ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN...

64
497 ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2005 - 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dokumen ini berisikan pemikiran awal mengenai visi, misi, strategi dan program pembangunan Pertanian yang dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. Program lima tahunan (2005-2009) disusun berdasarkan kinerja sektor Pertanian dalam lima tahun terakhir, serta analisis dinamika lingkungan strategis dalam perspektif visi pembangunan jangka panjang (2005-2025). Dokumen ini hendaklah dipandang sebagai draft awal yang masih harus dilengkapi dan disempurnakan lebih lanjut. Kinerja Pembangunan Pertanian 2000-2003 2. Selama periode 2000-2003, sektor pertanian (tidak termasuk kehutanan dan perikanan) diterpa dua gejolak eksternal beruntun dan luar biasa, yaitu : (a) anomali iklim El-Nino (1997-1998) dan yang berulang dalam tenggang waktu singkat (2001); dan (b) krisis multidimensi ekonomi-sosial dan politik yang berkepanjangan (1997-1999). Kedua kondisi abnormal tersebut tidak saja membuat kinerja sektor pertanian pada tahun 2000-2003 menjadi terpuruk, tetapi juga menciptakan pesimisme dan resiko ketidakpastian berusaha sehingga sektor pertanian berada dalam ancaman stagnasi berkelanjutan. 3. Berdasarkan PDB riil, sektor pertanian telah pulih ke level sebelum krisis sejak tahun 1999, empat tahun lebih cepat dari perekonomian agregat yang baru pulih pada tahun 2003. subsektor tanaman pangan pulih pada tahun 1999, subsektor perkebunan tidak pernah mengalami kontraksi, sementara subsektor peternakan pulih pada tahun 2002. Tidak saja pulih, rata-rata laju pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perkebunan juga telah jauh lebih tinggi daripada periode sebelum krisis. Laju pertumbuhan tahunan subsektor perkebunan meningkat dari 4,30 persen sebelum krisis, menjadi 5,02 persen pada periode tahun 2000-2003, sementara laju pertumbuhan subsektor peternakan masih belum pulih ke level sebelum krisis. 4. Dibanding sebelum krisis, selama periode 2000-2003, hampir semua produksi komoditas pertanian mengalami peningkatan, insiden kemiskinan di wilayah pedesaan menurun konsisten, kesejahteraan petani meningkat, ketahanan pangan makin mantap, kesempatan kerja di sektor pertanian meningkat, dan

Transcript of ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN...

Page 1: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

497

ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2005 - 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Dokumen ini berisikan pemikiran awal mengenai visi, misi, strategi dan program

pembangunan Pertanian yang dapat digunakan sebagai salah satu rujukan

dalam penyusunan Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. Program

lima tahunan (2005-2009) disusun berdasarkan kinerja sektor Pertanian dalam

lima tahun terakhir, serta analisis dinamika lingkungan strategis dalam

perspektif visi pembangunan jangka panjang (2005-2025). Dokumen ini

hendaklah dipandang sebagai draft awal yang masih harus dilengkapi dan

disempurnakan lebih lanjut.

Kinerja Pembangunan Pertanian 2000-2003

2. Selama periode 2000-2003, sektor pertanian (tidak termasuk kehutanan dan

perikanan) diterpa dua gejolak eksternal beruntun dan luar biasa, yaitu : (a)

anomali iklim El-Nino (1997-1998) dan yang berulang dalam tenggang waktu

singkat (2001); dan (b) krisis multidimensi ekonomi-sosial dan politik yang

berkepanjangan (1997-1999). Kedua kondisi abnormal tersebut tidak saja

membuat kinerja sektor pertanian pada tahun 2000-2003 menjadi terpuruk,

tetapi juga menciptakan pesimisme dan resiko ketidakpastian berusaha

sehingga sektor pertanian berada dalam ancaman stagnasi berkelanjutan.

3. Berdasarkan PDB riil, sektor pertanian telah pulih ke level sebelum krisis sejak

tahun 1999, empat tahun lebih cepat dari perekonomian agregat yang baru

pulih pada tahun 2003. subsektor tanaman pangan pulih pada tahun 1999,

subsektor perkebunan tidak pernah mengalami kontraksi, sementara subsektor

peternakan pulih pada tahun 2002. Tidak saja pulih, rata-rata laju pertumbuhan

subsektor tanaman pangan dan perkebunan juga telah jauh lebih tinggi

daripada periode sebelum krisis. Laju pertumbuhan tahunan subsektor

perkebunan meningkat dari 4,30 persen sebelum krisis, menjadi 5,02 persen

pada periode tahun 2000-2003, sementara laju pertumbuhan subsektor

peternakan masih belum pulih ke level sebelum krisis.

4. Dibanding sebelum krisis, selama periode 2000-2003, hampir semua produksi

komoditas pertanian mengalami peningkatan, insiden kemiskinan di wilayah

pedesaan menurun konsisten, kesejahteraan petani meningkat, ketahanan

pangan makin mantap, kesempatan kerja di sektor pertanian meningkat, dan

Page 2: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

498

sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. Sektor

pertanian telah berhasil berbalik dari ancaman kontraksi berkelanjutan (1997-

1999), melepaskan diri dari perangkap “spiral pertumbuhan rendah” (1999-

2002), dan sejak tahun 2003 telah berada pada fase percepatan pertumbuhan

menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-2009

5. Relatif cepat pulihnya sektor pertanian semakin memberikan rasa optimisme

bahwa sektor pertanian akan mampu menjalankan lima peran vitalnya, yaitu :

(a) sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi penduduk pedesaan, (b)

penghasil pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang

jumlahnya terus bertambah, (c) pemacu proses industrialisasi, (d) penyumbang

devisa negara, dan (e) pasar bagi produk dan jasa sektor non pertanian. Untuk

mengoptimalkan peran vital tersebut, maka arah dan strategi pembangunan

pertanian disusun dengan mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis

yang melingkupinya. Pengaruh lingkungan strategis internasional, antara lain :

(a) liberalisasi pasar global dan ketidakadilan perdagangan internasional; (b)

perubahan sistem dan manajemen produksi; (c) perhatian pada perwujudan

ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan (Millenium Development

Goals); dan (d) kemajuan pesat dalam penemuan dan pemanfaatan teknologi

tinggi. Sementara itu, pengaruh lingkungan strategis nasional antara lain : (a)

penduduk dan pola permintaan pangan dan bahan baku; (b) kelangkaan dan

degradasi kualitas SDA (lahan, air); (c) karakteristik pertanian dan pedesaan

Indonesia; (d) manajemen pembangunan : otonomi daerah dan partisipasi

masyarakat; dan (e) perkembangan IPTEK Nasional.

6. Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk

meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan

kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan

ekonomi wilayah. Pemerintah melaksanakan perannya sebagai stimulator dan

fasilitator yang mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi dan sosial para petani

agar memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan dan

kesejahteraannya. Untuk dapat mewujudkan peran tersebut, maka visi

pembangunan pertanian tahun 2005-2009 adalah “upaya mengangkat harkat

derajat, kemampuan dan kesejahteraan petani dengan mewujudkan

sektor pertanian yang memiliki nilai tambah tinggi, berdaya saing dan

menjadi landasan kokoh pembangunan ekonomi nasional”. Sementara itu,

misinya antara lain : (a) mengembangkan dan memfasilitasi organisasi petani

Page 3: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

499

untuk meningkatkan posisi tawar petani, (b) meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani, kesempatan kerja produktif dan memposisikan petani

sebagai subyek pembangunan pertanian, (c) mengoptimalkan peran sektor

pertanian sebagai penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, (d)

membangun sarana dan prasarana pertanian, termasuk lembaga pembiayaan

pertanian, dan (e) melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk

mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan.

7. Sasaran pembangunan pertanian selama kurun waktu lima tahun ke depan

(2005-2009) dengan asumsi ekonomi nasional tumbuh 6 persen per tahun,

antara lain : (a) Produk Domestik Bruto sektor pertanian berdasarkan harga

berlaku ditargetkan akan tumbuh sekitar 4,37 persen per tahun, (b) investasi di

bidang pertanian ditargetkan meningkat 5,20 persen per tahun, (c) penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian ditargetkan hanya sekitar 0,91 persen per tahun,

(d) pendapatan petani per kapita per tahun ditargetkan akan meningkat 3,37

persen per tahun, sehingga pada tahun 2009 akan mencapai Rp. 7,7 juta, (e)

jumlah penduduk miskin ditargetkan akan menurun sekitar 5,77 persen per

tahun, sehingga pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di pedesaan

diperkirakan hanya sebesar 6,52 persen, dan (f) produksi tanaman pangan

ditargetkan meningkat sekitar 0,68-6,71 persen per tahun, tanaman hortikultura

sayuran dan buah-buahan ditargetkan meningkat di atas 3 dan 2 persen per

tahun, tanaman perkebunan ditargetkan meningkat sekitar 2,0-8,0 persen per

tahun, dan komoditas peternakan ditargetkan meningkat sekitar 1,5-9,0 persen

per tahun.

8. Sesuai dengan Visi, Misi dan Sasaran, maka Program Pembangunan Pertanian

lima tahun ke depan, dirumuskan dalam dua program utama, yaitu Program

Pengembangan Agribisnis dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

9. Program pengembangan agribisnis dilaksanakan dengan memposisikan para

pelaku usaha di sektor pertanian sebagai aktor utama pembangunan pertanian,

sedangkan pemerintah sebagai fasilitator untuk menciptakan kondisi kondusif

bagi berkembangnya investasi dan bisnis di sektor pertanian. Tujuan program

ini adalah mendorong berkembangnya usaha pertanian dari sub sistem hulu

hingga hilir dengan wawasan bisnis yang mampu menghasilkan produk

pertanian dan industri pertanian primer yang berdaya saing, sehingga

menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan petani, penciptaan

lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional.

Page 4: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

500

10. Sasaran Program Pengembangan Agribisnis adalah : (a) meningkatnya

produktivitas, kualitas dan produksi komoditas pertanian yang dapat dipasarkan

sebagai bahan baku industri pengolahan maupun ekspor; (b) meningkatnya

volume dan penerimaan ekspor, serta meningkatnya produk-produk substitusi

impor; (c) meningkatnya kesempatan kerja produktif di pedesaan pada on farm

dan off farm yang memberikan imbalan (return to factor) yang layak; (d)

berkembangnya berbagai kegiatan usaha berbasis pertanian dengan wawasan

agribisnis yang mampu memberikan keuntungan yang wajar; (e) meningkatnya

partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam pengembangan agribisnis

dan memajukan perekonomian pedesaan; dan (f) terpeliharanya produktivitas

sumberdaya alam, berkembangnya usaha pertanian konservasi, dan

terjaganya kualitas lingkungan hidup.

11. Berdasarkan tujuan dan sasaran tersebut di atas, pengembangan agribisnis

komoditas akan difokuskan pada komoditas strategis, mempunyai prospek

untuk dikembangkan berdasarkan basis sumberdaya yang dimiliki dan

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Untuk dapat mewujudkan program

pengembangan komoditas pertanian tersebut, perlu adanya dukungan antara

lain: (a) pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha

agribisnis; (b) pengembangan kelembagaan pelayanan penunjang agribisnis;

(c) penciptaan dan percepatan penerapan inovasi teknologi agribisnis spesifik

lokasi; (d) Pendayagunaan secara optimal dan perlindungan sumberdaya

hayati; dan (e) pengembangan sistem informasi dan jaringan kerja agribisnis.

12. Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk

mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem

ketahanan pangan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat.

Tujuan dari program ini adalah: (i) menciptakan iklim yang kondusif bagi

berfungsinya sub sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan, (ii)

mendorong peningkatan ketersediaan pangan dalam jumlah, mutu dan

keragaman, (iii) mendorong penganekaragaman produksi/ketersediaan pangan

dan konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang berbasis sumberdaya

lokal, dan (iv) meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menangani

kerawanan dan permasalahan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan.

13. Sasaran yang ingin dicapai dari Program Peningkatan Ketahanan Pangan

adalah: (a) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional dan rumah tangga

yang cukup untuk hidup sehat dan produktif; (b) berkembangnya konsumsi

Page 5: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

501

pangan beragam, bergizi, berimbang, seiring dengan menurunnya

ketergantungan pada pangan pokok beras; dan (c) meningkatnya kemampuan

masyarakat, aparat dan pemerintah dalam mengantisipasi masalah kerawanan

pangan. Dari tujuan dan sasaran tersebut, program ketahanan pangan

dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa sub program utama, yaitu : (a) Sub

program peningkatan ketersediaan pangan; (b) Sub program distribusi pangan;

(c) Sub program pengembangan kelembagaan ketahanan pangan; dan (d) Sub

program stabilisasi produksi dan penanggulangan rawan pangan dan gizi.

14. Sejalan dengan Program Pembangunan Pertanian 2005-2009 yang terdiri dari

Program Pengembangan Agribisnis dan Program Peningkatan Ketahanan

Pangan, Kegiatan Rencana Aksi yang perlu dilaksanakan antara lain : (a)

Peningkatan Produksi dan Produktivitas, (b) Perlindungan kepada Petani dan

Sektor Pertanian, dan (c) Pemantapan Ketahanan Pangan.

15. Ketiga Kegiatan Rencana Aksi tersebut di atas, dijabarkan lebih lanjut ke dalam

kegiatan-kegiatan antara lain : (a) Pengembangan sistem perbenihan, (b)

Peningkatan ketersediaan pupuk, (c) Rehabilitasi Jaringan Irigasi, (d)

Pengendalian konversi lahan dan perluasan lahan pertanian, (e) Kredit Usaha

Agribisnis, (f) Akselerasi Penerapan Teknologi, (g) Kebijakan Subsidi, (h)

Kebijakan Tarif Impor, dan (i) Swasembada dan Kemandirian Pangan.

I. PENDAHULUAN

Walaupun cenderung menurun, sebagai implikasi normal dari proses

transformasi struktural seiring dengan kemajuan pembangunan, peranan sektor

pertanian dalam indikator fundamental ekonomi makro, seperti pertumbuhan produk

Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja atau tingkat pengangguran, inflasi

dan neraca perdagangan masih, tetap amat besar. Peranan sektor pertanian tidak

saja berupa kontribusi langsung, tetapi juga melalui kontribusi tidak langsung melalui

dampak pengganda (multiplier) berspektrum luas; keterkaitan input-output antar

industri, konsumsi dan investasi. Sektor pertanian memiliki dampak pengganda yang

relatif lebih besar dari sektor-sektor lain dalam perekonomian, sehingga termasuk

kategori sektor kunci (key sector), yang berarti memenuhi syarat sebagai mesin

penggerak perekonomian nasional.

Tidak saja untuk kesehatan fundamental ekonomi makro, peranan sektor

pertanian yang lebih strategis lagi ialah untuk pemantapan ketahanan pangan dan

Page 6: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

502

pengentasan penduduk dari kemiskinan, dua sasaran akhir pembangunan nasional

yang paling mendesak untuk segera diatasi saat ini maupun hingga lima tahun ke

depan. Oleh karena itulah sektor pertanian masih akan tetap menjadi andalan

perekonomian nasional.

Krisis multi-dimensi tahun 1998-1999 telah membuktikan betapa handalnya

sektor pertanian. Sektor pertanian terbukti paling tangguh menghadapi tekanan

depresi, sehingga dapat berfungsi sebagai jangkar penopang dari ambruknya

perekonomian. Sektor pertanian juga terbukti paling cepat pulih dari terpaan krisis

sehingga berfungsi sebagai pelopor pemulihan sektor-sektor lainnya. Setelah

mengalami sedikit kontraksi pada tahun 1998, PDB telah pulih dan bahkan

melampaui level sebelum krisis pada tahun 1999. Sektor pertanian telah terlepas dari

perangkap spiral pertumbuhan rendah yang berlangsung pada periode tahun 1998-

1999, dan sejak tahun 2003 telah berada pada fase percepatan pertumbuhan

(accelerating growth) sebagai masa transisi menuju pertumbuhan berkelanjutan

(sustaining growth).

Agenda ke depan, ialah bagaimana mempertahankan momentum

”accelerating growth” sektor pertanian tersebut. Hal ini amat penting karena sektor-

sektor lain, khususnya sektor industri pengolahan, masih tetap berada pada fase

pertumbuhan rendah sehingga belum dapat diandalkan sebagai kekuatan pendorong

untuk mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan ancaman ketahanan

pangan, tiga masalah pokok pembangunan yang dihadapi Indonesia saat ini.

Dengan demikian, memposisikan sektor pertanian dalam strategi pembangunan

nasional 2005-2009 merupakan masalah amat mendesak dan harus segera kita

sepakati bersama-sama secara politis.

Dokumen ini berisikan pemikiran awal mengenai visi, misi, strategi dan

program pembangunan pertanian, yang dapat digunakan sebagai salah satu rujukan

dalam penyusunan Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. Program lima

tahunan (2005-2009) disusun berdasarkan kinerja sektor pertanian dalam lima tahun

terakhir serta analisis dinamika lingkungan strategis dalam perspektif visi

pembangunan jangka panjang (2005-2025). Dokumen ini hendaklah dipandang

sebagai draft awal yang masih harus dilengkapi dan disempurnakan lebih lanjut.

II. KINERJA PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000-2003

Kinerja pembangunan pertanian periode 2000-2003 tidak terlepas dari kondisi

pertanian pada masa krisis multidimensi yang terjadi pada periode 1998-1999.

Page 7: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

503

Pada waktu itu telah terjadi perubahan besar, mendadak bahkan kacau balau dalam

pertanian kita. Kredit program pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung

tinggi sehingga terjadi kelangkaan kredit untuk sektor pertanian. Karena desakan

IMF waktu itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dan lain-lain) juga dicabut dan tarif

impor komoditi khususnya pertanian sebagian besar dikurangi bahkan dihapus.

Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya irigasi banyak yang rusak karena biaya

pemeliharaan tidak ada. Penyuluh pertanian juga kacau balau, karena terlalu

mendadak didaerahkan.

Dalam kondisi seperti itulah Kabinet Reformasi dan kemudian Kabinet

Gorong Royong dibentuk. Tugas pertama Menteri Pertanian saat itu adalah

bagaimana “memadamkan kebakaran”, yakni menyelamatkan, memulihkan dan

menstabilkan kembali landasan pembangunan pertanian.

Dengan memperhatikan kondisi dan perubahan yang terjadi pada waktu itu,

Departemen Pertanian bersama stake holder pembangunan lainnya merumuskan

dan mengimplementasikan paradigma baru pembangunan pertanian yakni

“pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi”. Karena kondisi dan

perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka strategi pemulihan maupun

pembangunan kembali landasan pembangunan tidak boleh sepotong-sepotong,

melainkan harus dilakukan secara sistem, yakni sistem agribisnis.

Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut dalam 4 tahun terakhir ini

dimplementasikan dengan strategi dasar yakni berupa perlindungan dan promosi

agribisnis (protection and promotion agribusiness policy). Prinsip kebijakan ini adalah

pemerintah memfasilitasi dan membantu tumbuh kembangnya usaha agribisnis

khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus melindungi agribisnis domestik

dari praktek unfair-trade dari negara lain. Indonesia pada prinsipnya setuju dengan

semangat free trade yang diprakarsai WTO tapi harus fair trade (perdagangan yang

adil). Kalau negara lain masih melakukan perlindungan pada agribisnisnya,

Indonesia juga berhak melindungi agribisnisnya sesuai dengan prinsip-prinsip asas

kesetaraan WTO. Alasan Indonesia menaikkan tarif impor beberapa komoditi

agribisnis penting seperti gula dan beras selama tiga tahun terakhir adalah bagian

dari kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut telah berhasil di yakinkan kepada negara

lain dalam forum-forum multilateral.

Instrumen kebijakan promosi pembangunan agribisnis tersebut ditempuh baik

melalui instrumen budgeter maupun non-budgeter. Instrumen budgeter dilakukan

antara lain melalui dekonsentrasi. APBN Deptan langsung di salurkan ke

kabupaten/kota dan provinsi, bantuan langsung ke kelompok tani, rehabilitasi dan

Page 8: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

504

pembangunan infrastruktur pertanian-pedesaan, bantuan barang-barang modal,

subsidi pupuk dan benih, bantuan pembinaan SDM dan penyuluhan dan lain-lain.

Sedangkan instrumen non-budgeter dilakukan antara lain melalui deregulasi pupuk,

pestisida, bibit, alat mesin pertanian, penghapusan PPn pertanian, penyediaan skim

perkreditan bersubsidi seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP), asistensi pemerintah

daerah dan pelaku agribisnis, dan sebagainya.

Setelah tiga tahun implementasi paradigma baru dan strategi dasar tersebut,

tanpa diperkirakan semula, ternyata pertanian Indonesia telah mengalami kemajuan

yang signifikan. Semula targetnya adalah “memadamkan kebakaran”, memulihkan

dan meletakkan pondasi pembangunan agribisnis, ternyata kemajuan yang dicapai

pertanian Indonesia melampaui apa yang pernah dicapai sepanjang sejarah

Republik Indonesia. Sektor pertanian telah lepas dari krisis dan saat ini sedang

menuju pada stabilitas pertumbuhan tinggi. Ke depan pembangunan sektor

pertanian juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan sebagai bagian

dari upaya untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi

nasional. Berikut ini diuraikan secara lebih rinci indikator kinerja sektor pertanian

sebagai berikut:

A. Produk Domestik Bruto

Keragaan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

peternakan) selama periode tahun 2000-2003 telah mengalami pemulihan menuju

pertumbuhan berkelanjutan. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan

tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian mencapai 1,83 persen, jauh

lebih tinggi dibanding periode krisis (1998-1999) yang hanya mencapai 0,88 persen,

bahkan dibanding periode tahun 1993-1997 (sebelum krisis ekonomi) yang mencapai

1,57 persen. Subsektor tanaman bahan makanan menunjukkan kinerja yang

semakin membaik, terlihat dari laju pertumbuhannya sebesar 0,58 persen, lebih

tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan selama periode sebelum krisis ekonomi yang

hanya mencapai 0,13 persen. Hal yang sama juga terjadi pada subsektor

perkebunan yang tumbuh sebesar 5,02 persen, lebih tinggi dari periode sebelum

krisis yang tumbuh sebesar 4,30 persen, sedangkan subsektor peternakan walaupun

telah tumbuh positif sebesar 3,13 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan

dengan periode sebelum krisis yang mencapai 5,01 persen.

Setelah mengalami sedikit kontraksi (tumbuh negatif 0,74%) pada tahun

1998, PDB sektor pertanian telah pulih, melampaui level sebelum krisis, pada tahun

1999. Sebagai perbandingan, pada tahun 1998, total perekonomian mengalami

Page 9: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

505

kontraksi luar biasa, yaitu negatif 13,13 persen dan baru pulih ke level di atas

sebelum krisis pada tahun 2003. Selain jauh lebih mampu bertahan, sektor pertanian

juga mampu pulih jauh lebih cepat dari perekonomian secara umum. Namun

demikian, pertumbuhan sektor pertanian pasca krisis masih belum sepenuhnya

stabil.

Dengan demikian secara umum disimpulkan bahwa sektor pertanian telah

terlepas dari “perangkap spiral pertumbuhan rendah” yang berlangsung selama

periode tahun 1998 – 1999. Sektor pertanian telah melewati fase pertumbuhan

rendah (1998 – 1999), dan kini (2003) tengah berada pada fase percepatan

pertumbuhan (accelerating growth) sebagai masa transisi menuju pertumbuhan

berkelanjutan (sustaining growth). Berdasarkan perkembangan indeks PDB terbukti

bahwa sektor pertanian mampu pulih lebih awal dibanding sektor ekonomi secara

keseluruhan. Walaupun telah pulih ke level sebelum krisis, laju pertumbuhan

subsektor perkebunan dan subsektor peternakan, yang merupakan sumber

pertumbuhan tinggi dalam sektor pertanian, masih labil dan belum sepenuhnya

pulih. Kedua subsektor ini amat tergantung pada kondisi perekonomian nasional

maupun global.

B. Produksi Komoditas Pertanian

Selama periode 2000-2003 kinerja komoditas pangan secara umum

mengalami perbaikan. Produksi komoditas padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan

ubi jalar mengalami peningkatan masing-masing 0,53; 3,38; 3,22; 2,81 dan 2,35

persen per tahun, namun rata-rata laju pertumbuhan komoditas kedelai mengalami

penurunan sebesar 18,48 persen per tahun. Sumber pertumbuhan produksi

komoditas pangan praktis hanyalah peningkatan produktivitas, sementara luas

panen cenderung menurun untuk semua komoditas. Produktivitas padi, jagung,

kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami pertumbuhan positif

masing-masing 1,59; 4,95; 1,16; 2,34; 4,72 dan 2,76 persen per tahun, sedangkan

luas panen semua komoditas pangan tersebut mengalami penurunan masing-

masing 1,06; 1,57; 19,36; 1,36 dan 0,38 persen per tahun, kecuali kacang tanah

yang mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen per tahun.

Sudah sejak lama kelompok komoditas sayuran sebagai salah satu sumber

pertumbuhan tinggi sektor pertanian. Sebagai gambaran, pada tahun 1993-1997,

produksi komoditas sayuran tersebut tumbuh amat pesat dengan laju 3,70–20,46

persen per tahun. Krisis ekonomi 1998 tidak membuat produksi sayuran mengalami

Page 10: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

506

kontraksi, bahkan sebagian besar komoditas sayuran justru mengalami akselerasi

pertumbuhan produksi. Hal ini terjadi karena harga jual produk sayuran justru

membumbung pada masa krisis tersebut. Perpaduan antara penurunan harga dan

insiden anomali iklim pasca krisis telah membuat pertumbuhan produksi sayuran

anjlok dan bahkan beberapa mengalami kontraksi pada periode tahun 2000–2002.

Namun demikian, pada tahun 2002–2003, komoditas sayuran telah kembali ke fase

pertumbuhan tinggi. Pada tahun 2003, komoditas utama sayuran, bawang merah,

kubis, kentang, cabai dan tomat, tumbuh amat pesat dengan laju 10-36 persen. Pada

periode tahun 2000-2003, produksi buah-buahan tumbuh amat pesat, hampir

seluruhnya jauh di atas pertumbuhan pada periode tahun 1993-1997, dengan laju

pertumbuhan rata-rata 7,34-28,95 persen per tahun. Ini merupakan bukti tak

terbantahkan, bahwa buah-buahan merupakan salah satu sumber utama

pertumbuhan tinggi bagi sektor Pertanian.

Subsektor perkebunan juga merupakan salah satu andalan sumber

pertumbuhan tinggi bagi sektor pertanian. Pertumbuhan amat tinggi terutama dialami

oleh komoditas kelapa sawit dan kakao yang pada tahun 1993-1997 tumbuh dengan

laju di atas 10 persen per tahun. Produksi komoditas perkebunan tradisional lainnya,

yakni tebu/gula, teh, kopi, dan karet, sudah sejak lama tumbuh lambat, stagnan atau

bahkan menurun (tebu/gula). Krisis ekonomi tahun 1998-1999 tidak berdampak

negatif, tetapi ternyata justru berdampak positif terhadap komoditas perkebunan,

kecuali tebu/gula. Alasan utamanya ialah depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika

menyebabkan harga komoditas perkebunan melonjak tajam yang selanjutnya

mendorong peningkatan volume ekspor komoditas tersebut. Pada tahun 2000-2003,

kinerja komoditas perkebunan seluruhnya membaik, jauh lebih baik dibanding pada

periode 1993-1997, kecuali untuk kakao.

Subsektor peternakan, juga merupakan andalan utama sumber pertumbuhan

tinggi sektor pertanian. Bahkan sudah menjadi fenomena global bahwa subsektor

peternakan merupakan sektor penggerak pertumbuhan sektor pertanian melalui apa

yang disebut dengan “Revolusi Peternakan“ (Livestock Revolution). Indonesia pun

tidak ketinggalan, “Revolusi Peternakan” telah berlangsung sejak awal tahun 1980’an

melalui perkembangan amat pesat industri peternakan ayam ras. Pada periode

tahun 1992-1993, populasi ayam pedaging dan telur meningkat bertambah pesat

dengan laju rata-rata 12,74 dan 6,76 persen per tahun. Kedua komoditas inilah yang

menjadi sumber utama pertumbuhan tinggi subsektor peternakan.

Page 11: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

507

Namun pada saat krisis tahun 1998-1999, industri ayam benar-benar

terpuruk, produksi ayam pedaging anjlok dari tumbuh positif 12,74 persen per tahun

pada periode tahun 1993-1997 menjadi tumbuh negatif 28,23 per per tahun pada

periode tahun 1998-1999. Produksi telur anjlok dari tumbuh positif 6,76 persen per

tahun pada periode tahun 1993-1997 menjadi tumbuh negatif 8,92 persen pada

periode tahun 1998-1999. Kecuali kuda, seluruh produk peternakan mengalami

anjlok produksi pada masa krisis 1997-1998. Penyebabnya ialah perpaduan antara

“dorongan ke belakang penawaran“ (supply push back) dan tarikan ke bawah dari

lonjakan ongkos produksi dan anjlok permintaan pasar. Seiring dengan pulihnya

perekonomian nasional, subsektor peternakan mengalami pemulihan dengan cukup

pesat. Dapat dikatakan, pada tahun 2003 subsektor peternakan sudah sepenuhnya

pulih dari terpaan krisis tahun 1998-1999. Pada tahun 2003, level produksi seluruh

komoditas peternakan sudah melampaui level tertinggi periode sebelum krisis,

kecuali untuk daging kerbau dan kuda yang memang sudah sejak lama stagnan atau

menurun berkelanjutan. Kontraksi produksi daging unggas diperkirakan terjadi pada

tahun 2004 karena adanya wabah flu burung.

C. Kesejahteraan Petani dan Penduduk Pedesaan

Tujuan akhir utama pembangunan pertanian ialah meningkatkan

kesejahteraan petani dan penduduk pedesaan secara khusus serta seluruh rakyat

Indonesia secara umum. Salah satu indikator utama tingkat kesejahteraan umum

ialah prevalensi jumlah penduduk miskin. Salah satu prestasi luar biasa

pembangunan Indonesia ialah keberhasilannya dalam menurunkan jumlah penduduk

miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan. Pada masa pemerintahan Orde Baru,

jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun tajam dari 44,2 juta orang atau 40,4

persen pada tahun 1978 menjadi 13,3 persen atau 15,3 juta orang pada tahun 1996,

sementara di perkotaan menurun dari 38,8 persen atau 10,0 juta orang pada tahun

1978 menjadi 9,7 persen atau 7,2 juta orang. Krisis multi dimensi telah menyebabkan

jumlah penduduk miskin pada tahun 1998 melonjak menjadi 26 persen atau sekitar

32 juta orang di pedesaan dan 22 persen atau hampir 18 juta orang. Namun pada

tahun 2002, jumlah penduduk miskin telah menurun drastis menjadi 21,1 persen atau

25 juta orang di pedesaan dan 14,5 persen atau 13 juta orang di perkotaan.

Berdasarkan data prevalensi kemiskinan, dapat disimpulkan bahwa pada

periode tahun 2000-2002 kesejehtaraan penduduk pedesaan maupun perkotaan

jauh lebih baik dari pada periode tahun 1998-1999 (masa krisis), dan sudah

Page 12: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

508

mendekati keadaan tahun 1996. Berbagai penelitian, termasuk oleh lembaga

penelitian independen, konsisten menyimpulkan bahwa yang paling berkontribusi

dalam penurunan jumlah penduduk miskin, baik di desa maupun di kota ialah

pertumbuhan sektor pertanian. Salah satu studi menunjukkan bahwa kontribusi

pertumbuhan sektor pertanian dalam menurunkan total jumlah penduduk miskin

mencapai 66 persen, dengan rincian 74 persen di pedesaan dan 55 persen di

perkotaan. Dengan demikian, penurunan signifikan jumlah penduduk miskin atau

peningkatan kesejahteraan umum selama periode tahun 1998-2002 terutama

merupakan kontribusi dari hasil pembangunan sektor pertanian.

Walaupun sesungguhnya kurang valid, variabel lain yang kerap digunakan

pengamat di Indonesia sebagai indikator kesejahteraan petani ialah indeks nilai tukar

petani (NTP), yakni indeks rasio harga yang diterima dengan harga yang dibayar

rumah tangga tani. Setelah anjlok sejak tahun 1998 hingga tahun 2000, nilai tukar

petani secara nasional menunjukkan perbaikan signifikan pada tahun 2001 dan terus

meningkat hingga tahun 2003. Nilai tukar petani pada tahun 2003 telah jauh

melampaui titik tertinggi pada masa Orde Baru (tahun 1995).

Namun patut dicatat bahwa perbaikan NTP tersebut tidak merata antar

wilayah. Perbaikan NTP di Jawa lebih awal dan lebih cepat dibandingkan dengan di

luar Jawa. Di pulau Jawa, perbaikan NTP terjadi sejak tahun 2001 dengan laju rata-

rata 5,07 persen per tahun selama periode tahun 2001-2003. Sedangkan di luar

Jawa perbaikan NTP baru terjadi pada tahun 2002 dengan laju rata-rata 2,90 persen

per tahun pada periode tahun 2001-2003. Perbaikan kesejahteraan petani di Jawa

lebih awal dan lebih besar daripada di luar Jawa.

D. Ketahanan Pangan Nasional

Selama periode tahun 2000-2003, Indonesia tidak pernah mengalami

masalah kekurangan ketersediaan pangan. Berdasarkan perhitungan rasio impor

beberapa bahan pangan penting terhadap total penyediaan pangan menunjukkan

bahwa ketergantungan impor dalam bentuk kalori per jenis bahan pangan terhadap

total penyediaan kalori, secara umum relatif kecil. Pada tahun 2003, ketergantungan

terhadap impor (kalori) yang berasal dari bahan pangan, berkisar antara 0 persen

pada daging ayam, telur, ubi jalar, dan ubikayu hingga 2,2 persen pada beras. Angka

ketergantungan yang relatif tinggi adalah gula 1,69 persen, kedelai 1,51 persen, dan

jagung 1,25 persen. Perkembangan ketergantungan tersebut berfluktuasi, namun

Page 13: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

509

cenderung menurun. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa

ketahanan pangan nasional semakin mantap. Kekhawatiran sebagian pihak bahwa

Indonesia semakin terancam terperosok ke dalam perangkap ketergantungan impor

pangan tidak didukung oleh data yang ada.

Selama periode 2000-2003, aksesibilitas masyarakat terhadap pangan juga

semakin baik sebagai hasil perpaduan dari peningkatan pendapatan dan penurunan

harga riil bahan pangan. Dibandingkan dengan periode krisis tahun 1998-1999 harga

harga riil beras telah menurun tajam dan semakin stabil. Secara umum, harga riil

bahan makanan cenderung menurun dan semakin stabil sehingga ketahanan

pangan nasional semakin mantap. Membaiknya indikator ketahanan pangan makro

(nasional) juga diikuti oleh perbaikan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Setelah menurun cukup signifikan dari 2002 kalori/kapita/hari pada tahun 1996

menjadi 1852 kalori/kapita/hari pada tahun 1999, asupan energi pada tahun 2002

meningkat cukup signifikan menjadi 1986 kalori/kapita/hari. Fenomena yang sama

berlaku untuk asupan protein. Setelah menurun dari 54,41 gram/kapita/hari pada

tahun 1996 menjadi 48,67 gram/kapita/hari pada tahun 1999, asupan protein

meningkat menjadi 54,42 gram/kapita/hari pada tahun 2002. Asupan protein pada

tahun 2002 sudah di atas norma kebutuhan dan praktis sama seperti pada tahun

1996 (sebelum krisis).

E. Kesempatan Kerja

Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah defisit

neraca pembayaran (balance of payment) dan pengangguran kronis. Kebijakan yang

paling superior untuk mengatasi masalah tersebut adalah meningkatkan penerimaan

devisa melalui ekspor karena kebijakan tersebut mampu mengatasi defisit neraca

pembayaran sekaligus mampu pula menurunkan pengangguran. Kebijakan

ekspansif melalui peningkatan output justru akan menambah defisit neraca

pembayaran dan sebaliknya kebijakan kontraktif akan gagal mengatasi

pengangguran.

Seiring dengan perbaikan ekonomi nasional, kemampuan penyerapan tenaga

kerja sektor Pertanian mengalami peningkatan yang cukup mengesankan dari 37,35

juta orang per tahun sebelum masa krisis (1992-1997) menjadi 40,35 juta orang per

tahun pada masa pemulihan (2000-2002). Peningkatan kemampuan penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian terutama terjadi pada tenaga kerja yang bekerja

Page 14: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

510

penuh. Ini merupakan bukti tak terbantahkan bahwa sektor Pertanian sudah lepas

dari cengkraman krisis ekonomi sejak tahun 2000 dan sektor Pertanian masih

menjadi andalan penyerapan kesempatan kerja nasional.

Kemampuan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tersebut adalah

sekitar 40 persen angkatan kerja nasional hanya berasal dari kegiatan sektor

pertanian primer, belum termasuk sektor sekunder dan tersier sepanjang vertikal

sistem dan usaha agribisnis. Apabila tenaga kerja yang terserap pada sektor

sekunder dan tersiernya, maka kemampuan sektor pertanian tentu akan lebih besar

lagi. Walaupun kemampuan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

nasional sangat besar, namun di sisi lain justru menjadi beban bagi sektor Pertanian

dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Oleh karena itu, Departemen

Pertanian perlu mengupayakan semaksimal mungkin menciptakan nilai tambah di

luar kegiatan pertanian primer yang mampu dinikmati oleh rumah tangga tani.

F. Neraca Perdagangan

Peningkatan penerimaan devisa negara melalui ekspor merupakan suatu

yang amat penting untuk mengatasi masalah defisit neraca pembayaran. Kinerja

neraca perdagangan (balance of trade) komoditas pertanian mengalami peningkatan

secara konsisten selama periode 1993 - 2002. Nilai ekspor komoditas pertanian

selama periode sebelum krisis ekonomi (1993-1997) sebesar US$ 5.166 juta

meningkat menjadi US$ 5.596 juta pada periode 1998-1999 dan meningkat lagi

mejadi US$ 5.676 juta. Sedangkan nilai impor komoditas pertanian sebelum krisis

ekonomi tidak banyak mengalami perubahan berarti dibanding masa pemulihan

ekonomi. Hal tersebut menyebabkan neraca perdagangan komoditas pertanian

mengalami surplus dan cenderung meningkat. Kalau pada periode sebelum krisis

ekonomi (1993-1997) neraca perdagangan sebesar US$ 2.243 juta, maka pada

periode 1998-1999 meningkat menjadi US$ 2.509 juta dan pada periode 2000 - 2002

meningkat lagi menjadi US$ 2.710.

Surplus neraca perdagangan di atas bukan semata-mata disebabkan oleh

penekanan impor tetapi lebih disebabkan oleh peningkatan ekspor. Surplus tersebut

merupakan kontribusi sektor pertanian dalam perbaikan neraca pembayaran. Fakta-

fakta tersebut merupakan bukti tak terbantahkan, bahwa selain sektor pertanian

mampu mengatasi masalah pengangguran nasional, sektor pertanian juga mampu

memberikan kontribusi pada perbaikan neraca pembayaran. Fakta tersebut juga

Page 15: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

511

merupakan bukti bahwa daya saing komoditas pertanian di pasar internasional

sudah mulai mengalami perbaikan secara konsisten sejak periode 2000 - 2002.

III. SASARAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

JANGKA PANJANG 2025

Walaupun selama periode 2000-2003 pembangunan pertanian telah berhasil

meletakkan kembali landasan pembangunannnya, namun dalam lima tahun ke

depan masih banyak masalah yang dihadapi pembangunan pertanian terutama

berkaitan dengan ketahanan pangan dan kemiskinan. Diperkirakan masalah-

masalah tersebut dapat dipecahkan secara tuntas dalam 10 tahun ke depan dan

dalam 10 tahun setelah itu pembangunan pertanian diarahkan untuk memantapkan

kemandirian ketahanan pangan dan penyelesaian konstruksi pembangunan wilayah

miskin, sehingga diharapkan dalam 20 tahun ke depan sektor pertanian menjadi

basis perekonomian nasional.

A. Visi Pertanian 2025

Visi Pertanian tahun 2025 adalah tercapainya pertanian tangguh yang

dicirikan oleh kemandirian ekonomi nasional yang berbasis pada sektor pertanian,

kemandirian pangan dan hapusnya kemiskinan di wilayah pedesaaan.

1. Kemandirian Ekonomi

Tercapainya kemandirian ekonomi nasional berarti bahwa basis produksi

akan makin bertumpu pada kekuatan atau sumberdaya domestik (sumberdaya alam,

sumberdaya manusia dan sumberdaya modal). Oleh karena sektor pertanian

berbasis pada sumberdaya domestik, maka kemandirian ekonomi nasional dapat

diartikan bahwa struktur ekonomi nasional lebih berbasis pada sektor pertanian.

2. Kemandirian Pangan

Tercapainya kemandirian pangan berarti terpenuhinya kebutuhan kalori dan

protein berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) untuk seluruh penduduk Indonesia

yang berasal dari produksi sendiri tanpa bergantung pada sumber-sumber pangan

dari luar negeri, utamanya beras, gula, jagung, kedelai, daging ayam dan daging

sapi.

Page 16: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

512

3. Hapusnya Kemiskinan di Wilayah Pedesaan

Hapusnya kemiskinan di wilayah pedesaan berarti bahwa selama periode

2005-2025 ke depan terjadi penurunan secara signifikan jumlah penduduk di

wilayah pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan (menurut kriteria Bank

Dunia adalah penduduk yang pendapatan lebih kecil 1 dolar AS per kapita per hari).

B. Sasaran Jangka Panjang

1. Indikator Makro

PDB pertanian pada tahun 2025 ditargetkan akan mencapai Rp 649,2 triliun,

yang terdiri dari subsektor pangan Rp 179,3 triliun, subsektor hortikultura Rp 157,6

triliun, subsektor perkebunan Rp 168,9 triliun dan subsektor peternakan Rp 143,4

triliun (Tabel 1). Investasi di bidang pertanian akan naik menjadi Rp 33,8 triliun, yang

terdiri dari subsektor pangan Rp 3,5 triliun, subsektor hortikultura Rp 6,1 triliun,

subsektor perkebunan Rp 18,1 triliun dan subsektor peternakan Rp 6,1 triliun.

Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian akan meningkat menjadi 61,4

juta orang, yang terdiri dari subsektor tanaman 10,7 juta orang (turun dibanding

2009), subsektor hortikultura 13,1 juta orang, subsektor perkebunan 27,9 juta orang

dan subsektor peternakan 9,8 juta orang. Pendapatan petani per kapita per tahun

untuk subsektor pangan akan meningkat menjadi Rp 13,1 juta, subsektor hortikultura

Rp 12 juta, subsektor perkebunan Rp 10,5 juta dan subsektor peternakan Rp 14,7

juta. Jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan ditargetkan akan turun dari

16,87% pada tahun 2009 menjadi 6,52% pada tahun 2025.

2. Indikator Produksi

Produksi komoditas pertanian utama pada tahun 2025 ditargetkan akan

meningkat (Tabel 2). Untuk komoditas pangan adalah : beras 38,3 juta ton, jagung

16,1 juta ton, kedelai 2,8 juta ton, kacang tanah 2,1 juta ton, ubi kayu 39,1 juta ton

dan ubi jalar 4,2 juta ton. Untuk komoditas sayuran adalah : bawang merah 1,8 juta

ton, kentang 2,0 juta ton, kubis 2,8 juta ton, tomat 2,2 juta ton dan cabe 0,5 juta ton.

Untuk komoditas buah-buahan adalah : alpukat 0,5 juta ton, pisang 10,9 juta ton,

mangga 1,6 juta ton, jeruk 1,6 juta ton dan pepaya 1 juta ton. Untuk komoditas

perkebunan adalah : kelapa sawit 68 juta ton, karet 5,3 juta ton, kopi 1 juta ton,

kakao 2,2 juta ton, teh 0,3 juta ton dan gula tebu 3,3 juta ton. Untuk komoditas

peternakan adalah : daging sapi 0,6 juta ton, daging ayam 2,2 juta ton, telur 4,2 juta

ton dan susu 3,5 juta ton.

Page 17: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

513

C. Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Sektor pertanian, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia,

sangat penting dalam pembentukan struktur perekonomian nasional yang kokoh

berbasis pada sumberdaya domestik dan lentur terhadap gangguan eksternal.

Sektor pertanian tidak hanya berperan dalam akselerasi perekonomian pedesaan

yang berbasis pada pertanian tetapi juga berperan dalam akselerasi perekonomian

perkotaan yang berbasis pada sektor industri (non pertanian). Dengan demikian

tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sektor pertanian sangat berperan dalam akselerasi

perekonomian nasional. Secara rinci ada enam peran vital sektor pertanian dalam

perekonomian nasional yaitu sebagai berikut.

1. Sebagai Sumber Pendapatan dan Kesempatan Kerja bagi Penduduk

Pedesaan

Sektor pertanian merupakan tumpuan hidup bagi sebagian besar penduduk

Indonesia, dimana hampir setengah dari angkatan kerja di Indonesia bekerja di

sektor ini. Oleh karena itu, upaya menghapus kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan ekonomi seluruh rakyat Indonesia akan lebih efektif jika dilakukan

melalui pembangunan pertanian.

2. Sebagai Penghasil Pangan bagi Penduduk yang Jumlahnya Terus

Bertambah

Sektor pertanian merupakan penghasil bahan makanan pokok, dimana

ketahanan pangan merupakan prakondisi utama bagi tercapainya ketahanan

ekonomi dan politik. Dalam kondisi perekonomian global dan domestik yang belum

stabil, ketahanan pangan yang paling mantap adalah melalui pencapaian

swasembada pangan. Oleh karena itu, peningkatan produksi pangan untuk

mewujudkan, memulihkan dan mempertahankan swasembada merupakan upaya

strategis untuk memantapkan ketahanan pangan yang merupakan pilar utama

ketahanan nasional.

3. Sebagai Pemacu Proses Industrialisasi

Kegiatan agroindustri, yang merupakan bagian integral dari sektor pertanian,

mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi, terutama di wilayah

pedesaan. Efek agroindustri tidak hanya mentransformasikan produk primer menjadi

produk olahan, tetapi juga mentransformasikan budaya kerja dari agraris-tradisional

Page 18: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

514

yang menciptakan nilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial-modern yang

menciptakan nilai tambah tinggi. Dengan demikian, perekonomian menjadi makin

efisien dengan produktifitas makin tinggi.

4. Sebagai Penyumbang Devisa Negara

Sektor pertanian merupakan penyumbang devisa relatif besar. Oleh karena

produksinya berbasis pada sumberdaya domestik, maka ekspor produk pertanian

relatif lebih tangguh dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia. Devisa asal

pertanian disamping dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang modal

(peralatan, mesin-mesin, dan lain-lain) yang diperlukan untuk kegiatan produktif, juga

dapat mendukung perbaikan neraca pembayaran (balance of payment).

5. Sebagai Pasar bagi Produk dan Jasa Sektor Non-Pertanian

Sektor pertanian berikut masyarakat pedesaan merupakan pasar yang

sangat besar bagi produk dan jasa sektor non-pertanian melalui kaitan ke belakang

dan kedepan. Produksi pupuk, pestisida, alsintan dan jasa-jasa akan makin

berkembang dengan berkembangnya kegiatan pertanian. Demikian pula produksi

barang dan jasa untuk konsumsi seperti pakaian, perumahan, perabotan rumah

tangga, barang-barang elektronik, listrik, pendidikan, kesehatan, perhubungan dan

perdagangan akan meningkat jika pendapatan petani yang sebagian berasal dari

pertaian meningkat. Dengan demikian, ekonomi nasional secara keseluruhan akan

tertarik dan terdorong untuk tumbuh lebih cepat.

IV. STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2005 – 2009

A. Perubahan Lingkungan Strategis Sektor Pertanian

Lingkungan strategis pada tingkat internasional yang paling dominan dalam

mendorong perubahan struktur perekonomian dan tatanan masyarakat dunia di masa

mendatang yang mempengaruhi arah dan sasaran penelitian dan pengembangan di

bidang pertanian ialah: (a) liberalisasi pasar global dan ketidakadilan perdagangan

internacional; (b) perubahan sistem dan manajemen produksi; (c) perhatian pada

perwujudan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan (Millenium

Development Goals); dan (d) kemajuan pesat dalam penemuan dan pemanfaatan

teknologi tinggi. Dilain pihak, lingkungan strategis tingkat nasional yang dominan

mempengaruhi perubahan struktur perekonomian dan tatanan masyarakat Indonesia

Page 19: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

515

serta diperkirakan sangat berpengaruh terhadap arah dan sasaran penelitian dan

pengembangan pertanian di masa mendatang adalah: (a) penduduk dan pola

permintaan pangan dan bahan baku; (b) kelangkaan dan degradasi kualitas SDA

(lahan, air); (c) karakteristik Pertanian dan pedesaan Indonesia; (d) manajemen

pembangunan : otonomi daerah dan partisipasi masyarakat; dan (e) perkembangan

IPTEK Nasional. Berbagai faktor tersebut perlu dicermati dalam menyusun kebijakan

pembangunan pertanian di masa mendatang .

A.1. Internasional

a. Liberalisasi Pasar Global dan Ketidakadilan Perdagangan Internacional

a.1. Ketimpangan Antar Kawasan Ekonomi

Kesadaran akan manfaat peranan perdagangan internasional bagi

kesejahteraan penduduknya mendorong sejumlah negara bertetangga membentuk

organisasi kerja sama ekonomi regional yang memiliki kepentingan untuk

membangun kekuatan ekonomi bersama. Beberapa kerjasama ekonomi negara

yang menonjol yaitu North American Free Trade Area (NAFTA), European Union

(EU), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan yang lebih luas lagi Asia Pasific

Economic Cooperation (APEC). Melalui integrasi ekonomi, diharapkan hambatan-

hambatan perdagangan (trade barriers), baik yang bersifat tariff barrier maupun non

tariff barrier, yang mungkin ada di antara sesama negara anggota dapat dikurangi

atau bahkan dihilangkan, sehingga lalu lintas atau mobilitas perdagangan barang

dan jasa serta investasi antar negara di dalam suatu kawasan menjadi semakin

lancar (borderless).

Pembentukan ekonomi kawasan ini patut mendapat perhatian karena akan

dapat menimbulkan ketimpangan ekonomi baru yang bukan lagi dalam hubungan

antar negara namun dalam cakupan yang lebih luas lagi yaitu antar

kawasan/regional. Ketimpangan antar kawasan ini dapat terjadi karena adanya

proses pematangan kawasan ekonomi yang berbeda satu dengan lainnya. Salah

satu kawasan ekonomi yang diperkirakan akan sangat kuat adalah Uni Eropa

(European Union). Kawasan ini sudah mencapai suatu tahapan penyatuan mata

uang (mata uang tunggal Euro), yaitu suatu tahapan yang paling maju dalam

implementasi integrasi ekonomi. Kondisi ini akan semakin menyulitkan ekspor

produk pertanian Indonesia dan negara-negara lain di luar Eropa, karena sudah pasti

akan mendapat perlakukan yang berbeda (peraturan ekspor-impor yang sangat

ketat) dengan negara-negara yang berada di kawasan yang sama. Untuk

menghadapi masalah ini, Indonesia harus mulai mengembangkan produk pertanian

Page 20: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

516

olahan dan mengutamakan pangsa pasar dalam negeri yang potensinya juga sangat

besar.

a.2. Ketidakadilan Pasar (Unfair Trade)

Sebagai konsekuensi dari negara yang turut meratifikasi perjanjian General

on Tariff and Trade dan World Trade Organization (GATT/WTO), Indonesia sejak

krisis ekonomi tahun 1998 telah mengurangi seluruh tarif bea masuk komoditi

pertanian dan menghapus semua subsidi kepada petani, kecuali Harga Dasar

Pembelian Pemerintah untuk gabah/beras. Komitmen menghilangkan kebijakan

ekonomi dan perdagangan yang dapat menimbulkan distortif pasar ternyata tidak

dilaksanakan oleh semua negara, sehingga petani Indonesia dihadapkan pada

persaingan yang tidak adil dengan petani dari negara lain yang dengan mudah

mendapat perlindungan tarif dan non tarif serta subsidi langsung dan tidak langsung.

Oleh karena itu, ke depan pemerintah masih harus menerapkan kebijakan proteksi

sekaligus promosi terhadap produk-produk pertanian strategis, seperti beras dan

gula. Kebijakan proteksi yang dapat dilakukan antara lain penetapan tarif impor dan

pengaturan impor, sedangkan untuk kebijakan promosi pemerintah dapat

memberikan subsidi sarana produksi, subsidi harga output maupun subsidi bunga

kredit untuk modal usahatani.

b. Perubahan Sistem dan Manajemen Produksi

Pada awal abad XXI diperkirakan akan terjadi perubahan radikal dalam

struktur pasar dan kesempatan kerja yang berimplikasi pada pembentukan pasar

baru, yaitu : (1) pada saat itu, kebutuhan dasar manusia telah tercukupi dan selera

manusia bergeser pada kebutuhan sekunder dan tersier, sehingga kecenderungan

ke depan, pasar jasa akan berkembang lebih cepat dibanding pasar barang; (2)

pendapatan masyarakat makin tinggi dan lebih mengutamakan aktualisasi

kepuasannya, sehingga segmentasi pasar makin mengarah pada kelompok individu

yang makin kecil; dan (3) terjadi pergeseran permintaan antar individu dalam pasar

barang dan jasa yang sama.

Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan untuk memperoleh pangsa

pasar, para pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasokan

(Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para pelaku dari semua

segmen rantai pasokan secara vertikal ke dalam usaha bersama berlandaskan

kesepakatan dan standarisasi proses dan produk yang bersifat spesifik untuk setiap

rantai pasokan. Kunci daya saing produk antar rantai pasokan itu adalah efisiensi

Page 21: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

517

pada setiap segmen rantai pasokan dan keterkaitan fungsional antar segmen dalam

memelihara konsistensi setiap pelaku dalam memenuhi kesepakatan dan standar

yang digunakan. Untuk menciptakan hal tersebut diperlukan selain integrasi vertikal

antar segmen rantai pasokan juga integrasi horizontal antar pelaku dalam satu

segmen, misalnya integrasi diantara para produsen, diantara para distributor, dan

diantara para pengumpul di dalam satu rantai pasokan yang sama.

Kesepakatan internasional tentang perlindungan terhadap hak atas kekayaan

intelektual (HaKI) melarang perusahaan domestik untuk meniru teknologi dan merek

dagang yang telah dipasarkan oleh perusahaan asing. Hal ini akan mendorong

komersialisasi HaKI secara global. Perusahaan domestik yang menggunakan HaKI dan

merek dagang asing harus membayar royalti berdasarkan kesepakatan bersama.

Sebagai implikasinya, perusahaan-perusahaan multinasional akan merambah ke pasar

domestik baik melalui investasi langsung maupun melalui kemitraan rantai-usaha

(franchising), maupun dalam bentuk sewa-menyewa merek dagang. Usaha franchising

dan sewa merek dagang dalam bidang produksi barang-barang konsumsi domestik,

seperti ayam goreng dan hamburger, akan meningkatkan perubahan pola konsumsi

dan menimbulkan persaingan ketat dengan produk asli nasional. Mekanisme ini juga

merupakan salah satu wahana baru bagi perusahaan multinasional untuk menguasai

atau mengendalikan sektor agribisnis Indonesia. Disamping mengandung aspek

negatif, franchising dan sewa merek dagang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

daya saing dan perluasan pangsa pasar produk-produk pertanian, yang berarti

berdampak positif bagi perkembangan agribisnis di dalam negeri.

c. Perhatian pada Perwujudan Ketahanan Pangan dan Pengentasan

Kemiskinan (Millenium Development Goals)

Pada tahun 1996, melalui pertemuan World Food Summit (WFS), dunia telah

bersepakat untuk mewujudkan ketahanan pangan bagi setiap orang dan

menghapuskan penduduk yang kelaparan di seluruh negara. Sasaran kuantitatifnya

adalah mengurangi jumlah penduduk rawan pangan menjadi setengahnya paling

lambat tahun 2015. karena jumlah rawan pangan di dunia tahun 1996 diperkirakan

sekitar 800 juta jiwa, maka sasaran pengurangannya sebesar 400 juta jiwa selama

20 tahun, atau rata-rata 20 juta jiwa per tahun. Pada tahun 2002, melalui pertemuan

yang sama di Roma, dunia kembali mempertegas dan memperbarui tekad komitmen

global yang dibuat dalam Deklarasi Roma 1996. Karena kinerja pencapaian sasaran

dalam lima tahun pertama tidak memuaskan, maka pertemuan WFS 2002

memutuskan untuk meningkatkan sasaran pengurangan penduduk rawan pangan

sejak tahun 2002 menjadi rata-rata sekitar 22 juta jiwa per tahun.

Page 22: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

518

Salah satu komitmen penting dalam Deklarasi Roma 2002 adalah penegasan

pentingnya pembangunan pertanian dan pedesaan dalam mengikis kelaparan dan

kemiskinan. Dunia menyadari bahwa pembangunan pertanian dan pedesaan

mempunyai peran kunci dalam pemantapan ketahanan pangan, karena 70 persen

penduduk miskin dunia hidup di pedesaan dan mengandalkan sumber

penghidupannya dari sektor pertanian. Gambaran kondisi ini ternyata sangat relevan

dengan Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada

puncak krisis ekonomi tahun 1998, jumlah penduduk miskin hampir mencapai 50 juta

jiwa dan sekitar 64,4 persen tinggal di pedesaan. Pada tahun 1999, saat ekonomi

menuju pemulihan, jumlah penduduk miskin turun menjadi sekitar 37 juta jiwa dan

sekitar 66,8 persen tinggal di pedesaan. Oleh karena itu, tepat sekali argumen yang

menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan dan pengikisan kelaparan hanya dapat

dilakukan melalui pembangunan pertanian dan pedesaan yang berkelanjutan, yang

dapat meningkatkan produktivitas pertanian, produksi pangan dan daya beli

masyarakat.

d. Kemajuan Pesat dalam Penemuan dan Pemanfaatan Teknologi Tinggi

Kemajuan pesat terjadi di bidang bioteknologi tanaman dan hewan yang

didukung dengan kemajuan ilmu biologi molekuler dan berbagai ilmu pendukungnya.

Pemetaan genom berbagai organisme, keberhasilan transformasi dan regenerasi

organisme hasil rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO) membuka

peluang bagi pengembangan industri berbasis sumberdaya hayati. Penggunaan

GMO dalam kaitan dengan keamanan pangan dan keamanan hayati masih

kontroversial. Tiadanya pengetahuan konseptual dan empiris yang kuat dan

meyakinkan menghasilkan sikap ragu-ragu dari penentu kebijakan terhadap GMO.

Maka negara-negara di dunia menempuh kebijakan permissive policy atau

precautionary policy terhadap penggunaan GMO. Situasi yang kontroversial tersebut

menyulitkan posisi negara-negara berkembang, berupa tekanan dari negara-negara

donor, organisasi dan perusahaan swasta multinasional.

Di bidang alat dan mesin pertanian, dalam menghadapi persaingan telah

dikembangkan alat dan mesin untuk budidaya yang telah mencapai tingkat

penggunaan robot. Di bidang pasca panen telah dikembangkan teknologi tinggi

seperti penginderaan mutu produk tanpa merusak produk tersebut dengan

menggunakan image analyzer untuk produk pertanian bernilai komersial tinggi.

Ekspansi cepat dari penggunaan satelit dalam pengumpulan data, termasuk

Geographical Information System (GIS), dapat digunakan dalam penelitian tata

Page 23: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

519

ruang kaitannya dengan produksi dan distribusi komoditas pertanian, pengelolaan

sumberdaya alam (SDA) dan pengentasan kemiskinan.

Secara umum posisi status teknologi Indonesia pada beberapa komoditas

pertanian masih relatif tertinggal dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN.

Untuk padi dan unggas Indonesia lebih unggul dibanding dengan negara-negara di

Asia Tenggara maupun Asia Tengah. Namun demikian untuk komoditas perkebunan

relatif tertinggal dari Malaysia dan hortikultura tertinggal dari Thailand. Untuk produk

olahan pangan, produk Indonesia relatif tertinggal dibanding dengan Thailand dan

Vietnam. Hal tersebut karena adanya perhatian pemerintah yang bersangkutan yang

lebih konsisten dalam membangun rantai agribisnis komoditas dari hulu ke hilir

sampai dengan kemudahan dalam pemasaran produk segar maupun olahannya.

A.2. Nasional

a. Penduduk dan Pola Permintaan Pangan dan Bahan Baku

Dinamika penduduk Indonesia ditinjau dari kualitas, pasar tenga kerja, tingkat

pendidikan, mobilitas, dan aspek gender tentu akan sangat berpengaruh terhadap

keragaan pembangunan pertanian di masa mendatang. Dalam kaitan ini paling tidak

ada 3 (tiga) aspek yang perlu mendapat perhatian lebih yaitu: (a) meningkatnya

permintaan terhadap produk-produk pertanian, baik dalam jumlah kualitas, dan

keragamannya, (b) meningkatnya ketersediaan tenaga kerja, dan (c) meningkatnya

tekanan permintaan terhadap lahan untuk penggunaan non-pertanian (pemukiman,

tapak industri, infrastruktur ekonomi). Meningkatnya permintaan terhadap produk-

produk pertanian dapat dipandang sebagai suatu peluang sekaligus sebagai tantangan

pembangunan pertanian. Peningkatan permintaan mengandung arti tersedianya pasar

bagi produk-produk pertanian. Di sisi lain, peningkatan permintaan produk permintaan

akan menimbulkan tekanan yang lebih besar untuk memacu peningkatan produksi.

Walau melimpahnya ketersediaan tenaga kerja di pedesaan kondusif bagi

pertumbuhan sektor pertanian, namun di sisi lain merupakan beban bagi sektor

pertanian karena pendapatan buruh tani dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian

semakin sulit ditingkatkan. Selain itu, melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian

justru menciptakan persoalan baru yaitu terjadinya fragmentasi lahan dan

menurunnya luas penguasaan lahan per rumah tangga yang akan melahirkan lebih

banyak kemiskinan di sektor pertanian untuk masa yang akan datang. Sebagai

akibatnya ialah penduduk miskin di sekor pertanian akan melimpah pula. Diperkirakan

dalam jangka waktu 10 tahun ke depan penduduk pedesaan mencapai 131 juta

sedikit lebih rendah dibanding penduduk perkotaan yang mencapai 133 juta.

Kesenjangan perekonomian pedesaan dan perkotaan masih tetap tinggi, sehingga

Page 24: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

520

penduduk miskin di pedesaan tetap lebih banyak dibanding perkotaan. Perkiraan ini

menunjukkan perlunya pergeseran nyata dalam hal penanganan masalah

kemiskinan, ketidaktahanan pangan dan malnutrisi dari pedesaan. Kondisi ini

memberikan pemahaman kepada kita bahwa penanganan masalah kemiskinan dan

ketahanan pangan dalam lima tahun ke depan tetap menjadi prioritas utama.

b. Kelangkaan dan Degradasi Kualitas SDA (Lahan, Air)

Ada dua permasalahan mendasar yang dihadapi pemerintah berkaitan

dengan masalah konversi lahan. Pertama, sangat timpangnya land rent antar

wilayah (Jawa vs Luar Jawa; kota vs desa; sawah vs lahan kering), yang

menyebabkan konversi lahan pertanian menjadi terkonsentrasi di Jawa, di lahan

sawah dan di perkotaan. Kedua, tingginya laju urbanisasi. Meningkatnya permintaan

lahan akibat pertumbuhan penduduk selain menyebabkan penurunan luas baku

lahan pertanian juga meningkatnya intensisitas usahatani di daerah airan sungai

(DAS) hulu. Penurunan luas baku lahan pertanian, khususnya lahan sawah, yang

telah berlangsung sejak paruh kedua dekade 1980-an, saat ini cenderung semakin

besar seiring dengan peningkatan konversi ke non pertanian, khususnya di pulau

Jawa. Pada beberapa tahun terakhir, luas baku lahan sawah di luar Jawa juga telah

mengalami penurunan pula.

Dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan pangan juga meningkat. Untuk

memenuhi kebutuhan pangan telah dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan

pertanian pangan. Salah satu dampak dari ekstensifikasi antara lain adalah

penggundulan hutan. Luas hutan Indonesia menurun dari 65 persen dari total

dataran pada tahun 1985 menjadi hanya 47 persen pada tahun 2000. Namun di

Pulau Jawa, konversi lahan sawah irigasi menjadi pemukiman dan tapak industri

terus berlangsung dengan akselerasi yang makin meningkat. Dampak dari

penggundulan hutan dan konversi lahan tersebut antara lain berubahnya iklim secara

global, erosi, banjir dan kekeringan.

Penurunan luas baku sawah di daerah hilir pada kondisi jumlah petani tetap

bahkan bertambah mendorong peningkatan intensitas usahatani di daerah hulu yang

berakibat pada penurunan kualitas DAS. Penurunan kualitas DAS menyebabkan

efisiensi saluran irigasi menurun dan saat ini penurunan efisiensi saluran irigasi

tersebut makin bertambah karena kurangnya pemeliharaan dan rehabilitasi yang

disebabkan terbatasnya dana pemerintah. Penurunan efisiensi saluran irigasi

menyebabkan melambatnya perkembangan produktivitas pangan di lahan sawah.

Perpaduan antara penurunan luas baku lahan dan efisiensi saluran irigasi

menyebabkan kapasitas produksi pangan nasional mengalami penurunan.

Page 25: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

521

c. Karakteristik Pertanian dan Pedesaan Indonesia

Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga petani

gurem (kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar) meningkat dari 10,9 juta RT pada

tahun 1993 menjadi 13,7 juta RT pada tahun 2003. Dengan pemilikan lahan rata-rata

kurang dari 0,5 hektar dan tanpa adanya manajemen pengelolaan lahan yang

memungkinkan tercapainya skala usaha, akan mengakibatkan usahatani menjadi

kurang menarik secara ekonomis, karena tidak dapat memberikan jaminan sebagai

sumber pendapatan yang mampu memberikan penghidupan yang layak.

Fragmentasi lahan telah mengakibatkan inefisiensi yang tinggi dalam

usahatani dan kegiatan ekonomi terkait di sektor hilirnya. Dalam hal ini, tantangan

yang dihadapi adalah menciptakan sistem kelembagaan pengelolaan lahan yang

mampu menjamin petani memenuhi skala usaha yang efisien dalam menghasilkan

produk-produk unggulan guna meningkatkan pendapatan dan taraf hidup mereka.

Dalam jangka panjang tantangannya adalah bagaimana menciptakan situasi

kondusif agar terjadi konsolidasi penguasaan dan pengusahaan lahan oleh petani

atau kelompok tani.

Prakiraan profil pedesaan Indonesia menjelang 2020 adalah adanya

pertumbuhan pendapatan dengan laju 6 persen per tahun di tingkat nasional dan

regional, peningkatan dua kali lipat PDB pertanian (4,5% per tahun), penurunan

separuhnya tingkat kemiskinan, penurunan separuhnya anak balita kekurangan gizi,

90 persen masyarakat pedesaan mendapat pelayanan air bersih, 80 persen

masyarakat mendapat penyempurnaan sanitasi lingkungan, semua anak-anak desa

memperoleh pendidikan dasar, 75 persen anak-anak desa memperoleh pendidikan

menengah termasuk anak perempuan, dan 90 persen angkatan kerja memperoleh

kesempatan kerja produktif. Pada tingkat masyarakat pedesaan, sebagian besar

masyarakat aktif dan berpartisipasi aktif pada kegiatan produktif pertanian dan non-

pertanian, masyarakat pedesaan menyadari dan diberdayakan mengenai hak dan

kewajiban secara bertanggung jawab, dan memiliki kesadaran sosial yang

diwujudkan dalam partisipasinya pada kelembagaan sosial pedesaan dan pada

kelembagaan pemerintahan pedesaan.

Realisasi dari prakiraan profil pedesaan di atas memerlukan kemajuan yang

nyata dari enam bidang prioritas strategi, yang harus diimplementasikan oleh

Departemen Pertanian, bersama dengan Departemen lainnya, pemerintahan dan

aparat daerah, dunia usaha, dan organisasi masyarakat. Keenam prioritas strategi

tersebut terdiri dari : (1) percepatan pemberdayaan sumberdaya manusia dan

kewirausahaan; (2) pemberdayaan kelembagaan modal sosial melalui pemantapan

Page 26: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

522

desentralisasi, kegotong-royongan, dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat;

(3) revitalisasi peningkatan produktivitas pertanian berspektrum luas melalui

penelitian dan pengembangan pertanian serta diversifikasi; (4) mendukung agribisnis

dan sistem usahatani yang kompetitif dan efisien serta pengembangan kawasan

industri terkait yang menguntungkan; (5) pemberdayaan dan penguatan

pertumbuhan dan produktivitas sektor non-pertanian pedesaan; dan (6) memperkuat

pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut harus

didasari oleh kebijakan ekonomi makro yang kokoh.

d. Manajemen Pembangunan : Otonomi Daerah dan Partisipasi Masyarakat

d.1. Otonomi Daerah

Seiring dengan pelaksanaan era otonomi daerah yang telah dimulai sejak

tahun 2001, telah terjadi beberapa perubahan penting yang berkaitan dengan peran

pemerintah pusat dan daerah. Peran pemerintah yang sebelumnya sangat dominan,

saat ini berubah menjadi fasilitator, stimulator atau promotor pembangunan

pertanian. Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah akan lebih

mengandalkan kreativitas rakyat di setiap daerah. Selain itu, proses perumusan

kebijakan juga akan berubah dari pola top down dan sentralistik menjadi pola bottom

up dan desentralistik. Perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan akan

lebih banyak dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya akan

menangani aspek-aspek pembangunan pertanian yang tidak efektif dan efisien

ditangani oleh pemerintah daerah atau menangani aspek-aspek pembangunan

pertanian yang kepentingan beberapa daerah dan nasional. Dengan format lembaga

pemerintah yang demikian maka pengelolaan ketahanan pangan (food security)

akan semakin kompleks. Oleh karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak,

masalah ketahanan pangan nasional mestinya tetap menjadi tanggung jawab

pemerintah pusat. Pemantapan sistem ketahanan pangan merupakan salah satu

tantangan serius di masa mendatang.

d.2. Partisipasi Masyarakat

Tuntutan jaman menghendaki pergeseran peranan masyarakat yang lebih

dominan daripada masyarakat. Dengan demikian, reformasi total menuntut perlunya

segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan

prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama, yaitu credibility,

accountability, dan transparency. Kebijakan pembangunan dirancang secara

Page 27: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

523

transparan dan melalui debat publik, dilaksanakan secara transparan pula dan

diawasi oleh publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas

keberhasilan dari kebijakan tersebut. Dengan begitu, kebijakan pembangunan akan

lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat banyak (demokratis) dan praktek

kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) menjadi semakin sulit dilakukan. Demokratisasi

kebijakan pembangunan dan pencegahan KKN melalui good governance sangat

bermanfaat untuk meminimalkan biaya ekonomi tinggi (high-cost economy) dan

distorsi pasar (monopoli dan monopsoni) akibat kesalahan kebijakan. Dengan

demikian, perekonomian akan lebih efisien dan pertumbuhan kegiatan bisnis

berdasarkan pada keunggulan kompetitif riilnya, bukan karena proteksi atau

dukungan pemerintah.

e. Perkembangan IPTEK Nasional

Sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK yang

dituangkan dalam UU No. 18/2002, menimbulkan paradigma baru bagi penelitian

pengkajian dan pengembangan serta diseminasi hasil-hasil penelitian, karena: (a)

memberikan landasan hukum bagi pertumbuhan kemampuan semua unsur

kelembagaan dalam penguasaan, pemajuan dan pemanfaatan IPTEK, (b)

mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan IPTEK secara lebih efektif, (c)

menggalakkan pembentukan jaringan kerjasama antar semua unsur kelembagaan

IPTEK secara sinergis sehingga kapasitas dan kemampuannya lebih optimal, (d)

mengikat semua pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat untuk

berperan serta secara aktif dalam pengembangan dan pendayagunaan IPTEK.

Paradigma baru yang timbul akibat dari UU No. 18/2002, adalah: a) kerjasama

penelitian dan pengembangan antara lembaga tingkat pusat dan lembaga tingkat

daerah digalakkan, b) kerjasama penelitian dan pengembangan antara lembaga

publik dan lembaga swasta dirangsang, c) kerjasama penelitian dan pengembangan

antara lembaga nasional dan internasional diberi peluang lebih besar.

B. Masalah dan Tantangan

Paling sedikit ada enam tantangan (challenges) yang akan dihadapi dalam

pembangunan pertanian periode 2005 – 2009 mendatang. Tiga tantangan di

antaranya telah menjadi perhatian masyarakat dunia yang dituangkan dalam

Millenium Development Goals yaitu : (1) penurunan proporsi jumlah penduduk miskin

dengan pendapatan kurang dari 1 dolar AS per kapita per hari sebesar 50 persen

selama periode 1990-2015; dan (2) penurunan proporsi jumlah penduduk yang

Page 28: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

524

kelaparan sebesar 50 persen selama periode 1990-2015 dan (3) pengelolaan

lingkungan hidup yang lebih baik.

1. Membangun Pemerintahan yang Baik dan Memposisikan Pertanian sebagai

Sektor Andalan Perekonomian Nasional

Cara penyelengaraan pemerintahan yang baik (good governance) sangat

diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, yaitu : bersih (clean),

berkemampuan (competent), memberikan hasil positif (credible) dan secara publik

dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Pembangunan pertanian akan berhasil

jika diawali dengan cara penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dimana

pemerintah merupakan agen pembangunan yang sangat menentukan keberhasilan

pencapaian sasaran pembangunan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana

membangunan pemerintahan yang bersih, berkemampuan, berhasil dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Disamping itu, politik pertanian kita masih lemah. Walaupun semua

komponen bangsa menyadari akan pentingnnya sektor pertanian dalam memperkuat

struktur perekonomian nasional, perhatian pemerintah dan elit politik belum sebesar

peran sektor pertanian itu sendiri.

2. Mewujudkan Kemandirian Pangan dalam Tatanan Perdagangan Dunia yang

Bebas dan Tidak Adil

Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa,

sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian.

Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan

adalah meningkatnya derajat globalisasi pergangan dunia yang tidak adil. Sebagai

anggota WTO, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling patuh

menjalankan komitmen untuk mewujudkan perdagangan bebas. Indonesia sejak krisis

ekonomi tahun 1998 telah mengurangi seluruh tarif bea masuk komoditi pertanian dan

menghapus semua subsidi kepada petani, kecuali kebijakan Harga Dasar Pembelian

Pemerintah untuk gabah/beras. Namun banyak negara, khususnya negara maju,

ternyata belum/tidak melaksanakan komitmen tersebut dengan baik, sehingga petani

Indonesia dihadapkan pada persaingan tidak adil dengan petani dari negara-negara

lain yang dengan mudah mendapat perlindungan tarif dan non tarif serta subsidi

langsung dan tidak langsung dari pemerintahnya. Serbuan impor beberapa komoditas

pangan utama meningkat, seperti beras, gula, kedelai, jagung dan daging sapi.

Page 29: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

525

Akibatnya komoditas pangan Indonesia kalah bersaing dengan komoditas pangan

negara lain. Kalau ini dibiarkan terus, maka keberlanjutan pertanian pangan akan tidak

terjamin yang berarti jutaan petani pangan akan kehilangan mata pencaharian.

Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan

dengan produksi pangan yaitu : (1) upaya meningkatkan kesejahteraan dan

mengurangi jumlah petani gurem, sementara pada saat bersamaan muncul gejala

pelambatan produktivitas dan penurunan nilai tukar petani; (2) upaya

mempertahankan momentum pertumbuhan tinggi produksi pangan dan membalikkan

kecenderungan deselerasi pertumbuhan produksi menjadi akselerasi; (3) upaya

mengatasi fenomena ketidakstabilan produksi; dan (4) upaya meningkatkan daya

saing produk pangan.

3. Mengurangi Jumlah Petani Miskin, Membangun Basis bagi Partisipasi

Petani, dan Pemerataan Hasil Pembangunan

Krisis multi dimensi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah

menyebabkan jumlah penduduk miskin pada tahun 1998 melonjak menjadi sekitar 32

juta orang (26%) di pedesaan dan sekitar 18 juta orang (22%) di perkotaan. Namun

pada tahun 2002, jumlah tersebut telah menurun drastis menjadi sekitar 25 juta

orang (21,1%) di pedesaan dan sekitar 13 juta orang (14,5%) di perkotaan. Dengan

mengacu pada target tujuan pembangunan era milenium, maka pada tahun 2015

proporsi penduduk miskin akan menjadi 8,54 juta orang (7,15%) di pedesaan dan

4,52 juta orang (8,40%) di perkotaan. Oleh karena itu, selama periode 2002 – 2015,

Indonesia harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar 16,46 juta

orang (13,94%) di pedesaan dan 8,48 juta orang (6,10%) di perkotaan. Apabila hal

ini dikaitkan dengan fakta bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk di

wilayah pedesaan bergantung pada sektor pertanian, maka hal ini berarti bahwa

permasalahan kemiskinan sangat terkait dengan sektor pertanian.

Dalam kaitan itu, sektor pertanian berperan sangat strategis dalam

pengentasan penduduk miskin di wilayah pedesaan karena sebagian besar

penduduk miskin di wilayah pedesaan bergantung pada sektor tersebut. Dengan

kata lain, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis untuk dijadikan

sebagai instrumen dalam pengentasan penduduk miskin. Kemajuan sektor pertanian

akan memberikan kontribusi besar dalam penurunan jumlah penduduk miskin di

wilayah pedesaan. Demikian pula, basis bagi partisipasi petani untuk melakukan

perencanaan dan pengawasan pembangunan pertanian harus dibangun sehingga

petani mampu mengaktualisasikan kegiatan usahataninya secara optimal untuk

Page 30: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

526

menunjang pertumbuhan pendapatannya. Hasil-hasil pembangunan harus

terdistribusi makin merata antar sektor, antar subsektor dalam sektor pertanian dan

antar lapisan masyarakat agar tidak ada lagi lapisan masyarakat yang tertinggal dan

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan meningkat.

4. Meningkatkan Pertumbuhan Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi

perekonomian pedesaan. Sektor pertanian Indonesia, hingga saat ini masih sangat

tergantung pada hasil primer, sehingga nilai tambah yang diperoleh masih rendah

dan kurang kompetitif di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ke depan,

pemerintah harus dapat mendorong perkembangan produk pertanian olahan primer,

selain untuk meningkatkan nilai tambah juga meningkatkan dan memperluas pangsa

pasar di dalam dan luar negeri. Negara berkembang penghasil produk pertanian,

saat ini banyak yang melakukan pengembangan produk pertanian untuk mensiasati

perdagangan dunia yang tidak adil. Apabila hal dapat dilakukan maka sektor

pertanian akan tumbuh lebih cepat dan tinggi lagi dibandingkan dengan yang telah

dicapai selama ini. Pertumbuhan sektor pertanian yang makin cepat akan memacu

pertumbuhan sektor-sektor lain secara lebih cepat melalui kaitan ke belakang dan ke

depan dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian, sektor pertanian

akan lebih dikenal sebagai pengganda tenaga kerja, dan bukan sekedar pencipta

kesempatan kerja.

5. Melestarikan Sumberdaya Alam dan Fungsi Lingkungan Hidup

Permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi banyak berkaitan dengan

penurunan kualitas lingkungan di wilayah hulu yang berakibat langsung pada kualitas

lingkungan di wilayah hilir. Meningkatnya permintaan lahan akibat pertumbuhan

penduduk selain menyebabkan penurunan luas baku lahan pertanian juga

meningkatnya intensisitas usahatani di daerah aliran sungai (DAS) hulu. Penurunan

luas baku lahan pertanian, khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak

paruh kedua dekade 1980-an, saat ini cenderung makin besar seiring dengan

peningkatan konversi ke non pertanian, khususnya di pulau Jawa. Pada beberapa

tahun terakhir, luas baku lahan sawah di luar Jawa juga telah mengalami penurunan.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan juga meningkat.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan telah dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi

lahan pertanian pangan. Salah satu dampak dari ekstensifikasi antara lain adalah

penggundulan hutan. Luas hutan Indonesia menurun dari 65% dari total daratan

Page 31: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

527

pada tahun 1985 menjadi hanya 47% pada tahun 2000. Di Pulau Jawa, konversi

lahan sawah irigasi menjadi pemukiman dan tapak industri terus berlangsung

dengan akselerasi yang meningkat. Dampak dari penggundulan hutan dan konversi

lahan tersebut antara lain adalah berubahnya iklim secara global serta meningkatnya

erosi, banjir dan kekeringan. Penurunan luas baku sawah di daerah hilir pada kondisi

jumlah petani tetap bahkan bertambah telah mendorong peningkatan intensitas

usahatani di daerah hulu yang berakibat pada penurunan kualitas DAS. Penurunan

kualitas DAS menyebabkan efisiensi saluran irigasi menurun dan penurunan efsiensi

ini makin cepat karena kurangnya pemeliharaan dan rehabilitasi sebagai akibat

terbatasnya dana pemerintah.

6. Membangun Sistem IPTEK yang Efisien

Permasalahan utama yang dihadapi Indonesia berkaitan dengan

pemanfaatan IPTEK Pertanian adalah belum terbangunnya secara efisien sistem

IPTEK Pertanian mulai dari hulu (penelitian tinggi dan strategis) sampai hilir

(pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani).

Efisiensi sistem IPTEK di sektor pertanian ini perlu dibangun melalui sinkronisasi

program litbang pertanian mulai dari hulu sampai hilir dan sinkronisasi program

litbang pertanian dengan lembaga penelitian lainnya. Selain itu, efisiensi sistem

IPTEK pertanian ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian yang

mampu menghasilkan peneliti yang berkemampuan (competent) dan produktif

(credible). Juga perlu dibangun kembali sistem penyuluhan petani yang lebih efektif

dan efisien.

C. Penajaman Arah

Kajian mendalam dan pengalaman empiris menunjukkan bahwa selama lebih

dari 30 tahun pertanian selalu diidentikan dengan proses budidaya atau agronomi,

sehingga pembangunan pertanian, sadar atau tidak sadar, dipandang hanya terbatas

pada upaya peningkatan produksi suatu komoditas, baik itu sebagai bahan pangan,

bahan baku industri ataupun komoditas ekspor. Jenis komoditas hasil-hasil pertanian

tersebut juga didefinisikan terbatas sebagai komoditas primer, sehingga proses

pengolahan/agroindustri dipersepsikan pembinaannya terlepas dari sektor pertanian.

Pembangunan pertanian juga dipandang sebagai pembangunan sektoral, bahkan

sub sektoral, sehingga dipersepsikan dengan kuat terlepas dari upaya pembangunan

yang terpadu dengan pembangunan wilayah atau pedesaan.

Page 32: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

528

Persepsi yang keliru terhadap lingkup pertanian dan pembangunan pertanian

seperti itu direfleksikan oleh adanya fragmentasi dalam pelayanan pemerintah bagi

pembangunan sektor pertanian, dimana pengertian pertanian dibatasi hanya pada

proses kegiatan agronomi atau subsistem produksi saja. Pendekatan ini tercermin

dari terbatasnya tugas dan fungsi Departemen Pertanian selama ini dikonsentrasikan

hanya pada upaya peningkatan produksi pertanian komoditas primer. Pembinaan

dan pelayanan pemerintah dalam bentuk regulator, fasilitator dan promotor untuk

pengembangan industri pertanian, usaha pemasaran dan perdagangan pertanian,

sistem distribusi dan logistik pangan, pengembangan koperasi pertanian,

penanganan irigasi pertanian, dan pembukaan atau perluasan areal pertanian

termasuk pencetakan lahan sawah, berada pada berbagai departemen atau instansi

yang terpisah-pisah.

Memang benar, koordinasi akan harus menjadi perekat dalam setiap upaya

pembangunan yang sifatnya lintas sektoral/departemen, dan melalui koordinasi lintas

sector, seharusnya keterpaduan pembangunan dapat diwujudkan. Namun

pengalaman lebih dari tiga dasawarsa menunjukkan sinkronisasi dan harmonisasi

kebijakan, apalagi dalam implementasinya di lapangan tidak pernah dapat terwujud

dengan baik sesuai harapan, walaupun kesepakatan telah dicapai dalam berbagai

pertemuan koordinasi. Hal ini dapat dimengerti, karena dalam kondisi sumberdaya

terbatas, dan dengan perbedaan skala prioritas antar departemen ataupun instansi,

maka upaya untuk membangun pertanian modern, tangguh, dan efisien sangat sulit

diwujudkan.

Atas dasar pemikiran di atas, maka pembangunan pertanian lima tahun ke

depan (2004 – 2009) perlu ada penajaman pendekatan dan arah, atau perlu ada

reorientasi dan reposisi pertanian dalam pembangunan nasional, yaitu dalam hal :

a. Pembangunan pertanian harus dipandang sebagai proses yang berkelanjutan,

sehingga tidak harus membuat atau menyusun kebijakan dan program

pembangunan pertanian yang sama sekali baru. Penyusunan program

pembangunan pertanian yang sama sekali baru akan kontra produktif, karena

“proses penyesuaian” dalam implementasi di lapangan akan memakan waktu

lama, dan dengan demikian akan kehilangan waktu membangun 1 – 2 tahun dari

5 tahunan periode pembangunan. Dengan demikian, yang perlu dilakukan adalah

melanjutkan, mempertajam dan menyempurnakan program pembangunan

pertanian yang telah dilaksanakan oleh pemerintahan terdahulu.

Page 33: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

529

b. Pembangunan pertanian dengan wawasan agribisnis harus dipandang sebagai

suatu pendekatan pembangunan pertanian. Dengan pendekatan ini, pandangan

bahwa pertanian hanya sebagai kegiatan budidaya atau agronomi akan dengan

sendirinya terhapus. Pembangunan pertanian dengan wawasan agribisnis

mencakup keseluruhan sub sistem agribisnis yang harus dilaksanakan secara

terpadu mulai dari sub sistem pengembangan prasarana dan sarana pertanian,

sub sistem budidaya/produksi, sub sistem pengolahan hasil/agroindustri, sub

sistem pemasaran dan distribusi, dan sub sistem pendukung seperti

pengembangan SDM, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan

pelayanan informasi pasar.

c. Pembangunan pertanian harus dipandang bukan sebagai pembangunan parsial

pengembangan komoditas, tetapi dalam implementasinya pembangunan

pertanian sangat terkait dengan pembangunan wilayah khususnya pedesaan,

guna meningkatkan pendapatan masyarakat pertanian dan mengentaskan

kemiskinan di wilayah yang bersangkutan. Reorientasi pendekatan ini didasarkan

pada kenyataan bahwa resource endowment para petani, khususnya lahan

sangat terbatas, sehingga yang terjadi selama bertahun-tahun petani telah

mempraktekan usaha pertanian yang mengoptimalkan sumberdaya lahan

tersebut dengan berdiversifikasi usaha. Dalam satu bidang lahan yang

diusahakannya, mereka membudidayakan tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan serta mengusahakan ternak dan ikan. Lebih jauh lagi, dalam satu

unit terkecil wilayah binaan seperti suatu desa atau ekonomi, pasti akan dijumpai

berbagai jenis tanaman atau hewan yang diusahakan secara terpadu.

Dari ketiga reorientasi pendekatan tersebut sudah sangat jelas bahwa

pembangunan pertanian harus dipandang sebagai proses pembangunan yang

berkelanjutan dengan mengimplementasikan konsep agribisnis secara utuh dan

terkait erat dengan pembangunan wilayah pedesaan berbasiskan pengembangan

tanaman dan ternak secara terpadu dengan memanfaatkan sumberdaya dan budaya

lokal.

D. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian 2005 – 2009

1. Visi

Memperhatikan permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian dan

lingkungan strategis domestik dan internasional yang dihadapi, maka visi

pembangunan pertanian tahun 2005-2009 adalah upaya mengangkat harkat derajat,

Page 34: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

530

kemampuan dan kesejahteraan petani dengan mewujudkan sektor pertanian

yang memiliki nilai tambah tinggi, berdaya saing dan menjadi landasan kokoh

pembangunan ekonomi nasional.

2. Misi

Sesuai dengan visi pembangunan pertanian 2005-2009, maka misi

pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional dapat

dirumuskan sebagai berikut :

(a) Mengembangkan dan memfasilitasi organisasi petani untuk meningkatkan

posisi tawar (bargaining position) dalam kerangka meningkatkan harkat,

derajad dan kemampuan petani;

(b) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta kesempatan kerja

produktif dan memposisikan petani sebagai subyek dalam pembangunan

pertanian;

(c) Menyediakan bahan pangan dan produk pertanian bernilai tambah tinggi,

berdaya saing serta memantapkan ketahanan dan keamanan pangan sesuai

dengan permintaan pasar domestik dan internasional;

(d) Membangun dan mengembangkan agroindustri di pedesaan dan infrastruktur

yang menghubungkan pedesaan dan perkotaan;

(e) Menyediakan bahan baku sektor industri dan jasa secara dinamis dan

berkelanjutan;

(f) Mengembangkan lembaga pembiayaan pertanian di pedesaan sesuai dengan

kebutuhan petani; dan

(g) Melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk pembangunan

pertanian berkelanjutan.

Untuk melaksanakan misi tersebut, beberapa prasyarat perlu diwujudkan

terlebih dahulu yaitu :

(a) Terbangunnya citra (image) di kalangan legislatif dan adanya kesepahaman

dari setiap komponen pelaku pembangunan untuk menempatkan pertanian

sebagai persoalan negara dan bukan hanya persoalan sektoral;

(b) Dengan kesepahaman tersebut, perbaikan sarana dan infrastruktur pertanian

perlu mendapat prioritas;

Page 35: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

531

(c) Sistem dan struktur penganggaran harus mendukung pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi; dan

(d) Peraturan perundangan yang menghambat pertanian perlu ditinjau ulang dan

dirumuskan kembali sehingga tercipta situasi kondusif untuk pembangunan

pertanian.

E. Sasaran dan Strategi Dasar

E.1. Sasaran

1. Indikator Makro

a. Produk Domestik Bruto

Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6% per

tahun selama kurun waktu 2005 – 2009, PDB sektor pertanian (tidak termasuk

perikanan dan kehutanan) berdasarkan harga yang berlaku ditargetkan akan tumbuh

4,37% per tahun (Tabel 1). Subsektor perkebunan dan subsektor peternakan akan

menjadi sumber penting pertumbuhan sektor pertanian cukup penting, yang masing-

masing ditargetkan akan tumbuh 6,0% per tahun, sedangkan subsektor tanaman

pangan dan subsektor hortikultura ditargetkan akan tumbuh masing-masing 2,50%

dan 5,0% per tahun.

Dengan target laju pertumbuhan di atas, maka pada tahun 2009 PDB sektor

pertanian akan menjadi Rp 315,9 triliun, yang terdiri dari subsektor pangan Rp 120,8

triliun, subsektor hortikultura Rp 72,2 triliun, subsektor perkebunan Rp 66,5 triliun

dan subsektor peternakan 56,5 triliun. Apabila sasaran pertumbuhan PDB sektor

pertanian ini dapat dicapai (dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk masih

sekitar 1,4% per tahun), maka sektor pertanian ke depan akan sangat berperan

dalam penurunan jumlah penduduk miskin, khususnya di pedesaan.

b. Investasi

Untuk memacu pertumbuhan PDB pertanian, ivestasi di bidang pertanian

ditargetkan akan meningkat 5,20% per tahun selama kurun waktu 2005 – 2009.

Investasi untuk bidang perkebunan dan peternakan akan tumbuh 6,0% per tahun,

sedangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura akan tumbuh masing-masing

2,49% dan 5,0% per tahun (Tabel 1). Dengan laju pertumbuhan tersebut, jumlah

investasi di sektor pertanian pada tahun 2009 ditargetkan akan mencapai Rp 14,7

Page 36: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

532

triliun, yang terdiri dari subsektor pangan Rp 2,4 triliun, subsektor hortikultura Rp 2,8

triliun, subsektor perkebunan Rp 7,1 triliun dan subsektor peternakan Rp 2,4 triliun.

c. Penyerapan Tenaga Kerja

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sebagian tenaga kerja harus

masuk ke sektor non-pertanian. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja di sektor

pertanian selama 2005 – 2009 ditargetkan hanya mencapai 0,91% per tahun. Untuk

subsektor tanaman pangan, penyerapan tenaga kerja ditargetkan akan menurun

2,66% per tahun, sedangkan untuk subsektor hortikultura, subsektor perkebunan dan

subsektor peternakan ditargetkan masing-masing akan tumbuh 0,80%, 7,77% dan

4,80%. Dengan laju peningkatan tersebut, jumlah tenaga kerja yang terserap di

sektor pertanian pada tahun 2009 ditargetkan akan mencapai 41,0 juta orang, yang

terdiri dari subsektor pangan 16,4 juta orang, subsektor hortikultura 11,6 juta orang,

subsektor perkebunan 8,4 juta orang dan subsektor peternakan 4,6 juta orang.

d. Pendapatan Petani

Pendapatan petani per kapita per tahun ditargetkan akan meningkat 3,37%

per tahun sehingga pada tahun 2009 akan mencapai Rp 7,7 juta. Jika diperinci lebih

lanjut, petani tanaman pangan, petani hortikultura, petani perkebunan dan peternak

ditargetkan akan meningkat masing-masing 5,30%, 4,17%, 1,08% dan 1,14% per

tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka pada tahun 2009 pendapatan

petani tanaman pangan akan mencapai Rp 7,4 juta, petani hortikultura Rp 6,3 juta,

petani perkebunan Rp 8,8 juta dan peternak Rp 12,3 juta per kapita per tahun.

Dengan makin banyaknya tenaga kerja pertanian pangan yang keluar untuk bekerja

di sektor non pertanian (industri), diharapkan skala usahatani pangan per petani

akan meningkat.

Apabila sasaran-sasaran tersebut di atas dapat dicapai maka arah

transformasi struktur perekonomian nasional akan dapat berjalan seperti yang

diharapkan, yaitu struktur perekonomian yang lebih berimbang, dimana peranan

sektor industri dan jasa makin besar, sedangkan sektor pertanian makin kecil.

Selama kurun waktu 2005-2009, pangsa sektor pertanian terhadap PDB nasional

dan penyerapan tenaga kerja ditargetkan masing-masing akan menurun 1,67% dan

4,17% per tahun. Dengan skenario seperti ini diharapkan kesejahteraan petani akan

meningkat dan senjang pendapatan dengan sektor non pertanian (khususnya sektor

industri) akan menurun.

Page 37: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

533

e. Jumlah Penduduk Miskin

Selama kuru waktu 2005 – 2009, jumlah penduduk miskin ditargetkan akan

menurun 5,77% per tahun. Jika target ini dapat dicapai, maka jumlah penduduk

miskin di wilayah pedesaan pada tahun 2009 akan menjadi 6,52% dari posisi 16,87%

pada tahun 2005 dan 21,40% pada tahun 2003. Dengan demikian maka tingkat

kesejahteraan penduduk pedesaan akan meningkat pada tahun 2009.

2. Indikator Produksi

a. Komoditas Pangan

Kebutuhan pangan akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk. Idealnya, laju pertumbuhan produksi pangan harus lebih tinggi daripada

laju pertumbuhan penduduk. Untuk itu, produksi pangan perlu dipacu dengan

memanfaatkan sumberdaya domestik secara lebih optimal. Sasaran peningkatan

produksi pangan utama berdasarkan kapasitas sumberdaya alam, kemampuan

inovasi teknologi, laju pertumbuhan penduduk dan dinamika pasar (dalam dan luar

negeri) adalah sebagai berikut.

Beras, sebagai komoditas strategis dan pangan pokok penduduk Indonesia,

akan tetap menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian selama lima tahun

ke depan. Laju pertumbuhan produksi beras selama kurun waktu 2005-2009

ditargetkan sekitar 0,68% per tahun sehingga produksi pada tahun 2009 akan

mencapai 34,4 juta ton (Tabel 2). Dengan asumsi pola pangan penduduk Indonesia

akan makin beragam, bergizi dan berimbang, tingkat konsumsi beras akan turun

menjadi sekitar 135 kg per kapita per tahun, maka jumlah produksi tersebut sudah

cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.

Produksi komoditas palawija juga ditargetkan akan meningkat. Jagung,

sebagai bahan pangan dan bahan baku industri pakan ternak di dalam negeri,

produksinya selama kurun waktu yang sama diproyeksikan akan tumbuh 1,78% per

tahun. Produksi palawija lainnya juga akan meningkat, yaitu kedelai 6,71%, kacang

tanah 4,50% dan ubi-ubian (ubi kayu dan ubi jalar) 3,36% per tahun. Dengan laju

pertumbuhan tersebut, maka produksi jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan

ubi jalar pada tahun 2009 masing-masing akan menjadi 12,1 juta ton, 1 juta ton, 1

juta ton, 23,1 juta ton dan 2,5 juta ton

Page 38: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

534

b. Komoditas Hortikultura

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, upaya peningkatan produk

tanaman hortikultura juga diarahkan untuk meningkatkan ekspor. Upaya peningkatan

produksi tanaman hortikultura yang mempunyai nilai tinggi ini diharapkan juga

mampu membantu meningkatkan pendapatan petani. Selama kurun waktu 2005-

2009, laju pertumbuhan produksi sayuran ditargetkan meningkat di atas 3% per

tahun, yaitu bawang merah 3,93%, kentang 4,12%, kubis 3,96%, tomat 5,76% dan

cabe 4,26% (Tabel 2). Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka produksi bawang

merah, kentang, kubis, tomat dan cabe pada tahun 2009 masing-maisng akan

menjadi 1 juta ton, 1,1 juta ton, 1,5 juta ton, 0,9 juta ton dan 0,2 juta ton. Dalam

kurun waktu yang sama, laju pertumbuhan produksi buah-buahan ditargetkan akan

meningkat di atas 2% per tahun, yaitu alpukat 4,94%, pisang 4,84%, mangga 2,49%,

jeruk 3,87% dan pepaya 3,03%. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka produksi

alpukat, pisang, mangga, jeruk dan pepaya pada tahun 2009 masing-masing akan

menjadi 0,2 juta ton, 5,1 juta ton, 1,1 juta ton, 0,8 juta ton dan 0,6 juta ton.

c. Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan selama ini dikenal sebagai penghasil devisa utama di

sektor pertanian. Selama berabad-abad yang lalu, Indonesia telah dikenal sebagai

salah satu penghasil dan eksportir komoditas perkebunan utama dunia. Industri teh

dan gula tebu telah berkembang sejak jaman kolonial, namun akhir-akhir ini

produksinya menurun. Bahkan untuk gula tebu, Indonesia telah berubah dari

pengekspor utama dunia menjadi pengimpor utama dunia saat ini. Oleh karena itu,

untuk kurun waktu 2005–2009, produksi kedua komoditas tersebut ditargetkan akan

meningkat 2,40% untuk teh dan 2,20 % untuk gula tebu per tahun (Tabel 2). Dengan

laju pertumbuhan tersebut, maka produksi teh dan gula tebu pada tahun 2009

masing-masing akan mencapai 0,2 juta ton dan 2,3 juta ton.

Berbeda dengan teh dan gula tebu, Indonesia saat ini merupakan salah satu

penghasil minyak sawit (CPO) terbesar di dunia. Dengan ketersediaan lahan yang

masih cukup luas di luar Jawa, produksi minyak kelapa sawit ditargetkan akan

meningkat 8,80 % per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, produksi minyak

sawit pada tahun 2009 akan meningkat menjadi 68,0 juta ton dan Indonesia akan

menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia menggantikan Malaysia. Produksi

komoditas perkebunan lainnya juga ditargetkan akan meningkat yaitu karet 3,01%,

kopi 2,31% dan kakao 7,41% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka

Page 39: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

535

produksi karet, kopi dan kakao pada tahun 2009 masing-masing akan mencapai 3,3

juta ton, 0,7 juta ton dan 0,7 juta ton.

d. Komoditas Peternakan

Produksi komoditas peternakan sebagai sumber protein hewani juga

ditargetkan akan meningkat cukup tinggi guna memenuhi kebutuhan konsumsi

protein hewani yang makin tinggi. Produksi daging sapi ditargetkan akan meningkat

lambat yaitu sekitar 1,69 %, sedangkan produksi daging ayam (khususnya ayam

broiler) ditargetkan akan meningkat lebih cepat yaitu 4,18%, dan bahkan produksi

telur dan susu akan meningkat lebih cepat dibanding dagung sapi dan ayam,

masing-masing 7,24% dan 8,49% (Tabel 2). Dengan laju pertumbuhan tersebut,

maka produksi daging sapi, daging ayam, telur dan susu pada tahun 2009 masing-

maisng akan menjadi 0,5 juta ton, 1,2 juta ton, 1,4 juta ton dan 1 juta ton

E.2. Strategi Dasar

Strategi pembangunan pertanian harus mampu memberikan solusi

permasalahan di tingkat internasional, inter-regional, regional, nasional, antar sektor

dan antar subsektor pertanian. Secara umum pembangunan pertanian diarahkan

untuk memanfaatkan semua potensi dan kemampuan sumberdaya manusia pertanian,

utamanya petani, menuju industrialisasi pertanian. Dengan kata lain kebijakan industri

harus diarahkan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan agroindustri.

Pembangunan pertanian itu sendiri harus dipacu secara integratif dengan

pembangunan agroindustri dengan mengedepankan pemanfaatan semua potensi dan

kemampuan petani. Dengan kerangka seperti itu, terdapat tiga strategi dasar yang

perlu ditempuh, yaitu: (1) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia; (2) Peningkatan

partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan perolehan

manfaat pembangunan pertanian; dan (3) Peningkatan kapasitas sumberdaya dan

fasilitas agribisnis.

1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Dari segi jumlah, sumberdaya manusia (SDM) yang terlibat dalam kegiatan

agribisnis relatif sangat banyak, terutama di pedesaan. Namun jika dilihat dari kualitas

kemampuan SDM, dukungan untuk menempatkan kegiatan agribisnis atau sektor

pertanian menjadi andalan pembangunan nasional masih sangat kurang. Dari segi

mutu atau ketrampilan, SDM di pedesaan masih relatif kurang, dan oleh karena itu

Page 40: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

536

peningkatan mutu SDM perlu mendapat perhatian serius. Selain faktor ketrampilan,

aspek perubahan cara berpikir (rasionalitas), antisipasi ke depan, kemampuan ber-

empati, melakukan mobilitas, partisipasi dan motivasi (sikap dan tata nilai) berprestasi

juga perlu ditingkatkan.

Pengusaha dan pekerja agribisnis modern dicirikan oleh rasionalitas yang

tinggi dalam arti senantiasa memahami dan menjelaskan suatu kejadian dan situasi

dalam hubungan sebab akibat berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, serta senantiasa

menyusun strategi tindakan berdasarkan hubungan cara-tujuan secara sistematis dan

dengan penuh perhitungan. Dengan perkataan lain, pengembangan pengusaha dan

pekerja agribisnis merupakan proses perubahan cara berpikir dari berdasarkan

perasaan menjadi berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, dan perubahan pengambilan

keputusan dari (semula) acak menjadi secara sistematis. Hal ini penting untuk disadari,

karena merupakan prasyarat keharusan agar suatu teknologi maju atau inovasi dapat

diterapkan pada agribisnis dan agar agribisnis itu dapat dikelola secara lebih efisien.

Kemampuan antisipasi adalah kemampuan untuk memperkirakan sesuatu

yang akan terjadi di masa mendatang, dan melakukan tindakan penyesuaian

(adjustment) yang tepat untuk itu. Pengusaha agribisnis modern dicirikan oleh sikap

atau cara berpikir yang tidak mengabaikan kepentingan jangka panjang, mampu

mengantisipasi dengan cukup tepat tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan

melakukan tindakan penyesuaian yang tepat dengan prakiraan perubahan tersebut.

Hal yang sebaliknya terjadi pada pengusaha agribisnis tradisional.

Kemampuan empati adalah kemampuan untuk memahami cara berpikir, sikap,

dan pola tindak orang lain. Kemampuan empati ini sangat penting dimiliki oleh

pengusaha agribisnis, karena dengan daya empati seorang pelaku agribisnis dapat

menentukan strategi persaingan dan kerjasama bisnis yang lebih tepat, mempunyai

kemampuan memimpin perusahaan, dan mampu menentukan pengembangan produk

sesuai dengan preferensi konsumen.

Mobilitas sosial secara vertikal mengacu pada sikap dan kemampuan untuk

meraih status yang lebih baik. Pengusaha dan pekerja agribisnis modern dicirikan oleh

kemauan dan kemampuan yang tinggi untuk senantiasa meningkatkan statusnya, baik

secara ekonomi maupun sosial. Dengan perkataan lain, pengusaha dan pekerja

agribisnis modern harus bersikap dinamis, karena dengan sikap tersebut agribisnis

dapat tumbuh dan berkembang cepat.

Kemampuan partisipasi adalah kemampuan untuk meraih segala kesempatan

yang ada demi untuk peningkatan status. Pengusaha dan pekerja agribisnis modern

Page 41: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

537

dicirikan oleh tingkat partisipasi yang cepat dan tinggi (optimis). Sifat partisipasi yang

tinggi merupakan faktor yang sangat menentukan agar suatu teknologi dapat diadopsi

secara cepat dan lengkap dan agar suatu kesempatan usaha (pasar) dapat diraih

secara cepat.

Sikap dan nilai mengacu pada motivasi dan pandangan hidup seseorang.

Sikap dan nilai modern dicirikan oleh motivasi untuk senantiasa berupaya meraih

kemajuan atau keberhasilan atau sikap untuk senantiasa bekerja keras, tidak atas

dasar dorongan imbalan jasa material semata. Hal ini sering disebut sebagai need for

achievement atau kebutuhan untuk meraih hasil dan kemajuan. Motivasi untuk meraih

kemajuan dapat dipandang sebagai landasan kuat bagi kemajuan usaha.

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Tuntutan jaman menghendaki pergeseran peranan masyarakat yang lebih

dominan daripada pemerintah. Dengan demikian, reformasi total menuntut perlunya

segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan

prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama, yaitu credibility,

accountability dan transparency. Kebijakan pembangunan dirancang secara

transparan dan melalui debat publik, dilaksanakan secara transparan dan diawasi

oleh publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas

keberhasilan dari kebijakan tersebut. Dengan begitu, kebijakan pembangunan

(pertanian) akan lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat banyak

(demokratis) dan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) menjadi semakin sulit

dilakukan. Demokratisasi kebijakan pembangunan dan pencegahan KKN melalui

good governance sangat bermanfaat untuk meminimalkan biaya ekonomi tinggi

(high-cost economy) dan distorsi pasar (monopoli dan monopsoni) akibat kesalahan

kebijakan. Dengan demikian, perekonomian akan lebih efisien dan pertumbuhan

kegiatan bisnis berdasarkan pada keunggulan kompetitif riilnya, bukan karena

proteksi atau dukungan pemerintah. Untuk mewujudkan hal itu, maka peningkatan

partisipasi masyarakat pada proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan perolehan manfaat pembangunan pertanian merupakan strategi

dasar yang perlu ditempuh.

3. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya dan Fasilitas Agribisnis

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan potensi sumberdaya alam yang

luas dan subur untuk pertanian merupakan keunggulan komparatif bagi Indonesia.

Oleh karena itu, strategi pembangunan nasional harus dititikberatkan pada

Page 42: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

538

pembangunan ekonomi yang berbasis pada peningkatan kapasitas sumberdaya alam,

padat karya dan berorientasi pada pasar domestik. Secara nasional, sektor pertanian

paling tepat dijadikan sebagai prioritas pembangunan ekonomi Indonesia.

Pembangunan pertanian mempunyai efek sinergis yaitu adanya dampak akselerasi

dan peningkatan kegiatan sektor lain, dan pembangunan pertanian juga berarti

pembangunan pedesaan.

Sehubungan dengan memposisikan sektor pertanian sebagai sektor andalan

maka kebijakan ekonomi makro harus sejalan dan mendukung kebijakan ekonomi

mikro. Termasuk dalam ini adalah kebijakan anggaran pembangunan yang

mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebijakan investasi

nasional harus mempunyai sasaran agar investasi di sektor pertanian menjadi lebih

kompetitif dibanding sektor non pertanian. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa

investasi pemerintah dalam sektor pertanian dapat merupakan biaya sosial (social

cost) yang memberikan dampak positip terhadap pemerataan distribusi pendapatan

masyarakat. Oleh karena itu upaya meningkatkan kapasitas sumberdaya dan fasilitas

agribisnis merupakan salah satu strategi dasar yang perlu ditempuh

Strategi dasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya

dan fasilitas agribisnis adalah sebagai berikut :

a. Perbaikan dan peningkatan efisiensi sistem investasi, pembiayaan dan

insentif pertanian

Untuk mempercepat investasi di sektor pertanian perlu didirikan bank

pertanian di pedesaan, sehingga petani mempunyai akses lebih besar pada pasar

modal. Namun kebijakan ini harus disertai dengan program-program pelatihan

tentang usaha-usaha agribisnis yang menguntungkan. Pelatihan bertujuan

meningkatkan ketrampilan serta kemampuan daya saing golongan lemah yang

bersangkutan agar dapat menggunakan modal secara optimal.

Dalam peningkatan dan perbaikan investasi ini termasuk di dalammya adalah

membangun infrastruktur yang bertujuan memanfaatkan sumberdaya pertanian dan

membangun pertanian komersial. Berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi dan

politik nasional, maka pemerintah adalah pihak utama yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan pembangunan infrastruktur pertanian sebagai investasi publik. Strategi

pembangunan infrastruktur harus mampu menjawab permasalahan berikut : (a)

Prasarana jalan di pedesaan dan di daerah produksi serta antara daerah produsen

(pedesaan) dan konsumen di perkotaan; (b) Prasarana produksi seperti waduk, dam,

Page 43: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

539

jaringan irigasi termasuk perbaikan jaringan irigasi yang sudah ada serta

pembangunan sistem irigasi untuk daerah potensial; (c) Prasarana komunikasi dan

transportasi, termasuk pelabuhan dan terminal untuk komoditas pertanian serta

tranposrtasi yang memungkinkan pasar inter-insuler dapat berjalan; dan (d) Prasarana

kegiatan pasca panen, termasuk pasar komoditas pertanian, pasar induk, kawasan

industri pertanian, gudang serta laboratorium pengujian mutu produk dan bahan.

Selain itu, penataan sistem insentif yang mampu mendorong usaha dan

investasi pertanian yang kondusif penting dilakukan. Beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian antara lain adalah : (a) Menata sistem perizinan sehingga

kondusif bagi petani dan investor pertanian; (b) Mengembangkan dan menerapkan

kombinasi sistem pajak, provisi dan retribusi pemanfaatan sumberdaya pertanian;

dan (c) Menata kebijakan fiskal berupa pajak progresif serta, dalam hal tertentu,

diskriminasi yang memihak pada pembangunan sektor pertanian.

b. Pengembangan pasar dan pengelolaan pola konsumsi

Meningkatnya kualitas hidup, pendapatan, dan terbukanya sistem informasi

dan pasar global mendorong kesadaran dan pergeseran selera konsumen dalam

memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Dalam hal ini terjadi peningkatan bahan

konsumsi dan perubahan preferensi konsumen dari permintaan terhadap komoditas

menjadi permintaan terhadap produk. Konsep permintaan terhadap produk mengacu

pada sifat permintaan yang didasarkan pada karateristik dari produk, termasuk aspek

keamanan dan kesehatan. Karakteristik yang dimiliki oleh produk merupakan faktor

penentu kualitas dan harga produk tersebut. Kemampuan untuk menghasilkan produk

dengan karateristik yang sesuai dengan keinginan konsumen merupakan salah satu

sumber keunggulan kompetitif di masa datang.

Atas dasar itu, strategi pendekatan produksi dan harga pokok produksi

minimum tidak sesuai lagi sebagai strategi pembagunan pertanian atau usaha

pertanian di masa datang. Strategi yang akan datang harus berlandaskan pada

orientasi konsumen (pasar). Dalam hal ini kegiatan usahatani, panen, pasca panen

dan pengolahan hasil-hasil pertanian harus dikoordinasikan secara vertikal dan

terpadu dengan agribisnis terkait. Seiring dengan itu untuk memperluas pasar bagi

komoditas dan produk pertanian penting pula dilakukan pengembangan dan

penciptaan produk pertanian baru yang memiliki nilai tambah tinggi, berdaya saing dan

sesuai dengan selera konsumen.

Page 44: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

540

Preferensi konsumen juga berubah dari konsumsi food crops ke arah non food

crops. Perubahan ini juga akan menjadi alasan penting mengapa diversikasi produksi

pangan antara food crops dan non food crops menjadi penting. Hal ini searah dengan

pentingnya mendorong upaya diversifikasi pola konsumsi. Hasil penghitungan

pencapaian Pola Pangan Harapan (PPH) juga menunjukkan bahwa kualitas konsumsi

tahun 2002 (skor PPH = 68,4) lebih baik dari kualitas konsumsi tahun 1999 (skor PPH

= 62,6), meskipun konsumsi energi penduduk baru mencapai 90,3% dari Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (2.200 kkal). Hal ini mengindikasikan bahwa

kecukupan gizi dan mutu pangan penduduk masih belum sesuai dengan anjuran PPH,

atau belum beragam, bergizi dan berimbang.

c. Inovasi teknologi dan pengembangan sumber-sumber pertumbuhan baru

Mengembangkan sistem IPTEK pertanian merupakan lokomotif penggerak

sistem agribisnis. Terobosan IPTEK mutlak diperlukan untuk mewujudkan revolusi

pertanian generasi ketiga yang merupakan kunci keberhasilan strategi industrialisasi

berbasis pertanian. Dalam konteks ini, bioteknologi yang sudah berada dalam tahap

uji kelayakan pengembangan akan menjadi basis revolusi pertanian generasi ketiga.

Mengendornya penemuan teknologi baru (invention) dan pengembangan

teknologi yang sudah ada (innovation) telah menyebabkan terjadinya kelelahan

teknologi (technology fatigue). Produktivitas tanaman dan ternak sudah mendatar dan

malahan cenderung menurun. Oleh karena itu, perlu penemuan teknologi baru yang

mampu meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas hasil dan menurunkan total

biaya produksi suatu komoditas pertanian. Teknologi yang mampu meningkatkan

kapasitas produksi dan kualitas hasil adalah sifat-sifat genetis benih yang makin

unggul. Teknologi yang mampu menurunkan total biaya produksi adalah penggunaan

alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti traktor, perontok, pemipil dan lain-lain. Saat

ini, penemuan benih dan alsintan yang mempunyai sifat-sifat unggul baru sudah

mengalami stagnasi. Kegiatan ke depan yang sangat diperlukan adalah melakukan

penemuan teknologi baru atau perbaikan teknologi yang sudah ada oleh lembaga-

lembaga penelitian pemerintah dan swasta, baik untuk meningkatkan kapasitas

produksi dan kualitas hasil maupun menurunkan total biaya produksi, secara

partisipatif tanpa mengabaikan teknologi lokal (indigenous technology) dan sistem

pengetahuan asli (SPA) yang ada di masyarakat.

Teknologi untuk pengembangan produk (product development) masih kurang,

sehingga produk utama ekspor masih berupa produk primer yang mempunyai kualitas

rendah, tidak seragam, tidak tahan lama disimpan dan nilai tambah yang dapat

Page 45: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

541

diterima produsen di dalam negeri tetap rendah. Teknologi yang diperlukan di masa

datang harus mampu menciptakan produk-produk yang karakteristiknya lebih disukai

oleh masyarakat konsumen, baik di luar maupun dalam negeri.

Kebijakan pengembangan komoditas pangan, termasuk teknologinya yang

terfokus pada beras, telah mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat

lainnya, dan lambatnya pengembangan produksi komoditas pangan sumber protein

seperti serealia, daging, telur, susu serta sumber zat gizi mikro yaitu sayuran dan

buah-buahan. Hal ini menyebabkan rendahnya keanekaragaman bahan pangan yang

tersedia bagi konsumen. Selanjutnya apabila teknologi pengembangan aneka pangan

lokal tidak cepat dilakukan, maka bahan pangan lokal akan tertekan oleh

membanjirnya anekaragam pangan olahan impor.

Teknologi pasca panen belum diterapkan secara baik sehingga tingkat

kehilangan hasil dan degradasi mutu hasil panen masih cukup tinggi. Demikian pula

agroindustri di pedesaan sebagai wahana untuk meningkatkan nilai tambah dan

penghasilan bagi keluarga petani belum berkembang. Peningkatan pelayanan

teknologi tepat guna dan penyediaan prasarana usaha harus diupayakan untuk

menunjang pengembangan usaha pasca panen dan agroindustri di pedesaan dalam

rangka menghasilkan produk pertanian bernilai tambah tinggi.

Pemberian hak atas kekayaan intelektual (HAKI) memberikan dorongan kuat

bagi para peneliti untuk melakukan penemuan-penemuan baru. Namun karena

teknologi tertentu hasil penelitian pada umumnya merupakan barang publik (public

good), seringkali sulit bagi peneliti untuk memperoleh HAKI. Di masa yang akan

datang, pemberian HAKI akan menjadi sangat penting karena akan makin banyak

tuntutan terhadap peneliti untuk melakukan penemuan produk-produk baru pertanian

yang mempunyai prospek makin baik untuk pasar internasional dan domestik dalam

rangka globalisasi.

Produsen pertanian pada umumnya adalah petani kecil dengan penguasaan

ilmu pengetahuan yang terbatas karena tingkat pendidikannya yang masih sangat

rendah. Teknologi pertanian yang diterapkan pada umumnya adalah teknologi

konvensional warisan orang tua atau para pendahulunya secara turun-temurun.

Teknologi baru yang diperkenalkan kepada mereka harus memberikan bukti nyata

lebih dahulu tentang keunggulannya dibanding teknologi yang selama ini mereka

terapkan, terutama dalam kepastian hasilnya, sebelum mereka bersedia

mengadopsinya. Oleh karena itu, proses atau metode transfer teknologi dari sumber

Page 46: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

542

teknologi kepada petani merupakan kunci keberhasilan bagi perbaikan teknologi di

masa datang.

d. Pengembangan perdagangan regional, inter-regional, dan internasional

Dalam perdagangan di pasar internasional, strategi yang diperlukan dalam

menegakkan kesepakatan WTO adalah Indonesia harus lebih banyak melakukan

kerjasama dengan berbagai negara berkembang lainnya dan bersama-sama berjuang

menuntut kesamaan hak dan kewajiban setiap anggota WTO terutama terhadap

perlakuan tidak adil oleh negara maju. Jika kesepakatan WTO tetap tidak dapat

ditegakkan maka sebaiknya pemerintah lebih banyak mengembangkan kerjasama

perdagangan secara regional atau bilateral, meskipun kerjasama ini dianggap

menyimpang dari apa yang diperjuangkan oleh WTO.

Oleh karena itu selama kesepakatan WTO tidak dilaksanakan oleh semua

negara anggota WTO, maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor

pertanian perlu mempertimbangkan kembali pemberian subsidi kepada petani karena

akan sangat membantu dalam peningkatan produksi dan ketahanan pangan.

Kebijakan subsidi yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan petani untuk

menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk impor. Subsidi seyogyanya

tidak diartikan sebagai cara memanjakan petani tetapi cara memberikan jaminan agar

petani selalu berproduksi dan mencegah alih fungsi lahan dan menjamin ketahanan

pangan di dalam negeri.

Untuk mengatasi masalah ketidakadilan pasar global terhadap sektor

pertanian, upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah : (a)

Menerapkan kebijakan proteksi terhadap komoditas pertanian strategis melalui

penerapan pengenaan tarif impor, pengaturan impor dan pengawasan SPS (sanitary

and phytosanitary); (b) Pemberian subsidi harga sarana produksi secara selektif,

khususnya pupuk, benih dan modal usahatani; dan (c) Harus ada kemauan politik

(political will) kuat dari pemerintah untuk mencegah terjadinya impor produk

pertanian secara ilegal dengan memberikan sanksi hukum yang berat kepada pelaku

penyelundupan.

Dalam kerangka liberalisasi, modal asing (PMA) juga dapat masuk ke

Indonesia Pemerintah harus berhati-hati dalam menerima modal asing terutama

dampak negatif yang ditimbulkannya harus dicegah, antara lain : (a) Terhambatnya

pengembangan modal dalam negeri sebagai akibat kalah bersaing dalam penggunaan

IPTEK; (b) Tertutupnya lapangan kerja karena IPTEK yang padat modal sehingga

Page 47: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

543

tidak sesuai dengan keunggulan komparatif Indonesia; dan (c) Tertekannya efek

pengganda karena sebagian besar keuntungan ditarik ke negara asal modal.

e. Pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan

Kualitas lahan pertanian di beberapa wilayah Indonesia menurun atau masih

tetap rendah sehingga daya dukungnya terhadap produktivitas pertanian menurun

atau tetap rendah. Penggunaan lahan di lereng-lereng gunung dengan tingkat

kemiringan tajam untuk pertanian tanaman semusim menyebabkan terjadinya

penurunan kesuburan lahan yang bersangkutan karena proses erosi yang cepat.

Endapan tanah yang timbul karena erosi di daerah hulu menyebabkan siltasi berat

pada jaringan-jaringan irigisi dan lahan-lahan pertanian di daerah hilir yang

mengurangi daya tampung air dari jaringan irigasi dan mengurangi kesuburan lahan

pertanian.

Suplesi unsur hara pada lahan masih mengutamakan penggunaan pupuk

anorganik dan kurang menggunakan pupuk organik yang bersifat alamiah.

Disamping memerlukan biaya mahal, pemupukan anorganik tidak mampu

memperbaiki sifat fisik tanah, yang merupakan salah satu unsur penting dalam

menjaga tingkat kesuburan tanah.

Berlanjutnya konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian,

khususnya pada lahan pertanian kelas satu di Jawa, menyebabkan makin sempitnya

basis produksi pertanian, sedangkan lahan bukaan baru di luar Jawa mempunyai

kesuburan relatif rendah. Demikian pula, ketersediaan sumber daya air untuk

pertanian juga makin langka. Dalam kaitan ini sektor pertanian perlu menetapkan

strategi dasar dalam menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan

optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan dan air secara lestari (berkelanjutan)

dan mengantisipasi persaingan dengan aktifitas perekonomian dan pemukiman yang

terkonsentrasi di Pulau Jawa.

F. Program

Program pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah rangkaian upaya

untuk memfasilitasi, melayani, dan mendorong berkembangnya agribisnis guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pertanian. Sesuai

dengan Visi, Misi, dan Tujuan, maka Program Pembangunan Pertanian lima tahun

ke depan, dirumuskan dalam dua program utama yang merupakan keberlanjutan

Page 48: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

544

dari program pembangunan pertanian saat ini, yaitu Program Pengembangan

Agribisnis dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

1. Program Pengembangan Agribisnis

Pengembangan agribisnis dilaksanakan dengan memposisikan para pelaku

usaha di sektor pertanian sebagai aktor utama pembangunan pertanian, sedangkan

pemerintah sebagai fasilitator untuk menciptakan kondisi kondusif bagi

berkembangnya investasi dan bisnis di sektor pertanian.

Untuk membangun pertanian berwawasan agribisnis, upaya pertama yang

perlu dilakukan adalah meningkatkan kemampuan mengidentifikasi peluang pasar

termasuk menganalisis dinamika permintaan pasar. Produk-produk pertanian, baik

dalam arti kuantitas maupun kualitas perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar,

sehingga dapat terhindar dari permasalahan “market glut” (harga turun drastis pada

saat panen raya) yang sampai dengan saat ini masih merupakan dilema klasik sektor

pertanian. Hasil identifikasi pasar ini dikaitkan dengan keunggulan komparatif

sumberdaya dan infrastruktur daerah, merupakan dasar pertimbangan untuk

menentukan jenis usaha yang akan dikembangkan, menyangkut komoditas yang

akan diproduksi, teknologi budidaya dan pengolahan yang dipakai, proses

penyediaan input produksi dan pemasarannya, serta prasarana penunjang yang

dibutuhkan. Untuk itu dibangun kemampuan kerja yang sinergis antara aparat dan

para pelaku usaha agar penyelidikan dan analisis pasar serta penyediaan prasarana

publik dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan untuk menjamin keberhasilan

pengembangan agribisnis.

Upaya meningkatkan daya saing komoditas pertanian agar mampu bersaing

dengan produk-produk sejenis yang dihasilkan oleh negara lain mutlak diperlukan.

Peningkatan daya saing tersebut dicapai melalui penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi (Iptek). Pengembangan usaha berbasis sumberdaya dan wilayah serta

penerapan manajemen modern. Untuk itu, kerjasama yang efektif antara pelaku

usaha dan lembaga penelitian terapan perlu ditingkatkan, agar menghasilkan

teknologi tepat guna untuk mencapai efisiensi tinggi, dan jika perlu dengan

pemanfaatan teknologi tinggi dan padat modal sesuai dengan ciri pertanian modern.

Keragaman sumberdaya antar wilayah merupakan sumber untuk meningkatkan daya

saing dengan mengembangkan usaha yang didukung penerapan Iptek berbasis

sumberdaya spesifik lokasi.

Meningkatkan kemampuan para pelaku usaha untuk memenuhi skala usaha

yang efisien merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan agribisnis.

Page 49: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

545

Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kemitraan antar petani membentuk

kelompok usaha bersama, atau kemitraan petani dengan pengusaha besar dengan

aturan maing yang saling menguntungkan. Selain itu, kemampuan petani ataupun

para pelaku usaha dilakukan melalui peningkatan kemampuan teknis,

kewirausahaan, berorganisasi dalam kelompok sehingga mempunyai kemampuan

mengembankan usaha dengan kreativitas dan daya inovasi tinggi.

Tujuan Program ini adalah mendorong berkembangnya usaha pertanian dari

sub sistem hulu hingga hilir dengan wawasan bisnis yang mampu menghasilkan

produk pertanian dan industri pertanian primer yang berdaya saing, sehingga

menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan petani, penciptaan

lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional. Sasaran Program

Pengembangan Agribisnis ini adalah:

(a) Meningkatnya produktivitas, kualitas dan produksi komoditas pertanian yang

dapat dipasarkan sebagai bahan baku industri pengolahan maupun ekspor.

(b) Meningkatnya volume dan penerimaan ekspor, serta meningkatnya produk-

produk substitusi impor.

(c) Meningkatnya kesempatan kerja produktif di pedesaan pada on farm dan off

farm yang memberikan imbalan (return to factor) yang layak.

(d) Berkembangnya berbagai kegiatan usaha berbasis pertanian dengan wawasan

agribisnis yang mampu meberikan keuntungan yang wajar.

(e) Meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam

pengembangan agribisnis dan memajukan perekonomian pedesaan.

(f) Terpeliharanya produktivitas sumberdaya alam, berkembangnya usaha

pertanian konservasi, dan terjaganya kualitas lingkungan hidup.

Berdasarkan tujuan dan sasaran tersebut di atas, pengembangan agribisnis

komoditas difokuskan pada komoditas strategis, mempunyai prospek untuk

dikembangkan berdasarkan basis sumberdaya yang dimiliki dan mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi. Komoditas tanaman pangan yang dikembangkan meliputi

padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah; komoditas hortikultura meliputi

cabe, bawang merah, kubis, manggis, salak, mangga dan rambutan; komoditas

perkebunan meliputi kelapa sawit, kakao, kopi, teh dan karet; komoditas peternakan

meliputi ternak sapi potong, sapi perah, dan ternak unggas (ayam ras pedaging,

ayam ras petelur, ayam bukan ras dan itik).

Page 50: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

546

Untuk dapat mewujudkan program pengembangan komoditas pertanian yang

telah diuraikan di atas, perlu adanya dukungan antara lain:

a. Pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha agribisnis.

b. Pengembangan kelembagaan pelayanan penunjang agribisnis.

c. Penciptaan dan percepatan penerapan inovasi teknologi agribisnis spesifik

lokasi.

d. Pendayagunaan secara optimal dan perlindungan sumberdaya hayati.

e. Pengembangan sistem informasi dan jaringan kerja agribisnis.

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah yang

cukup, mutu yang memadai, mudah diakses setiap saat dan di semua daerah, aman

dan halal dikonsumsi, dan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan rumah tangga

berkaitan dengan kemampuan rumah tangga untuk dapat mengakses atas pangan

baik dari produksi sendiri, dari pasar, atu dari sumber-sumber lainnya. Ketahanan

pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli, dan kemampuan

daya beli rumahtangga ditentukan oleh tingkat pendapatan. Dengan demikian maka

peningkatan pendapatan rumahtangga merupakan faktor kunci dari peningkatan

ketahanan pangan rumahtangga.

Program Peningkatan Ketahanan Pangan dimaksudkan untuk

mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem

ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat. Pangan

dalam arti luas bukan hanya beras, tetapi mencakup pangan yang berasal dari

tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan

kesehatan.

Tujuan dari program ini adalah: (i) Menciptakan iklim yang kondusif bagi

berfungsinya sub sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan, (ii)

Mendorong peningkatan ketersediaan pangan dalam jumlah, mutu dan keragaman,

(iii) Mendorong penganekaragaman produksi/ketersediaan pangan dan konsumsi

pangan beragam, bergizi dan berimbang berbasis sumberdaya lokal, dan (iv)

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menangani kerawanan dan

permasalahan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan.

Sasaran yang ingin dicapai adalah:

Page 51: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

547

a. Dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional dan rumah tangga yang cukup

untuk hidup sehat dan produktif.

b. Berkembangnya konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang, seiring dengan

menurunnya ketergantungan pada pangan pokok beras.

c. Meningkatnya kemampuan masyarakat, aparat dan pemerintah dalam

mengantisipasi masalah kerawanan pangan.

Dari tujuan dan sasaran program ketahanan pangan maka dapat dijabarkan

lebih lanjut dalam beberapa sub program utama, yaitu :

a. Sub program peningkatan ketersediaan pangan.

b. Sub program distribusi pangan.

c. Sub program pengembangan kelembagaan ketahanan pangan.

d. Sub program stabilisasi produksi dan penanggulangan rawan pangan dan gizi.

G. Rencana Aksi

1. Prioritas/Isu Utama

Prioritas kegiatan pembangunan pertanian 2005-2009 dilaksanakan dalam

kerangka pelaksanaan Program Agribisnis atau Ketahanan Pangan atau kedua-

duanya, yang ditujukan untuk menangani secara serius persoalan bangsa yang

terkait dengan/atau harus diselesaikan oleh sektor pertanian dalam jangka pendek.

Mengingat pelaksanaan pembangunan saat ini ada di daerah, maka prioritas

kegiatan yang disusun harus dapat dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.

Beberapa prioritas kegiatan yang perlu segera dilaksanakan pada tahun 2005-2009,

antara lain :

a. Menjamin keberlanjutan pencapaian ketahanan dan kemandirian pangan

melalui peningkatan produksi komoditas pangan strategis, yaitu padi/beras,

gula, jagung, kedelai, ternak unggas (daging dan telur), minyak makan (sawit

dan kelapa), dan hortikultura (cabe dan bawang merah).

b. Mengupayakan ketersediaan dan aksesibilitas terhadap sarana produksi,

khususnya pupuk dan kredit usaha pertanian yang terjangkau oleh petani,

melalui penyempurnaan distribusi dan penyediaan subsidi.

Page 52: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

548

c. Perbaikan prasarana ekonomi pertanian, khususnya rehabilitasi irigasi yang saat

ini kondisinya sangat parah, rehabilitasi sumber air di daerah hulu, dan jalan

usahatani yang rusak.

d. Menghidupkan kembali atau revitalisasi sistem penyuluhan pertanian yang

mampu memberdayakan kekuatan sistem pemerintahan otonomi daerah dan

partisipasi peran stakeholders yang lebih luas.

e. Meningkatkan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang

telah dihasilkan lembaga-lembaga penelitian untuk dapat dimanfaatkan para

pengguna (petani, swasta) dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas,

dan daya saing.

f. Meningkatkan upaya perbaikan penanganan panen dan pasca panen untuk

mengurangi kehilangan hasil melalui pemanfaatan alat dan mesin pertanian

yang tepat guna.

g. Memfasilitasi sektor swasta untuk melakukan investasi agribisnis dengan

pembuatan dan/atau peninjauan peraturan perundangan yang dapat

memberikan situasi kondusif bagi investor.

h. Meningkatkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat untuk dapat

“menolong dirinya sendiri” dengan pendekatan partisipatif dan kerja bersama

dalam kelompok/lembaga sosial ekonomi masyarakat.

i. Menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga komoditas pangan strategis, yaitu

beras, gula, minyak goreng, jagung dan kedelai, dengan mendorong para

pengusaha untuk menyangga harga dan distribusi.

j. Pengendalian laju konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian,

khususnya di Pulau Jawa, melalui peraturan perundang-undangan yang sangat

ketat dan tegas.

2. Kegiatan Rencana Aksi

a. Peningkatan Produksi dan Produktivitas

a.1. Perbenihan

Pengembangan industri perbenihan/perbibitan sangat mendesak karena

benih/bibut merupakan salah satu sumber penting pertumbuhan produktivitas

usahatani. Saat ini industri perbenihan/perbibitan merupakan salah satu mata rantai

sistem agribisnis (sub-sistem sarana produksi) yang lemah. Kekayaan

keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia merupakan modal dasar yang dapat

Page 53: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

549

didayagunakan untuk membangun suatu industri perbenihan/perbibitan yang mampu

memenuhi kebutuhan petani. Program pembangunan sistem perbenihan/perbibitan

yang menjadi fokus lima tahun ke depan antara lain adalah :

(i) Mendorong penelitian yang dapat menghasilkan benih/bibit unggul/bermutu

tinggi dengan memanfaatkan secara optimal teknologi tinggi, termasuk

bioteknologi.

(ii) Mendorong pengembangan industri benih/bibit melalui penumbuhan

kemampuan para penangkar dan perusahaan benih.

a.2. Ketersediaan Pupuk

Guna mencapai sasaran produksi komoditas pertanian melalui peningkatan

produktivitas diperlukan dukungan ketersediaan sarana produksi, khususnya pupuk,

di tingkat petani yang memenuhi enam tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat

mutu, tepat harga, tepat waktu, dan tepat lokasi. Pupuk merupakan sarana produksi

yang sangat dibutuhkan petani dalam mendukung kegiatan usahataninya. Oleh

karena itu, kelangkaan/keterlambatan penyediaan pupuk akan dapat mengganggu

stabilitas ketersediaan pangan yang disebabkan oleh menurunnya produktivitas

akibat dari kurang atau tidak digunakannya pupuk. Agar ketersediaan pupuk di

tingkat petani terjamin, di masa datang perlu dilakukan beberapa upaya sebagai

berikut :

(i) Memperbaiki dan mengawasi secara ketat sistem distribusi pupuk mulai dari

pabrik pupuk hingga ke tingkat petani.

(ii) Menerapkan kebijakan subsidi yang lebih efektif dapat dirasakan petani.

(iii) Mewajibkan pabrik pupuk untuk memprioritaskan alokasi produksinya untuk

memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri.

a.3. Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Fakta empiris membuktikan bahwa sumber utama pertumbuhan komoditi

pertanian, khususnya padi, adalah perluasan lahan beririgasi. Aplikasi teknologi baru

dengan pemanfaatan benih unggul, penggunaan pupuk buatan, mekanisasi

pertanian dan lain sebagainya juga merupakan sumber-sumber pertumbuhan

penting, namun dalam penerapannya tetap mensyaratkan ketersediaan air irigasi

yang memadai. Pembangunan jaringan irigasi di Indonesia sudah dimulai sejak

jaman kolonial Belanda dan terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1980-an. Hasil

yang dicapai dari pembangunan jaringan irigasi secara besar-besaran tersebut

Page 54: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

550

adalah dicapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun dekade terakhir

menunjukkan kondisi jaringan irigasi sudah mengalami banyak kerusakan

(diperkirakan mencapai 40%), sebagai akibat dari makin terbatasnya anggaran untuk

pemeliharaan. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan adalah :

(i) Memperbaiki jaringan irigasi yang telah rusak, utamanya di pantai utara Pulau

Jawa.

(ii) Mengoptimalkan pemanfaatan dan pembangunan jaringan irigasi baru di luar

Jawa.

(iii) Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang saat ini telah banyak

mengalami sedimentasi.

(iv) Merevitalisasi kelembagaan pengelolaan air di tingkat petani.

a.4. Konversi dan Perluasan Lahan

Ada dua permasalahan mendasar yang dihadapi pemerintah berkaitan

dengan masalah konversi lahan, yaitu sangat timpangnya land rent antar wilayah

(Jawa versus Luar Jawa; kota versus desa; sawah versus lahan kering), yang

menyebabkan konversi lahan pertanian terkonsentrasi di Jawa, di lahan sawah dan

di perkotaan, dan tingginya laju urbanisasi. Untuk mengatasi masalah tersebut,

diperlukan upaya antara lain :

(i) Mengkaji kembali seluruh produk hukum dan membuat peraturan

pengendalian baru yang konsisten dan operasional.

(ii) Mengembangkan infrastruktur berupa jaringan jalan, jaringan komunikasi dan

lain-lain agar pusat-pusat pengembangan industri dan kota baru makin

tersebar ke wilayah di luar Jawa, pedesaan dan lahan kering.

(iii) Membuat kebijakan pengembangan bangunan yang hemat lahan dengan

memberikan kemudahan ijin bagi pembangunan bangunan bertingkat seperti

rumah, kantor, toko, pasar dan lain-lain.

(iv) Membuat kebijakan kompensasi melalui sistem saham bagi pemilik lahan

pertanian yang terkonversi untuk penggunaan non pertanian.

(v) Pembukaan lahan pertanian baru di luar Jawa serta memberikan insentif bagi

usaha swasta untuk melakukan hal yang sama.

Page 55: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

551

a.5. Kredit Usaha Agribisnis

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi petani adalah keterbatasan

modal. Kebijakan penyediaan modal yang sifatnya langsung berupa bantuan modal

saja dapat menyebabkan ketergantungan para pelaku agribisnis pada uluran tangan

pemerintah. Oleh karena itu, fokus kebijakan mendatang perlu lebih ditujukan untuk

pengembangan lembaga keuangan untuk menjadi sumber permodalan bagi usaha-

usaha agribisnis. Khusus bagi petani sebagai pelaku agribisnis perlu diupayakan

kredit dengan prosedur sederhana, suku bunga yang dapat memberikan insentif

serta sistem agunan yang secara mudah dapat dipenuhi oleh petani. Untuk itu, skim

permodalan yang akan dikembangkan ke depan harus memiliki karakteristik sebagai

berikut :

(i) Dapat mengakomodasi besaran kredit yang diperlukan bagi pengembangan

usahatani yang beraneka ragam.

(ii) Mampu melayani tidak hanya pada subsistem produksi saja, tetapi juga pada

subsistem lainnya (pengolahan dan pemasaran).

(iii) Fleksibel dalam hal waktu pelayanan dan penyaluran sesuai dengan musim

tanam.

(iv) Prosedur pengajuan, penyaluran dan pengembalian sederhana.

(v) Mampu memberikan pelayanan, monitoring penggunaan pinjaman dan kontrol

dalam penyaluran kredit, yang menjamin kredit disalurkan kepada sasaran

dalam jumlah dan waktu yang tepat;

(vi) Mampu menumbuhkan pembentukan modal (capital formation) melalui

tabungan petani atau kelompok tani yang pada gilirannya dapat mengurangi

ketergantungan petani pada sumber pembiayaan dari luar.

a.6. Akselerasi Penerapan Teknologi

Banyak pihak menilai bahwa salah satu penyebab utama melambatnya

peningkatan produksi komoditas pertanian adalah terjadinya stagnasi inovasi

teknologi pertanian. Namun apabila dikaji lebih lanjut, inovasi teknologi pertanian

sebenarnya telah banyak dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian di Indonesia.

Permasalahan yang mungkin terjadi adalah kurang progesifnya petani dalam

mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan tersebut. Ada tiga faktor yang

menyebabkan petani kurang progesif dalam mengadopsi teknologi, yaitu : (a) Faktor

internal, seperti sikap petani yang cenderung kurang berani menanggung resiko

Page 56: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

552

akibat perubahan teknologi; (b) Faktor eksternal, seperti kurangnya dukungan

infrastruktur (receiving and delivery system) untuk adopsi teknologi baru; dan (c)

Teknologi yang telah dihasilkan tidak tersedia di pasar karena agen multiplikasi

teknologi belum/tidak ada. Oleh karena itu, di masa datang akselerasi penerapan

teknologi akan menjadi prioritas utama untuk dilakukan, melalui :

(i) Pemberdayaan lembaga penelitian yang ada di daerah untuk merakit

teknologi spesifik lokasi.

(ii) Revitalisasi sistem dan kelembagaan penyuluhan/transfer teknologi.

(iii) Meningkatkan peran swasta dalam memperbanyak (multiplikasi) teknologi

pertanian yang telah dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian.

b. Perlindungan kepada Petani dan Sektor Pertanian

Seperti yang telah diuraikan di muka, salah satu permasalahan utama yang

dihadapi oleh petani dan sektor pertanian Indonesia saat ini adalah perdagangan

dunia yang bebas dan tidak adil. Produk pertanian Indonesia dihadapkan dengan

produk pertanian dari negara-negara lain yang masih memberikan perlindungan

kepada petaninya melalui hambatan tarif dan non tariff, subsidi domestik dan subsidi

ekspor. Di masa datang, petani dan sektor pertanian Indonesia harus mendapatkan

perlindungan yang setara melalui kebijakan subsidi dan kebijakan tarif impor.

b.1. Kebijakan Subsidi

Sejak tahun 1998 praktis petani Indonesia sudah tidak lagi mendapat subsidi

untuk mendukung kegiatan usahataninya. Satu-satunya kebijakan subsidi yang

tersisa adalah penetapan Harga Dasar Pembelian Pemerintah untuk gabah/beras,

dan itupun tidak dapat dimplementasikan secara efektif karena pilar-pilar yang

mendukung kebijakan tersebut sudah tidak ada lagi. Dalam dua tahun terakhir, baru

diterapkan kembali subsidi pupuk, namun pelaksanaannya juga tidak berjalan baik.

Terbatasnya bantuan subsidi ternyata membuat sektor pertanian Indonesia makin

tidak berdaya, karena adanya tekanan produk pertanian impor yang sarat dengan

subsidi dari pemerintahnya. Untuk mendukung peningkatan produktivitas dan

produksi pertanian, ada tiga komponen penting yang perlu mendapat subsidi

pemerintah, yaitu benih, pupuk dan modal usahatani.

Page 57: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

553

(i) Subsidi Benih :

Subsidi benih yang diberikan pemerintah kepada BUMN selama ini ternyata

masih belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh petani. Hal ini diindikasikan oleh

masih rendahnya penggunaan benih berlabel oleh petani dengan alasan harga yang

masih terlalu tinggi dan tidak selalu tersedia di pasar. Oleh karena itu, di masa depan

subsidi benih harus dialokasikan tidak hanya ke BUMN saja, tetapi juga kepada

petani penangkar benih. Pemberian subsidi benih ke petani penangkar dilakukan

melalui pemberian bantuan modal kerja dan subsidi harga output. Apabila hal ini

dapat terlaksana secara baik maka ketersediaan benih unggul akan meningkat

sehingga mudah diakses oleh petani dengan harga terjangkau.

(ii) Subsidi Pupuk :

Subsidi pupuk yang diberikan oleh pemerintah hingga mencapai Rp 1,3

trilyun saat ini ternyata masih belum mampu mengatasi gejolak harga di tingkat

petani. Sebagian besar petani yang seharusnya mendapatkan harga pupuk

bersubsidi masih harus membayar jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang

ditetapkan oleh pemerintah. Penyaluran dana subsidi kepada pabrik pupuk dalam

bentuk subsidi harga gas hanya karena alasan untuk kemudahan operasional harus

ditinjau lagi. D masa datang, subsidi pupuk harus benar-benar dapat dinikmati oleh

petani. Mekanisme penyaluran pupuk yang telah berjalan sangat baik pada era

1980-an kiranya dapat dikaji ulang dan dipertimbangkan untuk dilaksanakan selama

kurun waktu lima tahun ke depan.

(iii) Subsidi Bunga Pinjaman :

Pemerintah saat ini memang telah mengalokasikan dana pinjaman untuk

modal kerja usahatani dengan bunga di bawah bunga pasar sekitar Rp 2,7 trilyun.

Namun karena pola pinjamannya disamakan dengan kredit komersial (bank sebagai

executing bukan chanelling), maka hanya sebagian kecil petani saja yang mampu

mengakses modal kerja tersebut dengan total pinjaman sekitar Rp 400 milyar. Untuk

meningkatkan akses petani terhadap pinjaman modal kerja maka peran pihak

perbankan yang saat ini sebagai executing perlu diubah kembali menjadi chanelling.

Dan untuk menghindari permasalahan tunggakan kredit seperti yang terjadi dalam

pola Kredit Usahatani (KUT), maka pola bantuan pengelolaan pinjaman model LUEP

(Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) dapat diadopsi. Dalam model LUEP,

penyaluran, penggunaan dan pengembalian pinjaman diawasi secara ketat sehingga

tingkat pengembaliannya hingga saat ini dapat mencapai di atas 90%.

Page 58: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

554

b.2. Kebijakan Tarif Impor

Selain subsidi, kebijakan proteksi lain yang diperlukan agar harga yang

diterima petani dapat memberikan keuntungan dan insentif usaha yang wajar adalah

pengenaan tarif impor yang didukung oleh penerapan yang efektif di lapangan.

Fenomena membanjirnya produk pertanian impor yang terjadi saat ini lebih

disebabkan oleh kebijakan perdagangan dengan proteksi minimal bagi produsen

domestik. Subsidi sarana produksi sudah lama dihilangkan dan tarif yang dikenakan

berada pada tingkat minimum. Sementara itu, di berbagai negara eksportir pangan,

subsidi bagi para petaninya cukup besar dengan tingkat proteksi yang cukup tinggi,

termasuk pengenaan tarif dan hambatan teknis bagi impor produk-produk pangan

dari negara berkembang. Di masa datang, kebijakan proteksi perlu ditingkatkan pada

level optimal, sehingga diharapkan besarnya surplus perdagangan internasional

pangan akan meningkat pula.

Ada empat kelompok komoditas utama yang perlu mendapat proteksi dari

pemerintah melalui kebijakan tarif impor optimal, yaitu : (i) beras; (ii) jagung, kedelai,

gula; (iii) tanaman hortikultura tropis terpilih (berdasarkan kriteria kepentingan

strategis); dan (iv) produk peternakan (daging ayam, daging sapi dan telur). Besaran

tarif impor yang dikenakan untuk masing-masing kelompok komoditas berbeda-beda,

tergantung pada perannya dalam perekonomian nasional dan upaya pemantapan

ketahanan pangan. Secara operasional besaran tarif yang akan dikenakan untuk

masing-masing kelompok komoditas adala sebagai berikut.

(i) Untuk beras sebagai komoditas strategis, tarif impornya perlu ditetapkan

minimal 30%. Tingkat tarif impor sebesar itu diperlukan untuk melindungi petani

padi yang hingga kini masih diusahakan oleh sekitar lebih dari 21 juta rumah

tangga petani.

(ii) Tariff impor jagung dan kedelai ditetapkan sekitar 15-20%, sedangkan untuk

gula minimal sebesar 30%. Penetapan tarif impor jagung dan kedelai yang

cukup moderat dimaksudkan selain untuk melindungi petani agar tetap

mendapat insentif untuk melaksanakan usahatani jagung dan kedelai, juga

tetap memberikan peluang kepada para pengusaha pakan ternak dan pangan

olahan untuk mendapatkan bahan baku jagung dan kedelai impor dengan

harga terjangkau. Penetapan tarif impor gula yang cukup tinggi dimaksudkan

untuk melindungi industri gula dan petani tebu yang melibatkan ratusan ribu

rumah tangga, baik petani maupun pegawai pabrik gula.

Page 59: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

555

(iii) Indonesia memiliki beberapa produk hortikultura tropis, seperti kentang, kubis,

bawang merah, bawang putih, pisang, nenas dan jamur yang selama ini

merupakan sumber utama penghasil devisa dari sektor pertanian. Namun akhir-

akhir ini beberapa produk hortikultura utama tersebut mendapat tekanan dari

produk impor sejenis yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan

harga domestik. Untuk melindungi petani dalam negeri agar tetap memperoleh

pendapatan yang memadai dari kegiatan usahataninya, impor beberapa produk

hortikultura tropis terpilih tersebut perlu dikenakan tarif impor sekitar 15-20%.

Sementara itu, untuk komoditas hortikultura sub tropis walaupun tidak dapat

dihasilkan oleh Indonesia, tetap perlu juga dikenakan tarif impor yang berkisar

5-10%. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan segmentasi pasar sekaligus

mengurangi tekanan konsumsi buah-buahan impor yang saat ini makin

merambah ke pasar-pasar tradisional.

(iv) Impor produk peternakan, seperti daging ayam, daging sapi dan telur perlu

dikenai tarif impor yang berkisar 10-15%. Hal ini perlu dilakukan untuk

melindungi industri peternakan dalam negeri, khususnya peternak rakyat, yang

jumlahnya cukup besar dan selama ini telah memberikan kontribusi sangat

signifikan terhadap konsumsi protein hewani.

c. Pemantapan Ketahanan Pangan

Untuk membangun sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas perlu

upaya untuk mendorong perilaku dan kebiasaan masyarakat agar memiliki budaya

makan dan hidup sehat. Penganekaragaman konsumsi pangan dapat diartikan

sebagai mengkonsumsi anekaragam pangan dari berbagai kelompok pangan, baik

pangan pokok, lauk pauk, sayuran maupun buah-buahan dalam jumlah yang cukup,

beragam dan berimbang. Makin beragam komposisi pangan yang dikonsumsi, akan

makin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada satu jenis pangan

yang mempunyai kandungan gizi lengkap dan cukup dalam jumlah dan jenisnya.

Apabila upaya ini dapat diwujudkan maka tujuan utama penganekaragaman

konsumsi pangan, yaitu meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan dan mengurangi

ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan,

khususnya beras, dapat tercapai. Hasil akhir yang ingin dicapai dari upaya

penganekaragaman pangan ini adalah terwujudnya ketahanan pangan yang mantap

melalui pencapaian swasembada dan kemandirian pangan dan diversifikasi pangan

ke arah beragam, bergizi dan berimbang.

Page 60: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

556

Untuk itu dipandang perlu menggalakkan penganekaragaman pangan melalui

upaya penyediaan pangan yang beragam, bergizi dan berimbang, mengembangkan

perilaku dan sikap keluarga dan masyarakat agar tetap menyukai pangan lokal, serta

upaya lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Disamping itu, juga perlu

upaya meningkatkan daya beli masyarakat dan merubah pola kebiasaan konsumsi

masyarakat. Cara yang dapat ditempuh untuk mendukung terlaksananya upaya

penganekargaman pangan adalah melalui diversifikasi produksi/ketersediaan dan

diversifikasi konsumsi. Diversifikasi produksi dilakukan melalui : (i) Pengembangan

pangan karbohidrat khas Nusantara spesifik lokasi, seperti sukun, talas, sagu,

jagung, garut, dan lain-lain; (ii) Pengembangan produk (product development)

melalui peran industri pengolahan (khususnya usaha kecil menengah) untuk

meningkatkan cita ras dan citra produk pangan khas Nusantara (product image); dan

(iii) Peningkatan produksi dan ketersediaan sumber pangan protein (ikan, ternak)

dan zat gizi mikro (hortikultura).

Diversifikasi konsumsi pangan terkait dengan upaya merubah selera dan

kebiasaan makan. Karena itu, pokok kegiatan ini berupa peningkatan pengetahuan,

sosialisasi, dan promosi mengenai pola pangan beragam, bergizi dan berimbang.

Pendekatan pengembangan diversifikasi konsumsi pangan jangan diidentikan

dengan kegiatan pengentasan kemiskinan, tapi merupakan upaya perbaikan

konsumsi gizi dan kesehatan.

c.1. Swasembada dan Kemandirian Pangan :

Akhir-akhir ini istilah kemandirian pangan menjadi populer karena istilah

tersebut dirasakan lebih dapat membangkitkan rasa nasionalisme, sehingga dapat

dijadikan alternatif yang lebih sesuai bagi konsep ketahanan pangan yang ada.

Kemandirian pangan mengandung arti kebutuhan pangan nasional harus dipenuhi

secara mandiri dengan memberdayakan modal manusia, modal sosial dan ekonomi

yang dimiliki petani Indonesia, yang pada gilirannya harus berdampak pada

peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi petani dan masyarakat lainnya. Dalam

operasionalisasinya, konsep mandiri diskenariokan sebagai kondisi dimana

kebutuhan pangan nasional minimal 90% dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Dengan pengertian tersebut, konsep kemandirian pangan sebenarnya merupakan

salah satu varian dari konsep swasembada pangan, yang utamanya adalah

swasembada absolut dan swasembada on trend. Swasembada absolut adalah

kebutuhan pangan seluruhnya (100%) dipenuhi dari produksi dalam negeri,

sementara swasembada on trend adalah bahwa dalam beberapa tahun tertentu ada

Page 61: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

557

kalanya mengimpor pangan, tetapi pada tahun lainnya mengekspor, sehingga rata-

ratanya dalam jangka menengah tetap memenuhi swasembada.

Dalam rangka ketahanan pangan, Indonesia telah menerapkan kebijakan

pangan absolut, khususnya untuk beras sampai awal dekade 1990, dan menganut

swasembada on trend sesudahnya. Untuk memantapkan ketahanan pangan ke

depan, konsep kemandirian pangan dapat dipakai sebagai acuan dengan definisi :

“pemenuhan kebutuhan pangan nasional yang bertumpu seoptimal mungkin pada

kemampuan sumberdaya domestik, yang dapat meningkatkan kesejahteraan

konsumen dan/atau melindungi produsen, khususnya usaha skala kecil”. Dengan

demikian, perdagangan internasional pangan harus dikelola bagi sebesar-besarnya

untuk kepentingan mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Sebagai contoh, tarif bea masuk rendah dapat dikenakan bagi komoditas

pangan yang tidak mempunyai keunggulan kompetitif, sehingga dapat memperbaiki

kualitas dan keragaman pola konsumsi masyarakat. Namun, untuk komoditas

pangan yang mempunyai keunggulan kompetitif dan basis bagi sumber pendapatan

masyarakat banyak, proteksi melalui tingkat tarif yang signifikan diperlukan. Angka

kemandirian 90% dapat dipakai acuan bagi pemenuhan pangan secara agregat atau

dalam arti luas. Pencapaian angka kemandirian tersebut dapat dipenuhi melalui

agregasi kinerja masing-masing kelompok komoditas yang dibedakan berdasarkan

kriteria kepentingan strategis, yaitu sebagai berikut :

(a) Secara ekonomis, beras masih tetap merupakan komoditas strategis dalam

perekonomian nasional, karena : (i) Usahatani padi menyediakan

kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah

tangga tani; (ii) Merupakan bahan pangan pokok bagi 95% penduduk

Indonesia yang jumlahnya saat ini sekitar 212 juta jiwa, dengan pangsa

konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras lebih dari 55%; dan (iii)

Sekitar 30% dari total pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk

beras. Dengan demikian, kemandirian pangan beras yang akan diwujudkan di

masa datang adalah 100% harus dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri

(swasembada).

(b) Jagung, kedelai dan gula, yang merupakan salah satu kelompok pangan

sumber protein dan energi utama serta bahan baku industri, di masa datang

harus diupayakan peningkatan produksinya, minimal mencapai 90%,

sehingga impor ketiga jenis pangan tersebut dapat dikurangi.

Page 62: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

558

(c) Indonesia mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar (bahkan

yang terbesar di Asia Tenggara) untuk menghasilkan produk pangan

hortikultura tropis, sehingga di masa datang pemerintah perlu mengupayakan

pencapaian kemandirian pangan hortikultura tropis sebesar 100%

(swasembada) atau bahkan lebih untuk keperluan ekspor.

(d) Data neraca bahan makanan pangan dari Food Agriculture Organization

(FAO) menunjukkan bahwa ketergantungan pangan produk peternakan

Indonesia terhadap impor adalah sekitar 13%. Untuk memenuhi kebutuhan

pangan produk peternakan dalam negeri yang terus meningkat, di masa

datang perlu diupayakan peningkatan produksi peternakan, khususnya daging

ayam, daging sapi, telur, dan susu. Upaya peningkatan produksi peternakan

ini diharapkan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor yang akhir-akhir ini

cenderung terus meningkat.

(e) Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia,

bahkan banyak pihak meramalkan 3-5 tahun ke depan akan menjadi yang

terbesar di dunia, menggeser Malaysia. Untuk itu, di masa datang Indonesia

harus diupayakan untuk menjadi eksportir minyak goreng utama dunia tanpa

mengganggu pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Apabila upaya-upaya tersebut di atas dapat diwujudkan, maka secara

nasional Indonesia akan mempunyai kemandirian pangan yang cukup tinggi, yang

berarti juga ketahanan pangan secara agregat dapat terpelihara. Dengan demikian,

sinyalemen yang menyatakan bahwa Indonesia saat ini telah berada dalam

perangkap pangan impor, di masa datang dapat dihilangkan.

Page 63: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

559

Tabel 1. Sasaran Produk Domestik Bruto, Investasi, Penyerapan Tenaga Kerja, Pendapatan Petani dan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2005, 2009 dan 2025.

Uraian 2005 2009 2025 Laju(%/th) PRODUK DOMESTIK BRUTO (Rp milyar) Sektor Pertanian 266.198 316.064 628.141 4.39 - Subsektor Pangan 109.398 120.755 179.263 2.50 - Subsektor Hortikultura 59.408 72.211 157.633 5.00 - Subsektor Perkebunan 52.664 66.487 168.898 6.00 - Subsektor Peternakan 44.727 56.467 143.447 6.00 INVESTASI (Rp milyar) Sektor Pertanian 11.975 14.673 33.078 5.21 - Subsektor Pangan 2.153 2.376 3.523 2.49 - Subsektor Hortikultura 2.282 2.774 6.059 5.00 - Subsektor Perkebunan 5.643 7.124 18.092 6.00 - Subsektor Peternakan 1.897 2.395 6.088 6.00 TENAGA KERJA (000 hok) Sektor Pertanian 39.545 41.128 48.122 0.99 - Subsektor Pangan 18.271 16.402 10.654 -2.66 - Subsektor Hortikultura 11.217 11.580 13.155 0.80 - Subsektor Perkebunan 6.239 8.415 27.854 7.77 - Subsektor Peternakan 3.818 4.606 9.754 4.80 PENDAPATAN (Rp'000/kap/th) Sektor Pertanian 6.731 7.685 13.059 3.37 - Subsektor Pangan 5.987 7.362 16.828 5.30 - Subsektor Hortikultura 5.296 6.236 11.988 4.17 - Subsektor Perkebunan 8.441 8.810 10.456 1.08 - Subsektor Peternakan 11.715 12.261 14.710 1.14 JUMLAH PENDUDUK MISKIN (%) 21,40 16,87 6,52 -5,77

Page 64: ARAH, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2004_VI_12.pdf · sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. ektor S

560

Tabel 2. Sasaran Produksi Komoditas Pertanian Utama Tahun 2005, 2009 dan 2025.

Produksi (000 ton) Komoditas 2005 2009 2025

Laju (%/th)

A. Pangan Utama - Beras 33.432 34.355 38.309 0,68 - Jagung 11.277 12.102 16.051 1,78 - Kedelai 765 992 2.805 6,71 - Kacang tanah 857 1.022 2.067 4,50 - Ubi kayu 20.229 23.084 39.143 3,36 - Ubi jalar 2.174 2.481 4.208 3,36 B. Hortikultura a. Sayuran - Bawang merah 852 994 1.842 3,93 - Kentang 895 1.052 2.008 4,12 - Kubis 1.297 1.515 2.820 3,96 - Tomat 689 862 2.112 5,76 - Cabe 209 247 482 4,26 b. Buah-buahan - Alpukat 174 211 456 4,94 - Pisang 4.245 5.129 10.931 4,84 - Mangga 959 1.058 1.567 2,49 - Jeruk 726 845 1.551 3,87 - Pepaya 537 605 975 3,03 C. Perkebunan - Kelapa sawit 12.596 17.650 68.044 8,80 - Karet 2.919 3.286 5.277 3,01 - Kopi 618 677 975 2,31 - Kakao 520 692 2.170 7,41 - Teh 181 199 291 2,40 - Gula tebu 2.138 2.332 3.301 2,20 D. Peternakan - Daging sapi 448 479 626 1,69 - Daging ayam 984 1.159 2.231 4,18 - Telur 1.042 1.378 4.215 7,24 - Susu 693 960 3.535 8,49