Artikel Skripsi Anggi

11
1 Profil Pneumonia Di Ruang Rawat Inap Smf Paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Anggi Yurikno 1 , Mulyadi 2 , Nuzul Asmilia 3 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian ParuFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh; 3) Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ABSTRAK Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pneumonia di SMF Rawat Inap Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 35. Hasil pada penelitian adalah: pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 30 pasien (85%) dan non bakteri 5 pasien (15%),Klebsiela pneumonie merupakan bakteri penyebab pneumonia terbanyak yaitu 14 pasien (46,7%), penderita dengan jenis kelamin laki-laki cenderung menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22 pasien (88%), lansia cenderung menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 14 pasien (93,3%) dan riwayat perokok aktif cenderung menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22 pasien (88%). Jadi di Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang menderita pnuemonia karena bakteri lebih banyak dibandingkan non bakteri, laki-laki lebih banyak menderita pneumonia dibanding wanita, Usia lansia lebih cenderung menderita pneumonia dibanding dengan usia dewasa dan perokok aktif lebih cenderung menderita pneumonia dibandingkan yang perokok pasif. Kata kunci: Pneumonia,Klebsiela pneumonie, Umur, Perokok ABSTRACT Lower respiratory tract infection still remains a major problem in healthcare, both in developing countries as well as those already advanced. From SEAMIC Health Statistics 2001 data pneumonia is the leading cause of death number 6 in Indonesia. The purpose of this study was to determine the profile of pneumonia in the SMF Inpatient Lung Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study is a descriptive. The sample in this study amounted to 35. Results of the study were: pneumonia caused by bacteria as many as 30 patients (85%) and non-bacterial 5 patients (15%), Klebsiela pneumonie the bacteria that cause pneumonia, most of the 14 patients (46.7%), patients with male sex men tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 22 patients (88%), the elderly tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 14 patients (93.3%) and a history of

description

skripsi gw

Transcript of Artikel Skripsi Anggi

Page 1: Artikel Skripsi Anggi

1

Profil Pneumonia Di Ruang Rawat Inap

Smf Paru Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Anggi Yurikno1, Mulyadi

2, Nuzul Asmilia

3

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian ParuFakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh; 3) Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh

ABSTRAK

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang

kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data

SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di

Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pneumonia di SMF Rawat

Inap Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 35. Hasil pada penelitian adalah:

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 30 pasien (85%) dan non bakteri 5

pasien (15%),Klebsiela pneumonie merupakan bakteri penyebab pneumonia terbanyak

yaitu 14 pasien (46,7%), penderita dengan jenis kelamin laki-laki cenderung menderita

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22 pasien (88%), lansia cenderung

menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 14 pasien (93,3%) dan

riwayat perokok aktif cenderung menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

sebanyak 22 pasien (88%). Jadi di Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh yang menderita pnuemonia karena bakteri lebih banyak dibandingkan non

bakteri, laki-laki lebih banyak menderita pneumonia dibanding wanita, Usia lansia lebih

cenderung menderita pneumonia dibanding dengan usia dewasa dan perokok aktif lebih

cenderung menderita pneumonia dibandingkan yang perokok pasif.

Kata kunci: Pneumonia,Klebsiela pneumonie, Umur, Perokok

ABSTRACT

Lower respiratory tract infection still remains a major problem in healthcare, both

in developing countries as well as those already advanced. From SEAMIC Health Statistics

2001 data pneumonia is the leading cause of death number 6 in Indonesia. The purpose of

this study was to determine the profile of pneumonia in the SMF Inpatient Lung Hospital

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study is a descriptive. The sample in this study

amounted to 35. Results of the study were: pneumonia caused by bacteria as many as 30

patients (85%) and non-bacterial 5 patients (15%), Klebsiela pneumonie the bacteria that

cause pneumonia, most of the 14 patients (46.7%), patients with male sex men tend to

suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 22 patients (88%), the elderly tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 14 patients (93.3%) and a history of

Page 2: Artikel Skripsi Anggi

2

active smokers tend to suffer from pneumonia caused by bacteria as many as 22 patients

(88% .) So Ward SMF Pulmonary dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, which suffered from

pneumonia because more bacteria than the non-bacterial, more men than women suffer

from pneumonia, age elderly are more likely to suffer from pneumonia compared with

adulthood and active smokers were more likely to suffer from pneumonia than nonsmokers.

Key words: Pneumonia, Klebsiela pneumonie, Age, Smoker

PENDAHULUAN

Infeksi saluran napas bawah atau

pneumonia adalah proses peradangan

akut yang mengenai parenkim paru.

Secara klinis pneumonia didefinisikan

sebagai suatu peradangan paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,

virus, jamur, parasit). Peradangan yang

mengenai parenkim paru serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru

dan gangguan pertukaran gas setempat.

Pada pemeriksaan histologis terdapat

pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa

alveolitis dan pengumpulan eksudat yang

dapat ditimbulkan oleh berbagai

penyebab dan berlangsung dalam jangka

waktu yang bervariasi (Niederman, 2003;

Winariani, 2000; Yusuf, 2003).

Secara klinis, pneumonia dibagi

menjadi tiga, yang pertama: pneumonia

komuniti (community-acquired

pneumonia), pneumonia yang didapat di

masyarakat. Kedua: pneumonia

nosokomial (hospital-acqiured

pneumonia) merupakan infeksi

pernapasan yang didapat sewaktu pasien

dirawat di rumah sakit. Ketiga:

pneumonia aspirasi, merupakan

pneumonia yang biasa terjadi pada

penderita gangguan neurologis dan usia

lanjut (Ferrara, 2007; Suryatenggara,

2001).

Laporan World Health

Oganization 2005 menyebutkan, bahwa

pneumonia merupakan salah satu

penyakit infeksi saluran pernafasan akut

yang menjadi penyebab kematian utama

di dunia, baik di negara yang sedang

berkembang maupun yang sudah maju.

Dari data SEAMIC Health Statistic 2001

pneumonia merupakan penyebab

kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9

di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3

di Singapura, nomor 6 di Thailand dan

nomor 3 di Vietnam. Data WHO 2004,

pneumonia komuniti di Amerika 12 kasus

per 1000 orang per tahun dan merupakan

penyebab kematian utama, akibat infeksi

pada orang dewasa. Sedangkan

pneumonia nosokomial menduduki

urutan ke-2, terjadi 5-10 kasus per 1000

pasien (Yusuf, 2005).

Departemen Kesehatan Indonesia

tahun 2001 menyebutkan, bahwa infeksi

saluran napas masih merupakan masalah

utama. Data di RSUP Persahabatan

Jakarta Timur tahun 2001, menyebutkan

58% diantara penderita rawat jalan adalah

kasus infeksi dan 11,6% diantaranya

kasus non tuberkulosis, sedangkan

penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi

dan 14,6% diantaranya kasus non

tuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik

Medan, 53,8% kasus infeksi dan 28,6%

diantaranya infeksi pneumonia. Di RSUD

dr. Soetomo Surabaya didapatkan data

sekitar 180 pneumonia komuniti dengan

angka kematian antara 20-35% (Yusuf,

2005).

Beberapa kelompok yang

mempunyai risiko lebih tinggi untuk

menderita pneumonia, diantaranya: usia

(usia lebih dari 60 tahun, balita dan bayi),

riwayat merokok, kebiasaan hidup yang

Page 3: Artikel Skripsi Anggi

3

kurang bersih, menggunakan obat

imunosupresan, hidup di komunitas yang

mengalami masalah medis, riwayat rawat

inap di rumah sakit, menggunakan alat

bantu napas, menderita penyakit yang

mengakibatkan gangguan fungsi imun

(seperti AIDS, diabetes militus, dan gagal

ginjal ), mengalami gangguan neurologis

dan serebrovaskular, terpapar udara yang

mengandung bahan iritan berbahaya

(seperti udara di daerah industri ) dan

pernah terkena infeksi paru sebelumnya

(Riyanto dan Hisyam, 2006; Yusuf,

2003).

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif yaitu melakukan

pengambilan data variabel bebas dan

variabel terikat dengan cara pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time

approach). Tiap subjek penelitian hanya

sekali saja (Pratiknya, 2008).

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh

pasien pneumonia yang dirawat di SMF

paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh dalam rentang waktu 1 Desember

2010 sampai dengan 28 Februari 2011.

Sampel yang diambil dalam

penelitian ini semua pasien yang

didiagnosa pneumonia yang dirawat di

SMF Paru RSUD Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh dalam rentang waktu 1

Desember 2010 sampai 28 Februari 2011.

Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara total populasi dan kriteria

sampel pada penelitian ini adalah :

a. Penderita yang didiagnosa pneumonia

oleh dokter ahli.

b. Penderita pneumonia yang dirawat di

ruang rawat SMF Paru RSUD Zainoel

Abidin 1 Desember 2010 sampai

dengan 28 Februari 2011.

c. Telah ada hasil kultur sputum.

d. Penderita pneumonia usia dewasa (>18

tahun).

e. Penderita/keluarga bersedia

menandatangani Inform consent.

Instrumen Penelitian

Alat ukur pada penelitian ini adalah

rekem medik pasien dan form penelitian

yang berupa pengisian data tentang pasien

dan faktor resiko.

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara

deskriptif dengan teknik analisis

univariat, yaitu analisis dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Data diolah dengan

menggunakan perhitungan presentase,

kemudian diinterpretasikan dalam tabel

distribusi frekuensi. Kemudian

dilanjutkan dengan membehas hasil

penelitian sesuai dengan teori

kepustakaan (Chandra, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengumpulan data

penelitian yang dikumpulkan selama tiga

bulan (Desember 2010 sampai Februari 2011)

di ruang rawat inap Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh diperoleh jumlah pasien

Pneumonia sebanyak 35 pasien, 25 orang

laki-laki dan 10 orang perempuan.

Gambaran Kejadian Pneumonia Di

Ruang Rawat Inap SMF Paru RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Peneumonia pada penelitian ini

dilihat berdasarkan diagnosis dokter ahli

dan tinjauan perpustakaan. Peneliti

membagi pneumonia berdasarkan

penyebabnya yang dilihat dari

pemeriksaan tambahan (kultur sputum)

Page 4: Artikel Skripsi Anggi

4

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Tua Lansia

Bakteri

Non Bakteri

yaitu Pneumonia yang disebabkan oleh

bakteri (Klebsiela pneumonie,

Streptococcus pneumoniae,

Staphylococcus aureus, Streptococcus Sp,

Streptococcus epidermis dan lain-lain)

dan Pneumonia yang disebabkan oleh non

bakteri (Jamur, virus, bakteri yang tidak

teridentifikasi dan infektan lain). Hasil

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi

Pneumonia di Ruang Rawat Inap SMF

Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh.

Dari tabel di atas terlihat jumlah

pesien pneumonia yang disebabkan

bakteri didapatkan sebanyak 30 pasien

(85,7%%) dan pasien pneumonia yang

disebabkan non bakteri didapatkan 4

pasien (14,3%). Untuk lebih jelas dapat

dilihat gambar 4.1

Gambar 4.1 Distribusi Pneumonia

Bakteri menyebabkan pneumonia,

dari 30 pasien yang ditemukan di RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada

periode 1 Desember 2010- 28 Februari

2011adalah Klebsiela pneumonie 14

pasien (46,7%), Streptococcus

pneumoniae 6 pesien (20%),

Staphylococcus aureus 4 pasien (13,3%),

Streptococcus Sp 3 pasien (10%), dan

Streptococcus epidermis 3 pasien (10%).

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Bakteri Penyebab

Pneumonia di RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh pada Periode 1 Desember

2010- 28 Februari 2011

No Bakteri n %

1 Klebsiela

pneumonie

14 46,7

2 Streptococcus

pneumoniae

6 20

3 Staphylococcus

aureus

4 13,3

4 Streptococcus Sp 3 10

5 Streptococcus

epidermis

3 10

Total 30 100

Nonbakteri menyebabkan

pneumonia, dari 5 pasien yang ditemukan

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

pada periode 1 Desember 2010- 28

Februari 2011adalah jamur sebanyak 2

pasien dan tidak teridetifikasi sebanyak 3

pasien. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut.

No Pnemonia Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

1 Bakteri 30 85,7

2 Non

Bakteri

5 14,3

Total 35 100

Page 5: Artikel Skripsi Anggi

5

Tabel 4.3 Distribusi Non Bakteri

Penyebab Pneumonia di RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh pada Periode

1 Desember 2010- 28 Februari 2011

No Non Bakteri n %

1 Jamur 2 40

2 Tidak

Teridentifikasi

3 60

Total 5 100

Hasil penelitian ini sesuai dengan

laporan RSUD dr.Soetomo Surabaya

pada(1992), dari 25 pasien pneumonia

didapatkan 52% pneumonia disebabkan

oleh bakteri. Tim mikrologi RSUD

dr.Soetomo Surabaya (1992) ditemukan

57% pasien penumonia disebabkan oleh

bakteri (Streptococcus pneumoniae,

stapylococcus aureus dan klabsiela

pneumonie)

Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan, data dari Dinkes Sumatra Utara

(2001) Streptococcus pneumoniae dan

klabsiela pneumonie, merupakan bakteri

penyebab pneumonia dari 67% kasus

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

dan 33% kasus disebabkan infektan lain (

virus dan jamur). Pada tahun 2003

ditemukan 54% kasus pneumonia yang

disebabkan oleh bakteri, sedangkan 46%

nya disebabkan oleh infektan lain. Walau

mengalami penurunan persentase pada

tahun berikutnya pneumonia yang

diakibatkan oleh bakteri lebih banyak.

Data Dinkes Makasar, juga

menemukan 62% pneumonia (2003)

disebabkan oleh bakteri (Streptococcus

pneumoniae, stapylococcus aureus,

klabsiela pneumonie dan lain-lain).

Namun pada tahun berikutnya pneumonia

yang disebabkan oleh jamur makin

meningkat, serta diikuti dengan

peningkatan jumlah pneumonia akibat

virus influenza.

Persatuan Dokter Paru Indonesia

(2003) menyimpulkan Pneumonia

nosokomial dapat disebabkan oleh kuman

bukan multi drug resistance (MDR)

misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae,

Methicillin Sensitive Staphylococcus

aureus (MSSA) dan kuman MDR

misalnya Pseudomonas aeruginosa,

Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Acinetobacter spp dan Gram positif

seperti Methicillin Resistance

Staphylococcus aureus (MRSA).

Pneumonia nosokomial yang disebabkan

jamur, kuman anaerob dan virus jarang

terjadi.

Gambaran Penderita Pneumonia

Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang

Rawat Inap SMF Paru RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jenis kelamin pasien dilihat dari

rekam medis, yang dibagi menjadi laki-

laki dan perempuan. Hasil selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis

Kelamin Pasien Pneumonia di Ruang

Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

No Jenis Kelamin n %

1 Laki-laki 25 71.4

2 Perempuan 10 28.6

Total 35 100

Dari tabel di atas menerangkan,

jumlah pasien pneumonia berdasarkan

jenis kelamin laki-laki ditemukan 25

orang (71,4%) dan perempuan 10 orang

(28,6%).

Page 6: Artikel Skripsi Anggi

6

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Bakteri Non Bakteri

laki-laki

perempuan

Gambaran Kejadian Pneumonia

Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang

Rawat Inap SMF Paru RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

Dari tabel 4.5 terlihat jumlah pasien

berjenis kelamin laki-laki pneumonia

yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 22

pasien (88%), perempuannya sebanyak 8

pasien (80%). Sedangkan pneumonia

yang disebabkan oleh non bakteri

ditemukan 3 pasien (12%), perempuan 2

pasien (20%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi

Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin di

Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh No

Jenis Kelamin

Bakteri Non Bakteri

TOTAL

n % n % n %

1 Laki-laki 22 88 3 12 25 100

2 Perempu

an

8 80 2 20 10 100

Total 30 85 5 15 35 100

Dari hasil penelitian ini

didapatkan bahwa penderita yang berjenis

kelamin laki-laki cenderung menderita

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

(88%). Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2Distribusi Pneumonia

Berdasarkan Jenis Kelamin

Sesuai dengan penelitian WHO

(2008) prevalensi pneumonia pada laki-

laki yaitu 2,3% sedang pada kelompok

wanita 2%, kelompok laki-laki

berpeluang menderita pneumonia 1,148

kali dibanding kelompok perempuan, dan

setelah bivariat didapat OR kelompok

laki-laki 1,228 dan perempuan 0,000.

Penelitian ini sesuai juga dengan

penelitian Yunarto (2010) 67% penderita

pneumonia adalah laki-laki. Penelitian

yang dilakukan Aminah (2008)

pemantauan efektifitas gentamisin dosis

berganda intravenus terhadap pasien

pneumonia, dimana ditemukan penderita

pneumonia yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 69% dan pesien wanita

31%.

Menurut WHO (2004) hal ini

karena laki-laki lebih banyak keluar

rumah untuk bekerja sehingga lebih

banyak kontak dengan udara yang kotor

dibandingkan dengan perempuan yang

biasanya hanya sebagai ibu rumah tangga

dan lebih banyak tinggal dirumah

sehingga jarang kontak dengan udara

yang tercemar dengan berbagai bakteri

atau virus penyebab pneumonia.

Gambaran Usia Penderita Pneumonia

Di Ruang Rawat Inap SMF Paru

RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Usia pasien pneumonia yang

dirawat di ruang Rawat SMF Paru RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dibagi

menjadi : dewasa muda (>18-24 tahun),

dewasa madya (25-44 tahun), dewasa tua

(45-64 tahun), lansia (>64 tahun). Dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Page 7: Artikel Skripsi Anggi

7

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Tua Lansia

Bakteri

Non Bakteri

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur

Pasien Pneumonia di Ruang Rawat SMF

Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh.

No Usia Pasien n %

1 Dewasa muda 0 0

2 Dewasa madya 6 17,1

3 Dewasa tua 14 40

4 Lansia 15 42.9

Total 35 100%

Data yang didapatkan, penderita

tidak ada yang berusia dewasa muda,

dewasa madya sebanyak 6 orang (17,1%),

dewasa tua 14 orang (40%), lansia 15

orang (42,9).

Gambaran Kejadian Pneumonia

Berdasarkan Usia Di Ruang Rawat

Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Dari tabel 4.7 terlihat jumlah pasien

Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

pada dewasa madya sebanyak 4 pasien

(66,7%), dewasa tua sebanyak 12 pasien

(85,7%) dan lansia sebanyak 14 pasien

(93,3%). Untuk pneumonia yang

disebabkan oleh non bakteri yaitu dewasa

muda sebanyak 0 pasien (0%), dewasa

madya sebanyak 2 pasien (33,3%),

dewasa tua sebanyak 2 pasien (14,3%)

dan lansia sebanyak 8 pasien (6,7%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi

Pneumonia Berdasarkan Umur di Ruang

Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh. No Usia

Pasien

Bakteri Non

Bakteri

Total

n % n % n %

1 Dewasa

muda

0 0 0 0 0 0

2 Dewasa

madya

4 66,7 2 33,3 6 100

3 Dewasa

tua

12 85,7 2 14,3 14 100

4 Lansia 14 93,3 1 6,7 15 100

Total 30 85,7 5 14,3 35 100

Dari hasil penelitian manyatakan

bahwa lansia cenderung menderita

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

(93,3%). Lebih jelas dapat dilihat pada

gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Distribusi Pneumonia

Berdasarkan Usia

Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Soepandi (2006) yaitu dari 18,2

kasus pneumonia per 1000 penduduk

berusia 65-69 tahun. Meningkat menjadi

52,3 kasus per 1000 penduduk adalah

yang berusia 85 tahun ke atas. Sedangkan

menurut WHO (2002), menyampaikan di

Taiwan, kematian akibat pneumonia

mencapai hampir 200 per 100.000 pasien

lansia. Risiko pneumonia pada usia >65

tahun lebih tinggi 6 kali dibanding usia

<60 tahun. Menuru Riyanto (2006)

menyebutkan dimana makin tua umur

seseorang makin menurun kondisi

Page 8: Artikel Skripsi Anggi

8

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Aktif Pasif

bakteri

non bakteri

fisiknya dan makin rapuh terhadap

beberapa penyakit infeksi.karena

pneumonia merupakan penyakit yang

menyerang penderita yang memiliki

kondisi imun yang lemah.

Gambaran Riwayat Merokok Pasien

Pneumonia Di Ruang Rawat Inap

SMF Paru RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Riwayat merokok, Pasien

Pneumonia Di Ruang Rawat SMF Paru

RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,

dibagi menjadi aktif dan pasif. Dapat

dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distrbusi Frekuensi Riwayat

Merokok Pasien Pneumonia di Ruang

Rawat SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Dari data yang didapat pasien

dengan riwayat perokok aktif sebanyak

25 orang (71.4%) dan pasien dengan

riwayat perokok pasif 10 orang (28,6%).

Gambaran Pneumonia Tehadap

Riwayat Merokok Di Ruang Rawat

Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

Dari tabel 4.9 terlihat jumlah pasien

perokok aktif sebanyak 22 pasien (88%)

dan pasien perokok pasif sebanyak 8

pasien (80%) penderita pneumonia yang

disebabkan oleh bakteri. Sedangkan yang

disebabkan oleh non bakteri 3 pasien

aktif (12%) dan 2 pasien pasif ( 20%).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi

Pneumonia Terhadap Riwayat Merokok

di Ruang Rawat SMF Paru RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh. No Merokok Bakteri Non

Bakteri Total

n % n % n %

1 Aktif 22 88 3 12 25 100

2 Pasif 8 80 2 20 10 100

Total 30 85 5 15 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa

perokok aktif cenderung menderita

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

(88%). Lebih jelas dapat dilihat pada

gambar 4.4 berukut.

Gambar 4.4 Distribusi Riwayat

Merokok pada Pneumonia

Sesuai dengan data WHO (2008)

menyebutkan kanker dan infeksi

parupneumonia diderita 12 juta warga

dunia 67% adalah perokok aktif. Hasil

penelitina juga serupa dengan laporan The

Jakarta Global YouthTobacco Survey

(2000) menunjukkan, sebanyak 89% usia

>18 tahun telah menyedot asap rokok

lingkungan di tempat-tempat umum dan

berisiko menderita penyakit bronkitis,

pneumonia dan penyakit telinga tengah.

Paparan asap rokok yang dialami terus-

menerus dapat menambah risiko terkena

penyakit paru-paru dan penyakit jantung

sebesar 20-30%. Lingkungan asap rokok

dapat memperburuk kondisi seseorang

yang mengidap penyakit asma,

No Riwat Merokok n %

1 Aktif 25 71,4

2 Pasif 10 28,4

Total 35 100

Page 9: Artikel Skripsi Anggi

9

menyebabkan bronkitis dan pneumonia.

Asap rokok juga menyebabkan iritasi

mata dan saluran hidung bagi orang yang

berada disekitarnya. Pengaruh lingkungan

asap tembakau dan kebiasaan merokok

dapat menyebabkan gangguan kesehatan

pada Perokok pasif dimulai dari anak-

anak sampai yang belum lahir atau yang

masih di dalam kandungan (Messege dan

Jhonston, 2002).

Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional dengan menggunakan data

primer yang dikumpulkan secara

langsung dan data sekunder yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan

dilakukan oleh dokter ahli paru,

kemudian diolah dan dianalisis sejak awal

Desember sampai Februari 2011. Adapun

keterbatasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Rancangan penelitian deskriptif

dengan menyuguhkan fenomena

sewaktu, tanpa mencoba menganalisa

mengapa dan bagaimana fenomena

tersebut terjadi.

2. Kemungkinan adanya bias pada

penelitian ini, antara lain karena ada

kemungkinan kesalahan pada

pencataan rekam medik, dan pasien

tidak men jawab pertanyaan dari

peneliti dengan jujur.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini

peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

1. Penderita pneumonia di Ruang Rawat

Inap SMF Paru RSUD dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh pada periode 1

Desember 2010 - 28 Februari 2011,

yang disebabkan oleh bakteri sebesar

85,7% dan 14,3% yang di akibatkan

oleh non bakteri.

2. Klebsiela pneumonie merupakan

bakteri penyebab pneumonia

terbanyakdi Ruang Rawat Inap SMF

Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh pada periode 1 Desember 2010 -

28 Februari 2011 yaitu 46,7%.

3. Penderita yang berjenis kelamin laki-

laki cenderung menderita pneumonia

yang disebabkan oleh bakteri (88%).

4. Penderita yang lansia cenderung

menderita pneumonia yang disebabkan

oleh bakteri (93,3%).

5. Penderita yang mempunyai riwayat

perokok aktif cenderung menderita

pneumonia yang disebabkan oleh

bakteri (88%).

SARAN

Merujuk dari hasil penelitian,

peneliti memiliki beberapa saran yaitu:

1. Bagi Masyarakat

Sebagai tindakan pencegahan

diharapkan masyarakat bisa bekerja sama

menciptakan lingkungan dan perilaku

hidup sehat (tidak merokok, dapat

menjaga kebersihan makanan, menjaga

tubuh tetap bugar, memperhatikan

kebersihan lingkungan, mawas diri

terhadap lingkungan sekitar, segera

periksa ke puskesmas atau rumah sakit

terdekat kalau ada tanda-tanda pneumonia

dan hindari kontak langsung dengan

penderita yang sudah terinfeksi).

2. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan perumusan kebijakan

program kesehatan, Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan khususnya pneumonia, agar

dapat lebih diperbaiki dan dilaksanakan

seperti kegiatan penyuluhan mengenai

bahaya rokok kepada masyarakat, penyuluhan tentang penyakit infeksi

Page 10: Artikel Skripsi Anggi

10

kepada masyarakat, melakukan

pemantauan terhadap daerah-daerah yang

memiliki faktor risiko, pelatihan terhadap

tenaga medis supaya tidak ikut terinfeksi

dan peringatan kepada petugas medis agar

menjaga kesterilan alat medis.

DAFTAR PUSTAKA

Antoniou KM, Ferdoutsis E, Bouros D.

2003. Interferons and Their

Application in The Disease of The

Lung. Chest 123:209-216

Bruke A, Cunhan MD. 2001. Pneumonia

in the ImmunocompromisedHost.

Radiologic Clinik of North

American. 39(6):1-2

Crevel VR. 2002 Innate Immunity to

Mycobacterium Infection. Clinical

Microbiology Riviews, 15(2):294-

309

Chandra B. 2008. Metode Penelitian

Kesehatan. EGC: Jakarta

Ferrara AM. 2007. Treatment of

Hospital-Acquired Pneumonia

Caused by Methicillin- Resistant

Staphylococcus aureus. International Journal of

Antimicrobial Agents 30, 19-24

Gayton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. EGC:

Jakarta. P. 597-611

Galego M, Rello J. 1999. Diagnostic

Testing for Ventilator Associated

Pneumonia. Clin in Chest Med.

WBsanders Philadelphia; 20:671-

680

Hidron AI, Low CE, Honig. EG,

Blumberg HM. 2009. Emergence

of Community-

AcquiredMethicillin-Resistant

Staphylococcus aureusStrain

USA300 As A Cause of

NecrotisingCommunity-Onset

Pneumonia. Lancet Infect Dis 9,

384-392

Message SD, Johnnston SL. 2002.

Infection. In Asthma And COPD

Basic Mechanisms and Clinical

Mangement. Ed by Barnes.

Elsevier Science Imprint

Amsterdam, 408-421

Moon KT. 2009. Recommended

Treatments for Community-

Acquired MRSA

Infections.American Family

Physician 79, 802-804

Niederman MS. 2003.Pneumonia,

Including Community-

Acquired and Nosocomial

Pneumonia .In: Karlinsky JB,

King TE, Glassroth J, Baum GL,

Crapo JD. Baum's Textbook of

Pulmonary Diseases. 7th

Ed.

Lippincott Williams & Wilkins.

Parslow TG. 1997. The Immune

Reponse. In Medical Immunology

(Stite, ETR, Parslow ads) Internacional Edition, Appleton &

Lange, p. 63-73

Patel M. 2009. Community-Associated

Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus Infection.

Drugs 69, 693-716

Pratiknya, AW. 2008. Dasar Dasar

Metodologi Penelitian

Page 11: Artikel Skripsi Anggi

11

Kedokteran dan Kesehatan. Raja

Grafindo Persada: Jakarta

Price S, Wilson L. 2006. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Volume 2. Edisi 6. EGC.

Jakarta.

Putz R, Pabst R. 2006. Atlas Anatomi

Manusia Sobotta. Jilid 2. Edisi 22.

Jakarta: EGC.

Rubinstein E. 2008. Staphylococcus

aureus Bacteremia with Known

Source. International Journal of

Antimicrobial Agents 32S, S18-S20

Riyanto B, Hisyam B. 2006. Obstruksi

Saluran Pernafasan Akut. Dalam

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S. 2006.

Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam.Jilid II. Edisi ke-4. Pusat

Penerbitan IPD FKUI

Reimer LG, Carroll KC. 1998. Role of

the microbiology laboratory in the

diagnosis of lower respiratory tract

infections. Clinical Infectious

Diseases; 26:742-8

Snell RS. 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6.

Jakarta: EGC. p. 48-80

Suriatenggara W. 2001. Pneumonia Di

Masyarakat. J Resp Ind. Hal;

21(2): 46-49

Tierney, L.M., McPhee, S.j., Papadakis,

M.A. 2002. Diagnosis dan Terapi

kedokteran ( Penyakit Dalam).

Jakarta. Penerbit Saleman Medika.

Hal:100-117

Winariani K. 2000 Infeksi Saluran

Napas Bagian Bawah, Diagnosis

dan Pengobatan. Pendidikan

Kedokteran Berkelanjutan Ilmu

Penyakit Paru IV.

Wunderik RG. 2000. Clinical Criteria in

the Diagnoss of Ventilator

Associated Pneumonia. Chest;

117: 191S-194S

Yusuf F. 2005. Pneumonia Nosokomial,

pedoman diagnosis &

penatalaksanaan di Indonesia.

PDPI. Jakarta, hal:1-15

. 2003. Pneumonia Komunitas,

pedoman diagnosis &

penatalaksanaan di Indonesia PDPI. Jakarta, hal:1-21