Asbabul Nuzul Quran

4
Posted by: anugerah_w on Friday, October 13, 2006 - 01:45 Hudzaifah.org - Untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat Al Qur’an, kiranya diperlukan pengetahuan ihwal latar belakang turunnya ayat-ayat Al Qur’an, atau yang sering disebut asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya [suatu ayat]). Dengan mengetahui asbabun nuzul suatu ayat, kita akan lebih memahami makna dan kandungan ayat tersebut, serta akan terlepas dari keragu-raguan dalam menafsirkannya. Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat dapat menolong kita memahami makna ayat tersebut. Pengetahuan ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al Qur’an. Dalam sejarah dikemukakan bahwa para ulama salaf pernah mengalami kesulitan dalam menafsirkan beberapa ayat Al Qur’an. Namun setelah mendapatkan asbabun nuzul ayat-ayat tersebut, mereka tidak lagi mendapat kesulitan dalam menafsirkannya. Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat) Surat Al Qadr (1-3) “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat- malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1 – 5) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid). Sumber : Kitab Asbaabun Nuzuul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an) Ketika seseorang mengalami kesulitan memahami makna ayat- ayat Al-Quran, kemana mereka mencari tahu? Adalah Ibnu

Transcript of Asbabul Nuzul Quran

Page 1: Asbabul Nuzul Quran

Posted by: anugerah_w on Friday, October 13, 2006 - 01:45

Hudzaifah.org - Untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat Al Qur’an, kiranya diperlukan pengetahuan ihwal latar belakang turunnya ayat-ayat Al Qur’an, atau yang sering disebut asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya [suatu ayat]). Dengan mengetahui asbabun nuzul suatu ayat, kita akan lebih memahami makna dan kandungan ayat tersebut, serta akan terlepas dari keragu-raguan dalam menafsirkannya.

Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat dapat menolong kita memahami makna ayat tersebut. Pengetahuan ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al Qur’an.

Dalam sejarah dikemukakan bahwa para ulama salaf pernah mengalami kesulitan dalam menafsirkan beberapa ayat Al Qur’an. Namun setelah mendapatkan asbabun nuzul ayat-ayat tersebut, mereka tidak lagi mendapat kesulitan dalam menafsirkannya.

Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat) Surat Al Qadr (1-3)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1 – 5)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).

Sumber : Kitab Asbaabun Nuzuul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an)

Ketika seseorang mengalami kesulitan memahami makna ayat-ayat Al-Quran, kemana mereka mencari tahu? Adalah Ibnu Taimiyyah memberi arahan, ”Mengetahui sebab turunnya ayat akan membantu memahami kandungan ayat tersebut ”. Al-Qur’an adalah kitab suci sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia, agar selamat di akhirat, kelak. Tapi, ayat-ayat Al-Qur’an ada yang muhkam, adapula yang mutasyabihat. Muhkam artinya kalam, yang jelas maknanya, dan tidak memunculkan ketidakjelasan. Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 255 dan Ali Imran ayat 2, Allah berfirman, ”Allah tiada Ilah melainkan Dia Yang Hidup”. Adapun yang mutasyabihat adalah ayat-ayat yang masih belum jelas maknanya, dan memerlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengungkap atau sampai

Page 2: Asbabul Nuzul Quran

pada makna yang dimaksud. Adalah Prof. Wahbah Zuhaili, dalam Ensiklopedia Al-Qur’an, menjelaskan bahwa al-mutasyabihat ada tiga macam. Pertama, apa yang semua orang tidak dapat mencapainya dan mengetahui serta menguaknya, seperti pengetahuan tentang Zat Allah Swt, hakikat sifat-sifat-Nya dan selainnya yang terdiri dari hal-hal gaib yang hanya Allah Swt -lah yang mengetahuinya sesuai dengan firman-Nya , ” Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.” ( Al-An’am : 59 ). Kedua, Apa yang mungkin bagi seseorang mengetahuinya melalui kajian dan pembahasan terlebih dahulu, seperti firman Allah Swt, ” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa.” ( Al–Baqarah : 183 ). Kata saum ( berpuasa ) berarti al-imsak (  menahan ), disitu tidak ada batasan tertentunya yang jelas. Hal ini dapat diketahui maksudnya setelah merujuk nas-nas syara’yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan puasa adalah menahan diri dari perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa dari mulai terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari. Ketiga, apa yang tidak mungkin diperoleh pengetahuannya kecuali bagi orang-orang yang pintar, yaitu para ulama dan mujahid pilihan saja. Dengan memahami ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat, seorang muslim akan tahu rambu-rambu ketika ia menafsirkannya.  Mengerti yang muhkam dan mutasyabihat adalah modal awal untuk memahami isi Al-Qur’an, sedangkan asbabun nuzul ( sebab diturunkannya ) ayat diperlukan untuk mengetahui konteksnya. Dalam buku ini Jalaluddin As-Suyuthi, berkesimpulan,” Asbabun nuzul merupakan peristiwa yang terjadi ketika turunnya suatu ayat.” ( hal 14 ). Disini As-Suyuthi mengoreksi para mufasir yang mengatakan bahwa surah Al-Fill turun berkaitan dengan kedatangan tentara Habasyah ( ethiopia ) yang hendak menyerang Ka’bah. Kisah tentara Habasyah yang dipimpin oleh Abrahah dengan pasukan gajahnya yang terkenal itu, juga kisah Nabi Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud, pembangunan Ka’bah, dan yang lainnya adalah informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kisah-kisah tersebut adalah pelajaran bagi umat Nabi Muhammad, agar mampu menarik hikmah  di balik peristiwa tersebut. Dengan mengetahui ayat-ayat Muhkam, mutasyahibat, dan Asbabun nuzul-nya, seseorang akan mampu memahami maknanya secara proposional. Dengan demikian, akhlaknya pun terjaga, dalam arti tidak memberi tafsir dengan mengikuti hawa nafsunya. Tapi, buku ini pun bak ” tiada gading yang tak retak ”. Mukadimah yang dibuat penulisnya cukup memberi arahan tentang manfaat mengetahui asbabun nuzul suatu ayat. Beberapa kutipan dari

Page 3: Asbabul Nuzul Quran

Ibnu Taimiyyah dan Al-Wahidi terulang pada kata ” Pengantar Penerbit ” yang mestinya tidak perlu terjadi. Syukurlah, kelemahan tersebut tidak mengurangi bobot buku secara keseluruhan.

sbabun NuzulDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Asbābun Nuzūl (Arab: النزول Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ,اسبابilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah dibalik kisah diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2]

[sunting] Kegunaan Asbābun Nuzūl

1. Untuk menjelaskan hikmah tentang pensyariatan terhadap hukum2. Untuk mengkhususkan hukum yang bersifat umum

[sunting] Referensi

1. ̂ Hamzah, Muchotob (2003). Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

2. ̂ Hudzaifah.org - Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya Ayat) Surat Al Qadr