ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG...

161
ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Oleh: HASRIANTI Nomor pokok : F 611 07 010 MAKASSAR 2013

Transcript of ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG...

Page 1: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

ARSITEKTUR VILLA YULIANA

DI WATANSOPPENG KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian

guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

pada Fakultas Sastra

Universitas Hasanuddin

Oleh:

HASRIANTI

Nomor pokok : F 611 07 010

MAKASSAR

2013

Page 2: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 3: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 4: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 5: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 6: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

vii

Page 7: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

viii

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Kanda

Supriadi S.S.,M.A selaku Ketua Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Hasanuddin, yang selalu menghibur penulis dengan canda guraunya. Kanda Yadi

Mulyadi S.S., M.A selaku sekertaris jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Hasanuddin sekaligus penguji II penulis, terimakasih atas segala bantuan, diskusi,

kritikan, arahan, nasehat-nasehat serta peminjaman buku dalam proses pembuatan

skripsi ini. Penulis akan selalu belajar untuk siap menghadapi segala macam situasi,

baik maupun buruk.

Bapak Dr. Akin Duli, M.A selaku pembimbing I yang juga pernah menjadi

Penasehat Akademik penulis, terima kasih atas kesabaran dan kesediaan meluangkan

waktu membimbing penulis. Bapak Drs. Budianto Hakim selaku pembimbing II

penulis, terimakasih atas kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu membimbing

penulis, beribu terimakasih atas diskusi, kritikan, arahan, nasehat-nasehat, serta

bantuan materi kepada penulis. Insya Allah selama pintu Tuhan masih diketuk, Dia

akan membukakannya

Bapak Dr. Anwar Thosibo, M.Hum selaku Penasehat Akademik dan

penguji I penulis, terimakasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis. Bapak Drs.

Hasanuddin, M.A, terimakasih atas buku yang dipinjamkan, ilmu, diskusi-diskusi,

nasehat, dan bantuan materi yang diberikan. Tidak akan ada lagi kata “hanya Tuhan

dan saya yang tahu”. Bapak Drs. Muhammad Said.,M.A, terimakasih atas semua

ilmu, diskusi, jitakan-jitakan kecil di kepala penulis, kritikan, arahan, nasehat,

Page 8: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

ix

pinjaman buku-buku, dan traktiran-traktirannya. Penulis benar-benar telah belajar,

bahwa setiap masalah harus dipahami dengan baik sebelum bereaksi. Bapak Drs.

Iwan Sumantri, M.A, terimakasih atas semua ilmu dan nasehat yang diberikan.

Hidup memang layak dinikmati, karena kita tak pernah tahu apakah besok masih ada

kehidupan atau tidak. Kanda Muhammad Nur, S.S, M.A, terimakasih atas semua

ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Kanda Asmunandar, S.S, M.A,

terimakasih atas semua ilmu, diskusi, kritikan, dan bantuan-bantuan yang diberikan

kepada penulis.

Terimakasih yang begitu besar penulis haturkan kepada Ibu Dra. Khadijah

Thahir Muda, M.Si, atas ilmu, motivasi, dan nasehat yang diberikan. Hidup adalah

sebuah proses, kuncinya adalah keikhlasan. Ibu Dra. Erni Erawati Lewa, M.Si, atas

semua ilmu dan nasehat yang diberikan, bahwa setiap kata yang akan diucap

hendaknya dipikirkan lebih dahulu, sebab kata tak pernah dapat ditarik kembali. Ibu

Rosmawati, S.S.,M.Si, yang pernah pula menjadi Penasehat Akademik penulis,

terimakasih atas semua ilmu dan nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis.

Kanda Yusriana, S.S.,M.A, terimakasih atas ilmu, diskusi, dan nasehat-nasehat yang

diberikan, serta buku-buku yang dipinjamkan. Teruntuk Bunda Marwati, S.S yang

tak pernah lelah dan selalu sabar membantu penulis mengurus seluruh persoalan

administratif, beribu-ribu terimakasih penulis ucapkan atas segalanya. Semoga Allah

SWT memberi balasan berlipat-lipat kebaikan.

Page 9: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

x

Tak lupa pula penulis haturkan terimakasih kepada segenap jajaran pegawai

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar atas segala bantuan yang

diberikan, baik moril maupun materil selama pelaksanaan KKN dan penelitian

penulis. Demikian halnya penulis sembahkan kepada segenap jajaran pegawai Balai

Arkeologi (Balar) Makassar, terkhusus kepada Ibu Dra. Nani Somba dan Ibu Dra.

Bernadeta Apriastuti atas nasehat-nasehat dan bantuan materi yang diberikan.

Penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah tanpa bantuan ibunda

sekalian. Tentu saja, masalah akan selalu ada selama manusia masih bernafas.

Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada kanda Didot

(Muhammad Ridha, S.S) atas diskusi dan segala bantuan yang diberikan selama

penulis melakukan penelitian di Villa Yuliana. Juga kepada kanda Ima (Khusnul

Khatimah, S.S) yang telah mengijinkan penulis tinggal di rumahnya dan

merepotkan kanda dengan urusan administrasi selama penelitian; kanda Subhan

(Subhan Sahabuddin, S.S); kanda Oyenk (Sudianto, S.S) atas diskusi dan

kesediaannya menemani penulis melakukan penelitian, tumpangan gratis saat pulang

ke Makassar, serta traktiran-traktirannya. Tak lupa juga kepada pegawai-pegawai di

Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng dan Museum Latemmala Kabupaten Soppeng

untuk Mie Tiktik dan ojek gratis selama penelitian penulis.

Ucapan yang sangat tulus penulis haturkan kepada kanda-kandaku: kak

Nono, kak Basran, kak Ipul, kak Linda, kak Barak, kak Dul, kak Meta, kak Ani,

kak Ana, kak Ajuk, kak Inong, kak Imo, kak Ammang, kak Anca, kak Lendra,

Page 10: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

xi

kak Febi, kak Hasli, kak Chalid, kak Fahri, kak Ari, kak Dodo, kak Etha, kak

Mina, dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena

keterbatasan ruang untuk semua bantuan yang diberikan, buku yang dipinjamkan,

motivasi, diskusi, kapurung, sup Austronesia, traktiran, dan momen-momen

menyenangkan bersama kakanda sekalian. Ucapan yang khusus penulis haturkan

kepada kanda Yohanes Kasmin (Gio) atas kesediannya membantu penelitian

penulis di Villa Yuliana sekaligus membuatkan gambar dan peta penulis.

Begitu banyak cerita terangkai dalam perjalanan kita menempuh perkuliahan

saudara-saudariku “Arca 07”. Penulis mengucapkan terimakasih dari hati yang

terdalam atas semua kebersamaan, traktiran, segala macam bentuk pinjaman,

motivasi, kesediaan untuk mendengarkan keluhan-keluhan penulis, dan terkhusus

kepada saudaraku Afdal Amir, terimakasih atas kesediaannya menemani dan

membantu penelitian penulis, serta membuatkan gambar penulis.

Adik-adikku di KAISAR, Dedi, Aman, Gorbi, Tika, Puteri, Tole’, Mia,

dan Ekskavasi 08 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semua, terimakasih atas

semua bantuan dan canda guraunya, semoga cepat menyusul. Juga kepada adik-adik

angk. 09, angk.10, angk. 11, angk. 12, dan yang baru datang angk. 13, terimakasih

untuk semuanya, tetap semangat dan sukses selalu. Khusus kepada Sasadara

Hayunira yang menjadi teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang diberikan, sukses

selalu menyertaimu.

Page 11: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

xii

Kepada teman-teman di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Soren,

Amin, Tian, Ipul, Noe, Fadlan, Ida, Kimi, Eni, Ai, Lala, Nunu, Ko’o, Andi, Uci,

Callu, kak efi, kak tuhri, kak ammar, kak heri, kak fitrah, kak wahyu, kak

bayu, dan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuan dan motivasi yang diberikan. Ucapan yang sama penulis sampaikan

kepada teman-teman di Caritas dan UKMM. Penulis mengucapkan terimakasih yang

tak terhingga kepada sahabat-sahabatku di Solid’04, Reni Abu, kak Asia, atas

semua kegilaan, motivasi, dan segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

Akhirnya, karya tulis ilmiahku yang sangat sederhana lagi kecil ini

kupersembahkan kepada kedua orangtuaku, Abd. Razak. S dan Kanang yang tak

henti-hentinya mendo’akan dan menyemangatiku untuk menyelesaikan kuliah. I love

you, mom, dad, mmuach.

Makassar, 13 September 2013

Hasrianti

Page 12: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 13: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 14: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 15: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hlm. 1. Denah bangunan Villa Yuliana dan bangunan tambahannya 54 2. Denah ruangan lantai I bangunan Villa Yuliana 55 3. Denah ruangan lantai II bangunan Villa Yuliana 56 4. Sketsa tiang dengan pelengkung pada teras depan lantai I

bangunan Villa Yuliana 59 5. Sketsa atap bangunan Villa Yuliana tampak atas 81 6. Tata letak Villa Yuliana dan Istana Datu Soppeng dalam peta

topografi Watansoppeng 86 7. Tipologi denah bangunan bergaya Indische Empire 90 8. Perbandingan tipologi bargeboard pada atap rumah-rumah bergaya

Victorian style dengan bargeboard pada atap Villa Yuliana 96 9. Ragam bentuk pelengkung pada tudung dan balustrade teras depan

lantai II 99 10. Tampilan wajah depan Villa Yuliana dan Rumah Bugis 100 11. Denah yang menunjukkan keletakan pintu dan jendela pada Villa

Yuliana 110 12. Gambar detail pintu-pintu Villa Yuliana 111 13. Gambar detail tipe-tipe jendela pada Villa Yuliana 113 14. Denah Situs Villa Yuliana Lamp. 15. Potongan denah bangunan Villa Yuliana Lamp.

Page 16: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 17: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

xviii

DAFTAR PETA

Peta 1. Peta administratif Provinsi Sulawesi Selatan Lamp. 2. Peta administrative Kabupaten Soppeng Lamp. 3. Peta situasi Situs Villa Yuliana Lamp.

Page 18: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 19: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

X X

DAFTAR ISTILAH

Arkade(Ars)

Arch (Ars/Ing.)

Balustrade (Ars/Ing.)

Bargeboard (Ing.) Beton

Bordes Bosara ’(Bugis) Deltils (Ing.) Duk/niet

Engsel

Espanyolet Gavel (Ars)

Galerij (Bld.) Gezagheber (Bld) Impost (Ing.)

Lamming (Bugis) Overstek Sponneng Timber-half Urupu’ (Bugis) Vault (Ing.) Voussoirs (Ing.)

lorong pejalan kaki yang berata dengan deretan di kedua sisinya biasanya berbentuk lengkung; disebut pula pelengkung disebut juga pelengkung, konstruksi kurva yang membentang di atas sebuah bukaan, biasanya terdapat balok berbentuk tirus yang disebut voussoirs seluruh elemen birai tangga, dapat juga memanjang di sepanjang balkon, termasuk di dalamnya susur birai dan baluster. papan dekorasi terletak di ujung atap pelana campuran semen, kerikil, dan pasir yang diaduk dengan air untuk tiang rumah, pilar, dinding, dsb. tempat perbenhentian pada tangga yang panjang

konsol penyangga atap tritisan bagian kusen dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk kusen pintu, berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindungi tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat dari besi sebagai penyambung daun pintu/jendela dengan kusennya alat pengunci dinding yang berbentuk segitiga terletak di antara ujung (atap rumah yang menonjol) teras penguasa molding; bagian dari dinding arch tempat sandaran batu voussoir. pelaminan; singgasana pengantin Bugis bagian yang lebih pada penutup atap; sayap atap tempat melekatnya engsel pada kusen kuda-kuda penopang dinding huruf kubah batu-batu penyusun arch

Page 20: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

xxi

ABSTRACT

HASRIANTI, 2013, The Architectural Villa Juliana in Watansoppeng of Soppeng Regency, led by Dr. Akin Duli, M.A and Drs. Budianto judge.

This study aims to determine the form of architecture, acculturation of Bugis and Dutch colonial architecture, as well as the meaning behind the layout and use of the Bugis architecture of Villa Yuliana. Research methodes are qualitative-inductive by used a shape analysis, typology, and semiotics, with the data synthesis process. The results showed that the architecture of Villa Juliana is designed with a form that supports recreational building, both on the spatial, architectural elements, colors, and materials. The choice of location in addition to the consideration of view oriented to get the best natural scenery, is also a symbol of power and facilitate the control of the Dutch East Indies to Soppeng kingdom. Employing Bugis architecture is an attempt to adapt to the local climate and attempt to win the hearts of the Soppeng people.

Keywords: adaptation, acculturation, architecture, power, politics, villa.

Page 21: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arsitektur kolonial Belanda adalah bagian dari sejarah Indonesia yang

panjang. Melalui arsitektur sebenarnya dapat dibaca karakter sebuah bangsa

yang tangguh dan kaya akan khasanah budaya. Budaya adalah akar eksistensi

suatu etnik di suatu wilayah yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri

(Pratiwo, 2009: xxi).

Ketika Belanda datang ke nusantara, berlangsung sebuah proses

bertemu dan berinteraksi antara orang-orang Belanda dan masyarakat pribumi.

Pertemuan dan interaksi tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran budaya

yang mengakibatkan terciptanya budaya cangkokan (hybrid cultures). Hal ini

sebagaimana pendapat Orser (dalam Funari,dkk, Ed, 1999: 3) seperti berikut:

The theoretical basis of this perspective is the idea that the world became a different place when colonizing Europeans began to travel across the globe, meeting and interacting with diverse peoples as they went. The hybrid cultures that were subsequently created in the Americans, Asia, Africa, the South Seas, and even in Europe are the outcomes of these dramatic cultural exchanges.

Di berbagai kota kabupaten, karesidenan dan ibukota propinsi terdapat

bermacam-macam gaya bangunan yang mewakili zamannya, salah satunya

adalah gaya Indis1 yang memiliki ciri sendiri (Soekiman, 2000: 14-15).

Page 22: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Parmono Atmadi menyebut bentuk bangunan rumah tempat tinggal para

pejabat pemerintah Hindia Belanda yang memiliki ciri-ciri perpaduan antara

bentuk bangunan Belanda dan rumah tradisional sebagai arsitektur Indis.

Lebih luas, monumen estetis hasil budaya binaan (cultural construct) dan

imajinasi kolektif, serta ekspresi kreatif sekelompok masyarakat di Hindia

Belanda yang menggunakan dasar budaya Belanda dan Indonesia disebut

kebudayaan Indis (Soekiman, 2000: 7, 19-20).

Kebudayaan Indis terwujud ke dalam ide, aktivitas, dan artefak sesuai

dengan tiga gejala kebudayaan yang disebutkan oleh J.J. Honingmann dalam

buku The World of Man (Koentjaraningrat, 2002: 186). Secara singkat, dapat

dikatakan bahwa bangunan peninggalan Hindia Belanda merupakan wujud

artefak (material culture) dari kebudayaan Indis. Pendapat ini sesuai dengan

pernyataan Zarankin (2005: 237) yaitu, bangunan arsitektural merupakan

sebuah produk budaya karena dirancang dan dibangun oleh manusia, sehingga

dapat dikaji secara arkeologis2.

Arkeologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu,

terutama sejarah paleoantropologi, antropologi budaya, geologi, geografi,

arsitektur, pengindraan jauh, dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

pariwisata. Keterkaitan arkeologi dengan ilmu arsitektur ialah menganalisis

arsitektur bangunan kuno yang dikaitkan dengan visi budaya bangsa (Bintarto,

1995: 1-2).

Page 23: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Watansoppeng sebagai salah satu wilayah bekas koloni Pemerintah

Hindia Belanda, terdapat bangunan peninggalan Hindia Belanda, antara lain

Vila Yuliana, Istana Arajang Bola Ridie, Rumah Candue (dibongkar tahun

Belanda 1959), Rumah Sakit Soppeng (dibongkar tahun 1970), Rumah Batoe

bekas rumah Gezagheber Soppeng, Pasar Watansoppeng, dan Pasar

Tadjoentjoe. Bangunan-bangunan tersebut sebagian telah dirobohkan dan di

atasnya berdiri bangunan baru. Meskipun keberadaannya membangkitkan

kenangan buruk terhadap penjajahan, namun bangunan-bangunan peninggalan

Belanda memiliki nilai guna dalam membangkitkan semangat nasionalisme;

penelitian sejarah, arkeologi, dan arsitektur; dan di masa sekarang di saat

bidang pariwisata sedang berkembang di berbagai daerah, bangunan tersebut

apabila dikelola dengan baik dapat menjadi objek wisata yang menarik.

Vila Yuliana adalah salah satu bangunan peninggalan Hindia Belanda

yang masih bertahan di Kabupaten Soppeng, dan satu-satunya yang masih

mempertahankan keaslian gaya arsitektur kolonial Belanda hingga kini,

walaupun telah dipugar pada tanggal 2 Mei 2000. Fasad (tampilan depan)

bangunan menyiratkan adanya perpaduan antara bangunan kolonial Belanda

dan rumah tradisional Bugis.

Vila Yuliana memiliki nilai budaya tinggi, baik sebagai bangunan

bersejarah maupun sebagai tinggalan arkeologis periode kolonial. Sebagai

bangunan bersejarah, karena beberapa peristiwa sejarah pernah terjadi di

dalamnya dan melibatkan fungsi bangunan. Sebagai tinggalan arkeologis

periode kolonial memiliki wujud fisik yang memberi informasi tentang

Page 24: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

budaya pada zamannya, misalnya gaya arsitektur khas kolonial dan

akulturasinya dengan lingkungan lokal (Lia Nuralia, 1999: 93-94); teknik

rancang bangun bangunan; dimensi sosial, ekonomi dan politik; dan dalam

wilayah lebih luas, hubungan antara setiap bangunan dan lingkungan di Kota

Watansoppeng bahkan Kabupaten Soppeng dapat memberi informasi tentang

struktur dan pola pemukiman pada periode kolonial.

Perpaduan arsitektur kolonial Belanda dan Bugis yang dimiliki oleh

Vila Yuliana, bagi penulis merupakan fenomena arsitektur unik yang menarik

untuk diangkat menjadi topik atau kajian penelitian skripsi.

B. Riwayat Penelitian

Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda yang tersebar di

seluruh Indonesia, termasuk di Propinsi Sulawesi Selatan, merupakan objek

yang banyak diteliti. Beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya:

Yulianto Sumalyo (1988) dalam disertasi berjudul “L’Architecture

Colonial Hollandais en Indonesie (Dans le Cas de Semarang, Magelang,

Pasuruan; Des Grands Architecs Hollands en Indonesie)”, membahas

arsitektur kolonial dalam konteks struktur, bentuk kota, dan arsitektur kolonial

Belanda pada Kota Semarang, Magelang, dan Pasuruan. Sumalyo juga

membandingkan karya-karya dan pandangan-pandangan arsitektural para

arsitek Belanda di Indonesia, antara lain Henri Maclaine Pont, Herman

Thomas Karsten, C.P. Wolf Schoemaker, W. Lemei, C. Citroen, Biro Insinyur

Arsitek ED. Cuypers dan Hulswit Batavia, serta AIA (Algemeen Ingineurs en

Page 25: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Architecten). Disertasi tersebut telah diterbitkan sebagai buku berjudul

Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia pada tahun 1993 oleh Gadjah Mada

University Press.

Helen Jessup (1988) dalam disertasi berjudul “Nederlands

Architecture in Indonesia 1900-1942”, membahas arsitektur Belanda di

Indonesia pada tahun 1900 hingga 1942. Jessup memberikan perhatian khusus

pada karya-karya Maclaine dan Karsten yang memadukan arsitektur Belanda

dengan arsitektur tradisional Jawa dan Sumatera. Dalam disertasinya tersebut,

Jessup meyimpulkan bahwa arsitektur Belanda di Indonesia dalam beberapa

kasus dapat memberikan informasi yang berguna untuk memahami Indonesia,

dan di sisi lain juga dapat menggambarkan keadaan sosial, ekonomi, dan

politik Belanda.

Djoko Soekiman (1996) dalam disertasinya yang telah diterbitkan

sebagai buku berjudul “Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat

Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII sampai Medio Abad XX)”, secara rinci

menguraikan perpaduan antara budaya Barat dan unsur-unsur budaya Timur di

Jawa, yang disebut sebagai budaya Indis, antara lain gaya hidup masyarakat

Indis; lingkungan permukiman masyarakat Eropa, Indis, dan Pribumi; dan

ragam hias rumah tinggal. Soekiman melakukan kajian pada arsip dan

dokumen yang terdapat di negeri Belanda dan di Indonesia, dengan

menggunakan pendekatan Indonesia-sentrisme.

Ketiga disertasi tersebut di atas, telah memberikan pengetahuan yang

sangat berharga tentang perkembangan arsitektur Kolonial Belanda di

Page 26: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sayangnya, tidak terdapat pembahasan

tentang arsitektur kolonial Belanda di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

dan Papua. Padahal, setiap wilayah tersebut memiliki budaya sendiri, yang

tentunya akan melahirkan gaya arsitektur sendiri apabila berakulturasi dengan

arsitektur Kolonial Belanda.

Di Pulau Sulawesi, khususnya Propinsi Sulawesi Selatan, beberapa

penelitian terhadap bangunan-bangunan Kolonial Belanda telah pula

dilakukan, antara lain:

Khusnul Khatimah (2002) dalam skripsinya berjudul “Pengelolaan

Situs Vila Yuliana di Watansoppeng Kabupaten Soppeng”, membahas

mengenai penanganan yang tepat pada kondisi bangunan Vila Yuliana yang

mengalami kerusakan pada beberapa bagian fisik. Selain itu, Khatimah juga

memberi solusi akomodatif bagi konflik kepentingan pada Vila Yuliana dan

bentuk pemanfaatan situs Vila Yuliana yang berkontribusi bagi masyarakat

dan pemerintah daerah dengan berbasis pelestarian. Pada bagian deskripsi data

penelitian, diuraikan arsitektur Vila Yuliana, yang mencakup keletakan, tata

ruang, kelengkapan dan penampilan serta ragam hias pada bangunan tersebut.

Namun, uraian hanya sebatas deskripsi tanpa analisis lebih mendalam, baik

terhadap keletakan, tata ruang, dan ragam hias pada bangunan. Seperti pada

sebuah halaman, Khatimah mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan

terhadap konstruksi dan arsitektur bangunan Vila Yuliana secara keseluruhan,

gaya bangunan Belanda lebih mendominasi dibandingkan dengan arsitektur

lokal. Pendapat tersebut tidak dilengkapi dengan analisis yang dapat

Page 27: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

memperlihatkan adanya dominasi yang dimaksud. Hal ini dapat dipahami

mengingat bahwa Khatimah meneliti tentang pengelolaan dan bukan arsitektur

Vila Yuliana.

Buhanis Raminaa (2005) dalam skripsinya berjudul “Arsitektur

Gedung Mulo Makassar”, membahas mengenai bentuk arsitektur Gedung

Mulo di Makassar yang menunjukkan ciri sebagai bangunan sekolah dan

pengaruh lingkungan lokal pada arsitektur bangunan tersebut. Raminaa

menyimpulkan bahwa Gedung Mulo direncanakan dan dibangun hanya untuk

keperluan sekolah dengan kapasitas antara 360 hingga 432 murid, lebih dari

15 orang guru serta beberapa staf administrasi dan tata usaha. Pengaruh

budaya lingkungan lokal tidak ditemukan secara pasti pada bangunan.

Penelitian lain terkait bangunan kolonial di Sulawesi Selatan, antara

lain Rizal Randa yang menulis tentang arsitektur Gereja Protestan Indonesia

Barat Imanuel Makassar pada tahun 2002; Suhartiyah Umar menulis tentang

peninggalan bangunan-bangunan kolonial di dalam Benteng Fort Rotterdam

pada tahun 2003; Surianti menulis tentang arsitektur bangunan kolonial

Pengadilan Negeri Makassar pada tahun 2003; Sutrisno menulis tentang

peninggalan bangunan kolonial di Benteng Kabupaten Pinrang pada tahun

2003; dan, Marselyna menulis tentang bangunan-bangunan kolonial di Pare-

Pare (kajian pelestarian dan pemanfaatan sumber daya arkeologi) pada tahun

2004.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

Page 28: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(1) Kajian arsitektural pada bangunan kolonial di Sulawesi Selatan,

sejauh penelusuran pustaka yang penulis lakukan, belum

membahas persoalan akulturasi antara arsitektur Kolonial

Belanda dan arsitektur tradisional setempat.

(2) Penelitian mengenai bangunan peristirahatan di Propinsi

Sulawesi Selatan belum dilakukan.

(3) Hanya terdapat satu penelitian yang membahas bangunan

peninggalan Kolonial Belanda di Kabupaten Soppeng, Propinsi

Sulawesi Selatan.

(4) Penelitian yang pernah dilakukan di Vila Yuliana belum

mengkaji persoalan arsitektur secara khusus.

(5) Dan oleh karena itu, maka penelitian mengenai arsitektur Vila

Yuliana penting untuk dilakukan.

C. Rumusan dan Ruang Lingkup Masalah

Vila Yuliana merupakan sebuah fenomena yang unik. Fasad (tampilan

depan) bangunan tersebut menunjukkan perpaduan antara bangunan kolonial

Belanda dan rumah tradisional Bugis. Sekilas, Vila Yuliana terlihat

menyerupai bangunan gereja, sehingga tidak mengherankan apabila timbul

anggapan bahwa Vila Yuliana adalah sebuah gereja.

Vila Yuliana dibangun sekitar tahun 1906, pada masa pemerintahan

Gubernur Sulawesi C.A. Kroesen (Pananrangi Hamid, 1991: 213-237).

Informasi lain menyebutkan Vila Yuliana mulai dibangun pada tahun 1900

Page 29: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

dan selesai pada tahun 1905, dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang

sengaja didatangkan dari negeri Belanda, diperintahkan oleh C.A. Kroesen (A.

Wanua Tangke, 2007: 89).

Sumber lisan menyebutkan bahwa Vila Yuliana pada awalnya

dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Ratu Yuliana ke Sulawesi

Selatan3. Namun, kondisi keamanan yang buruk mengakibatkan Ratu Yuliana

batal berkunjung. Meskipun demikian, Vila Yuliana tetap berfungsi sebagai

tempat peristirahatan pejabat pemerintah Hindia Belanda (Khusnul Khatimah,

2002: 31), juga tempat menginap dan beristirahat untuk tamu pemerintah yang

kebetulan datang ke Soppeng (A. Wanua Tangke, 2007: 90).

Menurut Gany (2003, dalam www.soppeng.org, diakses 5-12-2012),

Vila Yuliana merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina beberapa saat setelah

kelahiran putrinya Yuliana, sebagai simbol penyerahan kekuasaan dari

Kerajaan Soppeng kepada Pemerintah Hindia Belanda, yang juga pernah

digunakan sebagai kediaman resmi kontrolir Soppeng pada masa

pemerintahan Hindia Belanda.

Sulit memastikan fungsi Vila Yuliana berdasarkan informasi yang

tersedia, yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Selain itu, penulis tidak

menemukan arsip yang membahas perihal tersebut. Satu hal yang pasti, kini

Page 30: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 31: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

hubungan yang selaras antara agama Katholik dengan lingkungan (Sumalyo,

1993: 17). Maka, muncul pertanyaan, bagaimana dengan penggunaan

arsitektur setempat untuk sebuah bangunan peristirahatan? Melambangkan

apakah hal tersebut? Unsur-unsur apa saja yang melatari keletakan bangunan

Vila Yuliana berhadapan langsung dengan Istana Datu Soppeng?

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang akan dijawab dalam

penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:

(1) Bagaimana bentuk arsitektur Vila Yuliana yang mencerminkan

bangunan peristirahatan?

(2) Bagaimana bentuk perpaduan antara arsitektur Kolonial Belanda dan

arsitektur tradisional Bugis pada bangunan Vila Yuliana?

(3) Apa maksud penempatan (keletakan) bangunan Vila Yuliana dan

penggunaan arsitektur tradisional Bugis pada bangunan Vila Yuliana?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai sebelum

melakukan penelitian dan mengacu pada rumusan masalah. Sedangkan

manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian (Ali, dkk,

2011: 11). Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan dan manfaat

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Menurut Lewis Binford terdapat tiga tujuan arkeologi yaitu,

rekonstruksi sejarah kebudayaan, rekonstruksi tingkah laku, dan

Page 32: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

penggambaran proses budaya (Iwan Sumantri, 2001: 26). Dengan

melihat ketiga tujuan tersebut, maka secara umum tujuan penelitian

ini ialah untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan.

Tujuan khusus penelitian ini ialah :

(1) Mengetahui bentuk arsitektur Vila Yuliana yang

mencerminkan bangunan peristirahatan. Diharapkan setelah

mengetahui hal tersebut, fungsi bangunan Vila Yuliana

menjadi lebih jelas.

(2) Mengetahui bentuk perpaduan arsitektur Kolonial Belanda

dan arsitektur tradisional Bugis pada bangunan Vila Yuliana.

(3) Mengetahui maksud penempatan (keletakan) bangunan Vila

Yuliana dan penggunaan arsitektur tradisional Bugis pada

bangunan Vila Yuliana.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian arsitektur Vila

Yuliana ialah:

a. Manfaat akademis

(1) Menambah pengetahuan tentang keberagaman

arsitektur kolonial Belanda di Indonesia, khususnya

bangunan kolonial yang berfungsi sebagai bangunan

peristirahatan di Sulawesi Selatan.

(2) Sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya.

Page 33: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

b. Manfaat praktis

Diharapkan hasil kajian arsitektur Vila Yuliana

dapat menjadi salah satu bahan acuan dalam agenda

nasional membangun karakter budaya bangsa yang kian

mengalami degradasi.

E. Landasan Teori

1. Arkeologi Sejarah

Arkeologi sejarah mengkaji tinggalan budaya dari masyarakat

yang telah mengenal tulisan dan mampu mencatat sejarah mereka

sendiri. Berbeda dengan arkeologi prasejarah yang mengkaji sejarah

budaya sebelum manusia mengenal tulisan, sebagaimana dijelaskan

oleh James Deetz (dalam Funari, 1999: 2) dalam pernyataan berikut:

Historical archaeology studies the cultural remains of literate societies that were capable of recording their own history. In this respect it contrasts directly with prehistoric archaeology, which treats all of the cultural history before the advent of writing—millions of years in duration.

Salah satu objek kajian arkeologi sejarah ialah bangunan

kolonial Belanda sebagai produk budaya materi. Lia Nuralia (2009:

94) mengartikan bangunan kolonial Belanda sebagai bangunan yang

didirikan pada masa pendudukan Hindia Belanda, baik mengandung

cerita sejarah maupun hanya sebagai tinggalan arkeologis periode

kolonial.

Page 34: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Dalam penerapannya, kadang terjadi tumpang tindih antara

kajian arkeologi dengan kajian sejarah (Said, 2006: 110). Arkeologi

sejarah menggabungkan penggunaan bukti fisik masa lalu (data

arkeologi) dengan data-data sejarah seperti arsip, peta kuno, lukisan

tua, foto lama, dan sejarah lisan (oral history), seperti disebutkan oleh

Anonim (2004) dalam kutipan berikut:

Historical archaeology is an international discipline concerned with studying the past using physical evidence in conjunction with other types of historical sources as documents, maps, illustrations, photographs and oral history. It focuses on the objects used by people in the past and the places where they lived and worked. It can tell us about the way things were made and used and how people lived their daily lives.

Meskipun demikian, peluang ilmu arkeologi juga semakin besar untuk

menguji kebenaran data sejarah yang sering tidak lepas dari

subjektivitas penulis (Said, 2006: 110).

2. Arsitektur

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, arsitektur adalah seni dan

ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan

sebagainya; atau metode dan gaya rancangan suatu konstruksi

bangunan (Sugono, dkk, 2008: 88). Dari segi seni, arsitektur adalah

seni bangunan termasuk di dalamnya bentuk dan ragam hiasnya. Dari

segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan termasuk

proses perancangan, konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga

menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dari segi ruang, arsitektur

adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kegiatan

Page 35: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

manusia untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Dari segi sejarah,

kebudayaan dan geografi, arsitektur adalah ungkapan fisik dan

peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan

waktu tertentu (Sumalyo, 2005: 1).

Amos Rapoport (dalam Oesman, 2008: 386) memaknai

arsitektur sebagai gejala budaya dasar, yang lahir dari kebutuhan

pokok manusia dalam mencari tempat untuk bernaung. Menurut

Rapoport, arsitektur adalah hasil kebudayaan dari perilaku manusia

berhubungan dengan lingkungannya, atau adaptasi manusia terhadap

alam dan sosial budayanya. Hampir sama dengan Rapoport, Sumalyo

(2005: 2) berpendapat bahwa arsitektur adalah hasil interaksi antara

kebudayaan manusia dan alam, dalam hal ini termasuk letak, iklim,

topografi, dan faktor lingkungan lainnya.

Tujuan arsitektur lebih dari sekedar fungsi tempat bernaung

guna berlindung dari panas dan hujan. Arsitektur mengingatkan

manusia tentang suatu peristiwa; menyatakan kekuasaan, status, atau

hal-hal pribadi atau kelompok; dan mengkiaskan sistem-sistem nilai

(Snyder & Anthony, 1991: 25). Arsitektur sebagai salah satu hasil

karya budaya, dapat dijadikan petunjuk bagi perkembangan budaya

suatu bangsa (Atmadi, dkk, 1997: 23).

Page 36: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

a. Arsitektur Kolonial Belanda

Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah

fenomena budaya yang unik, tidak terdapat di lain tempat,

juga pada negara-negara bekas koloni, karena arsitektur

kolonial Belanda di Indonesia terdapat pencampuran

budaya penjajah dengan budaya Indonesia (Sumalyo, 1993:

2).

Wujud arsitektur kolonial Belanda di Indonesia

merupakan wujud yang spesifik, sebagai hasil kompromi

arsitektur modern di Belanda kepada iklim tropis basah di

Indonesia. Terdapat pula beberapa bangunan arsitektur

kolonial Belanda yang mengambil elemen-elemen

tradisional setempat untuk diterapkan ke dalam bentuk

bangunan (Samsudi, 2000: 67 & 70).

Bangunan kolonial Belanda umumnya berdinding

tembok tebal dari bahan batu-bata yang diplaster, memiliki

pintu dan jendela berukuran lebar dan tinggi, serta tiang-

tiang pada serambi depan dan belakang bergaya neo-klasik.

Bentuk atap limasan atau pelana, dengan sudut kemiringan

sekitar 30 atau lebih. Pada atap terdapat elemen gavel

(gable), dormer, dan menara (tower), dan deltils (Ibid: 69).

Gavel adalah bagian triangular pada atap.

Penggunaan menara secara fisik menambah estetika dan

Page 37: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

dapat digunakan untuk melihat pemandangan luar. Fungsi

menara adalah untuk mengalirkan udara panas dari

ruangan ke luar ruangan. Dormer adalah jendela tambahan

pada atap. Deltils adalah konsol penyangga atap tritisan.

(Ibid: 70).

Sejumlah ahli membagi periode perkembangan

bangunan Kolonial Belanda di Indonesia ke dalam tiga atau

empat periode, diantaranya Helen Jessup dan Josef

Prijotomo. Menurut Helen Jessup (1984, dalam Abbas,

2006: 229-230) perkembangan gaya bangunan Kolonial

Belanda terbagi atas empat periode, yaitu:

(1) Tahun 1700-an adalah periode kekuasaan VOC

(Vereenigde Oost-Indische Compagnie) di

Indonesia. Pada masa ini bangunan-bangunan

didirikan mengikuti gaya bangunan dari Negeri

Belanda tanpa mempertimbangkan kondisi iklim

dan budaya setempat.

(2) Tahun 1800-an hingga 1902, yaitu masa

peralihan dari periode kekuasaan VOC ke

periode kekuasaan Kerajaan Belanda. Pada masa

ini bangunan-bangunan berkesan megah

didirikan untuk menunjukkan kekuasaan yang

Page 38: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

berkuasa, dan umumnya bergaya arsitektur neo-

klasik.

(3) Tahun 1902 hingga 1920-an, politik etis

diberlakukan di Indonesia, yang berdampak

pada pembangunan bangunan-bangunan modern

yang lebih berorientasi ke Belanda.

(4) Tahun 1920 hingga 1940-an. Pada masa ini,

gerakan pembaruan dalam arsitektur

bermunculan serta memunculkan gaya

campuran dan berbagai gaya arsitektur,

misalnya art deco.

Josef Prijotomo (dalam Abbas, 2006: 230) membagi

periode perkembangan gaya arsitektur bangunan Kolonial

Belanda ke dalam tiga periode, yaitu:

(1) Abad XVII hingga akhir Perang Dunnia II

berkembang gaya seni bangun neo-klasik seperti

yang terdapat di Belanda.

(2) Akhir abad XIX hingga awal abad XX,

bangunan kolonial telah dipengaruhi oleh

arsitektur tradisional Indonesia, baik dalam

penggunaan bahan maupun gaya bangunan.

(3) Tahun 1930-an, gaya bangunan telah mendapat

percampuran berbagai gaya, yang bisa dilihat

Page 39: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

contohnya pada beberapa masjid di Medan,

Banda Aceh, dan Pulau Penyengat yang

dibangun dengan gaya Moor, hingga Istana

Sultan Bima yang dibangun pada pertengahan

tahun 1930-an.

Menurut Sumalyo (2005: 28), perkembangan gaya

arsitektur pada bangunan Kolonial Belanda di Indonesia

terbagi atas lima periode, yaitu:

(1) Abad XVIII hingga abad XIX berkembang gaya

arsitektur neo klasik.

(2) Abad XIX hingga awal abad XX berkembang

gaya eklektik.

(3) Akhir abad XIX berkembang gaya modernisme

art nouveau.

(4) Awal abad XX berkembang gaya art deco.

(5) Pertengahan abad XX gaya arsitektur

berkembang kepada arsitektur fungsionalisme

dan arsitektur pasca Perang Dunia II.

b. Arsitektur Tradisional Bugis

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan

yang terdiri atas banyak suku bangsa dengan kebudayaan

berbeda satu sama lain. Salah satunya ialah suku bangsa

Bugis yang tersebar di beberapa kabupaten di Propinsi

Page 40: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Sulawesi Selatan, seperti Bulukumba, Sinjai, Bone,

Soppeng, Wajo, Sidenreng Rappang (Sidrap), Pinrang,

Luwu, Pare-pare, Barru, serta sebagian wilayah Enrekang,

Pangkajene Kepulauan (Pangkep), dan Maros

(Koentjaraningrat, 1999: 266).

Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta

buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti

budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Kebudayaan yang merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa,

terdiri atas tujuh unsur kebudayaan universal yaitu, bahasa,

sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan

hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem

religi, dan kesenian (Koentjaraningrat, 2002: 181 & 203-

204).

Secara totalitas, dikatakan oleh Saing arsitektur

tradisional pada bangunan rumah Bugis dipengaruhi oleh

konsep kosmologi yang berasal dari falsafah Sulapa Eppa

(Saing, 2010: 13), yang secara harfiah berasal dari bahasa

Bugis dan dalam bahasa Indonesia berarti “empat sisi”.

Menurut Morrel (2005: 248-249), konsep Sulapa Eppa,

berperan dalam membangun struktur kosmos, politik, dan

sosial masyarakat Bugis.

Page 41: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Dalam struktur kosmos, orang Bugis membagi alam

menjadi tiga tingkatan (Ama Saing, 2010: 11-13), yaitu:

(1) Alam atas atau bottinglangi’ (puncak langit)

sebagai tempat suci persemayaman Dewata

SeuwaE (Dewa Tunggal) yang mengatur alam

raya beserta segala isinya.

(2) Alam tengah atau paratiwi sebagai tempat

pertemuan antara alam atas dan alam bawah,

dimana berlangsung kehidupan baik dan buruk,

kebaikan dan kejahatan, serta cinta dan dendam.

(3) Alam bawah atau uru’liu (tempat gelap).

Pengaruh struktur kosmos tersebut terlihat pada

susunan ruang rumah secara vertikal (Ibid: 13-16), yaitu:

(1) Rakkeang adalah bagian atas rumah yang

terletak di bawah atap (semacam loteng) sebagai

tempat menyimpan padi dan persediaan pangan

lainnya, benda-benda pusaka keluarga yang

dianggap keramat, dan alat-alat tenun.

(2) Ale Bola atau Watangpola adalah ruangan

tempat tinggal manusia yang terdiri atas

sejumlah ruangan khusus untuk melakukan

aktivitas seperti memasak, menerima tamu,

tidur, dan lain sebagainya.

Page 42: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(3) Awasao atau Awabola adalah bagian bawah

rumah yang terletak di bawah lantai panggung

(kolong rumah) sebagai tempat menyimpan

peralatan bekerja sesuai bidang pekerjaan

masing-masing pemilik rumah, seperti alat-alat

bertani bagi petani, kandang ayam bagi

peternak, alat-alat menangkap ikan bagi

nelayan, dan lain-lain.

Menurut Mattulada (1982, dalam Morrel, 2005:

249), dalam wilayah politik, struktur pemerintahan

masyarakat Bugis pra-Islam terdiri atas empat tingkatan,

yang juga dipengaruhi oleh falsafah Sulapa Eppa, yaitu:

(1) Ade’, berperan dalam menciptakan norma-

norma etika untuk kehidupan sosial dan politik.

(2) Bicara, berperan dalam menata sistem pidana

dan peradilan masyarakat.

(3) Rapang, berperan dalam memberikan petunjuk

tentang tata kekerabatan dan hubungan politik.

(4) Wari’, berperan dalam mengklasifikasi dan

mengatur masyarakat.

Menurut Friedericy (dalam Koentjaraningrat, 1999:

276), pelapisan masyarakat orang Bugis sebelum

Page 43: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

pemerintah Hindia Belanda menguasai langsung daerah

Sulawesi Selatan, yaitu:

(1) Anak Arung, yaitu lapisan kaum kerabat raja-

raja.

(2) To Maradeka, yaitu lapisan orang merdeka yang

merupakan sebagian besar rakyat Sulawesi

Selatan.

(3) Ata’, yaitu orang yang ditangkap dalam

peperangan, orang yang tidak dapat membayar

hutang, atau orang yang melanggar pantangan

adat.

Pelapisan masyarakat Bugis berpengaruh terhadap

tipe-tipe rumah tradisional Bugis, seperti disebutkan oleh

Koentjaraningrat (1999: 272) bahwa, rumah tradisional

Bugis apabila dibedakan menurut strata sosial penghuninya,

terdiri atas:

(1) Sao-Raja, yaitu rumah besar yang didiami oleh

keluarga kaum bangsawan. Rumah-rumah ini

biasanya memiliki tangga dengan alas bertingkat

di bagian bawah dan atap di atasnya (sapana),

serta memiliki bubungan bersusun tiga atau

lebih.

Page 44: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(2) Sao-Piti, yaitu rumah Bugis yang berbentuk

lebih kecil dari Sao-Raja, tanpa sapana dan

memiliki bubungan bersusun dua.

(3) Bola, yaitu rumah rakyat pada umumnya.

Gagasan Sulapa Eppa sering dikaitkan dengan

bentuk rumah empat sisi, yang dianggap merupakan bentuk

ideal yang menampilkan kesempurnaan pada rumah

(Robinson, 2005: 301-302). Tipe rumah tradisional Bugis

adalah rumah panggung yang berdiri di atas tiang kayu.

Atap berbentuk pelana untuk memudahkan aliran air hujan

sebagai wujud adaptasi terhadap daerah Sulawesi Selatan

yang bercurah hujan tinggi (Ama Saing, 2010: 31).

Semua rumah tradisional Bugis memiliki sebuah

panggung di depan pintu rumah di bagian atas tangga.

Panggung tersebut disebut tamping, yaitu tempat bagi para

tamu untuk menunggu sebelum dipersilahkan oleh tuan

rumah untuk masuk ke dalam ruang tamu

(Koentjaraningrat, 1999: 272). Pada bangunan rumah

tradisional Bugis terdapat bagian-bagian pelengkap rumah

(Mardanas, dkk (Ed), 1985: 48-53), yaitu:

(1) Addeneng (tangga) yang menurut keletakannya

terdiri atas tangga depan dan belakang.

Page 45: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(2) Tunebba, yaitu balok-balok kecil sebagai dasar

lantai.

(3) Salima’ atau lantai bambu, dan dapara atau

lantai papan.

(4) Babang atau tange, yaitu pintu.

(5) Tellongeng atau jendela.

(6) Jongke atau dapureng, yaitu dapur.

(7) Lego-lego, yaitu ruangan tambahan di sekitar

tangga.

Selain bagian-bagian pelengkap tersebut di atas,

rumah tradisional Bugis juga memiliki ragam hias, yang

tidak hanya berfungsi untuk memperindah suatu bangunan,

tetapi juga mengandung makna-makna yang menjadi acuan

kebudayaan penghuninya. Ragam hias tersebut umumnya

bersumber dari alam sekitar, seperti flora dan fauna. Pada

rumah Bugis dikenal ragam hias flora bernama bunga

parenreng dan ragam hias fauna seperti ayam jantan

(manuk), kepala kerbau, dan naga (Mardanas, dkk (Ed),

1985: 55-60).

3. Akulturasi

Istilah akulturasi (acculturation) atau culture contact dipahami

oleh semua antropolog sebagai konsep mengenai proses sosial yang

timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan

Page 46: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing

dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu

(Koentjaraningrat, 2002: 247-248).

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, akulturasi

adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih, misalnya percampuran

kebudayaan Cina dengan kebudayaan Jakarta; proses masuknya

pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat dengan

penyerapan sebagian (kecil sekali), penyerapan yang agak banyak atau

penolakan sama sekali terhadap kebudayaan asing itu; atau, proses

pertemuan kebudayaan yang tampak dalam penggunaan bahasa yang

ditandai dengan penyerapan atau peminjaman kata-kata, bahkan

timbulnya bilingualisme (Sugono, dkk, 2008: 31-31).

Menurut Koentjaraningrat (2002: 248-249), proses akulturasi

telah berlangsung sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia.

Namun, proses akulturasi yang memiliki sifat khusus baru timbul

ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai

menyebar dan membangun pusat-pusat kekuatan di berbagai tempat di

benua-benua lain yang pada akhir abad XIX dan awal abad XX

mencapai puncak kejayaannya, tidak terkecuali di Indonesia.

Bangsa Belanda hadir di nusantara pada akhir abad XVI

semula untuk berdagang. Kemudian, untuk mengamankan kegiatan

Page 47: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

ekonomi dan perdagangan berubah menjadi penguasa yang berdaulat,

bermula di daerah pesisir utara Jawa, hingga akhirnya ke seluruh Pulau

Jawa dan Nusantara (Soekiman, 2000: 22), termasuk Sulawesi Selatan.

Sejak awal kehadiran bangsa Belanda, telah terjadi kontak

budaya antara bangsa Belanda dan pribumi, yang berimplikasi

terhadap timbulnya percampuran budaya. Kebudayaan campuran yang

didukung oleh segolongan masyarakat Hindia Belanda itu disebut

“kebudayaan Indis”, yang meliputi berbagai unsur kebudayaan

(Soekiman, 2000: 39), salah satunya bangunan (rumah, kantor, gereja,

dan lain-lain) yang termasuk dalam unsur budaya peralatan hidup dan

teknologi (Koentjaraningrat, 2002: 203-204 & 343; Soekiman, 2000:

41).

Sementara Berlage menyebut bentuk bangunan rumah tempat

tinggal para pejabat pemerintah Hindia Belanda yang memiliki ciri-ciri

perpaduan antara bentuk bangunan Belanda dan rumah tradisional

dengan istilah Indo Europeesche Bouwkunst, Van de Wall menyebut

dengan istilah Indische Huizen, Parmono Atmadi menyebut dengan

istilah “arsitektur Indis” (Soekiman, 2000: 6-7), dan Helen Jessup

(dalam Safeyah, 2006: 2-3) menyebut dengan istilah “arsitektur

hybrid”.

4. Semiotika

Semiotika (semiotics) adalah kajian tentang sifat dan

penggunaan tanda (Ian & Robert, 1999: 548). Analisis semiotika,

Page 48: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 49: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Simbol biasanya diartikan sebagai penanda yang secara keseluruhan

bersifat arbitrer dalam hubungannya dengan pertanda, sebab hubungan

tersebut dibentuk hanya oleh penggunaan konvensi sosial (Ian &

Robert, 1999: 527).

Baik simbol maupun tanda (sign) diyakini bersifat universal,

sehingga proses yang terjadi dalam pembentukan sebuah bahasa juga

terjadi pada hal lain, antara lain pada arsitektur (Sukada, 1989: 34).

Parmono Atmadi (dalam Ibid: 33-34) menyebutkan bahwa:

Pada dasarnya arsitektur selalu ingin menyampaikan pesan, hanya karena pesan itu tidak tertulis maka pesan tadi dapat saja diartikan berbeda dari yang dimaksudkan. Selain itu pesan yang diharapkan dapat dan hampir selalu diartikan lain oleh seseorang yang mencoba membaca pesan tersebut. Apalagi bila pengamatan dilakukan dengan selisih waktu yang cukup lama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa bangunan arsitektural memiliki

informasi pertama sebagai tempat hunian, namun bukan berarti tidak

mengandung informasi (arti) lain.

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha memahami fakta secara rasional

empiris melalui prosedur kegiatan tertentu sesuai dengan cara yang

ditentukan peneliti. Metode penelitian terbagi atas metode kualitatif

dan kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan menghasilkan teori

umum berdasarkan hasil analisis data yang berupa catatan lapangan

(deskripsi), foto, arsip dan artefak. Rancangan penelitian bersifat

Page 50: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

fleksibel dengan analisis data yang bersifat induktif. Berbeda dengan

penelitian kuantitatif yang bertujuan menguji teori berdasarkan

hipotesis dan variabel penelitian. Penelitian kuantitatif digunakan pada

penelitian eksperimental dan penelitian-penelitian yang menggunakan

data statistik. Rancangan penelitian formal dan terstruktur dengan

analisis data yang bersifat deduktif (Maryaeni, 2005: 1-5).

Memperhatikan karakteristik kedua jenis penelitian tersebut di

atas, latar belakang, rumusan masalah, dan sasaran penelitian, maka

dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif.

2. Tahap-tahap Penelitian

Menurut James Deetz (1976: 8), seperti ilmu fisika, kimia,

biologi, dan ilmu lain, penelitian arkeologi juga mengobservasi,

mendeskripsi, dan mengeksplanasi data. Tahapan penelitian seperti

yang disebutkan James Deetz tersebut digunakan dalam penelitian ini,

hanya saja tahap observasi dan deskripsi dimasukkan ke dalam tahap

pengumpulan data, lalu berlanjut ke tahap pengolahan data, dan

berakhir dengan tahap analisis. Tahap-tahap tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

1) Data Penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri atas data

primer dan data sekunder. Data primer yang

Page 51: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

dimaksud adalah bangunan Vila Yuliana, sedangkan

data sekunder yang dimaksud adalah literatur-

literatur, baik berasal dari arsip, buku, jurnal, dan

laporan penelitian yang digunakan untuk

membangun landasan teori dan menganalisis data

primer.

Landasan teori dalam penelitian ini tidak

digunakan untuk membuktikan hipotesis, tetapi

digunakan sebagai alat analisis. Hal ini sebagaimana

pendapat Maryaeni (2008: 32) yang mengatakan

bahwa:

Teori sebagai konsep deduktif yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data mesti diposisikan sebagai alat, bukan sebagai proposisi yang diuji kebenarannya. Dengan demikian, analisis data bukan untuk memperkuat teori yang ada sebelumnya melainkan untuk membuahkan teori secara substansif.

2) Strategi Pengumpulan Data

a) Data Primer

Data primer merupakan data utama

dalam penelitian ini, yaitu bangunan Vila

Yuliana. Pengumpulan data dilakukan dengan

serangkaian kegiatan perekaman data,

meliputi:

Page 52: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(1) Observasi situs, yaitu sesuai dengan

Kamus Bahasa Indonesia (Sugono,dkk,

2008: 1084) adalah melakukan

pengamatan secara langsung pada Vila

Yuliana.

(2) Pendeskripsian, yaitu mencatat fakta dan

gejala yang teramati pada kondisi fisik

bangunan Vila Yuliana selama

melakukan observasi, misalnya ukuran

jendela dan pintu, jumlah tiang, bentuk

atap, dan sebagainya.

(3) Pemotretan, yaitu merekam gambar dua

dimensi bangunan Vila Yuliana dengan

menggunakan kamera. Pemotretan

dilakukan pada bangunan Vila Yuliana

secara keseluruhan, baik tampak depan,

samping, maupun belakang; jendela;

pintu; tiang; ragam hias; tangga; dan atap

(bila memungkinkan).

(4) Penggambaran, yaitu menggambar

denah, peta situasi, dan sketsa bangunan

Vila Yuliana.

Page 53: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(5) Pengukuran, yaitu mengukur panjang,

lebar, dan tebal pintu dan jendela; tinggi

tiang; dan sebagainya.

(6) Wawancara.

b) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini

merupakan data penunjang yang digunakan

dalam menganilisis data primer, antara lain

laporan penelitian bangunan Vila Yuliana dan

penelitian lain yang relevan, sejarah bangunan

Vila Yuliana, teori-teori arsitektur secara

umum, arsitektur kolonial Belanda, arsitektur

tradisional Bugis, dan gambaran wilayah

Soppeng. Pengumpulan data sekunder

dilakukan dengan menulusuri situs internet

dan mendatangi tempat-tempat yang dianggap

memiliki data yang dibutuhkan, antara lain:

(1) Perpustakaan Jurusan Arkeologi

Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

(2) Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas

Hasanuddin.

Page 54: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

(3) Perpustakaan Pusat Universitas

Hasanuddin.

(4) Perpustakaan Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

(5) Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Masyarakat Makassar.

(6) Balai Arkeologi (Balar) Makassar.

(7) Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)

Makassar.

(8) Dan lain-lain.

c) Alat Penelitian

Dalam pengumpulan data digunakan

peralatan antara lain: GPS (Global Positioning

System), kompas, skala, roll meter, kamera

digital, lembar deskripsi, millimeter block, alat

tulis menulis, dan alat perekam suara.

b. Pengolahan Data

Data-data yang telah diperoleh pada tahap

selanjutnya akan diklasifikasi berdasarkan nama atribut

yang dilabelkan, jumlah, dan bentuk. Hasil klasifikasi

akan dibuatkan tabel untuk memudahkan dalam

Page 55: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 56: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Bab II : Profil wilayah Kabupaten Soppeng

Bab III : Deskripsi bangunan Vila Yuliana.

Bab IV : Analisis data penelitian, terdiri atas analisis dan hasil analisis.

Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

Page 57: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 58: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 59: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 60: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Terjemahan: Inilah Kitab/bagian yang menyampaikan tentang daerah Soppeng….. yang mewartakan tentang daerah Soppeng….. pada saat ditinggalkannya negeri Sewo dan Gattareng, maka turunlah orang-orang (penduduk negeri tersebut) untuk bermukim di suatu tempat, yaitu negeri Soppeng. Adapun orang-orang yang berasal dari Sewo disebut orang Soppeng Riaja, sedangkan mereka yang berasal dari Gattarang disebut kemudian sebagai orang Soppeng Rilau…

Muh. Hidayat (1995: 16) menambahkan bahwa kelompok etnis tersebut

berjumlah 60 kelompok yang masing-masing diketuai oleh seorang bergelar

Matowa. Setelah Soppeng terbentuk menjadi sebuah kerajaan, berlangsung

perpindahan penduduk ke pusat-pusat distribusi, yang kemudian menurunkan

generasi etnis Bugis Soppeng kini.

Dalam perkembangan terakhir, beberapa penduduk dari luar daerah,

termasuk orang-orang dari etnis Tionghoa telah bermigrasi ke Kabupaten

Soppeng. Pada tahun 2010, jumlah penduduk yaitu 230.744 jiwa, terdiri dari

108.115 jiwa penduduk berjenis kelamin laki – laki dan 122.629 jiwa

penduduk berjenis kelamin perempuan. Penduduk tersebut tersebar di dalam

wilayah Kabupaten Soppeng dengan kepadatan 154 jiwa per Km². Mayoritas

penduduk menganut agama Islam, yaitu sekitar 99,7 % dari total penduduk

yang ada. Selebihnya, terdapat 0,29 % penduduk yang menganut agama

Kristen, 0,007 % penduduk yang menganut agama Hindu, dan 0,003 %

penduduk menganut agama Budha. Penduduk Kabupaten Soppeng umumnya

bekerja di sektor pertanian dengan persentase sebesar 68,17 %, sektor

perdagangan, restoran dan perhotelan sebesar 14,96 %, sektor jasa

Page 61: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

kemasyarakatan sebesar 10,54 %, sektor perindustrian sebesar 4,32 %, dan

selebihnya bekerja pada sektor-sektor lain (BPS Kab. Soppeng).

Di beberapa daerah Bugis termasuk Soppeng, masyarakat dibedakan

dalam tiga kelompok strata sosial, sebagaimana yang disebutkan oleh

Mattulada (1984: 259-278) dan Friedericy (dalam Koentjaraningrat, 1999:

276), yaitu:

(a) Anak Arung, yaitu kelompok yang terdiri dari kaum kerabat raja-

raja,

(b) To Samak, yaitu kelompok yang terdiri dari orang-orang

merdeka atau masyarakat kebanyakan, dan

(c) Ata, yaitu kelompok yang terdiri dari para budak, orang-orang

yang tertangkap dalam peperangan, atau orang-orang yang

melanggar pantangan adat.

Sistem kekerabatan masyarakat Soppeng bersifat bilateral yang terbentuk

melalui dua jalur, yaitu assialang atau perkawinan, dan ambijangeng atau

keturunan (Muh. Hidayat, 1995: 17).

Menurut Bahru Kallupa (1989., dalam Muh. Hidayat, 1995: 17),

masyarakat Soppeng mengenal adat istiadat yang merupakan segala aturan

(tindakan, dan sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan secara turun

temurun (Sugono, dkk., 2008: 10) dengan istilah pangngadareng. Konsep

pangngadareng pada awalnya hanya terdiri dari empat unsur, yaitu ade’,

bicara, rapangi, dan wari. Setelah Islam diterima secara melembaga, unsur

Page 62: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Arsitektur Villa Yuliana di Watansoppeng Kabupaten Soppeng 42

sara’ kemudian ditambahkan ke dalam konsep tersebut (Mattulada, 1982.,

dalam Morrel, 2005: 249).

Sebelum agama Islam diterima, masyarakat Soppeng telah mengenal

sistem kepercayaan terhadap Dewata. Dalam lontara Galigo, Dewata dikenal

dengan sebutan Patotoe (penentu nasib), Dewata Sauwae (yang tunggal), dan

Turiea’rana (yang tertinggi). Konsep pemujaan terhadap dewa-dewa ini

seringkali diwujudkan dalam suatu bentuk upacara, terutama yang

berhubungan dengan pertanian, diantaranya adalah tudang sipulung di

Lakkelinja, upacara meminta hujan, massempe, mappadendang, dan

massappowanua (Bahru Kallupa, 1989: 9., dalam Muh. Hidayat, 1995: 18).

C. Penamaan Soppeng

Asal-usul nama Soppeng dapat ditelusuri melalui mitos dan cerita

rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Soppeng. Mitos dan cerita

rakyat tersebut memiliki dua versi (Mohammad Natsir, dkk., 2009: 6-9),

yaitu:

Versi pertama memandang, bahwa pada dasarnya nama Soppeng

diambil dari sebuah pohon yang buahnya menyerupai anggur dan orang Bugis

Soppeng menyebutnya buah ‘caloppeng’ atau seringkali juga disebut

‘coppeng’. Menurut riwayat, di dekat bekas Istana Kerajaan Soppeng, tumbuh

sebuah pohon caloppeng atau coppeng yang sangat besar. Untuk menyatakan

kebesaran itu maka bunyi C pada Coppeng menjadi S pada Soppeng.

Page 63: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Dalam struktur bahasa daerah Bugis dialek Soppeng, ditemukan

banyak perubahan sebutan dari huruf C menjadi S dan sebaliknya.

Contohnya, pada kata salo (bahasa Bugis: sungai) yang berubah menjadi calo

untuk menyebutkan sungai yang beraliran air kecil, atau sappo (bahasa Bugis:

saudara sepupu) menjadi cappo untuk menunjukkan hubungan kekerabatan

dengan orang lain selain saudara sepupu. Apabila dikaitkan dengan nama

Soppeng, maka boleh jadi benar nama tersebut berasal dari nama pohon

Coppeng yang hingga kini masih banyak tumbuh di dalam wilayah Soppeng.

Versi kedua meninjau asal usul nama Soppeng dari aspek penggunaan

bahasa daerah Bugis, khususnya perubahan kata, baik melalui

penyederhanaan sebutan maupun penggabungan dua kata atau lebih menjadi

satu kata. Dalam hal ini, kata Soppeng dipandang sebagai hasil penggabungan

dari dua buah kata Bugis, yaitu kata sosso dan lappeng. Sosso berarti turun,

sedangkan lappeng merupakan nama sebuah tempat.

Abu Bakar Mangiri (dalam Mohammad Natsir, dkk., 2009: 9),

berpendapat seperti berikut:

Soppeng diambil dari kata Sosso + Lappeng. Jadi SO (SSO) + (LA) LAPPENG maksudnya bahwa orang Soppeng itu (SOSSO) dari Sewo ke Lappeng ialah sebuah tempat di dekat bekas istana Datu Soppeng. SOSSO berarti turun atau pindah.

Menurutnya, nama Soppeng merupakan hasil penggabungan dari dua kata

Bugis, yaitu sosso dan lappeng. Dengan demikian, asal kata Soppeng adalah

sosso lappeng, yang jika disederhanakan berubah menjadi Soppeng.

Page 64: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

D. Sejarah Kabupaten Soppeng

Pada sekitar tahun 1300 M, Soppeng merupakan sebuah wilayah yang

dihuni oleh 60 kelompok suku masyarakat, dimana setiap kelompok dipimpin

oleh seseorang bergelar Matowa. 30 kelompok suku bermukim di Soppeng

Riaja atau Soppeng Barat dan 30 kelompok suku lainnya bermukim di

Soppeng Rilau atau Soppeng Timur (Abdurrazak, 2004: 94-95; Mohammad

Natsir, 2009: 10-11).

Menurut Abdurrazak Dg. Patunru (2004: 95-96), dalam abad XIV

Soppeng pernah dilanda bencana kelaparan. Selama tujuh tahun tidak turun

hujan, sehingga penduduk tidak dapat menanami sawah dan ladang. Oleh

sebab itu, Arung Bila yang bertugas sebagai wakil Raja Luwu Sawerigading

di Soppeng memutuskan mengadakan rapat dengan seluruh Matowa untuk

membicarakan dan mengambil kebijakan agar seluruh rakyat Soppeng dapat

diselamatkan dari bencana tersebut. Keadaan saat rapat berlangsung

dijelaskan oleh Abdurrazak (Ibid) seperti berikut:

Rapat itu dilangsungkan di tempat terbuka, di bawah pohon besar. Ketika rapat sedang berlangsung, terdengarlah suara ribut dua ekor burung kakatua di atas pohon.……berkelahi memperebutkan setangkai padi yang berisi. Arung Bila memerintahkan menghalau burung kakatua itu. Beberapa matowa berusaha mengikuti kedua burung itu untuk mengetahui dari mana burung itu memperoleh tangkai padi itu. Ternyata kedua ekor burung itu terbang ke Utara…..Tidak lama kemudian sampailah mereka itu pada sebuah hutan dalam daerah LEworeng [Leworeng]. Kedua ekor burung itu menghilang dalam hutan…yang oleh penduduk dinamai Sekanjili. Matowa-matowa…juga masuk ke dalam hutan itu. Tiba-tiba mereka itu mendapati beberapa orang pada suatu tempat terbuka dalam hutan itu. Seorang dari mereka itu berpakaian indah, duduk di atas sebuah batu, dinaungi oleh sebuah payung besar yang dipegang oleh tiga orang sebagai pengikut. Arung Bila bertanya kepada mereka itu, siapakah

Page 65: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 66: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Pada tahun 1908, empat lili Kedatuan Soppeng yaitu, Kiru-kiru,

Siddo, Ajakkang dan Balusu, yang pada awalnya tergabung dalam ke-25 lili

Kedatuan Soppeng, dilebur oleh pemerintah Belanda menjadi pemerintah

Kerajaan sendiri (Zelf Bestuur), yaitu Soppeng ri Aja (Surat Gubernur-

Jenderal tertanggal 3 September 1908 No. 28, dalam Abdurrazak, 2004: 116).

Kemudian, Penguasa Militer Kooy (Militair Gezagheber Kooy) membagi

Soppeng ke dalam tujuh buah distrik, yaitu distrik Lalabata, distrik Lili ri

Lau, distrik Lili ri Aja, distrik Pattojo, distrik Citta, distrik Mario ri Awa, dan

distrik Mario ri Wawo.

Sekitar tahun 1923, yaitu ketika A.J.L.Couvreur menjadi Gubernur di

Celebes dan daerah taklukannya, distrik-distrik diubah menjadi

Adatgemeenschap atau Persekutuan Adat yang diberikan hak mengurus

rumah tangga sendiri, terutama di bidang keuangan, yaitu kas

Adatgemeenschap. Di bidang peradilan dibentuk Hadat Kecil yang diketuai

oleh Kepala Adatgemeenschap dengan wewenang dalam perkara-perkara

perdata mengenai barang-barang sengketa yang berharga tidak lebih dari Rp.

100,- serta perkara kejahatan kecil dan pelanggaran-pelanggaran sebagaimana

yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pada tingkat

pemerintah pusat kerajaan diadakan pembagian tugas di antara anggota

pemerintah kedatuan, seperti Arung Bila untuk urusan pemerintahan umum;

seorang pabbicara untuk bidang kehakiman, kepolisian dan pekerjaan umum;

serta suami Datu Soppeng sebagai wakil permaisuri dalam hal-hal luar biasa

(Abdurrazak, 2004: 121).

Page 67: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Pada tahun 1942 hingga 1945, Soppeng berada dalam kekuasaan

Jepang. Kontrolir Belanda digantikan Kontrolir Jepang yang disebut

Bunkenkanrikan. Proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal

17 Agustus 1945, mengakhiri kekuasaan Jepang di seluruh Indonesia. Pada

awal tahun 1946, Belanda kembali berkuasa di Soppeng hingga pertengahan

tahun 1950, ketika terjadi kekacauan sebagai akibat timbulnya pergolakan

politik di Sulawesi-Selatan dan Tenggara pasca pembentukan Republik

Indonesia Serikat (RIS). Kedatuan Soppeng secara resmi terhapus pada tahun

1958, dengan pembentukan Soppeng menjadi Daerah Otonom Tingkat II

berdasarkan Undang-Undang Darurat No.4 tahun 1957, dan Datu Soppeng

Haji Andi Wana diangkat oleh Pemerintah Pusat menjadi Kepala Daerah

Soppeng. Sekitar tahun 1961, Adatgemeenschap atau Persekutuan Adat

diubah menjadi kecamatan administratif, meliputi Kecamatan Mario ri

Wawo, Kecamatan Lili’ri Lauq, Kecamatan Lili ri Aja, Kecamatan Lalebbata

dan Kecamatan Mario ri Awa (Ibid: 122-125).

Page 68: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

BAB III

DESKRIPSI BANGUNAN VILLA YULIANA

A. Latar Sejarah Bangunan Villa Yuliana

Villa Yuliana dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang sengaja

didatangkan dari Negeri Belanda, diperintahkan oleh C.A.Krosen (A.Wanua

Tangke, 2007: 89). Tidak ada informasi perihal siapa nama arsitek tersebut.

Menurut penuturan Hamruddin Laide (Wawancara, 21-02-2013), arsitek Villa

Yuliana merupakan seorang tawanan Kerajaan Belanda berkebangsaan

Belgia, yang dikirim ke Soppeng (Indonesia) untuk mengerjakan bangunan.

Hamruddin Laide menuturkan pula bahwa, Villa Yuliana dibangun pada

tahun 1905 hingga 1909. Berbeda dengan keterangan tersebut, menurut

A.Wanua Tangke (2007: 90) villa dibangun pada tahun 1900 hingga 1905,

sedangkan menurut Pananrangi Hamid (1991: 213-237) villa dibangun sekitar

tahun 1906 pada masa pemerintahan Gubernur Sulawesi C.A.Kroesen.

Cerita di balik penamaan Villa Yuliana terdapat dua versi. Menurut

Haerun Rasid (Wawancara, 19-02-2013), versi pertama memandang bahwa

bangunan pada awalnya dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Ratu

Yuliana, namun kunjungan tersebut batal karena saat itu timbul

pemberontakan di beberapa daerah di Indonesia. Versi kedua memandang

48

Page 69: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

bahwa pemberian nama sebagai bentuk pengabdian orang Belanda di Hindia

kepada Rajanya (A.Wanua Tangke, 2007: 91).

Pada tahun 1996, bangunan Villa Yuliana masih berada di bawah

penanganan Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng dan telah dilakukan

pemugaran pada bangunan tersebut. Kemudian, pada tahun 1998 didaftar

menjadi Benda Cagar Budaya dengan nomor registrasi 448, di bawah

penanganan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan dan

Tenggara. Pada tanggal 2 Mei 2000 dilakukan pemugaran, pembuatan pagar

keliling bangunan sekitar 200 m², pemasangan papan larangan, penempatan

juru pelihara situs dan studi pemintakatan dengan SK-Nomor:

213/C.1/M/2000 (Khusnul Khatimah, 2002: 32) oleh BP3 Sulawesi Selatan,

Tenggara dan Tengah. Pemugaran yang dilakukan antara lain mengganti

bahan konstruksi atap dari sirap ke asbes gelombang, sebagian besar balok

pada rangka atap, dan cat dari hijau ke merah tua. Berdasarkan Surat Perintah

Tugas Nomor 150/M.3/ST/UPT/BD/28.1/2003 Tanggal 28 Januari 2003, BP3

Sulawesi Selatan, Tenggara dan Tengah melakukan pendataan kerusakan dan

pendokumentasian gambar pada bangunan Villa Yuliana dalam rangka

pemulihan arsitektur dan pelestarian bangunan (Agustono, 2003). Kemudian,

bahan konstruksi atap, baik penutup maupun rangka atap dikembalikan pada

keadaan semula, begitupun dengan warna cat.

Bangunan Villa Yuliana telah beberapa kali berubah fungsi. Menurut

A.Wanua Tangke (2007: 90) dan Adam Musa (dalam Khusnul Khatimah,

2002: 31), pada masa pendudukan Belanda, bangunan tersebut berfungsi

Page 70: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

sebagai tempat menginap dan peristirahatan pejabat pemerintah Hindia

Belanda. Pananrangi Hamid (2001: 237) berpendapat bahwa, Villa Yuliana

merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina beberapa saat setelah kelahiran

putrinya Yuliana, sebagai simbol penyerahan kekuasaan dari Kerajaan

Soppeng kepada Pemerintah Hindia Belanda, yang juga pernah digunakan

sebagai kediaman resmi kontrolir Soppeng pada masa pemerintahan Hindia

Belanda. Sementara menurut Hamruddin Laide (Wawancara, 21-02-2013),

tahun 1909 hingga 1942 bangunan Villa Yuliana difungsikan sebagai markas

Pemerintah Hindia Belanda.

Hamruddin Laide (Wawancara, 21-03-2013) menuturkan pula bahwa,

pada masa selanjutnya saat Soppeng dikuasai oleh tentara Jepang (1942 –

1945) Villa Yuliana difungsikan sebagai markas tentara Jepang. Kemudian

pada tahun 1945 hingga 1957, villa kosong. Setelah tahun 1957 hingga 1992

villa difungsikan sebagai rumah tinggal oleh penduduk setempat. Khusnul

Khatimah (2002: 32-33) dalam laporan penelitiannya menulis, pada tahun

1992 hingga 1995 bangunan Villa Yuliana difungsikan sebagai asrama

pegawai bujang Pemda, Polisi, dan Dinas Pemadam Kebakaran. Pada tahun

2001 bangunan Vila Yuliana dipergunakan oleh sebuah sanggar seni di

Kabupaten Soppeng sebagai tempat latihan. Kemudian sejak awal tahun 2002

bangunan ini tidak difungsikan lagi. Kini, bangunan Vila Yuliana difungsikan

sebagai Museum Daerah Latemmamala oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Pemerintah Kabupaten Soppeng, sejak diresmikan pada tanggal 23

Maret 2008 (http://sejarah.kompasiana.com, 14-03-2013).

Page 71: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 72: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 73: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 74: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 75: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 76: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 77: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 78: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 79: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 80: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 81: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

yang diisi papan kayu (plank) dengan terawang motif

belah ketupat. Pasangan disangga oleh palang kayu

yang kesatuannya dengan tiang membentuk tanda salib.

Pasangan tersebut menyangga balok penahan teritisan

di bawah gavel. Sementara pada sisi Selatan, kepala

tiang diberi pasangan berbentuk pelengkung busur

(lihat foto 5) dari kayu yang diisi papan kayu (plank)

dengan terawang motif belah ketupat. Pasangan

disangga oleh palang kayu berornamen, yang

kesatuannya dengan pelengkung membentuk lengkung

daun semanggi (trefoil arch).

Tiang pada teras belakang lantai I berjumlah

tiga buah, berukuran 310 cm x 20 cm dari balok kayu

dicat hijau pastel. Tiang dipasang di atas pondasi beton

setebal 20 cm yang dicat hitam dan berjejer pada tepi

depan teras menyangga atap teritisan (lihat foto 2).

Adapun pada teras belakang lantai II, tiang berjumlah

tiga buah berukuran antara 160 cm – 350 cm dari balok

kayu dicat hijau pastel. Tiang dipasang di atas pondasi

beton yang terletak di atas pagar teras (balustrade) dari

beton masif, menyangga rangka atap (lihat foto 2).

Pagar teras di sisi Selatan diberi kisi-kisi berkepala

busur.

Page 82: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 83: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

sebelah kanan lantai I berhubungan dengan teras di

lantai II.

Pondasi atau landasan dari papan kayu

berbentuk lonjong dengan ukuran 186 cm x 58 cm

x 3 cm. Anak tangga (trede) berjumlah 24 buah,

terbagi atas 13 tanjakan awal dan 11 tanjakan akhir.

Anak tangga datar (antrede) dari papan kayu

berbentuk persegi panjang berukuran 113 cm x 31

cm, lima diantaranya yang terletak di awal tanjakan

akhir berbentuk trapezium dan membentuk

belokan. Anak tangga tegak (optrade) berukuran

113 cm x 17 cm dengan profil.

Di antara tanjakan awal dan tanjakan akhir

tangga terdapat bordes dari papan kayu berukuran

127 cm x 127 cm x 17 cm. Papan bordes disangga

oleh balok dan tiga buah tiang kayu berukuran 217

cm x 21,4 cm. Pada salah satu sudut, balok

penyangga ditancapkan ke dinding kolom arkade.

Sisi dalam dan luar balok penyangga bordes dihiasi

oleh ukiran berbentuk garis lurus dan belah ketupat.

Pada tiang penyangga balok terdapat hiasan ukiran

motif segi empat dan profil di bagian kepala

(capital), ukiran garis lurus di badan tiang, dan

Page 84: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 85: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Pagar pengaman dan pegangan tangga

bertumpu pada lima buah tiang, dua tiang terletak

di bawah (dasar) berukuran 131 cm x 10 cm, satu di

tengah berukuran 215 cm x 12 cm, dan dua di atas

(puncak) berukuran 110 cm x 10 cm yang dipasang

di atas anak tangga menyatu dengan konstruksi ibu

tangga. Setiap tiang tumpuan terbuat dari balok

kayu dengan kepala merunjung ke atas seperti

limas, yang diberi ukiran garis lurus vertikal pada

badan dan profil dengan gerigi pada kepala. Pada

kaki tiang tumpuan tengah diberi ornamen timbul

menyerupai bunga.

2) Tangga belakang

Tangga belakang merupakan tangga masif

dari beton dengan model tangga balik (U). Tangga

terletak di teras belakang samping kiri lantai I,

berhubungan dengan teras belakang lantai II.

Pondasi atau landasan dari struktur beton

setebal 10 cm. Anak tangga (trede) berjumlah 19

buah, terbagi atas 13 tanjakan awal dan enam

tanjakan akhir. Anak tangga datar (antrede)

berukuran 78 cm x 28 cm, sedangkan anak tangga

tegak (optrede) berukuran 78 cm x 20 cm. Di

Page 86: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 87: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 88: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 89: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 90: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 91: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 92: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 93: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 94: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 95: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 96: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 97: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 98: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 99: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 100: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 101: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 102: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 103: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 104: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 105: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 106: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 107: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 108: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 109: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 110: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 111: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 112: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 113: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 114: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 115: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 116: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 117: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 118: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 119: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 120: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 121: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 122: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 123: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 124: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 125: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 126: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 127: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 128: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 129: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 130: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 131: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 132: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 133: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 134: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 135: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 136: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 137: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 138: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 139: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 140: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 141: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 142: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 143: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 144: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

Lantai dan Plafon

Teras

Ragam Hias

Penutup lantai dari bambu (salima) dan papan kayu (dapara). Plafon adalah bagian bawah lantai loteng (rakkecmg).

Teras (lego-lego) adalah ruangan tambahan yang terletak di bagian depan badan rumah (ale bola).

Ragam hias pada rumah Bugis terdiri dari ragam hias naturalis (flora dan fauna). Flora : bunga parenreng Fauna: ayam jantan (manuk), kepala kerbau dan naga (ular besar).

Doric, Ionic, Corinthian, Composite. Penutup lantai dari ubin atau marmer. Plafon bisa dari beton, tripleks, rotan, dan kayu, kadang-kadang diberi hiasan.

Tanpa teras

Ragam hias terdiri dari ragam hias geometris dan naturalis. Geometris: lingkaran, persegi, segi tiga, dsb. Naturalis : manusia, flora dan fauna.

Penutup lantai I: ubin, penutup lantai II: papan kayu. Plafon adalah bagian bawah lantai loteng, kecuali dapur dan WC yang menggunakan plafon dari beton. Teras terdiri dari teras depan dan belakang, terdapat di lantai I maupun lantai II. Wujud teras depan lantai II mirip seperti lego-lego pada rumah Bugis. Ragam hias terdiri dari ragam hias geometris dan naturalis (flora). Geometris: garis lurus, persegi, lingkaran, segi tiga dan belah ketupat. Flora : bunga parenreng, sulur daun, dan bunga.

(Sumber: Analisis, 2013)

3. Maksud Dibalik Keletakan dan Penggunaan Arsitektur Bugis pada Villa

Yuliana

Villa Yuliana memiliki informasi pertama sebagai tempat

tinggal/peristirahatan, namun bukan berarti tidak mengandung informasi

(arti) lain. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Parmono Atmadi (dalam

Sukada, 1989: 33-34) dalam kutipan berikut:

Pada dasarnya arsitektur selalu ingin menyampaikan pesan, hanya karena pesan itu tidak tertulis maka pesan tadi dapat saja diartikan berbeda dari yang dimaksudkan. Selain itu pesan yang diharapkan dapat dan hampir selalu diartikan lain oleh seseorang yang mencoba membaca pesan tersebut. Apalagi bila pengamatan dilakukan dengan selisih waktu yang cukup lama.

Page 145: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 146: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 147: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Villa Yuliana merupakan salah satu bangunan bekas rumah

tinggal/pesanggrahan pejabat militer Pemerintah Hindia Belanda.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa bentuk arsitektur Villa Yuliana yang mencerminkan fungsi

bangunan nampak pada elemen-elemen seperti proporsi bangunan yang

asimetris, bentuk denah/tata ruang, serta penggunaan warna hijau pada

bukaan, tangga, bargeboard, dan tiang. Keberadaan menara yang

menimbulkan anggapan bahwa Villa Yuliana adalah sebuah gereja, tidak

lain berfungsi simbolik sebagai lambang keimanan penghuninya.

Bentuk arsitektur Villa Yuliana memadukan gaya arsitektur

bangunan Eropa dan rumah tradisional Bugis. Di dalam perpaduan

(akulturasi) tersebut, pengaruh arsitektur Eropa lebih dominan dibanding

arsitektur Bugis. Gaya Eropa yang mendominasi merupakan perpaduan

gaya klasik yaitu Indische Empire, Renaisans, Viktoria dan Gotik, dengan

gaya modern (Art Nouveau).

Perpaduan berbagai gaya dalam bentuk arsitektur Villa Yuliana

tidak lepas dari pengaruh periodisasi perkembangan bangunan Kolonial

Belanda di Indonesia. Sesuai dengan pendapat Samuel Hartono dan

Handinoto (2006: 2), Villa Yuliana yang didirikan pada awal abad XX

127

Page 148: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 149: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 150: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 151: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 152: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 153: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 154: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 155: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 156: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 157: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

PETA ADMINISTRATIF PROVINSI SULAWESI SELATAN

Page 158: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat

PETA ADMINISTRATIF KABUPATEN SOPPENG

Page 159: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 160: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat
Page 161: ARSITEKTUR VILLA YULIANA DI WATANSOPPENG ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas. sendi-sendi yang biasanya terbuat