Artikel_10300035

29
Perencanaan Struktur Atas Pada Proyek Kampus Psikologi Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang  berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom,  balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang ber beda-beda di dalam sebuah struktur. Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (  strenght ), kenyamanan (  serviceability), keselamatan (  safety), dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono, 1999). Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati ( dead load ),  beban hidup (live load ), beban gempa ( earthquake), dan beban angin ( wind load ) menjadi bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan  besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993). Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau  pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton  bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999). 1

Transcript of Artikel_10300035

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    1/29

    Perencanaan Struktur Atas Pada Proyek Kampus Psikologi

    Universitas Indonesia

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur

    atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang

    berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atasadalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom,

    balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda

    di dalam sebuah struktur.

    Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat

    rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,

    diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi

    kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety),dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono, 1999).

    Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load),

    beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load)

    menjadi bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan

    besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian

    dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang

    dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim,

    1993).

    Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau

    pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton

    bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI

    T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan

    Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain

    (Istimawan, 1999).

    1

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    2/29

    1.2. Tujuan Tugas Akhir

    Tujuan Tugas Akhir ini adalah:

    a. Mendapatkan beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja pada struktur

    b. Menganalisa struktur portal

    c. Mendesain penampang dan tulangan pada kolom, balok, plat, dan tangga.

    1.3. Batasan Penulisan Tugas Akhir

    Pada penulisan ini, pembahasan dibatasi pada analisa struktur portal,

    desain penampang dan tulangan pada kolom, balok, plat, dan tangga, serta

    penggunaan software SAP 2000 pada analisa struktur portal.

    1.4. Metodologi Penelitian

    Analisa struktur pada perencanaan struktur gedung ini menggunakan

    software SAP 2000. Sedangkan untuk analisa penampang kolom, balok, dan plat

    menggunakan standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

    Gedung (SK SNI T-15-1991-03).

    Pada perencanaan pembebanan gedung tersebut berdasarkan pada

    Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987, dan untuk

    menentukan beban geser akibat gempa berdasarkan pada Pedoman Perencanaan

    Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung 1987.

    1.5. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN.

    Berisi mengenai latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, batasan

    penulisan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

    Berisi uraian sistematika tentang penelitian struktur atas sebelumnya,

    dan teori-teori yang ada hubungannya dengan struktur atas.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.

    Berisi mengenai langkah-langkah menganalisa data-data struktur yang

    diperoleh dari proyek.

    2

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    3/29

    BAB IV DATA-DATA PERENCANAAN.

    Menguraikan tentang data-data perencanaan pada proyek, yaitu data

    teknis dan data struktural.

    BAB V ANALISIS DATA.

    Berisi tentang perencanaan kolom, balok, plat, dan tangga serta

    analisis dari data-data struktur atas yang diperoleh dari proyek.

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.

    Berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil

    perencanaan yang telah dilakukan.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Beban-beban Pada Struktur Bangunan Bertingkat

    Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya

    dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)

    1. Beban Vertikal (Gravitasi).

    a. Beban mati (Dead Load).

    b. Beban Hidup (Live Load).

    c. Beban Air Hujan.

    2. Beban Horizontal (Lateral).

    a. Beban Gempa (Earthquake).

    b. Beban Angin (Wind Load).

    c. Tekanan Tanah dan Air Tanah.

    Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu

    diperhitungkan, yaitu : (Soetoyo, 2000)

    1. Beban Temperatur.

    Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya

    berada di daerah yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.

    2. Beban Konstruksi (Construction Load).

    Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik gedung.

    Pada perencanaan konstruksi bangunan bertingkat ini, beban-beban yang

    diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup, beban gempa, dan beban angin.

    3

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    4/29

    2.2. Beban Vetikal (Gravitasi)

    Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,

    termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau

    mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI,

    1983).

    Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja

    sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan.

    Pada perhitungan berat sendiri ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat

    menghitung secara tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat

    plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam menghitung berat

    sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).

    Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang

    dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada

    atap, beban hidup termasuk air hujan yang menggenang (Benny, 1996).

    Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup

    ini akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke

    balok anak dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.

    Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk

    trapesium maupun segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.1. Distribusi Beban Pada Balok.

    4

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    5/29

    2.3. Beban Lateral

    Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur

    rangka bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di

    Indonesia ketetapan perencanaan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam

    Peraturan Muatan Indonesia 1970, lalu peraturan ini diperbaharui dengan

    diterbitkannya Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung

    1983.

    Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu :

    (Soetoyo, 2000)

    a. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).

    Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada

    struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh

    gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk

    bangunan struktur yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.

    b. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).

    Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.

    Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :

    - Analisa Ragam Spektrum Respons.

    Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik

    struktur, dimana suatu model dari matematik struktur diberlakukan suatu

    spektrum respons gempa rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons

    struktur terhadap gempa rencana tersebut.

    - Analisa Respons Riwayat Waktu.

    Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik

    struktur, dimana suatu model matematik dari struktur dikenakan riwayat

    waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau gempa-gempa tiruan

    terhadap riwayat waktu dari respons struktur ditentukan.

    5

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    6/29

    Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya

    karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini

    ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif

    (isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang

    ditinjau (Benny, 1996).

    Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, besarnya

    tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan

    yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai

    tekanan tiup angin ini diambil minimum 40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di

    dekat laut dan daerah-daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin

    yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang

    ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung dengan rumus:

    16

    2Vp= kg/m2... (2.1)

    Dimana: p = tekanan tiup angin (kg/m2).

    V = kecepatan angin (m/detik).

    2.4. Kombinasi Pembebanan

    Struktur dan komponennya harus memenuhi syarat kekuatan dan laik

    pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka menurut SK SNI T-15-

    1991-03 pasal 3.2.2 harus dipenuhi ketentuan dan faktor beban berikut ini :

    1. Kuat perlu U yang menahan beban mati DL dan beban hidup LL paling tidak

    harus sama dengan :

    U = 1,2 DL + 1,6 LL

    2. Perencanaan struktur yang diperhitungkan terhadap beban gempa E, maka

    nilai U yang harus diambil adalah :

    U = 1,05 (DL + LL + E)

    3. Perencanaan Struktur yang diperhitungkan terhadap beban angin W, maka

    kombinasi beban yang diambil adalah :

    U = 0,9 DL + 1,2 LL + 1,2 W

    6

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    7/29

    2.5. Aplikasi Menggunakan SAP 2000

    Analisa struktur pada perencanaan struktur gedung ini dilakukan dengan

    menggunakan program SAP 2000 yang merupakan salah satu program analisis

    struktur yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil dan juga merupakan

    program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-seri program analisis struktur

    SAP. Program SAP 2000 ini merupakan perangkat lunak untuk analisis dan desain

    struktur ini menggunakan operasi windows (Haryanto, 2001).

    Graphis user interface dari SAP 2000 digunakan untuk merancang,

    menganalisa, mendesain, dan menampilkan geometri struktur, property dan hasil

    analisis. Prosedur dari analisis ini dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :

    (Haryanto, 2001)

    1. Preprocessing(Pra Proses).

    2. Solving(Penyelesaian).

    3. Post Processing(Pasca Proses).

    2.6. ANALISA PENAMPANG

    Analisa penampang yang dilakukan pada perencanaan struktur gedung ini

    meliputi analisa balok, kolom, plat, dan tangga yang mengacu pada Standar Tata

    Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T-15-03-

    1991), dan didasarkan pada hasil dari analisa struktur yang telah dilakukan

    sebelumnya dengan menggunakan porgram SAP2000.

    2.6.1. BALOK

    Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi untuk meratakan

    beban plat atau dinding dan sebagai pengikat antar kolom. Seluruh beban yang

    diterima balok akan dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan.

    Penampang balok yang digunakan pada struktur gedung ini adalah balok

    persegi (Rectangular Beam), dan balok T (Tee Beam). Pada balok tersebut,

    penulangan yang direncanakan, yaitu:

    1. Penulangan balok terlentur

    2. Penulangan Geser

    3. Penulangan Torsi

    7

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    8/29

    2.6.2. PLAT

    Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen plat lantai,

    balok anak, balok induk, dan kolom yang umumnya dapat merupakan satu

    kesatuan monolit atau terangkai seperti halnya pada sistem pracetak. Petak plat

    dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan oleh balok induk pada kedua

    sisi pendek (Istimawan, 1999).

    Plat yang didukung sepanjang keempat sisinya dinamakan sebagai plat dua

    arah, dimana lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus. Namun,

    apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus

    lebih besar dari 2, plat dapat dianggap hanya bekerja sebagai plat satu arah dengan

    lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek. Struktur plat satu arah dapat

    didefinisikan sebagai plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sehingga

    lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus

    terhadap arah dukungan tepi (Istimawan, 1999).

    2.6.3. KOLOM

    kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

    menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang

    paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Sebagai bagian dari suatu keragka

    bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut, kolom menempati posisi

    penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat

    langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya,

    atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan

    (Istimawan, 1999).

    2.6.4. TANGGA

    Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes

    dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.

    Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah

    horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah

    (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),

    8

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    9/29

    dan tangga melayang (Free Standing Stairs). Sedangkan tipe tangga yang

    digunakan pada gedung kampus ini adalah tangga melayang (Free Standing

    Stairs). Pemilihan tipe tangga seperti ini pada gedung kampus ini dikarenakan

    tidak membutuhkan ruangan yang besar.

    3. CARA PENGUMPULAN DATA

    Analisa studi ini dilakukan 2 pendekatan yaitu dengan pendekatan internal

    dan eksternal yaitu :

    1. Pendekatan internal terkait dengan karekteristik struktur bangunan dan

    gambar-gambar perencanaan gedung.

    2. Pendekatan eksternal berkaitan dengan survey pelaksanaan pembangunan di

    lapangan.

    4. DATA-DATA PERENCANAAN

    4.1. Data Teknis

    1. Jumlah Lantai : 4 Lantai + 1 Lantai dasar.

    2. Tinggi Bangunan

    a. Lantai Dasar : 0,000 m.

    b. Lantai 1 : + 4,000 m.

    c. Lantai 2 : + 8,000 m.

    d. Lantai 3 : + 12,000 m.

    e. Lantai 4 : + 16,000 m.

    d. Lantai Atap : + 20,000 m

    4.2. Data Struktural

    1. Pondasi

    a. Tipe : Pondasi tiang pancang

    beton pracetak prategang.

    b. Ukuran Tiang Pancang : 250 x 250 mm.

    c. Besi Beton : 8 ~ 16 U 24.

    d. Daya Dukung Ijin Tiang Pancang : 35 Ton.

    2. Tebal Plat : 150 mm.

    9

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    10/29

    3. Mutu Bahan Yang Digunakan :

    a. Beton.

    Elemen Struktur Notasi

    Tiang Pancang K-400

    Pile cap K-400

    Kolom K-250

    Balok K-250

    Plat Lantai K-250

    Tangga K-250

    b. Besi Beton.

    Tipe Notasi Tegangan Leleh

    Ulir BJTD 40 Fy = 4000 kg/cm2

    Polos BJTP 24 Fy = 2400 kg/cm2

    Adapun penentuan penggunaan mutu besi beton yang digunakan

    pada gedung kampus ini adalah sebagai berikut:

    - untuk 12 mm menggunakan besi beton polos.

    - untuk > 12 mm menggunakan besi beton ulir.

    5. CARA MENGANALISA

    Data-data yang telah diperoleh dilakukan analisa dengan menggunakan

    perhitungan-perhitungan sebagai berikut :

    5.1. Analisa Beban Gempa

    1. Waktu Getar Alami Struktur Bangunan.

    Waktu getar alami suatu struktur bangunan dapat ditentukan dengan rumus-

    rumus pendekatan seperti berikut ini :

    a. Untuk struktur gedung bertingkat yang berupa portal-portal atau unsur-

    unsur pengaku yang membatasi simpangan :

    Portal Baja : T = 0,085 H3/4.

    Portal Beton : T = 0,06 H3/4.

    b. Untuk struktur gedung yang lain :

    B

    HT

    .09,0=

    Dimana: T = Waktu getar alami (detik).

    H = Tinggi bangunan (m).

    B = Panjang struktur dasar gedung dalam arah yang ditinjau (m).

    10

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    11/29

    Rumus perhitungan waktu getar alami di atas diperlukan untuk analisis

    pendahuluan struktur dan pendimensian pendahuluan dari unsur-unsur bangunan.

    2. Faktor Keutamaan (Importance Factor).

    Faktor Keutamaan (I) dapat diperoleh dari tabel di bawah ini yang dikutip dari

    Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.

    Tabel Faktor Keutamaan (I) (PPTGI 1983)

    Jenis GedungFaktor

    Keutamaan

    1 Gedung-gedung Monumental 1,5

    2 Fasilitas-fasilitas penting yang harus tetap berfungsi setelah gempa terjadi

    Contoh: Rumah sakit, Pusat Pembangkit Tenaga, BangunanAir minum, Sekolah, dan lain-lain

    1,5

    3 Fasilitas distribusi bahan gas dan minyak bumi 2,0

    4 Gedung-gedung yang menyimpan bahan-bahan berbahaya, seperti asam,bahan beracun, dan lain-lain

    2,0

    5 Gedung-gedung lainnya 1,0

    3. Faktor Jenis Struktur (Structural Type Factor).

    Faktor Jenis Struktur (K) dapat diperoleh dari tabel di bawah ini yang dikutip

    dari Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.

    Tabel Faktor Jenis Struktur (K) (PPTGI 1983)

    Jenis Struktur Gedung

    Bahan bangunan dari

    unsur-unsur pemencar

    energi gempa

    Faktor Jenis Struktur

    (K)

    1,0

    1,4

    1,0Portal daktail

    Beton bertulangBeton pratekanBaja

    Kayu 1,7

    Dinding geser berangkai Beton bertulang 1,0

    1,2

    2,5Dinding geser kantilever daktailBeton bertulangTembok berongga bertulang

    Kayu 2,01,5

    3,0Dinding geser kantilever dengandaktilitas terbatas

    Beton bertulangTembok berongga bertulangKayu 2,5

    2,5

    2,5Portal dengan ikatan diagonal

    Beton bertulangBaja

    Kayu 3,0

    2,5Struktur kantilever tak bertingkat

    Beton bertulangBaja 2,5

    3,0Cerobong, tangki kecil

    Beton bertulangBaja 3,0

    11

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    12/29

    4. Gaya Geser Horizontal Total Akibat Gempa.

    Besarnya beban gempa rencana menurut Pedoman Perencanaan Ketahanan

    Gempa untuk Rumah dan gedung [3] dapat dinyatakan dalam:

    V = C.I.K.Wt

    dengan: V = gaya geser dasar horizontal total akibat gempa.

    C = koefisien gempa dasar.

    I = faktor keutamaan.

    K = faktor jenis struktur.

    Wt= berat total bangunan.

    Gaya geser horisontal total akibat gempa dari gedung ini adalah :

    Vx = Vy = C . I . K . Wt.

    = 0,05 . 1,5 . 1,0 . 3951356

    = 296351,7 Kg.

    5. Pembagian Beban Geser Dasar Akibat Gempa.

    Gaya geser gempa dasar (V) ini harus dibagikan sepanjang tinggi gedung

    menjadi beban-beban horizontal (lateral) yang bekerja pada masing-masing taraf

    tingkat lantai menurut rumus di bawah ini :

    VhW

    hWF

    ii

    iii .

    .

    .

    =

    dimana: Fi = beban horizontal akibat gempa pada ketinggian i.

    Wi = kombinasi antara DL dan LL pada tingkat ke i.

    hi = ketinggian tingkat i sampai taraf penjepitan lateral.

    Tabel Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang

    tinggi gedung dalam arah X dan Y untuk tiap portal

    hi Wi Wi.hi Fix,y

    (m) (t) (tm) (t)

    Atap 20.00 545.010 10900.202 72.74

    4 16.00 786.206 12579.296 83.94

    3 12.00 869.708 10436.496 69.64

    2 8.00 873.380 6987.040 46.62

    1 4.00 877.052 3508.208 23.41

    3951.356 44411.242 296.352

    Tingkat

    12

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    13/29

    5.2. Analisa Balok

    Mulai

    2.. db

    Mk u

    =

    b, h, d, Mu, fy, f

    c, E

    s

    yf4,1min =

    maks

    min

    yy

    cb

    fff

    += 600600'.85,0 1

    dbAs ..=

    bf

    fAa

    c

    ys

    '..85,0

    .=

    1

    ac=

    ( )003,0.

    =c

    cds

    s

    y

    yE

    f=

    Selesai

    bmaks .75,0=

    'sys YaTidak

    Diperoleh :

    Tulangan baja tarik dan tekan belum

    meluluh setelah beton mencapairegangan maksimum 0,003

    d = h - d

    ( )003,0.'

    '

    =c

    dcs

    Tulangan baja tarik dan tekan telah

    meluluh sebelum beton mencapai

    regangan maksimum 0,003

    Flowchart Perencanaan Penulangan Terlentur

    13

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    14/29

    Mulai

    dbfV wcc ..'.6/1=

    cu VV ..21

    cu

    s VV

    V =

    Spasi untuk keseluruhan panjang

    balok. Dipilih yang terkecil

    s

    yv

    V

    dfAs

    ..=

    ds .2/1=

    b

    fAs

    yv ..3=

    Selesai

    b, h, d, Vu, f

    y, f

    c

    Diperlukan

    tulangan sengkang

    Ya

    Tidak

    Spasi pada

    penampang kritis

    Ya

    Tidak Perbesar diameter

    tulangan sengkang

    Menentukan

    tulangan sengkang

    d = h - d

    s > 50 mm

    Tidak diperlukan

    tulangan sengkang

    Selesai

    Flowchart Perencanaan Penulangan Geser

    14

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    15/29

    Mulai

    Luas Balok:

    Menentukan :

    torsi keseimbangan

    atau

    torsi keserasian

    yx .2

    Kuat momen torsi nominal

    Kuat torsi nominal

    ) yxfc .'..

    2

    241

    un

    TT =

    Untuk torsi keseimbangan :

    Untuk torsi keserasian :

    )2

    215

    1

    .

    .4,01

    '.

    +

    =

    ut

    u

    c

    c

    TC

    V

    yxfT

    =

    yx

    dbC wt

    .

    .2

    ) cy TyxfTs = ...'. 23131 Tidak

    Ya

    Ts> 4 TcPenampang

    diperbesar

    Ya

    Tidak

    C

    bw

    , h, hf, d, V

    u, T

    u, f

    y, f

    c

    < Tu

    Ya

    Stop

    Tidak

    cu TT .>cns TTT =

    15

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    16/29

    )2

    61

    .5,21

    .'.

    +

    =

    u

    ut

    wc

    c

    V

    TC

    dbfV

    cu V

    VVs

    df

    V

    s

    A

    y

    sv

    .=

    s

    A

    s

    A

    s

    A vtvt +=2

    C

    ( )1141 . yxs +=

    Luas tulangan memanjang

    Diambil yang terbesar, tapi tidak melebihi:

    +

    +=

    s

    yxA

    C

    VT

    T

    f

    sxA t

    t

    uu

    u

    y

    11.2

    .3

    ..8,2l

    s

    yx

    f

    sb

    C

    VT

    T

    f

    sxA

    y

    w

    t

    uu

    u

    y

    11

    ..3

    1

    .3

    ..8,2 +

    +=l

    += slapangan AAAs l.41

    s

    yxAA t

    112 +

    =l

    Selesai

    yt

    st

    fyx

    T

    s

    A

    ... 11=

    5,123

    1

    1

    11

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    17/29

    Hasil perhitungan dari balok induk no. 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    TulanganLapangan Tumpuan

    (KNm) (KNm) (KN) (KNm) (m) (m)

    72.33 164.61 136.5 4.05 0.3 0.6 4 D19 3 D19 D10

    Sengkangh

    Tulangan

    Atas Bawah

    MuVu bTu

    600

    4 D19

    3 D19

    300 300

    Lapangan Tumpuan

    3 D19

    3 D19

    2 D8 2 D8

    Gambar Penampang Penulangan Lentur Balok Persegi (BI-18)

    Hasil perhitungan dari balok anak no. 10 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tulangan

    Lapangan Tumpuan

    (KNm) (KNm) (KN) (KNm) (m) (m)

    77.51 200.05 132.56 2.48 0.25 0.6 4 D19 3 D19 D10

    MuVu bTu

    Sengkangh

    Tulangan

    Atas Bawah

    150

    600

    4 D19

    2 D19

    250 250

    Lapangan Tumpuan

    2 D19

    3 D19

    2 D8 2 D8

    Gambar Penampang Penulangan Lentur Balok T (BA-10)

    17

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    18/29

    5.3. Analisa Plat Lantai

    Mulai

    Sistem plat

    dua arah

    Sistem plat

    satu arah

    YaTidak2>

    x

    y

    l

    l

    ( )dn 211 = ll

    ( )dn 222 = ll

    2

    1

    n

    n

    l

    l=

    > hf >( )

    n

    yf

    l.936

    15008,0

    +

    +( )n

    yf

    l36

    15008,0 +

    wfe bhhb += 2

    ( ) ( )[ ]fwfe

    ffwfffe

    hhbhb

    hhhhbhhhhby

    +

    += 2

    12

    1

    Ib

    = 1/12.be.h

    f3+ b

    e.h

    f.y

    12+ 1/3.b

    w(y

    1-1/2 h

    f)3+ 1/3.b

    w.y3

    Ib= 1/12.be.hf3

    + be.hf.y12

    + 1/12(h-hf)

    3

    + bw(h-hf)[y-1/2(h-hf)]

    2

    D

    F

    ',,,,',,, 21 cywf ffdhbh ll

    18

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    19/29

    Kekakuan plat

    l..3

    121

    fs hI =

    ics

    bicb

    IsE

    IEi

    .

    .=

    ( ) ( )[ ]4

    22 1++= iim

    Wu = 1,2 WDL

    + 1,6 WLL

    Momen untuk arah memanjang :

    Momen untuk arah melebar :

    ( )2810 1. iiu nWM ll +=

    ( )2810 1. += iiu nWM ll

    Distribusi momen :

    Mu= faktor distribusi x M0

    Memeriksa tebal plat

    berdasarkan syarat gaya geser

    in

    uWuV l..15,1.2

    1=

    D

    d = h - 20 -

    Vc = (1/6 )bw

    . d

    Vu < Vc

    Tebal plat cukup aman

    dan

    tahan terhadap gaya geser

    E

    Tidak

    Ya

    Tebal plat tidak aman

    dan

    tidak tahan terhadap gaya geser

    Rencanakan

    plat lebih tebal

    Redesign

    19

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    20/29

    As batang tulangan

    S = x 1000

    As

    bf

    fAa

    c

    ys

    '..85,0

    .=

    ( )2adfMn

    Asy

    =

    (d - a) = 0,9 d

    E

    selesai

    Mn = As.fy (d - a)

    Luas tulangan

    Flowchart Perencanaan Penulangan Plat Lantai Dua Arah

    20

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    21/29

    F

    Tebal plat minimum

    Momen rencana

    28min

    l=h

    Wu = 1,2 WDL

    + 1,6 WLL

    28

    1 .. lWuMu=

    d = h - 20 - (19)

    2.. db

    Mk uperlu

    =

    yf

    4,1min=

    maks min

    dbAs ..=

    Diperoleh :

    Tulangan pokok

    Tulangan susut,- untuk baja mutu 30 :

    As = 0 ,002 .b .h

    - untuk baja mutu 40 :

    As = 0 ,0018.b .h

    Selesai

    yy

    cb

    ff

    f

    +=600

    600'.85,0 1

    bmaks .75,0=

    Flowchart Perencanaan Penulangan Plat Lantai Satu Arah

    21

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    22/29

    a. Perencanan plat dua arah

    Pemeriksaan tebal plat :

    105,2 mm > Hf< 152 mm

    Pemeriksaan gaya geser :

    Vu = 2726,9 Kg ; f Vc = 6118,2 Kg

    karena Vu < f Vc, maka tebal plat cukup aman dan tahan terhadap gaya geser

    nl.25,0nl.3,0

    nl.125,0

    3200

    150

    25010D

    25010D

    25010D

    3500

    25010D 25010D

    Gambar Penampang dan Penulangan Plat Dua Arah

    b. Perencanaan plat satu arah

    Pemeriksaan tebal plat :

    Hmin= 79,6 mm

    Momen rencana :

    Wu = 1,2 (360) + 1,6 (250) = 832 KN/m2

    Mu = 1/8 x 832 x 32= 936 Kgm

    Luas tulangan pokok yg dibutuhkan :

    As = 421,75 mm2(dipilih tulangan D10-150 mm ; As = 523,6 mm2)

    Luas tulangan susut yg dibutuhkan :As = 0,0018.b.h = 270 mm2

    (dipilih tulangan D10-250 mm ; As = 314,2 mm2)

    20 mm

    Tulangan Susut

    D10-250Tulangan Pokok

    D10-150150 mm

    Panjang

    dukungan

    Bentang bersih

    Gambar Penampang dan Penulangan Plat Satu Arah

    22

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    23/29

    5.4. Analisa Kolom

    Mulai

    Menentukan kekakuan kolom

    Kolom Pendek Kolom Panjang

    YaTidak

    b

    b

    M

    M

    r

    luk

    2

    11234.

    >

    Eksentrisitas

    >Pu

    Mue=

    db

    As

    .=

    dbAs ..=

    2

    %

    .'

    penulangan

    db

    As ===

    G

    b, h, d, lu, P

    u, M

    u, f

    y, f

    c

    )1.(5,2

    .

    d

    gcIEEI

    +=

    emin

    = 15 + 0,03h

    d = h - d

    H

    23

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    24/29

    Pnb

    = 0,85.fc'.a.b + A

    s'.f

    y- A

    s.f

    y Ya Tidak

    .Pnb= 0,65.Pnb

    '.85,0 c

    y

    f

    fm=

    Pemeriksaan kekuatan penampang

    bcf

    nPa

    '..85,0=

    1

    ac=

    Memeriksa tegangan

    pada tulangan tekan

    ( )cc

    sEsf70003,0

    .'

    =

    Selesai

    G

    d

    yf

    c .600

    600

    +=

    ca .1=

    c

    cs

    )70(003,0'

    =

    '.' sss Ef =

    fs' > f

    y

    ++=

    d

    dm

    d

    eh

    d

    ehdbcfnP

    '1...2

    2

    2

    2

    2

    2...85,0

    .Pnb

    > Pu

    Kolom hancur diawalibeton di daerah tekan

    Kolom hancur diawaliluluhnya tulangan tarik

    Ya Tidak

    fs' > f

    y

    Ya

    Tidak Redesignpenampangdan tulangan

    Flowchart Perencanaan Penulangan Kolom Pendek

    24

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    25/29

    Perhitungan penulangan kolom,

    Kekangan ujung atas dan bawah kolom :

    Y = 0,62 dari nomogram faktor panjang efektif didapat k = 0,715

    maka kelangsingan diabaikan dan diperhitungkan sebagai kolom pendek

    85,2533,17

    2

    1.1234.

    ey

    Cek kapasitas penampang : .Pn > Pu (Penampang memenuhi persyaratan)

    Hasil perhitungan dari kolom dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Penampang Pu Mu EI I As Tulangan Sengkang

    (mm2) (KN) (KNm) (KNm

    2) (mm

    4) (mm

    2)

    450 x 550 2948,86 374,4 39,098,125 54.108 2592 6 D25 D10 - 400

    As = 6 D25

    As = 6 D25

    480mm

    550mm

    450 mm

    20 D25

    Gambar Penampang dan Diagram Regangan Kolom

    25

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    26/29

    5.5. Analisa Tangga

    1. Bordes

    Mulai

    Selesai

    h, d, Mu, f

    y, f

    c

    d = h - d

    l

    un

    MM =

    =2

    ..'..85,0 a

    dabfM cn

    Menentukan nilai a dari rumus :

    y

    c

    f

    abfAs

    .'..85,0=

    yfdbAs ..4,1min=

    Menentukan luas tulangan utama

    dipilih nilai yang terbesar

    Menentukan luas tulangan bagi

    As = 0,0025.b.h

    Flowchart Perencanaan Penulangan Bordes

    26

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    27/29

    2. Tangga

    Mulai

    Selesai

    h, d, Mu, P

    u, f

    y, f

    c

    d = h - d

    Memeriksa kekuatan penampang

    Menentukan luas tulangan bagi

    As = 0,0025.b.h

    Pu

    Mue= emin= 15 + 0,03h

    Cek eksentrisitas

    >

    Menentukan

    % penulangan

    penulangan%21 =

    Menentukan rasio

    penulangan

    Menentukan luastulangan utama

    2

    ..3

    '..

    5,0'

    '.

    d

    lh

    fhb

    dd

    l

    fAsP c

    y

    n ++

    =

    dbAsAs ..' ==

    Pn> P

    u

    Ya

    Tidak

    Flowchart Perencanaan Penulangan Tangga

    27

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    28/29

    Hasil perhitungan tangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Positif Negatif Utama Bagi

    Kg/m Kg/m Kgm Kgm mm2 mm2 Utama Bagi

    Tangga 988 292,5 1814 2084 845 375 D14-150 D10-200

    Bordes 601 292,5 269 2084 758,3 375 D13-150 D10-200

    Luas TulanganTulangan Yg DigunakanDL LL

    Momen

    6. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    1. Struktur gedung kampus ini dianalisis dengan metode analisa beban statik

    ekivalen, karena bentuk bangunan gedung ini sangat beraturan dan memiliki

    ketinggian kurang dari 40 m.

    2. Momen, gaya geser, dan torsi terbesar yang didapat dari hasil analisis struktur

    gedung kampus ini adalah akibat dari kombinasi pembebanan 2, yaitu :

    Wu = 1,05 DL + 1,05 LL + 1,05 E.

    3. Hasil dari cek regangan yang dilakukan baik pada balok maupun kolom,

    tulangan baja tarik telah mencapai luluh sebelum beton mencapai regangan

    maksimum 0,003.

    4. Gaya geser cukup besar terjadi pada balok BI-24, maka setelah dilakukan

    perhitungan didapatkan jarak spasi sengkang yang cukup rapat.

    5. Besarnya torsi (puntir) yang terjadi pada balok hasil dari analisa struktur

    cukup kecil. Setelah dilakukan perhitungan, momen torsi rencana yang

    didapat lebih besar dibandingkan dengan momen torsi keseimbangan hasil

    dari analisa struktur. Oleh karena itu, dampak torsi dalam perencanaan ini

    dapat diabaikan dan diberikan tulangan torsi minimum.

    6. Pada perhitungan perencanaan plat dua arah yang telah dilakukan, diperoleh

    hasil tulangan minimum. Hal ini dikarenakan oleh jarak pusat ke pusat antara

    balok cukup dekat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan lagi dimensi

    penampang balok yang digunakan.

    28

  • 5/28/2018 Artikel_10300035

    29/29

    6.2. Saran

    Analisa yang dilakukan pada beberapa komponen struktur gedung kampus

    ini, ada beberapa yang diperoleh hasil tulangan minimum yang disyaratkan. Oleh

    karena itu, perlu lebih diperhatikan perkiraan perencanaan awal dimensi dari

    komponen struktur tersebut dengan tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria

    kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur

    rencana bangunan (durability).

    29