Artikel Tesis Bhas Indonesia

16
KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-WC DENGAN VARIASI GRADASI AGREGAT (BATAS BAWAH, TENGAH DAN BATAS ATAS) MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 DAN PEN. 60/70 Teuku Risnandar 1 , Renny Anggraini 2 , M. Isya 2 Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala 1 Pegawai Dinas Bina Marga Aceh 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Faktor pemilihan gradasi agregat yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dari beton aspal. Dalam spesifikasi gradasi yang ditetapkan dalam ketentuan, mempunyai batasan atas dan batasan bawah, dimana batasan ini yang menjadi landasan dalam perencanaan. Batasan ini ditetapkan berdasarkan hasil penelitian suatu badan pemerintah, dalam hal ini adalah Litbang Departemen Perkerjaan Umum. Permasalahan dalam hal ini, bagaimana sifat-sifat campuran AC-WC dengan menggunakan gradasi batas bawah, tengah dan batas atas. Penelitian ini bertujuan melihat nilai parameter Marshall yang dihasilkan oleh campuran beton aspal dengan menggunakan aspal Retona Blend 55 dan Pen. 60/70 dengan menvariasikan gradasi agregat sesuai dengan spesifikasi teknis tahun 2010 untuk campuran aspal beton, sehingga dapat diketahui sifat-sifat campuran beton aspal dari variasi gradasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menvariasikan tiga gradasi yaitu, gradasi batas bawah, tengah dan batas atas, dengan menggunakan bahan pengikat aspal Pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55. Dari hasil penelitian diperoleh, kadar aspal terus meningkat dari gradasi batas bawah sampai gradasi batas atas. Nilai stabilitas tertinggi campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70 diperoleh pada gradasi batas atas, sedangkan bila menggunakan aspal Retona Blend 55 diperoleh pada gradasi batas bawah. Untuk nilai flow, Marshall Quantien, dan density tidak terjadi perubahan yang signifikan. Untuk nilai VIM, semakin gradasi lebih banyak agregat halus, maka nilai VIM semakin kecil, sebaliknya nilai VMA dan VFB semakin besar. Nilai Durabilitas dari ketiga variasi gradasi dan dua jenis aspal yang digunakan, masih memenuhi persyaratan > 90%. Nilai parameter Marshall campuran AC-WC untuk semua variasi gradasi dengan menggunakan aspal pen. 60/70 dan Retona Blend 55 masih memenuhi persyaratan spesifikasi tahun 2010. . 1

Transcript of Artikel Tesis Bhas Indonesia

Page 1: Artikel Tesis Bhas Indonesia

KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-WC DENGAN VARIASI GRADASI AGREGAT (BATAS BAWAH, TENGAH DAN BATAS ATAS)

MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 DAN PEN. 60/70

Teuku Risnandar 1 , Renny Anggraini2, M. Isya2

Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala

1 Pegawai Dinas Bina Marga Aceh 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Faktor pemilihan gradasi agregat yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dari beton aspal. Dalam spesifikasi gradasi yang ditetapkan dalam ketentuan, mempunyai batasan atas dan batasan bawah, dimana batasan ini yang menjadi landasan dalam perencanaan. Batasan ini ditetapkan berdasarkan hasil penelitian suatu badan pemerintah, dalam hal ini adalah Litbang Departemen Perkerjaan Umum. Permasalahan dalam hal ini, bagaimana sifat-sifat campuran AC-WC dengan menggunakan gradasi batas bawah, tengah dan batas atas. Penelitian ini bertujuan melihat nilai parameter Marshall yang dihasilkan oleh campuran beton aspal dengan menggunakan aspal Retona Blend 55 dan Pen. 60/70 dengan menvariasikan gradasi agregat sesuai dengan spesifikasi teknis tahun 2010 untuk campuran aspal beton, sehingga dapat diketahui sifat-sifat campuran beton aspal dari variasi gradasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menvariasikan tiga gradasi yaitu, gradasi batas bawah, tengah dan batas atas, dengan menggunakan bahan pengikat aspal Pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55. Dari hasil penelitian diperoleh, kadar aspal terus meningkat dari gradasi batas bawah sampai gradasi batas atas. Nilai stabilitas tertinggi campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70 diperoleh pada gradasi batas atas, sedangkan bila menggunakan aspal Retona Blend 55 diperoleh pada gradasi batas bawah. Untuk nilai flow, Marshall Quantien, dan density tidak terjadi perubahan yang signifikan. Untuk nilai VIM, semakin gradasi lebih banyak agregat halus, maka nilai VIM semakin kecil, sebaliknya nilai VMA dan VFB semakin besar. Nilai Durabilitas dari ketiga variasi gradasi dan dua jenis aspal yang digunakan, masih memenuhi persyaratan > 90%. Nilai parameter Marshall campuran AC-WC untuk semua variasi gradasi dengan menggunakan aspal pen. 60/70 dan Retona Blend 55 masih memenuhi persyaratan spesifikasi tahun 2010..

Kata kunci; Parameter Marshall, AC-WC, Variasi Gradasi, Aspal Pen. 60/70, Aspal Retona Blend 55

1. Pendahuluan

Kondisi suatu jalan sangat dipengaruhi oleh jenis agregat dan aspal yang digunakan, gradasi agregat, proses pengolahan campuran di AMP dan proses pelaksanaan penghamparan/pemadatan di lapangan. Faktor pemilihan gradasi agregat yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dari beton aspal.

Gradasi merupakan distribusi butiran menurut ukuran ayakan. Susunan butir agregat mempunyai pengaruh besar terhadap volume rongga yang terbentuk dalam campuran, mempengaruhi sifat kemudahan dalam pelaksanaan (workability) dan dapat menentukan nilai parameter Marshall terutama stabilitas. Gradasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara menggabungkan

1

Page 2: Artikel Tesis Bhas Indonesia

agregat kasar dengan agregat halus, serta filler. Gradasi hasil gabungan ini harus memenuhi spesifikasi gradasi yang ditetapkan untuk jenis beton aspal yang digunakan. Dalam spesifikasi gradasi yang ditetapkan dalam ketentuan, mempunyai batasan atas dan batasan bawah, dimana batasan ini yang menjadi landasan dalam perencanaan. Batasan ini ditetapkan berdasarkan hasil penelitian suatu badan pemerintah, dalam hal ini adalah Litbang Departemen Perkerjaan Umum. Permasalahan dalam hal ini, apakah material yang berada di provinsi tertentu, terutama Provinsi Aceh, memenuhi persyaratan beton aspal yang dihasilkan berdasarkan spesifikasi gradasi tersebut.

Dari permasalahan di atas, maka diperlukan suatu kajian mengenai gradasi agregat yang masih memenuhi spesifikasi dengan menggunakan material setempat, terutama penggunaan aspal Retona Blend 55 yang masih sedikit dalam pelaksanaan jalan di Indonesia.

Aspal Retona Blend 55 diperoleh dari hasil proses penyulingan dan ekstraksi asbuton. Proses ini tidak mengeluarkan semua mineral dari asbuton, tetapi hanya mempertahankan Refined Buton Asphalt (Retona). Retona Blend 55 adalah campuran antara aspal minyak penetrasi 60 atau penetrasi 80 dengan asbuton hasil olahan semi ekstraksi (refinery buton asphalt).

Aspal Retona Blend 55 mempunyai keunggulan antara lain dapat meningkatkan kestabilan, ketahanan terhadap deformasi, ketahanan fatigue dan daya tahan terhadap air. Campuran beraspal panas menggunakan Retona Blend 55 lebih diutamakan untuk melapisi ruas jalan dengan temperatur perkerasan aspal yang tinggi untuk melayani lalu lintas berat dan padat yaitu untuk beban lalu lintas rencana >10.000.000 ESA atau dengan LHR > 2000 kendaraan per hari dengan jumlah truk lebih dari 15%, ( Anonim, 2008).

2. Tinjauan kepustakaan

Lapisan beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal yang berfungsi sebagai lapisan penutup dari konstruksi jalan yang harus mampu menjaga kestabilan jalan akibat

dari beban kendaraan dan pengaruh cuaca. Campuran ini terdiri dari atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, yaitu :a. Laston Lapis Aus atau AC-WC, dengan

ukuran maksimum agregat campuran adalah 19 mm,

b. Laston Lapis Pengikat atau AC-BC dengan ukuran maksimum agregat campuran adalah 25,4 mm

c. Laston Lapis Pondasi atau AC-Base, dengan ukuran maksimum agregat campuran adalah 37,5 mm.

2.1 Bahan campuran beraspal panas :

a. Agregat Agregat Terdari dari :

1. Agregat Kasar mempunyai fungsi dalam campuran panas aspal adalah selain memberikan stabilitas dalam campuran juga sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis.

2. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan no. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (75 micron), Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak mengandung lempung atau bahan-bahan yang tidak dikehendaki (Anonim, 2010).

b. Bahan pengisiBahan pengisi (filler) adalah bahan yang lolos ayakan no. 200 (75 micron) dan tidak kurang dari 75% terhadap beratnya. Bahan pengisi (filler) terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), abu terbang, semen (PC), abu tanur semen dan abu batu serta harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bahan lain yang mengganggu (Anonim, 2010).

c. Gradasi Grdasi adalah distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat yang saling mengisi sehingga terjadinya suatu ikatan yang saling mengunci (interlocking). Persyaratan gradasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

2

Page 3: Artikel Tesis Bhas Indonesia

Tabel 2.1 Spesifikasi Agregat Gradasi Laston AC-WC

Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos AC-WC

ASTM (mm) Gradasi Halus Gradasi Kasar 1

1” 253/4

” 19 100 1001/2

" 12,5 90 – 100 90 - 100

3/8” 9,5 72 - 90 72 - 90

No. 4 4,75 54 - 69 43 - 63

No.8 2,36 39,1 - 53 28 - 39,1

No. 16 1,18 31,6 - 40 19 - 25,6

No. 30 0,6 23,1 - 30 13 - 19,1

No. 50 0,3 15,5 - 22 9 - 15,5

No. 100 0,15 9 – 15 6 -13

No. 200 0,075 4 – 10 4 – 10

Sumber : Anonim (2010)

d. AspalAspal mempunyai fungsi sebagai bahan pengikat antar aspal dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat penghamparan di lapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan.

2.2 Perencanaan Campuran Beton Aspal

Perencanaan campuran beraspal bertujuan untuk mendapatkan campuran efektif dari gradasi agregat dan dari aspal. Suatu campuran beraspal sebagai lapis perkerasan harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Stabilitas (stability).2. Keawetan (durability)3. Kelenturan (flexibility)4. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique

reistance).5. Kekesatan/tahanan geser permukaan

(skid resistance).6. Kedap air (impermeability).7. Kemudahan dalam proses pelaksanaan

(workability). (Sukirman, 2003).Menurut Departemen Pekerjaan Umum

(2008) menghitung perencanaan kadar aspal menggunakan rumus sebagai berikut :

Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta

Keterangan :Pb = Kadar aspal tengah/ ideal, persen

terhadap berat campuranCA = Agregat kasar tertahan saringan No. 8;FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan

tertahan saringan No. 200Filler = adalah agregat minimal 75% lolos

saringan No. 200Nilai Konstanta sekitar 0,5 - 1,0

2.3 Metode Marshall Pada Pengujian Campuran Beraspal

Parameter Marshall campuran beton aspal dapat diperiksa dengan menggunakan alat Marshall. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan: stabilitas, kelelahan plastis (flow), berat volume (density), persen rongga dalam campuran (VIM), persen rongga terisi aspal (VFB), persen rongga antar butir agregat (VMA) , Marshall Quotient (MQ), yaitu sebuah gambaran kekakuan yang merupakan ukuran ketahanan benda uji terhadap deformasi.

Parameter dan spesifikasi Marshall untuk lalu lintas berat dengan menggunaan aspal Pen. 60/70 dan Retona Blend 55 diperlihatkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

3

Page 4: Artikel Tesis Bhas Indonesia

Sifat-sifat Campuran

Laston

Lapis Aus Lapis Antara Pondasi

Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar

Kadar aspal efektif (%) 5,1 4.3 4,3 4,0 4,0 3,5

Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2

Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)

Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,5

Maks. 5,0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13

Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60

Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800 (1)

Maks. - -

Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 (1)

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Min. 90

Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)(4) Min. 2,5

Sumber : (Anonim, 2010)

Tabel. 2.3 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod)

Sifat-sifat Campuran Laston 2

Lapis Aus Lapis Antara Pondasi(6)

Kadar Aspal Efektif (%) 4,5 4,2 4,2

Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2

Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)

Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 3,0

Maks. 5,5

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13

Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60

Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250 (1)

Maks. - -

Pelelehan (mm) Min. 3 4,5 (1)

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Min. 90

Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan membal (refusal)(4) Min. 2,5

Stabilitas Dinamis, lintasan/mm (5) Min. 2500

Sumber : (Anonim, 2010)

2.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Kadar aspal optimum dapat ditentukan dengan menempatkan batas-batas spesisifikasi campuran hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

4

Page 5: Artikel Tesis Bhas Indonesia

Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi semua spesifikasi campuran. Kadar aspal optimum yang baik adalah kadar aspal yang memenuhi semua sifat campuran yang diinginkan dalam

rentang kadar aspal optimum ± 0,5%, (Sukirman, 2003).

2.5 Durabilitas

Durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur. Rasio antara stabilitas benda uji yang direndam 24 jam pada suhu 60oC, dengan stabilitas benda uji yang direndam selama 30 menit pada suhu yang sama disebut stabilitas sisa (retained stability). Benda uji campuran beraspal dikategorikan awet (durable), bila nilai stabilitas sisa ¿ 75% (Sukirman, 2003).

3. Metode penelitian

Metode pengujian mengikuti prosedur AASHTO tahun 1990 dan standar Departemen Pekerjaan Umum atau standar-standar lain bila tidak ada dalam kedua prosedur tersebut.

3.1 Pengujian material agregatAgregat kasar dan agregat halus yang

digunakan adalah dari jenis batu kali yang dipecah dengan mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal dari Indrapuri Kabupaten Aceh Besar dan diproduksi oleh PT. Ayu Lestari Indah. Sedangkan filler berupa semen produksi PT Semen Anadalas Indonesia

3.2 Pengujian material aspalAspal yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Aspal Pen. 60/70 produksi Pertamina dan Retona Blend 55 yang diproduksi oleh PT. Olah Bumi Mandiri.

3.3 Pemilihan Gradasi agregatKurva gradasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kurva gradasi Fuller dan berada dalam titik kontrol gradasi Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC), seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi dan Rencana Gradasi Agregat Laston AC-WC

Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos

AC-WC

ASTM (mm) Gradasi Gradasi Rencana

Batas Bawah Tengah Batas Atas

1” 253/4

” 19 100 100 100 1001/2

" 12,5 90 - 100 90 95 100

3/8” 9,5 72 - 90 72 81 90

No. 4 4,75 54 - 69 54 61 69

No.8 2,36 39,1 - 53 39,1 46 53

No. 16 1,18 31,6 - 40 31,6 36 40

No. 30 0,600 23,1 - 30 23,1 26 30

No. 50 0,300 15,5 - 22 15,5 18 22

No. 100 0,150 9 - 15 9 12 15

No. 200 0,075 4 - 10 4 8 10

5

Page 6: Artikel Tesis Bhas Indonesia

0.01 0.1 1 10 1000

102030405060708090

100

Batas Bawah Tengah Batas Atas

PER

SEN

LO

LO

S (%

)

UKURAN AYAKAN (mm)

Gambar 3.2. Grafik Variasi Gradasi Sesuai dengan Spesifikasi 2010

3.4 Perencanaan Campuran dengan Metode Marshall

Berdasarkan nilai Pb diperoleh dari ketiga gradasi tersebut, kemudian menyiapkan benda uji Marshall pada 5 variasi kadar aspal dengan masing-masing 3 (tiga) benda uji, yaitu 4,0%, 4,5%, 5,0%, 5,5% dan 6,0% untuk rencana benda uji gradasi bawah, 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0% dan 6,5% untuk rencana benda uji gradasi tengah dan 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7,0% untuk rencana benda uji gradasi atas, terhadap berat total campuran. Pemadatan untuk uji Marshall dilakukan dengan penumbukan sebanyak 75 kali per bidang dengan menggunakan penumbuk Marshall. Kemudian dilakukan pengujian Marshall untuk mendapatkan nilai Parameter Marsahll yaitu

stabilitas, flow, Marshall (Marshall Quotient), Rongga diantara Mineral agregat (VMA), Rongga dalam Campuran (VIM), dan Rongga terisi Aspal (VFB). Selanjutnya digambarkan grafik hubungan antara kadar aspal (%) dengan masing-masing parameter Marshall yang telah dihitung sebelumnya.

Dengan melihat pada batas-batas yang disyaratkan untuk semua parameter Marshall (Stabilitas, Flow, MQ, VFB, VMA, VIM dan VIM), maka ditentukan besarnya KAO sehingga memenuhi semua kriteria. Banyaknya benda uji untuk mengetahui sifat-sifat campuran dan penentuan kadar aspal masing-masing campuran AC-WC dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Jumlah benda uji menggunakan Aspal Pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55 (gradasi bawah.)

No. Kadar AspalJenis Aspal

Pen. 60/70 Retona Blend 55Kode Benda Uji Kode Benda Uji

1. 4,0 % A11, A12, A13 A21, A22, A232. 4,5 % B11, B12, B13 B21, B22, B233. 5,0 % C11, C12, C13 C21, C22, C23`4. 5,5 % D11, D12, D13 D21, D22, D235. 6,0 % E11, E12, E13 E21, E22, E23

Jumlah 15 Buah 15 BuahTabel 3.3 Jumlah benda uji menggunakan Aspal Pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55 (gradasi

tengah)

6

Page 7: Artikel Tesis Bhas Indonesia

No. Kadar AspalJenis Aspal

Pen. 60/70 Retona Blend 55Kode Benda Uji Kode Benda Uji

1. 5,0 % A31, A32, A33 A41, A42, A432. 5,5 % B31, B32, B33 B41, B42, B433. 6,0 % C31, C32, C33 C41, C42, C434. 6,5 % D31, D32, D33 D14, D42, D435. 7,0 % E31, E32 E33, E41, E42, E43

Jumlah 15 Buah 15 Buah

Tabel 3.4 Jumlah benda uji menggunakan Aspal Pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55 (gradasi atas)

No. Kadar AspalJenis Aspal

Pen. 60/70 Retona Blend 55Kode Benda Uji Kode Benda Uji

1. 5,0 % A51, A52, A53 A61, A62, A632. 5,5 % B51, B52, B53 B61, B62, B633. 6,0 % C51, C52, C53 C61, C62, C634. 6,5 % D51, D52, D53 D61, D62, D635. 7,0 % E51, E52 ,E53 E61, E62, E63

Jumlah 15 Buah 15 Buah

Setelah kadar aspal optimum (KAO) diperoleh, maka dibuat benda uji dengan persen aspal KAO untuk masing-masing jenis aspal dan gradasi yang digunakan. Benda uji pada KAO

ini dibuat untuk pengujian dengan standar dan rendaman 60oC selama 24 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5

Tabel 3.5 Benda Uji dengan pada masing-masing KAO menggunakan aspal Pen. 60/70

No. Jenis Benda UjiBatas Bawah Tengah Batas Atas

Jumlah Jumlah Jumlah

1. Standar 3 Buah 3 Buah 3 Buah

2. 24 jam, 60 oC 3 Buah 3 Buah 3 Buah

Jumlah 6 Buah 6 Buah 6 Buah

Tabel 3.6 Benda Uji dengan pada masing-masing KAO menggunakan aspal Retona Blend 55

No. Jenis Benda UjiBatas Bawah Tengah Batas Atas

Jumlah Jumlah Jumlah

1. Standar 3 Buah 3 Buah 3 Buah

2. 24 jam, 60 oC 3 Buah 3 Buah 3 Buah

Jumlah 6 Buah 6 Buah 6 Buah

4. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini berupa evaluasi sifat-

sifat parameter Marshall dari variasi gradasi pada campuran AC-WC.

4.1 Hasil pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum (KAO)

Berdasarkan KAO yang diperoleh dari evaluasi masing-masing gradasi dan jenis aspal yang digunakan, nilai parameter Marshall yang diperoleh seperti pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall AC-WC dengan variasi gradasi menggunakan aspal Pen. 60/70 berdasarkan nilai KAO

7

Page 8: Artikel Tesis Bhas Indonesia

NoKarakteristik

CampuranGradasi Spesifikasi

Dept. PUBawah Tengah Atas

1. KAO (%) 5,1 5,7 6,15

2. Stabilitas (kg) 1379.24 1339.73 1608.42 Min. 800

3. Flow (mm) 3.4 4.6 3.4 Min. 3

4. MQ (kg/mm) 447.52 314.24 497.57 Min. 250

5. Density (gr/cm3) 2.43 2.42 2.41 Min. 2

6. VIM (%) 4.67 4.06 3.86 3,5 - 5,0

7. VMA (%) 16.99 17.78 18.59 Min. 15

8. VFB (%) 72.53 77.18 79.23 Min. 65

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall AC-WC dengan variasi gradasi menggunakan Retona Blend 55 berdasarkan nilai KAO

NoKarakteristik

CampuranGradasi Spesifikasi

Dept. PUBawah Tengah Atas

1. KAO (%) 4,95 5,5 6,075

2. Stabilitas (kg) 1877.20 1574.63 1651.06 Min. 800

3. Flow (mm) 4.7 4.6 4.8 Min. 3

4. MQ (kg/mm) 437.52 347.54 347.55 Min. 250

5. Density (gr/cm3) 2.45 2.44 2.44 Min. 2

6. VIM (%) 5.24 4.84 3.93 3,5 - 5,0

7. VMA (%) 16.37 17.16 17.56 Min. 15

8. VFB (%) 67.97 71.80 77.60 Min. 65

4.2 Nilai DurabilitasNilai durabilitas merupakan

perbandingan antara stabilitas rendaman 24 jam

dengan stabilitas normal. Nilai durabilitas yang diperoleh pada penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Nilai Durabilitas Menggunakan Aspal Pen. 60/70 dan Retona Blend 55

No GradasiStabilitas Rendaman

30 Menit (Suhu 60° C)Stabilitas Rendaman 24 Jam (Suhu 60° C)

Nilai Durabilitas

(%)A b C D e = d / c

Aspal Pen. 60/70

1 Bawah 1379.24 1313.50 95.23

2 Tengah 1339.73 1289.00 96.21

3 Atas 1608.42 1462.89 90.95

Aspal Retona Blend 55

1 Bawah 1877.20 1752.59 93.36

2 Tengah 1574.63 1430.23 90.83

3 Atas 1651.06 1614.16 97.77

4.3 Pembahasan a. Tinjauan terhadap nilai stabilitas .

8

Page 9: Artikel Tesis Bhas Indonesia

Nilai stabilitas yang diperoleh dari campuran AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Grafik Stabilitas dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.1 menunjukkan nilai stabilitas tertinggi campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 terjadi pada gradasi batas atas dengan nilai stabilitas 1608,4 kg, nilai stabilitas yang terendah ada pada gradasi tengah dengan nilai 1339,73 kg. Dari ketiga variasi gradasi tersebut, nilai stabilitas campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 lebih tinggi dari campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70. Hal ini disebabkan karena aspal Retona Blend 55 mengandung bahan dari hasil ektraksi butiran aspal buton, sehingga lebih kuat daya ikatnya. Nilai stabilitas masih memenuhi persyaratan yaitu > 800 kg untuk campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 dan > 1000 kg untuk campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55.

b. Tinjauan terhadap nilai kelelehan plastis (flow)Nilai flow yang diperoleh dari campuran

AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Gambar 4.2 Grafik Flow dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.2 menunjukkan nilai flow tertinggi dari campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 adalah pada gradasi tengah yaitu 4,6 mm, hal ini karena stabilitasnya terendah. Namun pada campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 nilai flow tertinggi diperoleh pada gradasi batas atas dengan nilai 4,80 mm, walau stabilitas terendahnya diperoleh pada gradasi tengah. Nilai flow dari campurab AC-WC menggunakan Retona Blend 55 tidak jauh berbeda pada setiap variasi gradasi. Nilai flow yang diperoleh memenuhi persyaratan yaitu > 3,0 mm.

c. Tinjauan terhadap nilai Marshall Quotient (MQ)Nilai Marshall Quantient campuran AC-

WC menggunakan aspal pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari berbagai variasi gradasi diperlihatkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Grafik MQ dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.3 menunjukkan nilai Marshall Quantient campuran AC-WC mengggunakan aspal pen. 60/70 tertinggi diperoleh pada gradasi batas atas, karena nilai stabilitasnya tertinggi dan nilai flownya terendah. Sedangkan yang terendah diperoleh pada gradasi tengah, karena nilai stabilitas

9

Page 10: Artikel Tesis Bhas Indonesia

rendah dan nilai flownya tinggi. Untuk campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55, nilai Marshall Quantient tertinggi diperoleh pada gradasi batas bawah, karena nilai stabilitasnya paling tinggi. Nilai Marshall Quantient masih memenuhi persyaratan yaitu > 250 kg/mm untuk campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 dan > 300 kg/mm untuk campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55.

d. Tinjauan terhadap nilai kepadatan (density)Nilai Density campuran AC-WC

menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 pada gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.5 Grafik Density dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.4 menunjukkan nilai Density dari semua variasi gradasi tidak jauh berbeda, baik untuk campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70 maupun aspal Retona Blend 55. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai density pada semua variasi gradasi memenuhi persyaratan yaitu ≥ 2 gr/cm3.

e. Tinjauan terhadap nilai voids in mix (VIM)Nilai VIM yang diperoleh dari campuran

AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.6 di bawah ini.

Gambar 4.5. Grafik VIM dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.5 menunjukkan rongga dalam campuran (VIM) tertinggi diperoleh pada gradasi batas bawah, baik untuk campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 maupun aspal Retona Blend 55. Nilai VIM terus menurun dengan nilai terendah ada pada gradasi batas bawah. Nilai VIM dari campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 lebih kecil dari campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 pada semua variasi gradasi, karena kadar aspal optimum (KAO) campuran AC-WC dengan aspal pen. 60/70 lebih besar dari KAO campuran AC-WC dengan aspal Retona Blend 55. Nilai VIM masih memenuhi persyaratan..

f. Tinjauan terhadap nilai Void in Mineral Agregate (VMA)Nilai VMA yang diperoleh dari campuran

AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.6 di bawah ini :

Gambar 4.6. Grafik VMA dari variasi gradasi dan jenis aspal

Pada Gambar 4.6 menunjukkan semakin semakin halusnya gradasi yang digunakan, maka rongga antar material tinggi, karena jumlah butirannya semakin banyak dan juga kadar aspalnya semakin tinggi, sehingga banyak menyelimuti butiran agregat. Nilai VMA dari campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 lebih besar dari campuran AC-WC

10

Page 11: Artikel Tesis Bhas Indonesia

menggunakan aspal Retona Blend 55 pada semua variasi gradasi, karena KAO campuran AC-WC dengan aspal pen. 60/70 lebih besar dari KAO campuran AC-WC dengan aspal Retona Blend 55. Nilai VMA masih memenuhi persyaratan yaitu > 16 % untuk campuran AC-WC menggunakan aspal pen.60/70 maupun aspal Retona Blend 55.

g. Tinjauan Void Filled by Bitumen (VFB)Besarnya nilai VFB akan menentukan

keawetan suatu campuran beton aspal dan menyebabkan nilai VIM semakin kecil disebabkan oleh banyaknya aspal yang mengisi rongga, sehingga campuran beton aspal akan semakin awet. Nilai VFB yang diperoleh dari campuran AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.8 di bawah ini

Gambar 4.7. Grafik VFB dari variasi gradasi dan jenis aspal

Gambar 4.7 menunjukkan semakin banyaknya agregat halus dalam campuran AC-WC maka semakin tingginya nilai VFB, baik menggunakan aspal pen. 60/70 maupun aspal Retona Blend 55. Dari grafik memperlihatkan Nilai VFB dari campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 lebih besar dari campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 pada semua variasi gradasi, karena KAO campuran AC-WC dengan aspal pen. 60/70 lebih besar dari KAO campuran AC-WC dengan aspal Retona Blend 55. Nilai VFB masih memenuhi persyaratan yaitu > 65% untuk campuran AC-WC menggunakan aspal pen.60/70 maupun aspal Retona Blend 55.

4.1.1 Tinjauan terhadap Durabilitas berdasarkan variasi gradasiNilai durabilitas yang diperoleh dari

campuran AC-WC menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dari gradasi batas bawah, tengah dan batas atas diperlihatkan pada Gambar 4.8 di bawah ini

Gambar 4.8. Grafik Durabilitas dari variasi gradasi dan jenis aspal

Dari Gambar 4.8 menunjukkan bahwa nilai durabilitas campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 tertinggi diperoleh pada gradasi tengah yaitu 96,21% dan yang terendah diperoleh pada gradasi batas atas yaitu 90,95%. Sedangkan nilai durabilitas campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 tertinggi diperoleh pada gradasi batas yaitu 97,77% dan yang terendah diperoleh pada gradasi tengah 90,83 %. Persyaratan Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam (60o ) minimal 90 %. Dari grafik, nilai durabilitas dari campuran AC-WC dari varisi gradasi, baik menggunakan aspal pen. 60/70 maupun aspal Retona Blend 55 masih memenuhi persyaratan.

5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan akan diambil suatu kesimpulan tentang variasi gradasi dengan bahan pengikat aspal pen. 60/70 dan aspal Retona Blend 55 dalam campuran AC-WC yang dapat mempengaruhi kinerja dari campuran aspal panas dan mampu melayani beban lalu lintas berat serta akan diketahui sifat-sifat dari campuran AC-WC dari variasi gradasi. Kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Nilai Stabilitas campuran AC-WC menggunakan aspal Retona Blend 55 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70 pada semua variasi gradasi. Nilai flow, campuran AC-WC menggunakan aspal Pen. 60/70 mempunyai nilai flow yang lebih rendah dibandingkan dengan Campuran AC-WC menggunakan aspal aspal Retona Blend 55.

11

Page 12: Artikel Tesis Bhas Indonesia

2. Nilai Marshall Quantien cenderung nilainya tidak terjadi perbedaan yang mencolok antara kedua jenis aspal tersebut, kecuali pada gradasi batas atas, nilai Marshall Quantien lebih tinggi bila campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 dibandingkan menggunakan aspal Retona Blend 55. Nilai density tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara kedua jenis aspal, untuk semua variasi gradasi.

3. Nilai VIM lebih besar bila menggunakan gradasi batas bawah dibandingkan gradasi tengah dan gradasi batas atas. nilai VIM campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 lebih rendah dibandingkan menggunakan aspal Retona Blend 55 pada semua gradasi. Nilai VMA dan VFB dari gradasi batas atas lebih tinggi dibandingkan dengan gradasi batas bawah dan gradasi tengah. Nilai VMA dan VFB campuran AC-WC menggunakan aspal pen. 60/70 lebih tinggi dibandingkan menggunakan aspal Retona Blend 55 pada semua gradasi.

4. Untuk Nilai durabilitas masih memenuhi persyaratan yaitu > 90%. Semua nilai parameter Marshall memenuhi persyaratan spesifikasi tahun 2010.

5.1 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, bisa dicoba menggunakan gradasi diluar batas yang telah disyaratkan, sehingga diketahui kinerja campuran AC-WC, apakah masih memenuhi persyaratan

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Ariawan, A.I.M., 2010, Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Karakteristik Campuran Laston, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 14, Universitas Udayana, Denpasar.

2. Anonim, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15th ed, AASHTO,. Washington, DC.

3. Anonim, 2008, Buku Petunjuk Praktis Penggunaan Aspal Retona Blend 55 Dalam Campuran Beraspal Panas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta

4. Anonim, 2010, Spesifikasi Umum 2010, Divisi 6, Perkerasan Aspal, Direktorat Jendral Bina Marga.

5. Bukhari dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

6. Kusdiono, 2009, Komparasi Pengaruh Gradasi Agregat Batas Bawah Dengan Bergradasi Batas Atas Terhadap Karakteristik Marshall Pada Beton Aspal Campuran Panas, Wahana Teknik Sipil, Vol. 14, Politeknik Negeri Semarang, Semarang

7. Sukirman, S, 2003, Campuran Beraspal Panas, Penerbit Granit, Bandung.

12