asbes
-
Upload
abdul-anas -
Category
Documents
-
view
307 -
download
9
Transcript of asbes
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk serat halus yang terjadi
secara alamiah. Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), ada enam jenis mineral yang dikatagorikan sebagai bahan asbes,
yaitu chrysotile, riebeckite, grunerite, actinolite, anthiophyllite, dan thremolite. Manusia telah
mengenal bahan asbes sejak abed ke-2 Sebelum Masehi. Beberapa abad kemudian, Marco
Polo memanfaatkannya sebagai bahan untuk membuat pakaian. Ada empat jenis asbes yang
kini banyak beredar di pasaran, yaitu : chrysotile atau asbes putih, crocidolite atau asbes biru,
amosite atau asbes coklat, dan anthrophyllite atau asbes abu-abu. Sebagaimana bahan
tambang pada umumnya, asbes merupakan batuan yang mampat, namun sangat mudah untuk
dipisah-pisahkan menjadi banyak sekali serat-serat halus yang umumnya sangat ringan dan
mudah terbang. (www.batan.go.id, 2004)
Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, asbes adalah suatu zat terdiri dari magnesium-
calcium-silikat berbangun serat dengan sifat fisiknya yang sangat kuat. Ada dua kelompok
asbes, yaitu serpentine dan amphibole. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode
penambanran bawah tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan
terbuka (open-pit mining). Asbes ditambang secara komersial di Amerika Serikat sejak akhir
abad ke-18, dan pemakaiannya meningkat drastis sejak Perang Dunia II. Sejak saat itu, asbes
mulai dipakai sebagai bahan baku industri (www.batan.go.id, 2004).
Pemanfaatan asbes mengandung risiko radiologis karena bahan ini dapat berperan
sebagai sumber gas radon yang bersifat radioaktif, sehingga dapat berperan sebagai sumber
radiasi lingkungan yang perlu diwaspadai. Oleh sebab itu, perlu adanya pertimbangan
radioekologis dalam pemanfaatan bahan asbes dalam berbagai jenis produk. Saat ini mulai
disadari bahwa gas radon di dalam ruangan merupakan sumber terpenting pemaparan radiasi.
Dosis efektif dari radon diperkirakan jauh lebih besar dibandingkan dosis dari seluruh
sumber-sumber radiasi alamiah lainnya digabung menjadi satu, lebih besar dari dosis yang
diterima pasien yang mengalami penyinaran medis termasuk pemeriksaan dengan sinar-X,
dan jauh lebih besar dibandingkan dengan dosis radiasi dari kegiatan industri nuklir.
(www.batan.go.id, 2004)
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sifat fisik dan sifat kimia asbes ?
2. Apa saja sumber dari zat pencemar udara asbes?
3. Bagaimana distribusi dan dinamika asbes di lingkungan ?
4. Bagaimana standar dan nilai ambang batas asbes ?
5. Bagaimana dampak asbes terhadap kesehatan ?
6. Bagaimana pengendalian dari asbes ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia asbes
b. Untuk mengetahui sumber dari zat pencemar udara asbes
c. Untuk mengetahui distribusi dan dinamika asbes di lingkungan
d. Untuk mengetahui standar dan nilai ambang batas asbes
e. Untuk mengetahui dampak asbes terhadap kesehatan
f. Untuk mengetahui pengendalian dari asbes
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbes
Asbes adalah nama yang diberikan untuk kelompok mineral fibrous yang berbeda
(amosite, chrysotile, crocidolite, tremolite, actinolite dan anthophyllite) dan terbentuk secara
alami di lingkungan kita (US Department of Health & Human Services, 2001).
Salah satu dari kelompok mineral tersebut, yaitu chrysotille adalah termasuk ke dalam
keluarga serpentin , sedangkan mineral – mineral fibrous yang lain termasuk ke dalam
keluarga amfibol. Walaupun semua jenis asbes berbahaya (dapat menyebabkan kanker),
tetapi asbes yang berasal dari grup amfibol memiliki potensi lebih besar untuk
membahayakan kesehatan manusia dibanding chrysotille.
Asbes yang paling banyak digunakan dalam industri adalah chrysotille atau disebut juga
asbes putih. Sedangkan asbes dari grup amfibol tidak banyak digunakan. Asbes yang
memiliki sifat fibrous ini tidak memiliki bau dan rasa, mereka juga tidak larut dalam air, tidak
mengalami evaporasi serta tahan terhadap panas, api, degradasi biologi dan kimia. Karena
sifat – sifat inilah asbes banyak digunakan sebagai bahan berbagai produk industri terutama
bahan bangunan, friction product dan bangunan tahan panas.
Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak dipakai bukan hanya di negara
berkembang melainkan juga di negara yang sudah maju seperti di Amerika. Di Amerika
asbes dipakai sebagai bahan penyekat. Terdapat banyak jenis serat asbes tetapi yang paling
umum dipakai adalah krisotil, amosit dan krokidolit, semuanya merupakan silikat magnesium
berantai hidrat kecuali krokidolit yang merupakan silikat natrium dan besi. Krokidolit dan
amosit mempunyai kandungan besi yang besar. Krisotil terdapat dalam lembaran-lembaran
yang menggulung, membentuk serat-serat berongga seperti tabung dengan diameter sekitar
0,03 milimikron. Serat asbes bersifat tahan panas dapat mencapai 800oC. Karena sifat inilah
maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik. Lebih dari 30 juta ton asbes
digunakan di dalam konstruksi dan pabrik di Amerika. Selain itu asbes relatif sukar larut,
daya regang tinggi dan tahan asam (hanya amfibol). Asbes dapat menjadi kering atau rapuh
bila keberadaannya digangggu (misal: perbaikan penyekat pipa) atau oleh karena termakan
usia. Akibatnya serat mikroskopis yang tidak terlihat oleh mata tersebut dapat terpecah dan
melayang di udara. Sekali terdapat di udara, serat asbes akan menetap dalam jangka waktu
yang panjang dan kemudian terhirup oleh manusia yang berada di lingkungan tersebut.
4
Ukuran dan bentuknya yang kecil menyebabkan serat asbes ini terperangkap di dalam paru-
paru.
Ada enam jenis mineral yang dikategorikan asbes yaitu : chrysolite, riebeckite,
grunerite, actinolite, anthrophyllite, dan thermolite. Berdasarkan komposisi dan bentuk
serat mineral silika ada dua kelompok asbes yaitu :
1. serpentine yaitu chrysotile, merupakan hidroksida magnesium silikat yang memiliki
komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O.
2. dan amphibole yaitu grunerite – asbes amosite atau asbes coklat, riebeckite – asbes
crocidolite atau asbes biru, actinolite, thermolite dan campuran yang sekurang-
kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut.
Ada 4 jenis asbes yang beredar dipasaran saat ini antara lain :
1. chrysotile, atau asbes putih,
2. crocidolite atau asbes biru,
3. amosite atau asbes coklat
4. anthrophyllite atau asbes abu-abu.
B. Sifat Fisik dan Kimia Asbes
Sifat Fisik asbestos
1. Tahan api
2. Tahan panas hingga 1200°
Serat asbes bersifat tahan panas dapat mencapai 1200oC. Karena sifat inilah maka
asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik.
3. Tahan zat asam
4. Lentur
5. Tidak bisa menguap
6. Tidakmudah terurai di alambebas
7. Tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh manusia
Asbes dapat menjadi kering atau rapuh bila keberadaannya digangggu (misal: perbaikan
penyekat pipa) atau oleh karena termakan usia. Akibatnya serat mikroskopis yang tidak
terlihat oleh mata tersebut dapat terpecah dan melayang di udara. Sekali terdapat di udara,
serat asbes akan menetap dalam jangka waktu yang panjang dan kemudian terhirup oleh
manusia yang berada di lingkungan tersebut. Ukuran dan bentuknya yang kecil menyebabkan
serat asbes ini terperangkap di dalam paru-paru
5
Sifat Kimia
Asbes adalah istilah umum yang digunakan untuk kelompok mineral silikat berserat
(naturally-occurring) yang telah secara luas digunakan di dalam dunia industri. Asbes
mineral terbagi menjadi dua kelompok besar yakni serpentin dan amfibol. Harus diingat
bahwa pada mulanya mineral–mineral asal serpentin dan amfibol terjadi dengan bentuk non
fibrous dan non asbes. Mineral nonfibrous ini lebih banyak dijumpai dan tersebar di alam
dibanding dengan variasi bentuk asbes. Asbes serpentin yang mengandung mineral
chrysotile, magnesium silikat, terbentuk secara memanjang dan memiliki susunan kristal fiber
yang fleksibel untuk ditenun. Asbes amfibol yang terdiri dari mineral amosite, crocidolite,
tremolite, anthophyllite dan actinolite memiliki bentuk fiber kristal yang lebih brittle dan
lebih sedikit keterdapatannya dibanding asbes serpentin. Kelompok ini terbentuk dengan
struktur polimerik yang memiliki ikatan Si-O-Si. Untuk asbes jenis amfibol, struktur
polimeriknya terdiri dari dua cincin linear, cincin ini terbentuk memanjang, kurus dan
straight fibers yang merupakan sifat dari asbes jenis ini. Sedangkan asbes jenis serpentin
bentuk polimeriknya adalah extended sheet. Ikatan seperti ini mengimplikasikan bentuk
tabular pada asbes jenisnya (Wylie and Verkouteren, 2000 dalam US Department Helath &
Human Resources).
Struktur Polisilikat dasar dari Asbes amfibol (atas) & serpentin (bawah)
Beberapa jenis mineral asbes akan berada dalam fase solid solution bila suatu mineral
menunjukkan rumus kimia sebagai hasil dari substitusi ion/ ionik. Contoh mineral–mineral
yang mengalami hal ini adalah tremolit dan aktinolit. Tremolit yang mengalami penggantian
ion magnesium oleh besi akan berubah menjadi aktinolit. Mengenai banyaknya jumlah besi
yang harus menggantikan magnesium agar tremolit berubah menjadi aktinolit tidak dapat
diketahui secara universal karena belum ada kepastian mengenai hal itu. Geologi komersial
dari asbes secara umum meliputi bentuk fibrous dari mineral silicaceous serpentine dan
6
amphibole seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Mineral asbes terbentuk di bawah
kondisi fisika tertentu yang memacu pertumbuhan fiber apakah terikat dalam dalam fiber
bundles atau matted masses. Individual fiber yang terpisah dari bundel fiber dan tersebar
adalah yang berukuran halus. Pengendapan dari mineral fibrous umumnya ditemukan pada
vein. Secara definisi mineral umum, ukuran fiber tidak ada yang spesifik (Occupational
Safety And Helath Administration (OSHA) ,1992).
Sebagian besar mineral amfibol dan serpentin di kerak bumi adalah non fibrous form, atau
disebut juga sebagai non asbestiform. Bentuk fibrous dapat terjadi bersama dengan bentuk
nonfibrous dalam lingkungan pengendapan yang sama. Nonasbestiform amphibole dapat
terbentuk dalam beberapa bentuk, termasuk prismatik flat, kristal elongate dan cleavage
fragments. Kristal-kristal ini tumbuh menjadi prismatic cleavage dengan sudut sekitar 55deg di
antara bidang belahan. Ketika sepotong mineral amfibol non fibrous dihancurkan, seperti di
penambangan atau penggilingan besi, fragmen mikroskopis dapat terbentuk dan memiliki
bentuk fiber tetapi umumnya lebih pendek (Skinner et al. 1988 dalam US Department Of
Health & Human Resources ,2001).
C. Sumber Asbes
Asbes dapat ditemukan secara alami di luar udara dan dalam beberapa air minum,
termasuk air dari sumber alami. Penelitian telah menunjukkan bahwa anggota dari populasi
umum memiliki puluhan hingga ratusan ribu serat asbes dalam setiap gram jaringan paru-
paru mereka.
Asbestos banyak digunakan sebagai bahan pembuatan atap (genteng) dan sekat,
semen asbestos, pelapis rem, perangkat listrik, dan materi tahan api serta materi pengemas.
Asbestos merupakan nama umum sekelompok silikat alami yang akan terpecah menjadi
serat-serat yang fleksibel. Paparan bisa berasal dari sumber alami dan pemakaian industri.
Ada dua jenis serat flcksibel, krisotil dan krosidolit. Krisotil (3MgO.2SiO,.2H2O) merupakan
jenis yang sangat penting dalam dunia perdagangan dan 90%-nya terdiri dari asbestos.
Krosidolit (asbestos biru) tersusun dari serat-serat berbentuk batang yang pendek-pendek dan
lebih berbahaya daripada serat krisotil.
D. Distribusi dan Dinamika Asbes di Lingkungan
Distribusi asbes
Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan
tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus.
7
Di dalam jaringan paru serat asbes dapat dibungkus atau tidak dibungkus oleh kompleks besi-
protein. Bila serat dibungkus oleh kompleks besi-protein, maka keadaannya kurang
berbahaya. Jika tidak terdapat gambaran fibrosis di dalam paru, keberadaan serat di dalam
jaringan paru hanya mengindikasikan adanya pajanan, bukan penyakit.Mekanisme kerja
asbes dalam saluran pernapasan : Serat-serat dengan diameter kurang dari 3 milimikron yang
terinhalasi akan menembus saluran napas dan tertahan dalam paru-paru. Sebagian besar serat
yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas melalui ludah dan sputum.
Sedangkan dari serat-serat yang tertahan dalam saluran napas bawah dan alveoli, sebagian
serat pendek akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke kelenjar limfe, limpa, dan jaringan
lain. Sebagian serat yang menetap pada saluran napas kecil dan alveoli (khususnya amfibol)
akan dilapisi oleh kompleks besi-protein dan menjadi badan-badan asbes atau badan
feruginosa. Diduga krisolit menghilang dari tubuh secara bertahap, tetapi bukti tentang hal ini
hanya sedikit sekali. Setelah pajanan yang lama atau berat, retensi serat-serat asbes cukup
besar. Secara perlahanlahan akan timbul fibrosis paru interstisial difus dan progresif, dengan
lesi-lesi linier individual lambat laun menyatu. Fibrosis pleura ringan sampai berat seringkali
ditemukan, dan kadangkala tampak plakplak pleura hialin atau kalsifikasi, yang tidak harus
berkaitan dengan asbes. Orang-orang yang terpajan debu serat-serat asbes dapat tertelan
bersama ludah atau sputum. Kadangkala air, minuman atau makanan dapat mengandung
sejumlah kecil serat tersebut. Sebagian serat yang tertelan agaknya menembus dinding usus,
tetapi migrasi selanjutnya dalam tubuh tidak diketahui. Setelah suatu masa laten-jarang di
bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih setelah pajanan pertama, dapat timbul
mesotelioma maligna pleura dan peritoneum. Mekanisme karsinogenesis tidak diketetahui.
Kadang-kadang, serat yang lain, misal talk yang terbungkus oleh besi-berikatan dengan
protein, dapat menimbulkan badan asbes.
Perjalanan debu yang masuk ke saluran pernapasan dipengaruhi oleh ukuran partikel
tersebut. Partikel yang berukuran 5 ʯm atau lebih baik akan mengendap di hidung,
nasofaring, trakea dan percabangan bronkus. Partikel yang berukuran kurang dari 2 ʯm akan
berhenti di bronkiolus respiratoris dan alveolus. Partikel yang berukuran kurang dari 0,5 ʯm
biasanya tidak sampai mengendap di saluran pernapasan akan tetapi akan dikeluarkan lagi
(Amin, 1996).
Debu yang masuk saluran pernapasan dapat berakibat terjadinya kerusakan jaringan
setempat dari yang ringan sampai kerusakan yang parah dan menetap. Derajat kerusakan
yang ditimbulkan oleh debu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Asal dan sifat alamiah debu
8
2. Jumlah debu yang masuk dan lamanya pemaparan
3. Reaksi imunologis subyek yang terkena paparan
Apabila terdapat debu yang masuk ke sikkus alveolus, makrofag yang ada di dinding
alveolus akan “memakan” debu tersebut. Akan tetapi kemapuan fagositik makrofag terbatas,
sehingga tidak semua debu dapat difagositik. Debu yang ada di dalam makrofag sebagian
akan dibawa ke bulu getar yang selanjutnya dibatukkan dan sebagian lagi tetap tertinggal di
interstium bersama debu yang tidak sempat difagositik. Debu organic dapat menimbulkan
fibrosis sedangkan debu mineral (anorganik) tidak selalu menimbulkan akibat fibrosis
jaringan. Reksi tersebut di atas dipengaruhi juga oleh jumlah dan lamanya pemaparan serta
kepekaan individu untuk menghadapi raangsangan yang diterimanya (Amin, 1996).
Makrofag yang sedang aktif akan mempengaruhi keseimbangan protease-antiprotease
melalui beberapa mekanisme yaitu, meningkatkan jumlah elastase, mengeluarkan faktor
kemotaktik yang dapat menarik netrofil dan mengeluarkan oksidan yang dapat menghambat
aktivitas AAT. Aktivitas proteolitik yang disebabkan oleh bahan-bahan yang diproduksi
makrofag sukar untuk diredam karena :
a. Sel-sel radang (misalnya makrofag) menempel kuat pada MES sehingga AAT tidak
dapat melindungi MES.
b. Makrofag selama aktivitasnya mengeluarkan oksidan sehingga melemahkan
aktivitas AAT.
c. Aktivitas protease yang diproduksi oleh makrofag (metalloproteinase) sukar
direndam oleh AAT (Amin, 1996).
2. Dinamika asbes (Reaksi kimia asbes)
Asbes dengan struktur kimia CaMg3(SiO3)3 merupakan salah satu bahan tambang yang
bisa ditemui dengan mudah di dunia dalam bentuk benang serat atau gumpalan serat. Bahan
ini memiliki kekuatan dan ketahanan tinggi terhadap api, panas, serta zat kimia. Tetapi tidak
bisa diuraikan oleh alam. Asbes adalah bentuk serat mineral silika yang termasuk dalam
kelompok serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk:
actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes
putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-kurangnya
mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut (Diana Sasmara.2002).
Sebanyak 94 % penggunaan Asbes di dunia mengandung bahan Chrysotile atau
hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H2O, Chrysotile
9
merupakan bahan mineral yang bersifat toksik Karsinogen pemicu penyakit kanker yang akan
menyerang rongga dada, paru-paru, dan perut yang disebut dengan kanker jenis
mesothelioma.
E. Standar dan Nilai Ambang Batas Asbes
Nilai Ambang batas konsentrasi asbes di udara ambient berkisar pada 00001-0,0001
serat per mililiter (fiber / mL). Jika nilai ambang ini terlampaui akan sangat beresiko terhadap
efek pada kesehatan manusia. Serat asbes hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Karena
sesuatu sebab, menyebabkan serat melayang di udara, mereka dapat dengan mudah terhirup
ketika kita bernapas dan masuk dalam paru-paru. Para ilmuwan telah mengakui asbes sebagai
ancaman kesehatan bagi manusia karena serat dapat terhirup ke dalam paru-paru dan dapat
menyebabkan kanker dan penyakit paru-paru lainnya. Resiko ini terutama menjadi meningkat
ketika kita berada pada lingkungan terpapar debu asbes dalam jangka waktu lama. Diketahui
masa inkubasi yaitu jeda waktu antara ketika menghirup sehingga terjadi manifestasi
kesehatan dapat berlangsung selama 30 tahun atau lebih.
Debu asbes di udara masuk ke dalam golongan PM10 karena panjang seratnya kurang
dari 10 mikrometer. Dalam PP No. 41 Tahun 1999, baku mutu udara ambien nasional untuk
PM10 adalah 150 μg/Nm3 untuk waktu pengukuran 24 jam.
Pengukuran asbes di udara
Udara dalam ruangan dialirkan pada suatu alat penghisap dengan volume 1L (1000
cm3) yg dilapisi dgn filter berbahan MCE(mixed cellulose ester) dengan diameter
25mm,lubang pori 0.45 mikrometer . Untuk pengambilan sampel indoor bagi Personal
sampel kecepatan aliran udara yag digunakan 20 mL/menit – 4L/menit ,udara ambient
2L/menit – 20L/menit
Identifikasi sampel dengan cara TEM (Transmission electron microscphy) dan PCM-
based contrast microscophy. Debu atau partikel yang telah tertampung selama 8 jam tersebut
dilihat dibawah mikroskop dan dihitung jumlah serat asbesnya. Sehingga diperoleh jumlah
serat asbes per 1000 cm3. Menurut standar baku dari SNI untuk asbestos jenis krisotil sebesar
2 serat/cm3 maka dalam ruangan dengan volume sebesar 1 m3 batas minimal asbes yang
boleh beterbangan diudara sebesar 2.000.000 serat.
Tabel.1 Deskripsi dan Batas Toleransi Asbestos (CaMg3(SiO3)3 )
Ditemukan Secara alamiah berupa silikat serat- serpentin (chrisotile) atau amfibol
(crocodolite, amosite, dan antophylite)
10
Karakteristik Sangat tahan terhadap suhu tinggi, tekanan, dan asam, tetapi sifat ini
beragam sesuai dengan jenis asbestos. Jenis serpentin dapat dianyam
menjadi pakaian.
Pemakaian Banyak dan beragam, termasuk semen asbestos, atap asbes, bahan
bangunan dan isolasi, kampas rem, beberapa alat tahan api.
Efek akut Tidak ada
Efek kronis Penyakit paru fibrotik kronik –asbestosis. Pembentukan plak pleura
dan perkapuran. Kanker paru (efek sinergis dari rokok). Mesotelimia,
Maligna pada pleura dan peritoneum, kutil kulit, karsinoma laring.
Pemantauan
kesehatan
Badan asbestos dalam dahak, uji fungsi paru, termasuk spirometri dan
difusi gas, radiografi spiral.
Pencegahan dan
pengobatan
Jauhi pemajanan, Manajemen penyakit paru fibrotic kronik dan
penyakit keganasan.
Cara pengukuran Perlu ditentukan jumlah serabut udara respirabel dengan mengambil
sampel melalui filter sellulosa asetat untuk dilakukan analisis
mikroskopikdan perhitungan. Serabut respirabel ditentukan sebagai
serabut yang panjangnya lebih dari 5µm dan mempunyai rasio
panjang: lebar paling sedikit 3:1 dan berdiameter kurang dari 3 µm.
Sampling harus dengan pedoman HSE catatan EH10 dan MHDHS
39/3.
Batas
pengendalian
HSE.
1.Untuk asbestos yang mengandung crococidolite dan amosite:
a.0,2 serabut/ml udara rata-rata selama masa 4 jam terus-menerus.
b.0,6 serabut/ml udara rata-rata selama masa 10 menit terus menerus.
2.Untuk asbestos yang mengandung jenis asbestos lainnya.
a.0,5 serabut/ml udara rata-rata selama masa 4 jam terus menerus.
b.1,5 serabut/ml udara rata-rata selama 10 menit terus menerus.
F. Dampak Terhadap Kesehatan
Masalah kesehatan pertama kali dihubungkan dengan asbes sekitar tahun 1910. Kematian
yang disebabkan oleh pulmonary asbestosis (paru-paru yang mengidap asbes) pertama kali
tercatat di tahun 1924. IARC kemudian mengklasifikasikan bahwa asbes bersifat
karsinogenik untuk manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkaji dampak
11
dari paparan asbes bagi kesehatan manusi. Menghirup udara yang mengandung serat asbes
terbukti menjadi penyebab beberapa penyakit di bawah ini.
Asbestosis: penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh menghirup udara dengan
konsentrasi kadar serat asbes yang tinggi. Serat-serat asbes tersebut merusak sel
membran paru-paru. Kondisi ini bisa timbul setelah 10 hingga 20 tahun paparan serat
asbes.
Kanker Paru-paru: asbes adalah satu dari sekian banyak penyebab timbulnya kanker
paru-paru. Para pekerja yang terpapar asbes dan yang merokok atau perokok pasif
memiliki kecenderungan lebih besar terjangkit kanker paru-paru. Kecenderungan
tersebut bahkan lebih besar lagi jika sudah terjangkit asbestosis.
Mesothelioma: kanker lapisan paru paru. Ini bisa disebabkan bahkan oleh paparan asbes
yang pertama. Kanker jenis ini membutuhkan 30-45 tahun untuk berkembang, setelah
paparan asbes paling dini. Ini adalah kanker yang agresif dan sangat menyakitkan.
Mesothelioma bisa mengakibatkan kematian dalam beberapa bulan dan penderita sangat
jarang hidup lebih dari 12-18 bulan. Saat ini belum tersedia perawatan yang efektif.
Sampai saat ini, kemoterapi dan radioterapi belum terbukti bermanfaat. Menghirup serat
asbes telah terbukti menyebabkan penyakit berikut:
Abestosis
kanker paru
paru-mesothelioma.
Tidak diketahui adanya tingkat paparan asbes yang aman dan bahkan paparan tingkat
rendah pun cenderung meningkatkan risiko kanker. Semua jenis asbes telah dikategorikan
bersifat karsinogenik tapi uji coba telah membuktikan bahwa asbes chrysotile mengandung
kadar karsinogen yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis-jenis asbes yang lain seperti
crocidolite dan amosite. Hal ini mengarah pada klaim bahwa asbes chrysotile dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan saat pilihan material lain tidak tersedia maupun saat
takaran tingkat keamanan yang sepantasnya diterapkan. Meskipun demikian, tidak ada yang
dapat dikatakan tingkat paparan asbes yang aman dan bahkan paparan tingkat rendah pun
cenderung meningkatkan resiko kanker.
G. Pengendalian Asbes
PENANGANAN AMAN ASBES DI LOKASI
Bahkan dalam pengaturan keadaan darurat –Dalam kondisi yang sulit dengan sedikit atau
tanpa keberadaan pengendalian asbes, undang-undang atau kesadaran penduduk–para ahli
12
rekonstruksi dan pemukiman sementara dapat mengambil beberapa langkah-langkah utama
yang akan memberi kontribusi dalammeminimalkan risiko kesehatan
1. Mengidentifikasi lokasi yang mengandung material asbes dan menekan resikonya.
2. Memastikan bahwa para penduduk cukup banyak mendapatkan informasi mengenai
resiko dan metode pengerjaan yang terbaik.
3. Meminimalkan gangguan dari material yang mengandung asbes.
4. Meminimalkan kontak penduduk dengan asbes.
5. Memastikan bahwa limbah disimpan aman dan diberi label.
PENANGANAN ASBES
Pengurangan resiko kesehatan dari proses penanganan asbes berdasar pada dua prinsip:
meminimalkan gangguan material yang mengandung asbes.
meminimalkan
kemungkinan orang-orang yang berhubungan dengan material yang mengandung
asbes
Di sebagian besar situasi pasca-bencana adalah kenyataan jika material yang mengandung
asbes telah terusik dan bersinggungan dengan situasi tersebut. Begitu material tersebut telah
diidentifikasi dan kampanye kesadaran masyarakat diluncurkan, pertimbangkanlah langkah -
langkah berikut untuk memperkecil tingkat kontak dengan asbes.
PENANGANAN ASBES YANG AMAN
1. Sediakan pelatihandan perlengkapan perlindungan
Sediakan para pekerja sedikitnya dengan sarung tangan, pelindung mata, baju sekali pakai
atau baju ganti dan masker debu. Buanglah semua baju yang telah tercemar dan
perlengkapannya dengan cara yang sama seperti bahan -bahan lain yang mengandung
asbes.
2. Jika memungkinkan jangan mengusik, mematahkan atau memotongnya
Tindakan di atas bisa melepaskan debu asbes yang mengandung serat-serat berbahaya.
3. Jangan dibakar.
Jangan pernah membakar material yang mengandung asbes karena hal ini akan
melepaskan serat - serat berbahaya di udara
4. Basahi
Jika memang terpaksa memindahkan, memotong atau memecahkan material yang
mengandung asbes, basahi seluruh material tersebut untuk mengurangi jumlah serat asbes
di udara. Bekerjalah di area berventilasi bagus. Berhati -hatilah dengan material yang
13
rapuh. Bersihkan permukaan yang tercemar dengan membasahi area tersebut atau
menggunakan kain lembab
5. Tutup rapat
Jika masih tetap ingin memakainya, lapisilah dengan cat atau lem yang dicairkan. Jika
mau membuangnya, tutuplah tumpukan material yang mengandung asbes dengan plastik
sampai waktunya dibuang. Selalu basahi sebelum dipindahkan
6. Bungkus
Simpanlah limbah yang mengandung asbes di dalam wadah tertutup rapat sampai bisa
dibuang dengan aman. Pergunakan drum besi atau plastik, atau kantong plastik
polyethylene yang kuat. Jika menggunakan kantong, masukkan satu kantong ke dalam
kantong yang lain terlebih dahulu dan rekatkan dengan plester yang kuat. Pasang label
pada wadah dengan menggunakan bahasa setempat dan cantumkan peringatan berbahaya
sebelum pembuanganasbes tersebut
PEMBUANGAN ASBES
Jika asbes dibuang sembarangan akan menyebabkan bertambahnya resiko kesehatan.
Material yang terbuka dan terlihat oleh umum mungkin akan dipergunakan kembali oleh
pemulung yang tidak menyadari resikonya. Anak-anak akan bermain-main dengan puing-
puingnya. Kurangnya penutup dan pengendalian erosi bisa mengakibatkan limbah terurai
dan meningkatkan kemungkinan serat asbes mencemari udara dan air.Limbah asbes
seharusnya dibuang sendiri, tidak bersama- sama dengan limbah lain. Limbah asbes harus
tertutup dalam wadah tersegel dan dibuang di tempat yang terpisah. Di negara dengan
peraturan penggunaan asbes, pasti terdapat tempat pembuangan limbah khusus atau
berbahaya. Jika tempat khusus tersebut tidak tersedia, limbah asbes harus ditempatkan dalam
kantong rangkap tiga yang tertutup rapat dan dibuang di daerah pembuangan yang aman
sekaligus terpisah dari jenis limbah lain. Bekerja samalah dengan pemerintah daerah untuk
menentukan tempat yang sesuai dan aman, dan pastikan lokasi tersebut tercatat.
MEMILIH DAN MENCIPTAKAN TEMPAT PEMBUANGAN ASBES :
1. Tempat
Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menemukan tempat yang memiliki
material penutup yang memadai, akses yang baik dan terkendali, serta tempat dimana
limbah tidak dapat terurai oleh air atau erosi angin, ancaman longsornya dinding tebing
atau kemungkinan bencana susulan atau kemungkinan material-material tersebutharus
dipindahkan.
2. Kendaraan
14
Beri tanda dengan jelas kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut limbah asbes
dan pastikan kendaraan tersebut dikemudikan oleh tenaga terlatih.
3. Perlindungan Emisi
Selama dan sesudah proses pembuangan limbah asbes, pastikan tidak adanya emisi yang
terlihat dan tutuplah limbah dengan sedikitnya 15 cm material tanpa kandungan asbes
dalam kurun waktu 24 jam.
4. Penghalang
Jika tidak ada penghalang alami di sekeliling tempat tersebut, pasanglah pagar, parit atau
jenis penghalang lain untuk mencegah masuknya personel yang tidak berwenang.
5. Tanda Peringatan
Tempatkan tanda peringatan di pintu masuk dan di sekitar perimeter
6. Tertutup
Tahap akhir penutupan dari area untuk limbah asbes membutuhkan sedikitnya tambahan
75 cm material non-asbes untuk melengkapi 1 m lapisan penutup akhir. Ini harus
dilakukan dalam kurun waktu 90 hari dari pembuangan terakhir.
MEMATAHKAN SIKLUS ASBES –HINDARI PENGGUNAANNYA
Banyak para donatur mengusulkan untuk menghindari penggunaan material yang
mengandung asbes untuk pembangunan, rekonstruksi dan rehabilitasi. Adalah penting bagi
lembaga-lembaga yang bekerja untuk menghindari penggunaan material yang mengandung
asbes dalam program pemukiman sementara dan rekonstruksi bangunan karena hanya inilah
satu-satunya cara untuk mematahkan siklus asbes dan melenyapkan penyakit yang
berdampak dari asbes.Meskipun demikian, terkadang tidaklah mudah untuk menghindari
penggunaan materi yang mengandung asbes karena masih dipasarkan secara luas di berbagai
negara. Dalam beberapa situasi, material yang mengandung asbes merupakan bagian dari
tradisi pembangunan dan pemasok lokal juga mempromosikan produk-produk tersebut. Bisa
saja produk tersebut adalah yang paling umum tersedia di pasar dan lebih murah dari produk
alternatif yang belum tentu tersedia.Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan produk
asbes, sertifikat palsu juga semakin banyak beredar. Beberapa perusahaan bahkan memiliki
sertifikat yang siap sedia untuk menyatakan bahwa produk mereka bebas asbes meskipun tes
laboratorium menyatakan yang sebaliknya.Beberapa material alternatif tercantum di
REKOMENDASI
1. Periksa adanya peraturan nasional mengenai asbes.Yakinkan seluruh masyarakat dan
pemerintah bahwa sesungguhnya terdapatmasalahmelalui topik perbincangan yang tegas,
15
sederhana dan efektif. Kembangkan dan sebarkan pesan yang jelas, padat dan menyeluruh
kepada masyarakat, termasuk di dalamnya:
Jangan usik asbes;
Basahi asbes
Jangan mematahkan atau memotong asbes;
Bungkus asbes;
Tutup rapat; dan
Timbun asbes di tempat yang aman.
2. Pastikan tindakan pembersihan berdasar tatanan standar minimal disepakati bersama
antara kelompok Hunian dan Kesehatan ( Shelter and Health Cluster) dan pesan tersebut
dibagikan ke seluruh lembaga.
3. Usahakan apa yang menjadi praktik keamanan kerja minimum sesungguhnya dapat
diterapkan pula oleh semua instansi dan masyarakat.
4. Bekerja sama dengan pemerintah untuk menentukan tempat pembuangan.
5. Kenali dan setujui peraturan pengangkutan dan penyerahan ke tempat pembuangan.
6. Patahkan siklus: hindari penggunaan material yang mengandung asbes dalam proses
pemukiman sementara dan program rekonstruksi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak dipakai bukan hanya di Negara
berkembang melainkan juga di negara yang sudah maju seperti di Amerika. Di Amerika
asbes dipakai sebagai bahan penyekat. Terdapat banyak jenis serat asbes tetapi yang paling
umum dipakai adalah krisotil, amosit dan krokidolit, semuanya merupakan silikat magnesium
berantai hidrat kecuali krokidolit yang merupakan silikat natrium dan besi. Krokidolit dan
amosit mempunyai kandungan besi yang besar. Krisotil terdapat dalam lembaranlembaran
yang menggulung, membentuk serat-serat berongga seperti tabung dengan diameter sekitar
0,03 milimikron (Abraham, 1992) . Serat asbes bersifat tahan panas dapat mencapai 800 0C.
Karena sifat inilah maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik. (Roggli,
1994). Lebih dari 30 juta ton asbes digunakan di dalam konstruksi dan pabrik di Amerika
(Murphy LLP) . Selain itu asbes relatif sukar larut, daya regang tinggi dan tahan asam.
(Abraham, 1992).
Asbestos adalah bentuk serat mineral silika termasuk dalam kelompok
serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk: actinolite,
amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes putih),
crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-kurangnya mengandung
salah satu dari mineral-mineral tersebut. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode
penambangan bawah tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka
(open-pit mining). Karena sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes sering
juga digunakan pada isolating pipa pemanas dan juga untuk panel akustik. Sebenarnya asbes
termasuk dalam kategori bahan yang sangat berbahaya, karena asbes terdiri dari serat-serat
yang berukuran sangat kecil, kira-kira lebih tipis dari1/700 rambut kita. Serat-serat ini
menguap di udara dan tidak larut dalam air, jika terhirup oleh paru-paru akan menetap di sana
dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Asbes dapat membahayakan tubuh kita
jika ada bagian asbes yang rusak, sehingga serat-seratnya bisa lepas, ini sangat berbahaya
karena sulit untuk mendeteksi bagaimanakah yang dikatakan asbes rusak, dan terkadang kita
17
tidak sadar kalau asbes yang kita gunakan sudah rusak. Kondisi lain yang sangat beresiko
adalah saat asbes yang diperbaiki atau dipotong akan mengeluarkan serpihan yang berupa
serbuk yang sangat berbahaya bagi paru-paru (WHO, 1995).
B. Saran
Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh asbes, maka sangat penting untuk dilakukan
penganggulangan atau pengendalian bahaya seperti yang disarankan oleh WHO atau yang
dikerjakan oleh negara-negara lain, antara lain:
1. Perlu ditetapkan batas pajanan asbes di Indonesia sebagai batas maksimum kadar ratarata
setiap saat yang diperbolehkan. Banyak negara industri telah menetapkan batas pajanan 2
serat/ml udara.
2. Substitusi/dilakukan penggantian bahan yang bukan asbes
3. Penting untuk dilakukan pengendalian debu bila bahan asbes tidak dapat dihindarkan
untuk
digunakan.
4. Kesadaran para pekerja untuk melindungi dirinya dari terpajan asbes sangatlah penting
dengan memamaki alat pelindung diri, antara lain masker dan baju kerja. Di samping itu
higiene harus selalu diperhatikan.
5. Pemeriksaan berkala sangatlah penting dikerjakan untuk memantau kesehatan para
pekerja
18
DAFTAR PUSTAKA
Akbar,Taufik Zain, Asbestos, Aplikasi dan Bahayanya, Rev. I Last update 11 Januari 2011
Azis, Sriana, Pencemaran Asbes Pada Pekerja di Tempat Kerja, jurnal Puslitbang
Farmasi, Media Litbangkes vol. VIII No.01/1998
Castleman, Barry I, 2004, Asbestos: Medical and Legal Aspects,Edisi ke 5, United State
Of Amerika
Dodson, Ronald F dan Samuel P. Hammar, 2010,Asbestos: Risk Assessment,
Epidemiology, and Health Effects, Second Edition, United State Of Amerika
Komandoko, Gamal, 2010, Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Printed of USA
Mukono. 2006. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Surabaya : Airlangga
University Press
Oxtoby, Gills, Nachtrieb, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, edisi 4. Terjemahan oleh
Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta
Proact-asbestos_in_emergencies final indo, Bahan-Bahan Asbes Dalam Situasi Darurat,
Shelter Centre
Samara, Diana, 2002, Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada pekerja yang terpajan
asbes, Jurnal Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Vol. 21 No.3
Thamrin, thoyib dan Mukhlis Akhadi, Dampak Radiologis Pelepasan Serat Asbes. Iptek
Ilmiah Populer. Jakarta