Artritis_Reumatoid.doc
-
Upload
l-lau-djiee -
Category
Documents
-
view
20 -
download
7
description
Transcript of Artritis_Reumatoid.doc
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada klien dengan ARTRITIS REUMATOID dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu keperawatan serta sebagai syarat menempuh ujian semester.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Gorontalo, Maret 2015
Penyusun
BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakangartritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang di perantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut, panggul, serta pergelangan tangan.
B. Tujuan Tujuan Umum
Agar mahasiswa-mahasiswi memahami asuhan keperawatan pada klien dengan artritis reumatoid
C. Metode PenulisanAdapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yakni melalui studi literature/media buku.
BAB II
ARTRITIS REUMATOIDA.PENGERTIAN
Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikan dengan reaksi inflamasi dan membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. (susan Martin Tucker.1998)
Artritis reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya di tandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C.Baughman.2000)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjou. 2001)
artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang di perantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut, panggul, serta pergelangan tangan.
B. ETIOLOGI Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid adalah:
infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus, endoktrin, autoimun, metabolik, faktor genetik, atau faktor lingkungan.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difteroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi klien. Penyakit ini tidak dapat di buktikan hubungan pastinya dengan genetik. Terdapat kaitan dengan tanda genetik seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Akan tetapi, pada orang amerika kulit hitam, jepang, dan indian Chippewa hanya ditemukan kaita dengan HLA-Dw4. Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor genetik yang mengarah pada perkembangan penyakit setelah terjangkit beberapa virus, seperti infeksi virus Epstein-Barr.Kelainan yang dapat terjadi pada artritis reumatoid adalah sebagai berikut:
1. Kelainan pada sinovia. Kelainan artritis reumatoid dimulai pada sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hiperemia dan pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovia disertai infiltrasi limfosit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi pembentukan vilus yang berkembang keruang sendi dan terjadi nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi. Pada pemeriksaan mikroskopik, ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial ke arah bagian yang nekrosis.2. Kelainan pada tendo. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.
3. Kelainan pada tulang. Kelainan yang terjadi pada daerah artikular dibagi dalam tiga stadium:
Stadium I (stadium sinovitis). Pada tahap awal terjadi kongesti vaskular, proliferasi sinovial disertai infiltrasi lapisan subsinovial oleh sel-sel polimorfi limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi/pembungkus tendo. Stadium II (stadium destruksi). Paa stadium ini inflamsi berlanjut menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim proteolitik dan jaringan vaskular pada lipatan sinovia serta jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan sendi (panus). Erosi tulang terjadi pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo, baik parsial ataupun total. Stadium III (stadium deformitas). Pada stadium ini kombinasi antara detruksi sendi, ketegangan selaput sendi, dan ruptur tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas send. Kelainan yang mungkin ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis jaringan yang selanjutnya dapat menjadi ankilosis tulang. Inflamasi yang terjadi mungkin sudah berkurang dan kelainan yang timbul terutama karena gangguan mekanis dan fungsional pada sendi.
4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular. Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikular adalah sebagai berikut:
Otot. Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiografi menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu, umumnya pada artritis reumatoid terjadi pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot akibat inflamasi sendi yang ada.
Pembuluh darah kapiler. Pada pembuluh darah kapiler terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya, terjadi gangguan respons sendi yang ada.
Nodul subkutan. Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik dibagian sentral dan dikeklilingi oleh lapisan sel mononuklear yang tersusun secara radial dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh klien artritis reumatoid. Gambaran ekstra-artikular yang khas adalah adanya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien artritis reumatoid.
Kelenjar limfe. Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasia folikular, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial, dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan splenomegali.
Saraf. Pada saraf terjadi perubahan jaringan perineural berupa nekrosis fokal, reaksi epitelioid, serta infiltrasi leukosit yang menyebabkan neuropati sehingga terjadi gangguan sensorik.
Organ visera. Kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti jantung dengan adanya demam rematik yang kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada katup jantung dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung sebagai pompa darah.
C. MANIFESTASI KLINISPada umumnya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang mengalami masalah.
Gambaran klinis artritis reumatoid sangat bervariasi bergantung pada keluhan yang ada, distribusi, stadium, dan progresivitas penyakit. Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poliartritis reumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul, dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Akan tetapi kadang artritis reumatoid dapat terjadi hanya pada satu sendi dan disebut artritis reumatoid mono-artikular. Stadium awal biasanya di tandai dengan gangguan keadaan umum berupa
malaise,
penurunan berat badan,
rasa capek,
sedikit panas (demam),
anemia.
Gejala lokal yang terjadi dapat berupa
pembengkakan,
nyeri,
gangguan gerak pada sendi metakrpofalangeal
kriteria tanda dan gejala artritis reumatoid (American Rheumatism Association) yaitu:1. Kekakuan sendi jari tangan pada pagi hari (morning stiffness)2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi
3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid
8. Uji aglutinasi faktor reumatoid
9. Perubahan karakteristk histologis palisan sinovia
10. Gambaran histologis yang khas pada nodul
11. Pengendapan cairan caousin yang jelek
Reumatoid artritis di tandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:
1. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi
2. Nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.
3. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritis muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini terdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.
D. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK Pemeriksaan radiologi. Pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi prubahan degeneratif berupa densitas, iregularitas permukaan sendi, serta spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
Pemeriksaan laboratorium. Ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia normositik hipokrom, reaksi protein-C positif dan mukoprotein meningkat, faktor reumatoid positif 80% (uji Rose-Waaler) dan faktor antinuklear positif 80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.F. KOMPLIKASIKelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gatritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
G. PENATALAKSANAAN1. Pemberian terapi2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
3. Kompres panas dan dingin
4. Diet
5. pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ARTRITIS REUMATOID Pengkajian
1. Anamnesis.( nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya)Umumnya keluhan utama reumatoid artritis adalah nyeri pada daerah sendi yang mengalami masalah,untuk itu pengkajian yang lengkap mengenai nyeri dengan menggunakan metode PQRST.Provoking Incident: Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah peradangan.
Quality of Pain
: nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief: nyeri dapat menjalar atau menyebar, dan nyeri terjadi di sendi yang mengalami masalah.
Severity (scale) of Pain: nyeri yang dirasakan ada di antara 1-3 pada rentang skala pengukuran 0-4Time
: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
Riwayat penyakit sekarang. Stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan umu berupa malaise, penurunan berat badan, rasa capek, sedikit panas, dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal. Perlu dikaji kapan gangguan sensorik muncul. Gejala awal terjadi pada sendi. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul, dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Akan tetapi, kadang artritis reumatoid dapat terjadi hanya pada satu sendi.
Riwayat penyakit dahulu. Kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya artritis reumatoid yaitu penyakit diabetes yang akan menghambat proses penyembuhan artritis reumatoid. Kemudian tanyakan apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Sering klien ini menggunakan obat antireumatik jangka panjang sehingga perlu dikaji jenis obat yang digunakan (NSAID, antibiotik, dan analgesik) Riwayat penyakit keluarga: kaji apakah ada dari generasi terdahulu yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
Riwayat psikososial: kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan masyarakat. Klien ini dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan bentuk sendi dan pandanga terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri). Klien juga akan merasa cemas tentang fungsi tubuhnya sehingga perawat perlu mengkaji mekanisme koping klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus di kaji, selain lingkungan, lama tidur, kebiasaan, kesulitan, dan penggunaan obat tidur.2. Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan tenosinositis pada daerah ekstensor pergelangan tangan dan fleksor jari. Pada sendi besar (mis, sendi lutut), gejala peradangan lokal berupa pembengkakan, nyeri, serta tanda efusi sendi. Kurang lebih 25% dari klien akan mengalami masa remisi, tetapi serangan akan timbul kembali seperti semula. Pada stadium lanjut, terjadi kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendo/ligamen yang menyebabkan deformitas reumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan, serta valgus lutut dan kaki. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah atrofi otot, limfadenopati, skleritis, sindrom jepitan saraf, atrofi, dan ulserasi kulit. Sistem pernapasan (Breathing)Tidak menunjukkan kelainan sistem pernapasan pada saat inspeksi. Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ada suara napas tambahan.
Sistem kardiovaskuler (blood)
Tidak ada iktus jantung pada palpasi. Nadi mungkin meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur
Pemeriksaan sistemik (Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah: ada sianosis.
Mata
: sklera biasanya tidak ikterik
Leher
: Biasanya JVP dalam batas normal
Telinga
: tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung
: tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung. Mulut dan faring: tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi pendarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Status mental
: penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial:
Saraf I. Biasanya pada klien artritis reumatoid tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
Saraf V. Klien artritis reumatoid umumnya tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli persepsi.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Sistem perkemihan (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
Eliminasi Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan eliminasi. Meskipun demikian, perlu dikaji frekuensi, konsistensi, wara serta bau feses. Frekuensi berkemih, kepekatan urine, warna, bau, dan jumlah urine juga harus dikaji. Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri lambung, yang menyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama klien yang menggunakan obat reumatik dan NSAID. Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang defekasi.
Persendian
Look : di dapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal), deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar lutut, panggul, dan pergelangan tangan. Adanya degenerasi serabut otot memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi. Sering ditemukan nodul subkutan multipel.
Feel : nyeri tekan pada sendi yang sakit.
Move : ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan manifestasi nyeri bila menggerakkan sendi yang sakit. Klien sering mengalami kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. DIAGNOSA1. Nyeri akut/kronis sendi yang berhubungan dengan peradangan
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan ujung tulang dan sendi
3. Gangguan konsep diri (citra tubuh) berhubungan dengan gangguan dan perubahan struktur tubuh
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresiRENCANA KEPERAWATANNoDiagnosaTujuan dan kriteria hasil
(NOC)Tindakan keperawatan
(NIC)
1.Domain 12
Kelas 1
Kode dx (00132)
Nyeri akut
Factor Berhubungan dengan:
Agens cedera mis. Biologis, zat kimia, fisik, psikologis
Batasan karakteristik:
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaphoresis
Perilaku distraksi
Mengekspresikan perilaku
Masker wajah
Perilaku berjaga-jaga
Focus menyempit
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbalSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam nyeri akut teratasi, dengan Kriteria hasil :
Pain level
Pain control
Comfort level
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri)
Mampu menggunakan tehnik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri (mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan, control nyeri masa lampau
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi factor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi , non farmakologi dan interpersonal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
Analgesic administration
Tentukan lokasi , karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Beri analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari 1
Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesic pilihan , rute pemberian dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
2.Nyeri kronik
Domain 12
Kode NDX 00133
Nyeri kronik
Berhubungan dengan :
Ketunadayaan fisik
Ketunadayaan psikososial kronis
Batasan karakteristik
Hambatan kemampuan meneruskan aktifitas sebelumnya
Anorexia
Atrofi kelompok otot yang terserang
Perubahan pola tidur
Skala keluhan (mis penggunaan skala nyeri
Depresi
Masker wajah (mis mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap, meringis)
Letih
Takut terjadi cedera berulang
Sikap melindungi area nyeri
Iritabilitas
Perilaku protektif yang dapat diamati
Penurunan interaksi dengan orang lain
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam nyeri kronis teratasi dengan kriteria hasil :
Pain level
Pain control
Comfort level
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri)
Mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda-tanda vital dalam rentang normal Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif , karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri Evaluasi bersama klien masa lampau Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau Bantu klien dan keluarga untuk menemukan dukungan Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan Kurangi factor presipilitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk melakukan intervensi Ajarkan tentang tehknik farmakologi Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan control nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter Analgesic administration
Tentukan lokasi, karakteristik kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesic ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
3.Gangguan mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
Gangguan metabolisme sel
Keterlembatan perkembangan
Pengobatan
Kurang support lingkungan
Keterbatasan ketahan kardiovaskuler
Kehilangan integritas struktur tulang
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia
Kerusakan persepsi sensori
Tidak nyaman, nyeri
Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
Depresi mood atau cemas
Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum DO:
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan merubah posisi Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)
Keterbatasan motorik kasar dan halus
Keterbatasan ROM
Gerakan disertai nafas pendek atau tremor
Ketidak stabilan posisi selama melakukan ADL
Gerakan sangat lambat dan tidak terkoordinasi
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil: Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
4.Defisit perawatan diri
Domain :4
Kelas : 5
Kode NDX 00108
Definisi :
Ganguan kemapuan untuk melakukan ADL pada diri
Batasan Karakteristik :
Ketidakmampuan untuk mandi
Ketidakmampuan untuk makan
Ketidakmampuan utntuk toileting
Faktor yang berhubungan :
Kelemahan
Kerusakan kognitif atau perceptual
Kerusakan neuromuskular / otot otot srafNOC :
Self care : Activity of Daily Living ( ADLs )
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan klien untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLs dengan bantuanNIC :
Self care assistane : ADLs
Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
Dorong untuk melakuakn secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya
Ajarkan klien / keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan kemampuan hanya jika pasien tidak mampu melakuakannya
Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari
5.Domain 6
Kelas 3
Kode NDx 00118
Gangguan citra tubuh
Definisi : konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
Batasan karakteristik : Perilaku mengenal tubuh individu
Perilaku menghindari tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh (mis; penampilan,struktur,fungsi)
Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis; penampilan,struktur,fungsi)
Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis; penampilan,struktur,fungsi)
Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan
Objektif
Perubahan actual pada fungsi
Perubahan actual pada struktur
Perilaku mengenali tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh terhadap lingkungan
Perubahan dalam keterlibatan social
Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan lingkungan
Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
Kehilangan bagian tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
Tidak menyentuh bagian tubuh
Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral
Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
Penenkanan pada kekuatan yang tersisa
Ketakutan terhadap reaksi orang lain
Focus pada penampilan masa lalu
Perasaan negative tentang sesuatu
Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
Focus pada perubahan
Focus pada kehilangan
Menolak memverivikasi perubahan actual
Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Faktor yang berhubungan :
Biofisik, kognitif
Budaya, tahap perkembangan
Penyakit, cedera
Perceptual, psikososial, spiritual
Pembedahan, trauma
Terapi penyakit Body image
Self esteem
Criteria Hasil :
Body image positif
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
Mendiskripsikan secara actual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosialBody image enchancement
Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya di tandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C.Baughman.2000).
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difteroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi klien. Penyakit ini tidak dapat di buktikan hubungan pastinya dengan genetik.
B. Saran Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini dari pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Arif Muttaqin, S.Kep.2008.Buku Ajar ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL.Jakarta:EGC