Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT
-
Upload
tini-rohmantini -
Category
Documents
-
view
121 -
download
0
Transcript of Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 1/
1
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (Price & Wilson, 2006). Penyakit ini biasanya menyerang
paru, akan tetapi sepertiga kasus dilaporkan bahwa TB dapat mengenai organ lain.
Sumber penularan adalah droplet, melalui udara bila penderita TB batuk, bersin, dan
berbicara sehingga terhirup oleh orang lain (Kasper et al ., 2004).
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan TB
sebagai Global Emergency (Sudoyo, 2006). Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB dan hampir 50 juta orang terinfeksi oleh TB
yang telah resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Menurut regional WHO
(2008), jumlah terbesar TB terdapat di Asia Tenggara, yaitu 33% dari seluruh kasus TB
dunia, 98% angka kematian akibat tuberkulosis terjadi di negara berkembang (Marzuki
& Nelwan, 2005 ; Schmid & Thomas, 2008). Indonesia menjadi negara dengan
prevalensi TB ketiga di dunia setelah Cina dan India (Kawai et al ., 2006 ; Sudoyo,
2006).
Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Againts Tuberculosis and
Lung Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy
(DOTS). Penerapan strategi DOTS dapat secara cepat menekan penularan, juga
mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB) (Nachega
& Chaisson, 2003).
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4 atau 7 bulan). Jenis OAT lini 1 yang digunakan adalah isoniazid,
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 2/
2
rifampisin, pirazinamid, streptomisin, etambutol, dan lini 2 yaitu kanamisin, amikasin,
kuinolon, makrolid dan amoksisilin ditambah asam klavulanat, kapreomisin, sikloserin,
dan thioamide (DEPKES, 2006). Pengobatan terhadap penyakit TB menjadi sulit
dikarenakan banyak yang mengalami resistensi. Resistensi tersebut disebabkan oleh
M. tuberculosis yang telah mengalami perubahan genetik (Nachega & Chaisson,
2003).
Tabel 1.1 Genetik resisten obat pada Mycobacterium tuberculosis
Drug Gene(s) implicated in resistance
Rifampisin ropB; β – subunit of RNA polymerase
Isoniazid katG; catalase peroxydaseoxyR-ahpC; alkylhydrokinase reductase
inhA; enoyl- ACP reductase
kasA; β – ketoacyl acyl carrier protein synthase
Etionamide inhA; enoyl- ACP reductaseStreptomisine rpsL; ribosomal protein S12 involved in rrs: 16S RNA
Flouroquinolones gyrA; DNA gyrase
Ethambutol embCAB; arabinosyl transferase
Pyrazinamide pncA; pyrazinamidase
Menurut WHO (2008), terjadinya resistesi OAT dikarenakan gagal pengobatan,
pasien tidak minum obat secara teratur dalam waktu yang telah ditentukan, kurangnya
supervisi pengobatan yang baik (Susanti, 2008). WHO melaporkan bahwa 64 negara
resistensi terhadap M. tuberculosis, terdapat 273.000 kasus baru yang terjadi di seluruh
dunia pada tahun 2000 (Nikmawati et al ., 2006).
Penelitian mengenai resistensi OAT ini belum banyak dilakukan, sehingga data
mengenai faktor risiko resistensi OAT tidak banyak ditemukan (Charles & Daley,
2002). Data di Indonesia mengenai resistensi OAT masih kurang, terutama di Jawa
Tengah. Suatu studi kesehatan di Indonesia menyebutkan bahwa seorang pasien TB
akan kehilangan waktu produktifnya antara 3-4 bulan, yang setara dengan 20-30% dari
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 3/
3
penghasilan tahunannya dan hampir 75% pasien TB adalah usia produktif (Sudoyo,
2006).
Hipotesis pada penelitian ini yaitu faktor pasien (ketidakpatuhan terhadap
pengobatan, tidak adanya PMO, adanya riwayat kontak dengan penderita resistensi
OAT, adanya riwayat pasien mendapatkan pengobatan TB sebelumnya, dan riwayat
pasien berobat berpindah-pindah) berhubungan dengan resistensi OAT. Faktor
pelayanan kesehatan (penulisan resep yang tidak memenuhi standar pengobatan
tuberkulosis) berhubungan dengan resistensi OAT pada pasien TB paru di Rumah Sakit
Margono dan Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Purwokerto.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko resistensi OAT pada
pasien TB paru di RS Margono dan BP4 Purwokerto. Adapun manfaatnya antara lain:
(1) sebagai informasi untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, (2) sebagai
informasi dan masukan dalam upaya meningkatkan ketepatan diagnosis dan terapi pada
pasien resistensi OAT, (3) sebagai informasi awal bagi penelitian selanjutnya tentang
resistensi OAT, dan (4) sebagai sarana untuk membantu dalam pembuatan kebijakan
di unit-unit pelayanan kesehatan.
Metode
Jenis penelitian yang dipakai adalah observasional analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian case control . Rancangan ini menelaah hubungan antara efek
(penyakit atau kondisi kesehatan) dengan faktor risiko tertentu (Sastroasmoro &
Ismael, 2006). Penelitian dan pengambilan data dilakukan di klinik Paru Rumah Sakit
Margono Soekajo dan BP4 Purwokerto, periode Oktober 2009 - Januari 2010.
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 4/
4
Cara pengambilan data dari rekam medis pasien resistensi OAT dan dengan
wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada pasien. Kuesioner yang
digunakan sebagai alat pengumpulan data diujicobakan kepada orang yang didiagnosis
TB untuk menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur. Korelasi pearson digunakan
untuk mengetahui kevalidan dari pernyataan kuesioner, yaitu dengan menghubungkan
antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total. Reliabilitas menunjukan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, pengukurannya dilakukan
menggunakan Cronbach’s Alpha.
Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat untuk menganalisis variabel
bebas (faktor risiko resistensi OAT) dan variabel tergantung (resistensi OAT). Faktor
risiko ketidakpatuhan terhadap pengobatan, tidak adanya PMO, adanya kontak dengan
penderita resistensi OAT, penulisan resep yang tidak memenuhi standar pengobatan
TB, riwayat pengobatan pasien yang berpindah-pindah serta riwayat pasien
mendapatkan pengobatan OAT sebelumnya dengan kejadian resistensi OAT
menggunakan analisis chi square. Analisis mutivariat yang digunakan adalah regresi
logistik.
Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru di RS Margono dan
BP4 Purwokerto. Populasi terjangkaunya adalah semua pasien TB yang mengalami
resistensi OAT. Subjek penelitian didiagnosis resistensi terhadap satu atau lebih OAT
dan tidak mengidap HIV. Pengambilan subjek dengan cara total sampling . Kelompok
kasus adalah pasien TB paru yang berobat di klinis RS Margono dan BP4 Purwokerto
yang didiagnosis resisten OAT setidaknya satu atau lebih jenis OAT. Kelompok
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 5/
5
kontrol yaitu pasien TB yang berobat di klinik paru RS Margono dan BP4 Purwokerto
tidak menderita resistensi OAT dengan matching pada umur dan jenis kelamin.
Kriteria inklusi subjek meliputi antara lain: (1) pasien TB paru yang berobat di
klinik paru RS Margono dan BP4 Purwokerto serta didiagnosis resisten tehadap satu
atau lebih OAT, (2) hasil pemeriksaan BTA positif, (3) berlokasi di karesidenan
Banyumas, dan (4) pasien yang menandatangani informed consent . Adapun kriteria
eksklusinya yaitu pasien resistensi OAT yang mengidap penyakit HIV dan pasien yang
sudah meninggal saat dikunjungi.
Hasil
Total subjek penelitian adalah 73 pasien. Mulanya jumlah pasien kasus yang akan
diteliti sebanyak 43 orang, tetapi pada perjalanannya sebanyak 9 pasien meninggal dan
pasien tidak dapat didatangi karena alamat yang tidak jelas. Sehingga, jumlah total
kasus pada penelitian ini sebanyak 30 orang. Oleh karena itu, total kontrol yang
diambil juga 30 orang. Informasi yang diperoleh dari subjek antara lain usia, jenis
kelamin, dan pendidikan.
Tabel 2.1 Karakteristik pasien
Karakteristik Jumlah
P valueKasus (n=30) Kontrol (n=30)
Jenis kelamin
Laki-laki 17 17
Perempuan 13 13Usia
Mean ± SD 44,0 ± 14,45 45,30 ± 13,79 0,876a
Pendidikan terakhir 0,740 b
SD 14 10
SLTP 6 6
SLTA 10 11
Perguruan Tinggi 0 3
Ket : at test tidak berpasangan, bone way ANOVA
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 6/
6
Berdasarkan nilai p dengan uji t test tidak berpasangan didapatkan p 0,876 dan one
way ANOVA mendapatkan nilai p 0,740. Nilai tersebut menunjukkan tidak terdapat
perbedaan karakteristik pasien secara statistik baik pada kasus maupun kontrol. Subjek
tersebut adalah pasien TB paru BTA (+) yang didiagnosis resisten OAT di klinik paru
RS Margono sebagai kasus dan BP4 Purwokerto serta pasien TB paru BTA (+) yang
tidak menderita resistensi obat sebagai kontrol (Tabel 2.1).
Tabel 2.2 Hubungan antara ketidakpatuhan pengobatan, tidak adanya PMO, adanya
kontak penderita resistensi, pemberian resep tidak sesuai standar,
pengobatan pasien yang berpindah-pindah, pasien mendapat pengobatan
OAT sebelumnya, dengan resistensi OAT
Faktor RisikoResistensi
P valueOR
(CI 95%)Resistensi Tidak Resistensi
Kepatuhan
Tidak Patuh 21 9 0,002a 5,44Patuh 9 21 1,8-16,4
PMO
Tidak ada 16 8 0,035a 3,14
Ada 14 22 (1,06-9,26)Kontak
Ada 26 24 0,488a 1,62
Tidak ada 4 6 (0,4-6,4)
Resep
Tidak standar 8 4 0,197a 2,36Standar 22 26 (0,62-8,91)
Sejarah Pengobatan
Pindah 24 15 0,015a 4,00
Tidak pindah 6 11 (1,27-12,57)
Sejarah Pengobatan
Ada 25 7 0,000a 16,42
Tidak ada 5 23 (4,56-59,07)
Ket : achi square
Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan chi square dan multivariat
menggunakan regresi logistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara
kepatuhan terhadapap pengobatan dengan kejadian resistensi OAT dengan nilai p 0,002
(Tabel 2.2). Pasien yang tidak patuh memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar
(OR=5,44) untuk mengalami resistensi dibandingkan dengan pasien yang patuh.
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 7/
7
Berdasarkan data ada tidaknya PMO telah didapatkan nilai p 0,035 sehingga
terdapat hubungan yang signifikan antara tidak adanya PMO dengan kejadian resistensi
OAT. Tidak adanya PMO memungkinkan pasien untuk mengalami resistensi 3 kali
lebih besar (OR=3,14) dari pada pasien yang memiliki PMO (Tabel 2.2). Hasil analisis
riwayat kontak penderita resistensi OAT menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
kontak penderita yang resistensi dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,488; OR=1,62)
pada kasus maupun kontrol. Hubungan antara pemberian resep tidak sesuai dengan
standar pengobatan TB dengan kejadian resistensi OAT menunjukkan hubungan yang
tidak signifikan pada kasus maupun kontrol ( p=0,197; OR=2,36). Hasil analisis pada
sejarah pengobatan yang berpindah-pindah atau tidak ( p=0,015; OR=4,00)
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sejarah pengobatan pasien
berpindah-pindah dengan kejadian resistensi OAT. Risiko terjadinya resistensi 4 kali
lipat lebih besar (OR=4,00) pada pasien yang memiliki sejarah pengobatan TB yang
berpindah-pindah daripada yang tidak, ada tidaknya sejarah pengobatan menunjukkan
hubungan yang positif yaitu adanya sejarah pengobatan TB sebelumnya berhubungan
dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,000; OR=16,42) (Tabel 2.2).
Hasil analisis regresi logistik didapatkan dari 4 variabel yang diteliti hanya satu
variabel yang memiliki hubungan paling berpengaruh dengan kejadian resistensi, yaitu
ketidakpatuhan terhadap pengobatan dengan nilai OR=3,759.
Diskusi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Connix et al . (1999) di Baku, Azerbaijan
infeksi dari M. tuberculosis baik dari yang resisten hanya satu obat ataupun lebih
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 8/
8
berhubungan kuat dengan buruknya kepatuhan terhadap pengobatan. Penggunaan
OAT yang tidak teratur dapat menyebabkan terjadinya resistensi kuman (Nikmawati et
al ., 2006). Pada penelitian kebanyakan pasien mengalami kebosanan mengkonsumsi
obat yang diberikan, karena obat yang diberikan cukup banyak. Beberapa pasien ada
yang merasa sudah lebih baik pada awal pengobatan sehingga tidak meneruskan
mengkonsumsi obat sampai jangka waktu yang telah ditentukan. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Xia et al. (2010) di Shanghai, Cina mengungkapkan
bahwa salahsatu faktor terjadinya resistensi sekunder adalah buruknya kepatuhan
pasien yang disebabkan karena bosan mengkonsumsi OAT dengan jumlah banyak.
Warez et al. (1998) di Nepal meneliti bahwa kepatuhan mengkonsumsi obat selain
dipengaruhi oleh rasa bosan juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, ekonomi, dan
lamanya waktu pengobatan.
Penelitian yang berkaitan dengan hubungan keberadaan PMO dengan kejadian
resistensi OAT telah dilakukan oleh Caminero (2005) bahwa pasien yang tidak
memiliki PMO mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk berkembang menjadi
resisten dibandingkan dengan pasien yang memiliki PMO. Hal ini dikarenakan, PMO
memiliki tanggung jawab untuk selalu mengingatkan dan memotivasi pasien untuk taat
dan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas. Charles & Daley (2002) di California
USA menyatakan dalam penelitiannya bahwa sebagian besar kasus resisten OAT
didapatkan pada orang dengan keluarga atau kerabat dekat yang menderita MDR.
Hasil analisis adanya riwayat kontak penderita resistensi OAT tidak berhubungan
karena pada penelitian ini baik kasus maupun kontrol sama-sama memiliki faktor risiko
paparan oleh kontak. Peneliti juga tidak mengecek langsung kebenaran dari jawaban
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 9/
9
yang diberikan oleh responden. Pada penelitian ini pemberian resep tidak sesuai
standar juga tidak berhubungan dengan kejadian resistensi OAT karena sebagian besar
pasien yang ditanya jawab bahwa resep yang diberikan oleh dokter sama dengan
standar yang ditetapkan pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya bias
recall .
Hubungan antara riwayat pengobatan pasien berpindah-pindah dengan kejadian
resistensi OAT memiliki hubungan yang signifikan ( p 0,0015). Berdasakan teori
bahwa sejarah pengobatan pasien yang berpindah-pindah berhubungan secara tidak
langsung dengan kejadian resisten. Pasien berpindah-pindah tempat berobat lebih
dikarenakan pada ketidakpuasan mereka terhadap pengobatan sehingga pengobatan
menjadi tidak tuntas. Studi yang dilakukan Herbert di Chiangmai, Thailand (2007)
mengungkapkan bahwa pasien resistensi terhadap OAT memiliki riwayat pemberian
OAT sebelumnya. Sebagian besar pasien yang resisten dulunya pernah mengkonsumsi
OAT > 4 bulan. Studi di Eropa menyatakan bahwa riwayat mengkonsumsi OAT
sebelumnya menjadi faktor penentu yang kuat terhadap kejadian MDR (Faustini et al .,
2005).
Peneliti mempunyai keterbatasan antara lain peneliti tidak melalukan cross check
data untuk mengetahui kontak pada pasien yang resistensi obat sehingga data yang
didapatkan kurang sempurna. Kemudian adanya bias recall untuk pengobatan standar.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor risiko resistensi OAT pada pasien TB
paru di RS Margono dan BP4 Purwokerto bahwa terdapat hubungan antara
ketidakpatuhan dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,002; OR=5,44 CI 95% 1,8-16,4),
terdapat hubungan antara tidak adanya PMO dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,035;
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 10
10
OR=3,14 CI 95% 1,06-9,26), tidak terdapat hubungan antara adanya kontak dengan
penderita resistensi OAT dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,488; OR=1,61 CI 95%
0,4-6,4), tidak terdapat hubungan antara pemberian resep tidak sesuai standar TB
dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,197; OR=2,36 CI 95% 0,62-8,91), terdapat
hubungan antara sejarah pengobatan pasien yang berpindah-pindah dengan kejadian
resistensi OAT ( p=0,015; OR=4,00 CI 95% 1,27-12,57), terdapat hubungan antara
sejarah pemberian terapi OAT sebelumnya dengan kejadian resistensi OAT ( p=0,000;
OR=16,42 CI 95% 4,56-59,07).
Daftar Pustaka
Caminero, J.A. 2005. Management of Multidrug-Resistant Tuberculosis and Patients in
Retreatment. European Respiratory Journal , 25(5), pp.928-36.
Charles, L. & Daley, M.D. 2002. Transmission of Multidrug-Resistant Tuberculosis.
American Journal of Respirtory and Critical Care Medicine, 165(6), pp.742-43.
Coninx, R., Mathieu, C., Debacker, M., Mirzoev, F., Ismaelov, A., de Haller, R. et al .
1999. First-line tuberculosis therapy and drug-resistant Mycobacterium
tuberculosis in prisons. National Center for Biotechnology Information,
353(9157), pp.969-73.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Faustini, A., Hal, A.J. & Perucci, C.A. 2005. Risk factors for multidrug resistant
tuberculosis in Europe: a systematic review. Thorax An International Journal of Respiratory Medicine, 61(2), p.158–163.
Kasper, D.L. et al. 2004. Harrison's Principles of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill.
Kawai, V., Sotto, G., Gilman, R.H., Bautista, C.T., Caviedes, ., Huaroto, L. et al .2006. Tuberculosis Mortality, Drug Resistance, and Infectiousness in Patientswith and without HIV Infection in Peru. The American Journal of Tropical
Medicine and Hygiene, 75(6), p.1027–1033.
Marzuki, S. & Nelwan, R. 2005. Protection, Care and Crue Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Medical Journal of Indonesia.
5/14/2018 Artikel Imiah TINI - Faktor Risiko Resistensi OAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-imiah-tini-faktor-risiko-resistensi-oat 11
11
Nachega, J.B. & Chaisson, R.E. 2003. Tuberculosis Drug Resistance: A Global Threat.Oxford Journal Clinical Infectious Disease, 36(1), pp. S24-S30.
Nikmawati, A., Windarwati & Hardjoeno. 2006. Drug Resistance of Mycobacteriumtuberculosis. Journal Unair , 12(2), pp.58-61.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit . 6th ed. Jakarta: EGC.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 2nd
ed. Jakarta: CV Sagung Seto.
Schmid, J.M. & Thomas, G. 2008. World Health Organization. [Online] Available at:
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2008/pr07/en/index.html[Accessed 21 Juli 2008].
Sudoyo, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Susanti, R. 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Pasien Tuberkulosis
Paru dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Purbaratu KotaTasikmalaya. Skripsi. Tasikmalaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammaddiyah Tasikmalaya.
Xia, Y.Y., Hu, D.Y., Liu, F.Y., Wang, X.M., Yuan, Y.L., Tu, D.H. et al . 2010. Designe
of The Anti-tuberculosis Drugs Induced Adverse Reactions in China National
Tuberculosis Prevention and Control Scheme Study (ADACS). BMC Public Health, 267(10), pp.1471-2458.