BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank...

22
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bank Syariah 2.1.1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ismail (2011:32) mendefinisikan bahwa “Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah”. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akan sebagaimana diatur dalam syariah islam. Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 dalam Ismail (2011:33) menyatakan bahwa: Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, secara cara dan proses dalam melakukan melakukan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional. Beberapa contoh bank umum syariah antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah, dan Bank BRI Syariah. 7

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Bank Syariah

2.1.1. Pengertian Bank Syariah

Menurut Ismail (2011:32) mendefinisikan bahwa “Bank syariah

merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam

kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada

nasabah”.

Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada

nasabah tergantung dari akad perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian

(akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun

akan sebagaimana diatur dalam syariah islam.

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 dalam

Ismail (2011:33) menyatakan bahwa:

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syariah dan unit syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, secara

cara dan proses dalam melakukan melakukan kegiatan usahanya. Bank

Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah

(BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank perkreditan rakyat syariah

(BPRS).

Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai

dengan akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional.

Beberapa contoh bank umum syariah antara lain Bank Syariah Mandiri, Bank

Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA

Syariah, dan Bank BRI Syariah.

7

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

8

Unit usaha syariah merupakan unit usaha syariah yang masih dibawah

pengelolaan bank konvensional. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari

kantor induk dari bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari

kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/ atau

unit syariah. Contoh unit usaha syariah antara lain BNI syariah, Bank Permata

Syariah, BII Syariah, dan Bank Danamon Syariah.

Menurut Ascarya (2013:30) menyimpulkan bahwa:

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga

keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil

melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya)

berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-

nilai syariah yang bersifat makro atau mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat,

bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti

perjudian (masyir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),

bebas dari hal-hal yang rusak dan tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai

alat tukar. Sementara nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku bank

syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh para Rasullah Saw yaitu

shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.

Menurut Hasibuan (2011:39) menyimpulkan bahwa:

Bank berdasarkan Prinsip Syariah (BPS) adalah bank Umum Syariah

(BUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroprasi

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain yaitu

bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Islam (Al-Quran dan Hadis).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

9

Dalam tata cara tersebut dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan

mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atau

dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bank syariah

adalah bank yang kegiatannya berdasarkan hukum islam, dan tidak membebankan

bunga melainkan bagi hasil.

2.1.2. Fungsi Utama Bank Syariah

Menurut Ismail (2011:39) menyimpulkan bahwa “Bank syariah memiliki

tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan

dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari

bank, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah”.

Sumber: Ismail (2011:39)

Gambar II.1. Fungsi Utama Bank

2.1.3. Jenis-jenis Bank Syariah

1. Ditinjau Dari Segi Fungsinya

a. Bank Umum Syariah

Menurut Ismail (2011:51) ”Bank Umum Syariah adalah bank yang

dalam aktifitasnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

syariah dan melakukan kegaiatan lalu lintas pembayaran”.

BANK SYARIAH

Penghimpunan Dana Penyaluran Dana Pelayanan Jasa

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

10

Bank umum syariah dapat melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang

syariah.

b. Unit Usaha Syariah

Menurut Ismail (2011:53) menyimpulkan bahwa “Unit usaha syariah

merupakan unit usaha yang dibentuk oleh bank konvensional, tetapi dalam

aktivitas menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah,

serta melaksanakan lalu lintas pembayaran”.

Aktivitas unit usaha syariah sama dengan aktivitas yang dilakukan

oleh bank umum syariah, yaitu aktivitas dalam menawarkan produk

penghimpunan dana pihak ketiga, penyaluran dana kepada pihak yang

membutuhkan serta memberikan layanan jasa perbankan lainnya.

Menurut Undangan-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008 dalam Ismail

(2011:53 ) menyatakan bahwa:

Unit usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit

kerja dikantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit

syariah.

c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Menurut Ismail (2011:54) “Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS)

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

11

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran”.

BPRS tidak dapat melaksanakan transaksi lalu lintas pembayaran atau

transaksi dalam lalu lintas giral. Fungsi BPRS pada uumumnya terbatas

pada hanya penghimpunan dana dan penyaluran dana.

Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Bank

Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

memiliki kesamaan yaitu bank yang menjalankan kegiatannya berdasarkan

hukum islam.

2. Ditinjau Dari Segi Statusnya

a. Bank Devisa

Menurut Ismail (2011:55) menyimpulkan bahwa “Bank devisa

merupakan bank syariah yang dapat melakukan aktivitas transaksi luar

negeri dan/atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing

secara keseluruhan”.

b. Bank Non devisa

Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum

mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa.

Transaksi yang dilakukan oleh bank nondevisa masih terbatas pada

transaksi dalam negeri dan/atau transaksi dalam mata uang rupiah saja”.

2.2. Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

12

Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-

prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari

individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan

laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik.

Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan.

Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada saat

tertentu. Laporan laba rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu

bank selama satu periode tertentu. Laporan perubahan posisi keuangan

memperlihatkan dari mana saja sumber dana bank dan kemana saja dana

disalurkan. Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode (tanggal) dan

laporan laba-rugi selama periode yang dilaporkan. Selain dari ketiga komponen

utama laporan keuangan di atas, juga harus disertakan catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Wardiah (2013:285) menyimpulkan bahwa:

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,

serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk menyediakan

informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak – pihak

yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembalian

keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan sumber informasi

utama untuk berbagai pihak yang membutuhkan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai

cara, misalnya: laporan arus kas dan laporan arus dana), catatan dan laporan lain,

serta informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.

Menurut Myer dalam Munawir (2014:5) mengemukakan bahwa “Dua

daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu

perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi

keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-

akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk

menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak

dibagikan (laba yang ditahan)”.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

13

Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan

rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca

menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu

perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba

memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya yang terjadi

selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan

penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Menurut Kasmir (2015:7) memberi batasan bahwa “Laporan keuangan

adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

dalam periode tertentu”.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini

adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan

keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu

(untuk laba rugi)

Dari beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

adalah laporan yang menunjukkan kondisi suatu perusahaan dalam waktu tertentu

yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan laporan tersebut akan

digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

2.2.2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2015:7) memberikan batasan bahwa:

Dalam praktiknya, dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti:

1. neraca;

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

14

2. laporan laba rugi;

3. laporan perubahan modal;

4. laporan catatan atas laporan keuangan; dan

5. laporan kas.

Menurut Rivai, dkk (2012:376) menyimpulkan bahwa:

Jenis laporan keuangan bank terdiri atas berikut ini:

1. Neraca

Neraca bank adalah suatu laporan keuangan yang diterbitkan setiap hari

kerja oleh satuan kerja akunting.

2. Perhitungan laba rugi

Laporan laba rugi bank (profit and loss statment) atau lebih dikenal dengan

income statment dari suatu bank umum adalah suatu laporan keuangan bank

yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional

bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu

3. Laporan Komitmen dan Kontijensi

Rekening-rekening yang sifatnya administratif yang digunakan sebagai

tempat mencatat transaksi-transaksi yang belum efektif mengakibatkan

perubahan terhadap aktiva maupun kewajiban bank.

2.2.3. Tujuan Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi

keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.

Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

15

perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang

memiliki kepentingan terhadap perusahaan.

Menurut Rivai, dkk (2012:375) menyimpulkan bahwa:

Tujuan laporan keuangan adalah:

1. memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai posisi

keuangan perusahaan (termasuk bank) pada suatu saat tertentu.

2. memberikan informasi keungan yang dapat dipercaya mengenai hasil

usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.

3. memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang

berkepentingan untuk menilai atau menginterpretasikan kondisi dan

potensi suatu perusahaan.

4. memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan kebutuhan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan kebutuhan yang

bersangkutan.

Menurut Kasmir (2015:10-11) menyimpulkan bahwa:

Tujuan laporan keuangan adalah:

1. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

3. memberikan informasi tentang jenis dan jumalah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu;

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

16

4. memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

5. memberikan informasi tentang perubahan-perubahan ang terjadi terhadap

aktiva, pasiva dan modal perusahaan;

6. memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode tertentu;

7. informasi keuangan lainnya.

Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat

diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan

keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan

dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan

melakukan analisis keuangan dengan berbagai rasio keuangan yang lazim

dilakukan.

2.3. Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Haryani (2010:45) ”Tingkat kesehatan bank adalah hasil

penilaian kualitatif atas berbagai aspek yag berpengaruh terhadap kondisi

atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian

kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen,

rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar”.

Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian

kualitatif dan kuantitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang

didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta

pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian

nasional.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

17

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

mengatakan bahwa:

Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang

berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau UUS melalui:

1. Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor

permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap

risiko pasar; dan

2. Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.

Penilaian Kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan

maupun proyeksi rasio-rasio keuangan Bank atau UUS. Penilaian Kualitatif

adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil Penilaian

Kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan Bank atau UUS.

2.4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah

Perkembangan metodelogi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersifat

dinamis, tidak hanya dilakukan untuk bank konvensional saja, tetapi juga

dilakukan untuk Bank Syariah baik untuk bank umum syariah maupun

bank perkreditan rakyat syariah untuk mendorong pengaturan kembali

sistem peniliaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.

Tujuannya adalah agar dapat memberikan gambaran yang lebih tepat

mengenai kondisi saat ini dan mendatang (Kasmir, 2014:174)

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah dilakukan berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 dalam Kasmir

(2014:175) tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan

Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007. Dari hasil penjelasan

Deputi Gubernur, Bank Indonesia Siti Chalimah Fadjrijah menjelaskan

bahwa:

Penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa

perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks sehingga

eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur

risiko terserbut akan merubah profil risiko Bank Syariah, yang pada

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

18

gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam

penilaian tingkat kesehatan, Bank Syariah telah memasukkan risiko yang

melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang merupakan bagian dari

proses penilaian manajeman risiko.

Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank

secara triwulan, yang meliputi faktor – faktor antara lain:

1. Permodalan (capital)

2. Kualitas aset (asset quality)

3. Manajemen (management)

4. Rentabilitas (earning)

5. Likuiditas (liquidity)

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

Penilaian komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor financial

(permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko

pasar) dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan mempertimbangkan unsur

judgment.

2.5. Komponen Capital Adequacy Ratio (CAR)

Secara umum, Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan

modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi

oleh bank. Semakin tinggi nilai CAR semakin baik kemampuan bank tersebut

untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika

nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tinggi maka bank tersebut mampu

membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi profitabilitas.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

19

Menurut Mulyono dalam Wardiah (2013:295) mengemukakan bahwa

“CAR merupakan perbandingan antara equity capital dan aktiva total loans dan

securities”.

Menurut Wardiah (2013:295) “CAR adalah rasio kecukupan modal bank

atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan

kerugian dalam perkreditan atau perdagangan surat – surat berharga”.

Rasio CAR menunjukkan kemampuan dari modal untuk menutupi

kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian pada investasi

surat-surat berharga. CAR menurut standar SBI (Bank For International

Settlements) minimum sebesar 8%. Jika kurang dari itu akan dikenakan sanksi

oleh Bank Sentral.

Menurut Haryani (2010:51) mengemukakan bahwa:

CAR (Capital Adequacy Ratio) atau rasio kecukupan modal. CAR adalah

rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank

yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-

dana dari sumber-sumber diluar bank.

Tabel II.2.

Matriks Kriteria Penilaian Peringkat CAR

Rasio Peringkat Predikat

CAR ≥ 11% 1 Sangat Baik

9,5% ≤ CAR < 11% 2 Baik

8% ≤ CAR < 9,5% 3 Cukup Baik

6,5% ≤ CAR < 8% 4 Tidak Baik

CAR < 6,5% 5 Sangat Tidak Baik

Sumber: Kodifikasi Peraturan BI tentang Penilaian Tingkat Kesehatan 2012

Dari beberapa teori-teori yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan

bahwa Capital Adequacy Ratio atau disingkat dengan CAR adalah rasio

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

20

kecukupan modal yang harus dipenuhi oleh suatu bank sesuai dengan standar

ketetapan Bank Indonesia untuk menutupi risiko akibat kerugian dari setiap aktiva

produktif yang berisiko.

2.5.1. Permodalan Bank

Menurut Rivai, dkk (2012:469) “Modal adalah fakor penting dalam rangka

pengembangan usaha dan menampung kerugian”.

Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat makanya

permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang lebih dikenal

sebagai standar BIS (Bank for International Settlement).

Menurut Zeurning, dkk (2011:211) “Modal juga merupakan faktor penentu

utama kapasitas kredit bank”.

Neraca sebuah bank tidak dapat diperluas melampaui tingkat yang

ditentukan oleh rasio kecukupan modalnya (CAR), ketersediaan modal pada

akhirnya menentukan tingkat maksimum aset.

Modal bank dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu modal inti

dan modal pelengkap. Modal inti disebut sebagai modal sendiri karena dananya

berasal dari pemilik (Darmawi, 2014:84).

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.7/53/DPbS

dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada Semua Bank

Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Di Indonesia menyebutkan bahwa “Modal merupakan salah satu faktor

yang penting bagi bank syariah dalam rangka pengembangan usaha dan

menampung risiko kerugian”.

Agar perbankan syariah Indonesia dapat berkembang secara sehat dan

mampu bersaing dengan perbankan internasional maka permodalan bank syariah

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

21

senantiasa harus mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional.

Sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia No.

7/13/PBI/2005 dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.

7/53/Dpbs mengemukakan bahwa “Modal bagi bank umum yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, terdiri dari

modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap

tambahan (tier 3).

Adapun rincian komponen dari masing-masing modal tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Modal Inti

Modal Inti terdiri dari :

a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya sebesar nominal saham. Bagi bank yang berbentuk hukum

koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib

dan modal penyertaan sebagaimana diatur dalam Undang-undangan

No.25 Tahun 1992 tentang Perkoprasian.

b. Cadangan tambahan modal (disclosed reserve), terdiri dari:

1) Agio saham, yaitu selisih lebih antara setoran modal yang diterima

oleh bank dengan nilai nominal saham yang diterbitkan. Dalam hal

bank memiliki disagio maka selisih kurang antara setoran modal

yang diterima oleh bank dengan nilai nominal saham yang

diterbitkan menjadi faktor pengurang modal inti.

2) Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh bank darI

sumbangan. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang

diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk

dalam pengertian modal sumbangan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

22

3) Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan

laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan

mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat

anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar

masing-masing bank.

4) Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan

laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan

rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

5) Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, yaitu seluruh

laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak, dan

belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang

saham atau rapat anggota. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi

tahun-tahun lalu maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor

pengurang dari modal inti.

6) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku

berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun

buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti

hanya sebesar 50%. Dalam hal pada tahun berjalan bank

mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi

faktor pengurang dari modal inti. Dalam perhitungan laba harus

dikeluarkan pengaruh perhitungan pajak tangguhan (deferred tax)

dan kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

23

(PPAP) dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai ketentuan

Bank Indonesia yang merupakan komponen biaya yang dibebankan

pada laba tahun berjalan.

7) Selisih lebih penjabaran Laporan Keuangan kantor cabang luar

negeri akibat penggabungan laporan keuangan kantor cabang luar

negeri dengan induknya. Dalam hal terdapat selisih kurang

penjabaran Laporan Keuangan cabang luar negeri, maka selisih

tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

8) Dana setoran modal, yaitu dana yang telah disetor penuh untuk

tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan

kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal

disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham dan atau

pengesahan dari instansi yang

berwenang.

9) Penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk

dijual merupakan faktor pengurang modal inti. Jumlah modal inti

adalah jumlah sebagaimana tersebut pada angka 1) sampai dengan

angka 9) di atas, dikurangi dengan goodwill yang ada dalam

pembukuan bank.

2. Modal pelengkap (Tier 2). Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :

a. Selisih penilaian kembali aktiva tetap yaitu nilai yang dibentuk sebagai

akibat selisih penilaian kembali aktiva tetap milik bank yang telah

mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. Selisih penilaian

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

24

kembali aktiva tetap tidak dapat dikapitalisasi ke dalam modal disetor

dan atau dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.

b. Cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif, yaitu

cadangan umum yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi

tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang

mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali

sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva

produktif yang bersifat cadangan umum diperhitungkan sebagai

komponen modal pelengkap maksimum sebesar 1,25% dari jumlah

ATMR. Sedangkan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang

bersifat cadangan khusus diperhitungkan sebagai pengurang terhadap

nilai nominal dalam perhitungan ATMR.

a. Modal pinjaman yang memenuhi kriteria Bank Indonesia, yaitu

pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat yang mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1) berdasarkan prinsip Qardh;

2) tidak dijamin oleh bank penerbit (issuer) dan sifatnya dipersamakan

dengan modal serta telah dibayar penuh;

3) tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa

persetujuan Bank Indonesia; dan

4) mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah

kerugian bank melebihi saldo laba dan cadangan-cadangan yang

termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi. Dalam

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

25

pengertian modal pinjaman ini, untuk bank yang berbadan hukum

koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

b. Investasi Subordinasi yang dalam Laporan bulanan bank Syariah

disebut sebagai Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1) berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah;

2) ada perjanjian tertulis antara bank dengan investor;

3) mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam

hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan,

bank harus menyampaikan program pembayaran kembali investasi

subordinasi tersebut;

4) tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh;

5) minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun;

6) pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari

Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank

tetap sehat; dan

7) dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari

segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

Jumlah investasi subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai

modal untuk sisa jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah

jumlah investasi subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

26

dengan menggunakan metode garis lurus atau prorata. Jumlah

investasi subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen

modal pelengkap maksimum sebesar 50% (lima puluh perseratus)

dari modal inti.

e. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio untuk dijual setinggi-

tingginya sebesar 45% (empat puluh lima perseratus).

3. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3)

a. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan kewajiban penyediaan

modal minimum adalah investasi subordinasi jangka pendek yang

memenuhi kriteria Bank Indonesia sebagai berikut:

1) berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah;

2) tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan dan telah disetor

penuh;

3) memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 (dua)

tahun;

4) tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam

perjanjian pinjaman yang telah mendapat persetujuan Bank

Indonesia;

5) terdapat klausula yang mengikat (lock-in clausule) yang

menyatakan bahwa tidak dapat dilakukan penarikan angsuran

pokok, termasuk pembayaran saat jatuh tempo, apabila pembayaran

dimaksud dapat menyebabkan kewajiban penyediaan modal

minimum Bank tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

27

6) terdapat perjanjian penempatan investasi subordinasi yang jelas

termasuk jadwal pelunasannya;

7) memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

2.5.2. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Menurut Darmawi (2014:97) mengemukakan bahwa “Tujuan menghitung

ATMR yaitu mengubah perbandingan aset sesuai dengan risikonya agar tercipta

sistem perbankan yang lebih aman”.

Sedangkan ATMR bagi bank didasarkan pada risiko aktiva. Dalam arti

luas hal itu meliputi elemen-elemen aktiva yang tercantum dalam neraca (on

Balance Sheet) dan kewajiban yang masih bersifat administratif (Off Balance

Sheet) sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijensi dan

atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.

Standar kecukupuan modal didasarkan pada prinsip bahwa tingkat modal

sebuah bank harus berkaitan dengan profil risiko yang spesifik terhadap bank

tersebut. Pengukuran persyaratan kecukupan modal ditentukan oleh tiga

komponen risiko-risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional (Greuning,

Zamir, 2011:215)

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:15/12/PBI/2013 ATMR

yang digunakan dalam perhitungan modal minimum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (3) dan perhitungan pembentukan tambahan modal sebagai

penyangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) terdiri atas:

1. Risiko Kredit (Credit Risk)

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI · b. Bank Non devisa Menurut Ismail (2011:56) “Bank devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi

28

Risiko kredit adalah risiko keuangan yang disebabkan oleh

ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran

utangnya baik utang pokok maupun bunganya. Dalam perhitungan ATMR

untuk risiko kredit, bank menggunakan Pendekatan Standar (Standardized

Approach) dan Pendekatan Berdasarkan Internal Rating (Internal Rating

based Approach).

2. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko opersional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh

kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem atau

sebagai akibat dari kejadian ekstenal. Dalam menghitung ATMR untuk

risiko operasional, bank menggunakan Pendekatan Dasar (Basic Indicator

Approach), Pendekatan Standar (Standardized Approach) dan Pendekatan

yang lebih Kompleks (Advanced Measurement Approach).

3. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena menurunnya nilai

suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar. Risiko pasar

yang wajib diperhitungkan oleh bank secara individual dan secara

konsolidasi dengan perusahaan adalah risiko nilai tukar.