Yuarni
Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
Jakarta, 13 Januari 2012
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara tropis dan berkembang yang memiliki banyak masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah dengan berbagai masalah gizi, kebersihan dan sanitasi yang buruk
sehingga sangat memperbesar faktor terjadinya kasus penyakit infeksi khususnya yang
disebabkan oleh infeksi parasit dan bakteri yang umum di temukan di lingkungan tersebut.
Khususnya dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat
dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena infeksi cacing (Moersintowarti, 1992).
Penyakit karena protozoa dan cacing mengenai jutaan masyarakat dan kebanyakan parasit
cenderung menyebabkan supresi imunologik nonspesifik pejamu. Antigen parasit yang bertahan
menahun menyebabkan kerusakan jaringan imunopatologik seperti kompleks imun pada
sindroma nefrotik, granulomatosa hati dan lesi autoimun pada jantung. Imunosupresi umum
meningkatkan kepekaan terhadap infeksi bakteri dan virus (Roitt, 2002). Salah satu penyebab
infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang yang
penularannya dengan perantaraan tanah (Soil transmitted helminth) dengan cara ditelan masuk
kedalam sisitem pencernaan, infeksi cacing Ascaris menimbulkan banyak gejala klinik, dimulai
dengan rasa mual pada saluran pencernaan sampai ditemukan gejala diare.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan usia empat tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena badannya
semakin kurus dan tidak nafsu makan sejak dua bulan terakhir yang kadang kadang ada gejala
diare. Sejak dua minggu yang lalu pasien batuk batuk dan sesak nafas serta mengalami demam.
Demam telah dirasakan hilang timbul sejak sekitar 2 minggu yang lalu, tetapi tetap tinggi selama
3 hari yang terakhir. Batuknya kering dan berbunyi. Keluarga pasien tinggal didaerah yang
padat, kumuh dan tidak mempunyai jamban keluarga. Anak sering bermain di halaman tanpa
memakai alas kaki dan tidak mencuci tangan sebelum makan.
Pada pemeriksaan fisik :
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 39,0 C
Kulit tidak ditemukan petechiae, motorik normal, mata dan THT tidak ada kelainan. Pada
auskultasi paru paru didapatkan wheezing. RR 20/menit. Abdomen tampak membuncit, hepar
dan lien tidak teraba.
Pada pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 10 g/dL
Leukosit : 4.500 / uL
Ht : 32 %
LED : 25 mm / jam
Trombosit : 250.000 / uL
HJ Leukosit : 0/15/4/25/40/6
Tidak ditemukan sel muda dalam darah tepi, parasit malaria tidak ditemukan.
Pemeriksaan urin : protein (-), glukosa (-), sedimen : leukosit 3-4/LPB, silinder (-), bakteri (-).
Faeces,: telur cacing ditemukan, leukosit (-), eritrosit (-), darah samar (-)
Widal : S. typhii O : negatif, S. typhi H : negatif, S. paratyphi A/B/C : Negatif
Rontgen thorax :
Tampak infiltrat pada seluruh lapangan paru kiri dan kanan.
Hasil pemeriksaan sputum :
a) Pemeriksaan Gram tidak ditemukan bakteri.
b) Pewarnaan tahan asam : BTA negatif
c) Pemeriksaan KOH 10 % : Jamur negatif
d) Pewarnaan Wright / Giemsa : Eosinofilia
BAB III
INTERPRETASI KASUS
I. ANAMNESIS
Selain dari keterangan yang kita dapatkan dari pasien pada kasus ini, msih perlu
ditanyakan anamnesis tambahan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Yaitu:
1. Identitas
Terutama ditanyakan alamat dan pekerjaan orang tua, karena keadaan sanitasi lingkungan
perumahan sangat berkaitan dengan kondisi perekonomian dan penularan penyakit.
2. Bagaimana bentuk diarenya?
Konsistensi diare, baik cair, berlendir, ataupun berdarah, dapat menentukan jenis infeksi dan
tingkat kerusakan pada dinding usus atau saluran pencernaan.
3. Adakah gejala yang pertama kali timbul 2 bulan yang lalu? Adakah demam? Adakah sakit
perut?
Ditanyakan untuk mencari tahu kemungkinan adanya infeksi.
4. Aktifitas sebelum timbul gejala?
Berkaitan dengan penyebab timbulnya gejala.
5. Adakah tetangga/anggota keluarga yang menderita hal yang sama ?
Berkaitan dengan adanya penularan penyakit yang sama karena masih berada dalam satu
lingkungan yang dekat.
6. Sudah pernah berobat kemana ? meminum obat apa ?
Memungkinkan gejala yang timbul selama 2 bulan terjadi karena pengobatan yang tidak adekuat.
7. Sebelum makan dan setelah buang air cuci tangan dengan sabun atau tidak ?
Mempermudah infeksi
8. Makanan dimasak dengan matang atau tidak ?
Seperti pada taeniasis yang penularannya bisa melalui daging sapi/babi yang mengandung larva.
9. Dapat juga ditanyakan pada si anak, mengapa ia tidak nafsu makan?
Apakah karena sakit ditenggorokan/rasa mual yang dapat menentukan hipotesis.
II. HIPOTESIS
1. infeksi parasit (amoeba, cacing, atau gabungannya)
amubiasis: diare
ascariasis: diare, penurunan nafsu makan, demam, batuk, dsb.
Giardia lamblia: diare, penurunan berat badan
2. tumor intestinal
karena ada gejala penurunan nafsu makan dan berat badan
3. schistomiasis: diare, tidak nafsu makan.
4. Gastroenteritis: diare.
5. Demam tiphoid: .........
III. PEMERIKSAAN FISIK
Interprestasi :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Status Generalis :
Kesadaran kompos mentis
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : -
Suhu : 39,0oC
Pernapasan : 20x/menit
Kulit : tidak ditemukan petechiae
Motorik : normal
Mata dan THT : tidak ada kelainan
Jantung : tidak ada kelainan
Paru : auskultasi didapat wheezing
Abdomen : tampak membuncit
Hepar dan lien : tidak teraba
Interpretasi
Tanda vital Hasil yg didapat Nilai normal Interpretasi
Suhu 39,0oC 36,5oC - 37,2oC Febris
Pernapasan 20x/menit 16-20 x/menit Normal
Status Generalis
Regio Hasil yg didapat Interpretasi
Abdomen tampak membuncit Gizi buruk
Paru auskultasi didapat wheezing
Karena terjadi hipersekresi
mukus oleh karena reaksi
imun dari paru terhadap larva
cacing
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL NILAI NORMAL INTERPRESTASI
Hb = 10 gr/dL Dewasa pria : 13.2 - 17.3 g/dl Dari kasus dapat dilihat
Perempuan : 11.7 - 15.5 g/dl
Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6g/dl
Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8g/dl
Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7g/dl
Anak usia 6-10 tahun : 10.8 -
15.6g/d
kadar hemoglobinnya sangat
rendah yang menunjukan
adanya anemia
Leukosit =
4.500/uL
Jumlah Leukosit normal pada anak-anak:
9000 – 12.000/mm
Penurunan leukosit dapat
disebabkan karena penyakit
infeksi virus.
Basofil (0)
Eosinofil (15)
Batang (4)
Segmen (25)
Limfosit(40)
Monosit (6).
Nilai normal:
Basofil (0-1%)
Eosinofil (1-3%)
Batang (2-5%)
Segmen (50-70%)
Limfosit(20-40%)
Monosit (2-8%).
Pada anak tersebut
ditemukan eosinofilnya
tinggi, menandakan adanya
reaksi imunologi yang
berhubungan dengan
imunoglobulin E, yaitu
contohnya pada reaksi
alaergi dan infeksi cacing.
Dan juga ditemukan
penurunan segmen yang
menandakan adanya infeksi
virus.
Ht = 32% Nilai normal: Normal.
< 37%
LED = 25
mm/jam
Nilai normal:
< 20 mm/jam
LED meningkat,
menandakan adanya infeksi
kronis atau keganasan.
1. Tidak ditemukan sel muda dalam darah tepi, parasit malaria tidak ditemukan.
Menandakan bahwa pasien ini tidak terinfeksi malaria.
2. Pemeriksaan urin : protein (-), glukosa (-), sedimen : leukosit 3-4/LPB, silinder (-),
bakteri (-).
Menandakan bahwa.......?
3. Faeces,: telur cacing ditemukan, leukosit (-), eritrosit (-), darah samar (-)
Menandakan bahwa ternyata pasien ini terinfeksi cacing.
4. Widal : S. typhii O : negatif, S. typhi H : negatif, S. paratyphi A/B/C : Negatif
Menandakan bahwa pasien ini tidak terserang demam tifoid.
5. Rontgen thorax :
Tampak infiltrat pada seluruh lapangan paru kiri dan kanan.
Menandakan bahwa pasien ini kemungkinan terkena infeksi TBC atau parasit yang
mempunyai siklus paru.
6. Hasil pemeriksaan sputum :
a) Pemeriksaan Gram tidak ditemukan bakteri.
b) Pewarnaan tahan asam : BTA negatif
c) Pemeriksaan KOH 10 % : Jamur negatif
d) Pewarnaan Wright / Giemsa : Eosinofilia
Menandakan bahwa pasien tidak terinfeksi bakteri TBC.
V. DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja
yang didapatkan adalah: Ascariasis Pneumonia.
Dikarenakan adanya gejala-gejala berupa tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
anemia, perubahan pola BAB, dan juga ditemukannya telur cacing pada pemeriksaan
tinja, sangat jelas menunjukan infeksi Ascaris lumbricoides. Dan juga gejala batuk,
wheezing, adanya infiltrat pada paru, menunjukan bahwa pada pasien telah terjadi
pneumonia akibat ascariasis.1
Dan juga didukung oleh lingkungan pemukiman yang padat, kumuh, dan pemakaian jamban
umum serta kebiasaan bermain tanpa alas kaki dapat memperbesar faktor resiko terpaparnya
infeksi pada anak. Jamban umum yang identik dengan sanitasi buruk dapat memudahkan
penularan penyakit serta bermain tanpa alas kaki juga dapat memudahkan parasit yang terdapat
di tanah masuk melalui kulit, seperti pada ankilostomiasis.2
VI. PENATALAKSANAAN
BAGIAN ADE KAN NIH......
VII. KOMPLIKASI
1. Ileus obstruktif
Karena cacing dewasa yang terlalu banyak
pada usus dan menyumbat usus.
2. Ascaris biliaris
Ascaris yang mempunyai penyebaran
hematogen, menyebar ke duktus bilier
melalui sirkulasi darah, dan menyumbat.
Sehingga pasien dapat menjadi kuning.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam: ad bonam, karena apabila ditangani dengan baik pasien dapat sembuh
Ad fungtionam: ad bonam
Ad sanationam: dubia ad malam, karena masih ada kemungkinan pasien terinfeksi lagi
disebabkan oleh keadaaan lingkungan sekitar pasien yang kumuh.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ASCARIASIS
Adrian
PATOFISIOLOGI GEJALA
Kita dapat membuat beberapa hipotesis berdasarkan keluhan-keluhan pasien. Yaitu:
Batuk kering, diakibatkan oleh larva cacing saat berada di faring melalui siklus paru. Batuk
adalah salah satu sistem pertahanan. Jika ada patogen (dalam kasus ini adalah cacing Ascaris
lumbricoides) menempel pada kerongkongan, tepatnya pada epitel traktus respiratorius, maka
epitel tersebut akan mengeluarkan lendir yang akan menangkap patogen, lalu kita akan
merasakan adanya rangsangan untuk batuk yang ditimbulkan oleh histamin yaitu salah satu
produk dari eosinofil yang akan memicu rasa gatal, reflek batuk tersebut juga dapat
mengakibatkan tertelannya larva sehingga dapat memasuki sistem gastrointestinal melalui
esofagus, lalu menuju ke usus halus.3
Demam 39O C, suhu ini termasuk febris. Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi
mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi
seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke
dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam
(pirogen endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior,
yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam.3
Wheezing, adalah bunyi “ngiik...” yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus oleh karena eksudat yang lengket. Eksudat yang lengket pada kasus ini
adalah lendir yang merupakan sekresi epitel sebagai akibat dari sistem pertahanan epitel traktus
respiratorius dalam usaha-usaha mengeluarkan cacing tersebut.4
Kehilangan nafsu makan dan BB turun, Nafsu makan yang hilang diakibatkan oleh toksin
yang dikeluarkan oleh cacing dewasa di usus halus. Nafsu makan pada umumnya dikontrol oleh
pusat kepuasan yang terletak di hipotalamus medius dan lateralis. Hipotalamus juga mengontrol
pusat dibawahnya, terletak dibatang otak yang bertanggung jawab untuk salivasi, pengunyahan,
dan penelanan. Sedangkan pusat diatas hipotalamus bertanggung jawab terhadap apatis
(keinginan untuk makan suatu macam makanan tertentu). Mekanise untuk menentukan macam
makanan ditentukan oleh memori penglihatan, pengecapan, penciuman dan perabaan. Menurut
Nakkai (1999) mengutarakan baha anoreksia dan penurunan berat badan sering menyertai gejala
infeksi/inflamasi. Beberapa sitokin yang terbukti menyebabkan anoreksia , yaitu IL-1, IL-6, IL-8,
dan IFN-γ. Sitokin dilepaskan sebagai reaksi terhadap kejadian infeksi/inflamasi yang
berpengaruh secara langsung terhadap otak sehingga menyebabkan anoreksia. Jadi, secara tidak
langsung, saat nafsu makan pada anak kurang karena salah satu faktornya yakni infeksi atau
inflamasi maka asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh juga berkurang sehingga terjadi
penurunan berat badan.5
Diare, Diare yang dialami oleh anak ini sudah masuk kedalam tahap kronis karena sudah terjadi
selama dua bulan. Diare yang kadang-kadang ini bisa terjadi karena infeksi berulang,dan pada
kasus ini, diakibatkan oleh karena adanya obstruksi cacing dalam usus, sehingga mengakibatkan
perubahan pada pola BAB.
Anemia, diakibatkan oleh perilaku larva Ascaris lumbricoides yang menembus mukosa usus,
sehingga mengakibatkan luka pada mukosa usus. Dan juga diakibatkan oleh penurunan nafsu
makan anak, sehingga anak tersebut malnutrisi, dan tidak bisa membentuk hemoglobin karena
kekurangan zat besi dari makanannya.
Infiltrasi pada paru, terjadi karena adanya kumpulan larva yang berada di paru.
Perut buncit, abdomen yang buncit bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yakni malnutrisi dan
obstruksi usus oleh cacing.
Malnutrisi, pada anak dengan nafsu makan yang kurang akan mempengaruhi asupan gizi yang
kurang pula. Salah satunya adalah berkurangnya protein dan zat besi yang masuk kedalam tubuh.
Kurangnya zat besi dalam tubuh, dapat mempengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) yang
merupakan komponen pembentuk albumin selain protein. Albumin yang berfungsi untuk
menyeimbangkan osmolaritas cairan atau untuk retensi cairan berkurang sehingga penarikan
cairan dari ekstravaskuler kedalam intravaskuler juga berkurang sehingga pada anak ini pada
abdomennya tampak buncit.
BAB V
KESIMPULAN
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Gilles HM. Manson’s Tropical Disease. 20th ed. London: WB Saunders Company LTD;
1995. p. 1376.
2. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan pemberantasannya.
Semarang: Erlangga; 2005.p. 5
3. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Lecture Notes Penyakit Infeksi.
6th ed. Jakarta : Erlangga Medical Series; 18; 284-285.
4. The Merck Manual. Ascariasis. Available from:
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious_diseases/nematodes_roundworms/
ascariasis.html. Accessed on Jan 11, 2012.
5. Kerwin MLE. Empirically Supported Treatment in Pediatric Psychology. Journal of Pedoatric
Pyschology.1999; 24 (3): 193-214