Artikel Aec Dan Repc

28
Suswono: Jelang MEA 2015, Petani Harus Tingkatkan Daya Saing Keintaan !asyarakat ter"a#a$ $ro#uk lokal $erlu #itingkatkan% ddd Sabtu, 6 September 2014, 22:50 Mohammad Adam, Tudji Martudji Menko Perekono!ian &"airul Tan'ung (ersa!a Menteri Per#agangan M )ut*i #an Menteri Pertanian Suswono !elakukan ins$eksi #i Pasar +n#uk &i$inang, Ju!at 1-./.201 % + Anews.+k"wan 3anuar Follow us on + Anews - Menteri Pertanian, Suswono, menminat!an mas"ara!at #ndonesia a!an menhadapi persainan pasar bebas denan diber$a!u!ann"a Mas"ara!at %!onomi AS%A& 'M%A( pada tahun 2 *$eh !arena itu, Suswono menimbau seenap mas"ara!at terutama petani dan ne$a"an untu! menin!at!an !emampuan dan da"a sain demi memenan!an !ompetisi "an ditenarai !ian sen Mas"ara!at %!onomi AS%A& mu$ai diimp$ementasi!an) +Saat ini, untu! da"a sain, posisi neara !ita di urutan !e- , itu harus !ita tin!at!an denan menabun!an sistem pertanian denan te!no$oi,+ ujar Suswono saat men"ampai!an s di pembu!aan pameran bertaju! Suraba"a Aro usiness Mat.hin / % po 2014 di rand it" Sabtu 6 September 2014) Menurut Suswono, penin!atan !emampuan dan da"a sain nasiona$ ini pentin demi menantis

description

AEC

Transcript of Artikel Aec Dan Repc

Suswono: Jelang MEA 2015, Petani Harus Tingkatkan Daya SaingKecintaan masyarakat terhadap produk lokal perlu ditingkatkan.dddSabtu, 6 September 2014, 22:50 Mohammad Adam,Tudji Martudji

Menko Perekonomian Chairul Tanjung bersama Menteri Perdagangan M Lutfi dan Menteri Pertanian Suswono melakukan inspeksi di Pasar Induk Cipinang, Jumat (13/6/2014). (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)Follow us on VIVAnews - Menteri Pertanian, Suswono, menmgingatkan masyarakat Indonesia akan menghadapi era persaingan pasar bebas dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015.

Oleh karena itu, Suswono mengimbau segenap masyarakat terutama petani dan nelayan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing demi memenangkan kompetisi yang ditengarai kian sengit saat Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai diimplementasikan.

"Saat ini, untuk daya saing, posisi negara kita di urutan ke-7, itu harus kita tingkatkan. Salah satunya dengan menggabungkan sistem pertanian dengan teknologi," ujar Suswono saat menyampaikan sambutan di pembukaan pameran bertajuk Surabaya Agro Business Matching & Expo 2014 di Grand City Surabaya, Sabtu 6 September 2014.

Menurut Suswono, peningkatan kemampuan dan daya saing nasional ini penting demi mengantisipasi pasar dalam negeri agar tak didominasi produk impor.

"Melakukan promosi dan mengenalkan produk unggulan guna mendongkrak pemasaran menjadi salah satu cara yang harus dilakukan," kata Suswnono.

Selain itu, kecintaan masyarakat terhadap produk lokal pun perlu semakin ditingkatkan. (one)

BISNIS TEI 2014 Sebagai Upaya Songsong MEA 2015DetailDibuat: 06 September 2014 Ditulis oleh Muhammad Asari Share on email Share on print

Ilustrasi MEA 2015 (Foto: M.Asari)Jakarta - Kementerian Perdagangan RI kembali menggelar pameran dagang internasional terbesar di Indonesia, yaitu Trade Expo Indonesia (TEI) ke-29 pada 8-12 Oktober 2014 mendatang di Jakarta International Expo (JIExpo). TEI 2014 disiapkan sebagai upaya menyongsong perdagangan bebas ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Perhelatan besar ini mengambil tema "Towards Green Business" untuk menunjukkan keberpihakan Indonesia pada isu-isu ramah lingkungan.Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak memastikan MEA 2015 merupakan sebuah peluang yang tak boleh disia-siakan. "Indonesia harus siap. Para pelaku usaha harus disiapkan. Inilah wujud persiapan kita menyongsong MEA 2015," kata Nus di Jakarta dilansir, Jumat (5/9/2014).Pada tahun 2014, agenda tahunan Kemendag memang diselenggarakan sekaligus untuk melihat kesiapan para pelaku bisnis dalam negeri menghadapi MEA. TEI 2014 ini akan diikuti sekitar 2.000 ekshibitor dengan target pengunjung lebih dari 10.000 orang.TEI 2014 menampilkan produk ekspor Indonesia yang meliputi komoditas utama, komoditas prospektif, komoditas ekspor lainnya. Komoditas utama terdiri dari 10 jenis produk yaitu minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO); tekstil dan produk tekstil; elektronik; karet dan produk karet; produk kayu, pulp dan furnitur; produk kimia; produk logam; mesin-mesin; makanan olahan; serta otomotif.Sekitar 10 komoditas prospektif berperan penting mendukung kesempurnaan pameran ini, seperti alas kaki; perhiasan; produk plastik; udang; ikan dan produk ikan; kopi; kakao dan olahannya; kerajinan; rempah; serta kulit dan produk kulit. Sementara komoditas ekspor lain yang turut dipamerkan seperti batubara, hewan dan produk hewan, peralatan medis, buah dan sayur, serta minyak atsiri.Selain itu, akan ditampilkan pula produk dari bidang jasa dan tenaga kerja terlatih, seperti jasa konstruksi, jasa profesi, dan jasa akomodasi. TEI 2014 akan menampilkan Pride of Indonesia Pavilion dan ASEAN Pavilion.Pride of Indonesia Pavilion memamerkan produk kebanggaan Indonesia, merek lokal yang sudah diterima pasar global, di antaranya industri strategis, produk berbasis teknologi, manufaktur, produk berbasis sumber daya alam, pemenang Primaniyarta 2014, produk industri kreatif, dan UKM unggulan. Sedangkan ASEAN Pavilion berupa stan informasi dari perwakilan negara-negara ASEAN dalam rangka menyambut MEA 2015.Produk-produk kebanggaan Indonesia yang akan ditampilkan sangat menarik. "Produk kebanggaan Indonesia karena mampu menembus dan bersaing di pasar internasional," tambah Nus.Contohnya adalah gitar listrik yang mampu menyedot perhatian dunia karena bahannya terbuat dari bambu. Yang juga tak kalah pamornya yaitu perahu karet militer standar North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan baterai untuk mobil premium. Indonesia mampu menghasilkan produk penting yang membanggakan bangsa.Sampai saat ini, tercatat lebih dari 4.000 pengunjung dari 59 negara telah menyatakan minatnya untuk hadir di TEI 2014. Negara-Negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Brasil, Peru, Nigeria, India, Arab Saudi, Malaysia, Vietnam, Tiongkok, dan Jepang.

MEA 2015 60% UMKM Dijalankan Ibu-Ibu, Potensi Tergilas Produk Asing Terbuka Lebar...Ilustrasi MEA 2015 (JIBI/Bisnis.com/Colourbox-com) Sabtu, 6 September 2014 03:33 WIB | Asiska Riviyastuti/JIBI/Solopos | | Solopos.com, SOLO Sekitar 60% usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dijalankan wanita, terutama ibu rumah tangga. Namun usaha tersebut sulit berkembang karena kurangnya pengetahuan mengenai pengembangan usaha.Kenyataan itu dikemukakan Founder Woman Preneur Community (WPC), Irma Sustika, kepada wartawan di Move Megaland Hotel, Kamis (4/9/2014). Menurut dia, gara-gara dijalankan oleh wanita itulah UMKM selama ini sulit berkembang.

Hanya sedikit UMKM bisa meningkatkan nilai jual, terutama jika dijalankan oleh wanita. Akses wanita untuk mengembangkan usaha, menurut Irma, sangat terbatas sehingga UMKM mereka sulit berkembang.Selain itu, sambungnya, kebanyakan wanita yang memiliki usaha menjalankannya karena terpaksa sehingga terkesan tidak maksimal. Akibatnya, usaha tersebut bisa tergilas oleh produk asing apabila Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan pada tahun 2015 mendatang.Melalui WPC ini kami ingin memberi wadah bagi wanita yang memiliki usaha supaya bisa berkembang. Kami ingin memberi peluang dan mendorong supaya wanita memiliki usaha dan bisa mandiri, ungkap Irma.Wanita KreatifMenurut dia, wanita cenderung kreatif sehingga bisa menciptakan berbagai macam usaha seperti kuliner dan kerajinan tangan. Oleh karena itu, wanita butuh diberi motivasi sehingga bisa menginspirasi wanita lainnya.Selain memberi motivasi, pihaknya juga memberikan bantuan pemasaran melalui peluncuran katalog. Menurut dia, saat ini banyak yang bisa membuat produk yang bagus dan berkualitas tapi kesulitan dalam pemasaran sehingga usahanya sulit untuk maju dan bahkan ada yang terpaksa berhenti.Namun kendala terbesar dari pengembangan usaha adalah mental dan skill managerial. Kalau modal usaha itu bukan permasalahan yang besar dan mendasar, terang Co Founder WPC, Ietje S. Guntur.Oleh karena itu, menurutnya setiap tahun harus ada evaluasi usaha. Hal tersebut karena biasanya dalam satu tahun telah melewati beberapa musim dan fase sehingga bisa dievaluasi terkait potensi yang masih bisa dimaksimalkan.

Harga BBM dan MEA 2015Selasa, 26 Agustus 2014 11:10 wib | Koran SINDO - Browser anda tidak mendukung iFrame TOPIK PILIHAN

1. Bola Panas Kenaikan BBM2. Karen Agustiawan Mundur3. Mengupas RAPBN 2015

Harga BBM dan MEA 2015 BEBERAPA pekan terakhir, media massa ramai memberitakan wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun hingga kini belum ada kejelasan kapan dan berapa besaran kenaikan harga BBM. Padahal kepastian itu sangat dibutuhkan pelaku usaha, terutama untuk menghitung rencana bisnis di masa mendatang.

Sebagian besar pelaku usaha sebenarnya tidak mempersoalkan jika pemerintah benar-benar menaikkan harga atau membatasi konsumsi BBM asalkan berlaku di semua daerah. Tapi kalau hanya berlaku pada satu daerah tertentu dikhawatirkan bisa menimbulkan kelangkaan. Para pelaku usaha ketika hendak membuat keputusan bisnis harus terlebih dahulu berhitung. Bagaimana ongkosnya, berapa tarif listrikdanair, bagaimanatingkatinflasi, dan berapa suku bunganya? Untuk itu pelaku usaha membutuhkan kepastian. Pelaku usaha membutuhkan setidaknya tiga bulan untuk menyusun perencanaan.

Tidak bisa mendadak. Jadi kalau rencana kenaikan harga BBM ini tidak juga diumumkan, bagaimana pelaku usaha bisa berhitung? Ada baiknya pemerintah tidak khawatir mengeluarkan kebijakan yang tidak populis.

Daripada tidak memberikan kejelasan, itu sama saja telah menyandera perekonomian. Pemerintah bisa mengimbangi kenaikan harga BBM dengan kebijakan prorakyat. Misalkan saja membebaskan pajak masuk onderdilkendaraansehinggapelakuusaha bisa menurunkan tarif yang dikenakan kepada masyarakat.

Untuk bisnis penyewaan (rental ) kendaraan, pada tigahinggaenambulan pertama pascakenaikan harga BBM akan terimbas negatif. Ini karena konsumen akan mengurangi mobilitasnya. ApalagiBBMmerupakanbagianterpenting bagi operasional perusahaan rental kendaraan. Jadi kemungkinan akan banyak perusahaan rental yang mengurangi kendaraan yang disewakan. Karena itu rencana ekspansi kemungkinan akan direm dulu.

Setelah pasar bisa menerima kenaikan harga BBM, bisnis akan kembali bergerak. Selama ekonominya maju, kebutuhan transportasi, baik orang ataupun barang, akan naik.

Saya rasa semakin lama orang semakin peduli untuk tidak perlu berinvestasi di kendaraan. Semisal suatu perusahaan, kalau mempunyai 20 mobil saja, dengan asumsi harga mobil Rp150 juta per unit, maka harus mengeluarkan dana sekitar Rp3 miliar untuk membeli aset yang tidak produktif.

Akan lebih menguntungkan jika dana sebesar itu dipergunakan untuk membiayai kebutuhan di bisnis intinya, seperti membeli mesin, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih efisien. Apalagi dengan menyewa kendaraan, pelaku usaha tidak lagi harus berpikir mengurus administrasi seperti perpanjangan STNK atau ketika ada musibah kecelakaan.

Dengan demikian aktivitas bisnis pelaku usaha tidak terganggu. Jadi saya yakin, bisnis rental kendaraan akan terus berkembang di masa mendatang. Saat ini, pemain-pemain besar bisnis rental kendaraan ada 5-10 perusahaan. Kita memiliki market share di kisaran 13-14 persen.

Kalau bicara potensi pasar, kirakira bisa 1,5 juta unit. Padahal sekarang suplainya baru di kisaran 150.000-an unit kendaraan. Jadi masih banyak ruang bagi industri ini untuk terus berkembang. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, ancaman perusahaan penyewaan kendaraan asing tidak terlalu mengkhawatirkan.

Mereka kan tidak memiliki local knowledge, semisal bagaimana cara mengembangkan dan mengurus driver di sini. Mereka tidak memiliki kemampuan itu karena di luar negeri lebih banyak yang self driving. Berbeda dengan di sini di mana sebagian besar sudah menggunakan driver.

Jadi menurut saya, pada era MEA bisnis kita tidak akan banyak terganggu karena bisnis modelnya lain. Bisnis ini butuh modal besar. Ibaratnya seperti menanam pohon, tumbuhnya bisa empat tahun lagi. Kalau kita mau terus tumbuh, ya harus berinvestasi. Selain itu, pembiayaannya juga berbeda. Kalau di luar negeri cost of money-nya murah karena tingkat suku bunga rendah.

Di Indonesia umumnya bisa 14 persen. Itulah sebabnya masuk ke Indonesia tidaklah gampang. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan. Di ASEAN yang seperti kita hanya Filipina, lainnya daratan. Kalau seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam itu bisa langsung melalui darat. Kalau mau ke Indonesia naik apa? Naik pesawat atau kapal laut.

Jadi tidak gampang bagi perusahaan rental kendaraan asing masuk ke Indonesia. Malah kita berpikir berencana masuk ke negara-negara lain. Tinggal melihat aturan-aturannya, memungkinkan tidak kita main ke sana.

PRODJO SUNARJANTODirektur Utama PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)

Persiapan Jelang MEA 2015, Badan Usaha Daerah Gelar Pameran"Kompetisi daya saing sudah dimulai."dddKamis, 4 September 2014, 12:46 Mohammad Adam, Romys Binekasri

Ragam produk kerajinan batik yang ditampilkan dalam pameran di Jakarta. [ilustrasi] (VIVAnews/Tasya Paramitha)Follow us on VIVAnews - Pemberlakuan pasar bebas regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, ditengarai akan memengaruhi seluruh aspek perekonomian Indonesia, terutama bisnis daerah.Siap atau tidak, semua pelaku usaha maupun pemerintah dituntut untuk mempersiapkan daya saing pelayanan dan bisnisnya.Dalam rangka menghadapi persaingan yang kian ketat dengan diberlakukannya MEA 2015, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan badan kerja sama Badan Usada Milik Daerah (BUMD) seluruh Indonesia akan menyelenggarakan BUMD Expo dan Strategic Business Forum. Rangkaian kegiatan ini berlangsung pada 17-19 Desember 2014 di Jx Internasional, Surabaya. Wakil Ketua Apkasi, Syaiful Illah, Kamis 4 September 2014, menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai upaya mengembangkan profesionalisme dan kemandirian BUMD dan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD)."Seribu lebih BUMD dan BLUD sebagai penggerak ekonomi daerah tidak bisa lagi wait and see. Kompetisi daya saing sudah dimulai," ujar Syaiful di Jakarta.Menurutnya, mengembangkan semua potensi daerah akan meningkatkan kekuatan nasional menghadapi persaingan bisnis dengan pesaing dari negara lain dalam MEA 2015.Kepala Sekretariat Apkasi, Mercy Luvina Deswanti, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu hasil tindak lanjut pendatanganan MoU Apkasi dan badan kerja sama BUMD seluruh Indonesia.Selain menarik untuk diikuti BUMD seluruh Indonesia, dapat juga diikuti oleh BLUD untuk merebut peluang kerjasama peningkatan pelayanan publik.Syaiful berharap, pameran ini juga dapat sekaligus mempercepat peningkatan daya saing dan kontribusi BUMD dalam persaingan bisnis MEA 2015. (asp)

Indonesia Harus Ubah Pola Pikir Hadapi MEA 2015Masyarakat tak boleh lagi berpikir ingin menjadi pekerja.dddSabtu, 30 Agustus 2014, 14:31 Dwifantya Aquina , Romys Binekasri

Pekerja menyelesaikan pembangunan konstruksi. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)Follow us on VIVAnews - Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015. Untuk itu, Indonesia harus segera bersiap menghadapi tantangan dari negara-negara ASEAN.

Pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy berpendapat, Indonesia harus mengubah cara berpikirnya, yaitu perpindahan cara berpikir yang berbasis pada kemampuan pekerja diubah menjadi cara berpikir pada kemampuan hidup.

"Skill-nya harus dinaikin. Cara berpikir masyarakat Indonesia sekarang, harus diubah dari employee skill menjadi life skill," ujar dia saat ditemui di Warung Daun, Jakarta, Sabtu 30 Agustus 2014.

Menurut Ichsan, Presiden terpilih, Joko Widodo, hebat berbicara soal ekonomi kreatif. Namun, selama pendidikan masyarakat Indonesia ditekankan pada kemampuan dasar bekerja, ekonomi kreatif tidak akan muncul.

"Yang harus muncul adalah life skill. Ekonomi kreatif baru muncul. Kalau Anda lihat orang-orang yang bekerja di ekonomi kreatif adalah orang-orang yang tidak berbasis pada employee skill, namun pada life skill," tuturnya.

Selain itu, Ichsan menambahkan, kemampuan dasar sebagai pekerja tidak boleh menjadi pedoman. Sebab, untuk menghadapi tantangan MEA 2015, persaingan akan semakin kuat, sehingga yang dibutuhkan adalah dasar kemampuan hidup atau life skill.

Menristek Harapkan Ilmuwan ASEAN Ubah ParadigmaSabtu, 23 Agustus 2014 - 20:24

Bogor, Seruu.com - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan, ilmuwan ASEAN perlu mengubah paradigma di era Rantai Nilai Global (Global Value Chain/GVC) yang semakin berkembang agar tidak sekedar menjadi target pasar.TERKAIT

280 Peneliti Ikuti Konfersensi Iptek ASEAN

Gusti Muhammad Hatta pada Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ASEAN di Bogor, Jawa Barat, Sabtu, mengatakan, Perhimpunan Bangsa- Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) secara keseluruhan dianggap sebagai sebuah pasar raksasa yang terus berkembang bagi beberapa negara maju.

Para ilmuwan ASEAN masa depan harus merubah paradigma, untuk tidak hanya menjadi target pasar dari negara maju, tetapi lebih untuk mau membuka diri membuat aktivitas "joint venture" yang didasari saling menguntungkan di setiap negara ASEAN, kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek).

Ia mengatakan, jika memungkinkan industri-industri harus dibangun di ASEAN hingga periode tertentu, sehingga ada proses transfer pengetahuan dan transfer teknologi dari negara maju untuk negara-negara ASEAN.

Ia mengatakan generasi muda ASEAN dapat belajar mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi melalui proses tersebut, dan menginspirasi generasi muda menjadi pengusaha tekno di masa depan.

Tidak diragukan, bahwa telah ada perubahan dalam paradigma di era rantai nilai global sekarang ini. Perdagangan barang-barang setengah jadi telah menggantikan perdagangan biasa dan jasa, karena GVC semakin berkembang.

Negara-negara target, seperti di Asia, yakni negara-negara ASEAN, Tiongkok, dan Amerika Latin seperti Brasil semakin mengembangkan Iptek dan inovasi mereka, yang berpengaruh terhadap produksi teknologi komunikasi dan informasi, transportasi, infrastruktur, dan efektivitas logistik.

Upaya tersebut, lanjutnya, bertujuan agar produk jadi semakin banyak diproduksi di beberapa negara, yang pada akhirnya ini akan berkontribusi meningkatkan GVC.

Meski demikian, ia menegaskan strategi partisipasi dalam lingkungan GVC, untuk perusahaan multinasional dan tuan rumah di ASEAN membutuhkan dialog proaktif, untuk menghasilkan kebijakan yang benar dan kondusif.

Ia berharap kondisi di atas dapat dipertimbangkan pejabat tinggi Komite Iptek ASEAN dalam memformulasi Rencana Aksi Iptek dan Inovasi baru di 2015--2020, mengingat Komite Iptek ASEAN akan dihadapkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir 2015. [Ant]

Sambut MEA 2015, KKP Siapkan SDM Unggul Senin, 1 September 2014 12:09 WIB | 934 ViewsJakarta, 1 September 2014 (ANTARA) - Menyambut era ASEAN Economic Community (MEA) 2015, Indonesia akan dihadapkan suatu dimensi persaingan ekonomi yang lebih dinamis baik regional maupun global. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan sumber daya manusia unggul yang dapat bersaing di dunia global terutama dalam sektor kelautan dan perikanan. Keunggulan tersebut diarahkan untuk mengembangkan industrialisasi perikanan, memantapkan kedaulatan dan ketahanan pangan serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo pada acara wisuda taruna taruni Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Tahun 2014 di Jakarta, Senin (1/9).

Menurut Sharif, sistem pendidikan pada satuan pendidikan KKP merupakan pendidikan vokasi yang mengarah pada pengembangan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan karakter (character building). Pendekatan yang dipakai adalah Teaching Factory (TEFA), dengan komposisi 60 persen praktek dan 40 persen teori. Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya dalam suatu alur produksi. Sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan siap kerja dan dapat bersaing di dunia global, ungkap Sharif.

Sharif menuturkan, melalui pendekatan ini peserta didik dituntut untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan konsumen atau pasar. Sarana dan prasarana pendukung dibuat setara dengan dunia usaha dan dunia industri. Adapun sistem perekrutan peserta didiknya terdiri dari 40 persen anak pelaku utama yakni nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan serta petambak garam. Kemudian 40 persen masyarakat umum dan 20 persen kerja sama dengan instansi terkait.

Selain itu dalam membangun negara poros maritim yang kuat, diperlukan SDM yang unggul dalam pembangunan industrialisasi kelautan dan perikanan yang berbasis pada Ekonomi Biru (Blue Economy). Hal ini membutuhkan dukungan pengetahuan dan teknologi. Implementasinya akan membutuhkan cutting-edge innovations yang tidak hanya mampu memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelajutan, akan tetapi yang lebih konkrit adalah berupa inovasi sistem produksi bersih tanpa limbah. Oleh karena itu, dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dan berpotensi dapat menumbuhkan jutaan wirausaha baru yang berdampak pada pengurangan penggaguran dan kemiskinan, tambah Sharif.

Dalam sambutannya, Sharif menyampaikan lima hal yang sanggat penting agar STP semakin meningkatkan kualitasnya dan tetap menunjukkan karakternya yang berbeda dari lembaga pendidikan lain. Pertama, menanamkan moral yang positif bagi taruna dan lulusannya. Di samping pembinaan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga senantiasa mendidik kejujuran, kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi. Kedua, meningkatkan profesionalisme sehingga para taruna dan lulusannya sangat kompeten dan memahami teknologi sesuai dengan bidangnya. Ketiga, para taruna dan lulusannya harus dididik untuk peduli kepada masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Segmen masyarakat tersebut sebagian besar masih memiliki kondisi ekonomi lemah, sehingga memerlukan kepedulian dan keberpihakan.

Keempat, ciri khas STP yang mengacu pada standar internasional harus tetap dipertahankan. Aspek kurikulum, kualitas tenaga pengajar maupun sarana prasarananya yang telah dirintis dan dikembangkan selama ini, harus tetap ditingkatkan. Sedangkan terakhir, sejak masa perjuangan kemerdekaan, para pendiri negara telah menyadari adanya realitas bahwa negeri kepulauan ini memiliki aneka suku bangsa, adat dan budaya. Oleh karenanya, persatuan bangsa adalah merupakan paradigma yang menonjol untuk tetap diperjuangkan, tandas Sharif.

STP telah banyak melahirkan pakar-pakar yang berprestasi di bidangnya antara lain Dr. Tb. Haeru Rahayu, M.Sc memperoleh penghargaan dari Presiden RI berupa satya lancana pembangunan atas karya inovasinya terkait Teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (BUSMETIK). Kedua, Heri Triyono dan Terry Yuliardi yang dikoordinir oleh I Ketut Daging telah melaksanakan Computer Assisted Test (CAT) pada penerimaan taruna baru tahun 2014. Ketiga, Dadan Syahrul Ramdhani, S.P, M.Si telah berhasil mengimplementasikan Senayan Library Management System (SLiMS). Keempat, I Ketut Daging dan Mugi Mulyono yang telah menghantarkan taruna STP menjadi juara umum nasional pada Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan Tahun 2014. Selain itu, Dr. Suharyanto menjadi SDM Inspiratif dalam hal International Indian Ocean Expedition (IIOE) dan Ecosystem Aproach Fisheries Management (EAFM). Sedangkan Dr. Soenan Hadi Poernomo aktif menulis artikel di berbagai media massa, serta Dr. Andin H dan Dr. Pigoselvi telah menulis buku yang menjadi nominasi buku terbaik, tambah Sharif.

Adapun lulusan yang diwisuda pada kesempatan ini berjumlah 315 orang, terdiri dari Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan (TPI) sebanyak 55 orang, Permesinan Perikanan (MP) 35 orang dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP) 62 orang. Kemudian, Teknologi Akuakultur (TA) 74 orang, Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (TPSP) 32 orang, Penyuluhan Perikanan (PP) 38 orang, dan Pasca Sarjana 19 orang. Hingga saat ini, jumlah alumni STP yang bekerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri berjumlah 9.058 orang. Sedangkan data sebarannya antara lain PNS 34,5 persen, wiraswasta 27 persen, swasta 36,5 persen dan lainnya 2 persen.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Lilly Aprilya Pregiwati, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (Telp. 021-3520350)

REPC

Asean, Japan plan to strengthen partnershipsSeptember 6, 20140 0 Google +0 0 Tools Increase Text Decrease Text Reset Text Print Article The recent Asean-Japan forum marked 40 years of relations between both sides. Reuters picBANGKOK, Sept 6 The Association of Southeast Asian Nations (Asean) and Japan have agreed to strengthen partnership in four different areas, reports Thai News Agency (TNA) today.Thai Permanent Secretary for Foreign Affairs Sihasak Phuangketkeow said this to journalists on Friday, after he attended the 29th Asean-Japan Forum in Tokyo from Sept 3 -4.Sihasak said that participants at the meeting reviewed and followed up progress on the Vision Statement on Asean-Japan Friendship and Cooperation and the joint statement of Asean-Japan Commemorative Summit agreed in Tokyo last December.The agreement was sealed to mark the 40th anniversary of relations between the two sides, which focused on strengthening bilateral partnership in the four areas, including peace and security, prosperity, peoples good quality of life and heart to heart partnership.Sihasak said senior Asean and Japanese officials participating in the meeting also stressed on the significance of Japan towards promoting peace and security, prosperity in Eastern Asia and cooperation between Asean and Japan in fields like anti-terrorism and anti-transnational crime, computer criminals and management of natural disasters through existing cooperation framework. On the economic sphere, the senior official noted that Asean and Japan agreed to further strengthen cooperation in trade, investment and tourism and to prepare a so-called Asean-Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (AJCEP) and the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Both sides also agreed to increase Japans role in helping reducing disparity on development which is considered important for strengthening the Asean Economic Community (AEC), set to be formed by 2015, TNA reported.According to the senior official, participants also discussed transport connectivity in the region, aimed at further enhancing cross-border public links and the national economies of countries along the Indian and the Pacific Oceans. Bernama- See more at: http://www.themalaymailonline.com/world/article/asean-japan-plan-to-strengthen-partnerships#sthash.B5FV9XGC.dpuf

RCEP di ASEAN dan Transformasi Perdagangan Home Opini Opini Nasional RCEP di ASEAN dan Transformasi Perdagangan

HERJUNO NDARU KINASIH Peneliti Ekonomi ASEAN di The Habibie CenterAkhir bulan lalu, menterimenteri yang menangani persoalan perekonomian di masing-masing negara anggota Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) melakukan pertemuan 45th ASEAN Economic Ministers & External Partners di Brunei Darussalam.

Pertemuan tahunan ini diikuti beberapa negara mitra ASEAN, di antaranya Australia, China, India, Jepang, Korea, dan Selandia Baru. Di antara banyaknya agenda yang harus diselesaikan, salah satu agenda yang mengemuka dalam pertemuan tersebut adalah negosiasi Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) di antara negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, dengan enam mitra dagangnya yang tersebut di atas. Negosiasi tersebut telah dimulai awal tahun ini dan diharapkan selesai pada 2015 nanti.

RCEP adalah upaya negara-negara ASEAN untuk mengharmonisasikan berbagai aturan perdagangan yang berbedabeda di antara keenam mitra dagangnya. ASEAN telah menandatangani lima kesepakatan perdagangan bebas (Free Trade AgreementsFTA) sampai saat ini; yakni ASEAN-China FTA, ASEAN-Jepang Economic Partnership Agreement, ASEAN Korea FTA, ASEAN-Australia New Zealand FTA, dan ASEANIndia FTA.

Meskipun FTA dilakukan untuk memberikan perlakuan dan kemudahan bagi negara mitra dalam ekspor dan impor, permasalahan yang muncul dalam lima FTA di ASEAN adalah aturan perdagangan yang berbeda dari setiap FTA. Perbedaan aturan tersebut akhirnya membuat pelaku usaha kesulitan untuk mempergunakan kemudahan- kemudahan, misalnya keringanan bea masuk, yang telah disepakati dalam sebuah FTA.

Oleh karena itu, RCEP dirundingkan dengan maksud untuk menyederhanakan aturanaturan yang berbeda tersebut. Ini penting dilakukan, karena rumitnya aturan tersebut membuat pelaku usaha kesulitan mempergunakan FTA ketika hendak melakukan ekspor dan impor. Survei Bank Pembangunan Asia (ADB) pada 2009 menyebutkan bahwa rata-rata pemanfaatan FTA negara-negara ASEAN hanya sebesar 22% dari total seluruh ekspor yang dilakukan ke negara mitra (ADB, 2009).

Keberadaan RCEP sendiri di tingkat global menjadi rival bagi negosiasi serupa yang diinisiasi oleh Amerika Serikat, yakni Trans Pacific Partnership (TPP). TPP adalah kesepakatan perdagangan bebas yang diikuti oleh tujuh belas negara di Asia-Pasifik yang juga diikuti oleh beberapa negara anggota ASEAN, yakni Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam.

Sejauh ini Indonesia belum bergabung dalam TPP, meskipun AS banyak melakukan lobi ke Indonesia untuk mengajak bergabung dengan TPP, misalnya dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan Evan Greenberg, Kepala Dewan Bisnis AS-ASEAN yang dilakukan Juli 2012 lalu. Sebaliknya, RCEP dianggap sebagai langkah tandingan China terhadap Amerika Serikat untuk membuat kesepakatan perdagangan bebas dengan ASEAN.

Tak hanya China, Yukio Edano, menteri ekonomi, perdagangan, dan industri Jepang, dalam pembukaan negosiasi RCEP di Kamboja akhir 2012 lalu, juga menyatakan bahwa negosiasi RCEP penting bagi Jepang dengan berbagai agenda yang harus diselesaikan di antara ASEAN dan mitra dagangnya.

Adanya tarik-menarik kekuatan global dalam membuat kesepakatan perdagangan bebas di ASEAN memperlihatkan bahwa kawasan Asia Tenggara semakin dinamis dan menarik bagi mitra dagang untuk meningkatkan aktivitas perdagangannya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga membuat kawasan Asia Tenggara semakin menarik bagi investor.

Memperbaiki Kinerja

Bagi Indonesia, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kesepakatan perdagangan bebas perlu diimbangi dengan reformasi di tingkat domestik serta peningkatan kapasitas industri yang mumpuni. Jika tidak, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk dari berbagai negara.

Beberapa reformasi yang perlu segera dilakukan Indonesia seharusnya mencakup pengolahan produk mentah Indonesia (hilirisasi), peningkatan standar kualitas produk, peningkatan akses keuangan kepada usaha kecil dan menengah yang berorientasi ekspor, serta penerapan teknologi tepat guna dan sederhana. Masalah hilirisasi saat ini merupakan prioritas pemerintah yang telah dilakukan melalui berbagai program, salah satunya melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Hilirisasi dilakukan agar produk Indonesia mempunyai nilai tambah lebih dari sekadar barang mentah. Hilirisasi juga memerlukan akses permodalan yang semakin kuat serta teknologi yang memadai agar produk yang dijual lebih kompetitif dan bernilai tambah. Selain itu, peningkatan standar kualitas internasional di tingkat internasional juga perlu dilakukan, tidak hanya standar ISO, namun juga standar- standar keamanan pangan, ramah lingkungan, serta kesehatan.

Misalnya untuk produk perikanan, sejauh ini Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara, misalnya Madagaskar dan Bangladesh untuk pemenuhan standar global produk perikanan, yakni Hazard Critical Analysis Control Point (HACCP) dan Good Aquaculture Practice (GAP) (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012).

Momentum Transformasi

Ke depan, Indonesia mempunyai tantangan perekonomian yangsemakinkompetitifdimana ekonomi semakin terintegrasi, khususnya di antara negara ASEAN. Dana Moneter International (IMF) dalam Regional Economic Outlook for Asia and the Pacific baru-baru ini meramalkan terjadinya middle income trap untuk negara seperti Indonesia.

Permasalahannya, ketika kenaikan harga barang dan inflasi terjadi tidak diimbangi dengan kompetitivitas perekonomian Indonesia, investor akan memindahkan usaha ke tempat yang lebih menguntungkan untuk usaha mereka. Misalnya ke negaranegara yang mempunyai upah buruh yang lebih murah seperti Laos atau Kamboja.

Sementara itu, Indonesiamasihbelummempunyai kekuatan yang cukup untuk menjadi produsen barang berteknologi tinggi yang akan dilirik investor yang berorientasi pada knowledge economy. Persiapan menghadapi RCEP dan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 seharusnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk bertransformasi dari negara penghasil barang mentah dan buruh murah menjadi negara dengan produk-produk bernilai tambah yang berbasis industrialisasi sumber daya alam.

Diplomasi ekonomi Indonesia juga seharusnya saling terhubung, antara mereka yang melakukan negosiasi di tingkat internasional dengan mereka yang menjadi perancang kebijakan dan regulator industri di dalam negeri.Mei 2013, Negosiasi Tahap Pertama RCEP Dimulai

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. FOTO: EPA Pada akhir Februari nanti, akan ada pertemuan di Bali

Jakarta - Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo mengatakan, negosiasi tahap pertama untuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dijadwalkan dimulai pada Mei 2013.

"Pada akhir Februari nanti, akan ada pertemuan di Bali. Membahas scooping paper, rules procedure, dan apa saja yang akan dikerjasamakan, baik services atau goods. Mei, kita jadwalkan, negosiasi putaran pertama bisa dilakukan," kata Iman usai jumpa pers tentang Trade Conference 2013 di Jakarta, Rabu (30/1).

RCEP merupakan kerjasama ekonomi komprehensif antara negara-negara Asean dengan negara mitra utama. Yakni, Tiongkok, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India. RCEP, lanjut dia, dicetuskan Indonesia pada 2011. Gagasan tersebut, lanjut dia, ditujukan untuk peningkatan signifikan atas keberadaan Asean plus 1 dengan 6 negara mitra utamanya. Yakni, dengan lebih memperkuat dan memperdalam kerjasama dibandingkan free trade agreement (FTA) atau comprehensive economic partnership agreement (CEPA) yang telah terjalin diantara negara-negara Asean dengan negara mitra.

"Berbicara soal RCEP artinya menyangkut pasar sebesar 3,3 miliar. Ini potensi yang besar. Modalitas kita masuk ke RCEP lebih mudah. Masuk dengan RCEP akan lebih convenience (nyaman) bagi Indonesia. Karena, RCEP tidak akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan atau sistem PerUndang-Undangan kita. Karena itu, fokus kita saat ini adalah ke RCEP," kata Iman. Gita Wirjawan: RI Ikut RCEP Bukan untuk Tandingi TPPKamis, 10 Oktober 2013 18:10 WIBDok : news.google.comJakarta - Indonesia telah memutuskan bergabung dengan Regional Comprehensive Economic Partnership (RECP), sejak dua tahun lalu. Ini adalah sebuah blok kerja sama ekonomi yang beranggotakan negara-negara ASEAN dan enam negara mitra lainnya, yaitu Australia, China, India, Jepang, Korea dan Selandia Baru. Sementara itu, Indonesia memilih hanya sebagai peninjau pada blok kerja sama ekonomi lainnya, yaitu Trans Pacific Partnership (TPP), yang beranggotakan Australia, Brunei, Chile, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat dan Vietnam.

Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, kehadiran RCEP bukan dimaksudkan untuk menandingi kehadiran TPP. Menurut dia, terbentuknya RCEP yang baru saja menyelesaikan perundingan putaran kedua pada September lalu di Brisbane, Australia, merupakan perkembangan alamiah dari ASEAN dalam mengintegrasikan dirinya kepada perekonomian global.

Setelah Masyarakat Ekonomi ASEAN terbentuk pada tahun 2015, maka langkah berikutnya adalah mengkonsolidasikan skim ASEAN Plus One (ASEAN plus China, Red) yang sudah ada saat ini menjadi satu. Jadi tidak benar bahwa RCEP dirundingkan karena negara lain di kawasan merundingkan TPP. RCEP adalah proses alamiah bagi ASEAN, kata Gita Wirjawan, di sela-sela mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-23 di Brunai Darussalam, seperti dikutip dari siaran pers Kemendag hari ini (10/10).

Gita Wirjawan mengatakan, pada KTT ASEAN ke sejumlah pemimpin ASEAN menyambut baik prakarsa untuk mewujudkan RCEP. Menurut dia, para pemimpin itu menganggap ASEAN tidak dapat melepaskan dari dari kenyataan bahwa skim kerja sama ekonomi secara bilateral maupun regional terus berkembang. Bahkan, lanjutnya, berkembangnya skim kerja sama antar-regional pun tidak terhindari.

Namun pada saat yang sama, para pemimpin ASEAN menyepakati sistem perdagangan multilateral di bawah WTO juga merupakan platform yang harus terus dipertahankan dan disempurnakan.

Para pemimpin itu berpendapat ASEAN harus lebih pro-aktif dan forward-looking dalam mengembangkan kerja sama dengan negara-negara sahabat sambil tetap menjaga sentralitas ASEAN sebagai hub di kawasan yang tumbuh pesat ini.

Pada saat yang sama, dirasakan perlunya ASEAN mempersiapkan perjalanan pasca-2015. Para Pemimpin ASEAN sepakat dengan target aspiratif ASEAN pada tahun 2030 yang diusulkan oleh Presiden RI, yakni mengurangi hingga setengah indeks angka kemiskinan ekstrim di ASEAN, dan menggandakan atau doubling total PDB ASEAN dari US$ 2,3 triliun menjadi US$ 4,6 triliun," kata Gita.Presiden bersama sejumlah menteri tiba di Bandar Seri Begawan kemarin pagi kurang dari 12 jam sejak Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Nusa Dua, Bali. KTT ASEAN kali ini bertema Our People, Our Future Together. Pertemuan ini membahas tiga agenda utama, yakni pertama, upaya perwujudan ASEAN Economic Community pada tahun 2015; kedua, peningkatan peran-serta ASEAN dalam proses integrasi ekonomi regional dan global; dan ketiga, penguatan kelembagaan ASEAN agar semakin mampu merespon dinamika regional dan internasional.

Setelah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin Jepang, Korea, RRT dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang mewakili Presiden Obama kemarin, hari ini yang merupakan hari terakhir KTT, para pemimpin ASEAN akan melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin Plus Three (Jepang, Korea, RRT), India, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon. KTT lainnya yang dijadwalkan hari ini adalah East Asia Summit ke-8 yang diikuti oleh 10 anggota ASEAN, enam mitra FTA ASEAN serta Amerika Serikat dan Rusia. [005-Jaringnews]

Beban Berat Menuju Negara IndustriSelasa, 26 Agustus 2014 Penulis: MI/Anshar Dwi Wibowo

Sumber Kementerian Perindustrian/BPS/Grafis CaksonoINDONESIA mungkin butuh 15 tahun untuk menggapai predikat negara industri. Itu pun bukan tanpa syarat, yakni mampu mengembangkan pangsa industri terhadap produk domestik bruto (PDB) minimal 1% setiap tahun. 'Pengalaman industrialisasi, kalau bisa mengejar pertumbuhan 1% per tahun, insya Allah dalam waktu 15 tahun kita bisa mengatakan Indonesia menjadi negara industri baru," ujar Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana Wirakusumah, pekan lalu.

Predikat negara industri dapat dikantongi jika kontribusi sektor industri terhadap PDB telah mencapai 40%. Menurut Agus, upaya untuk merealisasikan itu ialah memperkuat industri barang modal, industri bahan baku, serta industri komponen. Namun, ia akui, ketergantungan pada impor di sektor tersebut masihlah tinggi.

Pada Januari-Juni 2014, nilai impor barang modal tercatat US$14,86 miliar. "Kalau industri barang modal, komponen, dan bahan baku tumbuh di sini, itu negara maju. Sekarang, dilihat dari komposisinya, impor industri barang modal, bahan baku, dan komponen tinggi.

Kita harus berusaha membalikkan itu," ujar Agus. Usaha untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara industri tidak mudah. Perlu dukungan peraturan ketenaga kerjaan yang baik, infrastrutur dan logistik yang memadai, insentif perangsang investasi, serta dukungan peraturan lintas sektor.

"Itu pekerjaan rumah berat. Tentu bukan pekerjaan Kementerian Perindustrian semata, melainkan semuanya," ucap Agus. Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari menambahkan, saat ini kontribusi sektor industri terhadap PDB baru sekitar 23%. Dengan asumsi pertumbuhan minimal 1% per tahun, target 40% terhadap PDB diproyeksikan bisa tercapai dalam waktu 15 tahun.

Untuk memperbesar peranan terhadap perekonomian, pertumbuhan sektor industri harus mencapai 8%-9% per tahun. Nyatanya, pertumbuhan tahun ini saja diprediksi sulit menembus laju 6%. Penyebabnya masih seputar hal yang sama, yakni tingginya upah, biaya angkut, harga BBM, dan yang terbaru, penaikan tarif dasar listrik.

PemetaanLebih lanjut, Ansari mengingatkan agar pengembangan industri harus disertai kehati-hatian dalam merumuskan kerjasama internasional. Caranya, dengan memetakan daya saing sektor-sektor industri nasional. Setelah itu, perlu ada kesepahaman dengan Kementerian Perdagangan sebagai perunding. Sebabnya, Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

RCEP adalah upaya negara-negara ASEAN untuk mengharmonisasikan berbagai aturan perdagangan yang berbeda di antara enam mitra dagang, yakni Australia, Tiong kok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Dalam kerangka RCEP, ia menjelaskan, pada lima tahun pertama sejak 2015, Indonesia direncanakan siap membuka pasar.

Dalam arti penurunan tarif untuk produk industri maksimal 30%. Secara bertahap, penurunan tarif produk industri diperlebar menjadi 80% pada tahun ke-20. "Sekitar 20%-nya kita masih ingin ada exclusive list,' ucapnya. Terpisah, eks sekretaris kementerian BUMN Said Didu mengatakan ekonomi biaya tinggi masih jadi momok pelaku usaha. "Biaya siluman masih marak di semua lini usaha, mulai tingkat produksi-distribusi. Ketidake? sienan itu memicu sulitnya perusahaan manufaktur meningkatkan pendapatan," ujarnya.

ASEANKerja Sama Asean 2012: One Community, One Destiny Peran Dan Kepemimpinan IndonesiaKamis, 28 Februari 2013 Pada masa Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011, Indonesia telah menghasilkan capaian-capaian utama di ketiga Pilar Komunitas ASEAN. Indonesia senantiasa memastikan implementasi dari keputusan dan kesepakatan yang telah dicapai di masa Keketuaannya, serta memastikan pelaksanaan tindak-lanjutnya. Upaya ini secara konsisten dilaksanakan di masa Keketuaan Kamboja untuk ASEAN di tahun 2012. Masa Keketuaan Kamboja untuk ASEAN pada tahun 2012 ini dapat dipandang sebagai suatu yielding period atas seluruh prakarsa dan capaian ASEAN yang sebagian besar telah dirintis pada masa Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011. Dalam kaitan ini, Indonesia tetap merefleksikan peran kepemimpinannya bagi pemajuan proses pencapaian berbagai prakarsa sesuai dengan time-frame yang disepakati untuk pembentukan Komunitas ASEAN pada 31 Desember 2015.Pada Pilar Politik-Keamanan, Indonesia telah berhasil mendorong ASEAN untuk lebih memberikan perhatian pada aspek penyelesaian konflik. Indonesia telah berhasil mendorong pembentukan ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) yang diluncurkan pada KTT ke-21 ASEAN. AIPR akan menjadi pusat untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan isu perdamaian, conflict management and conflict resolution dan menumbuhkan budaya damai, peningkatan kapasitas, dan pool of expertise. Kemajuan penting tercatat pada upaya pemajuan hak asasi manusia yaitu dengan disahkannya ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) pada KTT ke-21 ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, 18 November 2012. AHRD merupakan dokumen penting untuk promosi dan perlindungan Hak Asasi Manusia di kawasan. AHRD memiliki sejumlah nilai tambah dibandingkan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, antara lain yaitu, hak kebebasan beragama, hak atas perdamaian, hak atas pembangunan, hak atas kesehatan, dan hak kelompok marjinal dan rentan. Selain itu, perkembangan positif di Myanmar, khususnya dalam proses demokratisasi dan rekonsiliasi di antara berbagai pihak serta dukungan internasional terhadap Myanmar merupakan kemajuan signifikan yang telah dicapai ASEAN. Perkembangan ini patut didukung oleh ASEAN khususnya terkait dengan persiapan Keketuaan Myanmar untuk ASEAN pada tahun 2014.Indonesia senantiasa mendorong peran sentral ASEAN dalam arsitektur kawasan. Dalam kaitan ini Treaty of Amity and Cooperation (TAC) sebagai norma tata hubungan antarnegara di kawasan memiliki arti penting. Pada tahun ini Brazil, Inggris dan Uni Eropa telah mengaksesi TAC.Di bawah Pilar Kerja Sama Ekonomi, Indonesia telah berperan aktif dalam mendorong pewujudan program-program yang telah dicanangkan dalam Konektivitas ASEAN. Dibawah Pilar Kerja Sama Ekonomi, Indonesia memastikan isu-isu yang menjadi prioritas sepanjang masa Keketuaan Indonesia di tahun 2011 mendapatkan perhatian yang besar dan tetap menjadi prioritas ASEAN, yaitu kerja sama ekonomi yang lebih komprehensif antara ASEAN dengan mitra wicara dan pembangunan ekonomi yang merata di kawasan. Pada tahun 2012, Indonesia terus mendorong terwujudnya kedua hal tersebut di atas dengan dimulainya negosiasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan implementasi ASEAN Framework for Equitable Economic Development (AFEED) yang digagas tahun 2011. Dalam mewujudkan konektivitas di kawasan, terdapat beberapa kemajuan terkait implementasi proyek prioritas di bawah Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC). Pada tahun 2012, telah direalisasikan proyek prioritas di bawah MPAC antara lain Feasibility Study untuk mewujudkan jaringan kapal angkut antar-pulau atau RoRo (Roll-on Roll off) di Indonesia bagian timur serta proyek pengembangan listrik atau interconnections antara Kalimantan Barat-Sarawak. Pengembangan kapal RoRo akan menghubungkan kawasan Timur Indonesia (Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara) dengan pelabuhan-pelabuhan di Filipina, sebagai upaya debottlenecking pelabuhan-pelabuhan di pulau Jawa. Sedangkan proyek interconnections akan meningkatkan ketersediaan listrik untuk menunjang program industrialisasi nasional dan kebutuhan masyarakat lainnya, serta meningkatkan ketahanan energi nasional. Terkait dengan konektivitas, proses feasibility study MPAC telah diselesaikan pada bulan Desember 2012.Sementara, dalam pilar Sosial Budaya, telah dicapai kemajuan untuk mengarusutamakan pelindungan terhadap Perempuan (gender mainstreaming). Di bidang pelindungan perempuan, Indonesia telah berinisiatif dalam merealisasikan Vientiane Declaration on Enhancing Gender Perspective and ASEAN Womens Partnership for Environmental Sustainability yang menjadi pelengkap deklarasi yang sudah ada sebelumnya yaitu Declaration on the Elimination of Violence Against Women in the ASEAN Children. Sementara dalam hal pelindungan hak pekerja migran, Indonesia memainkan peran signifikan dalam menuntaskan fase pertama pembahasan instrumen tentang pekerja migran ASEAN, sesuai dengan time frame yang telah ditetapkan. Indonesia turut mendukung keberhasilan ASEAN dalam mengadopsi Bangkok Declaration on Environmental Cooperation pada bulan September 2012 yang memuat komitmen kerja sama dalam penanggulangan isu asap lintas batas di kawasan. Disamping itu, sebagai bukti dukungan dan perhatian Indonesia dalam upaya penanggulangan bencana di kawasan, Indonesia telah meratifikasi Agreement on the Establishment of the ASEAN Co-ordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management melalui Peraturan Presiden nomor 96 tahun 2012, tertanggal 14 November 2012. Indonesia senantiasa menegaskan pentingnya upaya ASEAN dalam memperkuat peranannya guna memastikan kawasan yang stabil, aman dan damai sebagai prasyarat bagi pembangunan ekonomi dan perwujudan Komunitas ASEAN. Dalam kaitan tersebut, Indonesia selalu memperkuat komitmen bersama dalam memajukan norma culture of peace, cooperation, and partnership, seperti tertuang dalam TAC, Piagam ASEAN, dan Declaration of the EAS on the Principles for Mutually Beneficial Relations (Bali Principles). Indonesia senantiasa mengedepankan pendekatan dan upaya dialog dan kerjasama di antara sesama anggota dengan mitra wicaranya. Salah satu contohnya adalah peran aktif Indonesia dalam pembahasan isu Laut China Selatan. Di saat terjadi ketidaksepakatan Menlu ASEAN atas isu ini Indonesia telah berhasil memprakarsai ASEANs Six-Point Principles in the South China Sea guna menjembatani perbedaan yang muncul pada saat 44th AMM/PMC/19th ARF/2nd EAS FMM. Indonesia turut memprakarsai pernyataan bersama (Joint Statement) para Menteri Luar Negeri ASEAN pada tanggal 17 Agustus 2012 mengenai penanganan konflik komunal di Rakhine State, Myanmar. Inti dari pernyataan yang mendukung proses demokratisasi yang sedang berlangsung di Myanmar tersebut, ASEAN juga siap untuk memberikan bantuan kemanusiaan jika dibutuhkan. Indonesia secara terpisah juga senantiasa mendorong Pemerintah Myanmar untuk mengambil langkah nyata penegakan hukum, pemulihan situasi keamanan dan penyelesaian menyeluruh konflik horizontal tersebut. Indonesia juga senantiasa mendorong agar proses penyusunan konvensi penanggulangan perdagangan manusia (ASEAN Convention on Trafficking in Persons) dapat dipercepat serta ASEAN bebas narkoba tahun 2015 dapat diwujudkan sebagaimana dicanangkan pada Declaration on Drug Free ASEAN 2015. Indonesia terus berupaya untuk memperkuat peran sentral ASEAN dalam pembentukan arsitektur di kawasan. Pada KTT ke-7 Asia Timur telah disepakati dua dokumen penting yaitu Phnom Penh Declaration on the East Asia Summit Development Initiative dan Declaration of the 7th East Asia Summit on Regional Responses to Malaria Control and Addressing Resistance to Antimalarial Medicines. Selain itu, pada tahun ini Indonesia mulai menggulirkan wacana untuk memperkuat Bali Principles menjadi dokumen yang mengikat dan upaya menyinergikan inisiatif EAS dengan ASEAN Aggrement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) dan AHA Centre Strategic Plan. Indonesia berhasil melanjutkan kepemimpinannya dalam mewujudkan Bali Concord III dengan mendorong penyusunan Bali Concord III Plan of Action guna memastikan bahwa implementasi Bali Concord III dapat berjalan dengan efektif. Para Leaders telah mengesahkan Plan of Action tersebut pada KTT ke-21 ASEAN pada tanggal 18 November 2012 di Phnom Penh. Bali Concord III merupakan manifestasi dari global outreach ASEAN untuk berkontribusi dengan lebih terkoordinasi, kohesif, dan koheren. Bali Concord III merupakan refleksi komitmen ASEAN untuk meningkatkan perannya dalam menghadapi tantangan global.

Piagam ASEAN Mendorong Kesiapan Nasional Melaksanakan Komitmen Regional

Edisi - April 2008

Sunday, 23 August 2009 09:58

Dian Triansyah DjaniDirektur Jenderal Kerjasama ASEAN,Departemen Luar Negeri

...meski sudah ditandatangani padabulan November tahun lalu, namunDepartemen Luar Negeri baru akanmenyerahkan draf ASEAN Charter(Piagam ASEAN) untuk diratifikasi DPRbulan depan.

KTT ke-13 ASEAN (Association of the South East Asian Nations) di Singapura, 19 22 November 2007, antara lain telah menandatangani dua dokumen penting dalam kerangka kerjasama ASEAN, yaitu ASEAN Charter dan Cetak Biru ASEAN Economic Community (AEC). Dengan ditandatanganinya ASEAN Charter, maka ASEAN telah berubah dari sebuah organisasi regional yang longgar menjadi sebuah organisasi regional yang berlandaskan hukum (a rule based organization) dan bersifat people centered, yaitu organisasi regional yang akan melibatkan partisipasi masyarakat di negara-negara ASEAN untuk melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang tercantum dalam ASEAN Charter.

ASEAN Charter juga berisikan komitmen negara-negara ASEAN untuk membangun Komunitas ASEAN yang ditunjang dengan 3 (tiga) Pilar, yaitu ASEAN Political and Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Cultural Community. Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN, maka ASEAN berkomitmen untuk membentuk pasar tunggal dan basis produksi yang kompetitif dan terintegrasi, melalui fasilitasi kelancaran arus barang, jasa dan investasi, perdagangan, pergerakan pelaku usaha, profesional dan tenaga kerja yang lebih bebas.

Mengingat ASEAN Charter dan AEC Blueprint merupakan instrumen penting dan perlu dipahami, ditindaklanjuti serta didukung oleh seluruh stakeholder di negara-negara anggota ASEAN, maka Departemen Luar Negeri cq. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN (Ditjen KSA) menyelenggarakan sosialisasi dan dialog (Rabu, 27 Maret) dengan para stakeholders nasional, khususnya kepada para wakil-wakil Asosiasi Bisnis dan perusahaan-perusahaan swasta.

Dian Triansyah Djani, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri, dalam sosialisasi dan dialog tersebut menyatakan, meski sudah ditandatangani pada bulan November tahun lalu, namun Departemen Luar Negeri baru akan menyerahkan draf ASEAN Charter (Piagam ASEAN) untuk diratifikasi DPR bulan depan. Sekarang ini masih dalam tahap proses finalisasi, antara lain, menerjemahkan dan mensosialisasikan isi Piagam ASEAN ke berbagai kalangan. Misalnya, pelaku bisnis, organisasi nonpemerintah, universitas, dan DPR.

Saya yakin Piagam ASEAN akan lebih banyak manfaatnya daripada mudharat-nya. Dari 10 negara anggota ASEAN yang menandatangani Piagam ASEAN, hingga kini sudah empat negara yang telah meratifikasi. Yakni, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Laos. Indonesia sendiri menargetkan untuk meratifikasi pada akhir 2008. Bila draf tersebut sudah diratifikasi, berarti Indonesia memasuki era pasar bebas ASEAN. Namun demikian kendatipun semua negara telah meratifikasi, piagam ASEAN tidak serta merta berlaku aktif. Semua negara anggota harus bertukar draf yang telah diratifikasi parlemen masing-masing terlebih dulu.

Piagam ASEAN ini memiliki arti yang penting, karena telah mengubah ASEAN dari asosiasi yang longgar menjadi organisasi formal. Di sisi lain Piagam ASEAN juga akan memperkuat kemitraan, solidaritas dan kesatuan dalam mewujudkan Komunitas ASEAN pada 2015. Selain sebagai landasan konstitusional bagi pencapaian tujuan berdasarkan prinsip-prinsip yang dianut bersama, Piagam ASEAN juga menjadikan ASEAN sebagai subjek hukum dan memiliki kekuatan hukum (legal personality). Negara-negara anggota ASEAN akan melaksanakan kegiatan berlandaskan aturan-aturan yang disepakati (rules based organisation) serta diorientasikan pada kepentingan rakyat (peoples oriented) sebagaimana tercantum dalam Piagam ASEAN, sehingga dengan demikian Piagam ASEAN juga menjadi panduan dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian sengketa dalam berbagai bidang yang terjadi diantara sesama anggota ASEAN.

Piagam ASEAN juga akan mendorong pemajuan dalam perlindungan HAM dan hak-hak fundamental, pelaksanaan demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional, good governance, pembangunan berkelanjutan, pengurangan kemiskinan, penanggulangan kejahatan dan lain-lainnya. Penguatan atau penataan mekanisme, kelembagaan dan struktur organisasi ASEAN yang mendorong peningkatan dalam koordinasi dan memungkinkan dilaksanakannya mekanisme pemantauan (monitoring) guna memaksimalkan implementasi dan kepatuhan (compliance) negara-negara anggota ASEAN. Dengan demikian juga mendorong interaksi yang lebih intens antara berbagai pemangku kepentingan di ASEAN.

Implikasi dari prinsip-prinsip dan tujuan Piagam ASEAN secara umum adalah mendorong pelaksanaan berbagai kegiatan di tingkat sektoral, maka dengan demikian diperlukan kesiapan nasional untuk melaksanakan berbagai komitmen di tingkat regional. Dengan adanya legal personality dan rule-based, maka akan membuat cara kerja ASEAN juga menjadi lebih legalistik. Kemudian dengan karakter hukum yang legally binding dan mekanisme monitoring serta prosedur penyelesaian sengketa yang ada, maka pelaksanaan komitmen ASEAN oleh negara-negara anggota akan lebih terjamin. Adanya perubahan mekanisme kerja dan struktur organisasi ASEAN berdasarkan tiga pilar kerjasama ASEAN akan berimplikasi pada meningkatknya efisiensi dan koordinasi, sehingga tanggung jawab dan penanganan masalah tidak tumpang tindih. Disamping itu aktivitas pertemuan di Jakarta sebagai sekretariat ASEAN akan semakin meningkat, yang pada gilirannya nanti akan mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif badan-badan sektoral di Indonesia dalam kerjasama ASEAN.

Piagam ASEAN ini juga akan dilengkapi dan di tindaklanjuti dengan Protokol, Terms of Reference (TOR), termasuk TOR untuk ASEAN Human Rights body, Rules of Procedure dan berbagai perjanjian pelengkapnya. Untuk itu Piagam ASEAN ini perlu diratifikasi oleh seluruh negara anggota ASEAN sebelum dapat diberlakukan. []