Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

9
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika METODE INDUKSI DAN DEDUKSI DALAM FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA NASRUDDIN. ASN NIM : 601131010020 SITI HALIJAH NIM :601131010015 UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

Transcript of Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

Page 1: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

Artikel Filsafat Ilmu dan Logika

METODE INDUKSI DAN DEDUKSI

DALAM FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

NASRUDDIN. ASN NIM : 601131010020 SITI HALIJAH NIM :601131010015

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

Page 2: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

2 |

T

METODE INDUKSI DAN DEDUKSI DALAM FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

NASRUDDIN. ASN dan SITI HALIJAH

ujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Susunan

kebenaran yang sebenarnya secara sistematis yang disebut sistematika

filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar

filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai.Hasil berfikir tentang

segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu tadi telah diterbitkan dalam bentuk

buku. Objek penelitian filsafat sangat luas dan memerlukan penelitian mendalam,

sehingga diperlukan pemetaan atau pembagian untuk lebih memahaminya.

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melelui akal, indera, dan lain-lain.

Memunculkan metode untuk mempermudah memahami filsafat.

A. Sejarah Metode Deduksi dan Induksi

Pola berpikir induksi berkembang pesat dalam konteks revolusi saintifik pada

abad 16 dan 17. Seiring dengan lahirnya ilmu pengetahuan modern. Disebut revolusi

karena pada masa itu, segala pandangan-pandangan lama di dalam masyarakat

dengan sangat cepat dibuang, dan segera digantikan dengan pandangan-pandangan

baru yang didasarkan pada metode penelitian ilmiah. Perubahan besar ini dimulai

dengan karya-karya Galileo Galilei (1564-1642), dan mencapai puncaknya dalam

karya Isaac Newton (1642-1727) tentang fisika. Bahkan dapat dikatakan bahwa

perkembangan di dalam fisika adalah tanda majunya seluruh ilmu pengetahuan pada

masa itu. Fisika adalah garda depan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Hal

ini terjadi karena ilmu fisika mampu memberikan penjelasan, dan bahkan prediksi,

yang kuat atas terjadinya berbagai fenomena alam. Juga di dalam fisika terjadi

perkembangan teknologi yang amat pesat, seperti lahirnya teleskop, mikroskop, dan

berbagai peralatan lainnya.

Untuk memahami revolusi saintifik yang terjadi pada abad 16 dan 17, kita juga

perlu mencermati fenomena yang disebut sebagai revolusi Kopernikan. Intinya

begini bahwa pusat dari alam semesta bukanlah bumi (geosentris), melainkan

matahari (heliosentris). Arti pentingnya terletak pada pokok argumen berikut, bahwa

pemikiran Aristoteles (388-322 SM), yang sudah mendominasi dunia selama kurang

Page 3: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

3 |

lebih 500 tahun, runtuh. Dunia –terutama Eropa- mengalami perubahan paradigma

yang begitu mengagetkan. Para pemikir baru lahir dengan gagasan dan metode

pendekatan yang amat berbeda dengan pola berpikir Aristotelian. Gagasan dan

metode tersebut pun terbukti mampu memberikan pengetahuan-pengetahuan baru

yang sebelumnya tak ada.

Di dalam filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan seringkali diartikan sebagai

kepercayaan yang telah terbukti benar. Ilmu pengetahuan modern menyediakan

sarana untuk pembuktian, apakah suatu pengetahuan itu layak disebut pengetahuan,

atau tidak. Sarana itulah yang disebut sebagai metode, yakni seperangkat prosedur

yang bisa digunakan untuk membedakan antara pengetahuan dan bukan

pengetahuan. Permasalahannya adalah metode yang berupa seperangkat prosedur itu

seringkali tidak cukup memadai untuk digunakan sebagai alat pembeda antara

pengetahuan dan bukan pengetahuan.

Sampai sekarang para ahli masih memperdebatkan metode macam apakah

yang tepat untuk digunakan di dalam memperoleh pengetahuan yang benar. Di dalam

revolusi saintifik, kritik tajam ditujukan pada paradigma Aristotelian. Namun apa

saja inti dari paradigma ini, yang berhasil mendominasi Eropa dan Timur Tengah

selama kurang lebih 500 tahun? Aristotelian adalah sebuah aliran berpikir yang

memang berpijak pada pemikiran Aristoteles, namun juga mengalami percampuran

dengan tradisi-tradisi berpikir lainnya. Pada era abad pertengahan, pemikiran

Aristoteles mengalami percampuran dengan ajaran Kristiani. Hasilnya adalah

kosmologi (pandangan tentang alam) skolastik yang menjelaskan gerak planet-

planet, sampai mengapa benda jatuh ke bawah, ketika dilepaskan.

Pandangan ini begitu kuat tertanam di dalam pikiran para intelektual Kristiani

abad pertengahan. Isinya kira-kira begini: bumi dan langit adalah dua entitas yang

berbeda. Di dalam bumi segala sesuatu berubah, dan akan berakhir pada kehancuran.

Di dalam bumi tidak ada yang sempurna. Segala sesuatu yang ada di dalam bumi

merupakan campuran dari tanah, udara, api, dan air. Sementara langit adalah entitas

yang sempurna dan abadi. Segala sesuatu yang ada di langit, termasuk bintang-

bintang, bulan, dan matahari, bersifat permanen; tidak berubah.

Perlu diingat bahwa tidak semua pemikir Eropa sepakat dengan pandangan

Aristotelian, sebagaimana dibahas di atas. Namun pandangan Aristotelian tersebut

rupanya digunakan oleh otoritas Gereja Katolik Roma Eropa pada masa itu, sehingga

bisa tetap menjadi paradigma yang dominan. Proses perubahan paradigma terjadi

Page 4: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

4 |

secara perlahan, namun pasti. Ada beberapa peristiwa yang kontroversial, seperti

konflik Gereja Katolik Roma dengan Galileo Galilei. Pada akhir abad ke-17,

pemikiran non-Aristotelian, sebagaimana diperkenalkan oleh Galileo dan Newton,

sudah diterima secara umum oleh masyarakat.

Salah satu peristiwa yang amat penting, yangperlu untuk menjadi catatan,

adalah terbitnya buku yang berisi teori tentang gerak-gerak planet yang ditulis oleh

Nicolaus Copernicus (1473-1543) pada 1543. Di dalam kosmologi Aristotelian, bumi

adalah pusat dari alam semesta. Semua benda langit bergerak mengelilingi bumi

dalam bentuk lingkaran. Pandangan ini kemudian diperkuat dengan penelitian

matematis yang dilakukan oleh Ptolemy dari Alexandria yang hidup sekitar 150

tahun sebelum Masehi.

B. Pengertian Induksi dan Deduksi

1. Metode Induksi

Induksi yaitu suatu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil

observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.yang bertolak

dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada pernyataan universal. Dalam bahasa

yang lebih sederhana dapat dijelskan bahwa metode Induksi yaitu Induksi adalah

cara berpikir untuk menarikkesimpulan yang bersifat umum dari khusus-khusus yang

bersifat individual.

Penalaran ini di mulai dari kenyataan-kenyataan yang bersifat khusus dan

terbatas di akhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.1Inti dari logika Induksi

adalah pengumpulan data sebanyak mungkin terkait dengan fenomena yang diteliti,

eksperimen, dan penarikan kesimpulan berdasarkan eksperimen yang dilakukan

dengan berpijak pada data yang telah ada.

Jika dirumuskan dengan sangat singkat, pola berpikir Induksi adalah “cara

berpikir yang menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang

bersifat individual. Dimulai dari penalaran yang dimulai dari kernyataan-kenyataan

yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan yang bersifat

umum.Dengan syarat pengamatan yang dilakukan harus bersih dari semua bentuk

prasangka. Menurut Ladyman, “Jika semua ini sudah dilakukan, maka pengetahuan

yang peroleh adalah pengetahuan yang bias dipertanggungjawabkan.” Pengetahuan

1 H. Mundiri. Logika, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, h.13

Page 5: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

5 |

ini nantinya dapat gunakan untuk menjelaskan berbagai hal yang ada di dunia,

ataupun untuk melakukan prediksi kejadian di masa depan.

Contoh Induksi :

Besi dipanaskan memuai

Seng dipanaskan memuai

Emas dipanaskan memuai

Timah dipanaskan memuai

Platina di panaskan memuai

Jadi: semua logam jika dipanaskan memuai.

Kerbau punya mata. Anjing punya mata. kucing punya mata. Setiap hewan

punya mata. Penalaran Induksi membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi

tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran Induksi erat dengan

pengumpulan data dan statistik.

Contoh lainnya, metode induksi ini sendiri seperti ilmu mengajarkan kita

bahwa kalau logam dipanasi ia akan mengembang, bertolak dari teori ini akan

diketahui bahwa logam lain kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh

diatas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang

disebut sintetik.

2. Metode Deduksi

Deduksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris

diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang berutan. Hal-hal yang harus

ada dalam metode Deduksi ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-

kesimpulan itu sendiri.2 Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan

apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan

teori-teori laindan ada pengujian teori dangan jalan menerapkan secara empiris

kesimpulan-kesinmpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

Dalam bahasa yang lebih sederhana Deduksi dapat diartikan sebagai pola

berfikir dari umum ke khusus. Pola ini sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Kita melihat gambaran besar sebelum ke gambaran yang lebih spesifik.

Dari sudut pandang ilmu modern, pola deduksi tidak terlalu berguna, karena

dianggap tidak memiliki dasar empiris, dan tidak membuka orang pada pengetahuan

2 Ibid., h14

Page 6: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

6 |

baru. Misalnya jika kita ingin tahu pengaruh matahari pada kain katun, kita tidak bisa

menggunakan pola berpikir Deduksi. Kita harus menjemur kain katun di panas

matahari, sampai semua dampaknya terlihat. Di dalam paradigma ilmu pengetahuan

modern, aktivitas penelitian selalu terkait dengan proses pengumpulan data,

eksperimen, dan mengamati secara detil apa yang terjadi di dalam dunia. Paham

semacam ini lahir dari pandangan empirisme di dalam filsafat, yakni pandangan yang

menyatakan, bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pancara indera

manusia, dan bukan melalui pikiran semata.

Pengetahuan sebagai kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan perlu

memiliki bukti-bukti yang diperoleh melalui pengumpulan data. Penarikan

kesimpulan deduksi pada hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara

induksi. Dalam penalaran Deduksi maka kesimpulan yang ditarik akan benar jika

premis-premis yang digunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulan sah.

Sedangkan dalam penalaran Induksi meskipun premis-premisnya benar dan prosedur

penarikan kesimpulan sah, kesimpulan itu belum tentu benar yang dapat kita katakan

adalah bahwa kesimpulan itu mempunyai peluang (cukup besar) untuk benar.

Contoh Deduksi :Kita misal kita memikirkan soal Kucing. Kucing memiliki

ciri-ciri berkaki empat, berekor dan bertaring. Maka kesimpulannya, Kucing Budi

seharusnya memiliki kaki empat, berekor dan bertaring. Sebelum kita melihat

Kucing Budi kita punya gambaran mengenai Kucing.

Andai kita menemukan Kucing budi berkaki dua dan bersayap kita bisa

merubah gambaran kita mengenai Kucing atau mempertanyakan apakah peliharaan

budi adalah Kucing.

Contoh lainnya, Seperti dicontohkan oleh Ladyman, pola berpikir logika akan

mengambil bentuk seperti ini :

Setiap manusia pasti mati

Andre adalah manusia

Dengan demikian Andre pasti mati.

Juga perhatikan contoh berikut;

Semua kucing adalah pemikir hebat

Kucrit adalah kucing.

Dengan demikian Kucrit adalah pemikir hebat. Di dalam argumen pertama,

kita bisa melihat, bahwa dua premis pertama bisa dibenarkan. Maka premis ketiga

yang merupakan kesimpulan juga bisa dibenarkan. Sementara pada argumen kedua,

Page 7: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

7 |

premis pertama masih diragukan kebenarannya. Maka premis ketiga yang merupakan

kesimpulan juga masih bisa diragukan kebenarannya.

Hukum logika dasar sebagaimana dirumuskan oleh Aristoteles adalah sebagai

berikut, jika premis ada yang salah, maka kesimpulan pasti salah. Jika kesimpulan

salah maka premis masih bisa benar, walaupun harus dipastikan lebih jauh. Inilah

yang disebut sebagai pola berpikir Deduksi, yakni refleksi rasional tentang

argumentasi.

C. Perbedaan Induksi dan Deduksi

INDUKSI DEDUKSI

Jika premis benar, kesimpulan

mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Jika semua premis benar maka

kesimpulan pasti benar.

Kesimpulan memuat informasi yang

tak ada, bahkan secara implisit,

dalam premis.

Semua informasi atau fakta pada

kesimpulan sudah ada, sekurangnya

secara implisit, dalam premis.

Dari table diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu; berpikir induksi adalah

menarik pernyataan yang didasarkan pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan

berpikir deduksi adalah penarikan pernyataan yang didasarkan pada hukum dan teori.

D. Hubungan Logika dengan Induksi dan Deduksi

Hubungan Logika dan Induksi sering disebut juga Logika Induksi atau

penalaran Induksi. Penalaran Induksi adalah penalaran yang berangkat dari

serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan

mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas

dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang

bersifat umum.3

Pendapat Francis Bacon, sama dengan John S.Mill (1806-1873) yang

merupakan filsuf yang juga memperkenalkan “proses generalisasi” dengan cara

induksi. Dalam persoalan generalisasi ini, Mill sependapat dengan David Hume yang

mempersoalkan secara radikal.

3 Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, PT.Rineka Cipta, Jakarta 2010 ( googlebooks), H.123

Page 8: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

8 |

Mill melihat tugas utama logika lebih dari sekedar menentukan patokan

deduksi silogistis yang tak pernah menyampaikan pengetahuan baru. Ia berharap

bahwa jasa metodenya dalam logika Induksi sama besarnya dengan jasa Aristoteles

dalam logika Induksi. Menurutnya, pemikiran silogistis selalu mencakup suatu

lingkaran setan (petitio), dimana kesimpulan sudah terkandung di dalam premis,

sedangkan premis itu sendiri akhirnya masih bertumpu juga pada induksi empiris.

Tugas logika menurutnya cukup luas, termasuk meliputi ilmu-ilmu sosial dan

psikologi yang memang pada masing-masing ilmu itu logika telah diletakkan dasar-

dasarnya oleh Comte dan James Mill.

Hubungan Logika dan Deduksi, menurut Langeveld, logika itu adalah

kepandaian untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari syarat-syarat yang

harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan secara benar atau untuk menghasilkan

pengetahuan yang bersifat ilmiah. Unsur utama logika adalah pemikiran dan

keputusan.4

Hubungan logika dan Deduksi sering disebut juga Logika Deduksi atau

penalaran Deduksi. Penalaran Deduksi adalah penalaran yang membangun atau

mengevaluasi argumen Deduksi. Argumen dinyatakan Deduksi dan valid hanya jika

kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis –

premisnya.

Contoh :Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup

(premis mayor)Anton adalah seorang makhluk hidup (premis minor).Jadi, Anton

perlu makan untuk mempertahankan hidupnya (kesimpulan).

E. Kesimpulan

Sejarah Metode Deduksi dan Induksi, pola berpikir induksi berkembang pesat

dalam konteks revolusi saintifik pada abad 16 dan 17. Seiring dengan lahirnya ilmu

pengetahuan modern. Disebut revolusi karena pada masa itu, segala pandangan-

pandangan lama di dalam masyarakat dengan sangat cepat dibuang, dan segera

digantikan dengan pandangan-pandangan baru yang didasarkan pada metode

penelitian ilmiah. Perubahan besar ini dimulai dengan karya-karya Galileo Galilei

(1564-1642), dan mencapai puncaknya dalam karya Isaac Newton (1642-1727)

tentang fisika.

4 Soetriono, Filsafat Ilmu ,Andi, Yogyakerta, 2007(googlebook), H.125

Page 9: Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi

9 |

Di dalam filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan seringkali diartikan sebagai

kepercayaan yang telah terbukti benar. Ilmu pengetahuan modern menyediakan

sarana untuk pembuktian, apakah suatu pengetahuan itu layak disebut pengetahuan,

atau tidak. Sarana itulah yang disebut sebagai metode, yakni seperangkat prosedur

yang bisa digunakan untuk membedakan antara pengetahuan dan bukan

pengetahuan.

Induksi yaitu suatu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil

observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.yang bertolak

dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pada pernyataan universal.

Deduksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris

diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang berutan. Hal-hal yang harus

ada dalam metode Deduksi ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-

kesimpulan itu sendiri

Hubungan Logika dan Induksi sering disebut juga Logika Induksi atau

penalaran Induksi. Penalaran Induksi adalah penalaran yang berangkat dari

serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Dimulai dengan

mengemukakan pernyataan – pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas

dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian diakhiri dengan pernyataan yang

bersifat umum.

Hubungan logika dan Deduksi sering disebut juga Logika Deduksi atau

penalaran Deduksi. Penalaran Deduksi adalah penalaran yang membangun atau

mengevaluasi argumen Deduksi. Argumen dinyatakan Deduksi dan valid hanya jika

kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekunsi logis dari premis –

premisnya.

Referensi :

Mundiri, H. 2011. Logika.Rajawali Pers, Jakarta.

http://edukasi.kompasiana.com/metode-induksi-di-dalam-penelitian-ilmiah/

http://www.filsafatilmu.com/artikel/objek-kajian/deduksi-dan-induksi/