ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

35
ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL Oleh: GUSMAILINA Staf peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor BADAN LITBANG KEHUTANAN Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor Telp./Fax.8633378/8633413 I. PENDAHULUAN Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan Arkoba adalah karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, hingga pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah. Awalnya produk ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah di sektor kehutanan dimana selama ini menjadi sumber polutan terutama serbuk gergaji dari industri penggergajian dan limbah pada saat pemanenan hutan. Namun belakangan aplikasi Arkoba juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis limbah lainnya, seperti limbah organik rumah tangga, pertanian, perkebunan atau bahkan sampah kota.

description

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan Arkoba adalah karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, hingga pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah. Awalnya produk ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah di sektor kehutanan dimana selama ini menjadi sumber polutan terutama serbuk gergaji dari industri penggergajian dan limbah pada saat pemanenan hutan. Namun belakangan aplikasi Arkoba juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis limbah lainnya, seperti limbah organik rumah tangga, pertanian, perkebunan atau bahkan sampah kota.

Transcript of ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Page 1: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Oleh: GUSMAILINA

Staf peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan, BogorBADAN LITBANG KEHUTANAN

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor Telp./Fax.8633378/8633413

I. PENDAHULUAN

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang dihasilkan

melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di

dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan sebagai biofungisida

untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif.

Keunggulan Arkoba adalah karena keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, hingga

pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah. Awalnya

produk ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah di sektor

kehutanan dimana selama ini menjadi sumber polutan terutama serbuk gergaji dari industri

penggergajian dan limbah pada saat pemanenan hutan. Namun belakangan aplikasi Arkoba

juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis limbah lainnya, seperti limbah organik rumah

tangga, pertanian, perkebunan atau bahkan sampah kota.

Beberapa uji coba menunjukkan bahwa pemberian Arkoba pada tanah selain dapat

menambah ketersediaan unsur hara tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah,

dan dapat meningkatkan pH dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah, sehingga cocok

digunakan untuk rehabilitasi/reklamasi lahan-lahan kritis dan masam di Indonesia. Aplikasi

Arkoba pada tanaman meningkat hingga 2-3 kali lipat dibanding dengan yang tanpa Arkoba

(kontrol). Aplikasi teknologi Arkoba di Ciloto (KPH Cianjur), pada tanaman pak choi,

brokoli, dan wortel di bawah tegakan Pinus meningkat 1,5 kwintal (150 kg), dibandingkan

dengan pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani, selain itu juga mengurangi

penggunaan pupuk kimia sebesar 40 %. Sehingga teknologi Arang kompos bioaktif sangat

Page 2: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

cocok digunakan untuk mendukung budidaya organik dengan memanfaatkan limbah organik

yang sumberdayanya sangat melimpah.

II. MENGENAL ARANG KOMPOS BIO AKTIF (ARKOBA)

Arang kompos bioaktif adalah salah satu produk lanjutan dari arang. Merupakan gabungan

antara arang dan kompos yang dihasilkan melalui proses pengomposan. Inovasi produk

ARKOBA dilatar belakangi oleh perbandingan dari beberapa hasil uji coba pengamatan

pertumbuhan tanaman yang ditanam pada beberapa jenis media arang serbuk gergaji. Hasil

evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada

media campuran arang serbuk gergaji dan kompos, sehingga sejak tahun 1999 kelompok

peneliti PKEHH (Pengolahan Kimia dan Energi hasil Hutan) Puslitbang Teknologi Hasil Hutan

mulai mengembangkan produk arang kompos dengan bahan baku utama arang adalah serbuk

gergaji, sedangkan bahan baku kompos dapat berasal dari limbah organik pertanian, serasah

mangium, serasah tusam, dan serasah campuran dari beberapa jenis pohon.

Tujuan penambahan arang pada proses pengomposan adalah selain meningkatkan

kualitas dari kompos tersebut, juga diharapkan dengan adanya arang pada pengomposan akan

menambah jumlah dan aktivitas mikroorganisme yang berperan, sehingga proses dekomposisi

dapat berlangsung lebih cepat. Arang bersifat sebagai soil conditioner di dalam tanah. Dari

beberapa sumber mengemukakan bahwa dengan hanya penambahan arang pada media tumbuh

tanaman, dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme positif di dalam tanah, sehingga

pertumbuhan tanaman jadi terpacu. Diantaranya adalah: endo dan ektomikoriza pada tanaman

kehutanan, rhizobium pada tanaman pertanian. Hal ini terjadi akibat kondisi optimal yang

tercipta bagi perkembangan mikro-organisme di dalam tanah.

Beberapa tahun terakhir Badan Litbang Kehutanan bekerja sama dengan JICA, telah

melakukan penanaman hutan di beberapa lokasi di Jawa Barat dengan menambahkan arang di

setiap lobang tanam. Hasil yang ditunjukkan cukup memuaskan, dan baik untuk diterapkan,

serta sangat positif mendukung program Dephut dalam pencapaian target rehabilitasi, atau

penghijauan/penanaman kembali hutan yang telah rusak. Sehingga perlu didukung oleh

instrumen kebijakan Departemen.

2

Page 3: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Gambar 1. Arang berperan sebagai pembangun kesuburan tanah (soil conditioning)

Berdasarkan sifat serta fungsi arang, maka sejak tahun 1999, Puslitbang Hasil Hutan

mulai mengembangkan pemanfaatan arang pada teknologi komposting. Hal ini juga didasari

oleh penelitian-penelitian yang menyimpulkan bahwa arang baik dicampurkan pada saat proses

komposting, atau jika terdapat kendala, maka arang diberikan pada saat proses komposting

selesai, maka pada awalnya dinamai Arang Kompos. Selanjutnya hasil dari beberapa

pengamatan, menunjukkan bahwa setelah arang kompos diaplikasikan, mikroorganisme yang

digunakan sebagai aktivator yang masih tersimpan pada arang kompos, berfungsi sebagi

fungisida hayati (biofungisida) untuk mencegah penyakit busuk akar pada tanaman, sehingga

selanjutnya diberinama Arang Kompos Bio Aktif (ARKOBA).

Manfaat arang kompos bioaktif (ARKOBA)

o Arang kompos dapat ditingkatkan menjadi pupuk organik melalui pengkayaan unsur

hara dengan bahan-bahan organik alam.

o Memacu perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar tukar kation

(KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman,

sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan dan

keasaman tanah yang rendah.

o Arang kompos mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos karena keberadaan arang

3

Page 4: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

yang menyatu dalam kompos. Morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif

untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai

dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karena hara tersebut

tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.

o Penggunaan arang kompos merupakan upaya untuk menjaga stabilitas bahan organik

tanah agar kelestarian produktivitas tanaman terjaga. Baik diterapkan untuk mencapai

keberhasilan pembangunan hutan tanaman serta mendukung kesinambungan dan

kelestarian hutan, sekaligus program GERHAN.

Bahan baku yang dapat dibuat arang sebagai pencampur arang kompos antara lain:

serbuk gergaji sekam padi, kulit kayu, limbah pertanian dan perkebunan seperti tongkol

jagung, tempurung kelapa/kelapa sawit. Bahan yang dapat dibuat untuk kompos antara lain:

Serbuk gergaji, serasah tumbuhan hutan/dedaunan seperti, serasah tusam, serasah mangium,

atau campuran limbah organik pertanian seperti, limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol

jagung, sampah organik pasar, atau kotoran hewan.

III. DISEMINASI DAN SOSIALISASI TEKNOLOGI ARKOBA

Sejak tahun 2000 Pusat Litbang Hasil Hutan, teknologi Arkoba telah disosialisasikan

/diseminasi sekaligus peragaan pembuatan arang kompos di beberapa daerah di Jawa dan

Sumatera yang dikemas dalam bentuk acara Gelar Teknologi dan Temu Lapang antara lain di

Kabupaten Serang; Ciamis; Tasikmalaya; Garut; Pandeglang; Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis,

Leuwiliang; Ciloto (KPH Cianjur); KRPH Jembolo Utara, Kota Semarang; dan Kabupaten

Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Kegiatan Di Jambi sebagian besar dana ditunjang dari dana

Kerjasama P3HH dengan JIFPRO (Jepang). Kerjasama ini dimulai sejak tahun 2000 hingga

tahun 2003/2004, sedang sebagai dana pendamping adalah dana pemerintah Indonesia

melalui P3HH (DIK-S DPL).

A. Evaluasi Dan Pemantauan Kegiatan Penggunaan Arang Kompos Bioaktif Di Kabupaten Garut

Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan teknologi pembuatan

arang kompos bioaktif, berawal dari kegiatan Gelar Teknologi pada tahun 2003 oleh Pusat

Litbang Hasil Hutan Bogor, bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Garut. Sampai

4

Page 5: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

sekarang kegiatan pembuatan arang kompos bioaktif masih berlangsung untuk menunjang

program gerhan dan budidaya organik sayuran. Dalam upaya pengembangan produksi arang

kompos bioaktif serta untuk menjaga mutu produk, maka pada Desember 2007 telah dilakukan

pelatihan peningkatan mutu produksi arang kompos bioaktif di Kabupaten Garut selama dua

hari sesuai dengan petunjuk teknis yang benar. Perkembangan kondisi terakhir menunjukkan

bahwa terdapat 12 kelompok tani binaan Dinas Kehutanan yang terlibat dalam kegiatan

produksi arang kompos bioaktif, namun baru 7 kelompok yang aktif sebagai produsen yang

dikoordinasi oleh LSM Gepak, merupakan LSM yang bertugas sebagai pendamping pada

pelaksanaan gerhan sejak tahun 2004.

Pada bulan Maret 2008 terdapat 12 kelompok tani binaan Dinas Kehutanan yang terlibat

dalam kegiatan produksi arang kompos bioaktif, namun baru tujuh kelompok yang aktif

sebagai produsen. Kelompok tersebut dikoordinasikan oleh LSM Gepak sebagai pendamping

pada pelaksanaan Gerhan sejak tahun 2004. LSM Gepak bekerjasama dengan Dinas

Kehutanan, telah melakukan pelatihan pembuatan arang kompos bioaktif dengan peserta 23

Danramil dan Babinsa wilayah Kabupaten Garut.

Menurut Kepala Dinas Kehutanan di Kabupaten Garut Tahun 2007 terdapat sekitar 7500

ha yang disediakan untuk lahan Gerhan. Lahan Gerhan yang sudah menggunakan arang

kompos bioaktif seluas 50 % sebanyak 1.000 ton sesuai kemampuan produksi saat ini. Pada

Tahun 2008 arang kompos bioaktif akan ditingkatkan produksinya menjadi 10.000 ton

sehingga dapat mensuplai seluruh lahan Gerhan. Teknologi arang kompos sangat dirasakan

manfaatnya dalam Gerhan dan dipromosikan untuk digunakan dalam rehabilitasi lahan

Pertamina. Arang kompos bioaktif dilanjutkan menjadi trademark Kabupaten. Garut dengan

mewajibkan semua budidaya tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan menggunakannya.

5

Page 6: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Gambar 2. Penggunaan arang kompos bioaktif pada lahan Gerhan di Kabupaten Garut.

1. Penggunaan Arang Kompos Bioaktif Pada Tanaman

Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut penggunaan arang kompos bioaktif

di persemaian dan di lapangan nyata hasilnya yang ditunjukkan oleh pertumbuhan tinggi dan

diameter tanaman. Bukti lain pada tanaman hias di lingkungan kantor di mana pertumbuhan

bougenville menjadi lebih baik setelah menggunakan arang kompos bioaktif. Hasil peninjauan

ke lapangan menunjukkan bahwa penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman kol di

Cibeureum sangat baik. Ini ditunjukkan oleh kol yang lebih besar dan padat dengan kisaran

berat 3-5 kg/buah (Gambar2), biasanya tanpa arang kompos hanya 2 kg/buah.

Gambar 3. Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman kol di Garut

6

Page 7: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Pada tanaman hias (bunga ros/mawar dan algebra) juga sangat bagus (Gambar 3). Efek

yang ditunjukkan adalah warna bunga dan daun lebih cerah, tajam dan tidak mudah gugur.

Jika dibiarkan kering kelopak bunga tidak rontok.

Gambar 4. Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman bunga, warna bunga lebih cerah, tajam dan tidak mudah rontok

Kelompok Baru Rangga pada Tahun 2004 menanam suren dengan menggunakan arang

kompos bioaktif hasilnya menunjukkan bahwa tinggi rata-rata tanaman suren dengan arang

kompos bioaktif mencapai 6 m dengan diameter 15-20 cm, sedangkan yang tidak memakai

arang kompos bioaktif hanya 3 m. Pola tanam yang digunakan tumpang sari dengan tanaman

pepaya di pinggir, di tengah jagung, kopi, pisang, dengan konsep penghasilan bulanan dan

tahunan.

Pada tembakau yang menggunakan arang kompos bioaktif menurut salah seorang

anggota kelompok produsen arang kompos bioaktif, dari tiga pohon menghasilkan daun

rajangan seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif hanya

seberat 3 ons. Pada Tabel 1 dapat dilihat perbandingan penggunaan arang kompos bioaktif dan

tanpa penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau. Pada Tabel 1 dapat

diketahui bahwa penggunaan pupuk dengan arang kompos bioaktif lebih efisien, hanya 24

karung. Sedangkan tembakau yg ditanam memakai pupuk yang bukan arang kompos bioaktif

lebih banyak yaitu 40 karung.

7

Page 8: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Tabel 1. Perbandingan penggunaan arang kompos bioaktif dan tanpa arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau

No Parameter Pakai arang kompos bioaktif Tanpa arang kompos bioaktif1 Lebar daun 60 x 80 cm 20 – 30 cm2 Berat daun rajangan 7,5 ons/3 pohon 3 ons/3 pohon3 Pengeringan daun 3-4 hari Sampai 30 hari4 Aroma daun Lebih tajam Biasa/kurang tajam5 Penggunaan pupuk 24 karung 40 karung pakai pupuk biasa

2. Mutu Arang Kompos Bioaktif Produksi Garut.

Mutu arang kompos bioaktif yang diproduksi oleh beberapa kelompok yang

dikoordinasikan LSM Gepak dan perbandingannya tercantum dalam Tabel 2. Hasil analisis

menunjukkan bahwa kandungannya bervariasi tergantung kepada bahan baku yang digunakan.

Bahan baku yang sering digunakan berupa serbuk gergaji, arang serbuk gergaji, kotoran ternak,

limbah sayuran/pertanian, dengan perbandingan yang bervariasi. Produk yang dihasilkan 80 %

diserap oleh kegiatan Gerhan Tahun 2008. Sisanya dipakai sendiri oleh anggota kelompok

untuk budidaya, dijual ke pedagang atau pemesan khusus dari Bekasi, Lampung, Bogor dan

Cianjur. Hasil analisis unsur hara makro yang dikandungnya berupa C organik = 30-35 %, N

total = 1,4 – 1,8 %, P total = 0,3 – 1,2 %, K = 0,5 – 1,0 5, Ca = 1,0 – 1,2 %, dan Mg = 0,4 – 1

% (Gambar 4).

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mutu arang kompos bioaktif produksi Garut

termasuk sedang sampai tinggi dibandingkan dengan pedoman pengharkatan hara kompos,

serta memenuhi persyaratan SNI 19-7030-2004 (Anonim, 2004). Produk ini layak

dikembangkan dan dipasarkan secara nasional, namun sebelum menembus pasar resmi

sebaiknya didaftarkan terlebih dahulu ke Departemen Pertanian agar produk diakui secara

resmi.

8

Page 9: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Tabel 2. Perbandingan kualitas arang kompos bioaktif Garut dengan standar yang diakui

ParameterHasil analisis arang kompos produksi Garut

PPHK * SNI **

rendah sedang tinggi Min Max

pH (1 : 1)Moisture content, %C organik, %N total, %C/N ratioP2O5 total, %CaO total, %MgO total, %K2O total, %

7.25 – 7,3029,98

30 - 351,4 – 1,8

19 - 200,3 – 1,2 1,0 – 1,2

0,4 - 10,5 – 1,05

6.6024.9014.500.60<100.302.700.300.20

7.3035.9019.601.10

10~200.904.900.700.60

8.2052.6027.102.10>201.806.201.601.40

6.8-

9.80.4100.1

--

0.20

7.495032

-20

---*

Keterangan : *) PPHK (Anonim, 2000); **) Anonim (2004)

Gambar 5. Arang kompos bioaktif produksi Garut memenuhi persyaratan SNI, layak dikembangkan dan dipasarkan secara nasional

Hasil evaluasi perkembangan produksi dan aplikasi arang kompos bioaktif di

Kabupaten Garut, yang dikoordinir oleh LSM Gepak di bawah binaan Dinas Kehutanan,

menunjukkan bahwa teknologi Arkoba telah berhasil dan sukses di adopsi oleh masyarakat.

Hal ini ditunjukkan oleh LSM Gepak bekerjasama dengan Dinas Kehutanan, telah

melakukan pelatihan pembuatan Arang Kompos Bio Aktif dengan peserta 23 DANRAMIL

dan Babinsa wil Kab Garut pd tahun 2008. Sehingga keberhasilan Kab. Garut dalam

menyerap dan menerapkan teknologi Arkoba dapat dijadikan tolok ukur dan contoh untuk

diterapkan pada daerah-daerah lainnya.

Aplikasi arang kompos bioaktif yang telah dilakukan selain di Kabupaten Garut adalah

di Ciloto (KPH Cianjur), pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel. Hasil yang diperoleh

9

Page 10: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

dalam satuan luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, jika dibandingkan dengan

pupuk yang yang biasa digunakan oleh petani seperti bokasi, selain itu juga mengurangi

penggunaan pupuk kimia sebesar 40 %.

Gambar 6. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman pertanian (brokoli,pak choi, wortel, dll) di ciloto, kab Bogor.

B. Penerapan Teknologi Arang Kompos Bioaktif Sampah Kota Di Tempat Pembuangan

Sampah Akhir : Suatu Alternatif Reduksi Gas Rumah Kaca Dan Pemanasan Global

1. TPA Pandeglang

Pada th 2004 dengan dana SKO-R dilakukan kegiatan pembuatan Arkoba langsung di

TPA Pandeglang dengan judul kegiatan Pengembangan Pembuatan Arang Kompos Dalam

Rangka Menunjang Gerhan (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan) Di

Pandeglang, Propinsi Banten. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Dinas Kehutanan

dan Dinas Kebersihan setempat serta dukungan penuh oleh Paguyuban Kelompok Tani

Hutan Alam Lestari, Pandeglang sebagai pelaksana lapangan. Kelompok ini sampai

sekarang masih melakukan aktivitas pembuatan atau aplikasi Arkoba, sehingga pada tahun

2007 Paguyuban Kelompok Tani Hutan Alam Lestari ini termasuk salah satu kelompok

penerima penghargaan ke dua tingkat Nasional dan diundang ke Istana Presiden dalam

rangka peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus th 2007.

10

Page 11: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

2. TPA. Palembang

Pemanasan global (global warming) adalah terjadinya proses peningkatan suhu rata-

rata atmosfir, laut, dan daratan yang akhir-akhir ini merupakan isu yang telah menjadi

kenyataan serta semakin mengkhawatirkan. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah

meningkat 0,74±0,18°C (1,33±0,32°F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel

on Climate Change (IPCC) dalam Houghton, et.al., (1990) menyimpulkan bahwa, sebagian

besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 disebabkan oleh

meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) akibat aktivitas manusia. Selain itu

pertambahan populasi penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata

juga memberikan kontribusi besar pada pertambahan GRK.

Di Indonesia, GRK yang berasal dari aktivitas manusia dapat dibedakan atas beberapa

hal. Pada Tabel 1 dapat dilihat sumber penghasil GRK tersebut dari beberapa aktivitas antara

lain (1) kerusakan hutan termasuk perubahan tata guna lahan, (2) pemanfaatan energi fosil, (3)

pertanian dan peternakan, serta (4) sampah. Pertanian, peternakan serta sampah berperan

sebagai penyumbang GRK berupa gas metana (CH4) yang memiliki potensi pemanasan global

21 kali lebih besar dari pada gas karbondioksida/CO2 (Suprihatin, dkk., 2003). Ini disebabkan

CH4 merupakan gas mudah terbakar (teroksidasi) dimana dihasilkan antara lain CO2 dan

energi panas. Ke dua materi tersebut yang berakibat pemanasan global secara nyata.

Disamping itu oksidasi gas CH4 akan mengkonsumsi oksigen (O2) dalam jumlah besar yaitu

sekitar 4 ton O2 untuk setiap 1 ton CH4. Ini sangat berbahaya, sebab O2 sangat diperlukan

untuk kehidupan manusia dan makhluk lain di bumi (sistim pernafasan). Emisi CH4 dari

sampah berasal dari proses dekomposisi bahan organik sampah secara alami di lokasi tempat

pembuangan sampah akhir (TPA). Salah satu alternatif yang diharapkan efektif

mengendalikan emisi gas metana dari TPA adalah melalui proses pengomposan sampah dan

bahan organik di TPA tersebut.

Tabel 3. Gas rumah kaca penting, sumber dan kontribusinya terhadap peningkatan efek rumah kaca

SenyawaSumber

Kontribusi relative terhadap efek gas rumah kaca, %

Hanks (1996) Porteus (1992)CO2 Pembakaran bahan bakar fosil, penebangan hutan 60 50CH4 Peternakan. dekomposisi sampah, lahan 15 20

11

Page 12: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

persawahan, gambut, dan lain-lainNOx Industri pupuk 5 5 (mencakup

uap air)CFC AC, refrigerator, busa aerosol 12 15O3 Konversi polutan otomobil oleh sinar matahari 8 10

Sumber Suprihatin, dkk., (2003)

Terkait dengan segala uraian tersebut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

pada tahun 2004 telah melakukan kegiatan pembuatan arang kompos bioaktif (arkoba) di 2

TPA yaitu TPA Bangkonol, Pandeglang dan TPA1 Palembang. Arkoba yang dihasilkan

selanjutnya diaplikasikan di beberapa lokasi lahan Gerhan (Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan). Ternyata arkoba tersebut mampu meningkatkan kesuburan lahan dan

memperbaiki kondisinya sehubungan dengan usaha penghijauan nasional.

A. TPA Sebagai Emitter GRK, Salah Satu Pemicu Pemanasan Global

Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 450 TPA yang berpotensi sebagai sumber emisi

gas metana. Sebagai contoh, sampah sebanyak 1000 ton, dengan kandungan sampah organik

56 persen akan menghasilkan gas metana (CH4) 21.000 ton setiap tahunnya atau setara dengan

CO2 486.500 ton (Yusrizal, 2000). Masyarakat Eropa sepakat bahwa pada tahun 2005 tidak

membuang sampah organiknya langsung ke TPA. Sampah organik diolah terlebih dahulu agar

gas tidak diproduksi dalam jumlah besar. Pengolahan dapat berupa insinerasi, pengomposan,

dan produksi biogas. Pengomposan adalah proses yang dipilih oleh Global Environment

Facility karena dianggap sesuai untuk diterapkan di Indonesia untuk mereduksi produksi GRK

sekaligus untuk membantu perbaikan sistem pengelolaan sampah di Indonesia.

Pada tahun 2008 produksi sampah di Indonesia diperkirakan mencapai 167 ribu ton/hari

yang dihasilkan dari 220 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia atau sama dengan 800

gram/hari/orang (Laksono, 2008). Dari volume sampah tersebut diperkirakan akan

menghasilkan gas metana sebanyak 8.800 ton/hari. Volume tersebut dapat meningkatkan

konsentrasi gas rumah kaca sebesar 745,2Gg (giga gram). Jika produksi rata-rata gas metana

adalah 235 liter per kg sampah, dimana 80 persen sampah ditimbun di TPA, maka sebanyak

0,5 juta ton metana (setara 12,8 juta ton CO2) dihasilkan dari TPA. Namun angka tersebut

masih kecil bila dibandingkan dengan sektor lain seperti perubahan penggunaan lahan

12

Page 13: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

kehutanan (42,5 % dari total emisi GRK), energi (40, 9 % dari total emisi GRK), transportasi dan

pertanian yang mencapai 16,6 % dari total emisi GRK. Akan tetapi meskipun konstribusinya

terhitung kecil, daya rusak gas metana terhadap lapisan ozon (O3) 21 kali lebih kuat

dibandingkan dengan karbondioksida/CO2 (Houghton, et al.,1990 dan Irmansyah, 2004).

Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), pada tahun 2008 sampah

yang diolah menjadi kompos hanya sekitar 5 persen atau 12.800 ton/hari. Apabila dikelola

dengan baik maka sampah akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan Negara

(Laksono, 2008)

IV. REDUKSI CH4 DARI PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF DI TPA

BANGKONOL, PANDEGLANG

Pembuatan arang kompos bioaktif di TPA Bangkonol, Pandeglang menggunakan

sampah organik pasar. Hampir 60 persen terdiri dari bahan-bahan organik seperti sampah

sayuran, buah, pangkasan pohon lindung dari penghijauan kota. Volume sampah per hari rata-

rata mencapai 5-10 ton. Dalam proses pengomposan volume penyusutan mencapai 50 %,

karena sebagian besar bahan yang digunakan terdiri dari sampah dengan kadar air yang tinggi.

Dari 12 ton sampah yang dikomposkan volume akhir menjadi sekitar 6 ton kompos/bulan

(mulai proses awal). Selanjutnya arang kompos dikemas dalam karung sebanyak 110 karung

dengan bobot masing-masing karung berkisar antara 50 – 55 kg (Gusmailina, dkk., 2005). Jika

menggunakan persamaan dan estimasi menurut Anonim (1989), maka dari 6 ton arang kompos

yang dihasilkan di TPA Pandeglang, telah mencegah emisi CH4 dari TPA sebesar 6 x 0,3 ton =

1,8 ton CH4, atau setara dengan 30 – 42 ton CO2 atau seharga dengan US $ 150 – 210/bulan

(harga minimal), karena pada Protokol Kyoto 1997 salah satunya adalah mengatur kerangka

kerja konvensi pada perubahan iklim global, dimana emisi gas rumah kaca dapat

diperdagangkan, meskipun reduksi emisi gas rumah kaca memerlukan verifikasi dan

sertifikasi. Harga reduksi emisi tersebut berkisar US$ 5 to 20 per ton CO2 (Soemarwoto, 2001).

Jika di TPA Bangkonol, Pandeglang kontinyu menghasilkan minimal kompos 6 ton per

bulan, maka akan dihasilkan kompos 72 ton kompos per tahun. Berarti dari TPA, Bangkonol

Pandeglang dapat mencegah emisi metana sebesar 21,6 ton CH4, atau setara dengan 108 –

13

Page 14: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

151,2 ton CO2. Maka volume ini dapat menghasilkan nilai ER (Emissions Reduction) minimal

per tahun sebesar US $ 540 – 756. Nilai ER ini kemudian dapat digunakan sebagai sumber

dana untuk menjamin kesinambungan pengelolaan sampah yang baik (sustainable municipal

solids waste management).

V Sosialisasi Arkoba di desa karyasari, Kabupaten Bogor.

Pada tahun 2006 kegiatan ini juga dilakukan di desa Karyasari, Kabupaten Bogor. Produksi

Arkoba difokuskan untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera.

Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca

bracteata. Hasil yang diperoleh sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi Arkoba

0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah

daun murbei sebesar lima kali lipat (menurut Ketua Kelompok), selain itu juga meningkatkan

kualitas benang sutera yang dihasilkan.

Gambar 7. Transfer teknologi Arang Kompos Bioaktif kepada Kelompok Tani Rimba Sejahtera di Desa Karyasari, Lw. Liang, Kab Bogor, serta aplikasi pada tanaman palawija, nilam dan tan. Kehutanan.

VI. TEKNIK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF (ARKOBA)

1. Pembuatan Arang : pembuatan arang biasanya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

menggunakan tungku drum dan tungku semi kontinyu. Tungku drum digunakan untuk

membuat arang tempurung kelapa, atau potongan-potongan kayu limbah. Sedangkan

14

Page 15: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

untuk membuat arang serbuk gergaji lebih cocok menggunakan tungku semi kontinyu

(Gusmailina, dkk., 2002). Arang serbuk gergaji juga dapat digunakan langsung sebagai

campuran pada media tumbuh tanaman, baik di dalam polybag maupun pada tanah.

Arang serbuk gergaji yang dicampur dengan kotoran ternak (pupuk kandang) akan

memberikan hasil yang lebih baik lagi dibanding jika hanya menggunakan arang saja.

2. Pembuatan arang Kompos :

a. Bahan arang : serbuk gergaji, sekam padi, kulit kayu, limbah pertanian/perkebunan

(tongkol jagung, tempurung kelapa/kelapa sawit)

b. Bahan kompos : serbuk gergaji, serasah tumbuhan hutan/dedaunan seperti serasah

tusam, serasah mangium, atau serasah campuran, limbah organik pertanian, limbah

sayuran, jerami, kulit/tongkol jagung, sampah organic pasar dan kotoran hewan

Jika bahan baku yang akan dikomposkan berukuran besar sebaiknya digiling/dicacah

dahulu dengan alat giling (chopper), golok atau parang sampai mencapai ukuran 2-3 cm

c. Aktivator : Berguna untuk mempercepat proses pengomposan dengan bahan aktif

mikroorganisme. Jenis activator yang digunakan disesuaikan dengan jenis bahan baku

yang akan dikomposkan. Untuk limbah yang sulit hancur disarankan menggunakan

activator yang mengandung bahan aktif khusus mikroorganisme pengurai lignoselulosa

diantaranya yang mengandung mikroorganisme Trichoderma dan Cytophaga sp.

d. Peralatan pengomposan : Proses pengomposan dapat berlangsung pada beberapa

macam tempat seperti : kotak kayu dengan ukuran 1m x 1m x 1m, bak semen

permanent, kombinasi bak semen dengan penutup kayu, dan kantong plastic jumbo.

Pembuatan arang kompos prinsipnya sama dengan pengomposan biasa yaitu melalui proses

fermentasi, langkah-langkah pembuatan arang kompos adalah sbb:

o Pada bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang serbuk sebanyak 10-30 % dari

berat volume bahan yang akan dikomposkan;

o Tambahkan aktivator sebanyak 0,5-10 % tergantung jenis bahan yang akan

dikomposkan,

o Aduk campuran hingga rata; tambahkan air hingga kondisi kadar air campuran bahan

berkisar antara 20%-30 %;

o Masukkan ke dalam wadah pengomposan

15

Page 16: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

o Khusus untuk bahan yang sulit hancur seperti limbah kehutanan, sebaiknya pada

minggu ke dua, ke tiga dan ke empat dibalik kemudian di aduk ulang, tambahkan air

bila kondisi agak kering;

o Pengukuran suhu dilakukan guna mengetahui apakah proses berjalan dengan sempurna.

Proses berjalan dengan sempurna apabila pada minggu pertama dan ke dua suhu

meningkat hingga mencapai 55 oC - 60 oC, lalu menurun pada minggu-minggu

berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil berarti proses pengomposan sudah selesai

dan kompos dapat dibongkar;

o Proses pengomposan berlangsung antara 2 sampai 10 minggu tergantung bahan baku

yang digunakan, untuk limbah sayuran/dedaunan segar pengomposan berlangsung

selama 2 minggu, pengomposan serasah dedaunan kering berlangsung selama 1 bulan,

sedangkan serbuk gergaji selama 2-3 bulan;

o Secara visual kompos yang sudah matang akan mengalami perubahan warna,

sedangkan indikator kompos yang siap pakai yaitu mempunyai nisbah C/N di bawah

atau sama dengan 20;

o Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos digiling hingga halus kemudian

dikemas lalu disimpan ditempat yang kering dan teduh;

o Arang kompos siap digunakan atau dipasarkan.

16

Page 17: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Pembuatan arang kompos juga dapat dilakukan di areal tegakan hutan. Bahan baku yang

dapat digunakan berupa limbah pemanenan hutan. Ranting dan cabang yang tertinggal

dijadikan arang kemudian sebagai bahan untuk kompos adalah dedaunan segar atau

serasah. Proses pengomposan dapat dilakukan dengan jalan membuat lobang persegi atau

lobang sepanjang larikan sedalam 0,5 m. Lobang ini sebelumnya dialas dengan plastik

agar proses pengomposan tidak ada kontak langsung dengan tanah, kemudian semua bahan

yang akan dikomposkan dimasukkan ke dalam lobang lalu ditutup lagi dengan plastik,

kemudian biarkan sampai kompos terbentuk. Kompos yang terbentuk kemudian dapat

dibongkar lalu dipindahkan, atau dibiarkan sebagai pengganti pupuk pada penanaman

berikutnya.

LIMBAH ORGANIKLIMBAH ORGANIK

CACAH (ukuran 1-3 cm)CACAH (ukuran 1-3 cm)

LIMBAH KEHUTANAN(KULIT KAYU, SERBUK

GERGAJI)

LIMBAH KEHUTANAN(KULIT KAYU, SERBUK

GERGAJI)

ARANGARANG

BIOACTIVATOR (0,5-10%)BIOACTIVATOR (0,5-10%)

KOMPOSTINGKOMPOSTING

ARANG KOMPOSBIOAKTIF

ARANG KOMPOSBIOAKTIF

APLIKASIAPLIKASI

analisis unsur hara makro

(C,N,P,K, Ca, Mg)

analisis unsur hara makro

(C,N,P,K, Ca, Mg)

KILN/TUNGKUKILN/TUNGKU

DIKEMASDIKEMAS DIJUALDIJUAL

SKEMA PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIFSKEMA PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF

5-30%5-30%

Termofilik(55-65oC)Termofilik(55-65oC)

C/N </= 20C/N </= 20

Dipakai Dipakai

Disimpan Disimpan

17

Page 18: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Gambar 8. Serasah mangium sebagai bahan baku Arang Kompos bioaktif yang dapat di proses di antara tegakan.

VII. PENGEMBANGAN, EFISIENSI APLIKASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF

Aspek teknis yang terpenting pada pertanian maupun kehutanan yang berkelanjutan

diantaranya adalah peningkatan efisiensi pupuk. Maksudnya untuk mengurangi volume

pemakaian pupuk serta biaya produksi tanpa mempengaruhi produksi. Namun kebutuhan

bahan organik maupun pupuk organik untuk mendukung budidaya organik jauh lebih besar

dibanding jika menggunakan pupuk kimia, biasanya berkisar antara 2 – 20 ton per hektar.

Sehingga menimbulkan masalah bagi petani karena biaya produksi jadi meningkat. Oleh sebab

itu pengolahan lanjutan dari bahan/pupuk organik perlu dilakukan agar volume menjadi sedikit

serta mudah dalam transportasi tetapi tetap memiliki efek yang sama. Bahan organik seperti

kompos, arang kompos, pupuk kandang atau pupuk organik yang berbentuk serbuk, perlu

dirobah bentuknya sehingga menjadi lebih padat dengan cara cetak dan press. Pupuk terutama

pupuk organik akan lebih efisien jika bentuknya dipadatkan, karena akan lebih mengurangi

resiko tercuci/hilang dalam aplikasinya. Selain itu volume akan lebih sedikit jika

menggunakan pupuk yang telah dipadatkan, tetapi tidak mengurangi kualitas dari pupuk

tersebut, sehingga dalam aplikasi juga tetap akan memberikan respon yang sama.

Tablet, maupun briket media yang dibuat dari arang kompos dan pupuk organik diharapkan

dapat menunjang kegiatan GERHAN yang pelaksanaannya hingga tahun 2009. Aplikasi tablet

arang kompos dan pupuk organik, diharapkan lebih efisien dan ekonomis jika dibandingkan

18

Page 19: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

apabila aplikasinya secara konvensional tanpa dicetak. Aplikasi tablet dan briket media, akan

memudahkan penanaman terutama untuk areal target yang sulit dijangkau, sehingga

operasionalnya dapat menggunakan alat sistem kabel layang. Briket media yang berisi bibit

tanaman dapat disebar secara otomatis yang diatur penempatannya sesuai dengan jarak tanam

yang diinginkan, selain itu produk ini juga diperuntukkan untuk media tanaman anggrek.

Gambar 9. Pengembangan dalam rangka efisiensi Arang Kompos Bioaktif

19

Page 20: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Gambar 10. Briket Media Arang Kompos Bioaktif

VIII. KESIMPULAN

1. Dari beberapa uji coba yang telah dilakukan, baik skala laboratorium, maupun oleh

kelompok masyarakat, menunjukkan bahwa teknologi Arkoba adalah teknologi inovatif

yang perlu disebar luaskan dan jika perlu diperkuat oleh kebijakan dari Departemen

Kehutanan.

2. Teknologi arkoba telah di adopsi oleh kelompok masyarakat, dikembangkan serta telah

diaplikasikan pada budidaya berbagai jenis tanaman, dengan hasil yang memuaskan.

3. Penerapan teknologi arkoba di TPA mampu menekan pelepasan emisi gas rumah kaca

CH4

4. Teknologi arkoba dapat menambah pendapatan keluarga dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga, serta limbah organik lainya yang terdapat disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Anonim. 1990. Organic farming. Principles of organic farming. Stated by international federation of organic Agriculture movements. USA.

Away, Yufnal, 2003. Uji coba penggunaan bioaktivator “orgadec plus” pada sampah kota di TPA Bantar Gebang. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor

Gusmailina, S.Komarayati dan T. Nurhayati. 1990. Pemanfaatan residu fermentasi padat sebagai kompos pada pertumbuhan anakan Eucalyptus urophylla, Jurnal Penelitian Hasil Hutan. (4):157-163 

Gusmailina, G. Pari., and S. Komarayati. 1999. Teknologi penggunaan arang dan arang aktif sebagai soil conditioning pada tanaman. Laporan Proyek.Pusat Penelitian dan Pengembangan hasil Hutan. Bogor

Gusmailina, G. Pari dan S.Komarayati. 1999. Teknologi penggunaan arang dan arang aktif sebagai soil conditioning pada tanaman kehutanan. Laporan proyek. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor (Bahan publikasi).

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2001. Teknik penggunaan arang sebagai soil conditioning pada tanaman. Laporan hasil penelitian (tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2001. Laporan kerjasama penelitian P3THH – JIPFRO. Bogor (tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2002. Laporan kerjasama penelitian P3THH – JIPFRO. Bogor

Gusmailina, G. Pari., and S. Komarayati. 2002. Implementation study of compos and charcoal compost production. Laporan Kerjasama Puslitbang Teknologi hasil Hutan dengan JIFPRO, Jepang . Tahun ke 3. Bogor (Tidak dipublikasi).

Gusmailina, Gustan Pari dan Sri Komarayati. 2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi hasil Hutan. Badan Penelitiandan dan pengembangan Kehutanan. Bogor. ISBN: 979-3132-27

Gusmailina, Sri Komarayati dan G. Pari. Pengembangan Teknologi Arang Kompos Bioaktif di TPA (tempat Pembuanagan Akhir) Dalam Rangka Pengurangan Dampak Pemanasan Global. Makalah pada seminar MAPEKI. Fakultas Kehutanan, Universitas tanjung

Gusmailina. 2007. Mengeliminasi Kemungkinan Kegagalan GERHAN Melalui Teknologi dan Aplikasi Arang Kompos Bioaktif. Buku panduan dalam rangka Pelatihan Peningkatan Kualitas arang Kompos Bioaktif di Kabupaten Garut. Kerjasama Dinas kehutanan Kab

Gusmailina. 2007. Pembuatan arang dan arang kompos dari limbah PLTB. Makalah pada Acara Gelar Teknologi PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar). Kerjasama. Puslitbang Hutan Tanaman dan Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Nopember 2007

Sri Komarayati, Gusmailina dan G. Pari. 2002. Pembuatan kompos dan arang kompos dari serasah dan kulit kayu tusam. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol. 20 No. 3. Halaman 231 – 242. Bogor

21

Page 22: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN SOSIALISASI

22

Page 23: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

23

Page 24: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

24

Page 25: ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA); TEKNOLOGI INOVATIF PEMANFAATAN LIMBAH DAN REDUKSI PEMANASAN GLOBAL

Tpa. Bangkonol, Pandeglang

PEMBUATAN KOMPOS SKALA LAPANGAN

TPA SUKAJADI, PALEMBANG (Januari 2005)TPA SUKAJADI, PALEMBANG (Januari 2005)

Charcoal compost from Municipal organic wasteCharcoal compost from Municipal organic waste

demonstration of charcoal and charcoal compost process

demonstration of charcoal and charcoal compost process

25