armita rayendra

8
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikutura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 10 November 2009 PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( Elaeis Guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN Pre-processed Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Fresh Fruit Bunch Handling in PT Cipta Futura, South Sumatera Armita Rayendra 1 , Iskandar Lubis 2 , Ade Wachjar 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, A24050834 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract The apprentice was conducted in Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, South Sumatera from February until June 2009. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and work experience in Palm Oil Plantation. The main purposes were to learn pre-processed Palm Oil Fresh Fruit Bunch (FFB) Handling and its effect to CPO quality. The quality of harvested fruit in PT Cipta Futura, Afdeling 7 was still not good enough. The percentage of unripe fruit was 3.76% (standard 0%) and ripened fruit was 94.01% . The fruit carrier productivity in Afdeling 7 was below the company’s standard/grade. Fuel usage was too much and carrying capacity was below the standard. Thus, the restan fruit that cause financial loss the company was often occurred. The Free Fatty Acid (FFA) in PT Cipta Futura was below 2%, which means it reached the SNI, but transport manajemen was still need to be fixed for transport eficiency. Key words: palm oil, fresh fruit bunch, handling, pre-processed PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun 2005 volume ekspor 10 376 200 ton minyak sawit mentah (CPO) mencapai nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat menjadi 11 875 400 ton dengan mencapai nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat besar. Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan ringan. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang kerjanya. Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar air minyak. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, kualitas minyak kelapa sawit perlu diperhatikan. Kualitas minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen tandan buah segar (TBS). Dalam pengelolaan penanganan TBS di kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (restan) ke pabrik kelapa sawit (PKS) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir

description

armita

Transcript of armita rayendra

Page 1: armita rayendra

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan HortikuturaFakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor10 November 2009

PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( Elaeis Guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DIPT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN

Pre-processed Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Fresh Fruit Bunch Handling in PT Cipta Futura, South Sumatera

Armita Rayendra1, Iskandar Lubis2, Ade Wachjar2

1Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, A240508342Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The apprentice was conducted in Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, South Sumatera from February until June 2009. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and work experience in Palm Oil Plantation. The main purposes were to learn pre-processed Palm Oil Fresh Fruit Bunch (FFB) Handling and its effect to CPO quality. The quality of harvested fruit in PT Cipta Futura, Afdeling 7 was still not good enough. The percentage of unripe fruit was 3.76% (standard 0%) and ripened fruit was 94.01% . The fruit carrier productivity in Afdeling 7 was below the company’s standard/grade. Fuel usage was too much and carrying capacity was below the standard. Thus, the restan fruit that cause financial loss the company was often occurred. The Free Fatty Acid (FFA) in PT Cipta Futura was below 2%, which means it reached the SNI, but transport manajemen was still need to be fixed for transport eficiency.

Key words: palm oil, fresh fruit bunch, handling, pre-processed

PENDAHULUAN

Latar BelakangKelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan

penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun 2005 volume ekspor 10 376 200 ton minyak sawit mentah (CPO) mencapai nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat menjadi 11 875 400 ton dengan mencapai nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat besar.

Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan ringan. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang kerjanya. Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar air minyak. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum 5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, kualitas minyak kelapa sawit perlu diperhatikan. Kualitas minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen tandan buah segar (TBS).

Dalam pengelolaan penanganan TBS di kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (restan) ke pabrik kelapa sawit (PKS) akan mempengaruhi proses

pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi jarak pengangkutan TBS ke PKS, keadaan/kondisi jalan, kondisi topografi lahan, serta jumlah dan kondisi alat angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga dipengaruhi oleh bagaimana perbandingan antara volume produksi kebun dengan volume penerimaan dan kapasitas pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem dan perencanaan yang tepat.

Secara umum, kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan penulis dan memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit. Selain itu penulis dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit. Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO yang dihasilkan.

METODE MAGANG

Tempat dan WaktuKegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa

sawit Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009.

MetodeSelama magang, dilaksanakan kegiatan kerja

dengan berbagai tingkatan jabatan, yaitu bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), mandor/mandor besar, sampai menjadi asisten kepala afdeling. Selain bekerja di lapangan, penulis mengumpulkan data yang diperlukan, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan dan pengamatan secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan karyawan dan staf, serta menganalisa data mengenai kegiatan pascapanen di lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan sumber pustaka pendukung.

Pada tahap KHL, penulis mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh KHL. Pekerjaan yang dilakukan terutama pada aspek budidaya seperti memperbaiki infrastruktur kebun, pemeliharaan, sampai dengan panen

Page 2: armita rayendra

dan pascapanen. Pada saat sebagai mandor, penulis melakukan pengawasan pada semua kegiatan, penghitungan kebutuhan tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan serta perhitungan kebutuhan proses budidaya. Saat menjadi asisten kepala afdeling, penulis melakukan perencanaan dan pengawasan serta menganalisis permasalahan manajerial yang dihadapi di lapangan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PemanenanPanen merupakan kegiatan pemotongan tandan

buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS).

Perusahaan Cipta Futura memiliki target produksi yang ditetapkan setiap tahun untuk dicapai oleh setiap afdeling. Persentase realisasi panen tiap afdeling akan mencerminkan kualitas kerja karyawannya. Oleh karena itu, setiap afdeling berusaha meningkatkan produktivitas panen. Seperti pada Tabel 1, realisasi panen Afdeling 7 tahun 2009, menunjukkan bahwa produksi meningkat di bulan April dan Mei hingga melebihi target yang ditentukan perusahaan.

Tabel 1. Realisasi Panen Afdeling 7 Tahun

2009

Periode Ton

TargetTon

RealisasiMargin

Realisasi Panen(%)

Januari 3 777.41 2 371.49 - 1 405.92 62.78

Februari 2 930.06 2 125.39 - 804.67 72.54

Maret 3 402.79 2 815.53 - 617.25 81.86

April 3 318.06 4 288.76 + 970.70 129.26

Mei 3 554.43 4 258.18 + 703.75 119.80

Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)

Angka Kerapatan Panen (AKP)Angka kerapatan panen diperoleh dari hasil sensus

buah. Tujuan dilakukan sensus buah adalah untuk mengetahui AKP setiap bulannya dan memperkirakan hasil pada rotasi panen berikutnya, sehingga dapat menentukan taksasi panen pada bulan tersebut sampai dengan enam bulan ke depan. AKP digunakan untuk menghitung taksasi panen. Taksasi panen adalah perkiraan produksi kebun yang digunakan untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS.

Kriteria Matang PanenPenentuan kriteria matang panen sangat penting

dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan yang ideal untuk dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin. Kriteria matang panen bergantung pada berat tandan, yaitu untuk berat tandan lebih dari 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg dan untuk berat tandan kurang dari 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg.

Kriteria matang panen yang digunakan di PT Cipta Futura Afdeling 7 adalah apabila terdapat 1 brondolan jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Dengan asumsi sudah terdapat beberapa buah membrondol, tetapi tersangkut di ketiak pelepah. Namun, pengertian kriteria panen tersebut dipahami oleh pemanen menjadi jika

terdapat 1 buah yang sudah membrondol, berarti buah sudah layak dipanen dan mengakibatkan terdapat beberapa buah yang termasuk dalam fraksi 0 dan 1 juga ikut terpanen. Seperti disajikan pada Tabel 2 pengamatan kualitas potong buah.

Tabel 2. Pengamatan Kualitas Potong Buah

Keman-doran

Total TBS

Sampel

Buah hasil panenMentah Matang Busuk

(Fraksi 0-1) (Fraksi 2-3) Berbau……………………(TBS)…….………..……

1 309 12 294 32 322 7 306 9

3 328 8 306 14

4 151 2 147 2

5 377 27 345 5

Total 1 487 56 1 398 33

Sumber : Hasil Pengamatan (2009)

Hasil pengamatan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa terdapat buah mentah yang dipanen dari keseluruhan sampel sebesar 56 TBS atau 3.76 %, sedangkan buah matang yang dipanen sebesar 1 398 TBS (94.01 %) dan buah busuk sebanyak 33 TBS atau 2.22 %. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas potong buah masih belum sesuai standar. PT Cipta Futura menetapkan standar 0 % untuk panen buah mentah, sedangkan dari hasil pengamatan penulis, masih terdapat 3.76 % panen buah mentah.

Rotasi PanenRotasi (pusingan) panen adalah waktu yang

diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama (Fauzi et al., 2008). Rotasi panen dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemanen, kondisi hanca, luas areal yang dipanen, kondisi cuaca, dan yang terpenting adalah AKP. Terdapat tiga macam rotasi di PT Cipta Futura, yaitu 10/15, 7/10, dan 5/7. Rotasi 10/15 artinya terdapat 10 hari panen dengan 5 hari sebagai hari cadangan. Begitu pula dengan 7/10 (7 hari panen dengan 3 hari cadangan) dan 5/7 (5 hari panen dangan 2 hari cadangan). Tiga jenis rotasi ini digunakan sesuai dengan produksi kelapa sawit. Menurut Lubis (1992), panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil. Seperti rotasi 5/7 yang digunakan pada saat panen puncak dan pada luasan panen kecil.

Sistem PanenKegiatan panen di PT Cipta Futura menggunakan

sistem panen hanca giring tetap. Mandor panen menentukan pembagian hanca setiap apel pagi. Pembagian hanca dilakukan berdasarkan nomor pemanen dan nomor hanca. Setiap pemanen memiliki nomor pemanen dan akan mendapatkan hanca dengan nomor yang sama. Akan tetapi pembagian tersebut bisa berubah bergantung pada banyaknya regu kerja (RK) pemanen yang hadir dan luasan areal yang akan dipanen.

Tenaga Kerja PanenTenaga kerja (TK) panen Afdeling 7 PT Cipta

Futura yang terdaftar pada tahun 2009 berjumlah 94 orang pemanen. Setiap pemanen yang terdaftar diperbolehkan melakukan kegiatan pemanenan dibantu maksimal oleh seorang kenek langsir dan seorang pengutip brondolan. Sehingga setiap regu kerja pemanen beranggotakan maksimal tiga tenaga kerja.

Page 3: armita rayendra

Pengontrolan tenaga kerja panen perlu dilakukan untuk mengetahui hasil kerja pemanen. Apakah sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen.

Penulis melakukan pengamatan mengenai kualitas penanganan hasil panen oleh tenaga kerja pengutip brondolan yaitu meliputi pengamatan brondolan tinggal, baik tertinggal di piringan, pokok sawit, pasar 2:1, dan gawangan mati yang disajikan dalam Tabel 3. Pengamatan ini dilakukan dengan membedakan jumlah TK setiap RK.

Rekapitulasi hasil pengamatan kualitas kutip brondolan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata presentase brondolan tinggal di piringan sebanyak 13.96 %, brondolan tinggal di pokok sebanyak 36.43 %, di pasar 2:1 sebanyak 12.55 % dan di gawangan mati sebanyak 37.05 %. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan menunjukkan bahwa kualitas kerja pengutip brondolan masih kurang baik. Dari data tersebut, brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih banyak dari pada brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1. Banyaknya berondolan tinggal disebabkan

pada gawangan mati dan pada pokok sawit kurang diperhatikan oleh pengutip brondolan dan tempatnya tidak terlalu terlihat. Seperti pada gawangan mati, brondolan tertutupi oleh tumpukan pelepah, sedangkan pada pokok tanaman, brondolan terselip di ketiak pelepah.

Pada Tabel 3, jumlah tenaga kerja pemanen dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas pengangkutan hasil panen di dalam hanca. Regu kerja yang terdiri dari

3 orang tenaga kerja memiliki kualitas kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja yang terdiri dari 1 atau 2 tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlahbrondolan tinggal. RK yang terdiri dari 1 orang memiliki angka brondolan tinggal yang lebih tinggi.

Selain mengamati kualitas kutip brondolan, terdapat pula beberapa kejadian buah tinggal di dalam hanca. Pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa atau terlewat. Hal ini menjadi salah satu penyebab timbulnya kerugian bagi perusahaan. Penulis melakukan pengamatan terhadap pengangkutan TBS di dalam hanca yang disajikan pada Tabel 4.

Pada pengangkutan dalam hanca, PT Cipta Futura

Afdeling 7 memberikan anjuran kepada pemanen untuk

melakukan kegiatan pemanenan per pasar. Selain itu,pengangkutan TBS dan brondolan yang dilakukan per pasar juga dapat memudahkan dalam pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS. Pada tabel hasil pengamatan TBS tinggal dalam hanca (Tabel 4), dapat dilihat kualitas angkut TBS di dalam hanca. Presentase total TBS tinggal di piringan sebesar 1.37 % dan di gawangan mati sebesar 0.83%. Standar perusahaan menerapkan 0% untuk TBS tinggal dalam hanca, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pengangkutan TBS dalam hanca masih kurang baik.

Panjang gagang TBS menjadi salah satu parameter pengamatan kualitas kerja pemanen yang penulis amati (Tabel 5). Standar pemanenan di PT Cipta Futura mengharuskan TBS yang tersusun di TPH untuk diangkut ke PKS sudah di potong gagang panjangnya. Gagang panjang TBS ini akan merugikan perusahaan, yaitu hanya menambah berat semu TBS dan tidak menghasilkan minyak, melainkan merupakan penyerap minyak saat pengolahan sehingga mengurangi dan merugikan produksi minyak.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan

Jumlah TK dalam

RK

Brondolan Tinggal Presentase Brondolan Tinggal

Piringan Pokok Pasar 2:1Gawangan

MatiTotal Piringan Pokok Pasar 2:1

Gawangan Mati

……………….....……(buah)…………...………….. …………….……..…..(%)…………….………..

1 58 111 51 218 438 13.24 25.34 11.64 49.77

2 34 87 28 79 228 14.91 38.16 12.28 34.65

3 18 60 18 35 131 13.74 45.8 13.74 26.72

Rata-rata 39 86 38 116 279 13.96 36.43 12.55 37.05

Sumber : Hasil Pengamatan (2009)

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca

Kemandoran

Total TBS Panen

TBS Tinggal Presentase TBS Tinggal

Piringan Gawangan Mati Piringan Gawangan Mati

……............(%)……………

1 753 2 1 0.27 0.132 537 0 1 0.00 0.193 974 1 2 0.10 0.214 504 3 0 0.60 0.005 978 4 3 0.41 0.31

Total 3 746 10 7 1.37 0.83

Rata-rata per kemandoran 2 1.4 0.27 0.17

Sumber: Hasil Pengamatan (2009)

Page 4: armita rayendra

PT Cipta Futura menerapkan standar panjang gagang tidak boleh lebih dari 2 cm atau memotong gagang serapat mungkin dengan tandan tetapi jangan sampai melukai buah. Oleh karena itu, disarankan untuk memotong gagang berbentuk “V”.

Tabel 5. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7

Keman-doran

Jumlah TBS Sampel

Gagang Panjang(buah)

Gagang Panjang(%)

1 345 8 2.322 186 4 2.153 256 8 3.134 219 5 2.285 227 5 2.20

Total 1233 30 2.43

Sumber: Hasil Pengamatan, 2009

Panjang gagang TBS di Afdeling 7 sudah baik, karena panjang gagang kurang dari 3 cm dan presentase gagang panjang hanya sebesar 2.43 %. Artinya terdapat 2-3 TBS bergagang panjang dari 100 TBS yang dipanen.

Pengangkutan Tandan Buah Segar

Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit bekerja secara optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu seefisien mungkin.

PT Cipta Futura menggunakan dump truck sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas maksimum 6 ton dan di Afdeling 7 terdapat 20 unit dump truck. Pengangkutan TBS di PT Cipta Futura dilakukan oleh kerani buah, supir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan supervisor panen. Kerani buah bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan oleh supervisor panen. Biasanya jalur pengangkutan buah yang menjadi tanggung jawab kerani dibagi per blok panen, satu kerani untuk satu blok panen. Mandor panen bertugas memberitahukan kerani buah di mana saja hanca yang dipanen dan berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen.

Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan pengangkutan. Fauzi et al (2008) menyatakan bahwa curah hujan yang terlalu tinggi dapat menjadi masalah, terutama jalan untuk transportasi. Pada musim hujan, jalan Kebun Ujan Mas tersebut mengalami kerusakan karena jalan terbuat dari tanah, sehingga menyebabkan banyak truk pengangkut terpuruk yang mengakibatkan buah restan.

Menurut Fauzi et al. (2008), TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, adanya buah restan akan merugikan perusahaan berdasarkan biaya dan kualitas minyak yang dihasilkan.

Pada Tabel 6 disajikan data buah restan di Afdeling 7 dengan rata-rata tiga kali terjadi buah restan dalam satu bulan. Buah restan yang ada, diangkut ke pabrik pada hari berikutnya. Pengangkutan buah di hari berikutnya dilakukan lebih awal dan didahulukan mengangkut buah restan ke pabrik.

Tabel 6. Produksi dan Pengangkutan Hasil Panen Afdeling 7 Bulan Januari-Mei 2009

Bulan Tanggal Panen Pengangkutan Restan(ton) (ton) (ton)

Januari 8 61.632 54.192 7.4409 63.390 45.288 18.102

12 102.606 78.288 24.31813 137.556 84.744 52.812

Februari 2 93.425 91.392 2.0333 76.921 45.837 31.084

10 67.604 58.294 9.31017 101.223 56.278 44.945

Maret 11 151.969 130.332 21.63716 115.391 111.183 4.208

April 2 122.084 117.904 4.1806 145.305 70.19 75.115

11 82.575 76.875 5.70013 172.588 167.095 5.49315 172.535 132.081 40.454

Mei 11 86.227 84.732 1.49515 148.820 89.706 59.114

Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 20 unit dump truck

Sumber: Kantor Afdeling 7

Selain pentingnya memperhatikan produktivitas, perlu juga memperhatikan efisiensi pengangkutan. Salah satunya dengan melihat efisiensi pemakaian bahan bakar dibandingkan dengan kemampuan kendaraan angkut untuk mengangkut buah.

Pada Tabel 7 dapat dilihat produktivitas salah satu kendaraan angkut di Afdeling 7. Rata-rata produktivitas muatan per liter bensin adalah 0.42 (ton/liter). Adapun standar yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan transportasi adalah 0.6 untuk ton/liter.

Tabel 7. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura pada Bulan Februari

TanggalProduktivitas

(ton/l)1 0.392 0.543 0.404 0.525 0.446 0.447 0.438 0.339 0.3610 0.4111 0.3612 0.4013 0.4314 0.4415 0.2016 0.6217 0.4718 0.4719 0.4120 0.40

Rata-rata 0.42

Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 1 unit dump truck

Sumber: Kantor Afdeling 7

Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini masih dibawah standar perusahaan karena muatan per angkutan belum mencapai standar. Belum tercapainya

Page 5: armita rayendra

standar muatan (tonase) per unit disebabkan oleh waktu angkut yang tidak terpakai dengan efisien. Kendaraan terlalu lama berkeliling blok panen untuk mencari TBS karena kurangnya koordinasi antara kerani buah dan mandor panen. Selain itu infrastruktur jalan juga mempengaruhi.

Administrasi Pengangkutan

Administrasi pengangkutan dikerjakan oleh kerani buah bagian administrasi. Administrasi pengangkutan adalah kegiatan mendata TBS dan brondolan hasil panen yang diangkut ke PKS. Kerani buah bagian administrasi bekerja menghitung TBS dan brondolan yang diangkut per truk. Perhitungan dilakukan berdasarkan catatan (kopelan) supir.

Pada lembar Surat Pengantar Buah (SPB) dituliskan jumlah TBS dan brondolan terangkut beserta bobot perkiraannya. Bobot tersebut diperoleh dari hasil kali jumlah TBS dengan komidelnya (bobot janjang rata-rata TBS yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan timbangan aktual). Karena terdapat 2 bobot komidel di Afdeling 7, maka perkiraan bobot muatan truk sering tidak akurat, sehingga terjadi selisih bobot yang cukup besar antara perkiraan bobot di SPB dan penimbangan aktual di PKS. Kesalahan perkiraan tersebut perlu diperbaiki untuk menghindari kerugian bagi perusahaan. Selisih bobot yang terlalu besar, jika dibiarkan akan menimbulkan masalah, seperti adanya buah restan tetapi tidak diketahui dan baru ditemukan setelah beberapa hari. Selain masalah buah restan, selisih bobot yang besar akan mengkhawatirkan keamanan TBS di lapangan. Bisa terjadi kemungkinan kehilangan TBS tanpa sepengetahuan pengelola kebun, karena tidak terlalu memperhatikan selisih bobot tersebut.

Banyaknya masalah yang timbul pada kegiatan pengangkutan hasil panen tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas buah yang akan merugikan perusahaan. Pengangkutan di Afdeling 7 juga belum memenuhi standar produktivitas dan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian khusus dari pihak kebun.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanKegiatan magang yang dilakukan di PT Cipta

Futura Plantation, Sumatera Selatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melaksanakan perkerjaan di perkebunan kelapa sawit. Penulis memperoleh pengalaman bekerja dan dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit.

Secara keseluruhan, kualitas kerja pemanen di Afdeling 7 masih kurang baik, karena presentase buah tinggal sebesar 0.27 % di piringan dan 0.17 % di gawangan mati (standar 0%). Jumlah tenaga kerja pemanen dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas pengangkutan hasil panen di dalam hanca. Regu kerja yang terdiri dari 3 orang tenaga kerja memiliki kualitas kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja yang terdiri dari 1 atau 2 tenaga kerja. Panjang gagang TBS di Afdeling 7 sudah baik, karena panjang gagang kurang dari 3 cm dan presentase gagang panjang hanya sebesar 2.43 %.

Mutu buah panen di PT Cipta Futura Afdeling 7 masih kurang baik, karena adanya buah mentah sebesar 3.76 % (standard 0 %) dan presentase buah matang sebesar 94.01 %. Kualitas pengutipan brondolan di Afdeling 7 juga masih kurang baik. Karena terdapat

13.96 % brondolan tinggal di piringan, tinggal di pokok sebanyak 36.43 %, di pasar 2:1 sebanyak 12.55 % dan di gawangan mati sebanyak 37.05 %. Brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih banyak dari pada brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1, karena tempatnya tidak terlalu terlihat oleh pengutip.

Rata-rata produktivitas muatan per liter bahan bakar adalah 0.42 ton/liter (standar 0.6 ton/liter). Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini masih di bawah standar. Pemakaian BBM masih terlalu banyak dan tonase belum mencapai standar perusahaan. PT Cipta Futura memiliki rata-rata kandungan ALB di bawah 2 %, artinya sudah memenuhi SNI, tetapi manajemen pengangkutan tetap harus diperbaiki untuk mencapai efisiensi pengangkutan.

Saran1. Mutu buah, kebersihan hanca, dan gagang panjang

berkaitan dengan kualitas kerja pemanen, sehingga diperlukan pengawasan panen yang baik.

2. Pemberian informasi kepada tenaga kerja pemanenan diperbaiki lagi, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman mengenai kriteria potong buah.

3. Perawatan infrastruktur terutama jalan perlu diperhatikan, agar tidak menghambat kelancaran transportasi buah ke pabrik.

4. Penggunaan buku kontrol TBS dalam pengangkutan hasil panen lebih dimaksimalkan lagi agar tidak terjadi TBS restan.

5. Kegiatan pengangkutan hasil panen perlu adanya koordinasi antara kerani buah dan mandor panen, agar pengangkutan lebih produktif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI). www. agribisnis. deptan. go. id. [07 Desember 2008].

Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan Objektif. http://[email protected]. [20 Oktober 2008].

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.

Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.