Artikel Ilmiah (Mutiara Desty).pdf

download Artikel Ilmiah (Mutiara Desty).pdf

of 16

Transcript of Artikel Ilmiah (Mutiara Desty).pdf

  • ARTIKEL ILMIAH

    PENGARUH COENZYME Q10 DAN SELENIUM TERHADAP KADAR MATRIX

    METALLOPROTEINASE-9 TIKUS MODEL (Rattus norvegicus galur Sprague

    dawley) POST OVARIEKTOMI DENGAN PERIODONTITIS

    Oleh:

    MUTIARA DESTY

    G1G010027

    KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

    PURWOKERTO

    2015

  • iARTIKEL ILMIAH

    PENGARUH COENZYME Q10 DAN SELENIUM TERHADAP KADAR MATRIX

    METALLOPROTEINASE-9 TIKUS MODEL (Rattus norvegicus galur Sprague

    dawley) POST OVARIEKTOMI DENGAN PERIODONTITIS

    Oleh:

    MUTIARA DESTY

    G1G010027

    KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

    PURWOKERTO

    2015

  • ii

    PENGARUH COENZYME Q10 DAN SELENIUM TERHADAP KADAR MATRIX METALLOPROTEINASE-9 TIKUS MODEL (Rattus norvegicus galur Sprague

    dawley) POST OVARIEKTOMI DENGAN PERIODONTITIS

    Mutiara Desty1, Haris Budi Widodo2, Saryono3

    1Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

    2Bidang Oral Biologi, Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

    3Bidang Biokimia Hormon, Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

    Alamat korespondensi: Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa TengahIndonesia, 53122. Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Pada perempuan menopause terjadi penurunan kadar estrogen yang menyebabkan meningkatnya risiko periodontitis. Kadar matrix metalloproteinase-9 lebih tinggi pada kondisi periodontitis. Konsumsi dari antioksidan seperti coenzyme q10 dan selenium dapat mengurangi kedalaman poket periodontal dan memperbaiki penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh coenzyme q10 dan selenium terhadap kadar matrix metalloproteinase-9 tikus model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley)post ovariektomi dengan periodontitis. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor tikus dan diperiksa kadar matrix metalloproteinase-9 yang terdapat pada gingival crevicular fluid dan pengukuran kadar matrix metalloproteinase-9 menggunakan ELISA Reader. Terdapat penurunan kadar matrix metalloproteinase-9 pada setiap kelompok dengan hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p < 0,05. Uji beda menggunakan Kruskal-Wallis diperoleh hasil p = 0,033 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna setidaknya pada dua kelompok (p < 0,05). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna terdapat pada kelompok kontrol-coenzyme q10, kontrol-selenium, dan kontrol-kombinasi. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh coenzyme q10, selenium, dan kombinasi coenzyme q10 dan selenium terhadap penurunan kadar matrix metalloproteinase-9 dan penurunan terbesar pada kelompok kombinasi coenzyme q10dan selenium.

    Kata kunci :Coenzyme q10, selenium, matrix metalloproteinase-9, periodontitis, ovariektomi

  • iii

    THE EFFECT OF COENZYME Q10 AND SELENIUM TO MATRIX METALLOPROTEINASE-9 LEVEL IN RAT MODEL (Rattus norvegicus strain Sprague dawley) POST OVARIECTOMY WITH PERIODONTITIS

    Mutiara Desty1, Haris Budi Widodo2, Saryono3

    1Dentistry, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java

    2Department of Oral Biology, Dentistry, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java

    3Department Biochemistry of Hormone, Nursing, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java

    Address for correspondence: Dentistry of Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Central Java, Indonesia, 53122. Email: [email protected]

    ABSTRACT

    In postmenopausal woman, there was a decreased level of estrogen which caused the increasing of periodontitis risk. The level of matrix metalloproteinase-9 was higher in periodontitis condition. Consumption of antioxidants such as coenzyme q10 and selenium could reduce periodontal pocket depth and repair the periodontal disease. The aims of the study was to determine the effect of coenzyme q10 and selenium to matrix metalloproteinase-9 level in rat model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley) post ovariectomy with periodontitis. This research was true experimental that used pretest-posttest control group design. The study carried out on total 28 rats as samples which has been examined matrix metalloproteinase-9 level from gingival crevicular fluid and measurement of matrix metalloproteinase-9 level used ELISA Reader. Matrix metalloproteinase-9 level decreased in each group with Wilcoxon result showed significant differences with p value < 0,05. The different test using Kruskal-Wallis resulted value p = 0,033 that showed significant differences of two group (p < 0,05). The Mann-Whitney test showed that there was a significant different in control-coenzyme q10, control-selenium, and control-combination group. The conclusion of this research there was the effect of coenzyme q10, selenium, and combination coenzyme q10 andselenium to decrease matrix metalloproteinase level and the biggest drop in combination coenzyme q10 and selenium group.

    Keyword :Coenzyme q10, selenium, matrix metalloproteinase-9, periodontitis, ovariectomy

  • 1PENDAHULUAN

    Menopause merupakan bagian dari periode transisi perubahan masa reproduktif ke

    masa tidak produktif. Pada usia menopause terjadi penurunan hormon terutama hormon

    reproduksi yaitu hormon estrogen dan progesteron.1 Hal tersebut mengakibatkan

    perubahan pada rongga mulut seperti, mulut terasa kering (dry mouth) karena volume

    saliva yang berkurang serta meningkatkan insidensi karies gigi, dysaesthesia,

    pengecapan berkurang, gingivitis, periodontitis, dan osteoporosis tulang rahang.2

    Periodontitis merupakan peradangan atau infeksi pada jaringan periodontal.3

    Periodontitis terjadi diawali dengan adanya bakteri pada permukaan gigi. Interaksi

    antara respon host dan bakteri menyebabkan gangguan keseimbangan homeostatis

    sehingga terjadi pengeluaran sitokin proinflamasi yaitu IL-1, IL-6, dan TNF, protease

    (MMP), dan prostaglandin (PGE2).4

    Salah satu mediator adalah matrix metalloproteinase (MMP) yang merupakan

    suatu enzim proteolitik yang mempengaruhi remodeling jaringan dan degradasi dari

    makromolekul matriks ekstraseluler.5 Pada proses inflamasi dengan pembentukan

    tulang, seperti periodontitis menunjukkan adanya peran MMP-9 (92 kDa gelatinase) dan

    MMP-2 (72 kDa gelatinase) kedua enzim tersebut turunannya adalah membran basilaris

    kolagen tipe IV.6

    Sejak diketahui bahwa MMP memiliki peran dalam berbagai proses patologik,

    maka usaha mengatasi keterlibatan MMP dalam proses patologik ditujukan pada

    pengembangan inhibitor untuk melawan aktivitas MMP. Salah satu yang dapat

    menghambat MMP adalah antioksidan.7 Antioksidan adalah zat yang dapat menunda

    atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid.8

  • 2Coenzyme q10 memiliki fungsi sebagai antioksidan yang tinggi dan memberi efek secara

    klinis.9 Selenium merupakan nutrisi dasar yang penting bagi tubuh sebagai jalur

    metabolisme utama termasuk metabolisme hormon tiroid, sistem pertahanan

    antioksidan, dan fungsi kekebalan tubuh.10

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

    pengaruh coenzyme q10 dan selenium terhadap kadar matrix metalloproteinase-9 pada

    tikus model (Rattus norvegicus galur Sprague dawley) post ovariektomi dengan

    periodontitis.

    METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan rancangan penelitian

    menggunakan pretest-posttest control group design.11 Perlakuan hewan coba tikus

    sebanyak 28 ekor yang terbagi menjadi 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok

    kontrol, kelompok coenzyme q10, kelompok selenium, kelompok kombinasi coenzyme

    q10 dan selenium. Tahap yang pertama dilakukan adalah ovariektomi pada hewan coba.

    Prosedur ovariektomi pada tikus yang pertama dilakukan adalah anestesi pada daerah

    paha bagian dalam/luar secara intramuscular. Insisi dilakukan pada area bedah menjorok

    ke dalam 2 cm mengikuti tulang belakang dengan jarak 1,5 cm dari tulang belakang.

    Kemudian dicari ovarium yang berbentuk granul-granul seperti anggur dan berada di

    bawah kolon, dipotong dan disisihkan. Setelah ovariektomi tikus diberikan antibiotik

    selama 3 hari dan analgesik selama 1 hari Perlakuan selanjutnya pada tikus dapat

    dilakukan 14 hari pascaovariektomi.12

  • 3Tikus dibuat menjadi periodontitis dengan cara ligasi menggunakan benang silk

    pada gigi insisivus bawah. Pemberian bakteri porphyromonas gingivalis dilakukan

    setelah ligasi dengan cara diinjeksi pada sulkus gingiva area gigi insisivus bawah dengan

    dosis 1 McFarland sebanyak 0,02 ml. Injeksi bakteri diberikan setiap 3 hari 1 kali

    selama 28 hari. Selanjutnya Pengambilan sample GCF dilakukan dengan menggunakan

    kertas saring yang telah disesuaikan ukurannya. Kertas saring diletakkan ke dalam

    sulkus dan ditunggu sampai dengan 30 detik. Kertas saring kemudian dimasukkan ke

    dalam tube steril dan disimpan dalam suhu -20oC sampai waktu dilakukannya

    eksperimen.13 Pemberian obat pada tikus dilakukan secara oral dengan menggunakan

    jarum kanula.14 Dosis yang digunakan adalah coenzyme q10 1,125 mg/hari, selenium

    1,125 mcg/hari, kombinasi coenzyme q10 0,5625 mg/hari dan selenium 0,5625 mcg/hari

    dengan pemberian konsumsi selama 3 minggu. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar

    matrix metalloproteinase-9 dengan menggunakan ELISA Reader. Sampel dibaca pada

    panjang gelombang 450 nm selama 30 menit.15

    Kadar matrix metalloproteinase-9 yang diperoleh diuji normalitas data

    menggunakan uji Shapiro-wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji Levene. Uji

    Wilcoxon untuk menganalisis rerata perbedaan kadar matrix metalloprotesinase-9 dalam

    satu kelompok. Pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk menganalisis

    perbedaan kadar matrix metalloproteinase-9 pada kelompok tikus model post

    ovariektomi dengan periodontitis dengan pemberian coenzyme q10, selenium, kombinasi

    coenzyme q10 dan selenium, dan kontrol.

  • 4HASIL PENELITIAN

    1. Kadar Matrix Metalloproteinase-9 Seluruh Kelompok

    Hasil rerata kadar matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada tikus model post

    ovariektomi dengan periodontitis pada kelompok coenzyme q10, selenium, kombinasi

    coenzyme q10 dan selenium serta kelompok kontrol dirangkum dalam Gambar 4.1.

    Gambar 4.1 ..Rerata Kadar MMP-9 Sebelum Perlakuan, Setelah Perlakuan, danmmmmmmmiSelisihSumber: Data primer terolah, 2014

    Kadar MMP-9 pada setiap kelompok mengalami perbedaan antara sebelum

    perlakuan dan setelah perlakuan. Data Kadar MMP-9 sebelum dan setelah perlakuan

    dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Rerata Kadar MMP-9

    PerlakuanKadar MMP-9

    Sebelum PerlakuanKadar MMP-9

    Setelah PerlakuanSelisih Kadar MMP-

    9

    Coenzyme q10 0,503 0,067 0,436

    Selenium 0,485 0,049 0,436

    Kombinasi 0,468 0,029 0,439

    Kontrol 0,454 0,299 0,155Sumber: Data terolah, 2014

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    Coenzyme Q10

    Selenium Kombinasi Coenzyme

    Q10 & Selenium

    Kontrol

    Kadar MMP-9 Sebelum Perlakuan

    Kadar MMP-9 Setelah Perlakuan

    Selisih Kadar MMP-9

  • 52. Perbandingan Kadar Matrix Metalloproteinase-9 Setiap Kelompok

    Hasil uji normalitas Shapiro-wilk dan uji homogenitas Levene Test pada

    kelompok coenzyme q10, selenium, kombinasi coenzyme q10 dan selenium serta

    kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan menunjukkan hasil data homogen (p

    > 0,05) tetapi tidak terdistribusi normal (p < 0,05).

    a. Kelompok Coenzyme q10

    Hasil uji Wilcoxon pada kelompok coenzyme q10, menunjukkan bahwa

    terdapat pengaruh coenzyme q10 terhadap kadar MMP-9 dengan perbedaan yang

    bermakna (p = 0,043). Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok coenzyme q10

    sebesar 86,67%. Kadar MMP-9 sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok

    coenzyme q10 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok Coenzyme q10

    No Status Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml) Nilai p1 Sebelum 0,503 0,0432 Setelah 0,067

    Sumber: Data primer terolah, 2014

    b. Kelompok Selenium

    Terdapat pengaruh selenium terhadap kadar MMP-9 dengan hasil uji

    Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,043). Penurunan kadar

    MMP-9 pada kelompok selenium sebesar 89,89%. Kadar MMP-9 sebelum dan

    setelah perlakuan pada kelompok selenium dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok SeleniumNo Status Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml) Nilai p1 Sebelum 0,485 0,0432 Setelah 0,049

    Sumber: Data primer terolah, 2014

  • 6c. Kelompok Kombinasi Coenzyme q10 dan Selenium

    Hasil uji Wilcoxon pada menunjukkan pengaruh kombinasi coenzyme q10

    dan selenium terhadap kadar MMP-9 dengan uji Wilcoxon menunjukkan

    perbedaan yang bermakna (p = 0,028). Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok

    kombiansi coenzyme q10 dan selenium sebesar 93,80%. Kadar MMP-9 sebelum

    dan setelah perlakuan pada kelompok kombinasi coenzyme q10 dan selenium

    dapat dilihat pada Tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok KombinasiNo Status Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml) Nilai p1 Sebelum 0,468 0,0282 Setelah 0,029

    Sumber: Data primer terolah, 2014

    d. Kelompok Kontrol

    Hasil uji Wilcoxon untuk mengetahui adanya perubahan kadar MMP-9

    pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MMP-9

    secara bermakna (p = 0,028). Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok kontrol

    sebesar 34,14%. Kadar MMP-9 sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok

    kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Kadar MMP-9 Sebelum dan Setelah Perlakuan Kelompok KontrolNo Status Rerata Kadar MMP-9 (ng/ml) Nilai p1 Sebelum 0,454 0,0282 Setelah 0,299

    Sumber: Data primer terolah, 2014

    e. Perbandingan Kelompok Coenzyme q10, Selenium dan Kombinasi\

    Uji Kruskal-Wallis untuk menganalisi perbedaan kadar MMP-9 pada

    kelompok coenzyme q10, selenium, kombinasi coenzyme q10 dan selenium serta

  • 7kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna setidaknya

    dua kelompok (p = 0,33). Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa

    perbedaan kadar MMP-9 secara bermakna terjadi pada kelompol kontrol-coenzyme

    q10, kontrol- selenium, dan kontrol kombinasi. Data hasil uji Mann-Whitney dapat

    dilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Antar Kelompok Perlakuan dan KontrolKelompok Coenzyme q10 Selenium Kombinasi Kontrol

    Coenzyme q10 - 1,000 0,931 0,030*

    Selenium 1,000 - 1,000 0,009*Kombinasi 0,931 1,000 - 0,026*

    Kontrol 0,030* 0,009* 0,026* -

    Sumber: Data primer terolah, 2014

    *= terdapat perbedaan bermakna

    PEMBAHASAN PENELITIAN

    1. Kadar Matrix Metalloproteinase-9 Seluruh Kelompok

    Penurunan kadar MMP-9 yang paling tinggi dimiliki oleh kelompok kombinasi

    coenzyme q10 dan selenium sebesar 0,439 ng/ml, kelompok selenium sebesar 0,436

    ng/ml, kelompok coenzyme q10 sebesar 0,436 ng/ml, dan penurunan paling rendah

    dimiliki oleh kelompok kontrol sebesar 0,155 ng/ml (Gambar 4.1). Kadar MMP-9

    pada subjek periodontitis lebih tinggi dibandingkan dengan kadar MMP-9 pada

    subjek sehat.16 Sesuai dengan penelitian ini kadar MMP-9 lebih tinggi pada kondisi

    periodontitis dan setelah diberikan perlakuan kadar MMP-9 menurun yang

    menunjukkan bahwa terjadi proses penyembuhan periodontitis.

    Penurunan kadar MMP-9 pada periodontitis berkorelasi dengan parameter

    klinis yaitu kehilangan perlekatan secara klinis dan perdarahan saat probing.17

    Penggunaan coenzyme q10 sebanyak 75 mg/hari dapat mengurangi kedalaman poket

  • 8dan memperbaiki penyakit periodontal.18 Kondisi kadar selenium rendah didalam

    tubuh berkolerasi secara signifikan dengan penyakit periodontal sehingga dengan

    pemberian konsumsi selenium mampu memperbaiki penyakit periodontal.19

    2. Perbandingan kadar Matrix Metalloproteinase-9 Setiap Kelompok

    Kadar MMP-9 pada kelompok coenzyme q10 sebelum dan setelah perlakuan

    (Tabel 4.2) menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,043). Penggunaan

    coenzyme q10 mengurangi bleeding on probing dan kedalaman poket lebih tinggi

    dibandingkan dengan kelompok kontrol.17 Bleeding on probing dan kedalaman poket

    merupakan gejala klinis dari periodontitis, sehingga sesuai dengan penelitian ini yang

    menunjukkan penurunan kadar MMP-9 dengan penggunaan coenzyme q10 lebih

    tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kadar coenzyme q10 cenderung turun

    seiring bertambahnya usia, terutama pada perempuan yang telah menopause.20 Pada

    kondisi tersebut perawatan rongga mulut dan peningkatan kebersihan rongga mulut

    bisa memperbaiki plak dan kalkulus tetapi tidak memperbaiki kekurangan coenzyme

    q10 sehingga, terapi coenzyme q10 dapat digunakan untuk meningkatkan keseluruhan

    jenis penyakit periodontal.17

    Kadar MMP-9 pada kelompok selenium sebelum dan setelah perlakuan

    menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,043). Selenium merupakan nutrisi

    dasar yang penting bagi tubuh sebagai jalur metabolisme utama.9 Kadar selenium

    yang rendah dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya penyakit periodontal hingga

    13 kali lipat.21 Kondisi menopause menyebabkan kadar estrogen mengalami

    penurunan sehingga ditemukan bahwa kadar selenium menurun dengan drastis pada

    perempuan menopause.22

  • 9Peningkatan produksi reactive oxidative species (ROS) yang terjadi pada

    periodontitis membutuhkan zink, tembaga, dan selenium sebagai nutrisi yang terlibat

    dalam pertahanan antioksidan.23 Selenium merupakan enzim yang terkandung pada

    glutation peroksidase (GSH-Px) pada sisi aktifnya. Glutation peroksidase adalah

    enzim intraseluler yang terdispersi dalam sitoplasma, namun aktivitasnya juga

    ditemukan dalam mitokondria.24 Penggunaan selenium sebagai salah satu terapi

    periodontitis digunakan untuk meningkatkan kadar selenium yang berkurang pada

    kondisi periodontitis.20 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

    bahwa proses penyembuhan peridontitis terjadi pada kelompok pemberian selenium

    dengan penurunan kadar MMP-9.

    Kadar MMP-9 pada kelompok kombinasi coenzyme q10 dan selenium sebelum

    dan setelah perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p = 0,028). Rerata

    kadar MMP-9 pada kelompok kombinasi coenzyme q10 dan selenium menunjukkan

    penurunan yang kadar MMP-9 yang paling tinggi sebesar 0,439 dengan dosis

    pemberian coenzyme q10 dan selenium setengah dosis tunggal. Kombinasi coenzyme

    q10 dan selenium sama-sama ditemukan pada mitokondria dan berperan dalam

    pembentukan ATP tetapi, selenium juga terdispersi dalam sitoplasma.17,24 Kedua obat

    tersebut bekerja secara sinergis sebagai antioksidan untuk mengurangi radikal bebas

    dan memperbaiki penyakit periodontal.

    Penurunan kadar MMP-9 terjadi pada kelompok kontrol dengan jumlah

    penurunan 0,155 ng/ml (Gambar 4.1) dan menunjukkan perbedaan yang bermakna

    (Tabel 4.1). Penyembuhan periodontitis dapat terjadi melalui prosedur perawatan

    ataupun terjadi secara alami. Proses penyembuhan dasar antara setiap terapi

  • 10

    periodontal yang dilakukan tidak memiliki perbedaan. Proses ini terdiri dari

    pembuangan jaringan yang rusak dan penggantian jaringan yang rusak akibat

    penyakit. Termasuk regenerasi dan perbaikan struktur periodontal, tetapi tidak

    termasuk kembalinya perlekatan.25

    Penurunan kadar MMP-9 pada kelompok kontrol bisa terjadi karena faktor usia

    tikus yang menunjukkan metabolisme tubuh yang masih baik, penyembuhan luka

    berlangsung lebih cepat pada usia muda karena pada usia tua terdapat penurunan

    elastisitas jaringan ikat, tulang gagal mempertahankan kekuatan dan berkurangnya

    kemampuan sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak.26 Daya tahan tubuh sangat

    mempengaruhi perkembangan dari periodontitis. Sel-sel imun tubuh akan

    memberikan respon terhadap adanya inflamasi, sehingga akan terjadi proses

    penyembuhan pada periodontitis secara alami terutama pada kondisi periodontitis

    ringan.27

    Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MMP-9

    secara bermakna (p = 0,033). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar

    MMP-9 secara bermakna terjadi pada kelompok kontrol-coenzyme q10, kontrol-

    selenium, dan kontrol-kombinasi coenzyme q10 dan selenium sedangkan antara

    kelompok coenzyme q10, selenium dan kombinasi tidak terdapat perbedaan yang

    bermakna. Tidak adanya perbedaan kadar MMP-9 yang bermakna dikarenakan

    tempat aktivitas coenzyme q10 pada mitokondria dan selenium aktivitasnya

    ditemukan pada mitokondria juga terdispersi pada sitoplasma.17,24 Coenzyme q10 dan

    selenium bekerja sama kuatnya sehingga untuk terapi periodontitis dapat dilakukan

  • 11

    dengan memilih salah satu yaitu, coenzyme q10 atau selenium tanpa harus

    mengkombinasikannya.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat penurunan kadar matrix

    metalloproteinase-9 pada kelompok kontrol, coenzymeq10, selenium, dan kombinasi

    coenzyme q10 dan selenium setelah perlakuan. Tidak terdapat perbedaan kadar matrix

    metalloproteinase-9 secara bermakna antara pemberian coenzyme q10, selenium, dan

    kombinasi coenzyme q10 dan selenium.

    REFERENSI

    1. Brashers, V.R. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Jakarta: EGC.

    2. Joenoes, H., Fatma, D., dan Djamal, N. 2007. Aktivitas Enzim Peroksidase Saliva pada Wanita Sebelum dan Sesudah Menopause. Dentika Dental Journal. 12: 10-13.

    3. Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L. 2000. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.4. Deshmukh, D., Baghel, V.S., Shastri, D.N., Nandini, D., dan Chauhan, N.S. 2010.

    Plant as Bitter. International Journal of Advances in Pharmaceutical Science. 1: 334-343

    5. Wahyukundari, M.A. 2009. Perbedaan Kadar Matrix Metalloproteinase-8 Setelah Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis Kronis. JURNAL PDGI. 58(1): 1-6.

    6. Schmith, M., Grunsfelder, P., dan Hoppe, F. 2001. Up-regulation of Matrix Metalloproteinase-9 in Middle Ear Cholesteatoma-Correlation with Growth Factor Expression in Vivo. Eurpean Arch Otorhinolaryngology. 258(p): 427-76.

    7. Soesilo, N. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Noni (Morinda Citrifolia L) Dosis Bertingkat Terhadap Produksi Nictric Oxide (NO) Makrofag Peritoneum Pada Tikus Galur Wistar Yang Diberi Paparan Asap Rokok. Semarang: Universitas Diponegoro.

    8. Dalimartha, S dan Soedibyo,M. 1999. Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Jakarta: Trubus Agriwidya.

    9. Langsjoen, P.H . 2008. Introduction to Coenzyme Q10. Washington: Washington edu.

  • 12

    10. Brown, K.M. dan Arthur. J.R. 2001. Selenium, Selenoproteins and Human Health: A Review. Scotland: Public Health Nutrition. 4(2B): 593-599.

    11. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.12. Joelianto, R. 2004. Pengaruh Ovariektomi Terhadap Jaringan Periodontal Pada

    Tikus Strain Wistar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.13. Nugraha, L.S. 2011. Cara Dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan

    Mencit. Semarang: Akademi Farmasi Theresiana.14. Nugraha, M.A., Suci, A.W., dan Susilawati, I.D.A. 2014. Kadar LDL dan HDL

    dalam Darah Model Tikus Periodontitis. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2(1): 29-33.15. R&D System. 2013. Quantikine Elisa Rat Total MMP-9. Minneapolis USA: R&D

    System Incorporation.16. Rai, B., Kharb, S., Jain, R., Anand, S.C. 2008. Biomarkers of Periodontitis in Oral

    Fluids. Journal of Oral Science. 50(1): 53-56. 17. Pitale, U., Khetarpal, S., Peter, K., Pal, V., Verma, E., dan Gupta, P. 2012.

    Evaluation of Efficacy of Coenzyme Q10 in Management of Gingivitis & Slight Periodontitis- a Clinical Study. International Journal of Current Pharmaceutical Research. 4: 33-38.

    18. Squires, M. 2011. CoQ10 & Periodontal Disease. Fontain Hills: TyH Publications.19. Thomas, B., Ramesh, A., Suresh, S., dan Prasad, B.R. 2013. A Comparative

    Evaluation of Antioxidant Enzymes and Selenium in The Serum of Periodontitis Patient with Diabetes Mellitus Type 2. Contemporary Clinical Dentistry. 4: 176-180.

    20. Perricone, Nicholas. 2007. The Perricone Preseption. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta

    21. Grossi, S.G. dan Genco, R.J. 1998. Periodontal Disease and Diabetes Mellitus: a Two-way Relationship. Annals Periodontology. 3(1): 51-61

    22. Collins, Joseph. 2000. Discover Your Menopause Type. New York: Three River Press.

    23. Manjunath, Shiva R,G. 2011. Role of Antioxidant as An Adjunct in Periodontal Theraphy. Journal of Academy of Advance Dental Research. 2(2): 9-16.

    24. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.25. Polimeli, G., Xiropaidis, A.V., dan Wukesjo, U.M.E. 2006. Biology and Principles

    of Periodontal Wound Healing/Regeneration. Periodontology 2000. 41: 30-47. 26. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik, Vol 1. Jakarta: EGC.27. Mariano, F.S., Sardi, J.C.O., Duque, C., Hofling, J.F., dan Goncavles, R.B. 2010.

    The Role of Immune System in The Development of Periodontal Disease: A Brief Review. Revista Odonto Ciencia. 25(3):300-305.