Arianisme

13
ARIANISME Arianisme adalah sebuah pandangan kristologis yang dianut oleh para pengikut Arius, seorang presbiter Kristen yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir, pada awal abad ke- 4. Arius mengajarkan bahwa berbeda dengan Allah Bapa, Allah Anak tidak sama-sama kekal dengan Sang Bapa. Ia mengajarkan bahwa Yesus sebelum menjelma adalah makhluk ilahi, namun ia diciptakan oleh Sang Bapa pada suatu saat tertentu -- dan oleh karenanya statusnya lebih rendah daripada Sang Bapa. Sebelum penciptaan-Nya itu, Sang Putra tidak ada. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kadang-kadang dikatakan bahwa kaum Arian percaya bahwa Yesus, dalam konteks ini, adalah suatu "makhluk". Kata yang digunakan dalam pengertian aslinya adalah "makhluk ciptaan." Konflik antara Arianisme dan keyakinan Trinitarian adalah konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja setelah agama Kristen dilegalisasikan oleh Kaisar Konstantin I. Kontroversi tentang Arianisme ini meluas hingga sebagian besar dari abad ke-4 dan melibatkan sebagian terbesar anggota gereja, orang-orang percaya yang sederhana dan para biarawan, serta para uskup dan kaisar. Sementara Arianisme memang selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan Kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya, pada akhirnya Trinitarianismelah yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. dan sejak saat itu telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat. Arianisme, yang diajarkan oleh misionaris Arian Ulfilas kepada suku-suku Jermanik, memang bertahan selama beberapa abad di antara sejumlah suku Jermanik di Eropa barat, khususnya suku-suku Goth dan Longobard tetapi sejak itu tidak memainkan peranan teologis yang penting lagi.Daftar isi [sembunyikan] 1 Keyakinan 2 Konsili Nicea dan sesudahnya 3 Lihat pula 4 Bibliografi

description

Tugas

Transcript of Arianisme

Page 1: Arianisme

ARIANISME

Arianisme adalah sebuah pandangan kristologis yang dianut oleh para pengikut Arius, seorang presbiter Kristen yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir, pada awal abad ke-4. Arius mengajarkan bahwa berbeda dengan Allah Bapa, Allah Anak tidak sama-sama kekal dengan Sang Bapa. Ia mengajarkan bahwa Yesus sebelum menjelma adalah makhluk ilahi, namun ia diciptakan oleh Sang Bapa pada suatu saat tertentu -- dan oleh karenanya statusnya lebih rendah daripada Sang Bapa. Sebelum penciptaan-Nya itu, Sang Putra tidak ada. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kadang-kadang dikatakan bahwa kaum Arian percaya bahwa Yesus, dalam konteks ini, adalah suatu "makhluk". Kata yang digunakan dalam pengertian aslinya adalah "makhluk ciptaan."

Konflik antara Arianisme dan keyakinan Trinitarian adalah konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja setelah agama Kristen dilegalisasikan oleh Kaisar Konstantin I. Kontroversi tentang Arianisme ini meluas hingga sebagian besar dari abad ke-4 dan melibatkan sebagian terbesar anggota gereja, orang-orang percaya yang sederhana dan para biarawan, serta para uskup dan kaisar. Sementara Arianisme memang selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan Kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya, pada akhirnya Trinitarianismelah yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. dan sejak saat itu telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat. Arianisme, yang diajarkan oleh misionaris Arian Ulfilas kepada suku-suku Jermanik, memang bertahan selama beberapa abad di antara sejumlah suku Jermanik di Eropa barat, khususnya suku-suku Goth dan Longobard tetapi sejak itu tidak memainkan peranan teologis yang penting lagi.Daftar isi [sembunyikan]1 Keyakinan2 Konsili Nicea dan sesudahnya3 Lihat pula4 Bibliografi5 Pranala luar

Keyakinan

Karena kebanyakan bahan tertulis tentang Arianisme pada masa itu ditulis oleh lawan-lawannya, terdapat kesulitan untuk menetapkan sifat ajaran-ajaran Arius dengan persis sekarang. Surat Auxentius[1], seorang uskup Milano Arianis pada abad ke-4, mengenai misionaris Ulfilas, memberikan gambaran yang paling jelas tentang keyakinan Arianis tentang sifat Tritunggal: Allah Bapa ("yang tidak dilahirkan"), selamanya ada, terpisah dari Yesus Kristus yang lebih rendah ("anak tunggal"), yang dilahirkan untuk memberitakan kuasa Bapa. Sang Bapa, yang bekerja melalui Sang Anak. Bapa dianggap sebagai "Allah sejati satu-satunya." 1 Korintus 8:5-6 dikutip sebagai ayat buktinya:"Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi — dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian —

Page 2: Arianisme

namun bagi kita hanya ada satu Allah (theos) saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan (kurios) saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup." (TB)

Konsili Nicea dan sesudahnya

Pada 321 Arius ditolak oleh sebuah sinode di Alexandria dengan tuduhan mengajarkan sebuah pandangan yang heterodoks tentang hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa. Karena Arius dan para pengikutna mempunyai pengaruh yang besar di kalangan sekolah-sekolah di Alexandria — yang sebanding dengan universitas-universitas atau seminari-seminari modern — pandangan-pandangan teologis mereka pun berkembang luas, khususnya di daerah Mediterania bagian timur. Pada 325 pertikaian ini telah berkembang menjadi cukup penting sehingga Kaisar Konstantin mengumpulkan para uskup dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Konsili Nicea Pertama di Nicea (kini Iznik, Turki), yang mengutuk doktrin Arius dan merumuskan Pengakuan Iman Nicea, yang hingga kini masih diucapkan dalam kebaktian-kebaktian di Gereja-gereja Katolik, Ortodoks, dan sebagian Protestan. Tema sentral Pengakuan Iman Nicea, yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Allah Bapa dan Allah Anak, adalah homoousios, yang berarti"sehakikat" atau "mempunyai zat yang sama". ( Pengakuan Iman Athanasius lebih jarang digunakan namun lebih jelas merupakan pernyataan anti-Arianis tentang Tritunggal.)

Konstantin mengasingkan mereka yang menolak untuk menerima Pengakuan Iman Nicea — Arius sendiri, diaken Euzoios, dan para uskup Libya Theonas dari Ptolemais dan Secundus dari Mamarica — dan juga para uskup yang menandatangani pengakuan iman itu namun menolak untuk bergabung dalam pengutukan terhadap Arius, Eusebius dari Nikomedia dan Theognis dari Nicea. Kaisar juga memerintahkan semua salinan dari Thalia, buku yang ditulis Arius untuk menguraikan ajaran-ajarannya dibakar. Hal ini mengakhiri perdebatan teologis terbuka selama beberapa tahun, meskipun di bawah permukaan perlawanan terhadap Pengakuan Iman Nicea tetap berlanjut.

Keyakinan-keyakinan agama berikut yang telah dibandingkan atau pernah dicap -- sebagian mungkin keliru -- sebagai Arianisme, termasuk:Unitarian, yang percaya bahwa Allah itu satu dalam pengertian berlawanan dengan Tritunggal, dan banyak dari mereka yang percaya akan otoritas moral Yesus, namun bukan keilahiannya.Saksi Yehuwa, yang percaya bahwa Yesus memiliki pra-eksistensi manusiawi sebagai Logos.Christadelphia, yang percaya bahwa keberadaan Yesus sebelum kelahirannya harus dipahami dalam pengertian konseptual, sebagai "Logos", dan bukan secara harafiah.

Page 3: Arianisme

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dan kelompoknya, yang percaya akan "keesaan maksud" atau "kehendak" Ilahi tetapi Yesus adalah suatu makhluk ilahi yang terpisah dan lebih rendah kedudukannya daripada Allah Bapa.Islam, yang percaya bahwa Yesus (Isa), adalah seorang nabi dari Allah yang tunggal, namun tidak bersifat ilahi.Isaac Newton, seorang Arianis tersembunyi; hal ini ironis karena ia adalah seorang fellow dari Trinity College di Cambridge, Inggris.

BibliografiAthanasius of Alexandria, History of the Arians Part I Part II Part III Part IV Part V Part VI Part VII Part VIIIIvor J. Davidson, A Public Faith, Volume 2 of Baker History of the Church, 2005, ISBN 0-8010-1275-9J.N.D. Kelly, Early Christian Doctrines, 1978, ISBN 0-06-064334-XWilliam C. Rusch, The Trinitarian Controversy, (Sources of Early Christian Thought), 1980, ISBN 0-8006-1410-0John Henry Newman, Arians of the Fourth Century, 1871Schaff, Philip Theological Controversies and the Development of Orthodoxy, History of the Christian Church, Vol III, Ch. IXWilliams, Rowan, Arius: Heresy and Tradition, edisi revisi, 2001, ISBN 0-8028-4969-5

GNOSTIK

Gnostik (Yunani. gnosis, harfiah : pengetahuan). Secara tradisional mengacu pada ajaran sesat yang aktif bergerak pada abad 2 sM, yang tegas ditolak oleh gereja. Tapi sejak abad 20 ini istilah Gnostik digunakan secara luas terhadap bentuk-bentuk kepercayaan agama apa saja, dimana dualisme dan penguasaan pengetahuan adalah penting; sebab itu agama Soroaster, ajaran Mandae, sastra Hermes, Gulungan Laut Mati dan PB pun dicap sebagai ‘gnostis’.

Penggunaan istilah itu sedemikian rupa menyebabkab cakupannya terlalu luas dan terlalu berubah-ubah sehingga sukar dinalar. Tetapi karena istilah gnostik – oleh persetujuan bersama – dapat digunakan bagi bidat-bidat Kristen tertentu, penggunaannya itu dapat dijadikan patokan dalam menentukan segi-seginya yang khas. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan besar dalam isi intelektual dan moral, dan dalam hal dekatnya dengan pusat Kekristenan, adalah mungkin menemukan di dalam ajaran bidat ini beberapa gagasan yang umum. Bapa-bapa gereja, lawan-lawan Gnostik itu, dengan leluasa mengutip tulisan-tulisan Gnostik, dan penemuan-penemuan yang baru misalnya di Chenoboskion memberi kesan bahwa bapa-bapa Gereja itu, disamping tajam terhadap ajaran-ajaran Gnostik, mereka juga memahami ajaran tentang Gnostik itu.

Page 4: Arianisme

I. SIFAT-SIFATNYA Dasar pikiran Gnostik adalah pengetahuan; yaitu memiliki rahasia-rahasia yang akhirnya dapat menjamin kesatuan jiwa dengan Tuhan. Jadi, tujuan pengetahuan adalah keselamatan, meliputi penyucian dan kekekalan, dan dibuat dalam kerangka yang bertalian dengan konsepsi filsafat, mitologi, atau astrologi yang kontemporer; Unsur-unsur yang berbeda itu berlaku dalam sistem-sistem yang berbeda. Dalam hal ini pemisahal Allah mutlak dari zat (menurut dogma Yunani, zat mempunyai pembawaan anasir jahat) diterima, dan drama penyelamatan diperankan oleh banyak makhluk perantara. Jiwa dari manusia yang dapat diselamatkan adalah suatu percikan dari keilahian yang terkurung dalam tubuh; penyelamatan berarti kelepasan jiwa dari kecemaran badaniah, dan penyerapannya ke dalam Sumbernya.

Hampir setiap doktrin utama Kristen menentang pemikiran seperti itu. Pandangan mitologis tentang penyelamatan tidak mempunyai kaitan hubungan dengan PL (yang ditolak atau diabaikan), dan mengurangi pengertian dari fakta-fakta historis tentang jabatan pelayanan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Dan pandangan tentang Allah dan manusia yang dinyatakan Gnostik sering menuntun pada penyangkalan terhadap kenyataan penderitaan kristus, dan kadang-kadang juga terhadap inkarnasi. Penciptaan adalah sesuatu yang kebetulan, suatu kesalahan, bahkan suatu tindakan kedengkian dari sesuatu yang anti-allah.

Kebangkitan dan pengadilan diartikan kembali untuk memperhalus 'kekasaran' mereka. Dosa menjadi suatu pencemaran yang dapat ditanggalkan; Gereja diganti dengan suatu perkumpulan orang-orang yang memiliki kelimpahan intelektual dan spiritual khusus (illuminati) yang memiliki rahasia-rahasia yang tersembunyi dari orang-orang yang belum 'diterangi' yang menyatakan mengakui Penyelamat yang sama. Etika dipusatkan pada ihwal mempertahankan kesucian atau kemurnian; hal itu sering berarti penolakan nafsu seksual dan keinginan-keinginan badaniah lainnya, tetapi sering juga berarti (atas alasan yang sama) kegemaran yang tidak terkendalikan.

II. PERKEMBANGANNYA Sinkretisme dan penyesuaian diri adalah ini Gnostik. Utang – sangat tidak langsung – kepada filsafat Yunani adalah nyata, namun Gnostik adalah lebih daripada ’pen-yunani-an (helenisasi) penuh dari Kekristenan’. Sebelum kedatangan Kristus, kebatinan dari Timur, asketisme, dan astrologi telah masuk ke dalam dunia Yunani-Romawi yang dirasuki oleh ketakutan terhadap kematian. Dan pada waktu itu terjadilah 'Kegagalan Semangat' ('The failure of nerve', Reff : Gilbert Murray, Five Stages of Greek Raligion, c. 4) . Rasionalisme yang begitu berani menyerah pada usaha mencari keselamatan. Bentuk-bentuk pemikiran yang memberi ciri kepada banyak bidat Kristen dapat dilihat dalam beberapa agama Yunani (helenistik) sebelum Kristen.

Page 5: Arianisme

Dikemukakanbahwa pemikiran keagamaan Gnostik timbul dan dipengaruhi oleh unsur-unsur Yunani dan Timur, sebagai perangsang atau pemancar, dari diaspora (penyebaran Yudaisme). Dukungan terhadap gagasan ini telah diambil dari dokumen-dokumen Chenoboskion. Walaupun hal ini tidak pasti, namun perlu diperhatikan bahwa bagian terbesar ajaran-ajaran berbentuk Gnostik yang disebut dalam PB (lihat dibawah ini) mempunyai unsur-unsur Yudaisme, bahwa jemaat-jemaat Kristen purba seringkali adalah orang-orang yang mewarisi rumah ibadah (sinagoge) Penyebaran, dan bahwa para Bapa Gereja melihat bidat-bidat itu hampir sebagai turunan dari Simon Magus.

Ada pula ahli yang memandang Kekristenan sebagai sudah menafsirkan kembali suatu bualan Penyelamatan Gnostik (misalnya R Bultmann, dalam bukunya : Primitive Christianity in its Contemporary Setting, p 167 ), tapi belum diperlihatkan bualan sedemikian itu adalah bagian yang integral dari pemandangan Gnostik sebelum Kristus; juga dokumen Mandean (anggota sekte Gnostik purba) atau sekte-sekte ’babtis’ Palestina yang primitif, karena mereka telah memperoleh pengaruh-pengaruh kemudian yang lebih kuat.

III. GNOSTIK DALAM PERJANJIAN BARU (PB) "Bidat Kolose" menggabungkan spekulasi-spekulasi filosofis, kuasa

perbintangan, ketakutan pada malaikat-malaikat perantara, tabu terhadap makanan, dan praktik-praktik bertapa, dengan unsur-unsur yang dipinjam dari Yudaisme (Kolose 2:8-23). Surat-surat penggembalaan mencela pengajaran yang dicampurkan dengan mitologi dan silsilah ,1 Timotius 4:3 dab ; ’Dongeng-dongeng Yahudi’ Titus 1:14; Spiritualisasi dari kebangkitan, 2 Timotius 2:18; dan disertai dengan moral yang rusak, 2 Timotius 3:5-; 7.Semuanya apa yang disebut pengetahuan (Gnosis) dalam 1 Timotius 6:20.

Bidat yang berbahaya yang ditentang dalam surat-surat Yohanes ( 1 Yohanes 4:3; 2 Yohanes 1:7), mengenai guru-guru palsu di Asia, ungkapan yang berbunyi Gnostik 'seluk beluk Iblis' digunakan dalam Wahyu 2:24.

Beberapa diantara ciri kehidupan gereja di Korintus yang kurang memuaskan, memantulkan istilah-istilah dan gagasan yang lain mempersoalkan pernikahan (1 Korintus 6:13 dst sampai pasal 7) dan menyangkal kenyataan kebangkitan ( 1 Korintus 15:12). Hal hal ini hanyalah berupa gejala-gejala; tidak merupakan suatu sistem; tapi memperlihatkan sarata tempat sistem-sistem Gnostik bertumbuh subur. Dan Paulus dalam menjawab mereka memakai perbendaharaan kata yang digunakan dalam Gnostik dan 'membersihkan'-nya ( 1 Korintus 2:6 dst); Demikian juga Paulus merombak gagasan Gnostik tentang suatu pleroma (penuh/kepenuhan) makhluk-makhluk perantara dengan menyatakan bahwa seluruh pleroma adalah dalam Kristus (Kolose 1:19).

Page 6: Arianisme

Hal memakai istilah-istilah keagamaan saman itu, yanga dalah khas dalam PB, terkait dengan mereka yang mengertinya tanpa menyerahkan sesuatu apapun kepada pemikiran yang non-alkitabiah. Kerangka pemikiran PB nbaik tentang hal pemilihan, atau pengetahuan tentang Allah, atau tentang Firman, atau tentang penyelamat – diberikan oleh pernyataan PL, darimana istilah-istilah itu berasal.

Gnostik dengan unsur-unsur Yunani, unsur-unsur Timur, dan unsur-unsur Yahudi, apakah itu dilihat sebagai agama dunia ataupun hanya kecenderungan terhadapnya, adalah tetap agama kafir. Ia melekat bagaikan parasit terhadap kekristenan, dan mengambil bentuk-bentuk tertentu dengan menyedot makanan daripadanya. Ia ingin mencapai sasaran Kristen dengan cara kafir. Dan pada akhirnya Kekristenan harus memilih antara Injil atau terpengaruh Gnosis dan menjadi Gnostik.

Kepustakaan,

W Foerster, Gnosis, a selection of Genostic TextI, Patristis Evidence, 1972; II, Coptic and Mandaic Source, 1974. JM Robinson, The Nag Hammadi Library in English, 1977 DM Scholer, Nag Hammady Bibliography, 1971, etc. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I, p. 333-335.

Montanisme

Montanisme adalah sebuah gerakan sektarian Kristen perdana pada pertengahan abad ke-2 Masehi, yang dinamai seturut pendirinya Montanus. Gerakan ini berkembang umumnya di daerah Frigia dan sekitarnya; di sini sebelumnya pengikutnya disebut Katafrigia. Namun gerakan ini merebak cepat ke wilayah-wilayah lain di Kekaisaran Romawi, dan pada suatu masa sebelum agama Kristen ditolerir atau dianggap legal. Meskipun Gereja Kristen arus utama menang atas Montanisme dalam beberapa generasi, dan mencapnya sebagai sebuah ajaran sesat, sekte ini bertahan di beberapa tempat terisolir hingga abad ke-8. Sebagian orang membuat paralel antara Montanisme dan Pentakostalisme (yang disebut sebagian orang Neo-Montanisme). Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, yang merupakan penulis gereja Latin paling terkemuka sebelum ia beralih ke Montanisme. Penganut paham Montanisme disebut dengan Montanis.1 Sejarah2 Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks3 Lihat pula4 Pranala luar5 Sumber

Page 7: Arianisme

6 Rujukan7 Bacaan lebih lanjut

Sejarah

Montanus mengunjungi pemukiman-pemukiman pedesaan di Asia Kecil setelah pertobatannya, dan mengajar serta memberikan kesaksian tentang apa yang dikatakannya sebagai Firman Allah. Namun, ajaran-ajarannya dianggap sesat oleh Gereja yang ortodoks karena sejumlah alasan. Ia mengklaim bukan saja telah menerima serangkaian wahyu langsung dari Roh Kudus, tetapi juga secara pribadi merupakan penjelmaan dari roh penghibur yang disebutkan dalam Injil Yohanes 14:16. Montanus disertai oleh dua orang perempuan, Priska, kadang-kadang disebut Priskila, dan Maksimila, yang juga mengklaim sebagai penjelmaan dari Roh Kudus yang menggerakkan dan mengilhami mereka. Ke manapun mereka pergi, "Ketiganya" demikian mereka disebut, berbicara dengan penglihatan ekstatis dan mendesak pengikut-pengikut mereka untuk berpuasa dan berdoa, sehingga mereka pun akan dapat memperoleh wahyu pribadi ini. Pemberitaan Montanus menyebar dari tempat kelahirannya Frigia (dan di sini ia menyatakan bahwa desa Pepuza adalah tempat untuk Yerusalem Baru) hingga ke dunia Kristen saat itu, ke Afrika dan Gaul.

Pada umumnya disepakati bahwa gerakan ini diilhami oleh pembacaan Injil Yohanes oleh Montanus— "Aku akan mengutus kepadamu seorang advocate parakletos, roh kebenaran" (Heine 1987, 1989; Groh 1985). Tanggapan terhadap wahyu yang berlanjut ini memecah komunitas-komunitas Kristen, dan para rohaniwan yang lebih ortodoks umumnya berjuang untuk menekannya. Uskup Apolinarius menemukan gereja di Ancyra terpecah menjadi dua, dan ia menentang "nubuat palsu" (dikutip oleh Eusebius 5.16.5). Tetapi ada keragu-raguan yang sungguh-sungguh di Roma, dan Paus Eleuterus bahkan menulis surat-surat untuk mendukung Montanisme, meskipun ia belakangan menariknya kembali (Tertulianus, "Adversus Praxean" c.1, Trevett 58-59).

Priska mengaku bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang perempuan. Ketika ia dikucilkan, ia berseru, "Aku diusir seperti serigala dari antara domba-domba. Aku bukan serigala: Aku adalah firman dan roh dan kuasa."

Pembela kaum Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, seorang bekas pembela keyakinan ortodoks, yang percaya bahwa nubuat yang baru itu memang tulen dan mulai meninggalkan apa yang disebutnya sebagai “gereja dengan banyak uskup" (On Modesty).

Meskipun gereja Kristen yang ortodoks menang atas Montanisme dalam beberapa generasi saja, prasasti-prasasti di lembah Tembris di Frigiia utara, yang bertanggal antara 249 dan 279, secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Montanisme.

Page 8: Arianisme

Sepucuk surat dari Hieronimus kepada Marsela, yang ditulis pada 385, menyangkal klaim kaum Montanis yang telah mengganggunya (surat 41) [1].

Sebuah kelompok "Tertulianis" terus hadir di Kartago. Pengarang Praedestinatus yang anonim mencatat bahwa seorang pengkhotbah datang ke Roma pada 388 ketika ia menghasilkan banyak pengikut dan memperoleh izin penggunaan sebuah gereja bagi jemaatnya dengan alasan bahwa para martir yang kepadanya gereja itu dipersembahkan adalah Montanis.[1] Ia terpaksa melarikan diri setelah kemenangan Teodosius I. Augustinus mencatat bahwa kelompok Tertullianis melorot hingga hampir tidak tersisa pada masanya sendiri, dan akhirnya didamaikan dengan gereja dan menyerahkan basilika mereka.[2] Tidak jelas apakah para Tertulianis itu Montanis atau bukan.

Pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Yustinianus, Yohanes dari Efesus memimpin ekspedisi ke Pepuza untuk menghancurkan tempat-temapt suci Montanis di sana, yang berbasis di sekitar makam Montanus, Priskila dan Maksimilia.

Sekte ini bertahan hingga abad ke-8. Columbia Encyclopedia mengklaim bahwa “di tempat-tempat terpencil dari Frigiia, di mana [Montanisme] terus bertahan hingga abad ke-7.”

Beberapa penulis modern mengusulkan bahwa sebagian dari penekanan pada pengalaman pribadi yang langsung dan ekstatis dengan Roh Kudus mempunyai kemiripan dengan semua bentuk Pentakostalisme. “Ia [Montanisme] mengklaim dirinya sebagai agama Roh Kudus dan ditandai oleh ledakan-ledakan ekstatis yang dianggapnya sebagai satu-satunya bentuk Kekristenan yang sejati.” [3] Sementara memang ada banyak kesamaan antara Montanisme dengan Pentakostalisme modern, tampaknya tidak ada hubungan histories antara keduanya, karena kebanyakan kaum Pentakostal mengklaim otoritasnya berdasarkan Kisah para Rasul (pasal 2).[sunting]Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks

Keyakinan-keyakinan Montanisme berbeda dengan Kekristenan ortodoks dalam hal-hal berikut:Keyakinan bahwa nubuat-nubuat kaum Montanis mengalahkan dan menggenapi doktrin-doktrin yang diberitakan oleh para Rasul.Dorongan untuk bernubuat secara ekstatis, membedakannya dengan pendekatan teologi yang dominan yang lebih berdisiplin dan penuh pertimbangan di kalangan Kekristenan yang ortodoks pada saat itu hingga sekarang.Pandangan bahwa orang-orang Kristen yang jatuh dari anugerah tidak dapat ditebus, juga bertentangan dengan pandangan Kristen yang ortodoks bahwa penyesalan dapat mengembalikan orang berdosa ke dalam gereja.

Page 9: Arianisme

Nabi-nabi Montanisme tidak berbicara sebagai utusan-utusan Allah: "Demikianlah firman Tuhan," melainkan lebih menggambarkan dirinya dikuasai oleh Allah, dan berbicara atas namanya. "Akulah Bapa, Firman, dan Sang Penghibur," kata Montanus (Didymus, De Trinitate, III, xli); Kerasukan roh ini, yang berbicara sementara nabi itu tidak mampu menolaknya, digambarkan oleh roh Montanus: "Lihatlah manusia itu bagaikan sebuah lyre, dan aku melesat seperti plectrum. Orang itu tidur, dan aku terjaga" (Epifanius, "Panarion", xlviii, 4).Penekanan yang lebih kuat untuk menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka lebih menekankan upaya menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka menekankan kesucian seksual, termasuk melarang pernikahan kembali..Sebagian Montanis juga "Quartodesiman" ("yang 14"), artinya mereka lebih suka merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Ibrani, tak peduli hari apapun dalam suatu minggu tanggal itu jatuh. Ajaran ortodok berpendapat bahwa Paskah harus dirayakan pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan. (Trevett 1996:202)

Hieronimus dan para pemimpin gereja lainnya mengklaim bahwa kaum Montanis di masa mereka menganut keyakinan bahwa Tritunggal terdiri atas satu pribadi saja, serupa dengan Sabelianisme, jadi berlawanan dengan pandangan ortodoks bahwa Tritunggal adalah satu Allah dengan tiga pribadi, yang juga dianut oleh Tertulianus. Ada beberapa orang yang memang adalah pemeluk monarkian modalistik (Sabelian) dan beberapa lainnya yang lebih dekat dengan doktrin Tritunggal. Dilaporkan bahwa para modalis ini membaptiskan dengan meyebutkan nama Yesus Kristus, bukannya menyebutkan nama Tritunggal. Kebanyakan dari kaum Montanis di kemudian hari berasal dari kubu modalistik.