Artikel Kepemimpinan New
Click here to load reader
-
Upload
jony-saputra -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Artikel Kepemimpinan New
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-
rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama-sama
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau
gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace)
dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from
the inside out).
Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam
membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Kepahlawanan adalah tindakan seorang pahlawan,yaitu suatu sikap yang dimiliki
seseorang dan menunjjukan jiwa atau sifat keberanian,keperkasaan,kegagahan,dan kerelaan
untuk berkorban dalam membela kebenaran dan keadilan.
Orang yang memiliki jiwa kepahlawanan ciri-cirinya yaitu memiliki keberanian,selalu
bertanggung jawab, dan rela berkorban, kepahlawanan merupakan sikap kesatria, berani, terpuji
dalam membela kebenaran. Sikap kepahlawanan telah di tunjukkan oleh para pendahulu kita
ketika mengusir penjajah untuk mencapai kemerdekaan.
Karaktersitik seorang pahlawan sejati adalah keberanian, kebangsawanan hati dan jiwa
serta kejujuran hati nuraninya didalam menilai setiap keadaan, Ia berani bertindak karena benar.
Ia selalu bersedia berkorban untuk kepentingan orang banyak/umum . Ia tidak mudah goyah
ditengah-tengah godaaan untuk menghimpun kekayaan dan kekuasaan bagi idiri sendiri. Orientasi
yang konstan dari seorang pahlawan sejati adalah kepentingan bersama diatas segala-galanya dan
ini mutlak untuk diharuskan.
Hampir saban 10 November kita selalu mengibarkan bendera satu tiang penuh. Upacara
penghormatan pun dilakukan untuk memperingati hari Pahlawan. Seremonial tahunan ini menjadi
satu refleksi bagi kita semua untuk mengenang jasa-jasa besar para pahlawan Indonesia yang
dengan ikhlas mengorbankan segenap jiwa dan raga yang dimiliki sampai tetes darah
penghabisan. Semua itu demi satu tujuan: Kemerdekaan! Merdeka dari penghisapan, merdeka
dari penjajahan, dan merdeka dari penindasan kolonial. Soekarno pernah berkata bahwa bangsa
yang besar adalah bangsa yang tidak pernah lupa akan jasa para pahlawannya. Maka dari itu,
jangan pernah sekalipun melupakan sejarah.
Sebagaimana laiknya sebuah refleksi, peringatan hari pahlawan ini tak cukup sekedar kita
memasang bendera satu tiang penuh dan mengikuti upacara kebesaran yang dipersiapkan,
dihadiri para pejabat, didengarkan pidatonya, lantas selesai begitu saja tanpa ada satu nilai. Dan
hal ini dari tahun ke tahun terasa semakin kurang dihayati dan menjadi kosong makna karena
peringatan ini cenderung bersifat seremonial belaka.
Lebih dari itu, refleksi ini menjadi satu permenungan kita bersama, sejauh mana kita
sebagai angkatan muda(baca: mahasiswa), kaum intelektual terpelajar mampu menjadi bagian
dalam proses pembangunan bangsa ini ke depan? Hal signifikan apa saja yang telah kita perbuat di
dalam arus persaingan yang go global ini? karena seperti apa yang dikatakan oleh Soe Hok Gie
bahwa kitalah generasi yang akan memakmurkan Indonesia.
Memang secara legal formal bangsa ini telah merdeka, tetapi bila kita lihat secara hakikat
ternyata belum sepenuhnya kita merdeka. Penjajahan yang kita alami sekarang tidak sama
dengan apa yang dialami oleh arek-arek Suroboyo ketika melawan Inggris di Surabaya 63 tahun
silam dengan menggunakan beberapa pucuk senjata dan bambu runcing. Bentuk penjajahan yang
kita alami saat ini tidak bermuka garang melainkan berwajah lembut. Kita dijajah secara sistem!
Tengoklah berapa juta massa rakyat Indonesia yang terbelenggu dalam kemiskinan,
mereka yang tidak mampu sekolah, pengangguran yang menumpuk, petani yang dirampas
tanahnya, buruh dengan gaji rendah, belum lagi kanker korupsi yang masih menjamur di tubuh
birokrasi negeri ini. Tan Malaka membuat sebuah illustrasi yang menyedihkan tentang keadaan
rakyat. Sebuah kenyataan yang ditulis puluhan tahun lampau namun masih dekat dengan
kenyataan yang sekarang kita alami: Beberapa juta jiwa sekarang hidup dalam keadaan ‘pagi
makan, petang tidak’. Mereka tidak bertanah dan beralat lagi, tidak berpengharapan di belakang
hari. Kekuasaan atas tanah pabrik, alat-alat pengangkutan dan barang perdagangan, kini
semuanya dipusatkan dalam tangan beberapa sindikat...demikianlah rakyat Indonesia tambah
lama tambah miskin sebab gaji mereka tetap seperti biasa(malahan kerapkali diturunkan),
sementara barang-barang makanan semakin mahal...
Hal inilah yang secara kongkrit harus kita jawab bersama. Bangsa Indonesia saat ini
membutuhkan pahlawan-pahlawan baru untuk mewujudkan kehidupan massa rakyat yang
demokratis secara politik, adil secara sosial, sejahtera secara ekonomi, dan partisipatif secara
budaya.
Pengalaman-pengalaman besar harus dijemput bukan hanya melalui analisa tapi juga
karya-karya penting untuk menggugah kesadaran yang sudah lama terlelap. Di dunia pemikiran
kita bukan sekedar membutuhkan gagasan-gagasan baru melainkan juga ‘alat baca’ yang berpihak
atas massa rakyat yang tertindas. Intelektual adalah bagian dari arus massa tertindas dan
sebaiknya mengerti, memahami, dan menyelami kehidupan mereka. Hal ini tak akan bisa
dimengerti jika mengetahui kehidupan hanya sebatas kegiatan-kegiatan pelatihan, workshop,
rapat, seminar, diskusi atau penelitian ‘pesanan’. Kegiatan itu hanya akan meningkatkan
pendapatan bukan pemahaman atas kenyataan sosial. Membuang keyakinan lama mungkin jadi
syarat utama menuju pada tugas serta mandat seorang intelektual terpelajar