Artikel Skripsi Anggi
-
Upload
ock-anggi-yurikno -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Artikel Skripsi Anggi
1
Profil Pneumonia Di Ruang Rawat Inap
Smf Paru Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Anggi Yurikno1, Mulyadi
2, Nuzul Asmilia
3
1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian ParuFakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh; 3) Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh
ABSTRAK
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pneumonia di SMF Rawat
Inap Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 35. Hasil pada penelitian adalah:
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 30 pasien (85%) dan non bakteri 5
pasien (15%),Klebsiela pneumonie merupakan bakteri penyebab pneumonia terbanyak
yaitu 14 pasien (46,7%), penderita dengan jenis kelamin laki-laki cenderung menderita
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22 pasien (88%), lansia cenderung
menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 14 pasien (93,3%) dan
riwayat perokok aktif cenderung menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
sebanyak 22 pasien (88%). Jadi di Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang menderita pnuemonia karena bakteri lebih banyak dibandingkan non
bakteri, laki-laki lebih banyak menderita pneumonia dibanding wanita, Usia lansia lebih
cenderung menderita pneumonia dibanding dengan usia dewasa dan perokok aktif lebih
cenderung menderita pneumonia dibandingkan yang perokok pasif.
Kata kunci: Pneumonia,Klebsiela pneumonie, Umur, Perokok
ABSTRACT
Lower respiratory tract infection still remains a major problem in healthcare, both
in developing countries as well as those already advanced. From SEAMIC Health Statistics
2001 data pneumonia is the leading cause of death number 6 in Indonesia. The purpose of
this study was to determine the profile of pneumonia in the SMF Inpatient Lung Hospital
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study is a descriptive. The sample in this study
amounted to 35. Results of the study were: pneumonia caused by bacteria as many as 30
patients (85%) and non-bacterial 5 patients (15%), Klebsiela pneumonie the bacteria that
cause pneumonia, most of the 14 patients (46.7%), patients with male sex men tend to
suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 22 patients (88%), the elderly tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 14 patients (93.3%) and a history of
2
active smokers tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 22 patients
(88% .) So Ward SMF Pulmonary dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, which suffered from
pneumonia because more bacteria than the non-bacterial, more men than women suffer
from pneumonia, age elderly are more likely to suffer from pneumonia compared with
adulthood and active smokers were more likely to suffer from pneumonia than nonsmokers.
Key words: Pneumonia, Klebsiela pneumonie, Age, Smoker
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah atau
pneumonia adalah proses peradangan
akut yang mengenai parenkim paru.
Secara klinis pneumonia didefinisikan
sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit). Peradangan yang
mengenai parenkim paru serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pada pemeriksaan histologis terdapat
pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa
alveolitis dan pengumpulan eksudat yang
dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyebab dan berlangsung dalam jangka
waktu yang bervariasi (Niederman, 2003;
Winariani, 2000; Yusuf, 2003).
Secara klinis, pneumonia dibagi
menjadi tiga, yang pertama: pneumonia
komuniti (community-acquired
pneumonia), pneumonia yang didapat di
masyarakat. Kedua: pneumonia
nosokomial (hospital-acqiured
pneumonia) merupakan infeksi
pernapasan yang didapat sewaktu pasien
dirawat di rumah sakit. Ketiga:
pneumonia aspirasi, merupakan
pneumonia yang biasa terjadi pada
penderita gangguan neurologis dan usia
lanjut (Ferrara, 2007; Suryatenggara,
2001).
Laporan World Health
Oganization 2005 menyebutkan, bahwa
pneumonia merupakan salah satu
penyakit infeksi saluran pernafasan akut
yang menjadi penyebab kematian utama
di dunia, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju.
Dari data SEAMIC Health Statistic 2001
pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9
di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Data WHO 2004,
pneumonia komuniti di Amerika 12 kasus
per 1000 orang per tahun dan merupakan
penyebab kematian utama, akibat infeksi
pada orang dewasa. Sedangkan
pneumonia nosokomial menduduki
urutan ke-2, terjadi 5-10 kasus per 1000
pasien (Yusuf, 2005).
Departemen Kesehatan Indonesia
tahun 2001 menyebutkan, bahwa infeksi
saluran napas masih merupakan masalah
utama. Data di RSUP Persahabatan
Jakarta Timur tahun 2001, menyebutkan
58% diantara penderita rawat jalan adalah
kasus infeksi dan 11,6% diantaranya
kasus non tuberkulosis, sedangkan
penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi
dan 14,6% diantaranya kasus non
tuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik
Medan, 53,8% kasus infeksi dan 28,6%
diantaranya infeksi pneumonia. Di RSUD
dr. Soetomo Surabaya didapatkan data
sekitar 180 pneumonia komuniti dengan
angka kematian antara 20-35% (Yusuf,
2005).
Beberapa kelompok yang
mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menderita pneumonia, diantaranya: usia
(usia lebih dari 60 tahun, balita dan bayi),
riwayat merokok, kebiasaan hidup yang
3
kurang bersih, menggunakan obat
imunosupresan, hidup di komunitas yang
mengalami masalah medis, riwayat rawat
inap di rumah sakit, menggunakan alat
bantu napas, menderita penyakit yang
mengakibatkan gangguan fungsi imun
(seperti AIDS, diabetes militus, dan gagal
ginjal ), mengalami gangguan neurologis
dan serebrovaskular, terpapar udara yang
mengandung bahan iritan berbahaya
(seperti udara di daerah industri ) dan
pernah terkena infeksi paru sebelumnya
(Riyanto dan Hisyam, 2006; Yusuf,
2003).
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yaitu melakukan
pengambilan data variabel bebas dan
variabel terikat dengan cara pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Tiap subjek penelitian hanya
sekali saja (Pratiknya, 2008).
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh
pasien pneumonia yang dirawat di SMF
paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh dalam rentang waktu 1 Desember
2010 sampai dengan 28 Februari 2011.
Sampel yang diambil dalam
penelitian ini semua pasien yang
didiagnosa pneumonia yang dirawat di
SMF Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh dalam rentang waktu 1
Desember 2010 sampai 28 Februari 2011.
Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara total populasi dan kriteria
sampel pada penelitian ini adalah :
a. Penderita yang didiagnosa pneumonia
oleh dokter ahli.
b. Penderita pneumonia yang dirawat di
ruang rawat SMF Paru RSUD Zainoel
Abidin 1 Desember 2010 sampai
dengan 28 Februari 2011.
c. Telah ada hasil kultur sputum.
d. Penderita pneumonia usia dewasa (>18
tahun).
e. Penderita/keluarga bersedia
menandatangani Inform consent.
Instrumen Penelitian
Alat ukur pada penelitian ini adalah
rekem medik pasien dan form penelitian
yang berupa pengisian data tentang pasien
dan faktor resiko.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara
deskriptif dengan teknik analisis
univariat, yaitu analisis dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Data diolah dengan
menggunakan perhitungan presentase,
kemudian diinterpretasikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Kemudian
dilanjutkan dengan membehas hasil
penelitian sesuai dengan teori
kepustakaan (Chandra, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengumpulan data
penelitian yang dikumpulkan selama tiga
bulan (Desember 2010 sampai Februari 2011)
di ruang rawat inap Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh diperoleh jumlah pasien
Pneumonia sebanyak 35 pasien, 25 orang
laki-laki dan 10 orang perempuan.
Gambaran Kejadian Pneumonia Di
Ruang Rawat Inap SMF Paru RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Peneumonia pada penelitian ini
dilihat berdasarkan diagnosis dokter ahli
dan tinjauan perpustakaan. Peneliti
membagi pneumonia berdasarkan
penyebabnya yang dilihat dari
pemeriksaan tambahan (kultur sputum)
4
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Tua Lansia
Bakteri
Non Bakteri
yaitu Pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri (Klebsiela pneumonie,
Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, Streptococcus Sp,
Streptococcus epidermis dan lain-lain)
dan Pneumonia yang disebabkan oleh non
bakteri (Jamur, virus, bakteri yang tidak
teridentifikasi dan infektan lain). Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Pneumonia di Ruang Rawat Inap SMF
Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Dari tabel di atas terlihat jumlah
pesien pneumonia yang disebabkan
bakteri didapatkan sebanyak 30 pasien
(85,7%%) dan pasien pneumonia yang
disebabkan non bakteri didapatkan 4
pasien (14,3%). Untuk lebih jelas dapat
dilihat gambar 4.1
Gambar 4.1 Distribusi Pneumonia
Bakteri menyebabkan pneumonia,
dari 30 pasien yang ditemukan di RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada
periode 1 Desember 2010- 28 Februari
2011adalah Klebsiela pneumonie 14
pasien (46,7%), Streptococcus
pneumoniae 6 pesien (20%),
Staphylococcus aureus 4 pasien (13,3%),
Streptococcus Sp 3 pasien (10%), dan
Streptococcus epidermis 3 pasien (10%).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Bakteri Penyebab
Pneumonia di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh pada Periode 1 Desember
2010- 28 Februari 2011
No Bakteri n %
1 Klebsiela
pneumonie
14 46,7
2 Streptococcus
pneumoniae
6 20
3 Staphylococcus
aureus
4 13,3
4 Streptococcus Sp 3 10
5 Streptococcus
epidermis
3 10
Total 30 100
Nonbakteri menyebabkan
pneumonia, dari 5 pasien yang ditemukan
di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
pada periode 1 Desember 2010- 28
Februari 2011adalah jamur sebanyak 2
pasien dan tidak teridetifikasi sebanyak 3
pasien. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut.
No Pnemonia Frekuensi
(n)
Persentase
(%)
1 Bakteri 30 85,7
2 Non
Bakteri
5 14,3
Total 35 100
5
Tabel 4.3 Distribusi Non Bakteri
Penyebab Pneumonia di RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh pada Periode
1 Desember 2010- 28 Februari 2011
No Non Bakteri n %
1 Jamur 2 40
2 Tidak
Teridentifikasi
3 60
Total 5 100
Hasil penelitian ini sesuai dengan
laporan RSUD dr.Soetomo Surabaya
pada(1992), dari 25 pasien pneumonia
didapatkan 52% pneumonia disebabkan
oleh bakteri. Tim mikrologi RSUD
dr.Soetomo Surabaya (1992) ditemukan
57% pasien penumonia disebabkan oleh
bakteri (Streptococcus pneumoniae,
stapylococcus aureus dan klabsiela
pneumonie)
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan, data dari Dinkes Sumatra Utara
(2001) Streptococcus pneumoniae dan
klabsiela pneumonie, merupakan bakteri
penyebab pneumonia dari 67% kasus
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
dan 33% kasus disebabkan infektan lain (
virus dan jamur). Pada tahun 2003
ditemukan 54% kasus pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri, sedangkan 46%
nya disebabkan oleh infektan lain. Walau
mengalami penurunan persentase pada
tahun berikutnya pneumonia yang
diakibatkan oleh bakteri lebih banyak.
Data Dinkes Makasar, juga
menemukan 62% pneumonia (2003)
disebabkan oleh bakteri (Streptococcus
pneumoniae, stapylococcus aureus,
klabsiela pneumonie dan lain-lain).
Namun pada tahun berikutnya pneumonia
yang disebabkan oleh jamur makin
meningkat, serta diikuti dengan
peningkatan jumlah pneumonia akibat
virus influenza.
Persatuan Dokter Paru Indonesia
(2003) menyimpulkan Pneumonia
nosokomial dapat disebabkan oleh kuman
bukan multi drug resistance (MDR)
misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae,
Methicillin Sensitive Staphylococcus
aureus (MSSA) dan kuman MDR
misalnya Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Acinetobacter spp dan Gram positif
seperti Methicillin Resistance
Staphylococcus aureus (MRSA).
Pneumonia nosokomial yang disebabkan
jamur, kuman anaerob dan virus jarang
terjadi.
Gambaran Penderita Pneumonia
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang
Rawat Inap SMF Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Jenis kelamin pasien dilihat dari
rekam medis, yang dibagi menjadi laki-
laki dan perempuan. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin Pasien Pneumonia di Ruang
Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 25 71.4
2 Perempuan 10 28.6
Total 35 100
Dari tabel di atas menerangkan,
jumlah pasien pneumonia berdasarkan
jenis kelamin laki-laki ditemukan 25
orang (71,4%) dan perempuan 10 orang
(28,6%).
6
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Bakteri Non Bakteri
laki-laki
perempuan
Gambaran Kejadian Pneumonia
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang
Rawat Inap SMF Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Dari tabel 4.5 terlihat jumlah pasien
berjenis kelamin laki-laki pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22
pasien (88%), perempuannya sebanyak 8
pasien (80%). Sedangkan pneumonia
yang disebabkan oleh non bakteri
ditemukan 3 pasien (12%), perempuan 2
pasien (20%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin di
Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh No
Jenis Kelamin
Bakteri Non Bakteri
TOTAL
n % n % n %
1 Laki-laki 22 88 3 12 25 100
2 Perempu
an
8 80 2 20 10 100
Total 30 85 5 15 35 100
Dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa penderita yang berjenis
kelamin laki-laki cenderung menderita
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
(88%). Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2Distribusi Pneumonia
Berdasarkan Jenis Kelamin
Sesuai dengan penelitian WHO
(2008) prevalensi pneumonia pada laki-
laki yaitu 2,3% sedang pada kelompok
wanita 2%, kelompok laki-laki
berpeluang menderita pneumonia 1,148
kali dibanding kelompok perempuan, dan
setelah bivariat didapat OR kelompok
laki-laki 1,228 dan perempuan 0,000.
Penelitian ini sesuai juga dengan
penelitian Yunarto (2010) 67% penderita
pneumonia adalah laki-laki. Penelitian
yang dilakukan Aminah (2008)
pemantauan efektifitas gentamisin dosis
berganda intravenus terhadap pasien
pneumonia, dimana ditemukan penderita
pneumonia yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 69% dan pesien wanita
31%.
Menurut WHO (2004) hal ini
karena laki-laki lebih banyak keluar
rumah untuk bekerja sehingga lebih
banyak kontak dengan udara yang kotor
dibandingkan dengan perempuan yang
biasanya hanya sebagai ibu rumah tangga
dan lebih banyak tinggal dirumah
sehingga jarang kontak dengan udara
yang tercemar dengan berbagai bakteri
atau virus penyebab pneumonia.
Gambaran Usia Penderita Pneumonia
Di Ruang Rawat Inap SMF Paru
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Usia pasien pneumonia yang
dirawat di ruang Rawat SMF Paru RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dibagi
menjadi : dewasa muda (>18-24 tahun),
dewasa madya (25-44 tahun), dewasa tua
(45-64 tahun), lansia (>64 tahun). Dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut.
7
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Tua Lansia
Bakteri
Non Bakteri
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur
Pasien Pneumonia di Ruang Rawat SMF
Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
No Usia Pasien n %
1 Dewasa muda 0 0
2 Dewasa madya 6 17,1
3 Dewasa tua 14 40
4 Lansia 15 42.9
Total 35 100%
Data yang didapatkan, penderita
tidak ada yang berusia dewasa muda,
dewasa madya sebanyak 6 orang (17,1%),
dewasa tua 14 orang (40%), lansia 15
orang (42,9).
Gambaran Kejadian Pneumonia
Berdasarkan Usia Di Ruang Rawat
Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Dari tabel 4.7 terlihat jumlah pasien
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
pada dewasa madya sebanyak 4 pasien
(66,7%), dewasa tua sebanyak 12 pasien
(85,7%) dan lansia sebanyak 14 pasien
(93,3%). Untuk pneumonia yang
disebabkan oleh non bakteri yaitu dewasa
muda sebanyak 0 pasien (0%), dewasa
madya sebanyak 2 pasien (33,3%),
dewasa tua sebanyak 2 pasien (14,3%)
dan lansia sebanyak 8 pasien (6,7%).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
Pneumonia Berdasarkan Umur di Ruang
Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. No Usia
Pasien
Bakteri Non
Bakteri
Total
n % n % n %
1 Dewasa
muda
0 0 0 0 0 0
2 Dewasa
madya
4 66,7 2 33,3 6 100
3 Dewasa
tua
12 85,7 2 14,3 14 100
4 Lansia 14 93,3 1 6,7 15 100
Total 30 85,7 5 14,3 35 100
Dari hasil penelitian manyatakan
bahwa lansia cenderung menderita
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
(93,3%). Lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 Distribusi Pneumonia
Berdasarkan Usia
Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Soepandi (2006) yaitu dari 18,2
kasus pneumonia per 1000 penduduk
berusia 65-69 tahun. Meningkat menjadi
52,3 kasus per 1000 penduduk adalah
yang berusia 85 tahun ke atas. Sedangkan
menurut WHO (2002), menyampaikan di
Taiwan, kematian akibat pneumonia
mencapai hampir 200 per 100.000 pasien
lansia. Risiko pneumonia pada usia >65
tahun lebih tinggi 6 kali dibanding usia
<60 tahun. Menuru Riyanto (2006)
menyebutkan dimana makin tua umur
seseorang makin menurun kondisi
8
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Aktif Pasif
bakteri
non bakteri
fisiknya dan makin rapuh terhadap
beberapa penyakit infeksi.karena
pneumonia merupakan penyakit yang
menyerang penderita yang memiliki
kondisi imun yang lemah.
Gambaran Riwayat Merokok Pasien
Pneumonia Di Ruang Rawat Inap
SMF Paru RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Riwayat merokok, Pasien
Pneumonia Di Ruang Rawat SMF Paru
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,
dibagi menjadi aktif dan pasif. Dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8 Distrbusi Frekuensi Riwayat
Merokok Pasien Pneumonia di Ruang
Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Dari data yang didapat pasien
dengan riwayat perokok aktif sebanyak
25 orang (71.4%) dan pasien dengan
riwayat perokok pasif 10 orang (28,6%).
Gambaran Pneumonia Tehadap
Riwayat Merokok Di Ruang Rawat
Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Dari tabel 4.9 terlihat jumlah pasien
perokok aktif sebanyak 22 pasien (88%)
dan pasien perokok pasif sebanyak 8
pasien (80%) penderita pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri. Sedangkan yang
disebabkan oleh non bakteri 3 pasien
aktif (12%) dan 2 pasien pasif ( 20%).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi
Pneumonia Terhadap Riwayat Merokok
di Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. No Merokok Bakteri Non
Bakteri Total
n % n % n %
1 Aktif 22 88 3 12 25 100
2 Pasif 8 80 2 20 10 100
Total 30 85 5 15 35 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa
perokok aktif cenderung menderita
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
(88%). Lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 4.4 berukut.
Gambar 4.4 Distribusi Riwayat
Merokok pada Pneumonia
Sesuai dengan data WHO (2008)
menyebutkan kanker dan infeksi
parupneumonia diderita 12 juta warga
dunia 67% adalah perokok aktif. Hasil
penelitina juga serupa dengan laporan The
Jakarta Global YouthTobacco Survey
(2000) menunjukkan, sebanyak 89% usia
>18 tahun telah menyedot asap rokok
lingkungan di tempat-tempat umum dan
berisiko menderita penyakit bronkitis,
pneumonia dan penyakit telinga tengah.
Paparan asap rokok yang dialami terus-
menerus dapat menambah risiko terkena
penyakit paru-paru dan penyakit jantung
sebesar 20-30%. Lingkungan asap rokok
dapat memperburuk kondisi seseorang
yang mengidap penyakit asma,
No Riwat Merokok n %
1 Aktif 25 71,4
2 Pasif 10 28,4
Total 35 100
9
menyebabkan bronkitis dan pneumonia.
Asap rokok juga menyebabkan iritasi
mata dan saluran hidung bagi orang yang
berada disekitarnya. Pengaruh lingkungan
asap tembakau dan kebiasaan merokok
dapat menyebabkan gangguan kesehatan
pada Perokok pasif dimulai dari anak-
anak sampai yang belum lahir atau yang
masih di dalam kandungan (Messege dan
Jhonston, 2002).
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional dengan menggunakan data
primer yang dikumpulkan secara
langsung dan data sekunder yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan
dilakukan oleh dokter ahli paru,
kemudian diolah dan dianalisis sejak awal
Desember sampai Februari 2011. Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Rancangan penelitian deskriptif
dengan menyuguhkan fenomena
sewaktu, tanpa mencoba menganalisa
mengapa dan bagaimana fenomena
tersebut terjadi.
2. Kemungkinan adanya bias pada
penelitian ini, antara lain karena ada
kemungkinan kesalahan pada
pencataan rekam medik, dan pasien
tidak men jawab pertanyaan dari
peneliti dengan jujur.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Penderita pneumonia di Ruang Rawat
Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh pada periode 1
Desember 2010 - 28 Februari 2011,
yang disebabkan oleh bakteri sebesar
85,7% dan 14,3% yang di akibatkan
oleh non bakteri.
2. Klebsiela pneumonie merupakan
bakteri penyebab pneumonia
terbanyakdi Ruang Rawat Inap SMF
Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh pada periode 1 Desember 2010 -
28 Februari 2011 yaitu 46,7%.
3. Penderita yang berjenis kelamin laki-
laki cenderung menderita pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri (88%).
4. Penderita yang lansia cenderung
menderita pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri (93,3%).
5. Penderita yang mempunyai riwayat
perokok aktif cenderung menderita
pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri (88%).
SARAN
Merujuk dari hasil penelitian,
peneliti memiliki beberapa saran yaitu:
1. Bagi Masyarakat
Sebagai tindakan pencegahan
diharapkan masyarakat bisa bekerja sama
menciptakan lingkungan dan perilaku
hidup sehat (tidak merokok, dapat
menjaga kebersihan makanan, menjaga
tubuh tetap bugar, memperhatikan
kebersihan lingkungan, mawas diri
terhadap lingkungan sekitar, segera
periksa ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat kalau ada tanda-tanda pneumonia
dan hindari kontak langsung dengan
penderita yang sudah terinfeksi).
2. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan perumusan kebijakan
program kesehatan, Program
Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan khususnya pneumonia, agar
dapat lebih diperbaiki dan dilaksanakan
seperti kegiatan penyuluhan mengenai
bahaya rokok kepada masyarakat, penyuluhan tentang penyakit infeksi
10
kepada masyarakat, melakukan
pemantauan terhadap daerah-daerah yang
memiliki faktor risiko, pelatihan terhadap
tenaga medis supaya tidak ikut terinfeksi
dan peringatan kepada petugas medis agar
menjaga kesterilan alat medis.
DAFTAR PUSTAKA
Antoniou KM, Ferdoutsis E, Bouros D.
2003. Interferons and Their
Application in The Disease of The
Lung. Chest 123:209-216
Bruke A, Cunhan MD. 2001. Pneumonia
in the ImmunocompromisedHost.
Radiologic Clinik of North
American. 39(6):1-2
Crevel VR. 2002 Innate Immunity to
Mycobacterium Infection. Clinical
Microbiology Riviews, 15(2):294-
309
Chandra B. 2008. Metode Penelitian
Kesehatan. EGC: Jakarta
Ferrara AM. 2007. Treatment of
Hospital-Acquired Pneumonia
Caused by Methicillin- Resistant
Staphylococcus aureus. International Journal of
Antimicrobial Agents 30, 19-24
Gayton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. EGC:
Jakarta. P. 597-611
Galego M, Rello J. 1999. Diagnostic
Testing for Ventilator Associated
Pneumonia. Clin in Chest Med.
WBsanders Philadelphia; 20:671-
680
Hidron AI, Low CE, Honig. EG,
Blumberg HM. 2009. Emergence
of Community-
AcquiredMethicillin-Resistant
Staphylococcus aureusStrain
USA300 As A Cause of
NecrotisingCommunity-Onset
Pneumonia. Lancet Infect Dis 9,
384-392
Message SD, Johnnston SL. 2002.
Infection. In Asthma And COPD
Basic Mechanisms and Clinical
Mangement. Ed by Barnes.
Elsevier Science Imprint
Amsterdam, 408-421
Moon KT. 2009. Recommended
Treatments for Community-
Acquired MRSA
Infections.American Family
Physician 79, 802-804
Niederman MS. 2003.Pneumonia,
Including Community-
Acquired and Nosocomial
Pneumonia .In: Karlinsky JB,
King TE, Glassroth J, Baum GL,
Crapo JD. Baum's Textbook of
Pulmonary Diseases. 7th
Ed.
Lippincott Williams & Wilkins.
Parslow TG. 1997. The Immune
Reponse. In Medical Immunology
(Stite, ETR, Parslow ads) Internacional Edition, Appleton &
Lange, p. 63-73
Patel M. 2009. Community-Associated
Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus Infection.
Drugs 69, 693-716
Pratiknya, AW. 2008. Dasar Dasar
Metodologi Penelitian
11
Kedokteran dan Kesehatan. Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Price S, Wilson L. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Volume 2. Edisi 6. EGC.
Jakarta.
Putz R, Pabst R. 2006. Atlas Anatomi
Manusia Sobotta. Jilid 2. Edisi 22.
Jakarta: EGC.
Rubinstein E. 2008. Staphylococcus
aureus Bacteremia with Known
Source. International Journal of
Antimicrobial Agents 32S, S18-S20
Riyanto B, Hisyam B. 2006. Obstruksi
Saluran Pernafasan Akut. Dalam
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. 2006.
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jilid II. Edisi ke-4. Pusat
Penerbitan IPD FKUI
Reimer LG, Carroll KC. 1998. Role of
the microbiology laboratory in the
diagnosis of lower respiratory tract
infections. Clinical Infectious
Diseases; 26:742-8
Snell RS. 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6.
Jakarta: EGC. p. 48-80
Suriatenggara W. 2001. Pneumonia Di
Masyarakat. J Resp Ind. Hal;
21(2): 46-49
Tierney, L.M., McPhee, S.j., Papadakis,
M.A. 2002. Diagnosis dan Terapi
kedokteran ( Penyakit Dalam).
Jakarta. Penerbit Saleman Medika.
Hal:100-117
Winariani K. 2000 Infeksi Saluran
Napas Bagian Bawah, Diagnosis
dan Pengobatan. Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Penyakit Paru IV.
Wunderik RG. 2000. Clinical Criteria in
the Diagnoss of Ventilator
Associated Pneumonia. Chest;
117: 191S-194S
Yusuf F. 2005. Pneumonia Nosokomial,
pedoman diagnosis &
penatalaksanaan di Indonesia.
PDPI. Jakarta, hal:1-15
. 2003. Pneumonia Komunitas,
pedoman diagnosis &
penatalaksanaan di Indonesia PDPI. Jakarta, hal:1-21